• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Sistem Informasi Terapi Autisme Dengan Metode Applied Behaviour Analysis (Studi Kasus Sekolah Harapan Bunda Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Sistem Informasi Terapi Autisme Dengan Metode Applied Behaviour Analysis (Studi Kasus Sekolah Harapan Bunda Surabaya)."

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI TERAPI AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (STUDI KASUS SEKOLAH HARAPAN BUNDA SURABAYA)

TUGAS AKHIR

Nama : JULIANA POERNOMO PUTRI NIM : 08.41010.0197

Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

2012

STIKOM

(2)

i DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... i DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... iv BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Batasan Masalah... Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan ... Error! Bookmark not defined. 1.5 Sistematika Penulisan... Error! Bookmark not defined. BAB II LANDASAN TEORI ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Autisme ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Terapi Perilaku Metode ABA ... Error! Bookmark not defined. 2.3 Sistem Informasi ... Error! Bookmark not defined. 2.4 System Development Life Cycle (SDLC) Error! Bookmark not defined. BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Analisa Masalah ... Error! Bookmark not defined. 3.1.1 Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. 3.1.2 Analisis Sistem ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Perancangan Sistem ... Error! Bookmark not defined. 3.2.1 Blok Diagram ... Error! Bookmark not defined.

STIKOM

(3)

ii

3.2.2 Sistem Flow ... Error! Bookmark not defined. 3.3 Data Flow Diagram ... Error! Bookmark not defined. 3.3.1 Context Diagram ... Error! Bookmark not defined. 3.3.2 Data Flow Diagram Level 0 ... Error! Bookmark not defined. 3.3.3 Data Flow Diagram Level 1 Proses Maintenance Data Master

Error! Bookmark not defined.

3.3.4 Data Flow Diagram Level 1 Proses Maintenance Data Setting Error! Bookmark not defined.

3.3.5 Data Flow Diagram Level 1 Proses Penyusunan Program Terapi Error! Bookmark not defined.

3.3.6 Data Flow Diagram Level 1 Proses Pemberian Nilai ... Error! Bookmark not defined.

3.3.7 Data Flow Diagram Level 1 Proses Penyusunan Laporan ... Error! Bookmark not defined.

3.4 Entity Relational Diagram ... Error! Bookmark not defined. 3.4.1 Conceptual Data Model ... Error! Bookmark not defined. 3.4.2 Physical Data Model ... Error! Bookmark not defined. 3.4.3 Struktur Tabel... Error! Bookmark not defined. 3.5 Desain Input Output ... Error! Bookmark not defined. 3.5.1 Desain Input ... Error! Bookmark not defined. 3.5.2 Desain Output... Error! Bookmark not defined. BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... Error! Bookmark not defined. 4.1 Implementasi ... Error! Bookmark not defined. 4.1.1 Kebutuhan Sistem ... Error! Bookmark not defined.

STIKOM

(4)

iii

4.1.2 Implementasi Sistem ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Uji Coba Aplikasi ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Evaluasi Sistem ... Error! Bookmark not defined. BAB V PENUTUP ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

STIKOM

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman No table of contents entries found.

STIKOM

(6)

v

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Tabel User ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.2 Tabel Guru ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.3 Tabel Jadwal Guru ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.4 Tabel Pegawai ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.5 Tabel Diagnosa ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.6 Tabel Anak ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.7 Tabel Materi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.8 Tabel Kategori... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.9 Tabel Tingkatan ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.10 Tabel Aktivitas... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.11 Tabel Kurikulum ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.12 Tabel Program_Terapi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.13 Tabel Program_Terapi_Detil ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.14 Tabel Program_Terapi_ACC ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.15 Tabel Jadwal_Maintenance_Guru... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.16 Tabel Nilai_Harian ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.17 Tabel Nilai_Harian_Detil ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.18 Tabel Nilai_Maintenance ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.19 Tabel Nilai_Maintenance_Detil ... Error! Bookmark not defined.

STIKOM

(7)

vi

Tabel 4.1 Hasil Test Case Form Login ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.2 Hasil Test Case Form Setting User ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.3 Hasil Test Case Form Setting Diagnosa Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4 Hasil Test Case Form Setting Semester Aktif ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.5 Hasil Test Case Form Setting Jadwal Guru ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.6 Hasil Test Case Form Setting Jadwal Maintenance Guru ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.7 Hasil Test Case Form Master Anak ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.8 Hasil Test Case Form Master Guru ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.9 Hasil Test Case Form Master Pegawai .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.10 Hasil Test Case Form Master Kurikulum ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.11 Hasil Test Case Form Master Tingkatan ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.12 Hasil Test Case Form Master Kategori Error! Bookmark not defined. Tabel 4.13 Hasil Test Case Form Master Materi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.14 Hasil Test Case Form Master Aktivitas ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.15 Hasil Test Case Form Transaksi Penyusunan Program Terapi.... Error! Bookmark not defined.

STIKOM

(8)

vii

Tabel 4.16 Hasil Test Case Form Transaksi Pemberian Nilai Harian ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.17 Hasil Test Case Transaksi Pemberian Nilai Maintenance ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.18 Hasil Test Case Form Laporan Master Anak... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.19 Hasil Test Case Form Laporan Master Guru ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.20 Hasil Test Case Form Laporan Master Pegawai Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.21 Hasil Test Case Form Laporan Master Kurikulum ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.22 Hasil Test Case Form Laporan Setting Jadwal Guru Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.24 Hasil Test Case Form Lembar Penilaian ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.25 Hasil Test Case Form Lembar Program Terapi Maintenance ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.26 Hasil Test Case Form Persentase Kemampuan Belajar Anak ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.27 Hasil Test Case Form Laporan Program Terapi Error! Bookmark not defined.

STIKOM

(9)

viii

Tabel 4.28 Hasil Test Case Form Laporan Penilaian Perkembangan Anak .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.29 Hasil Test Case Grafik Perkembangan Harian .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.30 Hasil Test Case Grafik Keberhasilan Anak ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.31 Hasil Test Case Grafik Perkembangan Semester Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.32 Tabel Parameter Keberhasilan Program Terapi . Error! Bookmark not defined.

STIKOM

(10)

Seorang anak autisme memiliki gangguan, sehingga terjadi keterlambatan usia mental dengan usia kronologinya. Salah satu hal terpenting dalam proses penyembuhan anak autisme adalah dengan sebuah terapi yang rutin dan dalam kurun waktu yang lama. Terapi yang selama ini digunakan dalam sekolah Harapan Bunda adalah terapi perilaku dengan menggunakan metode Applied Behaviour Analysis (ABA). Dalam proses terapi anak autis berusia 2 sampai 3 tahun memerlukan 2,5 sampai 3 tahun pencatatan. Tanpa pencatatan yang tertib, akan terjadi banyak kelupaan, baik program terapi maupun hasil terapinya. Banyaknya data hasil pencatatan terapi setiap harinya yang digunakan untuk menghasilkan hasil terapi menjadi masalah tersendiri bagi pihak sekolah. Pencatatan yang tertib, rapi dan informasi yang akurat sangat diperlukan dalam proses monitoring perkembangan anak agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan program terapi yang tepat untuk anak.

Berdasarkan survei terhadap permasalahan di atas, dibutuhkan suatu Sistem Informasi yang membantu pihak sekolah dalam menyusun penjadwalan guru, menyusun penjadwalan pengujian guru, menyusun program terapi, melakukan penilaian harian dan maintenance, dan menghasilkan laporan-laporan yang dibutuhkan dalam proses terapi agar memudahkan dalam memonitor perkembangan anak.

Sistem Informasi Terapi Autisme dengan menggunakan Metode ABA ini akan dapat membantu pihak sekolah dalam memonitor perkembangan anak. Sehingga dapat menjadi solusi dalam permasalahan dalam penyusunan dan pelaksanaan program di Sekolah Harapan Bunda Surabaya.

Kata kunci: autisme, program terapi, Terapi ABA.

STIKOM

(11)

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam diri seorang anak yang normal, perkembangan usia mental anak dan perkembangan fisik anak sama dengan usia kronologinya. Namun hal ini tidak berlaku dengan anak autisme. Menurut DSM-IV (Diagnostic Statisctical Manual, Edisi ke-4, dikembangkan oleh American Psychiatric Associaton) dalam Theo Peeters, 2009, autisme memiliki gangguan pada retardasi mental dan perkembangan fisik. Retardasi mental di sini berarti anak tersebut memiliki keterlambatan usia mental dengan usia kronologinya dan untuk gangguan perkembangan fisik berarti perkembangan yang lambat pada kemampuan tertentu. Dua hal inilah yang menyebabkan anak autisme memiliki masalah dalam perilaku, komunikasi serta keterbelakangan mental sehingga tidak seperti anak-anak normal lainnya.

Saat ini, belum terdapat angka pasti tentang jumlah anak autisme di Indonesia, namun dari data di Poliklinik Psikiatri Anak & Remaja RSCM pada tahun 1989 hanya ditemukan dua pasien, dan pada tahun 2000 melonjak menjadi 103 pasien baru. Data ini menunjukkan pesatnya peningkatan jumlah anak autisme yang mengalami kenaikan 50 kali. Hal ini menyebabkan autisme dan berbagai penjelasan yang terkait dengannya, seperti batasan, penyebab, intervensi, dan sebagainya perlu diperhatikan secara intensif (Mangunsong, 2009: 167).

Anak yang mengalami autisme belum dapat disembuhkan secara total, namun dapat dilakukan terapi untuk mengurangi perilaku yang mengganggu dan

STIKOM

(12)

meningkatkan ketrampilan belajar serta komunikasi pada anak autis tersebut. Salah satu terapi yang dapat diterapkan dalam menangani anak penyandang autisme adalah melalui metode Applied Behaviour Analysis (ABA). Metode ABA dapat dengan mudah diajarkan kepada calon pasien terapi dengan menggunakan 3 (tiga) prinsip dasar perlakuan pada anak yaitu tegas (tidak menanggapi penolakan anak) tapi lembut (tidak menggunakan kekerasan), kasih sayang pada anak, serta memberikan apresiasi (imbalan yang efektif) sebagai motivasi agar selalu bergairah sehingga menghasilkan anak yang patuh (bukan takut), tidak manja, tidak cengeng, kreatif, serta dalam hidup mandiri saat usia dewasa (Handojo, 2009: 2).

Salah satu sekolah kebutuhan khusus di Surabaya yang telah menggunakan metode ABA adalah Harapan Bunda. Sekolah yang didirikan di Jl. Pucang Jajar Tengah 81 ini didirikan oleh Jenny Widjaja Lauwardi pada tahun 2000. Selama menerapkan metode ABA ini pihak sekolah harus menghadapi banyak data yang harus diolah selama proses terapi anak autis. Karena dalam proses terapi anak autis berusia 2 sampai 3 tahun memerlukan 2,5 sampai 3 tahun pencatatan. Tanpa pencatatan yang tertib, akan terjadi banyak kelupaan, baik program terapi maupun hasil terapinya (Handojo, 2009: 6).

Saat ini, selama satu semester ke depan, para guru melakukan penyusunan program terapi untuk anak didiknya. Penyusunan program yang dilakukan guru saat ini masih harus melihat program terapi terdahulu yang belum lulus dan melihat pada kurikulum, program terapi mana yang belum pernah diambil anak sehingga membutuhkan waktu, tenaga dan kertas yang banyak dari para guru. Susunan program terapi berisi beberapa kategori. Setiap kategori terdiri dari beberapa materi,

STIKOM

(13)

untuk setiap materi terdiri dari beberapa aktivitas yang akan dilakukan selama 6 (enam) bulan proses terapi. Setelah susunan program terapi tersebut disetujui oleh kepala sekolah, setiap harinya program terapi tersebut digunakan oleh para guru untuk proses pencatatan dan penilaian terapi anak.

Dalam setiap proses pencatatan nilai harian, dibutuhkan 1 (satu) lembar kertas penilaian untuk setiap aktivitas yang diprogramkan dan akan dilaporkan kepada kepala sekolah setiap bulannya. Pencatatan yang seperti ini membutuhkan kertas yang banyak dan tidak dapat melihat perkembangan anak secara cepat karena jika ingin melihat perkembangan harian anak, guru dan kepala sekolah harus melihat lembaran nilai harian terlebih dahulu.

Selain pencatatan harian, ada juga pencatatan nilai maintenance yang akan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali atau disebut Ujian Tengah Semester (UTS) dan 6 (enam) bulan sekali atau disebut Ujian Akhir Semester (UAS) selama satu semester yang berjalan. Pencatatan nilai maintenance dilakukan sebagai hasil tolak ukur terapi yang dilakukan anak. Penilaian maintenance ini dilakukan oleh 3 (tiga) guru agar penilaian yang dilakukan merupakan hasil ukur proses terapi tidak secara subyektif melainkan secara obyektif berdasarkan kemampuan anak yang sesungguhnya.

Setelah melakukan penilaian maintenance UAS, akan ditunjuk sebuah team persentase yang berfungsi untuk menghitung persentase kemampuan belajar anak tiap kategori dan tingkatan. Perhitungan ini akan menghasilkan laporan kemampuan belajar anak per semester. Proses perhitungan ini membutuhkan ketelitian dan tenaga ekstra bagi para guru yang menjadi team persentase itu sehingga membutuhkan waktu yang lama dan dapat menyebabkan kemungkinan kesalahan dalam perhitungan.

STIKOM

(14)

Orang tua anak pada suatu waktu terkadang meminta kepada kepala sekolah rekapan perkembangan anak untuk berkonsultasi kepada psikolog. Kepala sekolah kesulitan dalam melaporkan kepada orang tua tentang materi-materi apa saja yang sudah dicapai oleh anak karena kepala sekolah harus melihat lembar-lembar nilai anak terlebih dahulu baru menyimpulkan perkembangan anak. Hal ini membutuhkan waktu yang lama sedangkan orang tua membutuhkan rekapan dalam waktu cepat.

Dari permasalahan kecepatan dan keakuratan dalam sistem penyusunan program, pencatatan nilai harian dan maintenance serta pelaporan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada orang tua anak di atas dapat diatasi dengan pembuatan rancang bangun sistem informasi untuk proses terapi autisme dengan menggunakan metode Applied Behaviour Analysis. Perangkat lunak yang dibuat menghasilkan usulan program terapi anak yang akan membantu guru dalam proses penyusunan program terapi anak. Menghasilkan laporan semester harian dan maintenance untuk melihat rekapan data nilai harian dan maintenance anak beserta status anak setiap aktivitas. Laporan yang dibuat juga akan menghasilkan laporan persentase kemampuan belajar anak yang akan membantu guru/team persentase dalam menghitung persentase kemampuan belajar anak. Menghasilkan laporan program terapi untuk melihat secara keseluruhan program terapi yang telah ditempuh anak selama ini dan statusnya. Menghasilkan grafik perkembangan harian yang akan membantu kepala sekolah dalam memberikan kepada orang tua jika diminta tentang jumlah aktivitas dalam materi yang sudah dicapai anak pada tanggal tertentu saat orang tua ingin melihat nilai harian anak dan membantu guru dalam melihat berapa jumlah aktivitas yang mastered dalam 1 (satu) materi untuk menentukan penambahan

STIKOM

(15)

program terapi. Serta akan menghasilkan grafik keberhasilan anak yang akan membantu kepala sekolah dalam menunjukkan kepada orang tua berapa jumlah tahap yang dicapai anak selama proses terapi dari keseluruhan terapi yang harus ditempuh pada pertemuan dengan orang tua setiap semester. Laporan yang dibuat juga akan menghasilkan laporan penilaian perkembangan anak seperti rapor anak untuk diberikan kepada orang tua sehingga dapat melihat hasil penilaian maintenance UAS anak setiap semester. Serta akan menghasilkan grafik perkembangan semester yang akan digunakan kepala sekolah untuk melihat berapa jumlah materi yang lulus pada kategori dan tingkatan tertentu untuk semua anak yang mengambil materi dan aktivitas pada tingkatan dan kategori tersebut.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimana merancang dan membangun sistem informasi terapi autisme dengan menggunakan metode Applied Behaviour Analysis agar memudahkan dalam memonitor perkembangan anak?

1.3Batasan Masalah

Batasan masalah dalam pembuatan sistem ini adalah sebagai berikut:

1. Kasus yang dibahas dalam terapi ini diasumsikan hanya untuk anak kebutuhan khusus

tanpa membedakan usia masuk anak dan materi yang diberikan berdasarkan 3 (tiga)

tingkatan, yaitu tingkat awal, tingkat menengah, dan tingkat lanjut.

STIKOM

(16)

2. Dalam penambahan penyusunan program terapi guru hanya diberikan pilihan-pilihan

materi dan aktivitas yang harus diberikan selanjutnya, namun untuk pemilihan susunan

program terapi sepenuhnya hak guru.

3. Laporan penilaian perkembangan anak per semester dinilai dari hasil nilai maintenance

UAS. Ada 3 (tiga) nilai dalam setiap aktivitas yang diberikan, yaitu P (dibantu penuh), AP

(sedikit dibantu), dan A (tanpa bantuan).

4. Sistem yang dihasilkan berupa grafik yang dapat menjadi bahan dalam mengevaluasi

perkembangan anak namun tidak dapat menghasilkan analisa perkembangan anak dan

tidak menghasilkan solusi untuk perkembangan anak yang lambat.

5. Sistem yang dibuat hanya sebatas pembuatan terapi autisme dengan menggunakan

metode ABA. Keberhasilan metode ABA, proses konseling dan hal-hal yang bersifat

intangible (yang tidak nyata dan tidak dapat diukur seperti pemberian kasih sayang,

pemberian pujian, dll) adalah diluar lingkup sistem.

6. Sistem ini tidak membahas tentang jaringan dan sistem operasi.

7. Untuk membangun aplikasi ini mengunakan bahasa pemrograman VB.Net 2010 dan

database SQL Server 2005 Express Edition.

1.4Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membangun Sistem Informasi

Terapi Autisme dengan menggunakan Metode Applied Behaviour Analysis agar

memudahkan dalam memonitor perkembangan anak.

1.5Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibagi dalam beberapa bab, sebagai berikut:

STIKOM

(17)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan permasalahan, pembatasan masalah, tujuan Tugas Akhir ini.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan beberapa teori singkat yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas akhir, yaitu autisme, Terapi Perilaku Metode ABA, sistem informasi, System Development Life Cycle (SDLC). Teori-teori ini dijadikan sebagai bahan untuk menyelesaikan masalah.

BAB III : ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menjelaskan tentang prosedur dan langkah-langkah sistematis dalam menyelesaikan tugas akhir ini mulai dari menganalisa permasalahan, desain blok diagram, desain System Flow, desain Data Flow Diagram (DFD), desain Entity Relationship Diagram (ERD) , struktur basis data, dan merancang desain Form.

BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Bab ini berisi tentang implementasi sistem dan evaluasi sistem yang disertai hasil uji coba aplikasi.

STIKOM

(18)

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang menjawab pernyataan dalam perumusan masalah dan beberapa saran yang bermanfaat dalam pengembangan sistem di waktu mendatang.

STIKOM

(19)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Autisme

Autisme berasal dari kata Yunani “autos” yang berarti self (diri). Kata

autisme ini digunakan didalam bidang psikiatri untuk menunjukkan gejala menarik diri (Mangunsong, 2009: 168).

Menurut Handojo (2003: 42) Jenis-jenis Terapi Autisme:

1. Terapi Medikamentosa adalah terapi dengan obat-obatan bertujuan memperbaiki komunikasi, memperbaiki respon terhadap lingkungan, dan menghilangkan perilaku aneh serta diulang-ulang.

2. Terapi biomedis adalah terapi bertujuan memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet dan pemberian suplemen.

3. Terapi Wicara adalah terapi untuk membantu anak autis melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak autis berbicara lebih baik.

4. Terapi Perilaku adalah metode untuk membentuk perilaku positif pada anak autis, terapi ini lebih dikenal dengan nama ABA atau metode Lovass.

5. Terapi Okupasi adalah terapi untuk melatih motorik halus anak autis. Terapi okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan ototnya.

6. Terapi Bermain adalah proses terapi psikologik pada anak, dimana alat permainan menjadi sarana utama untuk mencapai tujuan.

7. Terapi Sensory Integration adalah pengorganisasian informasi melalui sensori-sensori (sentuhan, gerakan, keseimbangan, penciuman, pengecapan,

STIKOM

(20)

8. penglihatan dan pendengaran) yang sangat berguna untuk menghasilkan respon yang bermakna.

9. Terapi Auditory Integration adalah terapi untuk anak autis agar pendengarannya lebih sempurna.

Menurut Mangunsong (2009: 169) Klasifikasi anak autis antara lain: 1. Autisme infantil atau autisme masa anak-anak

Autisme masa anak-anak yaitu penarikan diri yang ektrem dari lingkungan sosialnya, gangguan dalam berkomunikasi, serta tingkah laku yang terbatas dan berulang (strereotipik) yang muncul sebelum usia 3 tahun. Gangguan ini 3 sampai 4 kali lebih banyak pada anak lelaki daripada perempuan.

2. Asperger Syndrome (AS)

Asperger Syndrome yaitu abnormalitas yang secara kualitatif sama seperti autisme. Dapat disebut sebagai mild autism, tanpa gangguan yang signifikan dalam kognisi dan bahasa. Individu dengan sindrom asperger memiliki tingkat intelegensi dan komunikasi yang lebih tinggi daripada mereka yang autis masa anak-anak. Namun mereka kesulitan dalam interaksi sosial. Secara umum, dapat dikatakan bahwa asperger adalah bentuk lebih ringan dari autisme.

3. Rett Syndrome

Rett Syndrome umumnya dialami anak perempuan. Muncul pada usia 7 sampai 24 bulan, dimana sebelumnya terlihat perkembangan yang normal, kemudian diikuti dengan kemunduran berupa hilangnya kemampuan gerakan tangan serta ketrampilan motorik yang telah terlaltih.

STIKOM

(21)

4. Childhood Disintegrative Disorder

Childhood Disintegrative Disorder yaitu perkembangan yang normal hingga usia 2 sampai 10 tahun, kemudian diikuti dengan kehilangan kemampuan yang signifikan dalam ketrampilan terlatih pada beberapa bidang perkembangan setelah beberapa bulan gangguan berlangsung. Terjadi pula gangguan yang khas dari fungsi sosial, komunikasi, dan perilaku. Sebagian penderita mengalami retardasi mental yang berat.

5. Pervasive Developmental not Otherwise Specified (PDD-NOS)

Pervasive Developmental not Otherwise Specified (PDD-NOS) adalah individu yang menampilkan perilaku autis, tetapi pada tingkat yang lebih rendah atau baru muncul setelah usia tiga tahun atau lebih.

Menurut Prasetyono (2008:69) penyebab autisme dan diagnosa medisnya adalah : 1. Konsumsi obat pada ibu menyusui

Obat migrain, seperti ergot obat ini mempunyai efek samping yang buruk pada bayi dan mengurangi jumlah ASI.

2. Gangguan susunan saraf pusat

Di dalam otak anak autis ditemukan adanya kelainan pada susunan saraf pusat di beberapa tempat.

3. Gangguan metabolisme (sistem pencernaan)

Ada hubungan antara gangguan pencernaan dengan gejala autis. Suntikan sekretin dapat membantu mengurangi gangguan pencernaan.

STIKOM

(22)

4. Peradangan dinding usus

Sejumlah anak penderita gangguan autis, umumnya, memiliki pencernaan buruk dan ditemukan adanya peradangan usus. Peradangan tersebut diduga disebabkan oleh virus.

5. Faktor genetika

Gejala autis pada anak disebabkan oleh faktor turunan. Setidaknya telah ditemukan dua puluh gen yang terkait dengan autisme. Akan tetapi, gejala autisme baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen.

6. Keracunan logam berat

Kandungan logam berat penyebab autis karena adanya sekresi logam berat dari tubuh terganggu secara genetis. Beberapa logam berat, seperti arsetik (As), antimon (Sb), Cadmium (Cd), air raksa (Hg), dan timbal (Pb), adalah racun yang sangat kuat.

Karakteristik Anak Autisme

Menurut Suryana (2004: 16) Anak Autis mempunyai karakteristik dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi:

a. Komunikasi

1. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.

2. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah bicara tapi kemudian sirna.

3. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.

4. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain.

5. Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi.

STIKOM

(23)

6. Senang meniru atau membeo (echolalia).

7. Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya.

8. Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.

9. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.

b. Interaksi Sosial

1. Penyandang autistik lebih suka menyendiri.

2. Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk bertatapan. 3. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman.

4. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh. c. Gangguan Sensoris

1. Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk. 2. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga. 3. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda. 4. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.

d. Pola Bermain

1. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya. 2. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya. 3. Tidak kreatif, tidak imajinatif.

4. Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar-putar.

5. Senang akan benda yang berputar seperti kipas angin, roda sepeda.

STIKOM

(24)

6. Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana.

e. Perilaku

1. Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (deficit).

2. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakan tangan, berputar-putar dan melakukan gerakan yang berulang-ulang.

3. Tidak suka pada perubahan.

4. Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong. f. Emosi

1. Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan.

2. Tempertantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang tidak diberikan keinginannya.

3. Kadang suka menyerang dan merusak.

4. Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri. 5. Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

Namun gejala tersebut diatas tidak harus ada pada setiap anak penyandang autisme. Pada anak penyandang autisme berat mungkin hampir semua gejala ada tapi pada kelompok yang ringan mungkin hanya terdapat sebagian saja (Suryana, 2004: 22).

2.2 Terapi Perilaku Metode ABA

STIKOM

(25)

Sejarah metode ABA sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu akan tetapi tak seorang pun yang mengklaim sebagai penemunya. Sekitar 15 tahun yang lalu, seorang pakar terapi perilaku yang bernama Ivar O. Lovaas dari UCLA (AS), menerapkan metode ABA kepada anak-anak autis. Hasilnya sangat menakjubkan. Autisme pada masa kanak-kanak (autisme infantil) yang semula sangat mustahil disembuhkan, ternyata berhasil ditangani dengan menggunakan metode terapi ini, sehingga si pasien mampu memasuki sekolah Formal. Hebatnya lagi, mereka sulit dibedakan dari anak-anak yang bukan penyandang autis (anak-anak normal). Prof. Lovaas kemudian mempublikasikan hasilnya, sehingga metode ini dikenal sebagai Metode Lovaas (Handojo, 2009: 3).

Sampai saat ini belum ada metode lain yang sangat terstruktur dan mudah diukur hasilnya, sebagaimana metode ABA. Dengan demikian metode ini dapat dengan mudah diajarkan kepada para calon pasien terapi. Prinsip dasar dari metode ABA merupakan cara pendekatan dan penyampaian materi kepada anak yang harus dilakukan seperti berikut ini:

a. Kehangatan yang berdasarkan kasih sayang yang tulus, untuk menjaga kontak mata yang lama dan konsisten.

b. Tegas (Tidak dapat ditawar-tawar anak). c. Tanpa kekerasan dan tanpa marah/jengkel.

d. Prompt (bantuan, arahan) secara tegas tapi lembut.

e. Apresiasi anak dengan imbalan yang efektif, sebagai motivasi agar selalu bergairah.

Mendidik anak dengan mengajarkan perilaku dasar adalah memberikan stimulasi sensoris dan motoris yang adequate (cukup), tuntas, konsisten dan

STIKOM

(26)

berkelanjutan. Stimulasi yang terus menerus dan menyenangkan akan direkam oleh otak anak, yang lama kelamaan akan membentuk engram sensoris maupun engram motoris. Dengan terbentuknya rekaman yang solid dan stabil (seperti jalan tol dan bukan jalan setapak) maka proses dan respon perilaku akan berjalan secara

otomatis tanpa perlu “dipikir” lagi. Usia sebelum 5 (lima) tahun merupakan usia

yang ideal untuk proses pembentukan engram perilaku dasar anak. Terutama pada usia sekitar 2 (dua) tahun dimana kecepatan perkembangan sel-sel otak mencapai pucaknya (Handojo, 2009: 4).

Discrete Trial Training (DTT) adalah salah satu teknik utama dari ABA hingga kadang ABA disebut juga DTT. Arti dari DTT adalah latihan uji coba

yang jelas/nyata. DTT terdiri dari “siklus” yang dimulai dengan instruksi, prompt,

dan diakhiri dengan imbalan. Tiap materi yang diajarkan, dimulai dengan pemberian instruksi dari terapis, tunggulah selama 5 detik. Bila tidak ada respon dari anak, lanjutkan instruksi ke-2, lalu tunggu lagi 5 detik. Bila tetap belum ada respon anak, lanjutkan dengan instruksi ke-3, langsung prompt dan berilah imbalan (bisa dalam bentuk materi, benda kesayangan, pujian, pelukan). Secara sistematis, DTT dapat digambarkan dalam siklus penuh pada Gambar 2.1, siklus tidak penuh pada Gambar 2.2, dan siklus pendek pada Gambar 2.3.

Instruksi ke-1  tunggu 5 detik  bila respon tidak ada, lanjutkan dengan Instruksi ke-2  tunggu 5 detik  bila respon tidak ada, lanjutkan dengan Instruksi ke-3  langsung Prompt dan segera berikan Imbalan

Pencatatan hasil terapi di atas adalah P

STIKOM

(27)

Gambar 2.1 Siklus Penuh

STIKOM

(28)

Instruksi ke-2  tunggu 5 detik  bila respon tidak ada, lanjutkan dengan Instruksi ke-3  anak bisa melakukan tanpa Prompt segera berikan Imbalan Hasil terapi di atas tetap dicatat P

Gambar 2.2 Siklus Tidak Penuh

Instruksi ke-3  anak bisa melakukan tanpa Prompt segera berikan Imbalan Pada siklus pendek inilah hasil terapi dicatat A

Gambar 2.3 Siklus Pendek

Hasil dari siklus pertama adalah P, karena anak masih memerlukan Prompt. Hasil dari siklus ke-2 dicatat juga P karena masih ada prompt suara yaitu instruksi yang ke-2. Hanya siklus ke-3 yang diberi nilai A, yang berarti anak mampu melakukan apa yang diinstruksikan secara mandiri.

Apabila dapat dicapai siklus ke-3 secara berturut-turut 3 kali tanpa diselingi oleh terjadinya siklus pertama dan ke-2, maka tercapailah keadaan Mastered. Setelah ke-3 terapis mencapai hasil yang sama, jadi tiga terapis masing-masing mencapai 3A, latihan materi yang bersangkutan dapat dihentikan (Mastered bagi tiga terapis) dan materi tersebut dimasukkan dalam program maintenance. Pada dasarnya semua materi diajarkan lewat siklus-siklus DTT, kecuali kepatuhan dan kontak mata (Handojo, 2009: 10). Siklus penerapan metode ABA dapat dilihat pada Gambar 2.4.

STIKOM

(29)

Gambar 2.4 Siklus Penerapan Metode ABA (Muslimah, 2009: 9)

ABA banyak digunakan karena hal-hal berikut. a. Terstruktur

Pengajaran menggunakan teknik yang jelas. b. Terarah

Kurikulum yang jelas untuk membantu mengarahkan terapi. c. Terukur

Keberhasilan dan kegagalan menghasilkan perilaku yang diarahkan, diukur dengan berbagai cara, tergantung kebutuhan.

Dalam pembuatan program kurikulum, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: (Handojo, 2009: 254)

1. Materi harus dimulai dengan kepatuhan dan kontak mata. Keduanya harus dikuasai anak dengan baik. Semakin konsisten, semakin baik.

2. Kemudian, ajarkan kemampuan menirukan dan berlanjut ke kemampuan bahasa reseptif atau kognitif. Lanjutkan terus ke kemampuan bahasa ekspresif. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang dijumpai anak autis yang lebih mudah memahami bahasa reseptif daripada menirukan. Bila hal ini terjadi, urutan yang biasa boleh saja dimodifikasi.

PEMBERIAN STIMULUS (INSTRUKSI)

RESPON INDIVIDU (PERILAKU)

AKIBAT PERILAKU (KONSEKUENSI)

STIKOM

(30)

3. Kemampuan akademik baru diajarkan apabila kemampuan bahasa reseptif telah dikuasai anak.

4. Pada awal terapi mulailah dengan jumlah aktivitas yang kecil. Bila ternyata kemampuan anak tinggi, jumlah aktivitas yang diajarkan boleh disesuaikan. 5. Urutan aktivitas yang diajarkan sebaiknya konsisten agar lebih mudah

dikuasai anak.

Perlu diingat bahwa cara mengajarkan tiap aktivitas adalah dengan siklus DTT. Kecuali kepatuhan dan kontak mata yang diajarkan dengan cara DTT yang khusus. Untuk kurikulum metode ABA yang digunakan adalah Kurikulum sekolah Harapan Bunda. Kurikulum sekolah terdapat pada Lampiran 2.

2.3 Sistem Informasi

Menurut Herlambang,dkk (2005: 47), sistem informasi terdiri dari input, proses dan output seperti yang terlihat pada Gambar 2.2. Pada proses terdapat hubungan timbal balik dengan 2 (dua) elemen, yaitu kontrol kinerja sistem dan sumber-sumber penyimpanan data, baik berupa karakter-karakter huruf maupun berupa numerik. Data ini diproses dengan metode-metode tertentu dan akan menghasilkan output yang berupa informasi. Informasi yang dihasilkan dapat berupa laporan atau report maupun solusi dari proses yang telah dijalankan.

Sedangkan menurut Sutabri (2004: 36), sistem informasi terdiri dari komponen-komponan yang saling berinteraksi yaitu:

a. Komponen masukan, yaitu data yang masuk kedalam sistem informasi yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.

STIKOM

(31)

b. Komponen model, yaitu komponen yang terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah ditentukan untuk menhasilkan keluaran yang diinginkan.

Gambar 2.2 Proses Sistem Informasi (Sumber: Herlambang,dkk 2005: 46)

c. Komponen keluaran, yaitu komponen yang berupa informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna.

d. Komponen teknologi, yaitu komponen yang digunkan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan, dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran yang membantu mengendalikan sistem secara keseluruhan. Komponen ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu teknisi, perangkat lunak dan perangkat keras.

Komponen basis data, merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan berhubungan satu dengan lainnya. Basis data tersimpan dalam perangkat

Control of System PerFormance

Processing Data Input of Data

Resources

Output of InFormation

Products

Storage of Data Resources

STIKOM

(32)

keras komputer dan perangkat lunak yang memanipulasinya. Data dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa dan digunakan untuk keperluan penyediaan informasi.

STIKOM

(33)

2.4 System Development Life Cycle (SDLC)

Menurut penelitian tesis Ajireswara, System Development Life Cycle (SDLC) adalah suatu kerangka yang menggambarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap pembuatan sebuah software. Ada banyak metode dengan tahap-tahap yang mendeskripsikan SDLC ini.

a. Identifikasi, seleksi dan perencanaan

Tahap ini merupakan tahap preliminary dari pembuatan suatu software. Pada tahap ini, dikembangkan suatu rancang bangun dari suatu software. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini antara lain:

1. mengidentifikasi kebutuhan user,

2. menyeleksi kebutuhan user dari proses identifikasi diatas, dengan menyesuaikan dengan kapasitas teknologi yang tersedia serta efisiensi, 3. merencanakan sistem yang akan digunakan pada software yang dibuat,

dengan kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut : kebutuhan fungsional dan non-fungsional, kebutuhan user, kebutuhan sistem, kebutuhan dokumen dan perangkat lunak.

Pada tahap ini akan dihasilkan sebuah dokumen berupa Software Development Plan (SDP). SDP ini adalah dokumen yang menjelaskan tentang semua proses perencanaan dari Rancang Bangun Sistem Informasi Terapi Autisme dengan Menggunakan Metode Applied Behaviour Analysis.

b. Analisis sistem

Tahap ini merupakan tahap penyempurnaan, yang bertujuan memperoleh kebutuhan software dan user secara lebih spesifik dan rinci. Tujuan dilakukan tahap ini adalah untuk mengetahui posisi dan peranan teknologi informasi

STIKOM

(34)

yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang bersangkutan, serta mempelajari fungsi-fungsi manajemen dan aspek-aspek bisnis terkait yang akan berpengaruh atau memiliki dampak tertentu terhadap proses desain, konstruksi dan implementasi software. Analisis sistem terbagi dua, yaitu:

1. permodelan data, yang mencakup Entity Relationship Diagram (ERD), Conceptual Data Model (CDM), dan Physical Data Model (PDM), 2. permodelan proses, dengan Sistem Flow.

Pada tahap ini akan dihasilkan sebuah dokumen berupa Software Requirement Specification (SRS). SRS ini menjelaskan secara detail kebutuhan software yang berhubungan dengan Rancang Bangun Sistem Informasi Terapi Autisme dengan Menggunakan Metode Applied Behaviour Analysis.

c. Desain sistem

Setelah melakukan identifikasi serta analisis sistem, tahap selanjutnya adalah menerjemahkan konsep-konsep tersebut kedalam suatu sistem yang berwujud. Tahap di bawah ini meliputi pembuatan dan pengembangan:

1. desain form dan laporan (reports), 2. desain antarmuka dan dialog (message), 3. desain basis data dan file (framework), 4. desain proses (process structure).

Pada tahap ini akan dihasilkan sebuah dokumen berupa Software Architecture Document (SAD). SAD ini adalah dokumen yang menjelaskan tentang arsitektur proyek perangkat lunak yang berhubungan dengan Rancang Bangun Sistem Informasi Terapi Autisme dengan Menggunakan Metode Applied Behaviour Analysis.

STIKOM

(35)

d. Implementasi sistem

Tahap implementasi sistem ini diawali dengan pengetesan software yang telah dikembangkan. Tahap pengetesan ini terdiri dari:

1. developmental, yakni pengetesan error per module oleh programmer, 2. alpha testing, yakni error testing ketika software digabungkan dengan

antarmuka user,

3. beta testing, yakni pengetesan dengan lingkungan dan data yang sebenarnya.

Selanjutnya, dilakukan konversi sistem, yaitu dengan mengaplikasikan perangkat lunak pada lingkungan yang sebenarnya untuk digunakan oleh organisasi yang memesannya. Tahap konversi sistem ini terdiri dari beberapa metode yang dapat dipergunakan, yaitu metode konversi paralel, konversi langsung, konversi per fase, serta konversi pilot. Selanjutnya, dilakukan tahap dokumentasi, yaitu pencatatan informasi-informasi yang terkait dengan pembuatan sistem ini, serta kemudian pelatihan, yaitu mengedukasi end user mengenai bagaimana cara menggunakan software yang bersangkutan. Pemberian pelatihan (training) harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat sebelum tahap implementasi dimulai. Selain untuk mengurangi risiko kegagalan, pemberian pelatihan juga berguna untuk menanamkan rasa memiliki terhadap sistem baru yang akan diterapkan. Dengan cara ini, seluruh jajaran pengguna akan dengan mudah menerima sistem tersebut dan memeliharanya dengan baik di masa-masa mendatang.

Pada tahap ini akan dihasilkan sebuah dokumen berupa Test Plan. Dokumen Test Plan adalah sebuah dokumen yang digunakan memastikan dan

STIKOM

(36)

memverifikasi antara rencana yang sudah dibuat dengan hasil yang dicapai. Apakah sesuai dengan planning yang telah dibuat atau ada perubahan perubahan dengan seiring pembuatan software. Apabila ada perbedaan yang terjadi, dimanakah perbedaan itu terjadi dan apa yang menjadi penyebabnya. Tidak hanya itu saja dalam document test plan ini juga berisi tentang bagaimana pengujian dilakukan terhadap semua komponen yang mendukung mulai dari source code, database, koneksi, query, desain interface, performa dan segi keamanan software yang berhubungan pada Rancang Bangun Sistem Informasi Terapi Autisme dengan Menggunakan Metode Applied Behaviour Analysis.

e. Pemeliharaan sistem

Tahap pemeliharaan sistem meliputi :

1. korektif, yaitu memperbaiki desain dan error pada program (troubleshooting),

2. adaptif, yaitu memodifikasi sistem untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan,

3. perfektif, yaitu melibatkan sistem untuk menyelesaikan masalah baru atau menambah fitur baru pada sistem yang telah ada,

4. preventif, yaitu menjaga sistem dari kemungkinan masalah di masa yang akan datang.

STIKOM

(37)

26 BAB III

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisa Masalah 3.1.1 Identifikasi Masalah

Sebelum proses analisa dilakukan, tahapan yang terlebih dahulu dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survey dan pengumpulan data untuk mengetahui kondisi sekolah Harapan Bunda Surabaya saat ini. Berdasarkan data yang didapat dari hasil identifikasi masalah adalah munculnya kesulitan bagi pihak sekolah dalam penyusunan program, pencatatan nilai harian dan nilai maintenance serta pelaporan yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah. Sehingga sekarang ini proses penyusunan program terapi yang dilakukan oleh guru masih menggunakan buku file tebal dan proses penyusunan harus melihat program terapi terdahulu. Dalam proses pencatatan nilai harian dinilai setiap harinya dengan menggunakan banyak lembaran kertas dan dalam pelaporan dengan cara menghitung hasil akhir dengan dibentuknya sebuah team persentase sendiri dari hasil penilaian maintenance.

Hal ini membutuhkan waktu, tenaga dan kertas yang banyak bagi para guru. Sehingga guru harus menyediakan waktu tersendiri dalam proses penyusunan program terapi, pencatatan nilai harian dan perhitungan persentase kemampuan belajar anak dalam penilaian nilai maintenance

Untuk membuat aplikasi tersebut yang dapat memenuhi kebutuhan Sekolah Harapan Bunda, terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

STIKOM

(38)

1. Melakukan survei dan wawancara

Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan segala data dari Sekolah Harapan Bunda yang digunakan sebagai landasan dalam membuat sistem.

2. Menganalisa dan mendesain sistem

Memahami dan merancang sebuah sistem yang sesuai dengan Sekolah Harapan Bunda.

3. Membuat aplikasi

Aplikasi yang dibuat ini adalah aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan Sekolah Harapan Bunda.

4. Melakukan testing dan mengimplimentasikan sistem

Menguji coba dan menerapkan sistem yang telah dibuat di Sekolah Harapan Bunda.

Gambar 3.1 Tahap-tahap Pembuatan Aplikasi

3.1.2 Analisis Sistem

Dalam penyusunan program terapi membutuhkan waktu yang lama, dengan melihat program terapi terdahulu baru menentukan program terapi apa saja yang akan diberikan selanjutnya. Sedangkan dalam pencatatan nilai harian dan maintenance penting sekali dalam memonitor perkembangan anak. Dari hasil monitoring perkembangan anak tersebut, jika anak mengalami perkembangan

Survei dan wawancara

Analisa dan desain sistem

Pembuatan aplikasi

Testing dan implementasi

sistem

STIKOM

(39)

yang cepat, guru menambah program terapi untuk anak. Semakin cepat guru dapat melihat perkembangan anak, semakin cepat pula guru dalam menangani anak.

Seperti halnya yang terjadi di sekolah Harapan Bunda Surabaya, dimana dalam penyusunan program terapi, dalam penilaian harian dan penilaian maintenance serta pelaporan. Selama ini penyusunan program terapi membutuhkan waktu, tenaga dan kertas yang banyak sehingga hal ini menjadi kurang efektif dan efisien mengingat banyaknya data yang harus diolah untuk melakukan pencatatan dan penilaian.

3.2 Perancangan Sistem

Penyusunan program terapi yang harus diberikan kepada anak merupakan suatu bentuk pengambilan keputusan yang cukup rumit dan perlu analisa yang tepat. Berdasarkan hasil analisa permasalahan di atas, sangat diperlukan suatu rancang bangun sistem informasi yang mampu mempermudah proses terapi autisme sehingga menjadi mudah, cepat dan akurat. Serta mampu mendukung proses monitoring perkembangan anak.

Dalam permasalahan ini, metode yang tepat adalah metode ABA karena dengan metode ini dapat menyajikan suatu pengajaran yang terstruktur, terarah dan terukur. Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada, yaitu membantu proses terapi dan monitoring perkembangan anak.

Perancangan dan desain menggunakan model - model yang telah ada dan sudah banyak digunakan. Di antara model - model tersebut antara lain sistem flow ataupun perancangan hubungan relasi antar tabel. Tahap - tahap yang digunakan

STIKOM

(40)

dalam mendesain rancang bangun sistem informasi terapi autisme dengan metode ABA adalah :

1. Membuat Blok Diagram yang menggambarkan garis besar alur rancang bangun sistem informasi terapi autisme dengan metode ABA untuk sekolah Harapan Bunda Surabaya.

2. Membuat Sistem Flow yang menggambarkan alur dari penyusunan kurikulum, alur penyusunan jadwal guru, alur penyusunan program terapi, alur pemberian nilai harian, dan alur pemberian nilai Maintenance untuk sekolah Harapan Bunda Surabaya.

3. Membuat Data Flow Diagram yang menggambarkan alur data dari rancang bangun sistem informasi terapi autisme dengan metode ABA untuk sekolah Harapan Bunda Surabaya.

4. Membuat Entity Relational Diagram yang menggambarkan hubungan antar entitas pada rancang bangun sistem informasi terapi autisme dengan metode ABA untuk sekolah Harapan Bunda Surabaya.

3.2.1 Blok Diagram

Proses pembuatan blok diagram di mulai dengan mengidentifikasi atau menganalisa permasalahan yang ada, kemudian membuat blok diagram. Setelah itu inputan berupa data anak, data materi kurikulum, data guru, data pegawai, data jadwal guru, data nilai harian dan data nilai maintenance. Prosesnya berupa maintenance data master, maintenance data setting, penyusunan jadwal guru, penyusunan kurikulum, penyusunan dan Peng-ACC an program terapi, penyusunan jadwal maintenance guru, pemberian nilai dan pembuatan laporan. Output-nya berupa laporan data master, laporan jadwal guru, laporan jadwal

STIKOM

(41)
[image:41.595.40.555.168.713.2]

maintenance guru, lembar program terapi, lembar penilaian harian, lembar penilaian maintenance, laporan semester nilai harian, laporan semester nilai maintenance, laporan persentase kemampuan belajar anak, laporan program terapi, laporan penilaian perkembangan anak per semester, grafik perkembangan harian, grafik perkembangan program terapi, grafik keberhasilan anak, dan grafik perkembangan anak. Untuk melihat gambaran prosesnya dapat di lihat pada Gambar 3.2. Data Anak INPUT Data Guru Jadwal Guru PROSES Maintenance Data Master Penyusunan Kurikulum Penyusunan dan Peng-ACC an Program Terapi Pemberian Nilai Grafik Perkembangan Harian OUTPUT Laporan Semester Nilai Harian Laporan Semester Nilai Maintenance Pembuatan Laporan Laporan Program Terapi Data Nilai Harian Laporan Data Master Data Nilai Maintenance Grafik Keberhasilan Anak Data Pegawai Data Materi Kurikulum Maintenance Data Setting Laporan Jadwal Guru Lembar Penilaian Harian Lembar Penilaian Maintenance Laporan Persentase Kemampuan Belajar Anak Lembar Program Terapi Laporan Penilaian Perkembangan Anak per Semester Grafik Perkembangan Semester Penyusunan Jadwal Guru Penyusunan Jadwal Maintenance Guru Laporan Jadwal Maintenance Guru Grafik Perkembangan Program Terapi

Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem Informasi Terapi Autisme

STIKOM

(42)

3.2.2 Sistem Flow

Sistem Flow menggambarkan alur dari proses terapi pada sekolah Harapan Bunda Surabaya yang akan digunakan dalam memonitor perkembangan anak. Adapun sistem flow yang akan dibuat adalah sistem flow data materi kurikulum, sistem flow penyusunan jadwal guru, sistem flow penyusunan program terapi anak, sistem flow pemberian nilai harian, dan sistem flow pemberian nilai maintenance.

A. Sistem Flow Data Kurikulum

Dalam sistem flow data kurikulum, Pertama admin melakukan pemilihan tingkatan (awal, menengah, lanjut), melakukan pemilihan kategori (A-J), lalu melakukan pemilihan materi serta aktivitas-aktivitas apa saja berdasarkan kurikulum yang ada dan memilih status kurikulumnya apakah statusnya aktif atau tidak aktif. Setelah itu baru admin dapat menyimpan kurikulum. Jika ingin menambah kurikulum baru maka harus mengikuti proses dari awal lagi. Jika kurikulumnya sudah tidak dapat dipakai lagi, maka admin dapat mengubah status kurikulumnya saja. Namun jika admin salah memasukkan data kurikulum, maka admin dapat menghapus data kurikulumnya, tetapi jika data tersebut sudah dipakai dan dinilai, maka data kurikulum tidak dapat dihapus. Pembuatan data kurikulum ini berfungsi sebagai data untuk para guru dalam melakukan penyusunan program terapi. Berikut gambaran alur proses dari sistem flow data materi kurikulum dapat dilihat pada Gambar 3.3.

STIKOM

(43)

Mulai Memilih Tingkatan Akhir Tampilan Materi Kurikulum Memilih Kategori Ingin membuat kurikulum baru? Tingkatan Kategori Aktivitas Memilih Materi Memilih Aktivitas Materi Menyimpan kurikulum Kurikulum Y Admin Memilih status kurikulum (aktif atau tidak aktif)

Ingin mengganti status kurikulum?

Melakukan pencarian data yang ingin diganti statusnya dan mengganti

status kurikulum T Y Kurikulum Apakah salah memasukkan data kurikulum? Menghapus data kurikulum yang salah T T Apakah sudah ada ada nilainya? Y T

[image:43.595.52.548.81.717.2]

Data tidak dapat dihapus Y

Gambar 3.3 Sistem Flow Data Kurikulum

STIKOM

(44)

B. Sistem Flow Penyusunan Jadwal Guru

Pada Sistem Flow Penyusunan Jadwal Guru ini berfungsi sebagai pengaturan dari jadwal guru yang mengajar pada semester tertentu. Untuk dapat melihat jadwal guru yang pernah disimpan, pertama admin melakukan pemilihan semester dan anak. Lalu terjadi pengecekan apakah anak sudah memiliki jadwal guru di semester yang dipilih, jika sudah ada maka akan muncul tampilan jadwal guru yang pernah disimpan. Jika tidak maka admin dapat memilih kelas lalu dapat memilih guru 1 (satu) yang juga bertugas menjadi guru yang bertanggung jawab pada anak tersebut dan memilih hari yang kosong untuk guru 1 (satu) tersebut.

Jika jadwal guru 1 (satu) belum lengkap dan sudah penuh, maka dapat dilakukan pemilihan jadwal dengan memasukkan guru 2 (dua) untuk anak yang sama. Anak yang sama dapat diajar oleh 2 (dua) guru selama proses pengajaran, namun yang memasukkan nilai harian tetap adalah guru penanggung jawab. Selanjutnya admin dapat memilih guru 2 (dua) beserta jadwalnya. Jika ada hari yang sama atau ada hari yang kosong yang dipilih maka admin harus mengganti jadwal tersebut, Namun jika tidak ada, maka admin dapat menyimpan jadwal guru. Jika anak sudah memiliki jadwal guru pada semester yang dipilih dan jika admin ingin mengganti jadwal maka admin dapat mengikuti prosedur seperti di atas dengan memilih guru 1 (satu) terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan proses selanjutnya.

Secara detil alur proses kerja dari sistem flow penyusunan jadwal guru dapat ditunjukkan pada Gambar 3.4.

STIKOM

(45)

Mulai Memilih Semester Akhir Tampilan Jadwal Guru Memilih Anak

Memilih Guru 1 Guru

Ganti jadwal

Anak

Memilih hari yang kosong guru 1 Tampilan jadwal

Guru 1 yang kosong berdasarkan kelas

Jadwal_Guru

Memilih Guru 2

Guru

Memilih hari yang kosong guru 2 Tampilan jadwal

Guru 2 yang kosong berdasarkan kelas

Jadwal_Guru

Apa ada hari yang sama atau ada hari

kosong? Mengecek apa ada hari

yang sama atau ada hari yang kosong dipilih

pada guru 1 dan 2

Y

Menyimpan

Jadwal Guru Jadwal_Guru

T

Mengecek jadwal guru di semester yang dipilih

Apakah anak sudah memiliki jadwal guru pada semester yang

dipilih?

Tampilan Jadwal Guru yang sudah pernah disimpan Y

Jadwal_Guru

Memilih Kelas Materi

T

Ganti Jadwal Ingin merubah

jadwal guru? Guru

Gambar 3.4 Sistem Flow Penyusunan Jadwal Guru

C. Sistem Flow Penyusunan Program Terapi Anak

Pada Sistem Flow Penyusunan Program Terapi Anak, pertama guru dapat melakukan pemilihan semester dan anak yang ingin dibuatkan program terapinya. Setelah itu terjadi pengecekan apakah anak sudah memiliki program terapi pada semester yang dipilih. Jika anak belum memiliki program terapi maka guru dapat membuat baru dengan cara memilih tingkatan dan kategori. Setelah itu sistem akan menampilkan materi dan aktivitas serta mengecek apakah ada aktivitas yang pernah diambil sebelumnya. Jika iya maka status aktivitas tidak dapat dipilih lagi, namun jika

STIKOM

(46)

tidak maka status aktivitas masih bisa dipilih. Setelah itu sistem melakukan pengecekan tingkatan yang dipilih apakah tingkatan menengah atau tingkatan lanjut. Jika iya maka sistem akan mengecek lagi semua materi di tingkatan di bawahnya sudah lulus atau tidak. Jika belum lulus maka status aktivitas tidak dapat dipilih lagi, namun jika sudah lulus maka status aktivitas masih bisa dipilih.

Lalu sistem melakukan pengecekan apakah semua aktivitas pada materi yang dipilih sudah berstatus mastered. Jika sudah maka status aktivitas dapat dipilih untuk aktivitas lain dalam 1 (satu) materi, namun jika tidak maka status aktivitas tidak bisa dipilih. Setelah melakukan beberapa pengecekan seperti di atas, maka sistem dapat menampilkan usulan program terapi yang dapat diambil oleh guru, selanjutnya guru dapat memilih materi dan aktivitas. Setelah memilih program terapi, guru dapat menyimpan program terapi dan diajukan kepada kepala sekolah. Kepala sekolah akan melihat apakah program tersebut sesuai dengan kemampuan anak. Jika sudah sesuai maka program disetujui/ di-ACC, namun jika tidak sesuai maka guru akan membuat program baru dan mengikuti prosedur sebelumnya hingga disetujui. Hasil dari program yang telah disetujui akan dicetak menjadi lembar program terapi, lembar penilaian harian, lembar penilaian maintenance sebagai panduan guru dalam melaksanakan program terapi dan grafik perkembangan programterapi untuk guru dan kepala sekolah mengecek perkembangan terapi anak. Jika guru akan melakukan penambahan program terapi, maka guru dapat mengikuti prosedur mulai dari memilih tingkatan seperti dijelaskan di atas.

STIKOM

(47)

Secara detil alur proses kerja dari sistem flow penyusunan program terapi anak dapat ditunjukkan pada Gambar 3.5.

STIKOM

(48)

Mulai

Akhir Tampilan

Program Terapi Memilih aktivitas

Ingin memilih materi dan aktivitas lain? Ingin memilih Tingkatan baru? Kurikulum Y

Memilih Anak Anak

2 Program_Terapi Program_Terapi _Detil Program Terapi di setujui? Menyetujui dan meng ACC Program Terapi Program_Terapi Program_Terapi_ Detil Y 3 3 Program_Terapi Program_Terapi _Detil T Mengecek Persetujuan Program Terapi Program Terapi telah di-ACC? Mencetak Lembar Program Terapi, Lembar Penilaian Harian, Lembar Penilaian maintenance dan grafik perkembangan

program terapi

Membuat Program Terapi Baru T

Lembar Program Terapi, Lembar Penilaian Harian ,

Lembar Penilaian maintenance dan grafik perkembangan program terapi Program_Terapi Program_Terapi _Detil Memilih Semester

Mengecek apakah anak sudah memiliki program terapi pada semester yang

dipilih

Apa anak sudah memiliki program terapi pada semester

yang dipilih? Memilih Tingkatan Memilih Kategori Tampilan usulan program terapi yang dapat diambil

Memilih Materi dan Aktivitas Kategori Tingkatan Menampilkan materi dan aktivitas Kurikulum Mengecek aktivitas yang pernah dipilih sebelumnya Apa aktivitas sudah pernah dipilih? Status aktivitas = tidak bisa dipilih lagi Mengecek pilihan tingkatan menengah atau

tingkatan lanjut Status aktivitas = bisa dipilih Apakah tingkatan menengah atau tingkatan lanjut?

Mengecek semua materi di tingkatan di bawahnya sudah lulus atau tidak

Apakah semua materi di tingkatan

bawahnya sudah lulus?

Mengecek semua aktivitas pada materi yang dipilih sudah berstatus Mastered

Apakah semua aktivitas pada materi yang dipilih berstatus

[image:48.595.70.547.82.727.2]

Mastered? Status aktivitas = bisa dipilih Status aktivitas = tidak bisa dipilih lagi Status aktivitas = bisa dipilih Status aktivitas = tidak bisa dipilih lagi Tampilan Program Terapi yang sudah diambil pada semester yang dipilih 1 Y T Y T Y T Y T Y T 1 Ingin memilih Kategori baru? Y T Y T Simpan program terapi T 2 Program_Terapi Program_Terapi _Detil Program_Terapi Program_Terapi _Detil Program_Terapi Program_Terapi _Detil Program_Terapi Program_Terapi _Detil Mengecek program terapi yang sudah disimpan guru 4 4 Y Program_Terapi Program_Terapi _Detil Guru Guru Program_Terapi_ ACC Program_Terapi_ ACC Program_Terapi _ACC

Gambar 3.5 Sistem Flow Penyusunan Program Terapi Anak

STIKOM

(49)

D. Sistem Flow Pemberian Nilai Harian

Pada Sistem Flow Pemberian Nilai Harian, pertama guru melakukan pemilihan semester dan melakukan pemilihan nama anak yang akan dinilai. Setelah itu akan terjadi pengecekan oleh sistem apakah program terapi sudah di ACC. Jika belum di ACC maka akan muncul tampilan program terapi belum di ACC, namun kalau sudah di ACC maka sistem akan mengecek lagi apakah anak yang dipilih dan semester yang dipilih sudah mendapat nilai harian pada tanggal yang dipilih. Jika belum ada maka guru dapat memberikan nilai harian baru dengan memilih aktivitas pada program terapi yang sudah di ACC oleh kepala sekolah dan berstatus belum lulus. Setelah itu guru dapat memasukkan nilai harian dengan nilai A, AP atau P.

Pada saat nilai harian dimasukkan, sistem akan mengecek apakah guru memasukkan nilai A. Jika guru memasukkan nilai A maka pada saat penyimpanan nilai harian akan merubah status lulus pada program terapi detil menjadi Mastered. Jika guru memasukkan nilai AP atau P maka pada saat penyimpanan nilai harian akan merubah status lulus pada program terapi menjadi tidak lulus (belum Mastered). Sebelum data nilai harian disimpan, sistem akan mengecek nilai harian yang belum diisi, Jika sudah terisi semua maka nilai harian dapat disimpan. Hasil penilaian harian dapat dicetak menjadi laporan semester nilai harian anak dan grafik perkembangan harian. Secara detil alur proses kerja dari sistem flow pemberian nilai harian dapat ditunjukkan pada Gambar 3.6.

STIKOM

(50)

Guru

Mulai

Tampilan Nilai Harian

Program_Terapi

Memilih Anak Anak

Program_Terapi_ Detil Tampilan Program

Terapi yang status ACC dan Status Lulus Belum Lulus

Tulis Nilai Harian

Memberi Nilai Harian A/ AP/ P

Program_Terapi Program_Terapi_ Detil Memilih Semester Memilih aktivitas Mengecek Nilai Harian aktivitas Nilai A? Menyimpan Status_Lulus = Belum Mastered Menyimpan Status_Lulus = Mastered T Y Mengecek apakah anak sudah

memiliki nilai harian pada tanggal dan semester yang

dipilih

Apa anak sudah memiliki nilai harian

pada tanggal dan semester yang

dipilih?

T

Mencetak Laporan Semester Nilai Harian

dan Laporan Grafik Perkembangan Harian

Cetak Laporan

Laporan Semester Nilai Harian dan Laporan Grafik Perkembangan Harian Akhir Ingin Cetak Laporan? Y Ingin ganti aktivitas? Menyimpan Nilai Harian Mengecek apakah

ada nilai harian yang belum diisi

Apa ada nilai yang belum diisi? T T 1 1 T Tampilan Nilai harian

yang sudah disimpan pada tanggal dan semester yang dipilih Y 2 Y 2 Y Nilai_Harian Nilai_Harian_Detil Nilai_Harian Nilai_Harian_Detil Program_Terapi Program_Terapi_ Detil Menampilkan Nilai

harian yang sudah disimpan

Nilai_Harian

Nilai_Harian_Detil Mengecek apakah

program terapi di ACC

Apa sudah di ACC

Y

Tampilan program terapi belum di ACC Program_Terapi

Program_Terapi_ Detil

Program_Terapi_

ACC T 3

[image:50.595.62.549.78.727.2]

3

Gambar 3.6 Sistem Flow Pemberian Nilai Harian

STIKOM

(51)

E. Sistem Flow Pemberian Nilai Maintenance

Pada Sistem Flow Pemberian Nilai Maintenance merupakan hal yang dilakukan hampir sama dengan pemberian nilai harian, namun pada saat memilih semester dan anak sistem akan mengecek nilai maintenance yang dipilih apakah pernah disimpan dalam semester yang sama. Jika tidak maka jenis penilaian itu merupakan nilai UTS namun jika sudah pernah disimpan maka jenis penilaian UAS. Penilaian ini dilakukan oleh 3 (tiga) guru yang masing-masing akan memberikan 3 (tiga) penilaian. Setelah sistem mengecek apakah penilaian itu termasuk UTS atau UAS, sistem akan melakukan pengecekkan apakah sudah ada 3 guru yang menilai. Jika belum, maka guru dapat melihat tampilan program terapi yang telah di ACC kepala sekolah dan program terapi yang status lulusnya adalah belum lulus. Guru dapat memilih aktivitas mana yang ingin dimasukkan nilainya lalu guru memasukkan nilai anak. Jika nilai A (anak tersebut mendapat nilai A,A,A pada 3 instruksi yang diberikan) maka terdapat status Mastered. Jika nilai yang dimasukkan AP atau P maka aktivitas tersebut memiliki status belum Mastered. Setelah guru melakukan penilaian, sistem akan mengecek apakah ada nilai yang belum diisi. Jika masih ada nilai yang belum diisi, maka guru harus mengisinya terlebih dahulu. Setelah itu guru dapat menyimpan nilainya. Namun penilaian maintenance ini tidak dapat diproses menjadi laporan jika belum ada 3 guru yang menilai. Setelah 3 (tiga) guru melakukan penilaian, dicek lagi apakah yang dimasukkan adalah nilai UTS atau nilai UAS dan mengecek status yang diberikan masing-masing guru. Jika ada 2 (dua) guru yang memberikan status Mastered (nilai A) maka di database program terapi detil akan diberikan

STIKOM

(52)

status lulus = Kompeten. Jika nilai UAS ada minimal 2 (dua) guru memberikan status Mastered (nilai A), maka di database program terapi detil akan diberikan status lulus = Lulus.

Jika status lulus aktivitas pada satu materi lebih besar dari jumlah aktivitas aktif yang diambil pada materi tersebut, maka ada keterangan bahwa materi tersebut telah lulus, namun jika tidak pada keterangan akan ditulis belum lulus untuk materi tersebut. Jika masih ada status lulus yang belum kompeten maka akan diulang pada semester selanjutnya untuk program terapi berikutnya. Hasil dari pemberian nilai maintenance ini adalah laporan semester nilai maintenance untuk guru dan kepala sekolah sebagai rekapan nilai maintenance anak. Laporan persentase kemampuan belajar anak, laporan program terapi, laporan penilaian perkembangan anak per semester akan diberikan kepada orang tua. Serta grafik keberhasilan anak dan grafik perkembangan semester untuk kepala sekolah. Secara detil alur proses kerja dari sistem flow pemberian nilai maintenance dapat ditunjukkan pada Gambar 3.7.

STIKOM

(53)

Mulai

Tampilan Nilai

Maintenance

Program_Terapi Memilih Anak Anak

Program_Terapi _Detil Tampilan Program

Terapi yang status ACC dan Status

Lulus Belum

Tulis Nilai Aktivitas Memasukkan Nilai Aktivitas (A/AP/P) Status1 = Mastered Memilih aktivitas Mengecek Nilai

Maintenance Aktivitas A

Nilai A? Y

Status1 = Belum

Mastered

T

1 Mengecek UTS/UAS

dan Status yang diberikan

Apa Mastered

>= 2 ?

Menyimpan Status Lulus = Lulus

Menyimpan Status_Lulus =

Belum Lulus

Mengecek jumlah status yang Lulus

tiap materi

Jumlah status _lulus >= jumlah aktivitas yang aktif

pada materi itu T

Y

Akhir Ingin cetak

Laporan?

Mencetak Laporan Semester Nilai Maintenance,

Laporan penilaian perkembangan anak per semester, Laporan program terapi, laporan persentase kemampuan belajar anak, grafik perkembangan semester dan Laporan Grafik

Keberhasilan Anak

Laporan Semester Nilai Maintenance,

Laporan penilaian perkembangan anak per semester, Laporan program terapi, laporan persentase kemampuan belajar anak, grafik perkembangan

semester dan Laporan Grafik Keberhasilan Anak T

1 Memilih Semester

UTS? Apa >= 2 ?Mastered

T Y Menyimpan Status_Lulus = Kompeten Menyimpan Status_Lulus = Belum Kompeten T Y T Program_Terapi_ Detil Y Tampilan Laporan Keterangan = Materi tersebut Belum Lulus

Tampilan Laporan Keterangan = Materi

tersebut Lulus Nilai_Maintenance Program_Terapi Nilai_Maintenance _Detil Y Apakah pernah ada

nilai yang disimpan pada semester yang

dipilih?

Jenis Penilaian = UAS

Jenis Penilaian = UTS T

Y Mengecek nilai

maintenance di semester yang dipilih

T Nilai_Maintenance _Detil T Nilai_Maintenance Nilai_Maintenance _Detil Nilai_Maintenance Kurikulum Guru Tampilan Nama Guru yang Login Mengecek berapa jumlah guru yang

menilai Apakah sudah

3 guru yang menilai Ingin ganti aktivit

Gambar

Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem Informasi Terapi Autisme
Gambar 3.3 Sistem Flow Data Kurikulum
Gambar 3.5 Sistem Flow Penyusunan Program Terapi Anak
Gambar 3.6 Sistem Flow Pemberian Nilai Harian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan tipe penelitian normatif atau yang disebut juga penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menelusuri

Menurut saya, pusaran air di lautan adalah hal yang biasa.Namun pusaran Naruto ini memiliki ukuran yang cukup besar, yaitu bisa mencapai diameter 20 meter dalam kondisi ideal.Hal

Relevansi Mata Kuliah Teknologi Pengemasan dengan Unit Kompetensi Pengemasan pada SKKNI Industri Pangan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Keaktifan siswa pada kegiatan lisan dan mendengar dapat dilihat dari pernyataan respon siswa terhadap pertanyaan yang diberikan guru saat penerapan learning tournament

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada mahasiswa diperoleh informasi bahwa sebelum dosen menggunakan komik strip sebagai media pembelajaran, kegiatan

Dari hasil simulasi dan analisis Mean Opinion Score menggunakan metode E-model dua aplikasi VoIP yaitu Facebook Messenger dan Google Hangouts menggunakan GNS3 pada jaringan LTE,

Kedua Orang tuaku dan keluarga ku yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaikan Pendidikan di Politeknik Negeri Sriwijaya 7. Rekan-rekan

2018. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 55 responden dengan latar belakang responden yang berbeda-beda dilihat dari jenis kelamin, usia,