• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hubungan Sarapan Pagi, Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Negeri Papandayan Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hubungan Sarapan Pagi, Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Negeri Papandayan Bogor"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PAPANDAYAN BOGOR

FEBRIYENI AGUS

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan Sarapan Pagi, Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Negeri Papandayan Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Febriyeni Agus NIM I14114027

__________________________

(3)

Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Negeri Papandayan Bogor. Dibimbing oleh FAISAL ANWAR dan YAYAT HERYATNO.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan sarapan pagi, konsumsi pangan dan status gizi dengan prestasi belajar anak sekolah dasar negeri Papandayan Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study terhadap 60 siswa. Siswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini terdiri dari 30 siswa yang jarang sarapan pagi dan 30 siswa yang selalu sarapan pagi. Sarapan pagi dan konsumsi pangan diperoleh dari data yang dikumpulkan dengan metode FFQ dan recall 1x24 jam selama dua kali (hari sekolah dan hari libur). Status gizi dihitung berdasarkan data tinggi badan dan berat badan anak sedangkan prestasi belajar diperoleh dari rata-rata nilai rapor dan hasil tes daya ingat sesaat. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa belum terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan pagi, konsumsi (energi dan protein) dan status gizi terhadap prestasi belajar (p>0.05).

Kata kunci: sarapan pagi, konsumsi pangan, status gizi, prestasi belajar

ABSTRACT

FEBRIYENI AGUS. Analyze the correlation between breakfast, food consumption and nutritional status with learning achievement of student in Papandayan elementary school Bogor. Supervised by FAISAL ANWAR and YAYAT HERYATNO.

The purpose of this research were to analyze the correlation between breakfast, food consumption and nutritional status with learning achievement of student in Papandayan elementary school Bogor. This research used cross sectional study for 60 students. The students of this research consisted of 30 students who seldom have breakfast and 30 students who always have breakfast. The data of breakfast and food consumption was collected by FFQ and recall method for twice (weekday and weekend). Nutritional status was measured by body weight and height of subject while learning achievement taken from average grade of school report and instantaneous memory test. The statistical analysis showed that there was no correlation between breakfast,consumption (energy and protein) and nutritional status with learning achievement (p>0.05).

Key words: breakfast, food consumption, nutritional status, learning achievement

(4)

PAPANDAYAN BOGOR

FEBRIYENI AGUS

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(5)

NIM : I14114027

Disetujui Oleh

Prof Dr Ir Faisal Anwar MS Yayat Heryatno SP MPS Pembimbing 1 Pembimbing 2

Diketahui Oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(6)

dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Analisis Hubungan Sarapan Pagi, Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak

Sekolah Dasar Negeri Papandayan Bogor” dapat diselesaikan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS dan Bapak Yayat Heryatno, SP, MPS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta saran selama penyusunan karya ilmiah ini, serta terimakasih kepada Ibu dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, S. Ked selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberi saran. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Sekolah SD Negeri Papandayaan Bogor yang telah memberikan izin diadakannya penelitian di lokasi yang dipimpin.

Terima kasih yang tulus ikhlas terutama kepada Papa (Aspidar Muas), Mama (Gusni Afrida), Adik ( Herdiansyah Agus) atas segala doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang selalu diberikan. Teimakasih kepada semua keluarga yang ada di Jakarta (Bapak Darma Sutra), (Ibu Masdawati) (Dian Anggriawan dan Rizky Relygia) serta teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu untuk dukungan dan semangat yang diberikan. Terimakasih pula kepada teman-teman alih jenis angkatan 5, teman-teman kosan Asyita Graha 1 (2013-2014) yang juga tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih telah memberikan semangat dan membantu selama pengumpulan data sampai terselesaikannya karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(7)

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pemikiran 3

METODE PENELITIAN 5

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 5

Jumlah dan Cara Pemilihan contoh 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 8

Definisi Operasional 14

HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Gambaran Umum Sekolah 16

Karakteristik Keluarga 16

Karakteristik Anak 18

Kebiasaan Sarapan 22

Konsumsi Pangan 25

Status Gizi 35

Prestasi Belajar 35

Hubungan Antar Variabel 36

SIMPULAN DAN SARAN 39

Simpulan 39

Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 40

LAMPIRAN 42

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 55

(8)

2 Pengkategorian variabel penelitian karakteristik keluarga 8 3 Pengkategorian variabel penelitian karakteristik anak 9 4 Pengkategorian variabel penelitian sarapan pagi 9 5 Pengkategorian variabel penelitian konsumsi pangan 10

6 Kategori status gizi berdasarkan Z-skor 11

7 Pengkategorian variabel penelitian prestasi belajar 12

8 Jenis variabel dan teknik analisis data 13

9 Sebaran anak berdasarkan karakteristik keluarga 18

10 Sebaran berdasarkan karakteristik anak 19

11 Sebaran kelengkapan fasilitas belajar anak 20

12 Sebaran dukungan pada anak dan keikutsertaan anak dalam bimbingan belajar

21

13 Deskriptif statistik alokasi waktu belajar anak 21

14 Sebaran kebiasaan sarapan anak 24

15 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi pangan sumber karbohidrat

25

16 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi pangan sumber protein nabati

26

17 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi pangan sumber protein hewani

27

18 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi sayur 28 19 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi buah 30 20 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi susu dan olahannya 31 21 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi makanan siap saji 32 22 Rata-rata dan standar deviasi konsumsi, kecukupan dan tingkat

kecukupan anak

33

23 Sebaran berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein anak 34 24 Sebaran rata-rata kontribusi energi dan protein anak 34

25 Sebaran status gizi anak 35

26 Sebaran rata-rata nilai rapor dan tes daya ingat sesaat anak 36 27 Sebaran nilai rapor dan tes daya ingat sesaat anak yang tidak pernah

sarapan pagi

36

(9)

sarapan pagi, konsumsi pangan dan status gizi anak sekolah dasar serta hubungannya dengan prestasi belajar

2 Proses penarikan contoh 6

3 Rangkaian huruf yang ditayangkan untuk mengukur daya ingat sesaat 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran 1. Kuesioner penelitian 42

2 Lampiran 2. Hasil uji beda Mann-Whitney 54

3 Lampiran 3. Hasil uji korelasi Rank Spearman 54

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara etimologi, gizi memiliki makna makanan dan manfaatnya bagi tubuh atau dapat diartikan juga sebagai makanan yang bermanfaat bagi kesehatan. Suatu makanan dikatakan bergizi jika memiliki fungsi yang positif bagi tubuh. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental (Soekirman et al. 2008).

Konsumsi pangan sangat penting dan mempengaruhi status gizi seseorang serta merupakan modal utama bagi kesehatan. Asupan gizi yang tidak sesuai dengan tubuh akan menimbulkan masalah kesehatan, baik berupa gizi lebih maupun gizi kurang. Selain itu, gizi juga sangat mempengaruhi perkembangan otak dan perilaku, kemampuan bekerja yang optimal dan produktivitas serta daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Sulistyoningsih 2011).

Secara umum rata-rata tingkat kecukupan konsumsi energi penduduk di Kota Bogor sebesar 1 756 kkal/kap/hari. Tingkat kecukupan tersebut masih belum memenuhi standar angka kecukupan energi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004, yaitu sebesar 2 000 kkal/kap/hari. Sarapan pagi dapat menjadi salah satu aspek kegiatan konsumsi pangan yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan harian (Riskesdas 2010).

Sarapan pagi dapat menyumbang kontribusi energi sebesar 25% dari tingkat kebutuhan total energi harian. Sarapan pagi memiliki peranan penting untuk mengisi lambung yang telah mengalami kekosongan selama 8-10 jam karena pada saat tersebut kadar glukosa yang semula turun akan kembali meningkat. Peningkatan glukosa akan bermanfaat bagi kerja otak dan akan membuat tubuh menjadi lebih produktif (Khomsan 2002).

Menurut Bappenas (2009) kualitas sumberdaya manusia (SDM) sangat berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Perkembangan ilmu pengetahuan kini sangat cepat dan menjadi salah satu barometer atau ukuran kemajuan suatu bangsa, maka dari itu dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Seiring dengan hal itu, peningkatan derajat kesehatan yang didukung dengan status gizi yang baik menjadi investasi penting guna membangun keunggulan yang kompetitif.

(11)

Melihat adanya hubungan yang berkaitan antara sarapan pagi, konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kecerdasan, maka peneliti tertarik untuk mengamati seberapa besar hal tersebut berhubungan dengan prestasi belajar anak sekolah dasar pada anak yang selalu sarapan pagi dengan anak yang jarang sarapan pagi.

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan sarapan pagi, konsumsi pangan dan status gizi dengan prestasi belajar pada anak sekolah dasar.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga anak sekolah dasar (besar keluarga, pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan umur orang tua).

2. Mengidentifikasi karakteristik anak sekolah dasar (umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan).

3. Mengidentifikasi kebiasan sarapan pagi anak sekolah dasar. 4. Mengidentifikasi konsumsi pangan anak sekolah dasar. 5. Mengidentifikasi status gizi anak sekolah dasar.

6. Mengidentifikasi prestasi belajar anak sekolah dasar.

7. Menganalisis hubungan sarapan pagi, konsumsi pangan dan status gizi dengan prestasi belajar anak sekolah dasar.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara sarapan pagi dengan prestasi belajar anak sekolah dasar. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai tambahan rujukan atau referensi dalam menyelesaikan tugas kuliah ataupun dalam pengajuan judul penelitian. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun pihak sekolah dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan juga agar orang tua mengetahui betapa pentingnya makanan bergizi, berimbang dan beragam untuk kesehatan dan kecerdasan terutama pada anak yang sedang mengalami pertumbuhan.

(12)

KERANGKA PEMIKIRAN

Pola konsumsi pangan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kebiasaan konsumsi pangan merupakan cara individu atau kelompok dalam memilih dan mengkonsumsi pangan tersebut sebagai respon/tanggapan terhadap pengaruhperbedaan etnis, tingkat sosial ekonomi, geografi, iklim, agama, kepercayaan dan tingkat kemajuan teknologi. Menurut data Riskesdas (2010) masyarakat di Kota Bogor belum dapat memenuhi kecukupan kalorinya sesuai dengan WNPG 2004 yaitu sebesar 2 000 kkal/kap/hari, hal tersebut diduga disebabkan oleh belum terbentuknya kebiasaan makan yang optimal dalam masyarakat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Sarapan pagi merupakan kegiatan yang penting dilakukan setiap pagi hari agar terciptanya produktivitas kerja yang baik terlebih untuk daya tangkap saat belajar agar dapat meningkatkan prestasi belajar. Konsumsi sarapan pagi dapat menyumbang 25 persen dari total kebutuhan sehari. Anak usia sekolah memiliki tingkat aktivitas yang tinggi oleh karena itu dibutuhkan pula asupan gizi yang dapat mendukung kegiatan mereka.

Menurut Worthington (2000) kebiasaan makan anak akan dipengaruhi oleh keragaman dari karakteristik individu dan pengaruh faktor eksternal dari lingkungan. Karakteristik anak seperti usia dan jenis kelamin merupakan faktor internal dalam memenuhi kebutuhan gizi pada seseorang. Terdapat dua faktor dalam mempengaruhi kebiasaan makan anak yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

(13)

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Hubungan yang diteliti

= Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan pagi, konsumsi pangan dan status gizi anak sekolah dasar serta hubungannya dengan prestasi belajar.

Karakteristik Anak : Umur

Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan Status Kesehatan Karakteristik Keluarga :

Besar Keluarga Pendapatan Keluarga Pendidikan Orangtua Pekerjaan Orangtua Umur Orangtua

Kebiasaan Sarapan Anak : Waktu dan lokasi sarapan Kategori sarapan

Jenis menu sarapan Jenis pangan sarapan Keberagaman jenis sarapan Makanan siap saji

Konsumsi Pangan Anak

Status Gizi Anak

1. Dukungan Keluarga 2. Fasilitas Belajar di

Rumah

3. Keikutsertaan Bimbingan Belajar

(14)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengumpulan data yang dilakukan pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik contoh dan hubungan antar variabel. Penelitian dilakukan pada siswa sekolah dasar. Pemilihan sekolah dasar dilakukan dengan pertimbangan kemudahan akses menuju lokasi dan belum banyak penelitian yang membahas tentang hubungan sarapan pagi dengan prestasi belajar pada anak sekolah dasar di lokasi tersebut. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Papandayan Bogor. Sekolah ini memiliki status akreditasi A. Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember 2013.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Unit analisis dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas 4 dan kelas 5 dari sekolah dasar yang terpilih yaitu Sekolah Dasar NegeriPapandayan yang terletak di perkotaan di wilayah Bogor. Contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar yang belajar pada waktu pagi hari. Pemilihan dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa pada usia ini tingkat perkembangan kognitif anak berada pada masa konkrit operasional, sehingga anak-anak sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik, mampu mengingat kegiatan 24 jam yang lalu dan sudah diikutkan dalam kegiatan-kegiatan sekolah yang menuntut tanggung jawab (Piaget, diacu dalam Hidayat 2004).

Penentuan jumlah anak minimal didasarkan pada rumus perhitungan secara cross sectional (estimasi proporsi) dimana didasarkan pada jumlah minimal anak dapat tersebar normal dengan jumlah anak minimal 30 orang per kategori sampel. Proses penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

Sebelum penarikan contoh, peneliti melakukan screening terlebih dahulu pada seluruh anak kelas 4 dan 5 yang terdiri dari 330 orang siswa dan diperoleh 77 anak yang jarang melakukan sarapan pagi dan 253 anak yang selalu sarapan pagi, setelah itu dilakukan pengambilan contoh sebanyak masing-masing 40 orang anak yang jarang sarapan pagi dan 40 orang anak yang selalu sarapan pagi dengan cara random. Total anak yang diambil pada saat awal penelitian lebih dari jumlah yang akan diteliti. Hal tersebut untuk menghindari adanya hambatan-hambatan yang tidak di inginkan seperti tidak dikembalikannya kuesioner yang telah dibagikan, anak tidak membawa kuesioner kembali pada hari yang ditentukan, atau pengisian kuesioner yang dianggap kurang lengkap dan sebagainya. Penelitian kemudian dilaksanakan dan kuesioner yang dikembalikan oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi terdapat kesamaan yaitu hanya kembali 34 kuesioner dan kemudian dilakukan random kembali dan anak yang benar-benar diteliti hanya 30 orang yang jarang sarapan pagi dan 30 orang yang selalu sarapan pagi.

(15)

Screening

Random

Mengembalikan Kuesioner

Random

Gambar 2 Proses penarikan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan yaitu menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga (besar keluarga, pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan umur orang tua) diperoleh dengan cara pengisian kuesioner yang diisi oleh orang tuadan kuesioner dikirim melalui anak sekolah dasar tersebut. Data karakteristik anak sekolah dasar (usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan status kesehatan) diperoleh dengan cara wawancara, pengamatan dan pengukuran langsung ditempat pengambilan data.

Data mengenai kebiasaan sarapan pagi, konsumsi pangan anak (food recall1x24 jam (dilakukan sebanyak dua kali) yaitu 1 kali waktu hari libur dan 1 kali waktu hari sekolah diperoleh dengan cara pengisian kuesioner yang langsung ditanyakan oleh peneliti kepada anak tersebut (wawancara). Food frecuency questionnaire ditulis oleh orang tua anak tersebut di rumah. Status gizi anak diketahui dengan metode antropometri indeks massa tubuh menurut umur. Data mengenai dukungan keluarga, fasilitas belajar di rumah dan keikutsertaan bimbingan belajar di luar sekolah diperoleh dengan pengisian formulir yang dilakukan oleh anak sekolah dasar tersebut dengan cara memberi tanda checklist

(√) pada fasilitas belajar dan les/bimbingan belajar yang mereka ikuti. Kelas 4 & 5

(N= 330)

Selalu Sarapan (N= 253) Jarang Sarapan

(N= 77)

40 orang 40 orang

34 orang 34 orang

(16)

Nilai prestasi belajar diperoleh dari nilai rapor kelas 3 semester 1 dan semester 2 untuk anak yang sedang belajar di kelas 4 dan nilai rapor kelas 4 semester 1 dan semester 2 untuk anak yang sedang belajar di kelas 5 yang terdiri dari 12 mata pelajaran yaitu Agama, PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan, Penjaskes, Bahasa Inggris dan Muatan Lokal. Namun selain itu juga dilihat dari nilai tes yang dilakukan yaitu nilai daya ingat sesaat. Data sekunder yang dikumpulkan adalah mengenai keadaan umum sekolah dan nilai hasil ujian/rapor dari masing-masing anak sekolah dasar tersebut untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

1. Tes daya ingat menggunakan huruf yang ditayangkan

2. Melihat hasil nilai berdasarkan buku rapor kelas tiga dan kelas empat semester satu dan semester dua yang terdiri dari duabelas mata pelajaran yaitu Agama, PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan, Penjaskes, Bahasa Inggris dan Muatan lokal. 5 Profil sekolah Keadaan umum

sekolah

(17)

Pengolahan dan Analis Data Pengolahan data

Data-data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder selanjutnya dikumpulkan untuk diolah dan dianalisis lebih lanjut secara statistik. Data yang diperoleh kemudian dilakukan proses coding, entry, editing, cleaning dan selanjutnya dianalisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Setelah itu dilakukan entry data sesuai kode yang telah dibuat kemudian dilakukan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program computer Microsoft Excell 2007 dan SPSS (Statistical Program for Social Science) 16.0 for Windows. Data kebiasaan sarapan, karakteristik keluarga, karakteristik anak, konsumsi pangan anak, status gizi anak dan nilai prestasi anak dianalisis secara deskriptif.

Karakteristik keluarga meliputi data besar keluarga, pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan umur orang tua. Pengkategorian mengenai karakteristik keluarga dapat dilihat pada Tabel 2.

Besar keluarga diketahui dengan menanyakan kepada keluarga responden melalui kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan Hurlock (1998) menjadi beberapa kriteria yaitu keluarga kecil, keluarga sedang dan keluarga besar. Pendapatan keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi. Pendidikan ibu dan ayah dibagi menjadi enam kategori yaitu (1) Tidak tamat SD (2) SD, (3) SMP (4) SMA (5) Perguruan tinggi. Pekerjaan ibu dan ayah dibagi kedalam enam kategori (1) tidak bekerja (2) PNS (3) pegawai swasta (4) wiraswasta (5) buruh dan (6) lainnya.

Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian karakteristik keluarga

No Variabel Kategori pengukuran Sumber

(18)

Karakteristik anak meliputi data umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Umur dibagi menjadi 9 tahun, 10 tahun dan 11 tahun. Data jenis kelamin terbagi menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan. Data antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan anak. Pengkategorian contoh secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Pengkategorian variabel penelitian karakteristik anak

No Variabel Kategori pengukuran Sumber

1 Umur 9-11 tahun Mahan (2004)

Data sarapan pagi anak meliputi kebiasaan sarapan pagi, kategori sarapan pagi, waktu dan lokasi sarapan pagi, jenis menu sarapan pagi, jenis pangan sarapan pagi, keberagaman jenis menu sarapan pagi dan pemanfaatan makanan siap saji. Pengkategorian sarapan pagi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Pengkategorian variabel penelitian sarapan pagi

No Variabel Kategori pengukuran Sumber

1 Kategori

1. Rendah (1-3 jenis kerangka menu) 2. Sedang (4-6 jenis kerangka menu) 3. Tinggi (7-8 jenis kerangka menu)

FAO (2007)

2. Makanan pokok + Lauk hewani 3. Makanan pokok + Lauk nabati 4. Makanan pokok + Lauk hewani +

8. Makanan jajanan/ makanan siap saji

(19)

Data kebiasaan dan kategori sarapan pagi digambarkan dalam 6 hari sekolah terakhir/seminggu terakhir. Keragaman jenis pangan terdiri dari 3 kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Data waktu sarapan dapat dikategorikan menjadi sebelum berangkat sekolah dan setelah berangkat sekolah. Data lokasi sarapan dapat dikategorikan menjadi di rumah, di perjalanan dan disekolah.

Data konsumsi pangan yang dikonsumsi didapat dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dikonversikan kedalam satuan energi (kalori), protein (gram) dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM). Pengukuran konsumsi pangan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian konsumsi pangan

No Variabel Kategori pengukuran Sumber

1. Food Recall 1x24

1. Defisit tingkat berat (< 70% AKE) 2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKE) 3. Defisist tingkat rendah (80-89% AKE) 4. Normal (90-119% AKE)

1. Defisit tingkat berat (< 70% AKP) 2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKP) 3. Defisist tingkat rendah (80-89% AKP) 4. Normal (90-119% AKP)

5. Lebih (≥ 120% AKP)

Depkes (1996)

Data konsumsi pangan akan dikonversi menjadi konsumsi zat gizi untuk kemudian dilakukan perhitungan tingkat kecukupan zat gizinya. Daftar komposisi bahan makanan tersebut dapat digunakan dengan menggunakan rumus berikut (Hardinsyah & Briawan 2004).

Rumus perhitungan kandungan zat gizi makanan : KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan :

KGij : Kandungan zat gizi i dari pangan j yang dikonsumsi (g) Bj : Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gij : Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD pangan j BDD : Persen pangan j yang dapat dimakan (%BDD)

Rumus perhitungan tingkat konsumsi secara umum : TKGi = (Ki/AKGi) x 100%

Keterangan :

TKGi : Tingkat kecukupan zat gizi i Ki : Konsumsi zat gizi i

AKGi : Kecukupan zat gizi yang dianjurkan

(20)

jumlah energi dan protein sarapan dengan angka kecukupan aktual energi dan protein anak, secara umum rumus perhitungan kontribusi energi dan protein sarapan pagi yaitu sebagai berikut :

KGi = GiS/AKGi Keterangan :

KGi : Kontribusi zat gizi ke-i

GiS : Kandungan gizi ke-i makanan sarapan AKGi : Angka kecukupan zat gizi ke-i

Status gizi dihitung berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Status gizi dikategorikan menurut Z-skor. Data status gizi diperoleh melalui pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan anak dan diproses menggunakan software WHO Anthroplus 2007. Status gizi anak terdiri dari 5 kategori yaitu sangat kurus, kurus, normal, gemuk dan obese. Kategori status gizi anak diperoleh berdasarkan indeks massa tubuh berdasarkan umur dan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kategori status gizi berdasarkan Z-skor

Variabel Kategori

Keterangan : SD = Standar deviasi populasi normal.

(21)

tertinggi jawaban benar dari 39 huruf yang ditampilkan dan memperhatikan standar deviasinya setelah itu dikategorikan menjadi 3 kategori.

Tabel 7 Pengkategorian variabel penelitian prestasi belajar

No Variabel Kategori pengukuran Sumber

1. Fasilitas belajar Pengisian formulir dengan cara wawancara langsung pada siswa 1. Sangat baik jika rata-rata nilai

(> 8.0)

2. Baik jika rata-rata nilai (7.0-7.9) 3. Cukup jika rata-rata nilai (6.0-6.9) 4. Kurang jika rata-rata nilai (< 6.0)

Davidoff

(22)

Keseluruhan dari 6 macam susunan huruf tersebut digunakan untuk satu kali test daya ingat sesaat dan pelaksanaannya dimulai dari urutan termudah yaitu dari susunan 1,2,3,4,5 dan 6. Pelaksanaan tes dilakukan dikelas dengan jumlah siswa sekitar 8-10 orang yang diminta duduk di kursi mereka masing-masing yang tersusun atas 2 baris. Mereka diminta untuk mengangkat kedua tangan dan selama tesberlangsung, anak tidak diperbolehkan bersuara ataupun mendahului menulis sebelum aba-aba yang telah ditentukan. Mereka diminta untuk tetap fokus melihat kedepan. Pada posisi ditengah, ditayangkan gambar rangkaian huruf susunan 1 (yang terdiri dari 4 huruf) hingga 4 detik, selama gambar ditayangkan tangan siswa harus masih tetap berada diatas. Setelah gambar tayangan huruf ditutup siswa baru dipersilahkan untuk menulis huruf yang baru saja ditayangkan, waktu untuk menulis dibatasi maksimal 2 kali waktu tayangan, jadi dalam hal ini 2x4=8 detik, segera setelah 8 detik selesai siswa diminta untuk mengangkat tangannya kembali untuk melihat tayangan susunan huruf yang ke-2 (5 huruf) yang waktunya meningkat menjadi 5 detik. Begitu seterusnya hingga susunan ke 6. Analisis Data

Data-data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan cara statistik secara deskriptif dan infrensia dengan menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16.0 for Window. Data-data seperti karakteristik anak, karakteristik keluarga, konsumsi pangan, status gizi dan prestasi belajar contoh dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hubungan antar variabel dianalisis dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman dan untuk membedakan variabel-variabel pada anak yang selalu sarapan pagi dengan anak yang jarang sarapan pagi digunakan uji beda (Mann-Whitney). Rincian pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jenis variabel dan teknik analisis data

No Variabel Teknik analisis data Sumber

1 Karakteristik Anak (umur, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin

3 Kebiasaan Sarapan ( kategori sarapan, waktu sarapan, lokasi sarapan, jenis menu sarapan, keragaman jenis sarapan dan jenis pangan instan yang digunakan

Deskriptif statistik

4 Konsumsi pangan Deskriptif statistik

5 Status gizi Deskriptif statistik

(23)

Definisi Operasional

Karakteristik keluarga adalah kondisi keluarga contoh yang digambarkan melalui beberapa komponen, yakni umur, pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan besar keluarga.

Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh ayah dan ibu sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, baik sebagai PNS, ABRI/POLRI, pegawai swasta, wiraswata, buruh maupun kategori pekerjaan lainnya.

Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang di lakukan oleh ayah dan ibu, baik tamat SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat dan perguruan tinggi.

Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan yang didapatkan oleh ayah dan ibu dalam satu bulan yang dinilai dalam bentuk uang (rupiah).Pendapatan orang tua dibagi menjadi 3kategori yaitu (1) kurang dari Rp 1.000.000 (kategori rendah), (2) Rp 1.000.000 hingga Rp 4.000.000 (kategori sedang) dan (3) lebih dari Rp 4.000.000 (kategori tinggi).

Besar keluarga adalah banyaknya individu yang tinggal bersama dalam satu atap dan bergantung pada sumber pendapatan yang sama. Beberapa kriteria besar keluarga yaitu keluarga kecil (kurang atau sama dengan 4 orang), keluarga sedang (5 sampai 7 orang) dan keluarga besar (besar atau sama dengan 8 orang).

Karakteristik individuadalah berbagai ciri yang membedakan individu satu dengan yang lainnya mencakup umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan.

Usiaadalah umur contoh saat penelitian dilakukan dan berada pada rentang umur 9, 10 dan 11 tahun.

Berat badanadalah massa tubuh dalam satuan kilo gram yang ditimbang dengan menggunakan timbangan injak detecto dengan ketelitian 0,5 kg. Tinggi badan adalah panjang tubuh dalam satuan sentimeter yang diukur

dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,5 cm.

Contoh adalah anak sekolah dasar kelas 5 yang berusia antara sembilan hingga dua belas tahun yang bersekolah di SD Papandayan Bogor. Anak sekolah dasar yang dijadikan sampel adalah yang melakukan pembelajaran pada pagi hari (sekolah pagi).

Sarapan pagi adalah kegiatan konsumsi pangan yang dilakukan pada pagi hari hingga pukul 09.00 WIB.

(24)

Waktu sarapan pagi adalah waktu pada saat contoh melakukan kegiatan sarapan yaitu saat sebelum berangkat sekolah dan setelah berangkat sekolah. Lokasi sarapan pagi adalah tempat dimana contoh biasa melakukan sarapan

yaitu di rumah, di perjalanan atau di sekolah.

Kategori sarapan pagi adalah kategori contoh dalam melakukan sarapan di pagi hari selama enam hari sekolah yang dikelompokkan dalam ketegori sering, jarang, dan tidak pernah.

Jenis menu sarapanpagi adalah susunan komposisi pangan yang dikonsumsi pada waktu sarapan yang yang terdiri dari delapan jenis yaitu makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati dan sayuran serta makanan jajanan. Keragaman jenis pangan adalah jumlah dari berbagai jenis bahan pangan

yang dikonsumsi ketika sarapan selama enam hari sekolah dengan beberapa kategori, yaitu keragaman tingkat tinggi (lebih dari atau sama dengan 6 jenis kelompok pangan), tingkat sedang (4 hingga 5 jenis kelompok pangan), dan tingkat rendah (kurang dari atau sama dengan 3 jenis kelompok pangan). Makanan siap saji adalah jumlah konsumsi makanan siap saji yang

dikonsumsi ketika sarapan pagi selama enam hari sekolah yang yang dikategorikan menjadi tidak pernah, jarang (1 hingga 3 kali seminggu) dan sering (4 hingga 6 kali seminggu).

Konsumsi pangan adalah tindakan makan contoh yang dilakukan secara berulang untuk memenuhi kebutuhan gizinya yang digambarkan dengan kebiasaan konsumsi sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, buah-buahan, jajanan dan minuman. kontribusi konsumsi zat gizi diperoleh dari data konsumsi pangan yang dikonversikan kedalam kandungan gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

Kontribusi energi dan protein sarapan adalah perbandingan antara jumlah intik energi dan protein sarapan terhadap kebutuhan energi dan protein aktual. Status gizi adalah pengukuran gizi pada anak usia 5-18 tahun sudah tidak

menggunakan indikator BB/TB akan tetapi menggunakan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U). Dikategorikan berdasarkan klasifikasi Depkes (2011).

Prestasi belajaradalah nilai hasil ujian yang diukur dengan menggunakan nilai rata-rata Sembilan mata pelajaran. Data nilai hasil ujian dapat diperoleh secara sekunder atau arsip sekolah.

Fasilitas Belajar adalah segala perangkat yang digunakan dalam proses belajar.

Bimbingan belajar adalah tempat khusus untuk belajar selain di sekolah. Daya ingat sesaat adalah kemampuan seseorang untuk menangkap, mengkode,

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sekolah

Sekolah dasar yang menjadi penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) Papandayan yang terletak di Jalan Papandayan No 25, Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat. Sekolah ini berdiri pada tahun 1949 dan memiliki status akreditasi A.

Status sekolah dan status tanah adalah milik pemerintah dengan luas area 3 703 m² dengan sarana bangunan sekitar 30 bangunan dengan kapasitas listrik 6 200 watt. Sumber air yang digunakan yaitu berasal dari air PAM. Bangunan sekolah Papandayan berdiri dengan keadaan permanen, baik, terpelihara dan masih layak pakai. Ruang kelas terdiri dari 23 ruangan, ruang guru 1 ruangan, ruang kepala sekolah satu ruangan, ruang tata usaha 1 ruangan, ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 1 ruangan, perpustakaan 1 ruangan, ruang laboratoriun komputer 1 ruangan, musholla sedang dalam tahap pembangunan dan kamar mandi yang tersedia sebanyak 18 buah. Meja murid tersedia sebanyak 462 buah, kursi murid 642 buah, lemari 30 buah, meja guru 36 buah, kursi guru 51 buah, papan tulis 26 buah, rak buku 18 buah, memiliki buku inventaris dan buku yang tersedia di perpustakan terdapat 1 250 buah buku bacaan.

Jumlah murid yang ada sekarang sekitar 1 104 orang dengan jumlah guru yang telah memenuhi standar kebutuhan minimal. Guru kelas terdiri dari 28 orang, guru agama 4 orang, guru penjaskes 5 orang, guru honor 15 orang, TU 3 orang. Prestasi yang banyak diraih oleh siswa SDN Papandayan yaitu dalam bidang kesenian sunda, pencak silat, siswa berprestasi, catur, sepak bola dan lain sebagainya.

Visi dari SDN Papandayan yaitu ”Menjadikan Siswa Madani dan Sekolah yang dicintai Masyarakat dengan Dilandasi Iman dan Taqwa” sedangkan misi sekolahnya yaitu ”Menyiapkan Suasana yang Kondusif Antara Kepala Sekolah, Guru, Siswa-Siswi, Orangtua Murid, Komite Sekolah dan Masyarakat Sekitarnya”. Strategi yang digunakan yaitu menciptakan suasana belajar yang tenang dan nyaman, pertama dalam materi untuk menghadirkan siswa-siswi yang cerdas dengan tutur kata yang sopan berdasarkan tata krama dan keinginan untuk membulatkan tekad demi meraih cita-cita dan membiasakan diri bertanggung jawab dengan langkah kejujuran.

Karakteristik Keluarga

Menurut BKKBN (1998) besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Banyak sedikitnya anggota keluarga berhubungan dengan distribusi makanan dalam suatu keluarga (Suhardjo 1989). Anak yang jarang sarapan pagi 43.3% termasuk kedalam keluarga sedang (5-7 orang) sedangkan anak yang selalu sarapan pagi 56.7% termasuk ke dalam keluarga kecil (≤ 4 orang).

(26)

kedalam kategori tinggi (>Rp 4 000 000,- ) yaitu sekitar 43.3% dan 50%. Hal ini dapat dihubungkan dengan tingkat pendidikan ayah yang sebagian besar adalah tamat perguruan tinggi dan mereka juga sebagian besar bekerja sebagai pegawai swasta yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi. Tingkat pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsinya. Sesuai dengan Hukum Bennet, semakin tinggi pendapatan maka kualitas bahan pangan yang dikonsumsi juga akan semakin baik dan tercermin dari perubahan pembelian bahan pangan yang harganya murah menjadi bahan pangan yang harganya lebih mahal dengan kualitas yang lebih baik (Martianto & Ariani 2004).

Sebagian besar anak yang jarang sarapan pagi pendidikan ayah adalah perguruan tinggi (53.3%) dan ibu tamat SMA (43.3%) sedangkan anak yang selalu sarapan pagi sebagian besar pendididkan ayah juga tamat perguruan tinggi (56.7%) dan ibu tamat SMA (53.3%). Pendidikan tertinggi ayah maupun ibu pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu sarapan pagi sama-sama didominasi pada perguruan tinggi (ayah) dan tamat SMA (ibu). Anak yang jarang sarapan pagi maupun anak yang selalu sarapan pagi tidak terdapat orang tua yang pendidikannya tidak tamat SD tetapi ada orang tua yang tamat SD dan tamat SMP. Tingkat pendidikan seseorang menentukan mudah tidaknya seseorang dalam menerima suatu masukan atau pengetahuan. Keadaan gizi seorang anak dipengaruhi oleh orang tua dan pendidikan orang tua tersebut merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan gizi anak. Terdapat dua sisi kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak yaitu, tingkat pendidikan ayah secara langsung atau tidak langsung menentukan keadaan ekonomi keluarga, dan pendidikan ibu disamping modal utama dalam perekonomian rumah tangga juga berperanan dalam menyusun pola makanan untuk rumah tangga (Tarwotjo et al. 1988; Sunandar 2002).

Menurut Wales (2009) pekerjaan jika diartikan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia dan jika dalam arti sempit istilah adalah pekerjaan yang digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Sebagian besar pekerjaan ayah pada anak yang jarang sarapan pagi (50%) maupun pada anak yang selalu sarapan pagi (46.7%) adalah sebagai pegawai swasta. Sebagian besar pekerjaan ibu pada anak yang jarang sarapan pagi (60%) maupun pada anak yang selalu sarapan pagi (63.3%) sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan yang baik akan memberikan penghasilan atau pendapatan yang baik pula sehingga keluarga dapat mencukupi kebutuhan akan pangan dan kesehatan anggota keluarganya. Pekerjaan seseorang akan berkaitan dengan tingkat pendapatan yang diperolehnya (Suranadi & Chandradewi 2008). Persentase jenis pekerjaan ayah dan ibu pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi didominasi oleh pegawai swasta (ayah) dan ibu rumah tangga (ibu).

(27)

umur (30-49 tahun) dan umur ibu juga demikian sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi umur ayah 86.7% berada pada kisaran umur (30-49 tahun) dan 13.3% berada pada umur (≥ 50 tahun) dan ibu 100% berada pada kisaran umur (30-49 tahun) (Tabel 9).

Tabel 9 Sebaran anak berdasarkan karakteristik keluarga Variabel Jarang sarapan Selalu sarapan Total

n % n % n % Karakteristik anak yang diamati meliputi jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan dan status kesehatannya. Tabel 10 menunjukan sebaran berdasarkan karakteristik anak. Anak dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 anak yang jarang sarapan pagi dan 30 orang anak yang selalu sarapan pagi.Sebaran karakteristik anak dapat dilihat pada Tabel 10.

(28)

Tabel 10 Sebaran berdasarkan karakteristik anak

Anak yang berumur 6-12 tahun merupakan umur anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar. Penilitian ini dilakukan pada anak SDN dengan rentang umur 9-11 tahun. Anak-anak yang berada pada umur ini umumnya sudah dapat memilih dan menentukan makanan yang disukainya (Dewi 2012). Faktor umur merupakan hal yang penting diketahui dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan kesalahan dalam interpretasi status gizi (Supariasa et al 2001). Anak yang jarang sarapan pagi (73.3%) berumur 10 tahun dan anak yang selalu sarapan pagi (60%) juga berumur 10 tahun.

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor penentu kebutuhan dan pengeluaran energi. Kebutuhan energi seseorang di dasarkan pada angka metabolisme basal (AMB), aktivitas fisik dan pengaruh dinamika khusus makanan dan AMB tersebut dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan (Almatsier 2006). Anak yang jarang sarapan pagi sebagian besar (53.3%) berjenis kelamin laki-laki sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (66.7%) berjenis kelamin perempuan.

(29)

sudah mendekati berat badan yang ideal menurut Widyakarya Pangan Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) dimana anak umur 10-12 tahun idealnya memiliki berat badan rata-rata 36.4±9.57 kg. Rata-rata tinggi badan anak yang jarang sarapan dan yang selalu sarapan pagi yaitu 138,2±7.7 cm dan masih berada dibawah rata-rata tinggi badan untuk umur 10-12 tahun menurut (WKNPG) yaitu 143.1±10.05 cm, hal tersebut dapat dipengaruhi umur anak-anak dalam penelitian ini adalah 9-11 tahun sedangkan berat badan dan tinggi badan menurut WKNPG untuk anak umur 10-12 tahun.

Status kesehatan diamati selama seminggu terakhir. Status kesehatan pada anak yang jarang sarapan pagi dengan persentase 43.3% pernah mengalami sakit sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi 13.3% pernah mengalami sakit. Sakit yang dialami seperti diare, flu dan batuk.

Fasilitas belajar, dukungan keluarga dan keikutsertaan bimbingan belajar anak

Fasilitas belajar yang memadai dibutuhkan agar anak dapat belajar dengan lebih baik. Fasilitas belajar diantaranya penerangan yang cukup, meja belajar, buku-buku pegangan dan kelengkapan peralatan praktek belajar. Selain fasilitas yang memadai dibutuhkan pula dukungan keluarga agar anak tersebut dapat memaksimalkan pengetahuan yang dimilikinya. Penelitian ini selain menanyakan mengenai fasilitas belajar, dukungan keluarga juga menanyakan tentang keikutsertaan anak dalam bimbingan belajar di luar sekolah (les) dan dukungan keluarga terhadap proses belajar anak tersebut. Berikut disajikan tabel sebaran anak berdasarkan kelengkapan fasilitas belajar dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran kelengkapan fasilitas belajar anak

Variabel

(30)

Tabel 12 Sebaran dukungan keluarga pada anak dan keikutsertaan anak dalam bimbingan belajar

Variabel Jarang sarapan Selalu sarapan Total

n % n % n %

Dukungan keluarga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah apakah di rumah anak tersebut ada yang membimbing mereka belajar dan membimbing mereka dalam mengerjakan tugas rumah (PR). Berdasarkan Tabel 12 pada anak yang jarang sarapan pagi (96.7%) biasa mengerjakan tugas sekolah dengan dibantu oleh keluarga mereka dan pada anak yang selalu sarapan pagi (86.7%). Anak yang jarang sarapan pagi memiliki persentase dukungan keluarga yang lebih besar dibandingkan dengan anak yang selalu sarapan pagi.

Persentase bimbingan belajar yang diikuti oleh anak yang jarang sarapan pagi (46.7%) sedangkan anak yang selalu sarapan pagi (50%). Anak yang selalu sarapan pagi lebih besar persentasenya mengikuti bimbingan belajar dibandingkan dengan anak yang jarang sarapan pagi.

Alokasi waktu belajar anak

Tabel 13 menunjukan rata-rata alokasi waktu (jam/hari) berdasarkan jenis kegiatan. Kegiatan yang dilakukan anak dirumah ditentukan oleh beberapa hal yaitu, peraturan keluarga, tuntutan pekerjaan rumah, jumlah akses yang dimiliki dan banyaknya anggota keluarga (Hurlock 1991).

Tabel 13 Deskriptif statistik alokasi waktu belajar anak

Variabel

Jarang sarapan Selalu sarapan Hari sekolah Hari libur Hari sekolah Hari libur Jam/hari % Jam/hari % Jam/hari % Jam/hari % sedangkan pada hari libur kegiatan belajar hanya dilakukan di rumah saja. ** Waktu hiburan (waktu bermain, rekreasi, nonton TV dan lain-lain) *** Lainnya (sholat, makan, mandi, mengaji dan lain-lain).

(31)

waktu tidur anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi pada pada hari sekolah selama 3.5 jam/hari (15%) dan pada hari libur 3 jam/hari (12%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi pada hari sekolah maupun hari libur dilakukan selama 3 jam/hari (12 %).

Kebiasaan Sarapan

Menurut Khomsan (2002) makan pagi atau sarapan pagi merupakan salah satu waktu makan yang sangat penting. Manfaat sarapan pagi salah satu faktor pentingnya yaitu yang berasal dari sumber karbohidrat untuk meningkatkan kadar gula darah yang berdampak positif pada produktivitas dan konsentrasi belajar bagi anak sekolah. Selain itu sarapan dapat memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan untuk proses fisiologis dalam tubuh (seperti protein, lemak, vitamin dan mineral).

Konsumsi pangan merupakan suatu jenis pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Komposisi dari jenis pangan yang disajikan dalam konsumsi pangan tersebut disebut dengan menu. Sebaran kebiasaan sarapan anak dapat dilihat pada Tabel 14.

Waktu sarapan dan lokasi sarapan anak terdiri dari dua kategori yaitu di rumah dan di sekolah. Anak yang jarang sarapan pagi sebesar 90% anak biasanya melakukan sarapan pagi di rumah sebelum berangkat ke sekolah begitu juga halnya dengan anak yang selalu sarapan pagi, mereka melakukan sarapan pagi di rumah sebelum berangkat ke sekolah dengan persentase 100%. Anak yang jarang sarapan pagi terdapat 10% anak melakukan sarapan pagi di sekolah dikarenakan jarak rumah mereka yang lumayan jauh dari sekolah sehingga mereka biasa membawa makanan dari rumah yang kemudian dimakan setelah berada di sekolah. Analisis uji beda menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara waktu dan lokasi sarapan pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu melakukan sarapan pagi.

Kategori makan tergantung dari kebiasaan masing-masing keluarga. Kebiasaan makan biasanya diatur oleh ibu yang memiliki peran penting dalam kegiatan dalam rumah tangga tersebut. Kategori makan merupakan salah satu komponen yang membentuk kebiasaan makan seseorang (Sanjur 1982). Berdasarkan pendataan kategori sarapan pagi pada anak dalam penelitian ini terdapat 9 orang anak yang tidak pernah sarapan pagi, 21 orang anak jarang melakukan sarapan pagi dan 30 orang anak selalu melakukan sarapan pagi. Sarapan biasanya dilakukan pada pukul 06.00-09.00 setiap harinya (Martianto 2006). Analisis uji beda menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) mengenai kategori makan pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu melakukan sarapan pagi.

(32)

yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi sama-sama memiliki kerangka menu sarapan pagi yang sama namun anak yang selalu sarapan pagi lebih besar persentasenya dibandingkan dengan anak yang jarang sarapan pagi, hal tersebut dapat disebabkan karena jumlah anak yang melakukan sarapan lebih banyak pada anak yang selalu sarapan pagi dibandingkan dengan anak yang jarang sarapan pagi. Secara umum, jenis komposisi pangan pada anak telah memenuhi kebutuhan minimal sarapan yakni terdiri dari sumber karbohidrat dan protein (Hardinsyah 2011). Analisis uji beda menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) mengenai jenis menu hidangan pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu melakukan sarapan pagi.

Tingginya penggunaan pangan instan sebagai pangan sarapan akan berdampak kurang baik bagi kondisi tubuh karena bahan yang dikandung oleh pangan instan tersebut biasanya mengandung zat gizi yang rendah atau terbatas seperti kalsium, vitamin, magnesium, folat dan serat namun kandungan lemak natriumnya cukup tinggi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI 2009). Sebaran konsumsi makanan siap saji dapat dilihat pada (Tabel 14) dimana sebagian besar anak yang jarang sarapan pagi (52% ) tidak pernah mengkonsumsi makanan siap saji sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (53%) termasuk dalam kategori jarang mengkonsumsi makanan siap saji tersebut. Analisis uji beda menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) penggunaan pangan instan pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu melakukan sarapan pagi. Anak yang jarang sarapan pagi tidak ada yang termasuk kedalam kategori mengkonsumsi pangan instan sering dan setiap hari sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi masuk kedalam semua kategori tersebut (tidak pernah, jarang, sering dan selalu/setiap hari). Sebagian anak yang selalu sarapan pagi ada yang termasuk kedalam ketegori sering maupun selalu mengkonsumsi pangan instan hal tersebut diduga disebabkan oleh padatnya aktivitas rumah tangga yang dilakukan ibu sehingga menyebabkan ibu lebih memilih cara penyedian pangan yang praktis dan ekonomis.

Menurut Almatsier (2006) penganekaragaman konsumsi pangan pada dasarnya merupakan upaya perubahan perilaku manusia dalam memilih pangan untuk dikonsumsi. Tingkat keberagaman jenis pangan anak pada anak yang jarang sarapan pagi (85.7%) maupun pada anak yang selalu sarapan pagi (97%) sama-sama termasuk pada kategori keragaman pangan tinggi. Berdasarkan persentasenya diketahui bahwa keanekaragaman pangan pada anak yang selalu sarapan pagi lebih besar dibandingkan dengan anak yang jarang sarapan pagi. Analisis uji beda menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) mengenai keragaman pangan pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu melakukan sarapan pagi. Bervariasinya penggunaan jenis pangan yang dikonsumsi sebagai pangan sarapan pagi menyebabkan keragaman jenis pangan yang dikonsumsi baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi tersebut termasuk pada kategori tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Ayu (2012) dimana terdapat hubungan yang positif antara pendapatan dengan daya beli keluarga terhadap pangan sehingga pangan yang tersedia pada rumah tangga tersebut semakin beragam.

(33)

aktivitas diluar rumah dan hidangan yang disediakan juga cenderung lebih

Makanan pokok + Lauk hewani + Lauk nabati

Keterangan : Total anak 51 orang karena 9 orang anak tidak pernah sarapan pagi

(34)

fisiologis dari dalam diri anak tersebut yang membuat anak menjadi malas sarapan pagi dan faktor biologis dimana anak sering sakit perut setelah sarapan pagi.

Kondisi kurangnya nafsu makan juga menjadi salah satu permasalahan yang sering kali dialami oleh anak usia sekolah. Tidak terbiasanya melakukan sarapan pagi akan dapat membuat organ lambung selalu berada dalam keadaan kosong pada pagi hari dan hal tersebut jika dibiarkan secara terus menerus maka akan dapat menimbulkan efek yang negatif bagi kondisi tubuh.

Konsumsi Pangan

Pola Konsumsi Pangan

Menurut Almatsier (2006) karbohidrat merupakan sumber energi utama dan berasal dari tumbuh-tumbuhan. Negara-negara berkembang kurang lebih 80% energi makanan yang dikonsumsi berasal dari pangan sumber karbohidrat. Sebaran kategori pangan sumber karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi sumber karbohidrat

Kategori konsumsi pangan

(35)

sarapan pagi ada juga yang termasuk kedalam kategori sering (≥4 kali/minggu) dengan persentase 3.3% namun tidak ada yang termasuk kedalam kategori jarang.

Jenis pangan roti persentase terbesar baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi termasuk kedalam kategori jarang dengan persentase 40% dan 50%. Pangan umbi-umbian seperti singkong, ubu jalar dan kentang pada anak yang jarang sarapan pagi termasuk kedalam kategori jarang (56.7%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi termasuk kedalam kategori tidak pernah (46.7%) dan jarang (46.7%). Pangan olahan tepung seperti mie dan bihun lebih banyak dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi (50%) termasuk kedalam kategori sering sedangkan anak yang selalu sarapan pagi (33.3%) termasuk kedalam kategori jarang. Konsumsi jagung pada anak yang jarang sarapan pagi (46.7%) termasuk kategori tidak pernah sedangkan anak yang selalu sarapan pagi termasuk kedalam kategori jarang (53.3%). Berdasarkan data konsumsi pangan sumber karbohidrat tersebut menunjukan bahwa beras menjadi pangan yang dominan dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi. Studi Widyawati (2010) menyatakan bahwa preferensi pangan yang menjadi sumber karbohidrat yang dikonsumsi oleh penduduk Bogor masih dominan pada kelompok padi-padian.

Menurut Depkes (1996) salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai sumber zat pembangun ialah protein. Pangan sumber protein nabati yang diamati yaitu yang berasal dari kacang-kacangan (kacang tanah, kacang hijau) dan olahan kedelai (tempe, tahu dan oncom). Sebaran kategori konsumsi pangan sumber protein nabati anak dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi sumber protein nabati

Kategori konsumsi pangan

(36)

Pangan sumber protein hewani sangat penting bagi tubuh. Anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan sangat baik diberikan makanan yang tinggi protein tersebut. Selain protein nabati diperoleh pula data konsumsi kategori pangan hewani dan dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi sumber protein hewani

Kategori konsumsi pangan dikonsumsi yaitu. Telur ayam dengan persentase terbesar yaitu pada kategori setiap hari (50%) pada anak jarang sarapan pagi dan (40%) pada anak selalu sarapan pagi. Ikan-ikanan seperti (ikan laut, ikan air tawar, udang dan cumi) sebagian besar dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi (53.3%) maupun pada anak yang selalu sarapan pagi (50%) termasuk pada kategori jarang. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pangan hewani yang sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi memiliki kesamaan yaitu telur ayam. Telur merupakan pangan yang sering dikonsumsi karena selain harganya yang murah pengolahannya juga mudah.

(37)

pagi yaitu bayam, kangkung, kacang panjang, timun, brokoli dan sawi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi sayur

Kategori konsumsi pangan Jarang sarapan Selalu sarapan Total

(38)

Konsumsi bayam, kangkung, kacang panjang, timun dan sawi termasuk kategori sayuran yang sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi. Bayam pada anak yang jarang sarapan pagi (47%) dan pada anak yang selalu sarapan pagi (60%). Bayam lebih sering dikonsumsi oleh anak yang selalu sarapan pagi. Kangkung pada anak yang jarang sarapan pagi (53%) dan pada anak yang selalu sarapan pagi (46.7%). Kangkung lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi. Kacang panjang pada anak yang jarang sarapan pagi (50%) dan pada anak yang selalu sarapan pagi (53.3%). Kacang panjang lebih sering dikonsumsi oleh anak yang selalu sarapan pagi. Timun pada anak yang jarang sarapan pagi dikonsumsi (50%) dan anak yang selalu sarapan pagi (40%). Timun lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi. Sawi dikonsumsi dalam kategori sering (43%) oleh anak yang jarang sarapan pagi maupun anak yang selalu sarapan pagi. Persentase konsumsi sawi baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi memiliki kesamaan. Lima jenis sayuran ini merupakan sayur yang disukai oleh anak-anak tersebut sehingga sering dikonsumsi. Sayuran ini biasanya diolah menjadi menu tumisan dan sayuran berkuah.

Wortel pada anak yang jarang sarapan pagi (47%) termasuk kedalam kategori jarang sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (50%) termasuk kedalam kategori sering. Wortel termasuk kedalam sayuran yang jarang dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi namun pada anak yang selalu sarapan pagi wortel termasuk sayuran yang sering dikonsumsi. Brokoli dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi (50%) pada kategori sering sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (47%) pada kategori selalu. Brokoli lebih sering dikonsumsi oleh anak yang selalu sarapan pagi. Sayur kol pada anak yang jarang sarapan pagi termasuk kedalam kategori sering (50%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi termasuk kedalam kategori setiap hari (53%). Kol lebih sering dikonsumsi oleh anak yang selalu sarapan pagi. Daun singkong dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dengan kategori sering (53%) sedangkan anak yang selalu sarapan pagi pada kategori jarang (63%). Daun singkong lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi.

Jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh keluarga anak yang jarang sarapan pagi maupun pada keluarga anak yang selalu sarapa pagi dapat berbeda-beda, hal itu dapat dipengaruhi oleh faktor kesukaan anggota keluarga tersebut terhadap jenis sayuran yang mereka konsumsi. Selain itu terkadang ibu juga memilih jenis pangan yang mudah diolah sehingga pangan tersebutlah yang sering dikonsumsi dalam keluarga.

(39)

selalu sarapan pagi (57%). Mangga lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi. Konsumsi papaya pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi memiliki kesamaan yaitu pada kategori sering dikomsumsi dengan persentase 43%.

Apel pada anak yang jarang sarapan pagi (53%) maupun pada anak yang selalu sarapan pagi (47%) termasuk kedalam kategori tidak pernah dikonsumsi. Apel umumnya tidak pernah dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi. Konsumsi alpukat pada anak yang jarang sarapan pagi berada pada kategori tidak pernah (40%) dan jarang (40%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi pada kategori tidak pernah (53%).

Tabel 19 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi buah Kategori konsumsi pangan Jarang sarapan Selalu sarapan Total

(40)

sebaiknya sering mengkonsumsi susu agar pertumbuhan tulangnya juga bisa optimal.

Konsumsi yoghurt pada anak yang jarang sarapan pagi (40%) pada kategori tidak pernah dan (40%) pada kategori jarang sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi pada kategori tidak pernah (57%). Yoghurt dilihat dari persentase kategori konsumsinya termasuk kedalam jenis pangan yang jarang dikonsumsi baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi bahkan banyak juga yang tidak pernah mengkonsumsinya. Keju dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dalam kategori tidak pernah (53%) dan pada anak yang selalu sarapan pagi (47%). Keju juga termasuk pangan yang kurang diminati oleh anak baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi hal tersebut dapat dilihat dari persentase kategori konsumsinya yang dominan tidak pernah dan jarang.

Tabel 20 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi susu dan hasil olahannya

Kategori konsumsi pangan Jarang sarapan Selalu sarapan Total

n % n % n %

Makanan siap saji merupakan bentuk makanan yang mudah untuk disimpan, mudah dihidangkan dan mudah diperoleh. Penampakan bentuk, warna, tekstur, dan rasa makanan siap saji yang menarik akan mempengaruhi nafsu makan seseorang, sehingga pada beberapa anak konsumsi makanan siap menjadi solusi bagi yang kurang nafsu makan. Makanan siap saji di pasaran umumnya berfungsi sebagai pangan pokok sumber energi maupun pangan sumber protein (Suhardjo 1989). Jenis makanan siap saji yang sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi dapat dilihat pada Tabel 21.

Pangan yang tinggal rebus atau bisa langsung diseduh seperti mie, bubur instan dan spagheti dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dengan kategori tidak pernah (36.7%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (30%) termasuk kedalam kategori jarang dikonsumsi. Biskuit dan sereal dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dengan kategori sering 43.3% sama halnya dengan anak yang selalu sarapan pagi namun persentasenya lebih tinggi yaitu 50%.

(41)

sapi, ayam dan ikan. Olahan pangan instan sumber protein yang berasal dari pangan hewani yang banyak digunakan antara lain kornet, sosis, burger, nugget dan lain sebagainya. Olahan pangan hewani tersebut umumnya dikonsumsi sebagai lauk pendamping nasi yang biasanya diolah dengan cara digoreng atau ada juga yang ditumis dengan tambahan sayuran.

Kornet dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dengan kategori sering dengan persentase 43.3% sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi dengan kategori sering 40% dan setiap hari 40%. Konsumsi nugget pada anak yang jarang sarapan pagi termasuk sering (60%) dan pada anak yang selalu sarapan pagi (50%). Nugget lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi. Sosis biasa dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dengan kategori sering (46.7%) dan pada anak yang selalu sarapan pagi (43%). Sosis lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi.

Tabel 21 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi makanan siap saji

Kategori konsumsi pangan Jarang sarapan Selalu sarapan Total

n % n % n %

(42)

adalah kategori makan per hari, karena secara langsung akan mempengaruhi asupan zat gizi melalui konsumsi pangan.

Tingkat asupan energi diperoleh dengan membandingkan asupan energi aktual anak dengan angka kecukupan energi yang dianjurkan per orang per hari sesuai Widyakarya Pangan Nasional Pangan dan Gizi (2004) dengan mempertimbangkan faktor umur dan jenis kelamin. Faktor berat badan tidak diperhitungkan untuk menentukan tingkat kecukupan energi dikarenakan faktor koreksi berat badan digunakan apabila status gizi seseorang dalam kategori baik (Hardinsyah et al. 2010). Data konsumsi pangan hasil recall 1x24 jam diperoleh kemudian dikonversi lalu dianalisis dan diperoleh rata-rata kebutuhan, konsumsi dan tingkat kecukupan pada masing-masing anak. Sebaran anak menurut kebutuhan, konsumsi dan tingkat kecukupannya dapat dilihat pada Tabel 22.

Konsumsi pangan anak pada yang jarang sarapan pagi dengan anak yang selalu sarapan pagi juga berbeda, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh frekuensi makan maupun menu yang dikonsumsi oleh anak. Kecukupan energi maupun protein pada anak yang jarang sarapan pagi lebih kecil jika dibandingkan dengan anak yang selalu sarapan pagi, hal tersebut dipengaruhi oleh umur anak dan berat badan anak yang beragam. Perbedaan frekuensi makan dan jenis menu yang dikonsumsi oleh anak-anak tersebut akan berdampak pula terhadap tingkat kecukupan energi dan proteinnya.

Tabel 22 Rata-rata dan standar deviasi konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan anak

Variabel Jarang sarapan Selalu sarapan

Hari pertama Hari kedua Hari pertama Hari kedua 1.Konsumsi

Energi (kkal/kap/hr) 1 143.0±472.5 1 125.7±379.5 1 518.9±436.3 1 495.5±291.3 Protein (g/kap/hr) 39.1±24.1 40.4±19.0 49.9±12.7 55.8±18.3

Kecukupan energi maupun protein pada anak yang jarang sarapan pagi lebih kecil dibandingkan dengan anak yang selalu sarapan pagi. Hal tersebut dipengaruhi oleh umur dan berat badan anak. Konsumsi pangan anak pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu sarapan pagi terdapat perbedaan yang dipengaruhi oleh frekuensi makan dan jenis menu yang dikonsumsi oleh masing-masing anak tersebut. Perbedaan tersebut akan berdampak pula pada tingkat kecukupan energi dan protein anak.

(43)

Protein memiliki fungsi yang khas pada tubuh yaitu membangun dan memelihara sel-sel jaringan tubuh. Anak yang jarang sarapan pagi mengalami defisit berat (43.3%) pada hari pertama dan pada hari kedua (40%) begitu pula dengan anak yang selalu sarapan masih tergolong defisit berat (26.7% dan 10%) hal ini dapat disebabkan karena kurang beragamnya jenis pangan sumber protein yang mereka konsumsi. Protein yang dikonsumsi pada kategori normal pada anak yang jarang sarapan pagi (26.7% dan 16.7%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (33.3% dan 40%). Kategori protein lebih juga terdapat pada anak yang jarang sarapan pagi (20% dan 20%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (26.7% dan 33.3%). Kategori energi maupun protein anak bisa mengalami perbedaan setiap harinya tergantung dari apa yang mereka konsumsi. Kurangnya konsumsi makanan sumber energi dan protein dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan pada anak.

Tabel 23 Sebaran anak berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein anak

Tingkat kecukupan

Jarang sarapan Selalu sarapan Hari pertama Hari kedua Hari pertama Hari kedua

n % n % n % n %

Makanan yang dikonsumsi oleh seorang anak akan memiliki dampak terhadap masa penting perkembangannya seperti kesehatan, kekuatan fisik serta kesehatan mental dan jiwa. Anak yang biasa mengkonsumsi makanan yang sehat dengan kandungan zat gizi yang seimbang akan tumbuh menjadi anak yang sehat (Nurhasan 2005). Sarapan memiliki pengaruh yang besar terhadap asupan energi dan protein harian. Hasil perbandingan rata-rata kontribusi energi dan protein sarapan anak dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Sebaran rata-rata kontribusi energi dan protein anak Variabel Jarang sarapan Selalu sarapan Kontribusi energi (%) 10.1±9.1 (182 Kal) 10.6±6.8 (242 Kal) Kontribusi protein (%) 18.3±19.5 (8.2 g) 19.3±13.6 (10.4 g)

(44)

konsumsi energinya lebih besar yaitu sekitar 242 Kal dengan konsumsi protein 10.4 gram. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Perdana (2013) dimana 69.6% anak Indonesia masih belum mengkonsumsi sarapan pagi sesuai dengan anjuran gizi seimbang.

Status Gizi

Status gizi anak dihitung dengan menggunakan analisis z-score. Analisis ini merupakan rekomendasi dari WHO (World Helath Organization). Menurut Depkes (2004) status gizi tersebut merupakan tanda penampilan seseorang yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan degan pengeluaran zat gizi yang bersumber dari pangan yang dikonsumsi oleh seseorang yang didasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25 Sebaran status gizi anak

Status gizi Jarang sarapan Selalu sarapan Total

n % n % n % anak yang jarang sarapan pagi terdapat anak dengan status gizi sangat kurus 3.3% sedangkan anak yang selalu sarapan pagi tidak terdapat anak yang berstatus gizi sangat kurus namun sebaliknya pada anak yang selalu sarapan pagi terdapat anak yang memiliki status gizi kurus 3.3% sedangkan anak yang jarang sarapan pagi tidak terdapat anak yang memiliki status gizi tersebut. Anak yang memiliki status gizi normal sama-sama dimiliki oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi dengan persentase 60% selain itu persentase anak yang berstatus gizi gemuk juga sama-sama 13.3% dan anak yang Obese 23.3%. Perbedaan hanya teletak pada persentase anak yang memiliki status gizi sangat kurus dan status gizi kurus.

Prestasi Belajar

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan
Gambar 2  Proses penarikan contoh
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian karakteristik keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara status gizi dan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.. Kata Kunci : Status gizi,

Data primer penelitian diambil dari kuesioner untuk mengetahui kebiasaan sarapan pagi. Data sekunder penelitian diambil dari nilai rata-rata raport pada

Hubungan Antara kebiasaan Sarapan Pagi dan Asupan Zat Gizi Makro (Energi dan Protein) dengan Status Gizi Anak yang Memperoleh PMT-AS di SD Negeri Plalan 1

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR MURID DI SEKOLAH DASAR NEGERI PESANGGRAHAN 02 JAKARTA SKRIPSI OLEH VIRA LIZA ANGGRAINI NIM 131000391 FAKULTAS

Dalam memenuhi rutinitas anak melakukan sarapan pagi sehingga mampu meningkatkan energi yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar anak maka peran orang tua

Hipotesis peneliti dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan jenis sarapan dengan status gizi, tes daya ingat sesaat, dan prestasi belajar siswa sekolah

Hasil penelitian diketahui kebiasaan sarapan pagi pada anak sekolah dasar di SD Negeri Kledokan, Depok, Sleman, Yogyakarta sebagian besar dalam kategori biasa sarapan sebesar

SKRIPSI HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR KARTIKA XX-2 ARMED MAKASSAR Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana