• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 35

TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

(ANALISIS TERHADAP BEBERAPA PUTUSAN HAKIM DI

PENGADILAN NEGERI MEDAN)

SKRIPSI

Dikerjakan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

ANGGINA RIZKI HARAHAP NIM : 080200136

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENERAPAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 35

TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

(ANALISIS TERHADAP BEBERAPA PUTUSAN HAKIM DI

PENGADILAN NEGERI MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

ANGGINA RIZKI HARAHAP NIM : 080200136

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Pidana

HAMDAN, S.H, M.Hum NIP.195703261986011001

DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II

LIZA ERWINA, S.H, M.Hum NURMALAWATY, S.H, M.Hum

NIP.196110241989032002 NIP.196209071988112001

FAKULTAS HUKUM

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul skripsi ini adalah “PENERAPAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 35

TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA (ANALISIS BEBERAPA KASUS PENGADILAN NEGERI MEDAN)”.

Dalam penyusunan skripsi ini Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihaksehingga pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, karena sudah berusaha untuk memberikan perubahan yang maksimal kepada fakultas dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan kampus Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Budiman Ginting, SH, MHum sebagai Pembantu Dekan I yang telah membantu para mahasiswa dengan memberikan perubahan dan kemudahan dalam memenuhi segala kebutuhan akademik dan administrasi.

3. Bapak Pembantu Dekan II Safrudin Hasibuan, SH, MHum. Yang telah membantu mahasiswa di dalam pembayaran SPP dan sumbangan-sumbangan kegiatan kampus.

(4)

5. Bapak Hamdan SH, M.Hum sebagai Pelaksana Ketua Departemen Hukum Pidana yang telah banyak membantu dan memudahkan saya dalam pengajuan judul skripsi.

6. Ibu Liza Erwina SH, M.Hum sebagai Pembimbing I sekaligus sebagai Sekretaris Departemen Hukum Pidanayang turut memberikan petunjuk serta bimbingan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini .

7. Ibu Nurmalawaty, SH, M.Hum sebagai Pembimbing IIyang telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh staf dan pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membombing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

9. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Papaku tersayang Alm. Syahril Effendi Harahap dan mamaku Syafrida Eriyani Hasibuan yang telah menjadi motivasi terbesar dalam hidup dan yang selalu memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang yang tidak pernah putus sampai sekarang dan selamanya. “Really love you mom!”

10.Untuk kakak-kakakku yang cantikWinda Sylvina Harahap, SP, dr.Yuni Syahfitri Harahap dan abangku Wahyu Dwi Hardhanto, STp, H.Abdul Rahman, SH yang telah banyak memberikan dukungan, doa, masukan dan semangat!!!.

(5)

semangat dan motivasi untuk segera terbang menemui kalian dan membuang jauh rindu yang dalam ini.

12.Sahabat-Sahabat tercinta Rendi Kurniawan, Siti Khairunnissa, Fatiya Rochimah, Lidya Rahmadhani, Wirdatul Husna, Erny Suciapriyanti, Najla Annisa FY, Fika Habbina, Berliana Nasution,Kak Beby Suryani, Meiliza Karunia, Faradina Wardhani, Susmitha Yulianda, Khairul Ardy Siregar, Emillio Armada, Akhmad Faisal Putra yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

13.teman jurusan Hukum Pidana, teman BTM, Anak Teater O, Teman-Teman HMI/Kohati, Redha, Fiki, Amien, Ricky, Babang, Oyin, Riris, Oky, Rikson, Alia, Ozy.

14.Buat keluarga dansemua pihak yang membantu penulis dalam berbagai hal yang tidak dapat disebut satu persatu.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapat Rahmat dan Ridho Allah SWT. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna karena itu Penulis memohon adanya kritik dan saran yang membangun untuk penulisan ini.

(6)

DAFTAR ISI

1. Pengertian Tindak Pidana Narkotika……….. 7

2. Jenis Narkotika………... 8

3. Sejarah Masuknya Narkotika ke Indonesia……… 25

F. Metode Penelitian………. 28

G. Sistematika Penulisan………... 29

BAB II PENGATURAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG NO.35 TAHUN 2009 TENTANG TINDAK PIDANA NARKOTIKA A. Bentuk Perbuatan tindak Pidana Narkotika………. 31

B. Sanksi Pidana Terhadap tindak Pidana Narkotika……… 45

C. Subjek Hukum Pelaku Tindak Pidana Narkotika……….. 60

BAB III ANALISIS TERHADAP PENERAPAN HUKUM DALAN KASUS TINDAK PIANA NARKTIKA DI PENGADILAN NEGERI MEDAN A. Kasus I Putusan No. 1463/Pid.B/2010/PN.Mdn 1. Posisi Kasus……… 70

2. Dakwaan……… 72

3. Tuntutan………. 80

4. Putusan Hakim……… 81

(7)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

(8)

ABSTRAK

ANGGINA RIZKI HARAHAPLIZA ERWINA, SH.,M.Hum NURMALAWATY, SH, M.Hum

Narkotika adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi tubuh mereka yang menggunakannya dan memasukkannya ke dalam tubuh. Pengaruh tersebut berupa hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan, sifat-sifat tersebut yang diketahui dan ditemukan dalam dunia medis, bertujuan untuk dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia seperti dibidang pembedahan : menghilangkan rasa sakit dan lain-lain. Namun dikemudian diketahui pula bahwa zat narkotik memiliki daya pencanduan yang bisa menimbulkan si pemakai bergantung hidupnya kepada obat-obat narkotik tersebut. Narkotika termasuk obat-obat keras/berbahaya, Karena adaya kerjanya keras dan dapat memberi pengaruh merusak terhadap fisik dan psikis manusia (bahkan sangat membahayakan manusia) jika disalahgunakan. Oleh Karen aitu penggunaan obat-obat tersebut haruslah dengan resep dokter.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah mengenai pengaturan hukum dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 yang telah mengalami perubahan dari undang-undang narkotika sebelumnya seperti adanya pembatasan penyimpanan narkotika, rehabiitasi bagi pecandu narkotika, adanya kewenangan BNN, lebih melibatkan masyarakat, penerapan pidana minimum, tidak mementingkan unsure kesengajaan, adanya kriminalisasi bagi orang tua dan masyarakat karena tidak melaporkan pecandu narkotika serta terdapat persamaan sanksi pidana antara percobaan dan tindak pidana selesai. Undang-undang yang dapat dilihat dari bentuk perbuatan tindak pidananya, sanksi pidana, dan subjek hukum pelaku tindak pidananya yang terdapat di bab ketentuan pidana.

Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terhadap beberapa putusan Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Medan dengan kasus yang berbeda-beda yaitu menyangkut kejahatan pemanfaatan anak dibawah umur untuk menjadi perantara dalam jual beli narkotika dan memudahkan anak dibawah umur untuk menggunakan narkotika, pemufakatan jahat dalam jual beli narkotika dan penguasaan narkotika golongan I jenis shabu-shabu lebih dari 5 (lima) gram, penyalahgunaan narkotika golongan I bagi diri sendiri.

Hasil dari analisis yang telah dilakukan terhadap beberapa putusan hakim di Pengadilan Negeri Medan terhadap kasus tindak pidana Narkotika, Majelis Hakim dinilai sudah menerapkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam memperimbangkan sanksi pidana yang akan dijatuhkan kepada Terdakwa.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah narkotika merupakan masalah besar yang tengah melanda Indonesia, tak dapat dipungkiri bahwa narkotika merupakan wabah paling berbahaya yang menjangkiti manusia di seluruh pelosok bumi. Hal yang semakin mengkhawatirkan yaitu semakin meluasnya peredaran gelap narkotika disegala lapisan masyarakat terutama generasi muda, dimana kehidupan bangsa dan negara ini selanjutnya ditentukan oleh generasi mudanya yang baik, cerdas dan tentunya sehat jasmani serta rohani.

(10)

mata. Penyalahgunaan narkotika saat ini tidak hanya melibatkan pelajar SMU dan mahasiswa tetapi sudah merambah pelajar setingkat Sekolah Dasar (SD)1

Saat ini peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika dengan sasaran potensial generasi muda sudah menjangkau berbagai penjuru daerah dan penyalahgunanya merata di seluruh strata sosial masyarakat. Pada dasarnya narkotika sangat diperlukan dan mempunyai manfaat di bidang kesehatan dan ilmu pengetahuan, akan tetapi penggunaan narkotika menjadi berbahaya jika terjadi penyalahgunaan. Oleh karena itu untuk menjamin ketersediaan narkotika guna kepentingan kesehatan dan ilmu pengetahuan di satu sisi, dan di sisi lain untuk mencegah peredaran gelap narkotika yang selalu menjurus pada terjadinya penyalahgunaan, maka diperlukan pengaturan di bidang narkotika.2

Pengaturan mengenai narkotika dapat dilihat dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang kemudian direvisi dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009. Pengaturan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, bertujuan untuk menjamin ketersedian guna kepentingan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah penyalahgunaan narkotika, serta pemberantasan peredaran gelap narkotika.

Penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika telah banyak dilakukan oleh aparat penegakan hukum dan telah banyak mendapatkan putusan hakim di sidang pengadilan. Penegakan hukum ini diharapkan mampu sebagai faktor

(11)

http://republik-ycna.weebly.com/2/post/2011/03/tindak-pidana-narkotika-dalam-hukum-positif-penangkal terhadap merebaknya peredaran perdagangan narkoba atau narkotika, tapi dalam kenyataan justru semakin intensif dilakukan penegakan hukum, semakin meningkat pula peredaran perdagangan narkotika tersebut.3

Tindak pidana narkoba atau narkotika berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2009, memberikan sanksi pidana cukup berat, yaitu dapat dikenakan pidana minimum, berupa pidana kurungan, pidana penjara juga pidana denda namun dalam kenyataanya para pelakunya justru semakin meningkat karena disebabkan tidak adanya dampak bagi si pelaku.

Oleh sebab itu, problem penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat kompleks karena sudah menjadi penyakit masyarakat yang sulit untuk diberantas, karena masalah narkotika bukanlah semata-mata merupakan masalah hukum (perbuatan yang melanggar hukum) yang menjadi tanggung jawab pihak Kepolisian dan Pemda saja, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab semua elemen masyarakat sebab perkembangan, peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika sudah memasuki fase yang sangat membahayakan dan merupakan ancaman strategis bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan Negara yang justru dengan peran serta masyarakat secara keseluruhan, tugas aparat penegak hukum menjadi mudah dan agak ringan sehingga komitmen dalam rangka perang melawan narkotika dapat berjalan dengan baik. Penanganan masalah narkotika di Indonesia menjadi tanggung jawab pemerintah, (penegak hukum), masyarakat

(12)

dan instansi yang terkait sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 TentangNarkotika, dimana mewajibkan masyarakat untuk ikut aktif dalam memerangi kejahatan narkotika.

Dalam rangka memberikan efek psikologis kepada masyarakat agar tidak melakukan tindak pidana narkotika, perlu diterapkan ancaman pidana yang lebih berat, mengingat bahaya yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkotika sangat mengancam ketahanan dan keamanan nasional.4

Karena itulah Penulis tertarik untuk mengangkat masalah pengaturan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan bagaimana penerapan hukum dalam kasus tindak pidana narkotika di Pengadilan Negeri Medan. Maka itu dari Penulis mengangkat “Penerapan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Tindak Pidana Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negri Medan).

(13)

B. Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Tindak Pidana Narkotika?

2. Bagaimana analisis terhadap penerapan hukum dalam kasus tindak pidana narkotika di pengadilan negeri medan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dan manfaat penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaturan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Tindak Pidana Narkotika.

b. Untuk mengetahui penerapan hukum dalam kasus Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Medan.

Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, manfaat penulisan ini yaitu :

1. Manfaat Teoritis

(14)

hukum pada umumnya, khususnya perkembangan ilmu Hukum Pidana serta permasalahan yang dihadapkan pada kasus penggunaan narkotika.

b. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada pendidikan ilmu hukum mengenai permasalahan penggunaan narkotika yang terjadi di dalam masyarakat.

c. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pembuat Undang-undang dalam menetapkan kebijaksanaan lebih lanjut sebagai upaya mengantisipasi dari maraknya penggunaan narkotika yang terjadi di dalam masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Dari segi praktis penulisan ini diharapkan bahwa hasil penulisan ini dapat dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan para pelaksana hukum dibidang hukum pidana, khususnya mengenai kejahatan penggunaan narkotika yang terjadi di dalam masyarakat. Dengan mengetahui pengaturan hukum dalam undang-undang narkotika maka para penegak hukum diharapkan dapat mengambil langkah yang tepat dalam menerapkan sanksi pidana terhadap pecandu narkotika.

(15)

tindak pidana narkotika dan subjek hukum pelaku tindak pidana narkotika.

c. Penulisan ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada praktisi, civitas, akademika, dan pihak pemerintahan Indonesia sendiri dalam menerapkan undang-undang tindak pidana narkotika.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan di kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, belum ditemukan penulisan skripsi yang membahas tentang “ Penerapan Undang-Undang No.35

Tahun 2099 Tentang Tindak Pidana Narkotika (Analsis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)” sampai dengan

penulisan skripsi ini dilakukan. Hal ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan Kepustakaan Jurusan Bagian Pidana, sehingga dapat dikatakan bahwa isi penulisan ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan penulis. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan referensi peraturan perundang-undangan, buku-buku, media cetak maupun media elektronik.

E. Tinjauan Pustaka

(16)

Berdasarkan Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang.

Tindak pidana narkotika adalah kegiatan atau perbuatan yang menyangkut kejahatan mengenai narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III. Tindak pidana narkotika dapat dilihat pengaturannya pada bab ketentuan pidana Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Pada bab tersebut diatur apa saja yang merupakan bentuk perbuatan tindak pidana narkotika, sanksi pidana yang dapat diberikan apabila melakukan kejahatan menyangkut narkotika, dan siapa saja subjek hukum yang dapat dikenakan sebagai pelaku tindak pidana narkotika.

b. Jenis Narkotika

Narkotika seperti yang kita ketahui, memiliki bergai macam jenis yang sering dikenal dalam masyarakat, antara lain yaitu :5

1. Opium (candu)

(17)

menimbulkan semangat, merasa waktu berjalan lambat, pusing, kehilangan keseimbangan/mabuk, merasa rangsang birahi meningkat (hambatan seksual hilang), timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung.

2. Morfin

Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui pengolahan secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah (intravena). Menimbulkan euphoria, mual, muntah, sulit buang hajat besar (konstipasi), kebingungan (konfusi), berkeringat, dapat menyebabkan pingsan, jantung berdebar-debar, gelisah dan perubahan suasana hati, mulut kering dan warna muka berubah.

3. Heroin

Merupakan golongan narkotika semisintetis yang dihasilkan atas pengolahan morfin secara kimiawi melalui 4 tahapan sehingga diperoleh heroin paling murni berkadar 80% hingga 99%. Heroin murni berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street heroin). Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri. Umumnya digunakan dengan cara disuntik atau dihisap.

(18)

menikmatinya, denyut nadi melambat, tekanan darah menurun, otot-otot menjadi lemas/relaks, diafragma mata (pupil) mengecil (pin point), mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri, membentuk dunia sendiri (dissosial) : tidak bersahabat, penyimpangan perilaku : berbohong, menipu, mencuri, criminal, ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari. Efek samping timbul kesulitan dorongan seksual, kesulitan membuang hajat besar, jantung berdebar-debar, kemerahan dan gatal di sekitar hidung, timbul gangguan kebiasaan tidur. Jika sudah toleransi, semakin mudah depresi dan marah sedangkan efek euforia semakin ringan atau singkat.

4. Ganja

Berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman ini terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol dan kanabidiol. Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Denyut jantung atau nadi lebih cepat, mulut dan tenggorokan kering, merasa lebih santai, banyak bicara dan bergembira, sulit mengingat sesuatu kejadian, kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang cepat dan koordinasi, kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan.

(19)

5.KOKAIN

Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan bentuk basa (free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan rasanya pahit. Nama jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih. Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda yang mempunyai permukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas. Cara lain adalah dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Menghirup kokain berisiko luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.

6. AMFETAMIN

(20)

kaca yang dirancang khusus (bong). Dalam bentuk kristal yang dilarutkan dapat juga melalui suntikan ke dalam pembuluh darah (intravena).

7. SEDATIF-HIPNOTIK (Benzodiazepin/BDZ)

Sedatif (obat penenang) dan hipnotikum (obat tidur). Nama jalanan BDZ antara lain BK, Lexo, MG, Rohip, Dum. Cara pemakaian BDZ dapat diminum, disuntik intravena, dan melalui dubur. Ada yang minum BDZ mencapai lebih dari 30 tablet sekaligus. Dosis mematikan/letal tidak diketahui dengan pasti. Bila BDZ dicampur dengan zat lain seperti alkohol, putauw bisa berakibat fatal karena menekan sistem pusat pernafasan. Umumnya dokter memberi obat ini untuk mengatasi kecemasan atau panik serta pengaruh tidur sebagai efek utamanya, misalnya aprazolam/Xanax/Alviz.

8. INHALANSIA atau SOLVEN

Adalah uap bahan yang mudah menguap yang dihirup. Contohnya aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tinner, uap bensin.Umumnya digunakan oleh anak di bawah umur atau golongan kurang mampu/anak jalanan. Penggunaan menahun toluen yang terdapat pada lem dapat menimbulkan kerusakan fungsi kecerdasan otak.

Berdasarkan pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, Narkotika hanya terdiri dari 3 golongan yaitu :

(21)

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

2). Narkotika golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

3). Narkotika golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Penggolongan narkotika sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan sebagaimana tercantum di dalam Lampiran I dan merupakan bagian tak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

Berikut daftar Narkotika golongan I :

1. Tanaman Papaver Somniferum Ldan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.

(22)

3. Opium masak terdiri dari :

1). candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan, dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.

2).Jicing, sisa-sisa dari candu yang telah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.

3). Jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.

4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.

5. Daun koka, daun yang sudah atau belum dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylondari keluargaErythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui perubahan kimia.

6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun kokayang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.

(23)

8. Tanaman ganja, semua tanaman genus-genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah , jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.

9. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya.

10.Delta 9 tertahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya. 11.Asetorfina :

3-0-acetiltetrahidro-7a-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6, 14-endoeteno-oripavina

12.Acetil – alfa – metilfentanil : N-[1-(a-metilfenetil)-4-piperidil] asatenalida

13.Alfa-metilfentanil : N-[1(a-metilfenetil)-4-piperidil] propionanilida

14.Alfa-metiltiofentanil : N-[1-] 1-metil-2-(2-tienil)etil]-4-iperidil] priopiona-nilida

15.Beta-hidroksifentanil : N-[1-(beta-hidroksifenetil)-4-piperidil] propionanilida

16.Beta-hidroksi-3-metil-fentanil : N-[1-(beta-hidroksifenetil)-3 metil-4 piperidil] propio-nanilida

(24)

18.Etorfina : tetrahidro-7a-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6, 14-endoeteno-oripavina

19.Heroina : Diacetilmorfina

20.Ketobemidona : 4-meta-hidroksifenil-1metil-4-propionilpiperidina

21.3-metilfentanil : N-(3-metil-1-fenetil-4-piperidil) propionanilida 22.3-metiltiofentanil : N-[3-metil-1-[2-(2-tienil) etil]-4-piperidil]

propionanilida

23.MPPP : 1-metil-4-fenil-piperidinol propianat (ester)

24.Para-fluorofentanil : 4’-fluoro-N-(1-fenetil-4-piperidil) propionanilida

25.PEPAP : 1-fenetil-4-fenil-4-piperidino-lasetat (ester)

26.Tiofentanil : N- [1-[2-(2-tienil) etil]-4-piperidil] propionanilida 27.BROLAMFETAMINA, nama lain DOB :

(+)-4-bromo-2,5-dimetoksi-a-metilfenetilamina 28.DET : 3-[2-(dietilamino)etil] indol

29.DMA : (+)-2,5-dimetoksi-a-metil-fenetilamina

30.DMHP : 3-(1,2-dimetilheptil)-7,8,9,10-tetrahidro-6,6,9-trimetil-6H-dibenzo[b,d]piran-1-ol

31.DMT : 3-[2-(dimetilamino) etil] indol

(25)

33.ETISIKLIDINA, nama lain PCE : N-etil-1-fenilsikloheksilamina 34.ETRIPTAMINA : 3-(2aminobutil) indole

35.KATINONA : (-)-(S)-2-aminopropiofenon

36.(+)-LISERGIDA, nama lain LSD, LSD-25 : 9,10-didehidro-N, N-dietil-6-metilergolina-8 β-karbok-samida

37.MDMA : (±)-N, a-dimetil-3,4-(metilendioksi) fenetilamina 38.Meskalina : 3,4,5-trimetoksifenetilamina

39.METKATINONA : 2-(metilamino)-1-fenil-propan-1-on

40.4-metilaminoreks : (+)-sis-2-amino-4-metil-5-fenil-2-oksazolina 41.MMDA : 5-metoksi-a-metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina 42.N-etil MDA : (+)-N-etil-a-metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamin 43.N-hidroksi MDA : (+)-N-[a-metil-3,4-(metilendioksi)fenetil]

hidroksilamina

44.Paraheksil : 3-heksil-7,8,9,10-tetrahidro-6,6,9-trimetil-6H-dibenzo[b,d]piran-1-ol

45.PMA : p-metoksi-a-metilfenetila-mina

46.Psilosina, psilotsin : 3-[2-(dimetilamino)etil-]indol-4-ol

47.PSILOSIBINA : 3-[2-(dimetilamino)etil]ondol-4-il dihidrogen fosfat

(26)

49.STP,DOM : 2,5-dimetoksi-a,4-dimetil-fenetilamina

50.TENAMFETAMINA, mana lain dari MDA : a-metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina

51.TENOSIKLIDINA,nama lain TCP : 1-[1-(2-tienil)sikloheksil]piperidina

52.TMA : (+)-3,4,5-trimetoksi-a-metilfenetilamina 53.AMFETAMINA : (+)-a-metilfenetilamina 54.DEKSAMFETAMINA : (+)-a-metilfenetilamina

55.FENETILINA : 7-[2-[(a-metilfenetil)-amino]etil]teofilina 56.FENMETRAZINA : 3-metil-2 fenilmorfolin

57.FENSIKLIDINA, nama lain PCP : 1-(1-fenilsikloheksil)piperidina

58.LEVAMFETAMINA : (-)-(R)-a-metilfenetilamina 59.Levometamfetamina : (-)-N,a-dimetilfenetilamina

60.MEKLOKUALON : 3-(o-klorofenil)-2-metil-4(3H)-kuinazolinon 61.METAMFETAMINA : (+)-(S)-N,a-dimetilfenetilamina

62.METAKUALON : 2-metil-2-o-to lil-4(3H)-kuinazolinon

63.ZIPEPPROL : a-(a metoksibenzil)-4-(β -metoksifenetil)-1-pipera-zinetano

(27)

65.Campuran atau sediaan opium obat dengan bahan lain bukan narkotika

Dafatar Narkotika Golongan II :

1. Alfasetilmetadol : Alfa-3-asetoksi-6-dimetilamino-4,4-difenilheptana. 2. Alfameprodina : Alfa-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina 3. Alfametadol : alfa-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol

4. Alfaprodina : alfa-I, 3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina

5. Alfentanil : N-[1-[2-(4-etil-4,5-dihidro-5-okso-l H-tetrazol-1-il)etil]-4-(metoksimetil)-4-pipe ridnil]-N-fenilpropanamida

6. Allilprodina : 3-allil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina

7. Anileridina : asam 1-para-aminofenetil-4-fenilpiperidina)-4- karboksilat etil ester

8. Asetilmetadol : 3-asetoksi-6-dimetilamino-4,4-difenilheptana

9. Benzetidin : asam 1-(2-benziloksietil)-4-fenilpiperidina-4- karboksilat etil ester

10.Benzilmorfina : 3-benzilmorfina

11.Betameprodina : beta-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipipe ridina 12.Betametadol : beta-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol

(28)

15.Bezitramida : 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-(2-okso-3- propionil-1-benzimidazolinil)-piperidina

16.Dekstromoramida : (+)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1- pirolidinil)butil]-morfolina

17.Diampromida : N-[2-(metilfenetilamino)-propil]propionanilida 18.Dietiltiambutena : 3-dietilamino-1,1-di(2’-tienil)-1-butena

19.Difenoksilat : asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)- 4fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester

20.Difenoksin : asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4- fenilisonipekotik 21.Dihidromorfina

22.Dimefheptanol : 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol 23.Dimenoksadol : 2-dimetilaminoetil-1-etoksi-1,1-difenilasetat 24.Dimetiltiambutena : 3-dimetilamino-1,1-di-(2’-tienil)-1-butena 25.Dioksafetil butirat : etil-4-morfolino-2, 2-difenilbutirat

26.Dipipanona : 4,4-difenil-6-piperidina-3-heptanona 27.Drotebanol : 3,4-dimetoksi-17-metilmoefinan-6β,14-diol

28.Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan ekgonina dan kokaina.

29.Etilmetiltiambutena : 3-etilmetilamino-1, 1-di-(2’-tienil)-1-butena

(29)

31.Etonitazena : 1-dietilminoetil-2-para-etoksibenzil-5-nitroben-zimedazol 32.Furetidina : asam 1-(2-tetrahidrofurfuriloksietil) 4

fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester

33.Hidrokodona : Dihidrokodeinona

34.Hidroksipetidina : asam 4-meta-hidroksifenil-1-metilpiperidina-4- karboksilat etil ester

35.Hidromorfinol : 14-hidroksidihidromorfina 36.Hidromorfona : Dihidromorfinona

37.Isometadona : 6-morfolino-4, 4-difenil-3-heptanona 38.Fenadoksona : 6-morfolino-4, 4-difenil-3-heptanona

39.Fenampromida : N-(1-metil-2-piperidinoetil)-propionanilida 40.Fenazosina : 2’-hidroksi-5,9-dimetil-2-fenetil-6,7- benzomorfan 41.Fenomorfan : 3-hidroksi-N-fenetilmorfinan

42.Fenoperidina : asam1-(3-hidroksi-3-fenilpropil)-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester

43.Fentanil:1-fenetil-4-N-propionilanilinopiperidina

44.Klonitazena:2-para-klorbenzil-1-dietilaminoetil-5-nitrobenzimidazol 45.Kodoksima:dihidrokodeinona-6-karboksimetiloksima

46.Levofenasilmorfan:(1)-3-hidroksi-N-fenasilmorfinan

(30)

48.Levometorfan:(-)-3-metoksi-N-metilmorfinan 49.Levorfanol:(-)-3-hidroksi-N-metilmorfinan

50.Metadona:6-dimetilamino-4, 4-difenil-3-heptanona

51.Metadona intermediat:4-siano-2-dimetilamino-4, 4-difenilbutana 52.Metazosina:2'-hidroksi-2,5,9-trimetil-6, 7-benzomorfan

53.Metildesorfina:6-metil-delta-6-deoksimorfina 54.Metildihidromorfina:6-metildihidromorfina 55.Metopon:5-metildihidromorfinona

56.Mirofina:Miristilbenzilmorfina

57.Moramida intermediat:asam (2-metil-3-morfolino-1, 1difenilpropana karboksilat

58.Morferidina:asam 1-(2-morfolinoetil)-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester

59.Morfina-N-oksida

60.Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent lainnya termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah satunya kodeina-N-oksida 61.Morfina

62.Nikomorfina:3,6-dinikotinilmorfina

63.Norasimetadol:(±)-alfa-3-asetoksi-6metilamino-4,4-difenilheptana 64.Norlevorfanol:(-)-3-hidroksimorfinan

(31)

66.Normorfina dimetilmorfina atau N-demetilatedmorfina 67.Norpipanona:4,4-difenil-6-piperidino-3-heksanona 68.Oksikodona:14-hidroksidihidrokodeinona

69.Oksimorfona:14-hidroksidihidromorfinona

70.Petidina intermediat A:4-siano-1-metil-4-fenilpiperidina

71.Petidina intermediat B:asam4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester 72.Petidina intermediat C:Asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat 73.Petidina:Asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester

74.Piminodina:asam 4-fenil-1-(3-fenilaminopropil)- piperidina-4-karboksilat etil ester

75.Piritramida:asam1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4 (1-piperidino)-piperdina-4-karboksilat amida

76.Proheptasina:1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksiazasikloheptana

77.Properidina:asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat isopropil ester 78.Rasemetorfan:(±)-3-metoksi-N-metilmorfinan

79. Rasemoramida:(±)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-pirolidinil)-butil]-morfolina

80.Rasemorfan:(±)-3-hidroksi-N-metilmorfinan

81.Sufentanil:N-[4-(metoksimetil)-1-[2-(2-tienil)-etil -4-piperidil] propionanilida

(32)

83.Tebakon:Asetildihidrokodeinona

84.Tilidina:(±)-etil-trans-2-(dimetilamino)-1-fenil-3-sikloheksena-1-karboksilat 85.Trimeperidina:1,2,5-trimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina

86.Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas.

Daftar Narkotika Golongan III : 1. Asetildihidrokodeina

2. Dekstropropoksifena:a-(+)-4-dimetilamino-1,2-difenil-3-metil-2-butanol propionate

3. Dihidrokodeina

4. Etilmorfina:3-etil morfina 5. Kodeina:3-metil morfina

6. Nikodikodina:6-nikotinildihidrokodeina 7. Nikokodina:6-nikotinilkodeina

8. Norkodeina:N-demetilkodeina: 9. Polkodina:Morfoliniletilmorfina

10.Propiram:N-(1-metil-2-piperidinoetil)-N-2-piridilpropionamida 11.

Buprenorfina:21-siklopropil-7-±-[(S)-1-hidroksi-1,2,2-trimetilpropil]-6,14-endo-entano-6,7,8,14-tetrahidrooripavina

12.Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas

(33)

14.Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika 3. Sejarah Masuknya Narkotika ke Indonesia

Penggunaan obat-obatan jenis opium sudah lama dikenal di Indonesia, jauh sebelum pecahnya Perang Dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda. Pada umumnya para pemakai candu (opium) tersebut adalah orang-orang Cina. Pemerintah Belanda memberikan izin pada tempat-tempat tertentu untuk menghisap candu dan pengadaan (supply) secara legal dibenarkan berdasarkan undang-undang. Orang-orang Cina pada waktu itu menggunakan candu dengan cara tradisional, yaitu dengan jalan menghisapnya melalui pipa panjang.

Hal ini berlaku sampai tibanya Pemerintah Jepang di Indonesia. Pemerintah pendudukan Jepang menghapuskan Undang-Undang itu dan melarang pemakaian candu (Brisbane Ordinance). Ganja (Cannabis Sativa) banyak tumbuh di Aceh dan daerah Sumatera lainnya, dan telah sejak lama digunakan oleh penduduk sebagai bahan ramuan makanan sehari-hari. Tanaman Erythroxylon Coca (Cocaine) banyak tumbuh di Jawa Timur dan pada waktu itu hanya diperuntukkan bagi ekspor.

(34)

lain yang mempunyai efek serupa (menimbulkan kecanduan) tidak dimasukkan dalam perundang-undangan tersebut.

Setelah kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia membuat perundang-undangan yang menyangkut produksi, penggunaan dan distribusi dari obat-obat berbahaya (Dangerous Drugs Ordinance) dimana wewenang diberikan kepada Menteri Kesehatan untuk pengaturannya (State Gaette No.419, 1949).

Pada waktu tahun 1970, masalah obat-obatan berbahaya jenis narkotika menjadi masalah besar dan nasional sifatnya. Pada waktu perang Vietnam sedang mencapai puncaknya pada tahun 1970-an, maka hampir di semua negeri, terutama di Amerika Serikat penyalahgunaan obat (narkotika) sangat meningkat dan sebagian besar korbannya adalah anak-anak muda. Nampaknya gejala itu berpengaruh pula di Indonesia dalam waktu yang hampir bersamaan.

Menyadari hal tersebut maka Presiden mengeluarkan instruksi No.6 tahun 1971 dengan membentuk badan koordinasi, yang terkenal dengan nama BAKOLAK INPRES 6/71, yaitu sebuah badan yang mengkoordinasikan (antar departemen) semua kegiatan penanggulangan terhadap berbagai bentuk yang dapat mengancam keamanan negara, yaitu pemalsuan uang, penyelundupan, bahaya narkotika, kenakalan remaja, kegiatan subversif dan pengawasan terhadap orang-orang asing.

(35)

tidak memadai lagi. Maka pemerintah kemudian mengeluarkan Undang-Undang No.9 tahun 1976, tentang Narkotika. Undang-Undang tersebut antara lain mengatur berbagai hal khususnya tentang peredaran gelap (illicit traffic). Disamping itu juga diatur tentang terapi dan rehabilitasi korban narkotik (pasal 32), dengan menyebutkan secara khusus peran dari dokter dan rumah sakit terdekat sesuai petunjuk menteri kesehatan.

Dengan semakin merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia, maka UU Anti Narkotika mulai direvisi. Sehingga disusunlah UU Anti Narkotika nomor 22 Tahun 1997, menyusul dibuatnya UU Psikotropika nomor 5 Tahun 1997. Dalam Undang-Undang tersebut mulai diatur pasal-pasal ketentuan pidana terhadap pelaku kejahatan narkotika, dengan pemberian sanksi terberat berupa hukuman mati.6

(36)

narkoba (polydrug jser), dan pada tahun 1990-an heroin sangat populer dikalangan penyalahguna narkotika.7

F. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian hukum yang digunakan penulis dalam mengerjakan skripsi ini meliputi :

a. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif. Dalam penelitian hukum normatif, penulis melakukan penelitian dengan menganalisa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana narkotika dan bahan hukum yang berhubungan dengan masalah narkotika serta melakukan analisis terhadap putusan pengadilan untuk melihat penerapannya dalam praktek.

b. Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder, data sekunder diperoleh dari :

(37)

2. Bahan hukum sekunder, yaitu berupa buku yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi, buku-buku yang berkenaan dengan teori-teori dan kebijakan penanggulangan kejahatan dan studi yang diperoleh dari Pengadilan Negeri medan yaitu Putusan Nomor 1463/Pid.B/2010/PN.Mdn, Putusan Nomor 1366/Pid.B/2011/PN.Mdn, dan Putusan Nomor 1432/Pid.B/2011/PN.Mdn.

c. Metode Pengumpulan Data

Penulisan skripsi ini menggunakan metode library search (penelitian kepustakaan), yakni dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku, situs internet, dan mempelajari serta menganalisis putusan.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 4 (empat) bab yang terdiri dari : BAB I Pendahuluan

Bab ini dimulai dengan mengemukakan apa yang menjadi latar belakang penulisan skripsi dengan judul “ Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Tindak Pidana Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)” , permasalahan, tujuan dan manfaat

(38)

masyarakat, dan sejarah masuknya narkotika ke Indonesia, dan metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II Pengaturan Hukum Dalam Undang-Undang Tindak Pidana Narkotika Nomor 35 Tahun 2009

Bab ini memberikan uraian tentang aturan hukum dalam Undang-undang tindak pidana narkotika yaitu mengenai bentuk perbuatan tindak pidana narkotika, sanksi pidana terhadap tindak pidana narkotika, dan subjek hukum pelaku tindak pidana narkotika.

(39)

BAB II

PENGATURAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG TINDAK PIDANA

NARKOTIKA

A. Bentuk Perbuatan Tindak Pidana Narkotika

Tindak pidana di bidang Narkotika diatur dalam Bab XV dimulai pasal 111 sampai dengan pasal 148 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Semua ketentuan pidana jumlahnya 37 pasal yang bentuk perbuatannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu :

1. Kejahatan mengenai penguasaan narkotika

Tindak pidana yang menyangkut penguasaan yaitu termasuk memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan narkotika. Penguasaan narkotika dibedakan atas golongannya, karena setiap golongan narkotika mempunyai fungsi dan akibat yang berbeda-beda. Kejahatan yang menyangkut penguasaan narkotika golongan I dalam bentuk tanaman diatur dalam pasal 111 dan narkotika golongan I dan bukan tanaman diatur dalam pasal 112. Sedangkan penguasaan narkotika golongan II diatur dalam pasal 117 dan penguasaan narkotika golongan III diatur dalam pasal 122 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

(40)

Tindak pidana yang menyangkut produksi yaitu termasuk memproduksi, mengekspor, mengimpor, atau menyalurkan narkotika. Tindak pidana produksi narkotika ini juga dibedakan atas golongannya. Kejahatan yang menyangkut produksi golongan I diatur dalam pasal 113, kejahatan menyangkut produksi narkotika golongan II diatur dalam pasal 118, dan kejahatan menyangkut produksi narkotika golongan III diatur dalam pasal 123 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

3. Kejahatan mengenai jual beli narkotika

Tindak pidana yang menyangkut jual beli narkotika, yaitu termasuk menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika. Tindak pidana ini juga dibedakan atas golongannya. Kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika golongan I diatur dalam pasal 114, kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika golongan II diatur dalam pasal 119, dan kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika golongan III diatur dalam pasal 124 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

4. Kejahatan mengenai pengangkutan atau transito narkotika

(41)

120, dan kejahatan yang menyangkut pengangkutan atau transito narkotika golongan III diatur dalam pasal 125.

5. Kejahatan mengenai penyalahgunaan narkotika

Tindak pidana yang menyangkut penyalahgunaan narkotika yaitu menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum terhadap orang lain atau memberikan narkotika untuk digunakan orang lain. Tindak pidana ini juga dibedakan atas golongannya. Kejahatan yang menyangkut penyalahgunaan narkotika golongan I terhadap orang lain diatur dalam pasal 116, kejahatan yang menyangkut penyalahgunaan narkotika golongan II terhadap orang lain diatur dalam pasal 121, dan kejahatan yang menyangkut penyalahgunaan narkotika golongan III terhadap orang lain diatur dalam pasal 126. Kejahatan mengenai penyalahgunaan narkotika terhadap diri sendiri diatur dalam pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

6. Kejahatan mengenai tidak melaporkan pecandu narkotika

Tindak pidana yang menyangkut tidak melaporkan pecandu narkotika diatur dalam pasal 128 dan pasal 131 yang mengatur tentang tindak pidana yang menyangkut tidak melaporkan adanya :

(42)

b. Memproduksi, termasuk kegiatan mengimpor, mengekspor atau menyalurkan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III. c. Jual beli termasuk didalamnya menawarkan untuk dijual, menjual,

membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika golongan I, goglongan II, dan golongan III. d. Pengangkutan, termasuk kegiatan membawa, mengirim, mengangkut,

atau mentransito narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III. e. Penyalahgunaan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III

terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III untuk digunakan orang lain.Penyalahgunaan narkotika golongan I, II, dan III bagi diri sendiri.

f. Memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika.

Sedangkan tindak pidana menyangkut pecandu narkotika yang sudah cukup umur yang dengan sengaja tidak melaporkan diri, dan keluarga dari pecandu narkotika tersebutpun dengan sengaja tidak melaporkan pecandu narkotika tersebut diatur dalam pasal 134 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

(43)

Tindak pidana yang menyangkut prekursor narkotika termasuk di dalamnya memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika diatur dalam pasal 129 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

8. Kejahatan mengenai narkotika yang dilakukan oleh korporasi Segala yang menyangkut tindak pidana narkotika yaitu :

a. secara tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan IIIyang dilakukan oleh korporasi.

b. secara tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan IIIyang dilakukan oleh korporasi.

c. secara tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan IIIyang dilakukan oleh korporasi .

(44)

e. secara tanpa hak atau melawan hukum menggunakan narkotika golongan I,golongan II, dan golongan III terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I, golongan II, dangolongan III untuk digunakan orang lain yang dilakukan oleh korporasi.

f. secara tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika yang dilakukan oleh korporasi.

Tindak pidana yang dilakukan korporasi tersebut diatas diatur dalam pasal 130 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

9. Kejahatan mengenai narkotika secara pemufakatan jahat

Tindak pidana yang menyangkut percobaan atau pemufakatan jahat dalam hal :

a. memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.

(45)

c. menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.

d. membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.

e. menggunakan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III untuk digunakan orang lain.

f. memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika.

Tindak pidana percobaan atau pemufakatan jahat ini diatur dalam pasal 132 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

10.Kejahatan mengenai pemanfaatan anak dibawah umur

(46)

kesempatan, menganjurkan, memberikan kemudahan, memaksa dengan ancaman, memaksa dengan kekerasan melakukan tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum cukup cumur untuk melakukan tindak pidana narkotika yaitu:

a. memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.

b. memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.

c. menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.

d. membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.

e. menggunakan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III untuk digunakan orang lain. f. memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan,

(47)

membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika.

Dan menyuruh, memberi, atau menjanjikan sesuatu, memberikan kesempatan, menganjurkan, memberikan kemudahan, memaksa dengan ancaman, memaksa dengan kekerasan melakukan tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum cukup cumur untuk menggunakan Narkotika. Tindak pidana ini diatur dalam pasal 133 dan 133 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

11.Kejahatan mengenai label dan publikasi narkotika

Tindak pidana yang menyangkut label dan publikasi narkotika yaitu pengurus industri farmasi yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 45 yang berbunyi :

“(1) Industri Farmasi wajib mencantumkan label padakemasan Narkotika,

baik dalam bentuk obat jadi maupunbahan baku Narkotika.

(2) Label pada kemasan Narkotika sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dapat berbentuk tulisan, gambar, kombinasitulisan dan gambar, atau bentuk lain yang disertakanpada kemasan atau dimasukkan ke dalam kemasan,ditempelkan, atau merupakan bagian dari wadah,dan/atau kemasannya.

(48)

Tindak pidana ini kemudian diatur dalam pasal 135 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

12.Kejahatan mengenai penyamaran hasil dari tindak pidana narkotika

Tindak pidana yang menyangkut penyamaran hasil dari tindak pidana narkotika yaitu termasuk didalamnya menempatkan, membayarkan atau membelanjakan, menitipkan, menukarkan, menyembunyikan atau menyamarkan, menginvestasikan, menyimpan, menghibahkan, mewariskan, dan/atau mentransfer uang, harta, dan benda atau aset baik dalam bentuk benda bergerak maupun tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang berasal dari tindak pidana Narkotika dan/atau tindak pidana Prekursor Narkotika dan menempatkan, membayarkan atau membelanjakan,menitipkan, menukarkan, menyembunyikan ataumenyamarkan, menginvestasikan, menyimpan,menghibahkan, mewariskan, dan/atau mentransfer uang,harta, dan benda atau aset baik dalam bentuk bendabergerak maupun tidak bergerak, berwujud atau tidakberwujud yang berasal dari tindak pidana Narkotikadan/atau tindak pidana Prekursor Narkotika. Tindak pidana ini diatur dalam pasal 137 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

(49)

Tindak pidana yang menyangkut jalannya peradilan narkotika diatur dalam pasal 138 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu Setiap orang yang menghalang-halangi atau mempersulitpenyidikan serta penuntutan dan pemeriksaan perkara tindakpidana Narkotika dan/atau tindak pidana Prekursor Narkotikadi muka sidang pengadilan.

14.Kejahatan mengenai penyitaan dan pemusnahan narkotika

Tindak pidana yang menyangkut penyitaan dan pemusnahan narkotika yaitu pegawai negri sipil yang secara melawan hukumtidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 88 yang berbunyi :

“(1) Penyidik pegawai negeri sipil tertentu yang melakukanpenyitaan

terhadap Narkotika dan Prekursor Narkotikawajib membuat berita acara penyitaan dan menyerahkanbarang sitaan tersebut beserta berita acaranya kepadapenyidik BNN atau penyidik Kepolisian Negara RepublikIndonesia setempat dalam waktu paling lama 3 x 24 (tigakali dua puluh empat) jam sejak dilakukan penyitaan dantembusan berita acaranya disampaikan kepada kepalakejaksaan negeri setempat, ketua pengadilan negerisetempat, Menteri, dan Kepala Badan Pengawas Obat danMakanan.

(50)

berkaitan dengan daerah yang sulitterjangkau karena faktor geografis atau transportasi.”

Pasal 89 yang berbunyi :

“(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 danPasal 88

bertanggung jawab atas penyimpanan danpengamanan barang sitaan yang berada di bawahpenguasaannya.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata carapenyimpanan, pengamanan, dan pengawasan Narkotikadan Prekursor Narkotika yang disita sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan PeraturanPemerintah.”

Pasal 87 berbunyi :

“(1) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia atau

penyidikBNN yang melakukan penyitaan Narkotika dan PrekursorNarkotika, atau yang diduga Narkotika dan Prekursor Narkotika,atau yang mengandung Narkotika dan Prekursor Narkotika wajibmelakukan penyegelan dan membuat berita acara penyitaanpada hari penyitaan dilakukan, yang sekurang-kurangnyamemuat:

a. nama, jenis, sifat, dan jumlah;

(51)

c. keterangan mengenai pemilik atau yang menguasai Narkotikadan Prekursor Narkotika; dantanda tangan dan identitas lengkap penyidik yang melakukanpenyitaan.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajibmemberitahukan penyitaan yang dilakukannya kepada kepalakejaksaan negeri setempat dalam waktu paling lama 3 x 24 (tigakali dua puluh empat) jam sejak dilakukan penyitaan dantembusannya disampaikan kepada ketua pengadilan negerisetempat, Menteri, dan Kepala Badan Pengawas Obat danMakanan.

Tindak pidana ini diatur dalam pasal 140 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika..

15.Kejahatan mengenai keterangan palsu

(52)

16.Kejahatan mengenai penyimpanan fungsi lembaga

Tindak pidana yang menyangkut penyimpanan fungsi lembaga yaitu diatur dalam pasal 147Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu bagi :

a. pimpinan rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balaipengobatan, sarana penyimpanan sediaan farmasi milikpemerintah, dan apotek yang mengedarkan NarkotikaGolongan II dan III bukan untuk kepentingan pelayanankesehatan;

b. pimpinan lembaga ilmu pengetahuan yang menanam,membeli, menyimpan, atau menguasai tanaman Narkotikabukan untuk kepentingan pengembangan ilmupengetahuan;

c. pimpinan Industri Farmasi tertentu yang memproduksiNarkotika Golongan I bukan untuk kepentinganpengembangan ilmu pengetahuan; atau

(53)

B. Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Narkotika

Sanksi pidana terhadap tindak pidana narkotika yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dapat dilihat dari BAB XV mengenai ketentuan pidana yang dapat dikelompokkan dari bentuk perbuatan tindak pidana narkotika yaitu :

1. Kejahatan mengenai penguasaan narkotika

Sanksi pidana dari tindak pidana menguasai narkotika golongan I dalam bentuk tanaman maupun bukan tanaman diatur dalam pasal 111 dan 112 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 yakni dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,- (delapan milyar rupiah). Dalam ayat (2), sanksi dari menguasai tindak narkotika golongan I berbentuk tanaman yang beratnya lebih dari 1kg (satu kilogram) atau melebihi 5 (lima) batang pohondan bukan tanaman yang beratnya melebihi 5 (lima) gram, dipidana dengan pidana penjara seumur hidupatau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan palinglama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

(54)

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.5.000.000.000,- (lima milyar rupiah). Apabila menguasai narkotika golongan II yang beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana denganpidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15(lima belas) tahun dan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

Sanksi pidana terhadap penguasaan narkotika golongan III seperti terdapat dalam pasal 122 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yakni dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah). Dan apabila menguasai narkotika golongan III beratnya melebihi 5 (lima) gram, dapat dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

2. Kejahatan mengenai produksi narkotika

(55)

kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

Sanksi pidana terhadap kegiatan produksi, ekspor, impor atau penyaluran narkotika golongan II dipidana dengan dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahundan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,- (delapanratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,- (delapan miliar rupiah). Apabila narkotika golongan II yang diproduksi, ekspor, impor atau disalurkan beratnya melebihi 5 (lima gram) maka dapat dipidanadengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidanapenjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (duapuluh) tahun dan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

Sanksi pidana terhadap kegiatan produksi, ekspor, impor atau penyaluran narkotika golongan III dipidana dengan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). Apabila beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelakudipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun danpaling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

(56)

Sanksi pidana terhadap kegiatan jual beli narkotika golongan I yaitu termasuk menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan, dapat dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah). Apabila dalam kegiatan jual beli tersebut terdapat narkotika golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu)kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentukbukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, dapat dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, ataupidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

(57)

Sanksi pidana terhadap kegiatan jual beli narkotika golongan II dapat dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) ahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). Apabila dalam kegiatan jual beli tersebut terdapat narkotika golongan IIIberatnya lebih dari 5 (lima) gram, dapat dipidana dengan pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

4. Kejahatan mengenai pengangkutan atau transito narkotika

Sanksi pidana terhadap kegiatan pengangkutan termasuk membawa, mengirim, atau transito narkotika golongan I dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahundan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana dendapaling sedikit Rp800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) danpaling banyak Rp8.000.000.000,- (delapan miliar rupiah).Dan apabila kegiatan pengangkutan narkotika golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu)kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon beratnya melebihi 5(lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumurhidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun danpaling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

(58)

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikitRp600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). Apabila kegiatan pengangkutan narkotika golongan II beratnya melebihi 5(lima) gram, dapat dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun danpaling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

Sanksi pidana terhadap kegiatan pengangkutan Narkotika Golongan III,dipidanadengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun danpaling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikitRp400.000.000,- ( empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3 .000.000.000,- (tiga miliar rupiah). Apabila kegiatan pengangkutan narkotika golongan II beratnya melebihi 5(lima) gram, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan palinglama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

5. Kejahatan mengenai penyalahgunaan narkotika

(59)

dan paling lama 20 (dua puluh) tahundan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

Sanksi pidana terhadap penyalahgunaan Narkotika Golongan II terhadap orang lain ataumemberikan Narkotika Golongan II untuk digunakan orang laindipidanadengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan palinglama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,- (delapan miliar rupiah). Apabila menggunakan atau memberikan narkotika golongan I terhadap orang lain sehingga mengakibatkan kematian atau cacat permanen pada orang lain, dapat dipidana dengan pidana mati,pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara palingsingkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahundan pidana denda maksimum ditambah 1/3 (sepertiga).

(60)

Tindak pidana penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri diatur dalam pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sanksi pidana terhadap penyalahgunaan narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidanapenjara paling lama 4 (empat) tahun. Sanksi pidana erhadap penyalahgunaan narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun, sanksi pidana terhadap penyalahgunaan narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.

6. Kejahatan mengenai tidak melaporkan pecandu narkotika

Sanksi pidana terhadap tindak pidana tidak melaporkan pecandu narkotika yaitu dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). Dan sebagai pengganti sanksi pidana terhadap korban pecandu narkotika, baik dibawah umur maupun telah cukup umur adalah wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

(61)

dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun ataupidana denda paling banyak Rp50.000.000,- (lima puluh jutarupiah).

Sanksi terhadap pecandu narkotika yang sudah cukup umur dan dengan sengaja tidak melaporkan diri dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,- (dua juta rupiah).

7. Kejahatan mengenai prekursor narkotika

Sanksi pidana terhadap tindak pidana yang menyangkut prekursor narkotika yaitu termasuk didalamnya memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun danpaling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

8. Kejahatan mengenai narkotika yang dilakukan oleh korporasi

(62)

selain dapat pidanapenjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapatdijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda denganpemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam sanksi-sanksi pidana yang telah disebutkan tersebut. Selain itu korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha dan ataupencabutan status badan hukum.

9. Kejahatan mengenai narkotika secara pemufakatan jahat

Sanksi pidana terhadap tindak pidana yang menyangkut narkotika secara pemufakatan jahat memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito, penyalahgunaan terhadap orang lain, dan segala kegiatan kejahatan yang menyangkut prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika dipidana dengan pidana penjara yang sama sesuai dengan yang telah diuraikan diatas. Namum apabila perbuatan tersebut dilakukan secara terorganisai maka dipidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 1/3 (sepertiga). Pemberatan pidana ini tidak berlaku bagi tindak pidana yang diancam dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara 20 (dua puluh) tahun.

10.Kejahatan mengenai pemanfaatan anak dibawah umur

(63)

melakukan tipu muslihat, atau membujuk anakyang belum cukup umur untuk melakukan tindak pidana memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, mentransito, narkotika golongan I, golongan II dan golongan III serta penyalahgunaan narkotika golongan I, golongan II, golongan III terhadap orang lain, dan segala kegiatan kejahatan yang menyangkut prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika dipidana dengan pidana mati atau pidanapenjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5(lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidanadenda paling sedikit Rp2.000.000.000,- (dua miliar rupiah)dan paling banyak Rp20.000.000.000,- (dua puluh miliarrupiah).

Sanksi pidana terhadap kejahatan menyuruh, memberi atau menjanjikansesuatu, memberikan kesempatan, menganjurkan, memberikankemudahan, memaksa dengan ancaman, memaksa dengankekerasan, melakukan tipu muslihat, atau membujuk anakyang belum cukup umur untuk menggunakan Narkotika,dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahundan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah).

(64)

Sanksi pidana yang menyangkut label dan publikasi apabila pengurus industri farmasi tidak melaksakan kewajibannya maka dapat dipidana dengan pidana penjarapaling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun danpidana denda paling sedikit Rp40.000.000,- (empat puluh jutarupiah) dan paling banyak Rp400.000.000,- (empat ratus jutarupiah).

12.Kejahatan mengenai penyamaran hasil dari tindak pidana narkotika

Menurut pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang berbunyi :

“Narkotika dan Prekursor Narkotika serta hasil-hasil yang diperolehdari

tindak pidana Narkotika danlatau tindak pidana PrekursorNarkotika, baik berupa aset dalam bentuk benda bergerak maupuntidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud serta barang-barangatau peralatan yang digunakan untuk melakukan tindak pidanaNarkotika dan tindak pidana Prekursor Narkotika dirampasuntuk negara.”

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan jenis permasalahan yang ada dalam judul penelitian, maka penulis menggunakan jenis penelitian korelasional yaitu “hubungan satu atau lebih variabel (yang

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya peningkatan jumlah nasabah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Adanya kenaikan jumlah nasabah pada tiap tahunnya disebabkan

We also presented extensions of the algorithm to handle sloped trajectories, perpendicular cut-offs and models using multiple cross sections, each of these on the basis of

informasikan bahwa Uang muka Penelitian RISTOJA  sudah dikirimkan mulai tanggal 16 Juni 2016, adapun rincian mengenai dana tersebut kami lampirkan bersama surat pemberitahuan ini. 

The algorithm is divided into two steps in order to acquire good models from a huge hypotheses space and to solve the non-linear problem: the constraint-based reasoning using

Seluruh dosen dan staf Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang secara tidak langsung telah banyak membantu penulis

Sebelum praktikan melaksanakan mengajar terbimbing, praktikan terlebih dahulu melakukan bimbingan dengan guru pamong dan guru kelas untuk berkonsultasi tentang materi

Hasil penelitian dapat disimpul- kan sebagai berikut: tngkat pendidikan remaja yang marriage diusia muda mayoritas berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah, tingkat pendidikan orang