• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Jantung Pisang Kepok Dalam Pembuatan Nugget, Daya Terima dan Nilai Gizinya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Jantung Pisang Kepok Dalam Pembuatan Nugget, Daya Terima dan Nilai Gizinya"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

FORMULIR

UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK)

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Petunjuk

1. Cicipilah sampel nugget satu persatu.

2. Berikan penilaian anda dengan cara mengisi kolom kode sampel pada tabel berdasarkan tingkat kesukaan anda (lihat keterangan yang ada dibawah tabel).

3. Netralkan indera pengecap anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu sampel.

Indikator Kode sampel

J1 J2

Aroma Warna Rasa Tekstur

Keterangan : Keterangan untuk warna : - Sangat suka = 4 Sangat menarik = 4

- Suka = 3 Menarik = 3

(2)
(3)

Lampiran 3

Hitungan AKG Nugget dengan Penambahan Jantung Pisang Kepok

Angka kecukupan protein, lemak, serat dan fosfor yang dianjurkan untuk

orang Indonesia (per orang per hari), dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel L. 1. Angka Kecukupan Zat Gizi per orang per hari

Protein (gr) Lemak (gr) Serat (gr) Fosfor (mg)

Kandungan gizi pada satu potong nugget dengan berat 37,5 gram dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel L. 2. Hasil Analisis Kandungan Gizi Nugget per 37,5 gram bahan

No. Zat Gizi J1 J2

1. Protein 3,45 4,01

2. Lemak 0,79 0,67

3. Serat pangan 1,33 2,47

4. Fosfor 0,12 0,04

Berdasarkan tabel L.2 hasil kandungan gizi nugget, dapat dihitung energi

yang dihasilkan dari protein dan lemak pada konsumsi nugget per satu potong, yaitu :

Energi pada Nugget perlakuan J1

Protein = 3,45 gram , Energi yang dihasilkan = 3,45 x 4 = 13,8 kkal Lemak = 0,79 gram, Energi yang dihasilkan = 0,79 x 9 = 7,11 kkal

(4)

Protein = 4,01 gram , Energi yang dihasilkan = 4,01 x 4 = 16,04 kkal Lemak = 0,67 gram, Energi yang dihasilkan = 0,67 x 9 = 6,03 kkal

Catatan :

- 1 kkal protein = 4 gram protein - 1 kkal lemak = 9 gram lemak

Konsumsi normal serta aman untuk nugget agar tidak melebihi kebutuhan protein, lemak, serat dan fosfor per hari, pada masing-masing kelompok umur

yaitu :

- Anak- anak, nugget perlakuan J1 = maksimal 4 potong nugget nugget perlakuan J2 = maksimal 10 potong nugget

- Remaja laki-laki, nugget perlakuan J1 = maksimal 10 potong nugget

nugget perlakuan J2 = maksimal 14 potong nugget

- Remaja perempuan, nugget perlakuan J1 = maksimal 10 potong nugget nugget perlakuan J2 = maksimal 12 potong nugget

- Dewasa laki-laki, nugget perlakuan J1 = maksimal 5 potong nugget

nugget perlakuan J2 = maksimal 12 potong nugget

- Dewasa perempuan, nugget perlakuan J1 = maksimal 5 potong nugget

nugget perlakuan J2 = maksimal 11 potong nugget

- Lansia laki-laki, nugget perlakuan J1 = maksimal 5 potong nugget

nugget perlakuan J2 = maksimal 9 potong nugget

- Lansia perempuan, nugget perlakuan J1 = maksimal 5 potong nugget

(5)

Lampiran 4

Perhitungan Nilai Ekonomis Nugget dengan Penambahan Jantung Pisang - Jantung Pisang Kepok Segar ± 700 gram = Rp. 5.000,-

Perhitungan harga nugget dengan penambahan jantung pisang dalam 300 gr bahan.

Ukuran Bahan Pembuatan Nugget Ayam Kombinasi

Bahan J1 J2

- Dari semua ukuran bahan yang digunakan menghasilkan nugget dengan berat adonan seluruhnya adalah 600 gram.

(6)

No. Bahan

Harga (Rp)

J1 J2

1. Jantung pisang Rp. 800,- Rp. 1.500,- 2. Daging Ayam Rp. 6.500,- Rp. 5.000,- 3. Tepung terigu Rp. 1.000,- Rp. 1.000,-

4. Telur Rp. 1.500,- Rp. 1.500,-

5. Bawang putih Rp. 500,- Rp. 500,-

6. Merica Rp. 500,- Rp. 500,-

7. Tepung panir Rp. 3.000,- Rp. 3.000,- 8. Minyak goreng Rp. 6.500,- Rp. 6.500,-

Total Rp. 20.300,- Rp. 19.500,-

- Total harga dalam pembuatan nugget perlakuan J1 adalah Rp. 20.000,-

- Harga per satu potong nugget adalah Rp. 1.250,-

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

Lampiran 8

Dokumentasi Penelitian

Gambar : Jantung Pisang Kepok Gambar : Irisan Jantung Pisang

Gambar : Perebusan Irisan Jantung Gambar : Jantung Pisang Kepok

Pisang Kepok dihaluskan

(13)

Gambar : Pencampuran bahan menjadi adonan

Gambar : Pengukusan Adonan Gambar : Nugget yang telah

Nugget dikukus

Gambar : Potongan Nugget Gambar : Nugget yang

(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Y. 2008. Nugget. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Almatsier, S. 2003. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta : Gramedia Pustaka

Astawan, I.M. 1998. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna. Akademi Presindo. Jakarta.

Astawan, I.M. 2006. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta Astawan, I.M. 2007. Nugget Ayam Bukan Makanan Sampah.

http://64.203.71.11/kesehatan/news/0508/0/130052.htm. Diakses tanggal 26 Juli 2007

Astawan, I.M. 2008. Pisang Sebagai Buah Kehidupan. www.edukasi.kompas.com. Diakses tanggal 17 Agustus 2008

Astawan, I.M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Depok : Penebar Swadaya

Azwar, A. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta

BPS. 2012. Produksi Buah-Buahan di Indonesia 1995-2012. BPS. Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. 2002. Nugget Ayam. SNI 01-6683- 2002. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

Direktorat Gizi Depkes RI. 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Farhana, A. 2013. Pemanfaatan Jantung Pisang Kepok Kuning (Musa paradisiaca), Tepung Kedelai dan Tepung Tapioka sebagai Bahan Tambahan Pada Bakso Daging Sapi. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta Fitri, S.J. 2011. Kebiasaan konsumsi fast food pada siswa yang berstatus gizi

lebih di SMA Kartini Batam. Skripsi. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Heath, H. B. 1981. SourceBook of Flavors. AVI Publishing Company: Westport, Connecticut

(16)

Jaclyn, S. 2012. What’s in your chicken nugget. Edisi pertama, The Rossen Publishing Group.Inc, Newyork.

Kartika dkk. 1998. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta : UGM Kaleka, N. 2013. Pisang Pisang Komersial. PT. Gramedia, Surakarta

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Bakti Husada

Khomsan, A. 2007. Sehat Dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta : Kompas Medanense, H. 2011. Klasifikasi Pisang Kepok. Universitas Sumatera Utara

Munadjim, 1983. Teknologi Pengolahan Pisang. PT. Gramedia, Jakarta. Nio, O.K. 1992. Daftar Analisa Bahan Makanan. UI-Press, Jakarta.

Nurhadi, B. dan Nurhasanah, S. 2010. Sifat Fisik Bahan Pangan. Bandung : Widya Padjadjaran

Nurmalina, R. 2011. Pencegahan & Manajemen Obesitas. Elex Media Komputindo, Bandung.

Nurzainah, G. dan Namida, U. 2005. Pengunaan Bahan Pengisi Pada Nugget Itik Air. http://www.repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 8 Mei 2011 Palungkun, R. dan Budiarti, A. 1992. Bawang Putih Dataran Rendah. Penebar

Swadaya, Jakarta

Piliang, W.G dan S. Djojosoebagio. 1996. Fisiologi Nutrisi Edisi Kedua. Jakarta: UI- Press

Prabawati, S., Suyanti dan Setyabudi, D.A. 2008. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Buah Pisang. Penyunting: Wisnu Broto. Balai

Besar Penerbitan dan Pengembangan Pertanian

Prayitno,S. dan Susanto T. 2001. Kupang dan makanan tradisional Sidoarjo. Surabaya: Trubus Agriasasana.

Pujimulyani, D. 2009. Teknologi Pengolahaan Sayur dan Buah-buahan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

(17)

Rahayu, W.P. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor.

Redaksi. Agro Media. 2009. Budidaya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Jakarta : Agro Media Pustaka

Rimbawan dan Siagian, A. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta : Penebar Swadaya

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013

Santoso, A. 2011. Serat Pangan (Dietary Fiber) Dan Manfaatnya Bagi

Kesehatan. Fakultas Teknologi Pertanian.

http://journal.unwidha.ac.id/index.phpmagistra/article/viewfile/74/36. Diakses tanggal 8 februari 2016

Sari, N.K. 2010. Analisa Instrumentasi. Cetakan Pertama. Klaten : Yayasan Humaniora

Satuhu, S. dan Supriyadi, A. 2004. Budi daya, Pengolahan dan Prospek Pasar Pisang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setyaningsih, D., Apriyanto, A., dan Sari, M.P. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor : IPB Press

Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.

Soewitomo, S. 2009. 1000 Resep Makanan & Kue Sisca Soewitomo yang Paling Dicari. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Solihin, M. A. 2005. Substitusi Tepung Terigu dengan Pati Sagu dalan Proses Pembuatan Cake. Skripsi. Riau : Fakultas Teknologi Agrikultur Universitas Riau

Sulistijani, D.A. 2002. Sehat dengan Menu Berserat. Jakarta: Trubus Agriwidia.

Sunaryo, E. 1985. Pengolahan produk Serelia dan Biji-bijian. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. IPB, Bogor.

(18)

Syamsir, E. 2006. Panduan Praktikum Pengolahan Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fateta IPB. Bogor.

Tarwotjo, C.S. 1998. Dasar- dasar Gizi Kuliner. Grasindo. Jakarta.

Vogel, A. I. 1979. Textbook of Macro and Semimacro Qualitative Inorganic Analysis. Penerjemah: Soetiono, L. dan Pudjaatmaka, A.H. Buku Tekas Vogel Kimia Analisis Anorganik Kualitatif. Edisi Kelima. Bagian II. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka. Halaman 378-379

Wahyuningsih, M. 2010. Kenapa Makan sayur dan Buah itu Penting. http://us.detikhealth.com. Diakses 3 Mei

Wattimena dkk. 2012. Kualitas Bakso Berbahan Dasar Daging Ayam dan Jantung Pisang dengan Bahan Pengikat Tepung Sagu. Skripsi. Program Studi Magister Ilmu Ternak. Fakultas Perternakan. Universitas Diponegoro. Semarang

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan Keenam. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor

Winarno, F.G. 2002. Pangan Bagi Kesehatan dan Vitalitas. Bogor : M-Brio Press.

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka. Winarti, S. 2010. Makanan Fungsional. Yogyakarta : Graha Ilmu

Wirakusuma, E.S. 2007. Jus Buah dan Sayuran. Jakarta : Niaga Swadaya

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimen dengan desain rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari satu faktor saja yaitu penambahan jantung pisang kepok pada pembuatan nugget. Pada penelitian ini

pembuatan nugget dengan penambahan jantung pisang kepok dan memiliki 2 perlakuan yang digunakan yaitu dengan penambahan jantung pisang J1 dan J2

sebesar 20% dan 40%.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian pembuatan nugget hasil penambahan jantung pisang kepok dilakukan di tempat tinggal peneliti di Jl. Ampera No. 47 E. Pengujian zat gizi

nugget hasil penambahan jantung pisang dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi

Industri Medan dan pelaksanaan uji daya terima nugget dilakukan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3.2.2 Waktu Penelitian

Pengajuan judul skripsi Pemanfaatan Jantung Pisang Kepok dalam

Pembuatan Nugget, Nilai Gizi dan Daya Terimanya memperoleh izin pada tanggal 21 September 2015 dari peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas

(20)

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah nugget dengan substitusi jantung pisang kepok

yang dibuat dengan formulasi 80% : 20% dan 60% : 40%. Formulasi 80% : 20% yaitu nugget yang dibuat dengan daging ayam 80% dan jantung pisang 20%,

sedangkan formulasi 60% : 40% yaitu nugget yang dibuat dengan daging ayam 60% dan jantung pisang 40%.

3.4 Definisi Operasional

1. Jantung pisang kepok adalah bagian dari tanaman pisang yang berbentuk jantung yang berwarna merah keunguan.

2. Nugget adalah produk olahan daging yang dicetak, dimasak, dibuat dari campuran daging giling yang diberi bahan pelapis dengan penambahan

bahan makanan lain.

3. Daya terima adalah tingkat kesukaan panelis terhadap nugget yang di substitusi jantung pisang kepok.

4. Warna adalah corak rupa yang ditimbulkan oleh nugget hasil subtitusi jantung pisang yang dapat dibedakan dengan indera penglihatan.

5. Rasa adalah daya terima panelis terhadap nugget yang di subtitusi jantung pisang kepok yang dapat dirasakan oleh indera pengecap.

6. Aroma adalah bau khas yang dihasilkan oleh nugget hasil penambahan

jantung pisang yang dapat dirasakan oleh indera pencium.

7. Tekstur adalah tingkat keempukan yang dihasilkan oleh nugget hasil

(21)

3.5 Tahapan Penelitian 3.5.1 Tahapan Persiapan

Tahapan pertama yaitu kita harus mempersiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan untuk membuat nugget hasil penambahan jantung pisang kepok,

dimana alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu : a. Alat

Alat yang digunakan harus memenuhi syarat yaitu dalam kondisi bersih, dapat digunakan sesuai dengan fungsinya dan peralatan tidak menimbulkan reaksi kimia seperti berkarat. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah alat penggiling/ blender, pengukus, pisau, timbangan, loyang berukuran sedang, wajan, talenan, kompor.

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan nugget hasil substitusi jantung pisang kepok dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jenis dan Ukuran Bahan Pembuatan Nugget Subtitusi

Berat total dari bahan utama adalah

(22)

3.5.2 Tahapan pelaksanaan dan penyelesaian

Tahap pelaksanaan dalam pembuatan nugget hasil penambahan

jantung pisang sebagai berikut :

a. Jantung pisang dibersihkan lalu diiris-iris menjadi potongan kecil

dengan ukuran 3 x 3 cm selanjutnya irisan jantung pisang direbus selama 5 menit. Rebusan jantung pisang dihaluskan menggunakan

blender.

b. Daging ayam yang telah dibersihkan kemudian dihaluskan menggunakan alat penggilingan.

c. Jantung pisang halus dan daging ayam giling lalu dicampur dengan tepung terigu dan bumbu yaitu garam, gula, bawang putih, merica

dilanjutkan dengan menambah air. Kemudian diaduk sampai rata dan menjadi sebuah adonan.

d. Adonan dimasukkan ke dalam loyang dikukus dengan suhu di atas 66˚C selama 20 menit. Adonan yang sudah dikukus kemudian

didinginkan.

e. Selanjutnya pemotongan adonan nugget menjadi bentuk empat persegi berukuran 2,5 x 3 cm dengan tebal 1,5 cm.

f. Potongan nugget lalu dilumuri perekat tepung (batter) dan diselimuti

tepung roti (breading).

g. Nugget yang sudah diselimuti tepung roti digoreng dalam minyak

(23)

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Nugget Penambahan Jantung Pisang Pengupasan dan dibersihkan

Pengirisan (3 x 3 cm)

Perebusan 100˚C, 5 menit

Penggilingan

Dibersihkan

Penggilingan daging ayam selama 2 menit

Jantung Pisang Kepok Daging Ayam

Jantung Pisang Halus Daging Ayam Giling

Pencampuran bahan

Dicetaak dalam loyang ukuran sedang

Batter dan breading Adonan Nugget

Penggorengan selama 4 menit Dipotong – potong ukuran 4x4

Dikukus 20 menit (100˚C)

Didinginkan 25-27˚C

Dibekukan selama 30 menit

(24)

3.6 Uji Daya terima

Untuk mengetahui hasil dari percobaan perlu dilaksanakan penilaian

kepada masyarakat dengan uji daya terima (uji organoleptik). Jenis uji daya terima yang digunakan adalah uji kesukaan atau hedonik menyatakan suka atau tidak

sukanya terhadap suatu produk.

Uji hedonik adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat

daya terima konsumen dengan mempergunakan skala hedonik sembilan titik sebagai acuan, namun mempermudah penelis dan peneliti skala ini diperkecil menjadi 4 tingkatan dengan skor yang paling rendah adalah 1 dan skor yang

paling tinggi adalah 4. Berdasarkan tingkatannya, tingkat penerimaan konsumen dapat diketahui sesuai dengan tabel berikut ini :

Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Panelis pada Uji Hedonik

Organoleptik Skala Hedonik Skala Numerik

(25)

1. Panelis

Penilaian kesukaan/ analisa sifat sensoris suatu komoditi diperlukan alat instrumen, alat yang digunakan terdiri dari orang/ kelompok orang yang

disebut panel, orang yang bertugas sebagai panel disebut panelis. Panelis dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih yaitu Mahasiswa/i

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebanyak 30 orang.

2. Pelaksanaan Penilaian

a. Tempat

Penilaian uji daya terima terhadap pembuatan nugget hasil subtitusi

jantung pisang dilaksanakan di Fakultas Kesehatan Masyarakat. b. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam pembuatan nugget hasil olahan jantung

pisang dengan . Sedangkan alat yang digunakan adalah formulir penilaian, alat tulis, saus dan air minum dalam kemasan.

3. Langkah – langkah pada uji kesukaan

a. Mempersilahkan panelis untuk duduk di ruangan yang telah disediakan.

b. Membagikan sampel, formulir, alat tulis, saus dan air minum dalam kemasan.

(26)

d. Memberikan kesempatan kepada panelis untuk memulai dan menuliskan penilaian pada lembar fomulir penilaian.

e. Mengumpulkan formulir yang telah diisi oleh panelis.

f. Setelah formulir penilaian dikumpulkan kemudian dianalisis dengan

analisis deskriptif persentase. 3.7 Metode Analisis

Pada metode analisis dilakukan uji laboratorium yang dilaksanakan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan. Nugget penambahan jantung pisang kepok di uji kadar protein, kadar lemak dan kadar serat kasar. Adapun

langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengujian adalah sebagai berikut 3.7.1 Uji Kadar Serat Kasar

Metode pengujian yang dilakukan dalam penetuan kadar serat berdasarkan pada SNI 01-2891-1992 adalah sebagai berikut :

1. Ditimbang 5 gram bahan, kemudian dimasukkan ke dalam tabung fluks

2. Kemudian ditambahkan 200 mL H2SO4 1,25%, dan dididihkan selama 30 menit

3. Selanjutnya disaring dan residu yang tertinggal dalam erlemeyer dicuci dengan aquadest mendidih. Residu dalam kertas saring dicuci sampai tidak bersifat asam lagi

(27)

5. Dalam keadaan panas disaring dengan kertas saring yang telah diketahui bobotnya. Dicuci berturut turut dengan air panas, hingga tidak bersifat

basa lagi

6. Residu dicuci lagi dengan alkohol 95% sebanyak 15 ml. Setelah itu, kertas

saring dengan isinya dikeringkan pada 105 selama 1-2 jam hingga bobot tetap

Perhitungan :

Kadar serat kasar = − −

ℎ x 100% Keterangan :

A = bobot cawan + kertas saring + isi B = bobot abu + cawan

C = bobot kertas saring 3.7.2 Uji Kadar Kalsium

Penentuan kadar kalsium dan fosfor dilakukan dengan menggunakan metode SSA (Spektrofotometri Serapan Atom). Prinsip metode SSA adalah kelarutan logam akan mencapai kondisi maksimum pada derajat keasaman yang

tinggi, hal ini akan dicapai pada PH 2-4. Kelarutan logam tersebut dapat diperbesar sehingga menaikkan temperatur. Larutan bahan disemprotkan

melalui aspirator kedalam nyala pada alat SSA akan mengalami proses penguapan-pelarut, sublimasi akan menyerap sejumlah sinar. Jumlah sinar diserap akan sebanding dengan konsentrasi unsur yang dianalisis (Sari, 2010).

(28)

2. Kemudian diabukan, sampai terbentuk abu putih

3. Kemudian, abu ditambahkan dengan campuran larutan standart Ca dan Mg

ke dalam tabung kimia

4. Setelah itu, ditambahkan larutan Cl3

5. Sampel dianalisis dengan SSA Perhitungan :

� = C1 x P x fk1

w x 100%+ =

C2 x P x fk2

w x 100%

3.7.3 Uji Kadar Fosfor

Cara kerja dalam menentukan kadar fosfor dengan metode SSA yaitu : 1. Ditimbang 5 gram sampel

2. Kemudian diabukan, sampai terbentuk abu putih

3. Kemudian, abu ditambahkan dengan pereaksi ammonium

4. Setelah itu ditambahkan larutan standar fosfor dan diamkan selama 10 menit sampai pengembangan warna terjadi

5. Lalu, intensitas warna diukur dengan spektropotometer pada panjang gelombang 420 nm

6. Kemudian dibuat kurva standar dan dihitung kadar fosfor

Perhitungan :

� � = O x P

w x 100%

3.7.4 Uji Protein (Metode Semimikro kjeldhal) Cara Kerja :

(29)

2. Tambahkan 2 g campuran selen dan 25 ml H2SO4 pekat.

3. Panaskan di atas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan

larutan menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam).

4. Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukkan ke dalam labu ukur 100

ml, tepatkan sampai tanda garis.

5. Pipet 5 ml larutan dan masukkan ke dalam alat penyuling tambahkan 5 ml

NaOH 30% dan beberapa tetes indikator PP.

6. Sulingkan selama lebih kurang 10 menit, sebagai penampung gunakan 10 ml larutan asam borat 2% yang telah dicampur indikator.

7. Bilas ujung pendingin dengan air suling. 8. Titar dengan larutan HCl 0.01 N

9. Kerjakan penetapan blanko.

V1 : Volume HCl 0,01 N yang dipergunakan penitaran contoh V2 : Volume HCl yang diperguakan penitaran blanko

N : Normalitas HCl

f.k. : Protein dari – makanan secara umum 6,25 - susu dan hasil olahannya 6,38 - minyak kacang 5,46

f.p. : Faktor pengenceran

3.7.5 Uji Lemak (Metode Hidrolisis / Weibull) Cara kerja :

1. Timbang seksama 1 g – 2 g cuplikan ke dalam gelas piala.

(30)

3. Tutup gelas pial dengan kaca arloji dan didihkan selama 15 menit.

4. Saring dalam keadaan panas dan cuci dengan air panas sehingga tidak

bereaksi asam lagi.

5. Keringkan kertas saring berikut isinya pada suhu 100°C - 105°C.

6. Masukkan ke dalam kertas saring pembungkus (paper thimble) dan ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya 2 jam – 3 jam pada suhu lebih

kurang 80°C.

7. Sulingkan larutan heksana atau pelarut lemak lainnya dan keringkan ekstrak lemak pada suhu 100°C - 105°C.

8. Dinginkan dan tibang.

9. Ulangi proses pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap.

Perhitungan:

Kadar Lemak =

w

1

w

2

w

x 100%

Dimana:

W : Bobot cuplikan, dalam g

W1 : Bobot labu lemak sesudah ekstraksi, dalam g W2 : Bobot labu lemak sebelum ekstraksi, dalam g

3.8 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang dikumpulkan, diolah secara manual kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Analisis deskriptif persentase ini digunakan untuk mengkaji reaksi panelis terhadap suatu bahan yang diujikan.

(31)

dahulu untuk dijadikan data kuantitatif. Nilai untuk mendapatkan persentase

Untuk mengubah data skor persentase menjadi nilai kesukaan konsumen,

analisisnya sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu sebagai berikut :

Nilai tertinggi = 4 (suka)

Nilai terendah = 1 (tidak suka) Jumlah kriteria yang ditentukan = 4

Jumlah panelis = 30 orang

a. Skor maximum = jumlah panelis x nilai tertinggi

= 30 x 4 = 120

(32)

e. Rentangan = persentase maximum - persentase minimum = 100% - 25% = 75%

f. Interval persentase = rentangan : jumlah kriteria = 75% : 4 = 18,75%

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat dibuat interval persentase dan kriteria kesukaan sebagai berikut.

Tabel 3.4. Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan

Persentase (%) Kriteria Kesukaan

81,25 – 100,00 Sangat suka/Sangat menarik

62,50 – 81,24 Suka/Menarik

43,75 – 62,49 Kurang suka/Kurang menarik

(33)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Nugget dengan Penambahan Jantung Pisang Kepok

Berdasarkan kedua perlakuan yang telah dilakukan terhadap nugget dengan penambahan jantung pisang kepok maka dihasilkan nugget yang berbeda.

Perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar dan tabel 4.1 berikut ini :

Gambar 4.1 Nugget dengan konsentrasi Gambar 4.1 Nugget dengan konsentrasi

20% 40%

Tabel 4.1 Karakteristik Nugget dengan Penambahan Jantung Pisang Kepok

Karakteristik Nugget

J1 J2

Aroma Khas nugget Khas nugget

Warna Putih keabu-abuan Putih keabu-abuan

Rasa Khas nugget Khas nugget

Tekstur Kompak, sedikit serat halus Kompak, banyak serat halus Keterangan :

J1 : Nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 20%

J2 : Nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 40%

Berdasarkan berat bahan dasar daging ayam dan jantung pisang kepok yaitu 300 gram, menghasilkan adonan dengan berat 600 gram dan dibagi menjadi 16 potong nugget. Satu potong nugget dengan penambahan jantung pisang kepok

(34)

4.2 Deskriptif Panelis

Panelis adalah 30 orang mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat

(FKM) Universitas Sumatera Utara (USU). Panelis terdiri dari 18 orang perempuan dan 12 orang laki-laki. Umur panelis berkisar 19-24 tahun, dan pada

saat diminta tanggapan/penilaian, secara visual panelis tidak dalam keadaan sakit, tidak mengalami cacat fisik pada organ yang dipakai untuk menilai dan dalam

keadaan emosional yang stabil.

4.3 Analisis Organoleptik Aroma Nugget dengan Penambahan Jantung Pisang Kepok

Hasil analisis organoleptik aroma nugget kombinasi jantung pisang kepok dengan skala hedonik dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Nugget

Aroma Perlakuan

J1 : Nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 20%

J2 : Nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 40%

Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat dari kedua perlakuan dalam uji organoleptik terhadap aroma, nugget dengan penambahan jantung pisang kepok J1

memiliki total skor tertinggi persentase yaitu 102 (85%) dengan kriteria sangat suka, sedangkan nugget dengan penambahan jantung pisang kepok J2 memiliki

(35)

menunjukkan bahwa sebagian besar panelis menyukai aroma nugget dengan penambahan jantung pisang kepok.

4.4 Analisis Organoleptik Warna Nugget dengan Penambahan Nugget Jantung Pisang Kepok

Hasil analisis organoleptik warna nugget kombinasi jantung pisang kepok dengan skala hedonik dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Hasil Analisis Organoleptik Warna Nugget

Warna Perlakuan

Kriteria Skor J1 J2

Panelis Skor % Panelis Skor %

Sangat menarik 4 6 24 20 4 16 13,33

Menarik 3 12 36 30 15 45 37,50

Kurang menarik 2 12 24 20 11 22 18,33

Tidak menarik 1 0 0 0 0 0 0

Total 30 84 70 30 83 69,16

Keterangan :

J1 : Nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 20%

J2 : Nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 40%

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat dari kedua perlakuan dalam uji

organoleptik terhadap warna, nugget dengan penambahan jantung pisang kepok J1

memiliki total skor persentase tertinggi yaitu 84 (70%) dengan kriteria kesukaan adalah menarik. Sedangkan skor persentase terendah pada nugget dengan

penambahan jantung pisang kepok J2 adalah 83 (69,16%) dengan kriteria

kesukaan adalah menarik. Hal ini berarti bahwa sebagian besar panelis menyukai

(36)

4.5 Analisis Organoleptik Rasa Nugget dengan Penambahan Jantung Pisang Kepok

Hasil analisis organoleptik rasa nugget kombinasi jantung pisang kepok dengan skala hedonik dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Hasil Analisis Organoleptik Rasa Nugget

Rasa Perlakuan

J1 : Nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 20%

J2 : Nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 40%

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat dari kedua perlakuan dalam uji organoleptik terhadap rasa, nugget dengan penambahan jantung pisang kepok J2

memiliki total skor persentase tertinggi yaitu 110 (91,67%) dengan kriteria kesukaan adalah sangat suka, sedangkan nugget dengan penambahan jantung

pisang kepok J1 memiliki total skor persentase terendah yaitu 94 (78,34%) dengan

kriteria suka. Hal ini berarti bahwa sebagian besar panelis menyukai nugget dengan konsentrasi jantung pisang kepok.

4.6 Analisis Organoleptik Tekstur Nugget dengan Penambahan Jantung Pisang Kepok

(37)

Tabel 4.5 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Nugget

Tekstur Perlakuan

Kriteria Skor J1 J2

Panelis Skor % Panelis Skor %

Sangat suka 4 7 28 23,33 11 44 36,67

Suka 3 18 54 45 12 36 30

Kurang suka 2 5 10 8,33 7 14 11,67

Tidak suka 1 0 0 0 0 0 0

Total 30 92 76,66 30 94 78,34

Keterangan :

J1 : Nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 20%

J2 : Nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 40%

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat dari kedua perlakuan dalam uji

organoleptik terhadap tekstur, nugget dengan penambahan jantung pisang kepok J2 memiliki total skor persentase tertinggi yaitu 94 (78,34%) dengan kriteria

kesukaan adalah suka. Sedangkan total skor persentase tertinggi pada nugget

dengan penambahan jantung pisang kepok J1 adalah 92 (76,67%) dengan kriteria

kesukaan adalah suka. Hal ini berarti sebagian besar panelis menyukai nugget

dengan konsentrasi jantung pisang kepok.

4.7 Kandungan Zat Gizi Nugget dengan Penambahan Jantung Pisang Kepok Perlakuan yang berbeda dalam penambahan jantung pisang kepok

menghasilkan nugget dengan penambahan jantung pisang kepok dengan kandungan zat gizi yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan perhitungan

(38)

Tabel 4.6 Hasil Analisis Kandungan Gizi Nugget dengan Penambahan Jantung Pisang Kepok dalam 100 gram

No. Parameter Satuan J1

Berdasarkan hasil analisis kandungan zat gizi nugget penambahan jantung pisang kepok dalam 100 gram pada tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa nugget J1

memiliki kadar serat kasar 0,71%, kadar fosfor 0,32%, kalsium <0,010 mg, kadar protein 10,70 dan kadar lemak 2,11%. Sedangkan nugget J2 memiliki kadar serat

kasar 1,32%, kadar fosfor 0,12%, kalsium <0,010 mg, kadar protein 9,20%, dan kadar lemak 1,80%.

Dilihat dari hasil ini kadar protein, lemak dan fosfor meningkat pada

nugget J1 sesuai dengan semakin tingginya konsentrasi daging ayam yang

digunakan dalam pembuatan nugget, dengan kata lain semakin banyak daging

ayam yang ditambahkan dalam pembuatan nugget maka semakin tinggi kandungan gizinya. Sedangkan kandungan serat kasar pada J2 lebih tinggi

dibandingkan dengan J1 hal ini dikarenakan penggunaan jantung pisang kepok

yang lebih banyak sebesar 120 gr dibanding J1 adalah 60 gr.

Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi jantung pisang

(39)

nugget. Sedangkan semakin banyak daging ayam yang ditambahkan dan semakin

sedikit konsentrasi jantung pisang yang digunakan maka kandungan serat semakin

rendah dan kadar lemak, protein serta fosfor nugget akan meningkat.

Kandungan zat gizi nugget dengan penambahan jantung pisang kepok juga

dihitung sebelumnya berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Perhitungan kandungan gizi nugget berdasarkan DKBM merupakan perhitungan

kandungan gizi sebelum nugget dibuat. Sedangkan kandungan gizi hasil analisis laboratorium merupakan kandungan gizi sesudah nugget dibuat melalui proses pengolahan seperti pemasakan yang dapat menghilangkan kandungan gizi dalam

nugget tersebut. Untuk itu, perlu dibandingkan nugget sebelum dan sesudah dibuat agar kita bisa melihat banyaknya kandungan gizi yang hilang ataupun

bertambah dalam pembuatan nugget tersebut. Kandungan gizi serat, fosfor, protein dan lemak nugget dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini :

Tabel 4.7 Komposisi Zat Gizi per 100 g Nugget

Jenis Zat Gizi Kandungan Gizi Nugget

Jantung pisang kepok : Ayam Sumber : Dihitung berdasarkan bahan yang pada Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2009)

Apabila dilihat kandungan gizi hasil analisis di laboratorium dan kandungan gizi yang dihitung berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan

(40)

pisang kepok merupakan hasil uji laboratorium per 100 gram nugget. Sedangkan hasil perhitungan nugget berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan

merupakan perhitungan per berat nugget seluruhnya yaitu 600 gram.

Berdasarkan tabel 4.7 per 100 gram nugget, kandungan protein nugget

substitusi pada J1 (11,02) dan J2 (9,32) lebih tinggi dibandingkan hasil analisis

laboratorium nugget substitusi pada J1 (10,70) dan J2 (9,20). Kandungan protein

hasil analisis laboratorium terhadap nugget sesudah dibuat lebih rendah dengan hasil perhitungan DKBM sebelum nugget dibuat. Menurut Khomsan (2007) penanganan bahan pangan dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai gizi. Zat

gizi yang terkandung dalam bahan pangan akan rusak pada sebagian besar proses pengolahan, karena sensitif PH, oksigen, sinar, dan panas atau kombinasi

diantaranya.

Lemak nugget substitusi pada J1 (10,03) dan J2 (7,55) lebih tinggi

dibandingkan hasil analisis laboratorium nugget substitusi pada J1 (2,11) dan J2

(1,80). Kandungan lemak nugget hasil analisis laboratorium lebih rendah daripada hasil perhitungan DKBM dikarenakan penggunaan bahan baku daging ayam

sebagai sumber lemak berkurang dan ditambahkan jantung pisang kepok dalam adonan. Selain itu daging ayam yang digunakan adalah bagian daging, bukan kulit yang lebih banyak mengandung lemak.

Demikian dengan serat pangan pada nugget substitusi pada J1 (7,00) dan J2

(14,00) lebih tinggi dibandingkan hasil analisis laboratorium nugget substitusi

pada J1 (3,55) dan J2 (6,60). Dilihat dari kandungan serat pangan nugget hasil

(41)

Kadar serat dalam makanan dapat mengalami perubahan akibat pengolahaan yang dilakukan terhadap bahan asalnya yaitu jantung pisang kepok. Menurut Piliang

dan Djojosoebagio (2002) serat adalah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit yang

dilakukan di laboratorium yang dapat merusak dan merendahkan jumlah beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna manusia. Oleh karena itu kadar serat pangan

nugget hasil analisis laboratorium menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar serat pangan dari perhitungan DKBM.

Namun fosfor nugget substitusi pada J1 (0,16) dan J2 (0,11) lebih rendah

dibandingkan hasil analisis laboratorium nugget substitusi pada J1 (0,32) dan J2

(0,12). Kadar fosfor hasil laboratorium sesudah nugget dibuat lebih tinggi

daripada berdasarkan hasil perhitungan DKBM sebelum nugget dibuat.

Nugget dengan penambahan jantung pisang kepok yang dibuat sesuai

jenis dan ukuran bahan yang telah ditentukan, memiliki berat adonan nugget yang

telah dikukus 600 gram untuk dua jenis pelakuan yaitu perlakuan J1 dan perlakuan

J2. Kemudian nugget tersebut dibagi menjadi 16 potong dengan ukuran satu

potong 4 x 4 x 1,5 cm, dan memiliki berat satu potong nugget 37,5 gram.

Sumbangan zat gizi yang diperoleh untuk satu potong nugget dengan perlakuan J1 adalah serat 1.33 gram, fosfor 0,12 gram (120 mg), protein 3,45 gram

dan lemak 0,79 gram. Dan sumbangan zat gizi yang diperoleh untuk satu potong nugget dengan perlakuan J2 adalah serat 2,47 gram, fosfor 0,086 gram (86 mg),

(42)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Nugget yang Dihasilkan

Dari hasil penelitian, karakteristik nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 20% (perbandingan antara daging ayam 80% dan jantung pisang kepok 20% berwarna putih keabu-abuan cerah, beraroma khas nugget, rasanya

gurih khas nugget, dan terksturnya kompak dengan sedikit serat halus. Sedangkan nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 40% (perbandingan antara

daging ayam 60% dan jantung pisang kepok 40%) bewarna putih keabu-abuan, beraroma khas nugget, rasanya gurih khas nugget dan teksturnya kompak dengan lebih banyak serat halus.

5.2 Daya Terima Panelis Terhadap Aroma Nugget

Aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan

dan dijelaskan, karena ragamnya yang begitu besar dan karena terdapat banyak sekali jenis bebauan yang dapat dikenali oleh panca indera penciuman yaitu

sekitar 17.000 senyawa volatile (senyawa kimia yang berperan memberikan rasa bau, memberikan kesan awal dan menguap dengan cepat) dengan tingkat kepekaan yang lebih tinggi dibanding indera pencicipan (10.000 kali)

(Setyaningsih dkk, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tertinggi dalam uji

organoleptik terhadap aroma nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 20% adalah 85% dengan kriteria kesukaan adalah sangat suka. Sedangkan persentase tertinggi pada nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 40%

(43)

Nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 20% dan nugget dengan

penambahan jantung pisang kepok 40% menghasilkan aroma khas nugget pada

umumnya. Pada dasarnya jantung pisang kepok memiliki aroma sepat yang berasal dari getah, namun pada proses pengolahaan jantung pisang direbus

sehingga dapat menghilangkan bau sepat sekaligus menghilangkan getah jantung pisang. Sesuai dengan Astawan (2009) bahwa bau sepat dapat hilang ketika

terkena suhu panas atau proses pemasakan dengan suhu tinggi.

Aroma nugget juga berasal dari bumbu yang digunakan seperti bawang putih dan merica. Merica sangat digemari karena memiliki dua sifat penting yaitu

rasa pedas dan aroma khas. Sedangkan bawang putih merupakan bahan alami yang ditambahkan yang memiliki bau khas yang berasal dari minyak volatile yang

berasal dari sulfur (Palungkun dkk, 1992).

Menurut Kartika dkk (1998) dalam menilai kualitas aroma biasanya menimbulkan pendapat yang berlainan. Perbedaan pendapat disebabkan setiap

orang memiliki perbedaan penciuman, meskipun mereka dapat membedakan aroma namun setiap orang mempunyai kesukaan yang berlainan.

5.3 Daya Terima Panelis Terhadap Warna Nugget

Warna merupakan atribut fisik yang dinilai terlebih dahulu dalam penentuan mutu makanan dan terkadang bisa dijadikan ukuran untuk menentukan

cita rasa, tekstur, nilai gizi dan sifat mikrobiologis (Nurhadi dkk, 2010). Warna makanan yang menarik dapat mempengaruhi dan membangkitkan selera makan

(44)

komoditas pangan karena memengaruhi penerimaan konsumen terhadap komoditas tersebut Winarno (1997).

Hasil penilaian terhadap daya terima warna nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 20% memiliki total skor persentase tertinggi yaitu 70%

dengan kriteria kesukaan adalah menarik dan nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 40% memiliki persentase tertinggi 69,16% dengan kriteria kesukaan

yang sama yaitu menarik. Nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 20% menghasilkan warna yang sama dengan nugget penambahan jantung pisang kepok 40% yaitu putih keabu - abuan.

Pencampuran jantung pisang dengan konsentrasi yang tinggi dapat menghasilkan nugget dengan warna semakin gelap. Jantung pisang kepok

mengandung senyawa fenolik akibat reaksi enzimatis yang memberi dampak warna coklat yang bercampur dengan daging ayam kemudian menambahkan terpung terigu sebagi bahan pengikat yang mengakibatkan proses gelatinisasi pada

saat pemasakan, sehingga menghasilkan produk nugget yang berwarna semakin gelap.

Menurut Winarno (1992) warna pada bahan pangan dapat berasal dari pigmen alami bahan pangan itu sendiri, reaksi karamelisasi, reaksi maillard, reaksi senyawa organik dengan udara, dan penambahan zat warna, baik alami maupun

sintetik. Menurut Nurhadi dkk (2010) karakteristik warna bahan pangan sangat berhubungan dengan kualitas bahan tersebut. Perubahan warna yang terjadi pada

(45)

Penentuan mutu pangan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Tetapi sebelum

faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan terkadang sangat menentukan, selain faktor yang menentukan mutu, warna

juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan (Winarno, 2004).

5.4 Daya Terima Panelis Terhadap Rasa Nugget

Rasa adalah suatu sensasi yang muncul dan disebabkan oleh komponen kimia yang volatil atau non volatil yang berasal dari alam ataupun sintetis dan

timbul pada saat makan atau minum. Komponen volatil adalah komponen yang memberikan rasa bau, memberikan kesan awal dan menguap dengan cepat.

Komponen non volatil memberikan sensasi pada rasa manis, pahit, asam dan asin (Heath, 1981).

Berdasarkan hasil pengujian organoleptik terhadap rasa nugget oleh

panelis menunjukkan bahwa panelis menyukai rasa nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 40% dengan skor persentase tertinggi yaitu 91,67% dengan

kerikteria kesukaan adalah sangat suka, sedangkan untuk nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 20% memiliki skor persentase terendah yaitu 78,34% dengan kriteria kesukaan adalah suka. Penggunaan jantung pisang kepok

yang lebih banyak dalam nugget ternyata sangat disukai panelis dari segi rasa nugget.

(46)

penggunaan garam, gula dan merica untuk setiap perlakuan adalah sama. Rasa pada nugget dalam penelitian ini dihasilkan dari penggunaan garam, gula dan

merica. Garam ditambahkan dalam pembuatan nugget sebagai penegas cita rasa dan juga sebagai bahan pengawet. Pemakaian gula juga dapat memperbaiki rasa

serta dapat mempengaruhi aroma dan tekstur daging serta mampu menetralisir garam yang berlebihan. Merica dapat menjadi penyedap masakan karena memiliki

rasa pedas dan aroma khas, namun dalam jumlah tidak terlalu berlebihan rasa pedas merica pada nugget tidak terlalu kuat.

Menurut Hidayat dkk (2006) rasa suatu bahan makanan dipengaruhi oleh

senyawa kimia, suhu, konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa lain. Menurut Solihin (2005) bahwa umumnya bahan pangan tidak hanya terdiri dari

salah satu rasa tetapi merupakan gabungan dari berbagai macam rasa terpadu, sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh.

Rasa suatu makanan merupakan salah satu faktor yang menentukan daya

terima konsumen terhadap suatu produk. Rasa makanan merupakan gabungan dari rangsangan cicip, bau dan pengalaman yang banyak melibatkan lidah (Winarno,

2002). Menurut Setyaningsih dkk (2010) pada kenyataanya, manusia selalu memberikan respon yang berbeda-beda terhadap rangsangan yang sama. Perbedaan sensasi yang terjadi di antara dua orang dapat disebabkan oleh adanya

(47)

5.5 Daya Terima Panelis Terhadap Tekstur Nugget

Tekstur bersifat kompleks dan terkait dengan struktur bahan yang terdiri

dari tiga elemen yaitu mekanik (kekerasan, kekenyalan), geometrik (berpasir, beremah), dan mouthfeel (berminyak, berair) (Setyaningsih dkk, 2010). Tekstur

merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit, dikunyah, dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari (Kartika dkk, 1998).

Berdasarkan hasil pengujian organoleptik terhadap tekstur nugget oleh panelis menunjukkan bahwa panelis menyukai tekstur nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 40% memiliki total skor persentase tertinggi yaitu 78,34%

dengan kriteria kesukaan adalah suka sedangkan untuk nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 20% memiliki skor persentase tertinggi

76,66% dengan kriteria kesukaan adalah suka. Tekstur nugget dengan penambahan jantung pisang kepok untuk masing – masing konsentrasi adalah kompak serta terasa serat serat halus dan lembut. Namun terdapat perbedaan

antara tekstur nugget dengan konsentrasi jantung pisang kepok 20% dan nugget dengan kosentrasi jantung pisang kepok 40% yaitu serat – serat halus lebih terasa

pada nugget dengan konsentrasi jantung pisang kepok 40% karena penggunaan jantung pisang yang lebih banyak yaitu 120 gram.

Menurut Winarno (1997), tekstur dan konsistensi suatu bahan akan

memengaruhi cita rasa yang ditimbulkan bahan tersebut karena dapat memengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori dan

(48)

5.6 Kadar Serat Kasar dalam Nugget

Berdasarkan hasil analisis laboratorium, nugget dengan penambahan

jantung pisang kepok 20% dan 40% memiliki perbedaan kadar serat kasar per 100 gram yaitu sebesar 0,71% dan 1,32%. Dari hasil laboratorium tersebut dapat

dilihat bahwa semakin banyak jantung pisang kepok yang dicampurkan dalam adonan nugget maka semakin banyak pula kandungan seratnya.

Secara alami serat makanan ada di dalam sumber makanan yang berasal dari tumbuhan. Serat makanan adalah komponen dalam tanaman yang tidak tercerna secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang tidak diserap oleh saluran

pencernaan manusia (Rimbawan dkk, 2004). Komponen tersebut seperti pektin dan beberapa hemiselulosa mempunyai manfaat menahan air dan dapat

membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan. Sehingga makanan kaya akan serat, waktu dicerna lebih lama dalam lambung, kemudian serat akan menarik air dan member rasa kenyang lebih lama sehingga mencegah untuk

mengkonsumsi makanan lebih banyak. Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi biasanya mengandung kalori rendah, kadar gula dan lemak rendah

yang dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas, mencegah gangguan gastrointestinal dan mengurangi tingkat kolesterol dan penyakit kardiovaskuler serat larut air menjerat lemak di dalam usus halus, dengan begitu serat dapat

menurunkan tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih.

Menurut pendapat Santoso (2011) dapat disimpulkan pengaruh merugikan

(49)

serta mempengaruhi aktivitas enzimenzim protease. Memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penyerapan mineral dan dapat menyebabkan defisiensi

mineral sehingga meningkatkan resiko osteoporosis pada orang usia lanjut. Konsumsi serat dianjurkan, namun dalam jumlah yang sedikit karena dapat

memberikan pengaruh merugikan juga bagi tubuh manusia.

Dalam penelitian ini, nugget hasil penambahan jantung pisang kepok

merupakan sumber serat yang dapat memenuhi kebutuhan per hari, namun harus diperhatikan banyaknya jumlah nugget untuk setiap orang dan konsumsi makan sehari terutama sumber makanan lainnya yang mengandung serat.

Kebutuhan tubuh terhadap kecukupan serat per hari adalah berbeda untuk setiap orang. Kecukupan serat yang dianjurkan bagi anak-anak sebanyak 26 gram

per hari, remaja laki-laki sebanyak 37 gram per hari dan 30 gram per hari untuk remaja perempuan, laki-laki dewasa sebanyak 33 gram per hari dan 28 gram per hari untuk wanita dewasa, lansia laki-laki sebanyak 27 gram per hari dan 22 gram

per hari untuk lansia perempuan. Sehingga dengan konsumsi nugget 100 gram menyumbang serat 3,55 gram dan 6,6 gram untuk setiap perlakuan.

Berdasarkan kecukupan serat perhari dan memperhatikan pengaruh merugikan serat, nugget dengan penambahan jantung pisang kepok aman dikonsumsi kelompok usia lanjut dan anak-anak per hari adalah paling banyak 6

potong nugget J1 dan paling banyak 3 potong nugget J2 serta konsumsi nugget untuk remaja per hari paling banyak 8 potong untuk nugget J1 dan paling banyak

(50)

5.7 Kadar Protein dalam Nugget

Protein merupakan zat makanan yang penting bagi tubuh manusia, karena

berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh dan juga sebagai bahan pembangun dan pengatur (Winarno, 2004). Protein didapat dalam tumbuhan (biji-bijian,

serealia, padi-padian) dan hewan (susu, keju, daging, unggas).

Berdasarkan hasil analisis laboratorium, dapat dilihat perbedaan kadar

protein dalam nugget J1 dan J2 dimana kadar protein nugget per 100 gram adalah sebesar 10,70 % dan 9,20 %. Pada nugget J1 memiliki kandungan protein yang tinggi dari pada nugget J2, dikarenakan memiliki konsentrasi daging ayam yang

berbeda, yaitu pada nugget J1 memiliki konsentrasi 80% dan nugget J2 memiliki konsentrasi 60%.

Dilihat dari syarat mutu kandungan protein nugget ayam kombinasi berdasarkan SNI 01-6683-2014, hasil analisis laboratorium sudah memenuhi syarat kandungan protein minimal sebanyak 9 gram sehingga nugget ini

merupakan nugget yang cukup baik untuk dikonsumsi. Bila konsumsi sebanyak 100 gram, nugget J1 memiliki kandungan protein sebesar 10,7 gram dan konsumsi

nugget J2 memiliki kandungan protein sebesar 9,7 gram.

Nugget yang telah dilakukan uji daya terimanya terhadap panelis yaitu

dalam satu potong nugget dengan ukuran 4 x 4 x 1,5 cm dan memiliki berat yaitu

37,5 gram. Kebutuhan tubuh terhadap kecukupan protein per hari adalah berbeda untuk setiap orang. Angka kecukupan protein yang direkomendasikan sesuai

(51)

adalah 65 gram per hari dan wanita dewasa adalah 57 gram per hari, lansia laki-laki sebanyak 27 gram per hari dan 22 gram per hari untuk lansia perempuan.

Sehingga dengan mengkonsumsi satu potong nugget telah menyumbangkan protein 4,01 gram pada nugget J1 dan protein 3,45 gram pada nugget J2 dari

kebutuhan harian tubuh terhadap protein.

Dalam penelitian ini nugget hasil penambahan jantung pisang kepok

merupakan bukan sumber protein yang dapat memenuhi kebutuhan per hari namun dapat dijadikan pelengkap dalam pemenuhan protein, sehingga sisanya diambil dari konsumsi makan sehari terutama sumber makanan yang mengandung

protein.

5.8 Kadar Lemak dalam Nugget

Berdasarkan hasil analisis laboratorium, dapat dilihat perbedaan kadar lemak dalam nugget J1 dan J2 yaitu penambahan jantung pisang kepok 20% dan 40%. Kadar lemak nugget per 100 gram pada pelakuan J1 lebih tinggi yaitu

sebesar 2,11 % dibandingkan nugget dengan perlakuan J2 yaitu sebesar 1,80 %. Pada nugget J1 memiliki kandungan lemak yang tinggi dari pada nugget J2,

dikarenakan memiliki konsentrasi daging ayam yang berbeda, yaitu pada nugget J1 memiliki konsentrasi 80% dan nugget J2 memiliki konsentrasi 60%.

Hasil analisis kandungan lemak pada nugget ayam kombinasi jantung

pisang kepok ini diperoleh kandungan lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan lemak nugget ayam. Kandungan lemak nugget J1 (2,11 gr) dan nugget J2

(52)

pembuatan nugget dapat menurunkan kandungan lemak yang tinggi pada nugget ayam tersebut.

Konsumsi makanan yang mengandung lemak secara berlebihan dapat meningkatkan nilai persen lemak tubuh dan berakibat pada kegemukan (Winarti,

2010). Lemak menghasilkan 9 kalori per gram, lebih dari dua kali lipat energi yang dihasilkan protein dan karbohidrat, itulah sebabnya kita akan lebih mudah

menurunkan berat badan jika kita mengurangi asupan lemak dibandingkan protein atau karbohidrat.

Namun konsumsi lemak sangat diperlukan oleh tubuh karena lemak

merupakan salah satu dari ketiga makronutrisi yang sangat diperlukan tubuh. Lemak yang terdapat didalam makanan, berguna untuk meningkatkan jumlah

energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Lemak juga berguna bagi tubuh dalam memperlancar sistem metabolisme dalam tubuh.

Angka kecukupan lemak yang direkomendasikan sesuai kebutuhan anak-anak sebanyak 72 gram per hari, remaja laki-laki sebanyak 89 gram per hari dan

71 gram per hari untuk remaja perempuan, laki-laki dewasa adalah 65 gram per hari dan wanita dewasa adalah 53 gram per hari, lansia laki-laki sebanyak 53 gram per hari dan 43 gram per hari untuk lansia perempuan. Dalam penelitian ini di

dapatkan bahwa konsumsi 100 gram nugget J1 dan nugget J2 menyumbang kandungan lemak 2,11 gram dan 1,80 gram yang belum bisa memenuhi

(53)

dijadikan pelengkap dalam pemenuhan harian, sisanya kita dapat memenuhinya dari sumber makanan lain terutama yang mengandung lemak.

Lemak dan minyak merupakan sumber energi paling padat, yang menghasilkan 9 kkal untuk tiap gram. Apabila konsumsi nugget adalah satu

potong nugget (37,5gram) maka kandungan lemak 0,79 gram dengan sumbangan energi sebesar 7,11 kkal untuk nugget J1. Sedangkan satu potong nugget J2

memiliki kandungan lemak 0,67 gram dengan sumbangan energi sebesar 6,03 kkal.

5.9 Kadar Fosfor dalam Nugget

Penetapan kadar fosfor dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode antara lain : titrasi asam-basa, kalorimetrik, spektrofotometri. Pada

penelitian ini yang dipilih adalah penetapan kadar fosfor dengan metode spektrofotometri sinar tampak karena metode ini dapat digunakan untuk kadar yang kecil (Vogel, 1989).

Berdasarkan hasil analisis laboratorium, dapat dilihat kadar fosfor dalam nugget dengan penambahan jantung pisang kepok 20% dan nugget dengan

penambahan jantung pisang kepok 40%. Kadar fosfor per 100 gram nugget J1 lebih tinggi yaitu 0,32% bila dibandingkan nugget J2 sebesar 0,12 %. Pada nugget J1 memiliki kandungan fosfor yang tinggi dari pada nugget J2, dikarenakan

memiliki konsentrasi daging ayam yang berbeda, yaitu pada nugget J1 memiliki konsentrasi 80% dan nugget J2 memiliki konsentrasi 60%.

(54)

Kandungan fosfor yang tinggi pada nugget dikarenakan penggunaan bahan seperti daging ayam dan telur. Penambahan jantung pisang kepok dalam pembuatan

nugget dapat meningkatkan kandungan fosfornya karena jantung pisang kepok

segar memiliki kandungan fosfor yang tinggi.

Fosfor merupakan mineral makro yang dibutuhan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari. Fosfor merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan

dengan jumlah lebih kurang dari 22% dari seluruh mineral yang terdapat dalam tubuh. Kebutuhan tubuh terhadap kecukupan fosfor per hari adalah berbeda untuk setiap orang.

Jumlah asupan fosfor yang direkomendasikan bagi anak-anak sebanyak 500 miligram per hari, remaja laki-laki sebanyak 120 miligram per hari dan 120

miligram per hari untuk remaja perempuan, laki-laki dewasa adalah 700 miligram per hari dan wanita dewasa adalah 700 miligram, lansia laki-laki adalah 700 miligram dan lansia perempuan adalah 700 miligram. Sehingga dengan

mengkonsumsi satu potong nugget J1 dan J2 (37,5 gram) menyumbang fosfor 120 mg dan 86 mg yang bisa memenuhi kebutuhan harian tubuh terhadap fosfor.

Vitamin dan mineral termasuk zat gizi mikro jadi tubuh hanya memerlukan sedikit saja dari tiap zat gizi tertentu seperti fosfor. Sedangkan energi dihasilkan dari zat gizi makro atau makronutrien sehingga fosfor tidak memiliki

(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada umumnya nugget dengan penambahan jantung pisang kepok yang

disajikan disukai panelis dari segi aroma, rasa, warna dan tekstur.

2. Nugget hasil penambahan jantung pisang kepok dapat dijadikan sumber

serat yang baik, tetapi diperhatikan banyaknya jumlah nugget yang dikonsumsi dan konsumsi makanan harian yang mengandung serat.

3. Nugget hasil penambahan jantung pisang kepok tidak dapat dijadikan

sumber protein yang baik tetapi dapat membantu memenuhi kebutuhan protein per hari.

4. Nugget hasil penambahan jantung pisang kepok tidak dapat dijadikan sumber lemak yang baik tetapi dapat membantu memenuhi kebutuhan lemak per hari.

5. Nugget hasil penambahan jantung pisang kepok dapat dijadikan sumber fosfor yang baik karena mengandung fosfor yang tinggi.

6. Nugget ayam merupakan makanan tinggi lemak dan rendah serat yang dapat meningkatkan resiko penyakit degeneratif. Penambahan jantung pisang kepok dalam pembuatan nugget ayam kombinasi berpengaruh

(56)

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Agar nugget dengan penambahan jantung pisang kepok ini dapat

dimanfaatkan semua kalangan masyarakat sebagai makanan sehat yang memiliki kandungan protein tinggi, lemak rendah dan kaya akan serat. 2. Agar nugget dengan penambahan jantung pisang kepok dapat dijadikan

(57)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Pisang

Menurut Putro dan Rosita (2006) tanaman pisang (Musa Sp) termasuk jenis tanaman yang mudah tumbuh. Diseluruh pelosok Indonesia baik dataran tinggi hingga ketinggian 2000 m dari permukaan laut yang dingin, pisang tetap

bisa tumbuh dan mampu berproduksi. Namun agar produktivitas tanaman pisang optimal sebaiknya ditanam di dataran rendah dan tanaman pisang termasuk mudah

tumbuh subur di daerah tropis. Pada dataran tinggi produksi pisang kurang optimal dan waktu berbuah lebih lama serta kulitnya lebih tebal (Satuhu dan Supriyadi, 2004).

Kata pisang berasal dari bahasa Arab, yaitu ”maus” yang oleh Linneus

dimasukkan ke dalam keluarga Musaceae untuk memberikan penghargaan kepada

Antonius Musa, dokter pribadi kaisar Romawi yang menganjurkan untuk memakan pisang (Astawan, 2008). Itulah sebabnya dalam bahasa latin, pisang

disebut Musa paradisiacal.

Tanaman pisang tumbuh baik pada tanah yang subur. Jenis tanah tempat tanaman pisang tumbuh dengan baik yaitu pada tanah liat yang mengandung

kapur dengan keasaman antara pH 4,5 – 7,5 (Dwiyati Pujimulyani, 2009). Jenis pisang yang ada di Indonesia pun sangat beragam dan berasal dari daerah yang

(58)

Di Indonesia yang berpenduduk cukup banyak ternyata konsumsi bsuah pisang menempati urutan tertinggi bila dibandingakan dengan konsumsi buah

lainnya. Hingga tahun 2001, pisang masih merupakan buah yang menempati urutan pertama dalam ekspor buah segar nasional. Namun pada tahun 2005,

ekspor pisang menempati urutan kedua setelah manggis. Permintaan pasar terhadap komoditas ini terus meningkat, baik untuk konsumsi segar maupun

bahan baku industri (Redaksi Agro Media, 2009).

Pisang dikonsumsi oleh lapisan masyarakat dari berbagai golongan usia : bayi, anak-anak, remaja maupun orang tua. Oleh karena itu, pisang merupakan

suatu komoditas yang sangat diperlukan untuk menambah nilai gizi (Dwiyati Pujimulyani, 2009).

2.1.1 Jenis-jenis Pisang

Menurut Dwiyati Pujimulyani (2009), secara umum jenis pisang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

a. Pisang serat (Noe. Musa texstiles), dimanfaatkan untuk keperluan tekstil dengan memanfaatkan serat batangnya. Pisang ini disebut juga pisang

manila karena di duga berasal dari Manila.

b. Pisang hias (Heliconia indica Lamk), umumnya ditanam bukan untuk diambil buahnya tetapi sebagai hiasan di halaman rumah, contohnya

pisang kipas dan pisang-pisangan.

c. Pisang buah (Musa paradisiaca L.), dimanfaatkan untuk dikonsumsi

(59)

pisang susu, pisang hijau, pisang mas, pisang raja, dan sebagainya. Golongan kedua yaitu pisang yang dapat dimakan setelah diolah terlebih

dahulu, misalnya pisang tanduk, pisang oli, pisang kapas, dan sebagainya. Golongan ketiga yaitu pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak

maupun diolah terlebih dahulu, misalnya pisang kepok dan pisang raja. Golongan keempat yaitu pisang yang dapat dimakan saat masih mentah,

contohnya yaitu pisang batu (pisang klutuk). Biasanya pisang ini dibuat rujak sewaktu masih muda dan memiliki rasa sepat.

2.1.2 Pisang Kepok

Pisang kepok merupakan jenis pisang olahan yang harus diolah terlebih dahulu terutama dalam pisang goreng dengan berbagai variasi, diolah menjadi

keripik, buah dalam sirup, aneka olahan tradisional dan tepung (Prabawati dkk, 2008). Di Filipina, pisang kepok disebut pisang saba, sedangkan di Malaysia disebut pisang nipah. Karakteristik morfologi tanaman pisang kepok adalah

sebagai berikut :

a. Tinggi pohon 3 m dengan lingkar batang 40-50 m berwarna hijau dengan

sedikit atau tanpa coklat kehitaman

b. Panjang daun 180 cm, lebar 50-60 cm berlapis lilin pada permukaan sebelah bawah

c. Tandan buah mencapai panjang 30-60 cm, merunduk, tidak berbulu halus d. Jantung berbentuk bulat telur, agak melebar, kelopak luar berwarna ungu

(60)

e. Sisir buah berjumlah 5-9 sisir dan tiap sisir berjumlah 10-14 buah berpenampang segi tiga atau segi empat atau bulat

f. Daging buah putih kekuning-kuningan, puting keunguunguan, rasa kurang lunak dengan tekstur yang agak berkapur (kecuali pisang siem)

g. Termasuk dalam kelompok pisang kepok adalah pisang kepok kuning, gajih putih, gajih kuning, saba, siem, cangklong dan pisang kates

Menurut Herbarium Medannense (2011), klasifikasi pisang kepok adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spematophyta Kelas : Monocotyledonease

Ordo : Zingiberales Famili : Musaceae Genus : Musa

Spesies : Musa paradisiaca L. Nama Lokal : Pisang Kepok

2.2 Jantung Pisang Kepok

Jantung pisang merupakan nama lain dari bunga pisang karena bentuknya menyerupai jantung. Jantung pisang merupakan temasuk jenis sayuran berupa

bunga dan beberapa jenis sayuran memiliki bentuk yang sama yaitu bunga turi, bunga kelapa yang masih muda, bunga kubis dan brokoli (Dwiyati

(61)

vitamin A, B dan vitamin C. Selain dibuat sayur, jantung pisang dapat pula dibuat manisan, acar maupun lalapan.

Gambar 2.1 Jantung pisang kepok segar

Menurut Satuhu dan Supriyadi (2004), bunga jantung pisang berkelamin

satu dan berumah satu dalam tandan. Daun pelindung bunga berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Daun pelindung bunga atau seludang yang berada di luar

berwarna merah tua dan di dalam berwarna putih kekuningan, daun pelindung berlilin dan mudah rontok dengan panjang 10-25 cm. Bunga tersusun dalam dua baris melintang. Rangkaian bunga pada pangkal merupakan bunga betina dan bisa

menjadi buah. Rangkaian bunga bagian tengah merupakan bunga sempurna dan dapat menjadi buah. Sedangkan bunga yang berada di bagian pucuk adalah bunga

jantan dan tidak bisa menjadi buah. Bunga betina berada di bawah bunga jantan (jika ada). Lima daun tenda bunga melekat sampai tinggi, panjangnya 6-7 cm. Benang sari 5 buah pada bunga betina tidak sempurna, bakal buah persegi,

(62)

Jantung pisang kepok memiliki rasa gurih dan hambar, sehingga banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam olahan makanan. Beberapa olahan

makanan yang menggunakan jantung pisang kepok yaitu dalam pembuatan dendeng, bakso, burger, keripik dan masih banyak lainnya.

Jenis jantung pisang lainnya seperti jantung pisang raja memiliki rasa sepat, jantung pisang marlin memiliki rasa asam dan jantung pisang ambon putih

memiliki rasa pahit (Putro dan Rosita, 2006). Jantung pisang yang memiliki rasa pahit, sepat ataupun asam jarang dimanfaatkan dalam pengolahan makanan. Jantung pisang segar pada umumnya memiliki nilai gizi yang tinggi namun

komposisi nilai gizi dari seriap jantung pisang berbeda – beda tergantung jenis dan tempat pertumbuhannya. Kandungan zat gizi pada jantung pisang kepok dapat

dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Jantung Pisang Kepok per 100 g Bahan

Jenis Zat Gizi Kandungan Gizi

Protein (g)

Berdasarkan kandungan gizi jantung pisang kepok, pemanfaatan jantung

Gambar

Tabel L. 2. Hasil Analisis Kandungan Gizi Nugget per 37,5 gram bahan No. Zat Gizi J J
Gambar : Perebusan Irisan Jantung                        Gambar : Jantung Pisang Kepok  dihaluskan
Gambar : Nugget yang telah     dikukus
Gambar : Uji Daya Terima kepada Mahasiswa/I FKM USU
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persentase penerimaan panelis tertinggi pada uji kesukaan terhadap atribut warna, rasa, aroma, dan tekstur, adalah pada nugget jamur tiram dengan penambahan tepung tempe

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui daya terima nugget ikan lele dengan tepung kacang merah berdasarkan analisis organoleptik terhadap kriteria warna,

Hasil penelitian uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur, selai oleh 30 mahasiswa yang paling disukai adalah selai dengan perbandingan kulit pisang raja

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan rasio bubur kulit pisang kepok dan bubur terung belanda memberikan pengaruh nyata terhadap warna, aroma, rasa,

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui daya terima nugget ikan lele dengan tepung kacang merah berdasarkan analisis organoleptik terhadap kriteria warna,

menunjukkan hasil tertinggi kesukaan panelis terhadap mie basah ditinjau dari rasa, aroma, warna, dan tekstur pada P0 tanpa penambahan tepung kulit pisang

Uji Organoleptik yang dilakukan adalah uji kesukaan (uji hedonik) terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur nugget tempe analog dengan jumlah perbandingan yang

Penilaian secara keseluruhan menunjukan hasil uji daya terima berdasarkan jumlah pangkat menurut warna, aroma, tekstur dan rasa nugget ikan toman dengan penambahan tepung kededai yang