• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Masyarakat dan Penggunaan Antibiotik secara Bebas di Kecamatan Medan Timur Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Masyarakat dan Penggunaan Antibiotik secara Bebas di Kecamatan Medan Timur Kota Medan"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK MASYARAKAT DAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA BEBAS DI KECAMATAN MEDAN TIMUR

KOTA MEDAN

Oleh

HANA LARASSATI NIM: 090100240

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK MASYARAKAT DAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA BEBAS DI KECAMATAN MEDAN TIMUR

KOTA MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh

HANA LARASSATI NIM: 090100240

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karakteristik Masyarakat dan Penggunaan Antibiotik secara Bebas di Kecamatan Medan Timur Kota Medan

Nama : Hana Larassati

NIM : 090100240

Pembimbing Penguji I

dr. Putri Chairani Eyanoer, MS.Epi., PhD. dr. T. Ibnu Alferraly, Sp. PA. NIP. 197209011999032001 NIP. 196202121989111001

Penguji II

Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M. Ked (OG), Sp. OG (K).

NIP. 196405301989031019

Medan, Januari 2012

Dekan Fakultas Kedokteran USU

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, dan atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Karakteristik Masyarakat dan Penggunaan Antibiotik secara Bebas di Kecamatan Medan Timur Kota Medan.

Dalam penyelesaian karya tulis ini penulis menerima banyak bimbingan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah ikut serta membantu penulis menyelesaikan penelitian ini, diantaranya :

1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Putri Chairani Eyanoer, MS.Epi., PhD. yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian ini

3. Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), Sp.OG(K) yang telah menjadi dosen penasihat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

4. Kepada kedua orangtua penulis, terutama Ibunda Juwita Siregar, SS., atas dukungan, motivasi, dan bimbingannya

5. Teman-teman sejawat angkatan 2009 yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi masukan bagi penelitian dikemudian hari.

(5)

ABSTRAK

Konsumsi antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi kuman. Banyak masyarakat tidak mengetahui hal ini dan mengonsumsi antibiotik tidak sesuai aturan. Di Indonesia, kesalahan penggunaan antibiotik didukung oleh banyaknya penjualan obat antibiotik yang termasuk golongan obat keras secara bebas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik masyarakat yang mempunyai hubungan dengan penggunaan antibiotik secara bebas.

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling.

Sebanyak 99 responden dalam penelitian ini adalah warga kecamatan Medan Timur. Seluruh responden diminta mengisi identitas diri dan menjawab pertanyaan dalam kuesioner. Hubungan antar variabel dianalisis dengan chi square, sedangkan data deskriptif ditampilkan dalam distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50,5% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang antibiotik, dan terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan antibiotik secara bebas dengan tingkat pendidikan (nilai p < 0,05).

Disarankan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan penggunaan obat antibiotik secara bebas yang terjadi di masyarakat dan penerapan undang-undang obat keras.

(6)

ABSTRACT

Inappropriate antibiotic use may lead to microorganism resistance and many people are unaware of this. In Indonesia, antibiotic misuse is supported by numerous self-medications of antibiotics without doctor’s prescription. This research is aimed to see the connection between community characteristics with inappropriate antibiotic usages.

A self-administrated validated questionnaire was distributed among ninety-nine respondents from drug stores in eastern part of Medan. Data was analyzed descriptively and chi square were done to see the relationship between possible factors.

About half (50,5%) of all volunteers have moderate level of knowledge regarding the use of antibiotic. There was a significant association between inappropriate antibiotic use and education level (p-value <0,05)

Government is suggested to pay more attention to inappropriate antibiotic use that occurs within the society and the implementation of drugs regulation.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR...ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Masyarakat...4

2.1.1. Tingkat Pengetahuan...4

2.1.2. Umur...8

2.1.3. Jenis Kelamin...9

2.1.4. Tingkat Pendidikan...9

2.1.5. Status Ekonomi...9

2.2. Antibiotik ... 12

2.2.1. Definisi ...12

2.2.2. Klasifikasi dan Mekanisme Kerja ... 12

2.3. Resistensi Obat...13

2.3.1. Definisi ... 13

2.3.2. Penyebab ... 13

(8)

2.4. Peraturan Mengenai Distribusi Obat Antibiotik di Indonesia...15

2.4.1. Antibiotik Sebagai Obat Keras... 15

2.4.2. Undang-undang St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949 Mengenai Obat Keras ... 18

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 20

3.2. Definisi Operasional ... 20

3.3. Hipotesis...22

BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 23

4.2. Lokasi dan Waktu penelitian ... 23

4.3. Populasi dan Sampel penelitian ... 23

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 24

4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas...24

4.6. Metode Analisis Data ... 25

4.7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...27

5.2. Karakteristik Responden...27

5.3. Analisis Hubungan Karakteristik Responden terhadap Penggunaan Antibiotik secara Bebas...29

5.4. Pembahasan ... 30

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 33

6.2. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1. Definisi Operasional... 20 Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner... 26 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden... 28 Tabel 5.2. Analisis Karakteristik Responden terhadap Penggunaan

(10)

DAFTAR SINGKATAN

BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan

Depkes Departemen Kesehatan

DNA Deoxyribonucleic acid

Menkes Menteri Kesehatan

No. Nomor

OB Obat Bebas

OBT Obat Bebas Terbatas

OK Obat Keras

OKT Obat Keras Terbatas

OTC Over the Counter

OWA Obat Wajib Apotek

PABA Para Aminobenzoic Acid

RI Republik Indonesia

RNA Ribonucleic Acid

SD Sekolah Dasar

Sec. V. St. Secretaris Van Staat

SK Surat Keputusan

SMA Sekolah Menengah Atas

SMP Sekolah Menengah Pertama

SPSS Statistical Product and Service Solutions

UMK Upah Minimum Kerja

UU Undang-Undang

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan dan Persetujuan Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

(12)

ABSTRAK

Konsumsi antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi kuman. Banyak masyarakat tidak mengetahui hal ini dan mengonsumsi antibiotik tidak sesuai aturan. Di Indonesia, kesalahan penggunaan antibiotik didukung oleh banyaknya penjualan obat antibiotik yang termasuk golongan obat keras secara bebas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik masyarakat yang mempunyai hubungan dengan penggunaan antibiotik secara bebas.

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling.

Sebanyak 99 responden dalam penelitian ini adalah warga kecamatan Medan Timur. Seluruh responden diminta mengisi identitas diri dan menjawab pertanyaan dalam kuesioner. Hubungan antar variabel dianalisis dengan chi square, sedangkan data deskriptif ditampilkan dalam distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50,5% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang antibiotik, dan terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan antibiotik secara bebas dengan tingkat pendidikan (nilai p < 0,05).

Disarankan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan penggunaan obat antibiotik secara bebas yang terjadi di masyarakat dan penerapan undang-undang obat keras.

(13)

ABSTRACT

Inappropriate antibiotic use may lead to microorganism resistance and many people are unaware of this. In Indonesia, antibiotic misuse is supported by numerous self-medications of antibiotics without doctor’s prescription. This research is aimed to see the connection between community characteristics with inappropriate antibiotic usages.

A self-administrated validated questionnaire was distributed among ninety-nine respondents from drug stores in eastern part of Medan. Data was analyzed descriptively and chi square were done to see the relationship between possible factors.

About half (50,5%) of all volunteers have moderate level of knowledge regarding the use of antibiotic. There was a significant association between inappropriate antibiotic use and education level (p-value <0,05)

Government is suggested to pay more attention to inappropriate antibiotic use that occurs within the society and the implementation of drugs regulation.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masyarakat awam seringkali tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang berbagai jenis obat dan aturan penggunaannya, termasuk obat antibiotik, sehingga banyak ditemui kesalahan penggunaan. Hal ini dapat didasari berbagai faktor, salah satunya adalah akibat semakin banyaknya nama dagang dari berbagai jenis obat yang dapat diperoleh secara bebas. Dengan banyaknya jenis obat-obatan yang beredar di masyarakat maka hal ini menambah kebingungan masyarakat dalam memilih atau cara penggunaannya (Joyce, 2009).

Antibiotik adalah zat kimiawi dihasilkan mikroorganisme yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain (Dorland, 2002). Parameter kebutuhan konsumsi antibiotik bukanlah gejala klinis, melainkan proses infeksi kuman dalam tubuh pasien, karenanya antibiotik harus dikonsumsi secara tuntas sesuai durasi pemakaian yang ditentukan meskipun gejala klinis telah hilang.

Konsumsi antibiotik yang tidak tuntas dapat menyebabkan resistensi kuman. Resistensi adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroorganisme oleh antibiotik (Setiabudy dan Gan, 1995). Kebanyakan masyarakat tidak mengetahui hal ini sehingga terkadang menghentikan konsumsi antibiotik saat gejala penyakit sudah hilang padahal belum sesuai durasi yang dianjurkan, atau mengonsumsi antibiotik dengan tidak teratur dan terputus-putus.

(15)

obat-obatan yang mempunyai khasiat mendesinfeksikan tubuh manusia seperti antibiotik.

Di Indonesia telah dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan masyarakat untuk menggunakan antibiotik secara bebas. Pada penelitian di Kota Medan mengenai hubungan karakteristik masyarakat dengan penggunaan antibiotik secara bebas, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik masyarakat yang diteliti (jenis kelamin, pendidikan, dan penghasilan) dengan penggunaan antibiotik yang diperoleh secara bebas di kalangan masyarakat di Kota Medan (Djuang, 2010). Penelitian di Mojokerto mengenai pengetahuan masyarakat tentang aturan minum antibiotik yang benar menunjukkan bahwa berdasarkan pengetahuan tentang aturan minum antibiotik diperoleh data bahwa sebagian besar responden (59,2%) mempunyai pengetahuan cukup.

Dari penelitian-penelitian tersebut terlihat tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik masih belum cukup memadai, hanya sekitar setengah dari masyarakat yang memiliki pengetahuan yang cukup. Hal ini menjadi masalah yang menarik untuk diteliti, apakah tingkat pengetahuan yang rendah juga mendasari perilaku penggunaan antibiotik secara bebas, disamping faktor-faktor lain seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status ekonomi.

1.2. Rumusan Masalah

(16)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik masyarakat yang mempunyai hubungan dengan penggunaan antibiotik secara bebas.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik.

b. Untuk mengetahui adakah hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik dengan penggunaan antibiotik secara bebas.

c. Untuk mengetahui adakah hubungan umur dengan penggunaan antibiotik secara bebas.

d. Untuk mengetahui adakah hubungan jenis kelamin dengan penggunaan antibiotik secara bebas.

e. Untuk mengetahui adakah hubungan tingkat pendidikan dengan penggunaan antibiotik secara bebas.

f. Untuk mengetahui adakah hubungan status ekonomi dengan penggunaan antibiotik secara bebas.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan mengenai karakteristik masyarakat yang mempengaruhi penggunaan antibiotik secara bebas

1.4.2. Bagi Pemerintah

a. Memberi informasi dan data yang dapat digunakan untuk membantu upaya mengurangi penggunaan antibiotik secara bebas.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Masyarakat

Menurut Widyaningrum (1999) dalam Pambudi (2011) karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur serta status sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi, dan sebagainya.

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu dan bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama (Koentjaraningrat, 1994).

Sedangkan menurut Paul B. Horton dan C. Hunt (1999) masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama, serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.

Menurut penelitian yang dilakukan Djuang (2010) mengenai hubungan karakteristik masyarakat dengan penggunaan antibiotik yang diperoleh secara bebas, didapat hasil bahwa tidak terdapat hubungan diantara keduanya. Karakteristik yang diteliti dalam penelitian tersebut adalah tingkat pendidikan, status ekonomi, dan jenis kelamin.

Menurut penelitian yang dilakukan Kim et al (2011) karakteristik masyarakat memiliki hubungan dengan perilaku masayarakat dalam menggunakan obat antibiotik.

2.1.1. Tingkat Pengetahuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan adalah segala sesuatu yg diketahui; kepandaian, atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal.

(18)

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

(19)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan: a. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam & Siti Pariani, 2000).

b. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap orang lain menuju ke arah suatu cita–cita tertentu (Suwono, 1992) jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang dimilikinya (Nursalam & Pariani, 2000).

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan dan kehidupan keluargannya (Nursalam & Pariani, 2000).

d. Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan- kebutuhan lain yang lebih mendesak (Efendi Nasrul, 1998).

Sumber pengetahuan manusia menurut Nursalam (2001): a. Tradisi

(20)

kebutuhan manusia karena beberapa tradisi begitu melekat sehingga validitas, manfaat, dan kebenarannya tidak pernah dicoba/diteliti.

b. Autoritas

Dalam masyarakat yang semakin majemuk adanya suatu autoritas seseorang dengan keahlian tertentu, pasien memerlukan perawat atau dokter dalam lingkup medik. Akan tetapi seperti halnya tradisi jika keahliannya tergantung dari pengalaman pribadi sering pengetahuannya tidak teruji secara ilmiah.

c. Pengalaman Seseorang

Kita semua memecahkan suatu permasalahan berdasarkan obsesi dan pengalaman sebelumnya, dan ini merupakan pendekatan yang penting dan bermanfaat. Kemampuan untuk menyimpulkan, mengetahui aturan dan membuat prediksi berdasarkan observasi adalah penting bagi pola penalaran manusia. Akan tetapi pengalaman individu tetap mempunyai keterbatasan pemahaman : a) setiap pengalaman seseorang mungkin terbatas untuk membuat kesimpulan yang valid tentang situasi, dan b) pengalaman seseorang diwarnai dengan penilaian yang bersifat subyektif.

d. Trial dan Error

Kadang-kadang kita menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita dalam menggunakan alternatif pemecahan melalui coba dan salah. Meskipun pendekatan ini untuk beberapa masalah lebih praktis sering tidak efisien. Metode ini cenderung mengandung resiko yang tinggi, penyelesaiannya untuk beberapa hal mungkin “idiosyentric”.

e. Alasan yang Logis

Kita sering memecahkan suatu masalah berdasarkan proses pemikiran yang logis. Pemikiran ini merupakan komponen yang penting dalam pendekatan ilmiah, akan tetapi alasan yang rasional sangat terbatas karena validitas alasan deduktif tergantung dari informasi dimana seseorang memulai, dan alasan tersebut mungkin tidak efisien untuk mengevaluasi akurasi permasalahan.

f. Metode Ilmiah

(21)

dalam mengumpulkan dan menganalisa datanya didasarkan pada prinsip validitas dan reliabilitas.

Penelitian tentang tingkat pengetahuan masyarakat tentang antibiotik yang dilakukan Oh et al tahun 2009 di Penang, Malaysia, menunjukkan hanya sekitar 55% masyarakat yang memiliki pengetahuan cukup.

Penelitian oleh Pechere (2001) pada 5379 responden di sembilan negara mendapat hasil bahwa responden percaya sebagian besar infeksi pernapasan, kecuali pilek, memerlukan terapi antibiotik, dan 11% dari mereka harus membesar-besarkan gejala mereka untuk mendapatkan resep antibiotik dari dokter mereka.

Penelitian oleh Hamzah (2011) di kalangan mahasiswa Universiti Sains Malaysia menunjukkan bahwa sebagian besar responden (87%) memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang penggunaan antibiotik.

2.1.2. Umur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan); usia.

Terdapat dua jenis usia, yaitu: 1. Usia kronologis

Usia kronologis (Chronological age) atau disebut juga usia kalender adalah

usia seseorang yang dihitung sejak waktu lahir sampai waktu tertentu (Chaplin, 2002). Dalam kehidupan sehari-hari ketika seseorang ditanya berapa usianya, pada umumnya dijawab dengan usia kronologis.

2. Usia Mental

Usia mental (mental age) adalah usia yang merujuk pada tingkat kemampuan

(22)

2.1.3. Jenis Kelamin

Menurut Utama (2003) dalam Frida (2009), jenis kelamin merupakan identitas responden yang dapat digunakan untuk membedakan laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin juga dapat diartikan sebagai kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan perempuan.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan di kalangan masyarakat Abu Dhabi oleh Abasaeed et al (2009) tidak ditemukan adanya hubungan antara karakteristik jenis kelamin dengan penggunaan antibiotik secara bebas.

2.1.4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan (UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal I ayat 8) dalam Budi (2012).

Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk memasuki pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal, tetapi baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah.

2.1.5. Status Ekonomi

(23)

akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004) dalam Suparyanto (2010).

Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006) dalam Suparyanto (2010).

Geimar dan Lasorte (1964) dalam Friedman (2004) membagi keluarga berdasarkan status ekonomi yang terdiri dari 4 tingkat ekonomi, yaitu:

1. Adekuat

Adekuat menyatakan uang yang dibelanjakan atas dasar suatu permohonan bahwa pembiayaan adalah tanggung jawab kedua orang tua. Keluarga menganggarkan dan mengatur biaya secara ralisitis.

2. Marginal

Pada tingkat marginal sering terjadi ketidaksepakatan dan perselisihan siapa yang seharusnya mengontrol pendapatan dan pengeluaran.

3. Miskin

Keluarga tidak bisa hidup dengan caranya sendiri, pengaturan keuangan yang buruk akan menyebabkan didahulukannya kemewahan. Diatas kebutuhan pokok, manajemen keuangan yang sangat buruk dapat atau tidak membahayakan kesejahteraan anak, tetapi pengeluaran dan kebutuhan keuangan melebihi penghasilan.

4. Sangat Miskin

Menejemen keuangan yang sangat jelek, termasuk pengeluaran saja dan berhutang terlalu banyak, serta kurang tersedianya kebutuhan dasar.

Menurut Friedman (2004) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status ekonomi seseorang, yaitu:

a. Pendidikan

(24)

tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam memperoleh pekerjaan, sehingga semakin banyak pula penghasilan yang diperoleh. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan.

c. Keadaan Ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu hamil untuk tidak teratur dalam melakukan antenatal care.

d. Latar Belakang Budaya

Cultur universal adalah unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual

e. Pendapatan

Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang telah dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Orang atau keluarga yang mempunyai status ekonomi atau pendapatan tinggi akan mempraktikkan gaya hidup yang mewah misalnya lebih komsumtif karena mereka mampu untuk membeli semua yang dibutuhkan bila dibandingkan dengan keluarga yang kelas ekonominya kebawah.

(25)

penggunaan antibiotik secara bebas, tetapi dalam penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara karakteristik pendidikan dan penghasilan dengan penggunaan antibiotik secara bebas.

2.2. Antibiotik 2.2.1. Definisi

Antibiotik adalah zat kimiawi dihasilkan mikroorganisme yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain (Dorland, 2002).

2.2.2. Klasifikasi dan Mekanisme Kerja

Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai aspek yang berbeda. Katzung (2009) dalam buku Basic and Clinical Pharmacology membagi antibiotik sebagai berikut:

a. Beta-laktam dan antibiotik lain yang bekerja pada dinding dan membran sel. Dalam golongan ini termasuk penisilin, sefalosporin, sefamisin, antibiotik beta-laktam lain, antibiotik glikopeptida, daptomisin, fosfomisin, basitrasin, dan sikloserin.

b. Antibiotik yang menghambat sintesis protein bakteri dengan bekerja pada ribosom.

Dalam golongan ini termasuk tetrasiklin, makrolida, klindamisin, kloramfenikol, streptogramin, dan oksazolidinon.

c. Aminoglikosida dan spektinomisin

Dalam golongan ini termasuk streptomisin, gentamisin, tobramisin, amikasin, neomisin dan kanamisin, dan spektinomisin.

d. Sulfonamida, trimetoprim, dan kuinolon

Merupakan antibiotik antifolat dan antibiotik inhibitor DNA-gyrase.

(26)

a. Antibiotik yang menghambat proses sintesis asam nukleat; termasuk didalam kelompok ini adalah golongan sulfonamida, trimetoprim, kuinolon, dan nitroimidazol.

b. Antibiotik yang menghambat proses sintesis dinding sel; termasuk didalam kelompok ini adalah golongan penisilin, sefalosporin, dan vancomisin.

c. Antibiotik yang menghambat proses sintesis protein; termasuk didalam kelompok ini adalah golongan aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida, dan kloramfenikol.

2.3. Resistensi Obat 2.3.1. Definisi

Resistensi obat adalah kemampuan suatu mikroorganisme untuk bertahan terhadap efek suatu obat yang mematikan bagi sebagian besar anggota spesiesnya. Resistensi obat primer merujuk infeksi yang dari awal terjadi karena suatu organisme resisten; resistensi obat sekunder merujuk resistensi yang berkembang selama pemberian terapi (Dorland, 2002).

2.3.2. Penyebab

Salah satu penyebab terjadinya resistensi obat antibiotik adalah penggunaannya secara tidak benar. Istilah penggunaan yang tidak benar berlaku untuk semua jenis penyalahgunaan dan penggunasalahan. Penggunaan yang tidak benar terjadi saat antibiotik digunakan dalam waktu yang terlalu singkat, dosis yang terlalu kecil, potensi yang tidak adekuat, atau dengan indikasi yang tidak tepat (WHO, 2011).

(27)

Menurut Ballington dan Laughlin (2005) dalam Djuang (2009) resistensi antibiotik dapat terjadi karena penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik yang berlebihan, penggunaan antibiotik yang tidak menyelesaikan pengobatan antibiotik, sehingga bermutasi dan menjadi resisten.

Penelitian yang dilakukan Pechere (2001) di sembilan negara mendapatkan hasil bahwa hanya enam puluh sembilan persen pasien mengaku menyelesaikan durasi konsumsi antibiotik sampai akhir (Inggris, 90%, Thailand, 53%), dan 75% menyatakan bahwa mereka memenuhi semua dosis harian.

Penelitian pada masyarakat Korea Selatan oleh Kim et al (2011) menunjukkan bahwa dua pertiga masyarakat tidak menyadari bahaya dari terjadinya resistensi obat antibiotik.

2.3.3. Mekanisme

Menurut Jawetz (2007), terdapat lima mekanisme berbeda yang mendasari proses terjadinya resistensi obat, yaitu:

1. Mikroorganisme menghasilkan enzim yang menghancurkan obat aktif. Contoh: Staphylococcus resisten terhadap penisilin G menghasilkan laktamase yang menghancurkan obat.

2. Mikroorganisme mengubah permeabilitasnya terhadap obat. Contoh: Tetrasiklin menumpuk di bakteri tetapi tidak rentan pada bakteri resisten. Resistensi terhadap polymyxins juga berhubungan dengan perubahan permeabilitas terhadap obat.

3. Mikroorganisme mengembangkan target struktural yang telah diubah untuk obat. Contoh: Organisme resisten terhadap eritromisin memiliki reseptor yang diubah pada subunit 50S dari ribosom, yang dihasilkan dari metilasi dari RNA ribosom 23S.

(28)

5. Mikroorganisme mengembangkan enzim yang masih bisa melakukan fungsi metabolisme, tetapi jauh kurang terpengaruh oleh obat. Contoh: Pada bakteri yang resisten terhadap trimetoprim, asam dihydrofolic reduktase dihambat jauh lebih efisien dibanding pada bakteri yang tidak resisten.

2.4. Peraturan Mengenai Distribusi Obat Antibiotik di Indonesia 2.4.1 Antibiotik Sebagai Obat Keras

Distribusi obat antibiotik di Indonesia diatur oleh undang-undang obat keras, yaitu undang-undang St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949. Pasal 1 ayat 1a undang-undang tersebut memasukkan obat antibiotik kedalam golongan obat keras, sebagaimana tertulis: “Obat-obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan tehnik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan, mendesinfeksikan dan lain-lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan maupun tidak, yang ditetapkan oleh Secretaris Van Staat, Hoofd van het Departement van Gesondheid, menurut ketentuan pada pasal 2”.

Berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 1963 tentang Farmasi, obat-obatan kimia dapat digolongkan menjadi 5 (lima) kategori, yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi masing-masing. Kelima kategori tersebut apabila diurutkan dari yang paling longgar hingga yang paling ketat mengenai peraturan pengamanan, penggunaan, dan distribusinya adalah sebagai berikut:

1. Obat Bebas

2. Obat Bebas Terbatas (Daftar W atau ”Waarschuwing”, waspada) 3. Obat Keras (Daftar G atau ”Gevaarlijk”, berbahaya)

4. Obat Psikotropika (OKT, Obat Keras Terbatas) 5. Obat Narkotika (Daftar O atau ”Opium”)

(29)

Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Merupakan obat yang paling “aman”, boleh digunakan untuk menangani penyakit-penyakit simptomatis ringan yang banyak diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita atau self medication

(penanganan sendiri). Obat ini telah digunakan dalam pengobatan secara ilmiah (modern) dan terbukti tidak memiliki risiko bahaya yang mengkhawatirkan.

OB dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter, baik di apotek, counter

obat di supermarket/toko swalayan, toko kelontong, bahkan di warung, disebut juga obat OTC (Over the Counter). Penderita dapat membeli dalam jumlah yang sangat sedikit, seperlunya saja saat obat dibutuhkan. Jenis zat aktif pada OB relatif aman sehingga penggunaanya tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan obat. Oleh karena itu sebaiknya OB tetap dibeli bersama kemasannya.

OB digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan yang bersifat nonspesifik.

2. Obat Bebas Terbatas (OBT)

Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam. Obat ini sebenarnya termasuk dalam kategori obat keras, akan tetapi dalam jumlah tertentu masih dapat diperjualbelikan secara bebas tanpa resep dokter. Sebagai obat keras, penggunaan obat ini diberi batas untuk setiap takarannya. Seharusnya obat ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin yang dipegang oleh seorang asisten apoteker, serta apotek yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker. Hal ini karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat yang termasuk golongan ini.

(30)

Setelah upaya self medication, apabila kondisi penyakit semakin serius, tidak kunjung sembuh setelah sekitar 3-5 hari, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Oleh karena itulah semua kemasan OB dan OBT wajib mencantumkan tanda peringatan “apabila sakit berlanjut segera hubungi dokter” (SK MenKes RI No.386 tahun1994).

3. Obat Keras (OK)

Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya.

Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit, memicu munculnya penyakit lain sebagai efek negatifnya, hingga menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh, bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, golongan obat ini hanya boleh diberikan atas resep dokter umum/spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan.

Yang termasuk ke dalam golongan OK adalah:

a. “Daftar G”, seperti: antibiotika, obat-obatan yang mengandung hormon, antidiabetes, antihipertensi, antihipotensi, obat jantung, obat ulkus lambung, dll.

b. “Daftar O” atau obat bius/anestesi, yaitu golongan obat-obat narkotika c. Obat Keras Tertentu (OKT) atau psikotropika, seperti: obat penenang, obat

sakit jiwa, obat tidur, dll.

d. Obat Generik dan Obat Wajib Apotek (OWA), yaitu obat yang dapat dibeli dengan resep dokter, namun dapat pula diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter dengan jumlah tertentu, seperti antihistamin, obat asma, pil antihamil, beberapa obat kulit tertentu, antikoagulan, sulfonamida dan derivatnya, obat injeksi, dll.

(31)

f. Obat baru yang belum tercantum di dalam kompedial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia

g. Obat-obatan lain yang ditetapkan sebagai obat keras melalui SK MenKes RI

4. Psikotropika

Tanda pada kemasannya sama dengan tanda pada Obat Keras. Obat-obatan golongan ini mulai dari pembuatannya, pengemasan, distribusi, sampai penggunaannya diawasi secara ketat oleh pemerintah (BPOM dan DepKes) dan hanya boleh diperjualbelikan di apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan peenggunaannya kepada pemerintah.

Psikotropika atau biasa disebut sebagai ”obat penenang” (transquilizer), adalah zat/ obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh stimulatif selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

2.4.2. Undang-undang St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949 Mengenai Obat Keras

Peraturan mengenai distribusi obat-obat keras daftar G tertulis dalam pasal 3 dan 5.

2.4.2.1. Pasal 3

1) Penyerahan persediaan untuk penyerahan dan penawaran untuk penjualan dari bahan-bahan G, demikian pula memiliki bahan-bahan ini dalam jumlah sedemikian rupa sehingga secara normla tidak dapat diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukkan untuk pemakaian pribadi, adalah dilarang. Larangan ini tidak berlaku untuk pedagang-pedagang besar yang diakui, apoteker-apoteker, yang memimpin apotek dan dokter hewan.

(32)

penyerahan-penyerahan kepada pedagang-pedagang besar yang diakui, apoteker-apoteker, dokter-dokter gigi, dan dokter-dokter hewan demikian juga tidak terhadap penyerahan-penyerahan menurut ketentuan pada pasal 7 ayat 5.

3) Larang-larang yang dimaksud pada ayat-ayat tersebut diatas tidak berlaku untuk penyerahan obat-obat sebagaimana dimaksudkan pasal 49 ayat 3 dan 4 dan pasal 51 dari “Reglement D.V.D.”.

4) Sec.V.St. dapat menetapkan bahwa sesuatu peraturan sebagaimana dimaksudkan pada ayat 2, jika berhubungan dengan penyerahan obat-obatan G yang tertentu yang ditunjukkan olehnya harus ikut ditandatangani oleh seorang petugas khusus yang ditunjuk. Jika tanda tangan petugas ini tidak terdapat maka penyerahan obat-obatan G itu dilarang.

2.4.2.2. Pasal 5

1) Pemasukan, pengeluaran, pengangkutan, atau suruh mengangkut bahan-bahan G dilarang, kecuali dalam jumlah yang sedemikian rupa sehingga secara normal dapat diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukkan untuk pemakaian pribadi.

2) Larangan ini tidak berlaku jika tindakan ini dijalankan oleh pemerintah atau pedagang-pedagang besar yang diakui atau pengangkutan-pengangkutan oleh apoteker-apoteker, dokter-dokter yang memimpin apotek, dan dokter hewan.

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.2. Definisi Operasional

[image:33.595.119.514.259.420.2]

Definisi operasional, alat ukur, skala ukur, dan hasil ukur tiap variabel dalam penelitian dijelaskan dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala

ukur Hasil

Tingkat pengetahuan

1. Tingkat pengetahuan responden tentang obat antibiotik. Terdiri dari: Pengertian dan

Kuesioner Ordinal Benar = 2 Salah = 1 Tidak tahu = 0

Klasifikasi pengetahuan Variabel Independen

• Tingkat pengetahuan • Umur

• Jenis kelamin • Tingkat pendidikan • Status ekonomi

Variabel Dependen

(34)

identifikasi antibiotik 2. Aturan minum

antibiotik 3. Dampak

meminum antibiotik yang tidak sesuai aturan minum

4. Resistensi dan bahaya obat antibiotik

(Pratomo, 1986):

1. Tinggi (>75%) 2. Sedang

(40-75%) 3. Rendah

(<40%)

Tingkat pendidikan

Jenjang pendidikan terakhir responden yang dibagi menjadi SD, SMP, SMA, perguruan tinggi

Kuesioner Nominal SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi Status ekonomi Keadaan ekonomi responden yang ditunjukkan oleh penghasilan perbulan. Penghasilan dibagi dua sesuai UMK Medan, yaitu

<Rp 1.020.000 atau >Rp 1.020.000

Kuesioner Nominal Klasifikasi penghasilan:

1. Rendah (<Rp 1.020.000) 2. Menengah

(>Rp 1.020.000) Penggunaan antibiotik secara bebas Penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

(35)

3.3. Hipotesis

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

cross-sectional.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Agustus tahun 2012 sampai bulan November tahun 2012.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh warga Kecamatan Medan Timur, sedangkan populasi terjangkau adalah warga Kecamatan Medan Timur yang menjadi sampel penelitian.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah sebagian dan seluruh warga Kecamatan Medan Timur. Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan rumus perhitungan besar sampel cross sectional populasi finit (Sastroasmoro, 2011), yaitu:

� =�1−�/2

2 ��

(37)

Keterangan:

d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan, biasanya 0,05 atau 0,01.

Z1-α/2 = Standard deviasi normal, biasanya ditentukan pada 1,96 atau 2,0 yang sesuai dengan derajat kemaknaan 95%.

p = Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi.

Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut, maka p 0,5.

n = Besarnya sampel

N = Besar populasi

Dengan rumus tersebut didapat hasil besar sampel minimal untuk penelitian ini adalah sebanyak 97 orang responden.

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pada responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari pemerintah Kecamatan Medan Timur dan Pemerintah Kota Medan.

4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas 4.5.1. Uji Validitas

(38)

� = �(∑ ��)−(∑ � ∑ �)

��� ∑ �2(∑ �)2��� ∑ �2(∑ �)2

Keterangan:

X = Skor dan tes pertama (instrumen A) Y = Skor dan tes kedua (instrumen B)

XY = Hasil kali skor X dengan Y untuk setiap responden X2 = Kuadrat skor instrumen A

Y2 = Kuadrat skor instrumen B N = Tanda jumlah

4.5.2. Uji Reliabilitas

Untuk menentukan apakah suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas menunjukkan sampai sejauh mana suatu alat ukur dapat menghasilkan pengukuran yang konsisten saat dilakukan pengukuran lebih dari satu kali terhadap variabel yang sama. Reliabilitas kuesioner penelitian ini diuji dengan rumus Alpha Cronbach, yaitu:

�= � �

(� −1)� �1− ∑ ��2

��2 �

Keterangan:

r = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya pertanyaan

∑ ��2 = Jumlah varians butir

��2 = Varians total

4.6. Metode Analisis Data

(39)

dan data akan dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for

Windows. Untuk melihat kemungkinan adanya hubungan antar variabel penelitian

uji chi square akan dilakukan. Seluruh data akan ditampilkan dalam bentuk

tabulasi dan grafik.

4.7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan pada penelitian ini diuji validitas dan reliabilitasnya dengan teknik korelasi Pearson (product moment) dan uji Cronbach (Cronbach alpha) dengan menggunakan program SPSS 17.0.

[image:39.595.108.516.423.697.2]

Sampel yang diikutsertakan dalam uji validitas dan reliabilitas ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel No. Total Pearson

Correlation Status Alpha Status

Tingkat

Pengetahuan 1 0,684 Valid 0,849 Reliabel

2 0,714 Valid Reliabel

3 0,697 Valid Reliabel

4 0,671 Valid Reliabel

5 0,457 Valid Reliabel

6 0,591 Valid Reliabel

7 0,763 Valid Reliabel

8 0,732 Valid Reliabel

9 0,693 Valid Reliabel

(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Timur merupakan salah 1 kecamatan dari total 21 kecamatan di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Medan Timur terletak di wilayah Timur Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Deli

Kecamatan Medan Timur terletak di bagian timur Kota Medan, dengan luas wilayah 5,33 kilometer persegi, dan terbagi menjadi 11 kelurahan. Kecamatan Medan Timur adalah salah satu pusat perkantoran, perdagangan dan jasa di Kota Medan, yang jumlah penduduknya mencapai 112.108 jiwa pada tahun 2006.

5.2. Karakteristik Responden

Sebanyak 99 responden diikutsertakan dalam penelitian ini. Dari setiap responden diamati karakteristik berupa jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status ekonomi, dan tingkat pengetahuan tentang obat antibiotik.

Setelah data diolah didapat frekuensi jenis kelamin responden adalah laki-laki sebanyak 51 orang (51,5 %), dan perempuan sebanyak 48 orang (48,5 %).

Frekuensi rentang umur responden adalah 17-33 tahun sebanyak 71 orang (71,7 %), 34-50 tahun sebanyak 22 orang (22,2 %), dan diatas 50 tahun sebanyak 6 orang (6,1 %).

(41)

Frekuensi status ekonomi responden adalah ekonomi menengah sebanyak 52 orang (52,5 %), dan ekonomi rendah sebanyak 47 orang (47,5 %).

Frekuensi tingkat pengetahuan tentang antibiotik responden adalah rendah sebanyak 7 orang (7,1 %), sedang sebanyak 50 orang (50,5 %), dan tinggi sebanyak 42 orang (42,4 %).

[image:41.595.113.514.339.740.2]

Dari setiap responden juga diamati adanya penggunaan obat antibiotik secara bebas, dan didapat bahwa 88 orang menggunakan antibiotik secara bebas (88,9 %), dan 11 orang lainnya tidak menggunakan antibiotik secara bebas (11,1 %).

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 51 51,5

Perempuan 48 48,5

Umur

17-33 71 71,7

34-50 22 22,2

>50 6 6,1

Tingkat Pendidikan

SD 7 7,1

SMP 12 12,1

SMA 39 39,4

Perguruan Tinggi 41 41,4

Status Ekonomi

Rendah 47 47,5

(42)

Tingkat Pengetahuan

Rendah 7 7,1

Sedang 50 50,5

Tinggi 42 42,4

Penggunaan Antibiotik secara Bebas

Ya 88 88,9

Tidak 11 11,1

5.3. Analisis Hubungan Karakteristik Responden terhadap Penggunaan Antibiotik secara Bebas

[image:42.595.103.516.112.315.2]

Analisis hubungan karakteristik responden terhadap penggunaan Antibiotik secara bebas dilakukan dengan menggunakan Chi Square. Hasil analisis hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Analisis Karakteristik Responden terhadap Penggunaan Antibiotik secara Bebas

Karakteristik

Penggunaan Antibiotik

secara Bebas Total P-value

Ya Tidak

Jenis Kelamin

Laki-laki 44 7 51

0,394

Perempuan 44 4 48

Umur

17-33 64 7 71

0,802

34-50 19 3 22

(43)

Tingkat Pendidikan

SD 5 2 7

0,018

SMP 11 1 12

SMA 39 0 39

Perguruan Tinggi 33 8 41

Status Ekonomi

Rendah 42 5 47

0,887

Menengah 46 6 52

Tingkat Pengetahuan

Rendah 5 2 7

0,141

Sedang 47 3 50

Tinggi 36 6 42

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik masyarakat berupa tingkat pendidikan dengan penggunaan antibiotik secara bebas (p-value < 0,05). Sedangkan karakteristik lain berupa jenis kelamin, umur, status ekonomi, dan tingkat pengetahuan tidak memiliki hubungan dengan penggunaan antibiotik secara bebas (p-value > 0,05).

5.4. Pembahasan 5.4.1. Jenis Kelamin

(44)

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun perempuan lebih sering melakukan pengobatan sendiri (Crook dan Christopher dalam Supardi, 2006) dibanding laki-laki, hubungan jenis kelamin dengan penggunaan antibiotik secara bebas secara statistik tidak bermakna.

5.4.2. Umur

Karakteristik masyarakat berupa umur tidak memiliki hubungan dengan penggunaan antibiotik secara bebas (p-value > 0,05). Seperti halnya penelitian pada populasi masyarakat di Korea Selatan oleh Kim et al (2011) yang juga mendapat hasil bahwa tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut.

Berbeda halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abaseed et al

di Abu Dhabi dan Gonzales et al di Meksiko yang mengatakan terdapat hubungan antara umur dengan penggunaan antibiotik secara bebas. Perbedaan ini mungkin terjadi karena besar sampel pada kedua penelitian tersebut lebih besar dibanding penelitian ini, dan juga akibat berbedanya karakteristik mayarakat tempat dilakukan penelitian.

5.4.3. Tingkat Pendidikan

Karakteristik masyarakat berupa tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan penggunaan antibiotik secara bebas (p-value < 0,05). Menurut hasil penelitian yang dilakukan Al Azzam et al (2007) di Yordania, terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan penggunaan antibiotik secara bebas, seperti yang didapat pada hasil penelitian ini.

(45)

5.4.4. Status Ekonomi

Karakteristik masyarakat berupa status ekonomi tidak memiliki hubungan dengan penggunaan antibiotik secara bebas (p-value > 0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Djuang (2010) di Kota Medan dan Barah (2010) di Syria, keduanya mendapat hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut.

Sedangkan menurut Leibowitz dalam Supardi (2006) orang yang mempunyai penghasilan tinggi lebih banyak belanja obat dan menggunakan obat, sehingga kemungkinan untuk menggunakan obat yang sesuai dengan aturan lebih besar. Namun, secara statistik dalam penelitian ini penggunaan antibiotik secara bebas dengan status ekonomi tidak memiliki hubungan yang bermakna.

Hal ini mungkin diakibatkan karena dalam penelitian ini tidak dimasukkan penggolongan status ekonomi tinggi, status ekonomi hanya digolongkan menjadi rendah dan menengah.

5.4.5. Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, didapatkan bahwa sekitar setengah dari responden (50,5 %) memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang obat antibiotik. Hal ini memberi kesan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik masih perlu ditingkatkan.

Sedangkan dalam hubungannya dengan penggunaan antibiotik secara bebas, didapat hasil bahwa tingkat pengetahuan tidak memiliki hubungan dengan penggunaan antibiotik secara bebas (p-value > 0,05). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di Meksiko oleh Gonzales et al (2009) yang mendapat hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang antibiotik dengan penggunaan antibiotik secara bebas.

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik mayoritas adalah sedang (50 %), diikuti oleh tingkat pengetahuan tinggi (42 %), dan rendah (7 %).

2. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik terhadap penggunaan antibiotik secara bebas ( p-value > 0,05).

3. Tidak terdapat hubungan umur terhadap penggunaan antibiotik secara bebas (p-value > 0,05).

4. Tidak terdapat hubungan jenis kelamin terhadap penggunaan antibiotik secara bebas (p-value > 0,05).

5. Terdapat hubungan tingkat pendidikan terhadap penggunaan antibiotik secara bebas (p-value < 0,05).

6. Tidak terdapat hubungan status ekonomi terhadap penggunaan antibiotik secara bebas (p-value > 0,05).

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Pemerintah Kota Medan

(47)

6.2.2. Bagi Peneliti Lain

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abaseed, A., Jiri, V., Abuelkhair, M., Kubena, A. 2009. Self-Medication with Antibiotics by the Community of Abu Dhabi Emirate, United Arab Emirates.

Available from:

http://jidc.org/index.php/journal/article/viewFile/19762966/265 (accessed 18 May 2012).

Al-Azzam, S. I., Al-Husein, B. A., Alzoubi, F., Masadeh, M. M., Al-Horani, M. A. 2007. Self-Medication with Antibiotics in Jordanian Population. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18165197 (accessed 5 April 2012).

Barah, F., dan Goncalves, V. 2010. Antibiotic Use and Knowledge in the

Community in Kalamoon, Syrian Arab Republic. EMHJ 2010; 16 (5):

516-521.

Budi. 2012. Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pendidikan. Available from: http://clemensbudip.wordpress.com/2011/11/21/76/ (accessed 25 March 2012).

Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi Edisi ke 8. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1963. Undang-undang No. 7 Tahun

1963 tentang Farmasi. Available from:

www.dpr.go.id/uu/uu1963/UU_1963_7.pdf (accessed 12 April 2012). Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 1949.

Undang-undang Obat Keras. Available from:

http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/UU-419-1949OrdonansiObatKeras.pdf (accessed 20 April 2012).

Djuang, M. H. 2009. Hubungan Antara Karakteristik Masyarakat dengan

Penggunaan Antibiotik yang Diperoleh secara Bebas di Kota Medan.

Available from:

(49)

Dorland, W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Fitria, L. Penggolongan Obat Kimia. Available from:

http://laksmindrafitria.wordpress.com/2012/01/17/penggolongan-obat-kimia/ (accessed 25 March 2012).

Frida, A. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Hospital Cinere.

Available from: www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1keperawatan09/207314002/ (accessed 2 May a2012).

Friedman. 2004. Keperawatan Keluarga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gonzales, R., Lopez-Caudana, A. E., Gonzales-Flores, T., Jayanthan, J., Corbett, K. K., Reyes-Morales, H. 2012. Antibiotic Knowledge and Self-Care for

Acute Respiratory Tract Infections in Mexico. Salud Publica de Mexico 2012;

54 (2): 152-157.

Hamzah, H. 2011. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Universiti Sains Malaysia, Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal Pulo Pinang Tentang

Penggunaan Antibiotik pada Tahun 2011. Available from:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31332 (accessed 8 April 2012). Horton, P. B., dan Hunt, C. L. 1999. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.

Jawetz, Melnick, Adelbergs. 2007. Medical Microbiology, 24th Edition. US: McGraw-Hill Companies.

Katzung, B. G., Masters, S. B., Trevor, A. J. 2009. Basic and Clinical

Pharmacology 11th Edition. Singapore: McGraw-Hill Companies.

Kim, S. S., Moon, S., Kim, E. J. 2011. Public Knowledge and Attitudes Regarding

Antibiotic Use in South Korea. J Korean Acad Nurs 41 (6) 742-749.

Lumaksono, G. 2011. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Kesadaran

Kesehatan pada Masyarakat di Desa Juanalan Pati. Available from:

(50)

Neal, M. J. 2002. Medical Pharmacology at a Glance 4th Edition. Oxford: Blackwell Science Ltd.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam dan Siti Pariani. 2000. Pendekatan Praktis Metodologi Riset

Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Oh, A. L., Hassali, M. A., Al-Haddad, M. S., Sulaiman, S. A. S., Shafie, A. A., Awaisu, A. 2011. Public Knowledge and Attitudes Towards Antibiotic Usage: a Cross-Sectional Study Among the General Public in the State of Penang,

Malaysia.J Infect Dev Ctries 2011; 5 (5): 338-347.

Pambudi, M. K. I. 2011. Hubungan Karakteristik Responden dengan Motivasi

untuk Berobat Herbal di Klinik Herbal Insani Depok Tahun 2011. Available

from: www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1keperawatan/207312033/ (accessed 2 April 2012).

Pechere, J. C. 2001. Patients’ Interviews and Misuse of Antibiotics. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11524715 (accessed 12 April 2012).

Pratomo, H. 1986. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan

Masyarakat dan Keluarga Berencana/ Kependudukan. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan RI PMU Pengembangan FKM di Indonesia. Pulungan, S. 2010. Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotika di

Kalangan Mahasiswa Non Medis Universitas Sumatera Utara. Available

from: http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/25623 (accessed 9 April 2012).

Sastroasmoro, S. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke 4.

Jakarta: Sagung Seto.

Setiabudy, R., dan Gan, V.H.S. 1995. “Pengantar Antimikroba” dalam

Farmakologi dan Terapi Edisi Ke 4, Ganiswara, S.G. Jakarta: Universitas

Indonesia.

(51)

(Hasil Analisis Lanjut Data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001).

Jurnal Kedokteran Yarsi 2006; 14 (1): 61-69.

Suparyanto. Konsep Dasar Status Ekonomi from:

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-dasar-status-ekonomi.html (accessed 27 March 2012)

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam

Jaringan. Jakarta: Pusat Bahasa.

World Health Organization. 2011. FAQs (Frequently Asked Questions) on

Antimicrobial Resistance. Available from:

(52)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi

Nama : Hana Larassati

Tempat, tanggal lahir : Padang, 17 Juni 1993

Agama : Islam

Alamat : Jalan Taud Nomor 103 Kelurahan Sidorejo, Medan Tembung, Medan

Nomor Telepon : (061) 6616682

2. Riwayat Pendidikan

1998 – 2002 SD Adabiah 2 Padang 2002 – 2004 SDN Banjarsari VI Bandung 2004 SMPN 5 Bandung

2004 – 2005 SMPN 7 Medan

2005 – 2007 SMPN 8 Padang 2007 – 2009 SMAN 1 Padang

(53)

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : Pekerjaan :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul “Karakteristik Masyarakat dan Penggunaan Antibiotik secara Bebas di Kecamatan Medan Timur Kota Medan” dan saya memahaminya, maka dengan ini saya secara suka rela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut. Segala kerahasiaan yang saya ketahui akan menjadi tanggung jawab penuh peneliti.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2012

(54)

LEMBAR PENJELASAN

Saya, Hana Larassati, NIM 090100240 adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya meminta kesediaan saudara/saudari untuk menjadi subyek penelitian saya yang berjudul “Karakteristik Masyarakat dan Penggunaan Antibiotik secara Bebas di Kecamatan Medan Timur Kota Medan”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik masyarakat yang menggunakan obat antibiotik secara bebas, dan melihat hubungan diantara keduanya. Manfaat yang diharapkan ialah untuk memberi data mengenai

karakteristik masyarakat yang mempengaruhi perilaku penggunaan antibiotik secara bebas. Selain itu juga memberi data yang dapat digunakan untuk membantu upaya mengurangi penggunaan antibiotik secara bebas dan masukan agar

pemerintah lebih memperhatikan penerapan UU obat keras.

Partisipasi saudara/saudari bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Identitas pribadi akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Saudara/saudari tidak dikenakan biaya apapun.

Terimakasih kepada saudara/saudari yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan saudara/saudari dalam penelitian ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan.

Medan, 2012

Peneliti

(55)

KUESIONER PENELITIAN

“Karakteristik Masyarakat dan Penggunaan Antibiotik Secara Bebas di Kecamatan Medan Timur Kota Medan”

I. Data Pribadi

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan : SD / SMP / SMA / Perguruan Tinggi Penghasilan Perbulan :

II. Pertanyaan

Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling sesuai.

1. Antibiotik adalah...

a) Obat untuk membunuh bakteri b) Obat penghilang rasa sakit c) Tidak tahu

2. Antibiotik digunakan untuk... a) Menurunkan demam b) Mengobati infeksi bakteri c) Tidak tahu

3. Dibawah ini yang termasuk antibiotik adalah... a) Penisilin

b) Parasetamol c) Tidak tahu

(56)

b) Amoksisilin c) Tidak tahu

5. Apakah penggunaan obat antibiotik harus dengan resep dokter? a) Ya

b) Tidak c) Tidak tahu

6. Jika merasa sudah sembuh, apakah sisa obat antibiotik yang diresepkan dokter harus tetap dihabiskan?

a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu

7. Apa yang dapat terjadi jika penggunaan antibiotik dihentikan sebelum dosisnya habis?

a) Bakteri menjadi kebal

b) Bakteri menjadi lemah dan lebih mudah dibunuh c) Tidak tahu

8. Apa yang dimaksud dengan resistensi bakteri? a) Bakteri telah melemah dan mudah dibunuh b) Bakteri kebal terhadap obat

c) Tidak tahu

9. Apakah obat antibiotik dapat menimbulkan alergi? a) Ya

(57)

10. Apakah obat antibiotik mempunyai efek samping? a) Ya

b) Tidak c) Tidak tahu

11. Apakah Anda pernah menggunakan antibiotik tanpa resep dokter? a) Pernah

(58)

DATA INDUK DAN OUTPUT SPSS

Data Induk

No. JK TP AB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 T Eko PT U

1 Laki-laki

PT Tid

ak

2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19 Rend ah

Ting gi

17-33 2

Laki-laki

SD Ya 1 1 0 0 2 0 0 0 1 1 6 Rend ah

Ren dah

17-33

3 Perem

puan

SMA Ya 1 0 1 0 1 1 0 0 1 2 7 Rend ah

Ren dah

17-33 4

Laki-laki

PT Ya 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 12 Mene ngah

Seda ng

17-33

5 Perem

puan

PT Ya 2 2 1 0 0 1 1 1 1 1 10 Mene ngah

Seda ng

17-33

6 Perem

puan

PT Ya 2 2 2 2 1 1 0 2 1 0 13 Mene ngah

Seda ng

34-50 7

Laki-laki

SMA Ya 1 0 2 2 2 1 0 0 2 1 11 Mene ngah

Seda ng

17-33 8

Laki-laki

SMP Ya 0 0 0 0 2 2 0 0 0 2 6 Rend ah

Ren dah

17-33

9 Perem

puan

PT Ya 2 2 2 2 1 1 0 0 0 2 12 Mene ngah

Seda ng

34-50 10

Laki-laki

SMA Ya 0 0 2 2 2 1 0 0 2 2 11 Rend ah

Seda ng

17-33 11 Perem

puan

SMA Ya 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 Rend ah

Ting gi

17-33 12

Laki-laki

PT Ya 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 18 Mene ngah

Ting gi

(59)

puan ngah dah 0 14 Perem

puan

PT Ya 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 Mene ngah

Ting gi

34-50 15

Laki-laki

SMA Ya 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 Rend ah

Ting gi

17-33 16 Perem

puan

SMA Ya 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 Rend ah

Ting gi

17-33 17

Laki-laki

SMA Ya 1 1 0 1 1 2 2 2 0 1 11 Rend ah

Seda ng

17-33 18

Laki-laki

SMP Ya 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 18 Rend ah

Ting gi

17-33 19 Perem

puan

PT Ya 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 Mene ngah

Ting gi

17-33 20

Laki-laki

SMA Ya 2 2 1 1 2 1 1 0 0 1 11 Mene ngah

Seda ng

34-50 21

Laki-laki

SMA Ya 1 2 0 0 0 2 1 2 1 1 10 Mene ngah

Seda ng

34-50 22

Laki-laki

PT Ya 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 14 Mene ngah

Seda ng

17-33 23 Perem

puan

SMA Ya 2 1 2 2 2 2 2 1 0 0 14 Rend ah

Seda ng

17-33 24 Perem

puan

SD Ya 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 14 Rend ah

Seda ng

17-33 25 Perem

puan

SMP Ya 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 15 Rend ah

Seda ng

17-33 26 Perem

puan

SMA Ya 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 17 Rend ah

Ting gi

17-33 27 Perem

puan

PT Ya 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 17 Mene ngah

Ting gi

(60)

17-puan ngah gi 33 29

Laki-laki

SMA Ya 0 2 1 0 1 2 2 2 1 2 13 Rend ah

Seda ng

17-33 30

Laki-laki

PT Ya 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 Mene ngah

Ting gi

17-33 31 Perem

puan

PT Tid

ak

2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 17 Mene ngah

Ting gi

34-50 32 Perem

puan

PT Ya 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 17 Mene ngah

Ting gi

34-50 33

Laki-laki

SD Ya 0 0 0 0 2 2 2 2 1 2 11 Rend ah

Seda ng

17-33 34

Laki-laki

SMP Ya 1 2 2 2 1 0 2 0 1 0 11 Rend ah

Seda ng

17-33 35 Perem

puan

PT Ya 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 16 Mene ngah

Ting gi

34-50 36

Laki-laki

SMA Ya 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 16 Mene ngah

Ting gi

17-33 37 Perem

puan

SMA Ya 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 17 Mene ngah

Ting gi

17-33 38 Perem

puan

SMA Ya 1 2 1 2 2 1 1 1 0 0 11 Rend ah

Seda ng

17-33 39 Perem

puan

SMP Ya 1 1 1 2 1 0 2 2 0 0 10 Rend ah

Seda ng

34-50 40

Laki-laki

SMA Ya 1 0 1 2 2 2 0 0 1 1 10 Rend ah

Seda ng

17-33 41

Laki-laki

PT Ya 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 Mene ngah

Ting gi

34-50 42

Laki-laki

SMA Ya 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 16 Rend ah

Ting gi

17-33

(61)

17-puan ak ah dah 33 44 Perem

puan

PT Ya 1 2 2 2 1 1 2 2 1 0 14 Mene ngah

Seda ng

17-33 45

Laki-laki

PT Ya 1 1 2 2 2 1 2 0 2 2 15 Mene ngah

Seda ng

34-50 46 Perem

puan

SMA Ya 2 0 1 0 1 0 1 1 0 1 7 Rend ah

Ren dah

17-33 47 Perem

puan

SMA Ya 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 18 Mene ngah

Ting gi

34-50 48

Laki-laki

SD Tid

ak

1 0 1 1 1 1 2 2 1 1 11 Rend ah

Seda ng

17-33 49

Laki-laki

PT Ya 2 1 2 1 0 2 0 0 2 2 12 Mene ngah

Seda ng

34-50 50

Laki-laki

SMP Tid ak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Rend ah

Ren dah

17-33 51

Laki-laki

SMA Ya 2 2 2 2 2 2 0 0 1 2 15 Rend ah

Seda ng

17-33 52 Perem

puan

SMA Ya 1 1 1 0 0 2 2 2 1 2 12 Mene ngah

Seda ng

17-33 53

Laki-laki

PT Tid

ak

2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 11 Mene ngah

Seda ng

34-50 54 Perem

puan

SMA Ya 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 18 Rend ah

Ting gi

17-33 55 Perem

puan

PT Tid

ak

2 2 2 2 0 0 0 2 2 0 12 Mene ngah

Seda ng

17-33 56

Laki-laki

SMA Ya 2 2 2 2 2 2 1 0 1 2 16 Rend ah

Ting gi

17-33 57

Laki-laki

SMP Ya 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 14 Rend ah

Seda ng

(62)

17-laki ngah gi 33 59

Laki-laki

PT Ya 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 Mene ngah

Ting gi

17-33 60

Laki-laki

PT Ya 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 Mene ngah

Ting gi

17-33 61 Perem

puan

SMA Ya 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 Mene ngah

Ting gi

34-50 62

Laki-laki

SMP Ya 2 0 2 2 2 2 2 0 1 0 13 Rend ah

Seda ng

17-33 63 Perem

puan

SMA Ya 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 14 Rend ah

Seda ng

17-33 64

Gambar

Tabel 3.1. Definisi Operasional
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Tabel 5.2. Analisis Karakteristik Responden terhadap Penggunaan Antibiotik

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Program Studi : Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DASAR ALGORITMA PEMROGRAMAN

Secara tersurat, tujuan pendidikan nasional sebenarnya sangat ideal karena menjangkau semua dimensi kemanusiaan (religiusitas, etis, fisik, keilmuan, dan life

Wulan, Sri,2017 Pengaruh Intensitas Pembinaan Mental Terhadap Kepribadian Sehat Narapidana Di Rutan Kelas IIB Kota Salatiga.Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan perawat dalam menjalankan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis yaitu disenfektan sebelum

Pada Sistem Manajemen Mutu Informal, setiap manajemen perusahaan bebas untuk menyusun atau membangun model Sistem Manajemen Mutu organisasi, tanpa perlu terikat

Pemanfaatan limbah sekam padi dan sabut kelapa dengan menggunakan proses yang sederhana sebagai campuran isian batako (bata beton) patut dicoba untuk

:bagai bukti bahwa tanalr lersebut diBaWah ini telah tercatat atas namanya terdaftar dalam tmlai. Halaroan