• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan usaha budidaya cacing tanah (Lumbricus rubellus) pada magenta farm di desa nanggung Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan usaha budidaya cacing tanah (Lumbricus rubellus) pada magenta farm di desa nanggung Bogor"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MAGENTA FARM DI DESA NANGGUNG BOGOR

Oleh

SHANDRA UMAYA A.Y.

H24087060

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

SHANDRA UMAYA A.Y. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) pada Magenta Farm di Desa Nanggung Bogor. Dibawah

bimbingan WITA JUWITA ERMAWATI.

Sektor pertanian merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh Indonesia sebagai negara agraris dimana penduduknya sebagian besar bergantung pada sektor tersebut yang sangat prospektif untuk dikembangkan. Sumberdaya alam serta sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Indonesia cukup melimpah, didukung dengan ketersediaan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha di sektor pertanian. Keberadaan penduduk yang memadati Indonesia juga menjadi potensi sebagai pasar yang siap menampung hasil produksi dari kegiatan agribisnis yang dijalankan. Sektor pertanian memegang peranan penting dalam menghadapi krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia beberapa tahun belakangan ini dan mampu menyerap tenaga kerja yang juga tidak sedikit. Bidang yang telah banyak digeluti oleh para pengusaha di bidang pertanian, baik dalam skala usaha kecil maupun besar, meliputi bidang usaha yang berkaitan dengan tanaman dan hewan, baik untuk kepentingan pangan maupun nonpangan. Salah satu bidang usaha tani yang dapat digeluti adalah budidaya cacing tanah (Lumbricus rubellus), dimana komoditas ini dianggap memiliki potensi dan prospek pasar yang cukup potensial serta prospektif untuk dilakukan.

Cacing tanah memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan secara komersial yang berorientasi agribisnis. Agribisnis cacing tanah ini dapat bermanfaat untuk diaplikasikan untuk kepentingan persediaan industri pakan ternak dan ikan nasional, memasok kebutuhan industri farmasi dan obat-obatan, mengubah limbah organik menjadi media tanam yang baik dan murah dalam mendukung usaha pertanian, serta menumbuhkan ekonomi kerakyatan.

Melihat peluang ini, tentu akan menjadi lahan bisnis yang cukup menjanjikan bagi para pengusaha cacing tanah. Salah satu pelaku usaha tani yang melihat dan memutuskan untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan berencana bergerak di bidang budidaya cacing tanah adalah Magenta Farm. Ditinjau dari aspek-aspek kelayakan usaha, Magenta Farm dapat dikatakan layak untuk menjalankan bisnis budidaya cacing tanah. Aspek yang dimaksud adalah aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, dan aspek finansial. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat membudidayakan cacing tanah, yaitu penyiapan wadah, pembuatan medium/media, penyiapan bibit, penebaran, dan pemeliharaan. Setelah kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan, maka dapat dilakukan kegiatan panen, kemudian pascapanen, dan akhirnya dipasarkan.

(3)

PADA MAGENTA FARM DI DESA NANGGUNG BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oleh :

SHANDRA UMAYA A.Y. H24087060

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) pada Magenta Farm di Desa Nanggung Bogor

Nama : Shandra Umaya A.Y.

NIM : H24087060

Menyetujui Dosen Pembimbing,

(Wita Juwita Ermawati, STP, MM) NIP. 19750907 200501 2 001

Mengetahui Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP. 19610123 198601 1 002

(5)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 14 Oktober 1987 dari pasangan Bapak Muhammad Yasin dan Ibu Umamah, dengan nama Shandra Umaya Adri Yasin. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara yang terdiri dari tiga orang perempuan dan satu orang laki-laki

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta yang selalu mencurahkan rahmat dan hidayahNya kepada alam semesta beserta isinya. Dengan ridhoNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang diharapkan dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) pada Magenta Farm di Desa Nanggung Bogor”.

Karya ilmiah ini adalah hasil dari kegiatan penelitian yang bertempat di Magenta Farm, Desa Nanggung Bogor yang dilakukan selama tiga bulan,

terhitung sejak bulan Juni sampai bulan Agustus 2010. Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan sebagai mahasiswa tingkat akhir dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Harapan penulis atas terwujudnya karya ilmiah ini adalah agar dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan atas tema yang diangkat, khususnya bagi Magenta Farm yang menjadi objek yang dikaji dalam penelitian

ini. Penulis tak luput dari segala keterbatasan dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Bogor, Oktober 2010

(7)

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa syukur dan pujian tak henti kepada Allah SWT Penguasa Semesta Alam, yang selalu merahmati alam semesta dan segala isinya ini dengan segala manfaat, dan shalawat bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Berbagai bentuk dukungan dan bantuan selama penyusunan skripsi ini hingga selesai telah dicurahkan oleh berbagai pihak kepada penulis, oleh karena itu melalui keterbatasan kata penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. H. M. Yasin SH, SIP, M.Sc dan Hj. Umamah kedua orang tuaku, kakak-kakak, dan para keponakanku yang selalu memberi dukungan, kasih sayang, dan semangat kepada penulis,

2. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,

3. Wita Juwita Ermawati, STP, MM selaku Dosen Pembimbing kegiatan penelitian, yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini,

4. Ir. Mimin Aminah, MM dan Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen penguji pada ujian sidang skripsi ini yang telah memberi banyak kritik dan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini,

5. Segenap pihak Magenta Farm yang memberi kesempatan bagi penulis

mengadakan penelitian untuk mewujudkan skripsi ini,

6. Seluruh pihak yang telah turut mendukung penulis dalam kegiatan penelitian dan penulisan skripsi yang tak cukup untuk disebutkan satu per satu.

Bogor, Oktober 2010

(8)

viii

2.3 Teori Biaya dan Manfaat ...12

2.4 Analisis Kelayakan Investasi ...13

2.5 Analisis Finansial ...14

2.5.1 Net Present Value (NPV) ...14

2.5.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) ...15

2.5.3 Internal Rate Return (IRR) ...15

2.5.4 Payback Periode (PP) ...15

2.6 Analisis Switching Value...16

2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan ...16

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran...18

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...20

3.3. Metode Penelitian...20

3.3.1 Jenis dan Sumber Data ...20

3.3.2 Pengolahan dan Analisis Data...20

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Usaha ...24

4.2 Analisis Kelayakan Usaha...26

4.2.1 Aspek Teknis ...26

4.2.2 Aspek Manajemen ...37

(9)

ix

4.2.4 Aspek Sosial dan Lingkungan ...45

4.2.5 Aspek Finansial ...45

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ...51

2. Saran ...51

DAFTAR PUSTAKA ...52

(10)

x

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1 Permintaan pakan ternak sebagai subtitusi cacing tanah dari

27 orang peternak ayam dan ikan di Leuwiliang Bogor ... 4 2 Penawaran pakan ternak sebagai subtitusi cacing tanah terhadap

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Tabel biaya peralatan dan bahan...47

2 Tabel biaya pra-investasi dan investasi...48

3 Tabel biaya produksi 1 periode produksi (4 bulan) ...49

4 Tabel pendapatan tahun ke-1 dan ke-2 Magenta Farm...49

5 Tabel laporan laba/rugi Magenta Farm penjualan 100% ...50

6 Cash Flow Magenta Farm...51

(13)

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh Indonesia sebagai negara agraris dimana penduduknya sebagian besar bergantung pada sektor tersebut yang sangat prospektif untuk dikembangkan. Sumberdaya alam serta sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Indonesia cukup melimpah, didukung dengan ketersediaan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha di sektor pertanian. Keberadaan penduduk yang memadati Indonesia juga menjadi potensi sebagai pasar yang siap menampung hasil produksi dari kegiatan agribisnis yang dijalankan. Sektor pertanian memegang peranan penting dalam menghadapi krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia beberapa tahun belakangan ini dan mampu menyerap tenaga kerja yang juga tidak sedikit. Bidang yang telah banyak digeluti oleh para pengusaha di bidang pertanian, baik dalam skala usaha kecil maupun besar, meliputi bidang usaha yang berkaitan dengan tanaman dan hewan, baik untuk kepentingan pangan maupun nonpangan. Salah satu bidang usaha tani yang dapat digeluti adalah budidaya cacing tanah (Lumbricus rubellus), dimana komoditas ini dianggap memiliki potensi dan prospek pasar yang cukup potensial serta prospektif untuk dilakukan.

Cacing tanah sering dianggap sebagai makhluk tidak berguna dan menjijikkan. Namun, cacing tanah ternyata memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan secara komersial yang berorientasi agribisnis (Rukmana, 2000). Agribisnis cacing tanah ini dapat bermanfaat untuk diaplikasikan untuk kepentingan persediaan industri pakan ternak dan ikan nasional, memasok kebutuhan industri farmasi dan obat-obatan, mengubah limbah organik menjadi media tanam yang baik dan murah dalam mendukung usaha pertanian, serta menumbuhkan ekonomi kerakyatan.

(14)

2

cacing tanah yaitu didasarkan pada kriteria letak klitelum pada segmen, jumlah segmen pada tubuh, jumlah seta pada setiap segmen, serta tampilan bentuk, ukuran dan warna tubuh cacing tanah.

Produk yang dihasilkan dari wirausaha cacing tanah adalah biomas atau cacing itu sendiri dan kotoran cacing yang biasa disebut Kascing (bekas cacing). Biomas cacing merupakan sumber protein hewani (72% - 84,5%). Protein cacing tanah mengandung 20 asam amino, yang terdiri atas lisin, triptopan, histidin, fenilalanin, isoleusin, leusin, theorin, methionin, arginine, glisin, alanin, sistin, tirosin, asam aspartik, asam glutamat, prolin, hidroksiprolin, serin, dan sitruline (Rukmana, 2000). Cacing tanah termasuk salah satu makhluk hidup penghuni tanah yang dapat memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Multimanfaat cacing tanah antara lain adalah dapat menyuburkan lahan pertanian, meningkatkan daya serap air oleh permukaan tanah, umpan memancing ikan, dan lain-lain.

Kualitas protein cacing tanah lebih tinggi jika dibandingkan dengan protein daging dan ikan, sehingga sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, ikan, dan makanan manusia. Di berbagai negara, cacing tanah telah dimanfaatkan dan diolah menjadi makanan manusia serta sebagai ramuan obat dan kosmetika. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fakultas MIPA UNPAD Bandung pada tahun 1996, diketahui bahwa ekstrak cacing tanah mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen penyakit typus dan diare.

(15)

Di Indonesia, usaha memasyarakatkan budidaya cacing tanah secara komersial sebagai peluang wirausaha yang menguntungkan semakin banyak disosialisasikan, baik pada skala rumah tangga maupun skala besar. Kelayakan wirausaha cacing tanah dapat dianalisis dari berbagai aspek yang mendukung, yaitu aspek pemasaran, aspek biaya (finansial), aspek teknik budidaya, serta aspek organisasi dan manajemen.

Peluang yang dapat dimanfaatkan dari wirausaha cacing tanah ini yaitu salah satunya dengan memperhatikan kebutuhan pakan ternak dalam negeri yang sebagian besar masih mengimpor dari berbagai negara. Umumnya tepung ikan digunakan sebagai pakan ternak, tetapi menurut data yang berlaku, tepung cacing tanah lebih unggul daripada tepung ikan karena kadar proteinnya yang sebesar 72% jauh lebih tinggi daripada kadar protein tepung ikan yang hanya sebesar 22,65%. Di samping itu, tepung cacing tidak berlemak, mudah dicerna, dan mengandung beberapa asam amino (arginin, sistin, dan metionin) yang lebih tinggi daripada tepung ikan. Permintaan impor terhadap tepung ikan ini pada tahun 1997 mencapai 120.570.359 Kg, pada tahun 1999 meningkat menjadi 140.000 ton, hanya dari negara Chilli belum dari negara lain, dan terus meningkat dari tahun ke tahun sampai sekarang (Rukmana, 2000).

Terdapat pula peluang dari luar negeri, salah satunya Korea yang memiliki sejarah pada tahun 1999 mengadakan permintaan terhadap cacing tanah sebanyak 35.000 ton per bulan dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya, termasuk sampai sekarang. Pada aspek pemasaran, produk cacing tanah dapat diserap oleh berbagai industri atau pasar, di antaranya adalah pasar industri pakan ternak dan ikan, industri pembibitan cacing tanah, industri farmasi dan obat-obatan. Di samping itu, cacing tanah banyak dibutuhkan untuk bahan (material) pengomposan sampah dan dapat dijadikan sebagai komoditas ekspor serta pengganti (subtitusi) impor tepung ikan yang merupakan bahan baku pakan ikan dan ternak (Rukmana, 2000).

(16)

4

(PIBI), Asosiasi Kultur Vermi Indonesia (AKVI), pedagang pengumpul daerah, koperasi cacing, industri farmasi, industri pakan ikan dan ternak, serta petani peminat Budidaya Cacing Tanah. Permintaan yang menjadi fokus Magenta Farm adalah permintaan yang berasal dari para peternak ayam dan ikan di sekitar daerah lokasi produksi, yaitu daerah Nanggung, Cigudeg, Desa Kalong, Cirangsad, Pabuaran, Wates, Bunar, dan Leuwisadeng. Jumlah permintaan dari para peternak ayam dan ikan pada daerah-daerah tersebut diketahui sekitar sebesar 9 ton pada tahun 2005 (Rukmana, 2000).

Permintaan terhadap cacing tanah di pasar Jawa Barat selalu meningkat setiap tahunnya. Selama 6 tahun sejak 1999 hingga 2005, setiap tahun terjadi peningkatan sejumlah 28.750 ton per tahun dari jumlah 17 ribu ton pada 1999 menjadi 189.500 ton pada tahun 2005 (Rukmana, 2000). Peningkatan permintaan dari tahun ke tahun terjadi akibat semakin beragamnya produk olahan cacing tanah disertai peningkatan preferensi konsumen untuk mulai mengkonsumsi produk yang berbahan dasar cacing tanah. Jumlah peningkatan permintaan pakan ternak berupa tepung ikan sebagai barang subtitusi cacing tanah dari 27 orang peternak ayam dan ikan di daerah Leuwiliang Bogor dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Permintaan pakan ternak sebagai subtitusi cacing tanah dari 27 orang peternak ayam dan ikan di Leuwiliang, Bogor No. Tahun Permintaan Pakan Ternak Subtitusi

1. Akhir 2009 3,70 ton

2. Awal 2010 4,26 ton

Sumber: Wawancara peternak setempat

(17)

berarti asal mampu bersaing dalam hal kuantitas atau jumlah produk yang dihasilkan.

Menurut Rukmana (2000), jumlah penawaran terhadap cacing tanah di daerah Jawa Barat yang berasal dari para peternak cacing tanah di daerah tersebut pada tahun 2005 mencapai 164.222,24 ton. Selama 6 tahun sejak 1999 sampai 2005, terjadi peningkatan penawaran dari 12.787,04 ton menjadi 164.222,24 ton atau sejumlah 151.435,2 ton selama 6 tahun, dengan rata-rata peningkatan adalah sebesar 25.239,2 ton per tahun. Angka tersebut masih belum memenuhi jumlah permintaan yang ada di pasar. Jumlah penawaran cacing tanah yang belum mampu memenuhi permintaan pasar ini adalah akibat adanya permintaan yang terus meningkat, tetapi tidak diiringi dengan peningkatan jumlah produksi oleh para produsen cacing tanah serta minimnya pengusaha baru yang menggeluti usaha cacing tanah ini. Berikut ini adalah angka penawaran pakan ternak sebagai subtitusi cacing tanah yang diterima oleh 27 peternak di daerah Leuwiliang Bogor:

Tabel 2. Penawaran pakan ternak sebagai subtitusi cacing tanah terhadap 27 orang peternak ayam dan ikan di Leuwiliang, Bogor

No. Tahun Penawaran Pakan Ternak Subtitusi

1. Akhir 2009 2,56 ton Leuwiliang Bogor antara lain dalam bentuk produk pakan ikan dan ternak, produk nutrisi tanaman, produk farmasi, dan produk kosmetik.

(18)

6

pakan ternak yang lain. Hal ini dikarenakan cacing tanah memiliki keunggulan kandungan nutrisi berupa protein yg jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produk pakan ternak yang lain, yaitu sebesar 72 persen.

Melihat peluang ini, tentu akan menjadi lahan bisnis yang cukup menjanjikan bagi para pengusaha cacing tanah, termasuk yang baru akan terjun ke dalam bidang ini. Salah satu pelaku usaha tani yang melihat dan memutuskan untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan berencana bergerak di bidang budidaya cacing tanah adalah Magenta Farm.

Magenta Farm yang terletak di desa Nanggung, Leuwiliang, Bogor ini bergerak sebagai salah satu pelaku usaha tani yang baru berdiri dan berencana melakukan usaha budidaya cacing tanah sebagai kegiatan bisnis utamanya. Budidaya cacing tanah ini dilakukan atas dasar ketersediaan peluang pasar yang berada di sekitar Magenta Farm yaitu daerah Nanggung itu sendiri, Cigudeg, Desa Kalong, Cirangsad, Pabuaran, Wates, Bunar, dan Leuwisadeng yang merupakan daerah dimana banyak terdapat peternakan ayam dan ikan.

1.2 Perumusan Masalah

Magenta Farm merupakan bentuk usaha tani berskala kecil yang bergerak pada bidang budidaya cacing tanah jenis Lumbricus rubellus. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai kelayakan usaha yang akan dijalankan, yaitu budidaya cacing tanah. Kelayakan usaha yang dimaksud adalah kelayakan yang dilihat dari beberapa aspek. Tinjauan yang perlu dilakukan untuk melaksanakan sebuah usaha atau kegiatan bisnis yang utama dalam hal ini adalah kelayakan usaha itu sendiri. Dalam hal ini dikaji mengenai layak atau tidaknya sebuah usaha dilaksanakan, ditinjau dari berbagai aspek. Hal krusial yang menjadi sorotan perusahaan adalah dari aspek finansial. Untuk melihat bagaimana gambaran mengenai investasi yang ditanamkan terhadap biaya yang dikeluarkan, maka dilakukanlah analisa kriteria investasi.

(19)

lainnya. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis/operasional, aspek manajemen dan organisasi, aspek ekonomi dan sosial, serta aspek dampak lingkungan (Kasmir, 2003). Aspek-aspek tersebut dipaparkan secara deskriptif untuk mendukung kelayakan sebuah usaha atau kegiatan bisnis.

Pada penelitian ini akan dibahas mengenai beberapa aspek studi kelayakan bisnis yang meliputi lima aspek, yaitu aspek teknis/operasional, aspek manajemen dan organisasi, aspek pasar dan pemasaran, aspek dampak lingkungan, dan aspek keuangan. Adapun rumusan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana rangkaian teknis kegiatan operasional budidaya cacing tanah pada Magenta Farm?

2. Bagaimana analisis kelayakan usaha budidaya cacing tanah oleh Magenta Farm?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian pada Magenta Farm ini adalah sebagai berikut:

1. Menguraikan rangkaian teknis kegiatan operasional budidaya cacing tanah pada Magenta Farm.

2. Mengalisis kelayakan usaha kegiatan usaha tani budidaya cacing tanah oleh Magenta Farm.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi yang diharapkan berguna bagi :

1. Perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi Magenta Farm dalam pelaksanaan rencana usaha tani budidaya cacing tanah.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cacing Tanah

Dunia hewan berdasarkan tingkat kompleksitas dan urutan evolusinya terbagi atas 15 phyla. Cacing tanah termasuk ke dalam phylum Annelida atau binatang yang bersegmen-segmen, beruas-ruas, atau

bergelang-gelang. Phylum Annelida dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Huridinea. Ciri-ciri phylum Annelida adalah sebagai berikut (Rukmana, 2000):

1. Tubuhnya simetris bilateral, silindris, dan bersegmen-segmen serta pada permukaan tubuh terdapat sederetan dinding tipis atau sekat. 2. Saluran pencernaan makanan dan mulut terletak pada bagian depan

(muka), sedangkan anus di bagian belakang.

3. Mempunyai rongga tubuh (coelom) yang berkembang dengan baik. 4. Bernapas dengan kulit atau insang.

5. Mempunyai peredaran darah tertutup dan darahnya mengandung hemoglobin.

Terdapat sembilan spesies cacing tanah yang meliputi empat famili (suku) yang banyak diminati untuk dibudidayakan, seperti disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Sembilan spesies cacing tanah yang banyak diminati

No. Famili Spesies Cacing Tanah

1. Lumbricidae a. Lumbricus rubellus b. L. terrestris

c. Eisenia foetida

d. Allolobophora caliginosa e. A. Chlorotica

(21)

2.2 Studi Kelayakan Bisnis

Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit); atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Gittinger (1986) mendefinisikan proyek sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Pengertian lainnya diungkapkan oleh Umar (1999), proyek adalah suatu usaha yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam suatu bauran produk yang sudah ada dengan menginvestasikan sumber daya yang dapat dinilai secara independen.

Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat memberikan manfaat atas investasi yang ditanamkan. Studi kelayakan proyek menurut Umar (1999) ialah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan kemampuan suatu proyek menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan. Husnan dan Suwarsono (2000) menyatakan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi proyek yang dijalankan pihak yang membutuhkan studi kelayakan antara lain :

1. Investor

(22)

10

2. Kreditur (Bank)

Kreditur merupakan pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan proyek.

3. Pemerintah

Pemerintah lebih berkepentingan dengan manfaat proyek bagi perekonomian nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak yang diberikan proyek tersebut.

Terdapat enam aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara lain aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial, dan aspek ekonomis (Kadariah, 1999). Analisis kelayakan dapat pula dibagi menjadi menjadi aspek teknis, aspek pasar, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan aspek finansial (Umar, 1999). Lainnya menyebutkan bahwa aspek-aspek analisis kelayakan ke dalam aspek pasar, aspek keuangan, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial (Husnan dan Suwarsono, 2000). Semua aspek tersebut perlu dipertimbangakan bersama-sama untuk menentukan manfaat yang diperlukan dalam suatu investasi.

Gittinger (1986) menyatakan bahwa pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu:

1. Aspek Pasar

(23)

2. Aspek Teknis

Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan pemasaran hasil-hasil produksi. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek, besaran skala oprasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi serta ketepatan penggunaan teknologi.

3. Aspek Manajemen

Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan. Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci dan jumlah tenaga kerja yang digunakan (Handoko, 2001). 4. Aspek Hukum

Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha.

5. Aspek Sosial Lingkungan

Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya terhadap devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan.

6. Aspek Finansial

(24)

12

Terdapat lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan (Kasmir, 2003), yaitu:

1. Menghindari resiko kerugian, 2. Memudahkan perencanaan,

3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan, 4. Memudahkan pengawasan, dan 5. Memudahkan pengendalian.

2.3 Teori Biaya dan Manfaat

Tujuan analisa dalam analisa proyek harus disertai dengan definisi biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin. 2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang

diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.

3. Biaya lainnya, seperti pajak, bunga dan pinjaman.

Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi:

1. Manfaat langsung, yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja.

2. Manfaat tidak langsung, yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti rekreasi.

(25)

penilaian investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Kasmir, 2003).

2.4 Analisis Kelayakan Investasi

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang”. Sedangkan perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).

Konsep time value of money (nilai waktu uang) menyatakan bahwa present value (nilai sekarang) adalah lebih baik daripada yang sama pada

future value (nilai pada masa yang akan datang). Ada dua sebab yang

menyebabkan hal ini terjadi yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah, 1999).

(26)

14

2.5 Analisis Finansial

Kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan investasi diantaranya adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PBP (Pay Back Period) dan analisa kepekaan (Switching Value). Analisis kelayakan pada aspek ini sangat penting dilakukan. Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan 4) menentukan prioritas investasi (Gray, 1992).

2.5.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah

selisih antara nilai sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Net Present Value diartikan sebagai nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal (Keown, 2001). Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:

 NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

 NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan.

(27)

2.5.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif (Keown, 2001). Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah:

 Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi

 Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan  Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan

2.5.3. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan

juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol.

IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan interen tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (Kasmir, 2000).

2.5.4. Payback Periode (PBP)

Payback periode atau tingkat pengembalian investasi

(28)

16

2.6 Analisis Sensitivitas dan Switching Value

Analisis sensivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat (Kadariah, 1999). Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif berubah-ubah akibat empat masalah yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pelaksanaan dan hasil (Gittinger, 1986).

Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Pengujian ini dilakukan sampai dicapai tingkat minimum dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnyaa proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol bunga (NPV = 0). NPV sama dengan nol akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan satu (Kasmir, 2003). Analisis dilakukan pada perubahan harga input dan output yang terdiri dari empat perubahan harga, yaitu :

1. Penurunan harga output 2. Kenaikan biaya total 3. Kenaikan biaya investasi 4. Kenaikan biaya operasional.

2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian Hanindita (2006) yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Merang (Volvariella volvaceae) (Studi Kasus Usaha Agribisnis Putra Hasan Mushroom di Kecamatan Karang Bahagia, Bekasi, Jawa Barat). Berdasarkan analisis aspek-aspek penunjang kelayakan proyek yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial dan aspek finansial menunjukkan bahwa budidaya jamur merang layak untuk dilaksanakan. Dengan rincian analisis finansial berupa NPV sebesar Rp 47.304.408 pada tingkat DF 16%, IRR sebesar 66% dan B/C senilai 2,22 dengan PBP selama 1,6 tahun.

(29)

(Studi Kasus PT. XYZ). Hasil dari analisis kelayakan investasi terhadap arus manfaat-biaya finansial menunjukkan nilai diatas kriteria kelayakan. Nilai NPV yang diperoleh untuk analisis ini sebesar Rp. 43.593.614.577. Tingkat pengembalian internal (IRR) yang diperoleh sebesar 51,83 persen. Nilai Net B/C yang dihasilkan 7,273. Proyek secara finansial akan memperoleh pengembalian terhadap modal yang ditanamkan setelah satu tahun 5,35 bulan.

Penelitian Siregar (2009) yang berjudul Kajian Kelayakan Biogas Dari Limbah Ternak (Studi Kasus: PT. Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB). Berdasarkan analisis aspek-aspek penunjang kelayakan proyek yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial dan aspek finansial menunjukkan bahwa proyek biogas dari limbah ternak layak untuk dilaksanakan.

(30)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Saat ini produksi cacing tanah dalam negeri masih sangat rendah.

Misalnya, provinsi Jawa Barat pada tahun 1999 memproyeksikan produksi

cacing tanah sebanyak 12.787,04 ton yang diproduksi oleh sekitar 400

pembudidaya cacing tanah di 15 kabupaten (Rukmana, 2000). Setiap

tahunnya tidak banyak pengusaha yang terjun untuk menggeluti usaha

cacing tanah ini, karena mayoritas para pengusaha atau calon pengusaha

lebih tertarik pada bisnis sayuran dengan alasan kecenderungan perilaku

konsumsi sayur pada masyarakat yang terus meningkat. Padahal usaha

cacing tanah ini sangat menjanjikan jika dilihat dari tingkat keuntungan

yang diperoleh, dan proses produksi yang mudah serta biaya produksi

yang relatif jauh lebih murah jika dibandingkan dengan produksi dan biaya

yang harus ditanggung pada usaha sayuran.

Pada usaha budidaya cacing tanah ini juga tentunya mengandung

resiko seperti pada bentuk usaha lainnya. Resiko yang sangat mungkin

dialami pada usaha budidaya cacing tanah ini adalah preferensi produk

dari konsumen dimana terdapat produk subtitusi pakan ternak lain yang

dapat menggantikan cacing tanah. Hal ini akan sangat berpengaruh dari

harga yang bersaing dan manfaat yang diperoleh dari pemberian pakan

ternak berupa cacing tanah ini. Hal ini juga mengingat bahwa budidaya

cacing tanah ini baru dilaksanakan oleh Magenta Farm sehingga informasi

mengenai keberadaan produknya pun belum cukup meluas.

Magenta Farm merupakan unit usaha tani baru yang optimis pada bisnis produk cacing tanah dengan melihat jumlah permintaan pasar yang

belum dapat dipenuhi oleh para peternak cacing tanah, khususnya pada

pasar lokal. Fokus orientasi dari produksi cacing tanah ini adalah untuk

dijual dan dimanfaatkan sebagai pakan ternak, khususnya ternak unggas

dan ikan yang berada di kawasan Leuwiliang Bogor.

Analisis kriteria investasi penting untuk melihat kelayakan

(31)

Aspek-aspek kelayakan dipaparkan secara deskriptif untuk mendukung kelayakan

proyek. Analisis kelayakan dilakukan dengan menganalisis aspek-aspek

kelayakan investasi seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen,

aspek sosial dan lingkungan, dan aspek finansial. Analisis finansial

mengkaji NPV, IRR, Net B/C Rasio, Payback Period, dan sensitivitas. Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian - Banyaknya permintaan cacing tanah dari pasar. - Terbatasnya penawaran cacing tanah dari

(32)

20

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Magenta Farm yang berlokasi di Desa Nanggung, Leuwiliang, Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

(purposive) dan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu pada bulan Juni –

Agustus 2010. Magenta Farm merupakan unit usaha tani baru yang bergerak di bidang budidaya cacing tanah.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

Data yang digunakan bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer

diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak perusahaan.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai referensi berupa

literatur, dokumen perusahaan, instansi terkait serta

penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan

mengenai biaya investasi dan data operasional.

3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang dikumpulkan, diolah dengan

bantuan komputer. Data dan informasi dikelompokkan terlebih

dahulu ke dalam komponen arus biaya dan manfaat, dan disajikan

dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data

yang ada serta untuk mempermudah analisis data.

Analisis data dalam penelitian dilakukan secara kualitatif

dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui

gambaran mengenai pelaksanaan kegiatan budidaya cacing tanah.

Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan

finansial dari pelaksanaan kegiatan budidaya cacing tanah oleh

(33)

1. Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk

mendapatkan gambaran mengenai lokasi, teknis, dan proses

operasional kegiatan distribusi.

2. Aspek Manajemen

Aspek ini dapat dilihat berdasarkan struktur pengelola

proyek, spesifikasi keahlian dan tanggung jawab pihak yang

terlibat dalam proyek dan pelaksanaan distribusi di lapangan.

3. Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dapat dilihat dari sisi produk yang

dihasilkan dimana adanya permintaan yang terjadi akan

berpotensi untuk menghasilkan penerimaan yang diharapkan

menguntungkan dari kegiatan pemasaran.

4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan

Aspek sosial dianalisis dengan melihat dampak yang

ditimbulkan dari kegiatan usaha budidaya cacing tanah

terhadap lingkungan sekitar yang mungkin terpengaruh oleh

aktivitas perusahaan, maupun manfaat bagi perusahaan sendiri.

5. Analisis Aspek Finansial

Penerapan kelayakan investasi dilakukan dengan

membandingkan antara besarnya biaya yang dikeluarkan

dengan manfaat yang diterima dalam suatu proyek investasi

untuk jangka waktu tertentu. Analisis investasi dilakukan

dengan terlebih dahulu menyusun aliran tunai. Dalam analisis

finansial diperlukan kriteria investasi yang digunakan untuk

melihat kelayakan suatu usaha. Sebagai kriteris investasi

(34)

22

a. Net Present Value (NPV)

Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah

sebagai berikut:

Bt = Penerimaan (Benefit) pada tahun ke-t

Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-t

i = Discount rate (%)

n = umur proyek

Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria kelayakan

investasi, yaitu:

1. Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima

2. Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak

3. Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walaupun proyek

diterima ataupun ditolak.

b. Internal Rate Return (IRR)

Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah

sebagai berikut : menunjukan suatu proyek layak dilaksanakan atau tidak.

(35)

Net B/C =

Bt = Penerimaan pada tahun ke-t

Ct = Biaya pada tahun ke-t

n = umur proyek (tahun)

i = Discount rate

d. Payback Period (PBP)

Secara sistematis Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut :

PBP =V

I ………..…………(4)

Keterangan :

V = Nilai biaya investasi

I = Benefit bersih per periode

e. Analisis Swicthing Value (Nilai Pengganti)

Analisis switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada nilai penjualan dan biaya

variabel yang akan menghasilkan keuntungan normal yaitu

NPV sama dengan nol atau mendekati, IRR sama dengan

tingkat suku bunga berlaku, dan Net B/C sama dengan satu.

Variabel yang akan dianalisis dengan switching value merupakan variabel yang dianggap signifikan dalam proyek.

Adapun variabel-variabel yang dimaksud antara lain nilai input

dan biaya variabel, sehingga dengan analisis ini akan dicari

tingkat harga penjualan minimum dan peningkatan biaya

(36)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Usaha

Unit usaha tani dengan nama Magenta Farm ini merupakan usaha

tani yang baru dibentuk pada pertengahan tahun 2010. Usaha ini dibentuk

oleh Shandi Gozali, SE yang kemudian merekrut beberapa anggota dari

masyarakat sekitar lokasi usaha untuk menjadi tenaga kerja tetap di

Magenta Farm. Jumlah tenaga kerja pada Magenta Farm ini yaitu

sebanyak 5 (lima) orang yang terdiri dari 1 orang pemilik, 1 orang pada

bagian Keuangan dan Administrasi, 1 orang pada bagian Pemasaran, dan 2

orang bagian Pemeliharaan.

Usaha tani ini merupakan unit usaha baru yang sangat optimis pada

bisnis produk cacing tanah dengan melihat jumlah permintaan pasar yang

belum dapat dipenuhi oleh para peternak cacing tanah, khususnya pada

pasar lokal. Magenta Farm bergerak pada bidang produksi sekaligus

pemasaran produk cacing tanah jenis Lumbricus rubellus yang sebenarnya

sudah umum dipasarkan, khususnya di Indonesia. Fokus orientasi dari

produksi cacing tanah ini adalah untuk dijual dan dimanfaatkan sebagai

pakan ternak, khususnya ternak unggas yang berada di kawasan Bogor.

Sebagai target pasar pada usia usaha yang masih muda, perusahaan

memilih kawasan yang terletak tidak terlalu jauh dari lokasi usaha.

Lokasi Magenta Farm ini terletak di daerah Leuwiliang Bogor,

tepatnya di desa Nanggung. Lokasi ini digunakan atas dasar beberapa

alasan, yaitu lokasi milik pribadi untuk meminimalkan biaya investasi,

kondisi lingkungan yang sangat mendukung pertumbuhan cacing tanah,

dan lokasi usaha tidak terlalu jauh dari lokasi pasar yaitu daerah Nanggung

itu sendiri, Cigudeg, Desa Kalong, Cirangsad, Pabuaran, Wates, Bunar,

dan Leuwisadeng yang merupakan daerah dimana banyak terdapat

peternakan ayam dan ikan.

a. Bidang Produksi

Cacing tanah sering dianggap sebagai makhluk tidak berguna

(37)

yang besar untuk dibudidayakan secara komersial yang berorientasi

agribisnis. Agribisnis cacing tanah ini dapat bermanfaat untuk

diaplikasikan untuk kepentingan persediaan industri pakan ternak dan

ikan nasional, memasok kebutuhan industri farmasi dan obat-obatan,

mengubah limbah organik menjadi media tanam yang baik dan murah

dalam mendukung usaha pertanian, serta menumbuhkan ekonomi

kerakyatan. Cacing tanah sendiri dapat menghasilkan 2 (dua) jenis

produk, yaitu cacing tanah segar untuk konsumsi langsung atau untuk

keperluan agroindustri, dan dalam bentuk kascing yang merupakan

kotoran cacing tanah dan dapat digunakan sebagai pupuk untuk

keperluan perkebunan.

Bidang produksi yang digeluti oleh Magenta Farm ini adalah

bidang produksi cacing tanah yang meliputi beberapa kegiatan, mulai

dari penyiapan wadah, pembuatan medium (tempat hidup cacing

tanah), penyiapan bibit, penebaran, pemeliharaan, pengendalian hama,

penggantian medium, panen, dan pascapanen yang kemudian akan

dipasarkan ke para peternak ayam dan ikan di daerah-daerah yang

menjadi target pemasaran produk cacing tanah.

Magenta Farm tidak hanya beraktivitas atas dasar tujuan

keuntungan (profit oriented) semata, tetapi juga atas dasar tujuan

sosial (social oriented) dimana perusahaan memiliki tujuan untuk

membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya

masyarakat di sekitar lokasi usaha yang umumnya masih hidup

dengan tingkat kesejahteraan yang minimal. Kegiatan yang dilakukan

perusahaan untuk membantu masyarakat sekitar yang banyak

menggantungkan hidupnya dengan cara berkebun yaitu dengan

memberikan kascing yang dihasilkan oleh perusahaan kepada

masyarakat sekitar tanpa harus membayar kascing tersebut dengan

uang. Pemberian kascing difokuskan kepada masyarakat yang ikut

memberikan kontribusi kepada perusahaan, yaitu dengan memberikan

rumput atau batang pisang yang dapat diperoleh dengan sangat mudah

(38)

  26

oleh perusahaan sebagai campuran bagi medium untuk tempat hidup

cacing tanah yang diternakkan.

b. Visi dan Misi Perusahaan

Visi dan misi perusahaan merupakan salah satu pedoman bagi

perusahaan untuk tetap fokus pada tujuan didirikannya perusahaan dan

berbagai aktivitas perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut.

1) Visi Perusahaan

Memenuhi kebutuhan pasar lokal, khususnya daerah

Bogor akan produk cacing tanah dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, khususnya di sekitar lokasi usaha Magenta Farm.

2) Misi Perusahaan

Magenta Farm akan berusaha mencapai visi dengan cara :

a. Melakukan kegiatan produksi cacing tanah dengan volume

yang memadai jumlah permintaan di pasar, khususnya daerah

Bogor.

b. Melakukan kegiatan pemasaran cacing tanah, khususnya di

daerah Bogor.

c. Menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya bagi masyarakat

di sekitar lokasi usaha.

d. Memberikan bantuan berupa kascing kepada masyarakat di

sekitar lokasi usaha yang membutuhkannya untuk melakukan

usaha.

4.2 Analisis Kelayakan Usaha

4.2.1 Aspek Teknis

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat

membudidayakan cacing tanah, yaitu penyiapan wadah, pembuatan

medium/media, penyiapan bibit, penebaran, dan pemeliharaan.

Setelah kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan, maka dapat

dilakukan kegiatan panen, kemudian pascapanen, dan akhirnya

dipasarkan. Secara umum, proses produksi dapat dilihat pada

(39)

Gambar 2. Proses Produksi Budidaya Cacing Tanah

1) Penyiapan wadah

Wadah harus disiapkan terlebih dahulu karena merupakan suatu

tempat sebagai penunjang produksi yang akan berfungsi sebagai media

tumbuh dan pakan bagi kelangsungan hidup cacing tanah yang akan

dibudidayakan. Wadah dapat berupa bak-bak yang terbuat dari

tumpukan bata atau ditembok, kotak kayu, kotak plastik, jerigen

industri yang dibelah dua, atau wadah yang terbuat dari anyaman

bambu (besek).

Pemilihan model wadah budidaya cacing tanah dapat dipilih

satu model atau beberapa model sekaligus. Barang-barang bekas,

misalnya ember plastik dan peti kayu dapat digunakan sebagai wadah

budidaya cacing tanah. Hal penting yang harus diperhatikan dalam

pemilihan wadah adalah bahan baku yang diutamakan adalah terbuat

dari plastik atau kayu, karena wadah yang terbuat dari seng atau kaleng

akan cenderung lebih mudah berkarat.

Penyiapan wadah 

Pembuatan medium 

Pemasaran  Pascapanen  Penebaran 

(40)

  28

Dalam perencanaan bisnis kali ini, wadah yang akan digunakan

sebagai penunjang produksi adalah wadah yang terbuat dari anyaman

bambu (besek). Alasan dipilihnya model wadah ini adalah karena

besek cocok ditempatkan pada unit-unit rak secara berjajar untuk

mengefisiensikan penggunanaan ruang. Selain itu, besek juga

membutuhkan biaya yang relatif murah jika dibandingkan dengan kotak

plastik.

Besek berbentuk segi empat dengan ukuran panjang 43 cm,

lebar 35 cm, dan tinggi 16 cm. Sebelum digunakan sebagai wadah,

besek harus dialasi dulu dengan plastik yang dapat dikuatkan dengan

staples atau sejenisnya. Besek-besek yang akan digunakan sebagai

wadah pembudidayaan cacing tanah disusun pada rak-rak bertingkat

yang terbuat dari kayu. Ukuran rak kayu yang digunakan yaitu dengan

panjang 200 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 150 cm, dengan 4 tingkat rak

yang masing-masing tingkat tingginya berjarak 40 cm.

2) Pembuatan medium (tempat hidup cacing)

Hampir semua cacing tanah menyenangi bahan organik yang

mudah membusuk. Bahan organik yang baik digunakan sebagai bahan

pembuatan medium (tempat tumbuh) cacing tanah di antaranya yaitu

batang pisang, jerami padi, eceng gondok, serbuk gergaji, rumput,

sekam padi, sampah pasar, sampah rumah tangga, kotoran ternak,

kompos, bahkan daging dan lemak hewan yang sedang membusuk.

Semua kotoran ternak terutama yang sudah dingin, dapat digunakan

untuk medium yang langsung dapat berfungsi sebagai pakan cacing

tanah.

Bahan organik yang digunakan sebagai bahan pembuatan

medium cacing tanah harus memenuhi persyaratan berikut (Rukmana,

2000) :

1. Mempunyai daya serap yang tinggi untuk menahan air,

2. Bersifat gembur dan tidak mudah menjadi padat,

3. Mudah terurai atau terdekomposisi,

(41)

5. Berfungsi sebagai pakan cacing tanah,

6. Tidak mengandung tanin (alkaloid),

7. Tidak mengandung minyak atsiri yang berbau tajam.

Wirausaha cacing tanah yang sudah melangsungkan usahanya

secara kontinyu dapat menggunakan kascing dari wadah yang lama

sebagai medium cacing tanah berikutnya yang akan dibudidayakan.

Medium cacing tanah dapat dibuat dari bahan baku yang bervariasi,

disesuaikan dengan tersedianya bahan organik seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, dan kondisi lingkungan setempat. Tata cara

membuat medium (sarang) cacing tanah dapat dilakukan sebagai

berikut:

1. Siapkan bahan organik yang mudah didapat di lingkungan sekitar,

potong-potong menjadi 2 cm – 3 cm, masukkan ke dalam wadah

yang berukuran cukup besar, dalam hal ini digunakan drum

berkapasitas 120 liter.

2. Campur semua bahan tadi sambil diaduk dan ditambahkan air, lalu

biarkan berfermentasi selama satu bulan. Pada minggu pertama

dan kedua dilakukan pengadukan dua kali seminggu. Sedangkan

pada minggu ketiga dan keempat hanya dilakukan pengadukan

seminggu sekali.

3. Campurkan bahan organik yang telah terfermentasi dengan kotoran

ternak, dengan perbandingan 70 : 30. Campuran tersebut diaduk

rata, kemudian ditutup plastik selama 24 jam dan dijaga agar tidak

menjadi kering.

4. Lakukan pengecekan medium tadi dengan alat bantu termometer

dan pH meter untuk mengetahui kelayakan medium yang akan

digunakan. Cara lain yaitu dengan memasukkan cacing ke dalam

medium tersebut selama dua hari, jika cacing tetap sehat dan lincah

maka medium tadi telah layak digunakan.

Setelah medium siap, maka medium diisikan pada wadah yang

(42)

  30

yaitu besek. Setiap besek diisi medium setebal 15 cm – 20 cm, dengan

komposisi satu kilogram medium untuk satu kilogram cacing tanah.

3) Penyiapan bibit

Jenis cacing yang akan dibudidayakan yaitu jenis Lumbricus

rubellus. Bibit cacing tanah ini dapat diperoleh dari petani

pembudidaya cacing tanah atau dari Asosiasi Kultur Vermi Indonesia

(AKVI) dan Pusat Inkubator Bisnis Ikopin (PIBI).

Bibit cacing tanah yang baik adalah cacing tanah stadium

dewasa, yaitu berumur 2,5 – 3 bulan dan memiliki klitelium

(gelang/cincin) sebagai tanda siap melakukan perkawinan (kopulasi).

Bibit cacing tanah dewasa atau disebut cacing induk akan cepat

berproduksi atau bertelur dan menghasilkan anak dalam waktu satu

bulan atau lebih.

4) Penebaran

Bibit atau calon induk cacing tanah dapat segera disebar dalam

wadah pemeliharaan yang telah diisi medium. Perbandingan jumlah

cacing dengan volume medium yaitu 1 kg : 1 kg. Ketebalan medium

dipertahankan setebal 15 cm – 20 cm, agar penanganannya relatif

mudah. Tata cara penebaran bibit atau induk cacing tanah adalah

sebagai berikut :

1. Letakkan beberapa bibit cacing tanah pada medium dalam wadah,

amati perilakunya. Jika cacing tanah tersebut masuk ke dalam

medium, maka segera sebarkan bibit cacing tanah yang lain.

2. Amati perilaku cacing tanah tersebut setiap 3 jam sekali selama 12

jam, jika tidak ada cacing yang keluar dari medium atau kabur,

maka medium tersebut telah cocok sebagai tempat hidupnya.

3. Simpan wadah tadi pada unit-unit rak, dan tutup wadah dengan

kertas atau karung goni atau bahan lainnya.

Perilaku cacing tanah yang berkeliaran di atas medium atau

kabur, menunjukkan ketidakcocokan antara cacing tanah dengan

(43)

secukupnya pada medium tersebut, lalu diperas sampai air

perasannya tampak bening. Medium yang telah diperbaiki dapat

kembali digunakan untuk budidaya. Medium yang baru juga dapat

digunakan untuk mengganti medium yang tidak cocok tadi.

5) Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan pada produksi cacing tanah yang

dilakukan Magenta Farm yaitu mencakup kegiatan perawatan

medium, pemberian pakan, pengendalian hama, dan penggantian

medium (tempat hidup cacing tanah). Berikut ini adalah

kegiatan-kegiatan yang merupakan rangkaian kegiatan-kegiatan pemeliharaan pada

budidaya cacing tanah:

a. Perawatan medium

Perawatan medium penting dilakukan untuk menjaga

kondisi medium agar selalu cocok untuk cacing tanah tumbuh dan

berkembang. Perawatan dilakukan dengan cara mengaduk medium

secara rutin pada waktu tertentu, khususnya pada saat medium

tampak kering atau terlalu basah. Pengadukan bertujuan untuk

menjaga sirkulasi udara dalam medium agar tetap terjaga. Medium

yang kering harus segera dibasahkan dengan cara disemprot,

sedangkan medium yang terlalu basah harus disegera ditambah

medium baru yang kering.

b. Pemberian pakan

Selama 24 jam, kebutuhan pakan cacing tanah sama dengan

bobot tubuhnya. Pemberian pakan sangat penting untuk laju

reproduksi dan ukuran tubuh cacing tanah. Pada perencanaan

bisnis ini, pakan yang digunakan adalah 100% kotoran hewan.

Metode pemberian pakan dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Pakan ditebarkan tipis pada permukaan medium, kemudian

diaduk sampai merata, dan tebarkan tipis merata kembali tanpa

diaduk. Jumlah pakan pada hari pertama dan kedua yaitu

(44)

  32

2. Hari ketiga dapat digunakan pakan tambahan yang kaya

protein, seperti dedak, namun hindari pemberian kompos

sayuran atau kotoran hewan.

3. Hari-hari berikutnya dilakukan penggantian pakan setiap dua

hari sekali sampai hari ke 14. Pada hari ke 15, ulangi

pemberian pakan seperti hari pertama.

Metode pemberian pakan seperti ini harus dipertahankan

dengan tujuan agar pergantian medium dapat berjalan secara

teratur selang 15 hari, agar aerasinya baik.

c. Pengendalian hama

Hama yang umumnya menyerang cacing tanah merupakan

hama pemangsa dan pesaing dalam konsumsi pakan. Hama yang

sering menyerang antara lain tikus, kaki seribu, orong-orong, katak

darat, kelabang, kecoa, semut, itik, ayam, burung, ular, dan kadal.

Cara untuk menanganinya yaitu dengan menangkap dan

membunuh hama, atau dengan membuat dan menjaga kondisi

lingkungan pemeliharaan yang rapi dan melakukan kontrol secara

kontinyu agar unit perkandangan tidak menjadi sarang hama.

d. Pergantian medium

Medium cacing tanah sudah harus diganti apabila semua

medium sudah menjadi tanah atau kascing, atau terdapat banyak

telur atau kokon pada medium. Pergantian medium dapat

dilakukan setiap 15 hari sekali atau 1 bulan sekali. Mula-mula

medium diangkat dari wadah pemeliharaan, kemudian diganti

dengan medium yang baru. Sesudah pergantian medium, wadah

dapat segera disebari bibit cacing tanah kembali.

6) Panen

Panen cacing tanah dewasa dapat dilakukan setelah berumur 2 –

3 bulan, baik sebagai produk cacing tanah bahan olahan industri pakan

maupun calon induk (bibit). Panen cacing tanah berikutnya dapat

(45)

atau pesanan pasar dan ketersediaan berbagai stadium cacing tanah.

Ciri-ciri cacing tanah yang sudah saatnya untuk dipanen adalah sebagai

berikut :

a. Cacing telah berumur 2,5 – 3 bulan atau lebih, tergantung pada

tujuan penggunaannya. Misalnya, untuk memproduksi biomas

cacing dapat dipanen pada umur 2,5 – 3 bulan. Sedangkan untuk

bakal bibit atau calon induk dapat dipanen setelah berumur 4 bulan.

b. Cacing telah memiliki klitelum atau gelang atau cincin yang

terletak di antara anterior dan posterior.

Panen cacing tanah dapat dilakukan 2 – 3 bulan setelah

pembibitan berlangsung, baik dipanen untuk keperluan agroindustri

maupun untuk calon induk. Panen cacing tanah berikutnya dapat

dilakukan secara periodik setiap 1 – 2 minggu sekali. Sedangkan

panen kascing dapat dilakukan setiap 1 – 2 hari sekali bersamaan

dengan pemberian pakan. Usaha budidaya cacing tanah ini

menghasilkan dua macam produk, yaitu cacing tanah itu sendiri dan

kascing. Kedua macam produk tersebut harus dikemas dalam wadah

sendiri-sendiri. Tata cara panen cacing tanah cukup sederhana, yaitu

meliputi beberapa tahap berikut ini :

a. Ambil wadah (besek) pemeliharaan cacing tanah dari unit-unit.

b. Siapkan lembaran plastik atau karung goni.

c. Ambil kascing dari wadah pemeliharaan sedikit demi sedikit mulai

dari permukaan atas menuju ke bagian bawah, lalu tebarkan atau

tampung dalam karung.

d. Aduk-aduk kascing atau medium yang ada dalam wadah

pemeliharaan, kemudian dibiarkan beberapa menit atau gunakan

alat penerang (lampu) agar cacing tanah segera masuk ke dalam

medium (kascing) dan berkumpul di bawah.

e. Ambil lagi kascing atau medium dalam wadah pemeliharaan

hingga tersisa sedikit bersama cacing tanah.

f. Pisahkan kumpulan cacing tanah dari kascing yang tersisa, lalu

(46)

  34

7) Pascapanen

Cacing tanah yang dipasarkan dalam bentuk segar cukup

ditampung sebaiknya dalam wadah yang ringan dan kuat, seperti

karung terigu yang sudah dibasahi agar tetap lembab. Kemudian cacing

ditimbang sesuai pesanan, kemudian masukkan sedikit kascing atau

medium. Karung diikat erat dan dapat langsung diangkut, keadaan

karung harus tetap lembab selama pendistribusian.

Penjadwalan produksi perdana yang direncanakan dalam

perencanaan bisnis budidaya cacing tanah ini yaitu dalam jangka waktu 1

tahun dengan kapasitas bibit awal cacing tanah sebanyak 14 kg, yang

setiap kilogramnya mampu menghasilkan cacing tanah sebanyak 10 kg

cacing tanah per bulan. Sehingga setiap satu kali proses produksi yaitu

selama 4 bulan, cacing tanah yang dihasilkan adalah sebanyak 560 kg.

Beberapa tahun ke depan, direncanakan produksi akan terus ditingkatkan

setiap tahunnya sebanyak 30 persen untuk memenuhi permintaan terhadap

cacing tanah yang terus meningkat.

Usaha budidaya cacing tanah merupakan kegiatan yang cukup

membutuhkan peralatan dan perlengkapan yang relatif murah dan mudah

diperoleh. Baik diperoleh dari lingkungan sekitar, toko pertanian, atau

bahkan pasar tradisional. Alat dan bahan produksi yang dibutuhkan untuk

melakukan perencanaan bisnis budidaya cacing tanah ini antara lain

adalah:

1) Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan dalam usaha budidaya cacing tanah ini

merupakan peralatan yang tergolong sederhana, mudah diperoleh,

dan harganya sangat terjangkau. Peralatan yang dibutuhkan yaitu

meliputi besek, ayakan, timbangan, terpal, ember, sendok semen,

drum plastik, karung goni, dan karung terigu.

a. Besek

Besek berfungsi sebagai wadah yang akan digunakan untuk

(47)

cacing tanah yang dibudidayakan. Besek yang digunakan yaitu

sebanyak 780 unit, dengan harga satuan Rp 3.000,-.

b.Ayakan

Ayakan berfungsi untuk memisahkan antara medium

tumbuh dengan kascing yang akan dipanen. Ayakan yang

digunakan yaitu sebanyak 4 buah, dengan harga satuan Rp 6.000,-.

c. Timbangan

Timbangan berfungsi untuk menghitung berat hasil panen

cacing tanah dan kascing, serta untuk menimbang hasil panen yang

akan dikemas dengan berat sejumlah pesanan. Timbangan yang

digunakan yaitu sejenis timbangan untuk membuat kue, sebanyak 2

buah dengan harga satuan Rp 53.000,-.

d.Terpal

Terpal berfungsi pada saat panen, yaitu sebagai alas pada

saat memisahkan cacing tanah dari medium hidupnya. Terpal yang

digunakan yaitu sebanyak 2 lembar dengan ukuran 2 x 2 m, dengan

harga Rp 40.000,-

e. Ember dan Sendok semen

Ember dan sendok semen berfungsi dalam pemberian

pakan bagi cacing tanah. Ember untuk menanmpung pakan,

sedangkan sendok semen untuk meletakkan dan meratakan pakan

di atas medium hidup cacing tanah. Ember yang digunakan

sebanyak 4 buah dengan harga satuan Rp 15.000,- dan sendok

semen yang digunakan sebanyak 3 buah dengan harga satuan Rp

8.000,-.

f. Drum plastik

Drum plastik berfungsi dalam pembuatan dan atau

penyimpanan bakal medium hidup cacing tanah atau pakan cacing

tanah. Drum plastik yang digunakan yaitu sebanyak 3 buah

(48)

  36

g.Karung goni

Karung goni berfungsi pada saat penebaran cacing tanah,

yaitu untuk menutupi wadah medium hidup cacing tanah. Karung

goni sebanyak 100 buah dengan harga Rp 2.500,- per karung.

h.Karung terigu

Karung terigu berfungsi dalam pengemasan hasil panen

cacing tanah maupun kascing yang akan diantar ke tempat

pemesan. Karung terigu ini sebanyak 100 kg seharga Rp 4.500,-

per kg.

2) Bahan

Bahan-bahan yang dibutuhkan yaitu hal-hal yang terhitung

habis setelah penggunaan pertama. Bahan yang dibutuhkan untuk

usaha budidaya cacing tanah ini adalah bibit cacing tanah, plastik,

staples, medium (tempat hidup cacing tanah), dan pakan cacing tanah

(kotoran sapi).

a. Bibit cacing

Bibit cacing yang digunakan yaitu diperoleh dari Asosiasi

Kultur Vermi Indonesia (AKVI), Bandung. Bibit yang digunakan

yaitu dengan harga Rp 100.000,- per kg.

b.Plastik dan staples

Plastik digunakan untuk mengalasi besek yang menampung

medium hidup cacing, dan staples berfungsi untuk melekatkan

plastik pada besek. Plastik 40 kg seharga Rp 4.500,- per kg dan

staples 16 boks seharga Rp 5.000,- per box.

c. Medium

Medium berfungsi sebagai tempat hidup dan

berkembangbiak cacing tanah. Medium ini sendiri dapat terbuat

dari sampah rumah tangga atau sampah organik lainnya yang

mudah mengurai yang dapat diperoleh dari lingkungan sekitar.

Medium dapat diperoleh dari lingkungan sekitar lokasi produksi.

Dibutuhkan sebanyak 11.130 kg dengan biaya sebesar Rp 500,- per

(49)

d.Pakan (kotoran sapi)

Pakan yang diberikan kepada cacing tanah yaitu berupa

kotoran sapi yang diberikan dengan jangka waktu 1 – 2 hari sekali.

Pakan (kotoran sapi) ini dibutuhkan sebanyak 1.512 kg seharga Rp

1.000,- per kg.

4.2.2 Aspek Manajemen

a. Tipe Organisasi Bisnis

Bentuk unit usaha tani Magenta Farm ini belum

memiliki badan hukum dan termasuk pada bentuk organisasi

kecil yang terdiri dari 5 (lima) orang sebagai pelaku usahanya.

b. Struktur Organisasi dan Manajemen

Tenaga kerja yang terdapat pada Magenta Farm ini

yaitu sebanyak 5 orang yang menjabat sebagai pemilik, bagian

Keuangan dan Administrasi, bagian Pemasaran, dan 2 orang

anggota bagian Pemeliharaan. Masing-masing bagian

khususnya untuk bagian Keuangan dan Administrasi serta

bagian Pemasaran harus memiliki keahlian di bidangnya.

Kualifikasi pun dibutuhkan untuk masing-masing kedudukan

dengan tujuan pengefektifan dan efisiensi serta kinerja yang

optimum. Bagi masing-masing posisi, kualifikasi yang

dibutuhkan adalah sebagai berikut :

1)Pemilik

a. Tingkat pendidikan S1.

b. Memiliki pengetahuan yang baik tentang bisnis,

khususnya bisnis cacing tanah.

c. Mampu melakukan perencanaan bisnis, mengelola, dan

mengawasi bisnis dengan baik.

d. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

2) Bagian Keuangan dan Administrasi

a. Tingkat pendidikan minimal D3.

b. Memiliki keahlian dalam hal finansial dan administrasi

Gambar

Tabel 1. Permintaan pakan ternak sebagai subtitusi cacing tanah
Tabel 2. Penawaran pakan ternak sebagai subtitusi cacing tanah
Tabel 3. Sembilan  spesies cacing tanah yang banyak diminati
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah pasien lebih memperhatikan dalam memilih metode pengobatan yang

7) PNS yang telah selesai menjalani hukuman disiplin (ringan dan sedang) dan mendapat surat keterangan telah selesai menjalani hukuman disiplin oleh pejabat yang berwenang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta tes telah menguasai beberapa konsep dengan baik, sementara konsep-konsep yang lain masih perlu ditekankan di dalam perkuliahan

Hasil uji statistik diperoleh P value =0,002 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara kadar pH tikus putih ( Rattus norvegiccus ) galur wistar

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan dengan adanya website pada Toko Fauzi, dapat memperluas pemasaran produk-produk makanan ringan khas

Dengan demikian, faktor anggaran penjualan, strabilitas bahan baku, jumlah tenaga kerja , kapasitas mesin, modal kerja dan gudang digunakan dalam model penelitian

Berdasar hasil pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai pengaruh LDR terhadap ROA pada bank dengan total asset diatas 1 trilyun, menunjukan bahwa secara partial variabel

Dalam tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Untuk dapat menyesuaikan rencana