SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam. (S.Kom.i)
Oleh
SENDY DARLIS ALDITYA NIM : 1110051000173
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAKARTA
judul “Pemanfaatan Media oleh Karyawan Transcorp dalam mencari informasi tentang Partai Politik Islam” dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini adalah benar-benar murni hasil karya asli peneliti, tanpa adanya
duplikasi hasil karya orang lain.
2. Adapun apabila peneliti mengutip tulisan dan karya ilmiah orang lain,
peneliti telah mencantumkanya dalam referensi, baik footnote ataupun
daftar pustaka.
3. Apabila dikemudian hari terjadi hal-hal yang merugikan orang lain, atau
terbukti peneliti menduplikasi karya orang lain, peneliti siap menerima
konsekuensinya dan sanksi akademis yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian lembar pernyataan ini dibuat, diharapkan dapat dipergunakan
dengan semestinya. Terima kasih .
Wassalamualaikum, Wr.Wb
Jakarta, 21 September 2014
Peneliti,
Sendy Darlis Alditya
i ABSTRAK
Pemanfaatan media sosial dewasa ini sangatlah berkembang pesat, bermacam jejaring sosial, blog dan situs memberikan informasi kepada khalayak luas baik pengetahuan umum berupa informasi dan tak terkecuali tentang pengetahuan politik sendiri kepada masyarakat khususnya tentang Partai Islam dan secara khusus kepada Karyawan/i Transcorp.
Merujuk latar belakang diatas perlu kiranya kita membahas lebih dalam mengenai pemanfaatan media sosial dalam peningkatan pengetahuan politik karyawan. Adapun pertanyaan utamanya adalah bagaimana media sosial memberikan manfaat besar kepada karyawan dan karyawati Transcorp? Lalu bagaimanakah sumbangsih media sosial terhadap pengetahuan politik karyawan tentang Partai Islam khususnya dalam Pemilu 2014?
Dewasa ini media sosial banyak memberikan manfaat kepada masyarakat luas tak terkecuali para karyawan dan karyawati Transcorp, informasi dalam berbagai macam blog dan jejaring sosial serta berita-berita baik umum dan politik banyak di tampilkan dalam sosial media. Beberapa media sosial yang memberikan informasi kepada khalayak luas seperti google, twitter, facebook, dan blog.
Teori yang digunakan adalah teori konvergensi simbolik Ernest Bourmann dan teori naratif Walter Fisher, menurut teori ini teori konvergensi simbolik kekuatan komunikasi di balik penciptaan kesadaraan umum (realitas simbolik) yang disebut sebagai visi retoris. Visi retoris ini menyediakan sebuah bentuk drama dalam bentuk cara pandang, ideologi dan paradigma berpikir.dan teori naratif bahwa orang pada dasarnya adalah seorang pencerita telah diadopsi oleh banyak displin ilmu berbeda termasuk sejarah, biologi, antropologi, sosiologi, filsafat, psikologi dan teknologi.
Sumbangsih media sosial terhadap pengetahuan politik karyawan tentang partai islam dalam pemilu 2014 berupa informasi-informasi penting yang dalam setiap posting dalam media sosial bertema fantasi dan bersimbol guna merangsang pemikiran seseorang untuk memahami beragai informasi dari berbeda-beda dan bermacam sudut pandang guna berkonvergensi untuk satu tujuan yaitu pengetahuan khusunya pengetahuan politik tentang Partai Islam dalam Pemilu 2014 kepada karyawan dan karyawati Transcorp. Informasi yang ada dalam media sosial berupa perkembangan politik, isu-isu, foto, dan beberapa video tentang peristiwa politik khususnya tentang Partai Islam.
Pemanfaatan media sosial sangatlah beragam dalam kaitanya dengan pengetahuan politik, masyarakat dapat mudah memahami informasi politik bila terjadi konvergensi dalam memahami suatu informasi dalam dunia politik dan berkaitan erat dengan Partai Islam guna memberikan sumbangsih manfaat untuk pemilu 2014.
ii
Bissmilahirohmanirahim
Alhamdulilah Puji dan Syukur saya panjatkat atas kehadirat Allah Swt atas
segala rahmat, hidayah serta karunia pertolonganya, sehingga penulis skripsi ini dapat
terselesaikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
Komunikasi Islam. Shalawat dan salam tak lupa saya haturkan kepada junjungan besar
baginda Nabi Muhammad Saw sosok teladan umat islam dalam segala perilaku yang
berorientasi kemulian hidup di dunia dan akhirat.
Penulisan Skripsi ini adalah didasarkan pada hasil penelitian di dunia pekerjaan
sebagai mana penulis ingin mengetahui Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman
Karyawan/i Pada Partai Islam dalam Pemilu 2014 Alhamdulilah saya dapat
menyelesaikan tugas akhir Skripsi ini dengan baik yang berjudul “Pemanfaatan Media Sosial Oleh Karyawan Transcorp Dalam Mencari Informasi Tentang Partai Politik Islam ” . Perasaan bahagia, haru dan sedih berbaur menjadi satu atas terselesaikanya skripsi ini. Penyelesaian Skripsi ini terwujud atas bantuan, bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak. Dengan segala hormat dan ungkapan bahagia penulis
mengucapkan Terima Kasih Kepada:
1. Bapak Dr. H. Arif Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
iii
Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
3. Bapak Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan banyak ilmu dan meluangkan waktunya dengan sabar,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Seluruh Dosen dan Civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan kontribusi ilmu dan moril sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
5. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan kemudahan
kepada peneliti.
6. Keluarga Besar tercinta Ibunda Dyah Purnamawati yang telah berjuang besar
dalam membimbing dan membesarkan penulis sehingga dapat berbakti kepada
beliau. Kesederhanaan dan kejujuran beliau tanamkan kepada penulis agar
menjadi seorang laki-laki yang bertanggung jawab kepada diri sendiri , keluarga
dan lingkungan yang telah membantu membesarkan penulis.
7. Ade Adrian dan Yuliastuti selaku orang tua kedua penulis yang senantiasa
mendukung dan membimbing dalam meraih gelar sarjana ini . dukungan dan
semangat selalu mereka berikan tanpa hentinya untuk penulis dapat meraih
iv
bersama-sama berjuang dan menimba ilmu dengan berbagai suka dan duka.
Rendy, Kahfy, Yusra,Fahmi,Aris,Rizza, Zia,Sony,Della, Maria dan semua teman
-teman KPI F.
10.Sahabat Terbaik, Amanda Firmansyah dan Hanif Maharsitama terima kasih buat
diskusi dan pengalaman akan masa depan dan hal-hal gokil yang sering kita
bicarakan.
11.Sahabat Special, Inna Ali Usholiha yang selalu menjadi teman cerita paling
mengerti satu sama lain dan satu pemikiran terhadap jalan hidup dan masa depan
Terima Kasih beb.
12.Dan Wanita Special dalam menemani hari-hari penulis baik senang maupun
duka, Monica Azalia Islami terima kasih atas dukungan,perhatian dan kasih
sayang yang diberikan sehingga penulis dapat meraih gelar strata satu ini.
13.Terakhir, kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya
namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendoa’kan penulis dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat,
penulis mengucapkan banyak-banyak Terima Kasih.
Pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya. Dan juga semoga
v
Jakarta, 9 April 2014
vi
DAFTAR ISI... ... vi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... ... 1
B.Pembatasan dan Perumusan Masalah... . 15
1. Pembatasan Masalah... 15
2. Perumusan Masalah... . 16
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian... . 16
1. Tujuan Penelitian... . 16
2. Manfaat Penelitian... . 16
D.Metedologi Penelitian... . 17
1. Metode Penelitian... . 17
2. Tempat dan Waktu Penelitian... 18
3. Subjek dan Objek Penelitian... 19
4. Teknik Pengumpulan Data... 19
5. Teknik Analisis Data... 20
E. Tinjauan Pustaka... 23
F. Sistematika Penulisan... 24
vii
E. Konseptualisasi Pemilu... .. 71
BAB III GAMBARAN UMUM PT. TELEVISI TRANSFORMASI INDONESIA (TRANS TV) A.Sejarah Terbentuknya Perusahaan... ... 76
B.Visi dan Misi TRANS TV... ... 79
C.Semangat TRANS TV... ... 80
D.Corporate Social Responsibility... .. 81
E. Struktur Kepegawaian dan Kepengurusan Perusahaan... .. 82
F. Program-program Acara... ... 85
BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN A.Pemanfaatan Media Sosial yang Dilakukan Oleh Karyawan/i Transcorp... . 86
B.Analisis Penggunaan Media Sosial Karyawan Transcorp dalam Kaitanya dengan Teori Konvergensi Simbolik... . 103
C.Pengetahuan Politik Tentang Partai Islam... . 129
D.Interpretasi Hasil Penelitian... 140
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi di masa Globalisasi saat ini
sangat menuntut seluruh lapisan masyarakat aktif dan belajar dalam menyikapi
kemajuan zaman. Baik dalam dan luar negeri setiap warga negara sudah berperan
dalam kemajuan arus informasi. Munculnya media-media informasi seperti televisi,
radio, koran, majalah, dan internet menjadikan sarana informasi terhadap
masyarakat semakin mudah diakses dan terima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Khalayak dapat mengetahui segala sesuatu di luar sana secara cepat melalui media
tersebut. Salah satu perkembangan media massa yang berpengaruh di masyarakat
pada era globalisasi ini adalah internet yang merupakan singkatan dari
interconnection-networking yaitu sebuah sistem jaringan global antar komputer atau
PC yang saling menghubungkan antara satu dengan yang lain di seluruh penjuru
dunia. Adapun standart yang digunakan tersebut Internet Protocol Suite (TCP/IP).
Komputer yang terhubung ke internet dapat melakukan aktifitas pertukaran data
dengan cepat.1
Dengan adanya media internet, masyarakat yang ingin mengetahui sebuah
peristiwa atau informasi di lingkunganya dapat mengaksesnya dengan mudah. Hal
itu disebabkan karena media internet mempunyai jaringan yang luas dan bersifat
masal sehingga masyarakat yang membaca tidak hanya dari individual saja tapi
1
sudah mencakup jumlah puluhan, ratusan, bahkan ribuan pembaca sehingga besar
pula pengaruh media internet yang mana akan sangat terlihat dipermukaan
masyarakat.2 Seiring cepatnya arus globalisasi saat ini semakin luas dan
berkembang dengan cepat, tak terkecuali di dunia maya atau internet, dunia yang
luas tak terbatas dengan segala sesuatunya bermunculan di dalamnya. Lalu ada
dampak positif dan ada pula dampak negatif yang terkandung di dalamnya. Tofller
dan Gun mengambarkan bahwa sistem komunikasi komputer akan meningkatkan
partisipasi secara luas dan pemerataan dalam kehidupan sosial dengan mengizinkan
untuk mengakses informasi secara mudah. Artinya sudah tidak ada batasan dalam
menerima atau mengakses internet baik kalangan muda dan dewasa dapat dengan
mudah masuk dalam segala aspek dan sosial. Berikut kelebihan yang dimiliki media
internet, antara lain:3
1. Menembus batas wilayah, ruang dan waktu. Artinya dimanapun , kapanpun dan
siapapun dapat mengakses internet jarak bukan menjadi penghalang dan waktu
tidaklah menjadi masalah.
2. Memperluas akses memperoleh informasi global. Artinya dapat mendapatkan
informasi dari mana asalnya dan mengakses sampai kepelosok hingga
mendapatkan informasi teraktual dari kejadian yang ada di dunia.
2
Budyatna, Muhammad, Jurnalistik Teori dan Praktek (Bandung: Rosda, 2006), cet-3, h. 27. 3
3. Meningkatkan kemampuan untuk berserikat secara bebas. Artinya tidak ada lagi
halangan dalam berkelompok atau masuk kedalam sebuah komunitas dalam
dunia internet, kita dapat dengan bebas terjun masuk didalamnya.
4. Mengancam tatanan yang telah mapan, seperti otokrasi. Artinya tidak adalagi
batasan dalam berpendapat dan kita bebas masuk dan berdemokrasi dalam
tatanan umum.
5. Memiliki kecepatan perkembangan dan penyebaran yang sulit dibatasi. Artinya
aktualisasi yang selalu terkini dan kecepatan dalam apa yang terjadi di sekitar
selalu cepat dan dapat kita peroleh dengan cepat.
Mengingat kedudukan media massa dalam perkembangan masyarakat
sangatlah penting, dan seiring berjalanya waktu terlahir adanya New Media atau
media baru yang membuat suatu inovasi kratif dalam menciptakan sebuah situs-situs
jejaring sosial atau Social Network yang bersumber dari adanya internet. Akses
internet dapat digunakan berbagai macam, seperting Browsing untuk mencari
informasi, membuat tulisan dalam artiket atau blog yang dapat pula menghasilkan
uang dengan menjadi Blogger, bertukar fikiran dalam forum-forum media, dan
tentunya saling berinterkasi dan bersilaturahmi dengan Social Network seperti
Facebook, Twitter, Instagram, Path dan Tumblr.4
Social Media menjadi sangat berpengaruh di era Globalisasi belakangan ini
dalam kurun 1 dekade kebelakang. Social Media menjadi sangat dominan dalam
4
arus informasi dan pengetahuan di kalangan masyarakat dunia dan Indonesia pada
khususnya. Segala berita, fenomena dan hiburan mudah ditemukan dalam Social
Media. Dalam Wikipedia Social Media didefinisikan sebagai sebuah media online di
mana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi blog, social network (jejaring sosial), wiki forum, dan
dunia virtual. Blog, jejaring sosial, dan wiki merupakan bentuk media sosial yang
paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.5
Sementara itu Anthony Mayfield dalam bukunya “What is Social Media”
mendefinisikan sosial media sebagai suatu kelompok jenis baru dari media yang
mencakup karakter-karakter seperti: keterbukaan, partisipasi, percakapan, komunitas
dan saling terhubung. Sedangkan jejaring sosial merupakan situs di mana setiap
orang dapat membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman
untuk berbagi informasi dan berkomunikasi.
Dalam masyarakat Indonesia yang sebagian besar Multikultural atau
beraneka ragam suku, etnis dan budaya yang mempunyai permasalahan yang sangat
kompleks dari segi pemahaman dan tingkat pengetahuan sulit untuk disatukan
namun, social media mampu berperan besar dan sedikit mengurangi permasalahan
tersebut dengan keterbukaan informasi dan opini didalamnya sedangkan di dunia
media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dunia, apalagi
masyarakat di negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Inggris dan German
5
yang sudah maju akan teknologi, media sosial sudah menjadi sebuah kebutuhan
dalam kehidupan sehari-hari, kelompok, maupun negara. Di Amerika Serikat
contohnya kemenangan Presiden mereka yaitu Barack Obama tidak lepas dari peran
besar media sosial dalam kampanye pencalonan beliau menjadi orang nomer satu di
Amerika Serikat.
Dalam pertarungan Pilpres 2008 keduanya yakni Senator John McCain dan
Barack Obama benar-benar memanfaatkan media sosial untuk meraih simpati, selain
kampanye secara langsung mereka juga berkampanye melalui Twitter, Youtube dan
Facebook. Pada dasarnya Informasi berasal dari suatu media komunikasi 2 arah
antara komunikan dan komunikator. Unsur komunikasi yang berada didalamnya
sangat singkat namun mudah dimengerti karna langsung pada inti dan permasalahan.
Ada pembedaan istilah yang perlu dilakukan antara comunication dan
communication’s.6
Edward Sapir berpendapat bahwa communication adalah apa yang
disebutnya sebagai proses primer, yang perilaku komunikasi itu sendiri baik yang
disadari maupun tidak. Ada empat proses primer, yakni bahasa,gerak anggota tubuh,
peniruan prilaku, dan pola perilaku sosial. Sedangkan communication’s diartikanya
sebagai teknik-teknik sekunder, yang segenap instrumen dan sistem yang
mendukung proses komunikasi. Contohnya adalah kode Morse dalam telegram,
pekik terompet, kertas, pulpen, alat-alat percetakan, film, dan alat pemancar siaran
televisi.
6
Indonesia sendiri merupakan Negara yang memiliki pengguna internet
terbesar di Asia Tenggara. Internet di Indonesia saat ini sudah sangat menjadi
kebutuhan primer untuk para penggunanya baik muda dan tua seluruh lapisan
masyarakat sudah menggunakanya. Perkembangan social media juga menjadi salah
satu faktor penting besarnya pemakai internet di Negara ini. Bukan hanya itu saja
berdasarkan Survei Data Global Web Index,7 Indonesia merupakan Negara yang
memiliki pengguna social media yang paling aktif di asia. Sangat mencengangkan
bahwa Indonesia memiliki 79,7% user aktif di Social Media mengalahkan Filipina
78%, Malaysia 72%, Cina 67%. Angka yang sangat fantastis dalam hitungan skala
bahwa Indonesia merupakan pengguna baru dalam dunia social media di Asia.
Percaya atau tidak, bahwa statistik perkembangan internet di Indonesia
mencapai 15% atau 38,191,873 juta penduduk pengguna internet dari total populasi
kita 251,160,124 juta penduduk yang ada di seluruh pelosok Indonesia. Sedangkan,
pengguna internet dengan menggunakan mobile/smartphone mencapai 14% dari
populasi. Wajar saja Negara kita adalah target menggiurkan untuk pemasaran
smarphone saat ini. Berdasarkan data statistik indikator pengguna internet di
Indonesia yang kami dapatkan, rata-rata waktu yang dibutuhkan pengguna internet
mengakses informasi melalui PC atau laptop kisaran 5 jam 30 menit setiap harinya,
persentase pengguna internet melalui mobile atau smarphone 14% dari total populasi.
Sedang rata-rata waktu yang dihabiskan oleh pengguna internet melalui
mobile atau smartphone di Indonesia sekitar 2 jam 30 menit setiap harinya.
Berdasarkan data statistik indikator pengguna social media di Indonesia yang
7
penulisdapatkan yakni, untuk persentase jumlah pengguna social mediadi Indonesia
15% dari total populasi, rata-rata waktu yang dibutuhkan user/pengguna untuk
mengakses social media di Indonesia sekitar 2 jam 54 menit setiap harinya. Sedang
persentase user yang mengakses sosial media melalui mobile atau smarphonenya
74%.Melihat data statistik yang dikeluarkan oleh Global Web Index Wave, Facebook
masih merajai social media di Indonesia dengan statistik data 25% atau sekitar
62.000.000 user/pengguna dari social media facebook tersebut. Setelah itu menyusul
Twitter,Google Plus dan Linkedin. Dan berikut 20 Jejaring sosial terbesar di dunia
versi Silverpop lembaga survei terbesar di dunia:
Tabel. 1.1
Data Jumlah Pengguna Media Sosial di Dunia.
8
8
http://inet.detik.com/read/2012/11/27/103748/2102315/398/ini-dia-20-jejaring-sosial-terbesar-di-dunia, di akses tanggal 4 april 2014 pukul 20.30 wib.
No Social Media Jumlah
1. Facebook 1.000.000.000 anggota
Gambar 1.1
Data Statistik Pengguna Internet & Sosial Media di Indonesia
9
Indonesia merupakan negara besar yang berkembang dan memiliki
bermacam-macam keanekaragaman di dalam kehidpan sehari-hari baik sosial,
masyarakat dan politik. Seiring berkembangnya Reformasi pada tahun 1998-1999
kita kenal dahulu rezim-rezim sebelumnya yaitu Orde Lama dan Orde Baru dibawah
kepemimpinan mantan Presiden Soeharto. Fenomena pengetahuan politik pada
masyarakat cukup rendah karena pada rezim tersebut kebebasan berpolitik dilarang
dan tentunya pengetahuan akan politik pada masyarakat sangat rendah karna segala
kegiatan dan organisasi masyarakat yang berbau politik dilarang terlebih yang dapat
9
menggangu stabilitas negara. Bergantinya zaman dari rezim Orde Baru menjadi
Reformasi menjadikan kita memiliki kebebasan demokrasi dalam berpolitik dan
menerima segala perbedaan pendapat dalam berpolitik di Indonesia.
Pengetahuan politik tidak lepas dari budaya politik dalam suatu tatanan
negara yang beriringan dalam perkembanganya. Memiliki point besar dan defenisi
luas untuk memahami pengetahuan tanpa di iringi budaya terdahulu di dalamnya.
Budaya politik sendiri merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan
bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat
istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap
harinya. Secara umum budaya politik terbagi atas tiga juga memiliki pemahaman
akan tingkat pengetahuan dalam masyarakat di indonesia khusunya yaitu:
a. Budaya Politik Apatis10 (acuh, masa bodoh, dan pasif) sama dengan tingkat
pengetahuan rendah dalam masyarakat atau dapat dibilang masyarakat
awam dalam berpolitik. Disebut juga budaya politik parokial dalam
masyarakat berpengetahuan rendah , yaitu tingkat partisipasi politiknya
sangat rendah. Dikatakan sangat rendah karena frekuensi orientasi mereka
terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak
memiliki perhatian sama sekali terhadap dimensi politik. Ciri-ciri politik
parokial meliputi: apatis, pengetahuan rendah, tidak peduli dan menarik diri
terhadap kehidupa politik yang luas, kesadaran anggota masyarakat
cenderung tidak menaruh minat terhadap objek politik yang luas dan
10
kesadaran masyarakat akan adanya pusat kewenangan dan kekuasaan dalam
masyarakat rendah, warga negara tidak terlalu berharap dalam sistem
politik, tidak ada peranan politik yang bersifat khusus dalam politik parokial
masyarakat awam ini.
b. Budaya Politik Mobilisasi11 (didorong atau sengaja dimobilisasi) sama
dengan tingkat pengetahuan menengah dalam masyarakat atau dapat
dibilang masyarakat relatif baik dalam berpolitik. Dalam budaya politik
disebut politik subjek atau kaula yaitu politik yang masyarakat bersangkutan
sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat
pasif. Tingkat partisispasi menengah dalam masyarakat di indonesia ini
memiliki arti masyarakat yang berpendidikan dan sudah mengerti politik
dan berkecukupan tetapi masih pasif, masyarakat dapat dikatakan subjek
apabila terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem
politik. Baik dalam pemerintahan maupun umum. Ciri-ciri politik
subjek/kaula meliputi: memiliki pengetahuan dalam bidang politik yang
cukup, partisipasi politik minim, kesadaran politik rendah, kehidupan
ekonomi warga negara sudah baik, tingkat pendidikan relatif sudah maju,
dan masyarakat menyadari otoritas pemerintah sepenuhnya. Contoh politik
subjek/kaula dalam masyarakat seperti di keraton jogja dimana rakyat sudah
ada pemahaman dan kesadaran akan pentingnya berpartisipasi dalam politik
11
namun mereka tidak berdaya dan tidak kritis hanya mengikuti perintah
tanpa berpartisipasi.
c. Budaya Politik Partisipan12 atau masyarakat dengan tingkat pengetahuan
politik yang tinggi. Dimana masyarakat mampu memberikan opininya dan
aktif dalam kegiatan politik dan juga merupakan suatu bentuk budaya
politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahamann yang baik
mengenai sikap berpolitik. Masyarakat politik partisipan mereka berfikir
kritis dalam membuat kebijakan beserta penguatan dalam upaya partisipasi
aktif proses politik yang berlangsung. Ciri-ciri politik partisipan meliputi:
pengetahuan tentang politik tinggi, kesadaran berpolitik tinggi, kontrol
politik aktif, warga negara memiliki kepekaan terhadap masalah atau isu-isu
mengenai kehidupan berpolitik dan setiap warga negara mampu menilai
terhadap masalah politik, menyadari kewenangan dan kekuasaan politik
serta bertanggung jawab akan kegiatan politik. Contoh budaya parokial
keaktifan masyarakat terhadap berbagai hal terkait kegiatan politik seperti
Pemilu, Demonstrasi dan lain-lain.
Media sosial untuk pendidikan politik bagi masyarakat luas merupakan efek
positif dari media sosial tersebut menarik bahwa dalam pemilu kepala daerah di DKI
Jakarta pada tahun 2012 terdapat peningkatan signifikan dalam partisipasi
masyarakat. fakta menarik pada pemilukada DKI Jakarta 2012 ialah partisipasi
pemilih pada putaran kedua meningkat menjadi 66,8 persen dibandingkan putaran
12
pertama 64,8 persen, kemudian isu Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA)
dan money politic (politik uang) mengambil perhatian pemilih masih tetap terjadi
meski tidak dilakukan secara masif.13
Adanya inisiatif mencari informasi dalam media sosial merupakan faktor
pendidikan politik bagi masyarakat yang menjadikan pemilih lebih signifikan untuk
melihat track record atau rekam jejak figur pasangan calon. Dilain itu ada keinginan
untuk memilih berdasarkan program kampanye pasangan calon tetapi ruang
komunikasi dua arah tidak terjalin dengan intens yang malah akhirnya digantikan
oleh popularitas dan mobilisasi atau money politic dalam strategi kampanye bakal
calon, sedangkan dengan media sosial seluruh informasi akan calon pempimpin
dapat terlihat aktual dan faktual tanpa mengurangi kejujuran informasi dan
kredibilitas bakal calon. Dalam Pemilu 2014 perlu disadari persaingan politik menuju
indonesia makmur, adil dan sejahtera sangat ketat. Para elit politik rela mengerahkan
segala daya dan upaya yang mereka miliki untuk menang. Masyarakat seakan-akan
terlena oleh janji-janji manis mereka dan lupa apa point dari pemilu tersebut.
Pendidikan afektif dalam menanamkan moral berpolitik sulit untuk dibedakan yang
akhirnya media sosial menjadi alat dalam melucuti kejujuran dan kearifan para elit
politik dalam berpolitik.
Media sosial memberikan zona alternatif ketiga dalam pendidikan politik
artinya, selain teori dan praktik politik media sosial menjadi pendamping dalam
rujukan pemahaman dalam setiap masyarakat. Media sosial dalam melihat secara
13
lebar apa yang ada dalam figur maupun organisasi politik tetapi sempit dalam artian
fisik. Aktor-aktor politik pun kerap menggunakan media sosial untuk sedikit berbagi
pandangan serta visi misi dalam berpolitik dengan hanya melihat posting mereka di
salah satu media sosial masyarakat dapat mengerti apa pandangan aktor politik
tersebut dalam berpolitik walau tidak dapat bertatap muka atau saling berkomunikasi.
Kekuatan sosial media telah terbukti kesaktiannya. Media Sosial kemudian
menjelma menjadi salah satu instrumen kontrol terhadap pemerintahan yang
berkuasa, dengan menggunakan fasilitas internet. Sebagai contoh Masih hangat
dalam pikiran kita bagaimana dukungan masyarakat kepada KPK dalam kasus Cicak
vs Buaya jilid I dan II yang kemudian berakhir bahagia karena dukungan masyarakat
yang dikumpulkan melalui sosial media yaitu Facebook dan Twitter. Dukungan
publik untuk Prita Mulyasari juga digalang melalui sosial media. Yang paling anyar
adalah berita tentang Tasripin di Twitter yang berhasil menyita perhatian publik
hingga Presiden SBY memberikan bantuan untuknya. Kembali sosial media
memiliki peranan besar dalam pergulatan dunia politik kita.
Dengan dasar media sosial menjadi suatu fenomena menarik di tengah
masyarakat saat ini saya menarik untuk menjadikan media sosial sebagai bahan
rujukan penelitian saya, terlebih di tahun 2014 ini bangsa indonesia akan mengalami
pesta demokrasi terbesar yaitu Pemilihan Umum 2014 yang mana akan terjadi
pemilihan President dan para anggota Legislatif di MPR dan DPR. Media sosial
banyak macam dan ragam nya salah satunya adalah twitter. Twitter dewasa ini
mengakses media ini dan twitter menempati posisi teratas dalam hal aktualisasi dan
kecepatan informasi didalamnya. Twitter sendiri merupakan layanan jejaring sosial
dan mikrobloging daring yang memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan
membaca pesan berbasis teks yang dikenal dengan kicauan yang berisis 140 karakter
huruf didalamnya.
Dari permasalahan yang telah di paparkan, akhirnya peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana seorang karyawan/i dalam suatu perusahaan memanfaatan
media sosial untuk mencari informasi yaitu tentang Partai Politik Islam. dan
akhirnya peneliti menjadikan masalah yang telah di paparkan sebagai penelitian
Ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan Media Sosial oleh Karyawan Transcorp dalam mencari Informasi tentang Partai Politik Islam”.
B.Batasan dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasikan masalah penelitian
tentang: pemanfaatan media social oleh karyawan transcorp dalam mencari
informasi-informasi tentang partai politik islam.
2. Batasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luas dan melebarnya pembahasan
penelitian, maka dalam penelitian ini dibuat satu batasan. Ruang lingkup
dibatasi pada pemanfaatan media sosial oleh karyawan Transcorp dalam
ini adalah tingkat pengetahuan politik karyawan/i tentang Partai Islam di
Pemilu 2014. Pemanfaatan mdia sosial ini dapat mengakibatkan
peningkatan pengetahuan berdasarkan arus informasi yang mereka akses
dari media sosial sehingga menyebabkan pengetahuan politik karyawam
bertambah, khususnya mengenai Partai Politik Islam yang belakangan
elektabilitasnya cenderung menurun, hal ini dilakukan dengan tujuan agar
terciptanya peningkatkan partisipasi politik di Pemilu 2014. Jelasnya
sebagai berikut Pembahasan hanya sebatas mendeskripsikan Pemanfaatan
Media Sosial dilingkungan karyawan Transcorp tentang Partai Islam Di
Pemilu 2014.
3 . Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan Latar Belakang masalah di atas, maka dalam
penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
“ Bagaimanakah pola pemanfaatan media sosial oleh karyawan Transcorp
dalam mencari informasi tentang partai politik islam? “.
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimanakah pemanfaatan media sosial terhadap
Peningkatan Pengetahuan Politik Karyawan/i Transcorp tentang Partai Islam
karyawan/I transcorp dalam mencari informasi tentang partai politik islam
guna meningkatkan pengetahuan mereka.
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan berguna untuk memperdalam tentang teori
komukasi sosial dan Serta menjadi referensi bagi pengembangan Ilmu
Komunikasi di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b. Manfaat Praktis
Peneltian ini dapat menjadi acuan dan perbandingan akan arus informasi
terhadap masyarakat khususnya bagi karyawan dan karyawati Transcorp
berupa masukan dan menambah wawasan kalangan teoritis, praktisi, dan
pemikir dalam bidang Ilmu Komunikasi Sosial.
D.Metodologi Penelitian
1. Paradigma dan Pendekatan Penelitian
Paradigma yang di gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma
post-positivisme. Pengetahuan yang berkembang melalui kacamata kaum post-positivis
selalu di dasarkan pada observasi dan penguji yang sangat cermat terhadap realitas
objektif yang muncul di dunia “luar sana”.14
14
Paradigma positivistik menempatkan teori sebagai titik tolak utama dalam
kegiatan penelitiannya. Teori dalam penelitian berparadigma positivistik menjadi
sumber jawaban utama atas berbagai rasa ingin tahu dari para peneliti.15
Dalam penelitian ini Teori Konvergensi Simbolik merupakan pedoman peneliti
untuk merancang kerangka penelitian dalam mengolah analisis temuan. pandangan
post-positivistik, teori memberi pedoman tentang kerangka berfikir yang harus
dimiliki oleh peneliti, bagaimana cara mengumpulkan data yang baik, siapa yang
harus diteliti, hingga cara penafsiran data yang terkumpul dilapangan. Membaca
buku Philips dan Burbules (2000), kita akan menemukan sejumlah asumsi dasar
yang menjadi inti dalam paradigma penelitian post-postivis, antara lain:16
a. Pengetahuan bersifat konjektural/terkaan (dan antifondasional/tidak
berlandasankan apa pun) – bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan
kebenaran absolut. Untuk itulah, bukti yang di bangun dalam penelitian sering
kali lemah dan tidak sempurna. Karena alasan ini pula, banyak peneliti yang
berujar bahwa mereka tidak dapat membuktikan hipotesisnya; bahkan tak jarang
mereka juga gagal untuk menyangkal hipotesisnya.
b. Penelitian merupakan proses membuat klaim-klaim, kemudian menyaring
15
Babbie, Earl (1992), The Practice of social research, california, wardsworth Publishing company. h. 47
16
sebagaian klaim tersebut menjadi “klaim-klaim lain” yang kebenarannya jauh
lebih kuat. Sebagian besar penelitian kuantitatif, misalnya, selalu diawali dengan
pengujian atau suatu teori.
c. Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti, dan pertimbangan-pertimbangan logis.
Dalam praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi dengan mengunakan
instrumen-instrumen pengukuran tertentu yang diisi oleh para partisipan atau
dengan melakukan observasi mendalam di lokasi penelitian.
d. Penelitian harus mampu mengembangkan statemen-statemen yang relevan dan
benar, statemen-statemen yang dapat menjelaskan situasi yang sebenarnya atau
dapat mendeskripsikan reali kausalitas dari suatu persoalan. Dalam penelitian
kuantitatif, peneliti membuat relasi antarvariabel dan mengemukakannya dalam
bentuk pertanyaan dan hipotesis.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatif
penelitian ini dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu
kejadian atau gelaja terjadi. Hasil akhir dari penelitian ini adalah gambaran
mengenai hubungan sebab-akibat. Tujuan dari penelitian eksplanatif adalah
menghasilkan pola hubungan sebab akibat.17 Periset membutuhkan definisi
konsep, kerangka konseptual dan kerangka teori.
Menurut Burhan Bungin, penelitian eksplanatif dimaksudkan untuk
menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan
hubungan, perbedaan atau pengaruh suatu variabel dengan variabel lain.
3. Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif
yang menjelaskan tentang pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
Metode ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang
berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk hubungan serta
pengaruh dari suatu fenomena.18 Penelitian deskriptif dilakukan secara
mendalam dengan teknik pengumpulan data, wawancara mendalam, observasi
partisipan dan dokumentasi. Jenis penelitian deskripsi kualitatif yang digunakan
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
pengetahuan politik karyawan suatu perusahaan yakni Transcorp sebagai objek
penelitian dalam menerima informasi melalui media sosial secara mendalam dan
komprehensif.19
Kemudian dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan
situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam penerimaan informasi mengenai
pengetahuan politik karyawan. Adapun yang dimaksud dengan penelitian
17
Bambang & Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 43
18
Nazir, Mochammad, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal.55. 19
kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 20
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan kantor PT. Transcorp yang
terletak di Kantor pusat stasiun televisi ini berada di Jalan Kapt. P. Tendean Kav
12-14A, Mampang Jakarta Selatan. Peneliti memilih lokasi tersebut karena di
tempat tersebut peneliti dapat memperoleh data, dan peneliti mewawancarai 10
karyawan termasuk Pimpinan Divisi Umum Waktu Perusahaan Trans TV.
Penelitian dilaksanakan, mulai dari bulan April 2014 sampai dengan Juli 2014
5. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Karyawan/i PT. TRANSCORP, yang mengikuti
media sosial Twitter Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah
“Pemanfaatan Media Sosial oleh karyawan Transcorp dalam mencari informasi
tentang Partai Politik Islam”
a. Tekhnik Pengumpulan Data
1. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan
dengan tanya jawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan
20
arah serta tujuan yang telah ditetapkan.21 Ada beberapa kelebihan pengumpulan
data melalui wawancara, diantaranya pewawancara dapat melakukan kontak
langsung dengan peserta yang akan dinilai, data diperoleh secara mendalam,
yang di interview bisa mengungkapkan isi hatinya secara luas, pertanyaan yang
tidak jelas bisa diulang dan diarahkan yang lebih bermakna.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan data tentang pemanfaatan
media sosial oleh karyawan/i PT. TRANSCORP dalam mencari informasi
tentang Partai Islam.
2. Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda dan sebagainya.22
Menurut Hadari Nawawi, studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data
melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku
mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
Dalam pnelitian ini dokumentasi diperoleh dari data pengguna aktif gadget dari
survei lapangan yang saya lakukan dan juga foto-foto langsung karyawan yang
menggunakan sosial media di kalangan karyawan Trans TV guna mengetahui
tingkat pengetahuan politik mereka.
a. Teknik Analisis Data
21
Sudjiono, Anas, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 121 22
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan banyak bersifat uraian
dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan
dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif. Menurut
Patton,23 analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya
ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar. Definisi tersebut memberikan
gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi
tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori
dari data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin yaitu sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan bagian intergral dari kegiatan analisis data.
Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
wawancara dan studi dokumentasi.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatn-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai
dengan membuat ringkasan mengkode, menelusur tema, membuat
23
gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan
data/informasi yang tidak relevan.
a. Display Data
Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.
Penyajianya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.
1. Verifikasi Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification)
Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa
kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan.
Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis
data yang ada. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif merupakan
upaya berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran
keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang
terkait. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai
dalam bentuk kata-kata untuk mendeskripsikan fakta yang ada dilapangan,
pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian
diambil intisarinya saja.
Berdasarkan keterangan diatas, maka setiap tahap dalam proses
tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah
lapangan dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan
sebagainya melalui metode wawancara yang didukung dengan studi
dokumentasi.24
E.Tinjauan Pustaka
Setelah peneliti melihat dan mencari judul skripsi yang ada dalam
perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, peneliti
elaborasi dan peneliti menemukan ada beberapa skirpsi yang membahas
tentang komunikasi politik.
Namun yang diteliti mahasiswa sebelumnya berbeda dengan isi atau
konten permasalahan yang peneliti diteliti. Oleh karena itu, untuk
menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti plagiat atau menjiplak
karya seseorang, maka peneliti mempertegas perbedaan antara
masing-masing judul masalah yang akan diteliti.
1. Skripsi tentang Judul “Pemanfaatan Internet Dalam Meningkatkan
Pengetahuan Guru di SMA Muhammadiyah 1 Tangerang” oleh Bima
Suhardiman berisikan pemanfaatan media internet sebagai salah satu
sarana untuk meningkatkan pengetahuan guru yang dapat dijadikan
perluasaan dalam menyampaikan materi pembelajaran di sekolah
khususnya di sekolah SMA Muhammadiyah 1 Tangerang. Pada skripsi
ini penulis menilai bima sudah sempurna menjabarkan dan menganalisa
24
pemanfaatan internet dalam meningkatkan pengetahuan guru namun
bima kuran menjelaskan internet seperti apa yang digunakan apakah
google, blog, dan lain sebagainya sedangkan perbedaanya lokasi dan
permasalahanya. Bima meneliti wilayah sekolah menengah atas
sedangkan peneliti meneliti ranah perusahaan, kemudian aspek yang
penulis lakukan yaitu informasi yang berpengaruh pada pengetahuan
tentang Partai Politik Islam.
2. Skripsi tentang judul “Komunikasi Politik Dewan Pimpinan Cabang
Partai Persatuan Pembangunan Kabupaten Bogor dalam Pilkada
Bupati 2009” oleh Teddy Khumaedi berisikan pesan politik kabupaten
bogor. Menekankan pesan politik dan komunikator politik, persamaanya
adalah terletak pada kajian ilmu yaitu komunikasi politik dan subjek
dalam penelitian tersebut, sedangkan perbedaanya lokasi dan
permasalahanya. Teddy Khumaedi meneliti wilayah kabupaten bogor
sedangkan peneliti meneliti ranah perusahaan, pada pemilu 2014 tentang
pengetahuan politik karyawan tentang Partai Islam. Kemudian pada
skripsi ini penulis menilai teddy sudah sempurna menjabarkan dan
menganalisa proses komunikasi yang dilakukan pimpinan abang PPP
namun penulis kurang memahami isi komunikasi politik yang dilakukan.
3. Skripsi tentang judul “Politik melalui Media Massa Pasangan Mochtar
Mohammad-Rachmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi
pasangan Mochtar dan Rahmat melalui media massa dan menjelaskan
faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghamat yang didapat
oleh pasangan Mochtar Mohammad-Rachmat Effendi dalam Pilkada
Walikota Bekasi.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini bersifat teratur dan sistematis, maka dari itu dapat
memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, peneliti membagi skirpsi ini
kedalam lima bab, yang pada tiap-tiap bab terbagi dari sub-sub bab. Isi
masing-masing bab secara singkat adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, metodologi penelitian, pedoman penelitian serta
sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan
permasalahan penelitian dalam membahas skripsi ini.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi uraian dan teori dalam pengumpulan data data
BAB 4 TEMUAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini membahas tentang isi penelitian secara umum di mana data-data
yang telah dikumpulkan dipaparkan oleh peneliti dan menganalisis data yang
BAB 5 PENUTUP KESIMPULAN
Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi yang dibuat oleh peneliti yang
membahas tentang hasi keseluruhan penelitian yang menguraikan tentang
kesimpulan dari semua uraian yang ada pada bab-bab sebelumnya. Dalam
bab ini, peneliti juga akan memberikan kesimpulan dan saran sebagai hasil
BAB II Landasan Teori A. Teori Konvergensi Simbolik
Sejak 1990-an kata konvergensi dipakai dalam perkembangan teknologi
digital, integrasi teks, angka, bayangan dan suara. Unsur yang berbeda-beda
dalam media yang umumnya ditelaah secara terpisah dalam bab-bab terdahulu.
Tetapi pada tahun 1970, kata konvergensi selanjutnya digunakan baik untuk
organisasi maupun untuk proses, terutama sekali bersatunya industri media dan
telekomunikasi.25
Teori konvergensi simbolik pertama kali muncul oleh Bales kemudiam teori
tersebut dipopulerkan dan dikembangkan oleh Ernest Bormann dengan kelompok
mahasiswa dari universitas Minnesota (1960-1970) menemukan proses sharing
fantasi. Konsep teori kovergensi simbolik yaitu tentang proses pertukaran pesan
yang menimbulkan kesadaran kelompok yang menghasilkan hadirnya makna,
motif dan juga persamaan bersama.26
Gun Gun Heryanto juga menambahkan bahwa teori konvergensi simbolik
kekuatan komunikasi di balik penciptaan kesadaraan umum (realitas simbolik)
yang disebut sebagai visi retoris. Visi retoris ini menyediakan sebuah bentuk
drama dalam bentuk cara pandang, ideologi dan paradigma berpikir.27
25
Asa Briggs& Petter Burke, Sejarah Sosial Media Dari Gutenberg Sampai Internet, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000), hal. 326
26
Jhon F Cragan, Understanding Communication Theory: the Communicative Forces for Human Actions, (Needham Heights: a Viacom Company, 1998), hal. 97
27
Dalam bukunya yang populer The Force of Fantasy Restoring the
American Dream, Ernest Bormann menyatakan bahwa tujuan teori ini adalah
menjelaskan bagaimana para individu berbincang antar satu dengan yang lainnya
sehingga mereka berbagi kesadaran umum dan menciptakan rasa memiliki
identitas dan komunitas.
“ Theory of symbolic convergence provided a critical key to open up the
way of communication under study worked to create a shared
consciousness”28
Menurut Ernest Bormann kata lain dari proses konvergensi simbolik adalah
tema fantasi. Tema fantasi adalah pesan yang didramatisi seperti permainan
kata-kata, cerita, analogi, dan pidato yang menghidupkan interaksi dalam kelompok.
Artinya Dalam konvergensi simbolik mengalir dari communicators (fantasizers),
communicating (fantasizing) melalui pengungkapan tema fantasi di sebuah
organisasi kelompok atau publik.29
Oleh karena itu setiap individu akan saling berbagi fantasi karena
kesamaan pengalaman atau karena orang yang mendramatisi pesan memiliki
kemampuan retoris yang baik. Sekumpulan individu ini dapat berasal dari
orang-orang yang sudah lama saling kenal, kemudian saling berinteraksi dan bertukar
dan bertukaran pengalaman yang sama sehingga menimbulkan proses konvergensi
simbolik.
28
Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi Politik,hal. 159 29
Symbolic Convergence Theory (SCT), menjelaskan bahwa makna, emosi,
nilai dan motif untuk tindakan di retorika yang dibuat bersama oleh orang yang
mencoba untuk memahami dari pengalaman yang umum seperti keragaman
kehidupan. Teori ni mengupas tentang fenomena pertukaran pesan yang
memunculkan kesadaran kelompok yang berimplikasi pada hadirnya makna,
motif dan perasaan bersama. Artinya teori ini berusaha menerangkan bagaimana
orang-orang secara kolektif membangun kesadaran simbolik bersama melalui
suatu proses pertukaran pesan untuk bertindak bagi orang-orang atau kumpulan
orang yang terlibat di dalamnya.
Selanjutnya konvergensi simbolik menjelaskan bagaimana cara manusia
berbagi realitas simbolik yang umum seperti “ Perang Dingin” atau “American
Dream”. Para ilmuan telah menggunakan kovergensi simbolik untuk menjelaskan
komunikasi dalam kampanye politik, pidato, retorika, advertising, small group
discussion, budaya organisasi, program kartun, marketing dan aktivitas relations30
Menurut Cragan ada 5 asumsi teori konvergensi simbolik yaitu:31
a. Isi pesan langsung untuk menghadirkan makna, emosi dan motif : ini
merupakan asumsi yang menekankan bahwa pemaknaan merupakan pesan
yang di dramatisasikan
30
Lihat Disertasi Gun Gun Heryanto, Doktor lulusan Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung, Jurusan Ilmu Komunikasi Prodi Komunikasi Politik, dengan judul Konvergensi Simbolik di Komunitas Virtual: Studi pada Ruang Publik Baru dalam Komunikasi Politik di Situs Jejaring Sosial dan Weblog Interaktif Era Pemerintahan SBY-Boediono dalam Kasus Century, Disertasi ini disahkan tahun 2013. h. 45
31
b. Realitas diciptakan secara simbolik: asumsi ini menekankan bahwa anggota
komunitas retoris berpartisipasi untuk memperoleh tema fantasi
c. Sharing fantasi menciptkan konvergensi: asumsi ini mengidentifikasikan
bahwa fakta simbolik, ditandai oleh satu orang lantas dibentuk lagi oleh yang
lain sehingga menjadi kesadaran umum
d. Tema fantasi dapat muncul dalam seluruh bentuk diskursus; asumsi ini
mengidentikan tema fantasi dapat muncul baik dalam pandangan rasional
maupun maupun pandangan imaginative
e. Dalam beberapa subyek, sekurang-kurangnya terdapat tiga struktur yang
mendalam yakni: kepatutan, pandangan, dan analogi master pragamatik
1. Elemen-elemen Konvergensi Simbolik
Elemen-elemen dalam anatomi konvergensi simbolik terdiri dari struktur
dasar (basic structure), struktur pesan (message structure), struktur dinamis
(dynamic structure), struktur komunikator (communicator structure), struktur
medium (medium structure) dan struktur evaluatif (evaluative structure).32
Unit analisis utama dalam struktur dasar adalah tema fantasi. Sementara
kategori-kategori khusus yang merupakan kelanjutan dari unit utama tema fantasi
adalah : tipe fantasi, inisial simbolik dan saga33
32
Lihat Disertasi Gun Gun Heryanto, Doktor lulusan Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung, Jurusan Ilmu Komunikasi Prodi Komunikasi Politik, dengan judul Konvergensi Simbolik di Komunitas Virtual: Studi pada Ruang Publik Baru dalam Komunikasi Politik di Situs Jejaring Sosial dan Weblog Interaktif Era Pemerintahan SBY-Boediono dalam Kasus Century, Disertasi ini disahkan tahun 2013, hal. 47
33
a. Tema Fantasi
merupakan penanda mengenai sesuatu yang harus ditemukan dalam
komunikasi. Hal ini adalah bagian dari pesan drama-drama besar yangpanjang
dan rumit dari sebuah cerita yang dipaparkan melalui visi retorik
b. Isyarat Simbolik (symbolic cue)
merupakan indikator retorik atau kode yang mendukung tema fantasi. Biasanya
berwujud kata, frase atau simbol.
c. Tipe Fantasi
muncul saat anggota komunitas retorik berbagi kesamaan di antara garis peran
dalam drama-drama berbeda atau kualitas karakter dalam drama dan tipe
fantasi merupakan bagian skenario yang digunakan untuk menjelaskan
kejadian-kejadian baru dalam bentuk dramatik yang dikenal khalayak.
d. Saga
ucapan yang senantiasa diulang-ulang dalam pencapaian kehidupan seseorang,
kelompok, komunitas, organisasi dan negara atau bisa juga kaum
puritan.
Selanjutnya ada beberapa unsur penting membangun struktur pesan yakni
dramatis personae, scene, plotline dan sanksi agen. Dalam pandangan Bourmann
yang dikutip dalam disertasi Gun Gun Heryanto yaitu:
1. Visi retoris merupakan drama yang menghadirkan sebuah realitas simbolik
umum.
2. Dramatis Personae adalah penggambaran karakter dari visi retoris yang
diceritakan.
3. Scene merupakan detail lokasi dari tindakan.
4. Plotline menggambarkan tindakan atau plot visi.
5. Sanctioning Agent membenarkan penerimaan biasaanya melalui power
tertinggi.
Struktur dinamis bisa dipahami sebagai struktur mendalam dari visi retoris dalam proses konvergensi simbolik yang secara dominan terdiri dari righteous
master analogue, social master analogue dan pragmatic master analogue.34
1. Righteous Master Analogue, menggambarkan cara yang benar melakukan
sesuatu.
2. Social Master Analogue, menggambarkan hubungan manusiawi atau
interpersonal.
3. Pragmatic Master Analogue, menghadirkan efisiensi atau cara yang
dilakukan agar memiliki ongkos efektif dalam melakukan sesuatu apapun
sebaliknya.
Struktur komunikator, ini menyangkut siapa saja yang membagi tema fantasi untuk menciptakan rasa memilki realitas (sense of reality). Dalam konteks
34
ini, ada beberapa konsep fantasizers, retorical community dan communication
style.35
1. Fantasizer sejumlah individu yang memosisikan diri lebih siap dibanding
yang lain.
2. Rhetorical Community, merupakan partisipan dalam sebuah visi retoris
yang membagi kesadaran bersama.
3. Communication Style, menggambarkan penggunaan bahasa yang luas dari
komunitas yang menciptakan diskursus.
Struktur medium, terdiri dari dua kategori yakni kategori group-sharing dan public sharing. Sifat public sharing melibatkan banyak orang dalam jumlah
besar sementara group sharing melibatkan kelompok yang lebih terbatas.
Struktur evaluatif, terdiri dari kesadaran kelompok bersama (shared group consciousness), reality link, fantasy theme artistry.36 Istilah shared group
conciousness ini merupakan sebuah evaluasi yang mengingatkan kita memeriksa
ulang proses konvergensi simbolik. Biasanya dalam konteks ini kita melihat
kolektivitas masyarakat yang telah berbagi tema fantasi atau memberi semacam
interpretasi terhadap realitas yang berlangsung.
Evaluasi reality link sebenarnya kontekstual atau keterhubungan pembicaraan
dengan realitas. Sementara theme artistry yakni penilaian kita terhadap kreativitas
35
Ibid, hal. 50 36
retoris, kebaruan nilai kompetitif dari tema fantasi, symbolic cue, fantasy types,
saga dan visi retoris.
Menurut Walter Fisher manusia adalah seorang pencerita dan bahwa
pertimbangan akan nilai, emosi dan estetika menjadi dasar keyakinan dari
perilaku kita. Fisher juga mendefinsikan narasi sebagai tindakan simbolik
kata-kata atau tindakan yang memilki rangkaian serta makna bagi siapapun yang hidup,
mencipta atau memberi interpretasi.37
Pernyatan Fisher pun didukung oleh Robert Rowland bahwa orang pada
dasarnya adalah seorang pencerita telah diadopsi oleh banyak displin ilmu
berbeda termasuk sejarah, biologi, antropologi, sosiologi, filsafat, psikologi dan
teknologi.38
Pemikiran Fisher juga berupaya menggambarkan dan menjelaskan
komunikasi sebagai storytelling. Dalam pandangannya, storytelling bukanlah
aktivitas sesaat, melainkan proses yang terus-menerus dimana kita merasakan
dunia dan berkomunikasi satu sama lainnya, keuniversalan naratif ini mendorong
Fisher untuk mengemukakan istilah homo narrans (mahluk pencerita) sebagai
metafora untuk mendefinisikan kemanusiaan.39 Fisher juga berargumen bahwa
semua komunikasi adalah naratif dan naratif bukan genre khusus, melainkan
37
Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), Edisi ke-3, hal. 51
38
Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, hal. 44 39
sebuah bentuk pengaruh sosial bahkan semua kehidupan disusun dari cerita-cerita
atau naratif.40
Menurut Fisher ada lima asumsi dasar yang dikemukakan Fisher yaitu:41
a. Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencerita
b. Keputusan mengenai harga diri sebuah cerita didasarkan pada
“pertimbangan sehat” (good reasons)
c. Pertimbangan yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya dan
karakter
d. Rasionalitas didasarkan pada penilaian orang mengenai konstitensi dan
kebenaran sebuah cerita
e. Kita mengalami dunia sebagai dunia yang diisi dengan cerita dan kita
harus memilih dari cerita yang ada
Ditambahkan juga bahwa narasi menurut Gorys Keraf dalam bukunya
Argumentasi dan Narasi yaitu suatu bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi.42
Unsur-unsur narasi bukan hanya sekedar tulisan semata tetapi ada hal-hal lain
yang kita sering jumpai yaitu argumentasi, eksposisi, dan deskripsi.
a. Asumsi dasar
Menurut Sarah Trenholm dan Arthur Jensen Komunikasi adalah suatu
proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam
saluran. Menurut Richard West dan Lynn H. Turner komunikasi adalah proses
40
Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, hal. 51 41
Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, hal. 46-50 42
sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan
dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.43 Menurut penulis
berdasarkan pengertian komunikasi seperti yang dikemukakan para ahli diatas
komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari seorang pemberi pesan
kepada seorang penerima pesan melewati sebuah media yang memudahkan isi
pesan sampai kepada penerima pesan. Sehingga, pesan yang dimaksud disini
adalah isi pesan juga dapat berubah simbol-simbol yang nantinya akan disalurkan
melewati sebuah media atau media massa yang memudahkan pemberi pesan
dalam memberikanya kepada penerima pesan baik secara individu maupun
terhadap massa.
Komunikasi memiliki beberapa unsur penting yang saling terkait di
dalamnya menurut model Lasswell antara lain:
1. Pemberi pesan, merupakan pihak yang memberikan informasi kepada
penerima pesan baik melalui media maupun secara langsung.
2. Isi pesan, merupakan informasi yang akan disampaikan kepada
penerima pesan.
3. Media, merupakan wadah dimana dapat menyalurkan informasi yang
disampaikan dari pemberi pesan kepada penerima pesan.
4. Penerima pesan, merupakan pihak yang menerima informasi baik secara
langsung maupun melalui media.
43
5. Efek atau akibat, merupakan hasil dari informasi yang diterima
penerima pesan berupa perubahan sikap atau tanggapan.44
Gambar 1.2 Unsur Komunikasi
Gambar: Model Lasswell
Dikaitkan dalam Konvergensi Simbolik model komunikasi yang terjadi
memiliki 3 komponen dasar yaitu:
1. Lingkungan fisik, sosial psikologis dan waktu.
Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi, masing-masing
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain.
2. Sumber dan Penerima
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk menegaskan bahwa
setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber sekaligus
Enkoding merupakan proses menyerap isyarat-isyarat pada komunikasi non
verbal yang menjalankan fungsi penerima, sedangkan dekoding merupakan
proses pemecahan sandi atau proses membawa kemasan pesan.45
Gambar 1.3 Proses Komunikasi
b. Entry concept
Merupakan Konsep masukan pada teori ini, istilah ini sering dipergunakan
untuk menggambarkan suatu set-entitas yang berinteraksi artinya sistem
merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam
suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. Konsep masukan memiliki arti
merupakan kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai
tujuan.46
Peneliti berpendapat bahwa konsep masukan mengenai teori ini adalah
keterbukaan informasi dan adanya kebebasaan dalam memahami suatu simbol dan
45
Stephen, Littlejohn, Theory of Human Communication, (Salemba Humanika, Jakarta: 2009). hal. 236-238
46
makna.seringkali suatu informasi terdapat masalah yaitu asal muasal dan
faktualitas suatu informasi sehingga terjadi ketidakselarasan antara simbol dan
makna yang terjadi dalam masayarakat. Proses komunikasi sudah berlangsung dan
pemahaman rasionalitas akan suatu simbol sudah dipahami namun sering terjadi
kesalahan di akhir penafsiran yaitu keterbukaan yang sering sekali ditutupi dengan
banyak kegagalan dalam suatu informasi. Lalu kebebasan dalam memahami
simbol, setiap individu tentunya memiliki penafsiran berbeda dalam memahami
suatu pandangan dan makna itu merupakan realitas namun banyak terjadi
ketidakbebasan dalam berpendapat sebagai contoh seorang pemimpin terhadap
bawahanya.
c. Konteks dalam Penelitian
Penelitian ini merujuk akan Teori Konvergensi Simbolik dikarenakan media
sosial merupakan suatu simbol dari penyebaran arus informasi kepada khalayak
luas yaitu individu ke individu maupun individu terhadap kelompok yang mana
arus informasi didalamnya beragam kemudian, menyatu dalam suatu titik yaitu
media sosial. Kemajuan ilmu teknologi dan kecepatan arus informasi menjadi
sangat beragam. Masyarakat luas dituntut aktif dan berperan serta dalam
pengetahuan umum maupun pendidikan formal namun, ketiadaannya suatu wadah
dalam menampung segala arus informasi yang bersifat one to many membuat arus
informasi ini menjadi kurang menarik.47
47