• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Efek Ekstrak Jintan Hitam terhadap Candida albicans Denture Stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Efek Ekstrak Jintan Hitam terhadap Candida albicans Denture Stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

STOMATITIS DAN Candida albicans

(ATCC

®

10231

)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

STEFFI CAREY

NIM : 110600063

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Tahun 2015

Steffi Carey

Perbedaan Efek Ekstrak Jintan Hitam terhadap Candida albicans Denture

Stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™) xi + 55 halaman

Jintan hitam mempunyai efek fungistatis dan fungisidal. Hal ini disebabkan adanya

senyawa berupa timokuinon, timol, dan karvakrol. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui berapa konsentrasi Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans denture

stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™), serta untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efek ekstrak jintan hitam terhadap kedua jenis fungi tersebut.

Jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan post-test control group

design. Sampel yang digunakan biakan Candida albicans yang diisolasi dari denture

stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™), jumlah sampel masing-masing satu biakan fungi. Pengujian efek ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans

dilakukan dengan metode dilusi untuk mendapatkan berbagai konsentrasi ekstrak,

kemudian ditambahkan suspensi fungi setiap konsentrasi, dan dilakukan pengamatan

dan pengulangan tiga kali. Hasil penelitian rata-rata nilai KHM dan KBM ekstrak

jintan hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis masing-masing 50,00 ±

0,00 %, sedangkan KHM dan KBM terhadap Candida albicans (ATCC® 10231™) masing-masing 4,17 ± 1,80 % dan 9,38 ± 5,41 %. Hasil uji T tidak berpasangan

menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara nilai KHM dan KBM dari

ekstrak jintan hitam terhadap kedua jenis fungi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan ekstrak jintan hitam lebih efektif terhadap Candida albicans (ATCC®

10231™) bila dibandingkan dengan Candida albicans denture stomatitis. Kata kunci : jintan hitam, antifungal, KHM, KBM, Candida albicans

(3)

STOMATITIS DAN Candida albicans

(ATCC

®

10231

)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

STEFFI CAREY

NIM : 110600063

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 27 Agustus 2015

Pembimbing: Tanda Tangan

1. Minasari, drg., MM ………..

NIP: 19581119 198803 2 001

2. Sri Amelia, dr., M.Kes ………..

(5)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 27 Agustus 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Minasari, drg., MM

ANGGOTA : 1. Sri Amelia, dr., M.Kes

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

senantiasa memberikan berkat, anugerah, dan kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kedokteran Gigi.

Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada

Minasari, drg., MM dan Sri Amelia, dr., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam memberikan bimbingan,

saran, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orangtua

tercinta, Sie Kok An dan Apriliwaty Limurti, dan kedua adik tercinta, Winnie Carey

dan Dyche Valora, yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat, dukungan,

dan bantuan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini.

Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan

bimbingan, pengarahan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan

ini, penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort, Ph.D, Sp.Ort selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Rehulina Ginting, drg., M.Si selaku Ketua Departemen Biologi Oral

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Yendriwati, drg., M.Kes, Lisna Unita, drg., M.Kes, Dr. Ameta Primasari,

drg., MDSc, M.Kes, dan Yumi Lindawati, drg., MDSc selaku staf pengajar

Departemen Biologi Oral dan Ibu Ngaisah serta Kak Dani Irma Suryani selaku staf

pegawai Departemen Biologi Oral yang telah memberi saran, masukan, dan

semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Nevi Yanti, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing akademis yang telah

(7)

bantuan, dan bimbingan kepada penulis.

6. Dr. Lia Iswara, dr, Sp.MK(K) selaku Kepala Departemen Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran USU yang telah memberikan izin penelitian, serta Ibu Rafidah,

Pak Sugianto, Bang Fikih, Bang Mirza, Bang Bambang selaku staf pegawai

Departemen Mikrobiologi FK USU atas bantuan, saran, dan masukan selama

penelitian berlangsung.

7. Sahabat-sahabat tersayang : Disti, Diah, Chindy, Tiffany, Windy, Agnes,

Wesley, Sandy, Abdul, dan Anisa atas doa, semangat, dan bantuan kepada penulis,

serta senior dan teman-teman FKG USU angkatan 2011 lainnya terutama

melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Biologi Oral : Frischa, Raeesa,

Melissa, Elisabeth, Ashvina, Nirosa, Wibowo, Ayu, Agnes, Kak Beatrics, Kak Ervi,

Bang Joseph, Bang Eka, Bang Yoshua, Kak Novelya, Kak May, dan Kak Aryani atas

bantuan, doa, dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang

lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini

dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan

ilmu kedokteran gigi, dan masyarakat.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

(8)

Halaman

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jintan Hitam ... 5

2.1.2 Morfologi Tanaman Jintan Hitam ... 6

2.1.3 Kandungan Kimia Jintan Hitam ... 7

2.1.4 Aktivitas Antifungal Jintan Hitam ... 8

2.2Denture Stomatitis ... 9

2.3Candida albicans ... 11

2.3.1 Klasifikasi Candida albicans ... 12

2.3.2 Morfologi Candida albicans ... 13

2.3.3 Patogenesis Candida albicans ... 15

2.4Landasan Teori ... 16

(9)

3.2.1 Tempat Penelitian ... 20

3.2.2 Waktu Penelitian ... 20

3.3Sampel dan Besar Sampel ... 20

3.3.1 Sampel Penelitian ... 20

3.3.2 Besar Sampel ... 21

3.4Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 22

3.4.1 Kriteria Inklusi... 22

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 22

3.5Variabel Penelitian... 22

3.5.1 Variabel Bebas... 22

3.5.2 Variabel Terikat ... 23

3.5.3 Variabel Terkendali ... 23

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali ... 23

3.6Definisi Operasional Penelitian ... 24

3.7Alat dan Bahan Penelitian ... 26

3.7.1 Alat-alat Penelitian ... 26

3.7.2 Bahan-bahan Penelitian ... 27

3.8Prosedur Penelitian ... 28

3.8.1 Isolasi Candida albicans dari Denture Stomatitis ... 28

3.8.2 Pembuatan Ekstrak Jintan Hitam... 30

3.8.3 Pengujian Ekstrak Jintan Hitam terhadap Candida albicans 33

3.9Pengolahan dan Analisa Data ... 37

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 38

4.1Nilai KHM dan KBM Ekstrak Jintan Hitam terhadap Candida albicans DentureStomatitis ... 39

4.2Nilai KHM dan KBM Ekstrak Jintan Hitam terhadap Candida albicans (ATCC® 10231™) ... 42

(10)

Tabel Halaman

1 Hasil pengujian nilai KHM ekstrak jintan hitam terhadap Candida

albicans denture stomatitis ... 40

2 Hasil pengujian nilai KBM ekstrak jintan hitam terhadap Candida

albicans denture stomatitis ... 41

3 Rata-rata nilai KHM dan KBM ekstrak jintan hitam terhadap Candida

albicans denture stomatitis ... 41

4 Hasil pengujian nilai KHM ekstrak jintan hitam terhadap Candida

albicans (ATCC® 10231™) ... 42 5 Hasil pengujian nilai KBM ekstrak jintan hitam terhadap Candida

albicans (ATCC® 10231™) ... 43 6 Rata-rata nilai KHM dan KBM ekstrak jintan hitam terhadap Candida

albicans (ATCC® 10231™) ... 44 7 Perbedaan rata-rata nilai KHM dan KBM ekstrak jintan hitam terhadap

Candida albicans denture stomatitis dan Candida albicans (ATCC®

(11)

Gambar Halaman

1 Tanaman jintan hitam ... 6

2 Biji jintan hitam ... 7

3 Struktur kimia senyawa aktif biji jintan hitam (A) timokuinon, (B) timol, dan (C) karvakrol ... 8

4 Newton’s type I ... 10

5 Newton’s type II ... 10

6 Newton’s type III ... 11

7 Candida albicans (A) yang ditanam dalam Sabouraud Dextrosa Agar (SDA), (B) dilihat secara mikroskopis (ditanam dalam Corn Meal Agar) ... 12

8 Ilustrasi bentuk morfologi dari Candida albicans (A) bentuk ragi, (B) pseudohifa, dan (C) hifa ... 13

9 Dinding sel Candida albicans ... 14

10 Isolasi daerah denture stomatitis ... 28

11 Penanaman pada media SDA (A) dengan metode goresan berulang, (B) koloni yang tumbuh setelah diinkubasi 24 jam ... 29

12 Pengamatan mikroskopis Candida albicans yang ditanam pada media CMA (pembesaran 40x) (1) sel ragi, (2) blastospora, (3) klamidospora, (4) hifa ... 30

13 Biji jintan hitam (A) diblender, (B) telah menjadi bubuk ... 31

14 Pemasangan alat perkolasi ... 32

(12)

18 Deretan tabung reaksi setelah diinkubasi selama 24 jam ... 35

19 Hasil inkubasi tabung reaksi selama 24 jam (A) tidak terbentuk

endapan, (B) terbentuk endapan ... 36

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Skema Alur Pikir

2. Skema Alur Penelitian

3. Kuesioner Penelitian

4. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

6. Surat Ethical Clearance

7. Hasil Skrining Penderita dan Pengamatan Sampel

(14)

Tahun 2015

Steffi Carey

Perbedaan Efek Ekstrak Jintan Hitam terhadap Candida albicans Denture

Stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™) xi + 55 halaman

Jintan hitam mempunyai efek fungistatis dan fungisidal. Hal ini disebabkan adanya

senyawa berupa timokuinon, timol, dan karvakrol. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui berapa konsentrasi Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans denture

stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™), serta untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efek ekstrak jintan hitam terhadap kedua jenis fungi tersebut.

Jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan post-test control group

design. Sampel yang digunakan biakan Candida albicans yang diisolasi dari denture

stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™), jumlah sampel masing-masing satu biakan fungi. Pengujian efek ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans

dilakukan dengan metode dilusi untuk mendapatkan berbagai konsentrasi ekstrak,

kemudian ditambahkan suspensi fungi setiap konsentrasi, dan dilakukan pengamatan

dan pengulangan tiga kali. Hasil penelitian rata-rata nilai KHM dan KBM ekstrak

jintan hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis masing-masing 50,00 ±

0,00 %, sedangkan KHM dan KBM terhadap Candida albicans (ATCC® 10231™) masing-masing 4,17 ± 1,80 % dan 9,38 ± 5,41 %. Hasil uji T tidak berpasangan

menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara nilai KHM dan KBM dari

ekstrak jintan hitam terhadap kedua jenis fungi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan ekstrak jintan hitam lebih efektif terhadap Candida albicans (ATCC®

10231™) bila dibandingkan dengan Candida albicans denture stomatitis. Kata kunci : jintan hitam, antifungal, KHM, KBM, Candida albicans

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Jintan hitam (Nigella sativa) merupakan tanaman herbal yang biasa digunakan

sebagai bumbu makanan dan memiliki berbagai efek untuk keperluan medis.1,2 Jintan

hitam berasal dari daerah Eropa Selatan, Afrika Utara, dan barat daya dari Asia, serta

telah dibudidaya didaerah Mediteranian, Eropa Utara, India, Pakistan, Syria, Turki,

dan Arab Saudi.3 Menurut Badan Pusat Statistik (2005), penggunaan tanaman jintan

hitam di Indonesia pada industri besar dan menengah sebesar 274 ton. Selain itu,

perkiraan kebutuhan konsumsi tanaman ini untuk bumbu pada tahun 2008 yaitu

sebesar 226 ton dengan konsumsi per kapita per tahun sebesar 0,001 kg.Di Indonesia,

jintan hitam tersedia di pasar tradisional dan di impor dari negara India.4

Jintan hitam banyak digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai

penyakit.1,3,5-9 Beberapa penelitian telah dilaporkan mengenai aktivitas biologis dari

jintan hitam, salah satunya sebagai antifungal.2,3,5-10 Adapun senyawa aktif yang

terdapat dalam jintan hitam yaitu timokuinon, timohidrokuinon, ditimokuinon, timol,

karvakrol,1-3,5-7,9,10 p-cymene,1,3,5-7,10 alpha-pinen,1,3,7,9,10 4-terpineol, t-anethol,

longifolene, dll.3,6 Dari senyawa aktif tersebut, zat yang mempunyai efek antifungal

yaitu timokuinon,3,10,11 timol,11,12 dan karvakrol.12

Oral candidiasis adalah penyakit infeksi oportunistik pada rongga mulut yang

disebabkan oleh infeksi jamur Candida.13,14 Etiologi utama oral candidiasis adalah

Candida albicans yang merupakan flora normal dalam rongga mulut manusia.13-16

Namun, apabila jamur ini tumbuh berlebihan, maka jamur ini akan menjadi patogen

oportunistik.13-15 Pertumbuhan jamur yang berlebihan merupakan tanda telah terjadi

perubahan pada rongga mulut dan perubahan ini disebut faktor predisposisi.16-18

Adapun faktor predisposisi lokal terjadinya oral candidiasis yaitu pemakaian gigi

tiruan, penggunaan obat steroid secara inhalasi, laju aliran saliva yang berkurang,

(16)

predisposisi sitemik yaitu pertambahan usia, perokok, penderita diabetes melitus yang

tidak terkontrol, imunosupresi, defisiensi nutrisi, serta pengunaan antibiotik spektrum

luas dalam jangka waktu yang lama.13,17,18

Pada umumnya, penyakit ini sering ditemukan pada orang yang berusia lanjut

dimana sistem imun mengalami penurunan, serta pada pemakai gigi tiruan yang tidak

dilepas dan dibersihkan.13-16 Oral candidiasis yang berhubungan dengan pemakaian

gigi tiruan disebut chronic atrophic candidiasis atau yang lebih dikenal dengan

Denture Stomatitis (DS).13,16,18,19 Insidensi terjadinya DS yaitu 65-70% dari pemakai

gigi tiruan.13,18 Penelitian Bhat dkk (2013) di India mengemukakan dari 55 orang

pemakai gigi tiruan penuh, 27 orang (50%) diantaranya menderita DS. Dari 27 orang

penderita tersebut, 13 orang (48%) diantaranya positif Candida albicans.19 Penelitian

Monroy dkk (2005) di Meksiko mengemukakan dari 50 orang penderita DS, pada

membran mukosa penderita ditemukan Candida albicans 51,4%, Staphylococcus

aureus 52,4%, dan Streptococcus mutans 67,6%, sedangkan pada gigi tiruan

penderita ditemukan Candida albicans 66,7%, serta Staphylococcus aureus dan

Streptococcus mutans masing-masing 49,5%.20

Denture stomatitis dapat mengakibatkan rasa nyeri, rasa tidak nyaman pada

mulut, gangguan pengecapan, dan sulitnya menelan makanan.13,16,17 Pada pasien

imunosupresi, infeksi dapat menyebar melalui pembuluh darah dan sistem

gastrointestinal sehingga menyebabkan infeksi sistemik dan angka kematian akibat

infeksi sistemik yaitu 71-79%.13 Penyakit DS dapat diobati dengan menggunakan

obat-obat antifungal seperti Nystatin ataupun obat-obatan golongan azole seperti

Fluconazole, Clotrimazole, Ketoconazole, dll. Akan tetapi, obat-obatan tersebut

mempunyai efek samping yaitu timbulnya gangguan pada sistem gastrointestinal

seperti mual, muntah, dan diare, serta efek samping terberat adalah hepatotoksik dan

resistensi obat.12,13 Oleh karena itu, para peneliti lebih banyak beralih untuk meneliti

tanaman herbal karena dianggap lebih aman untuk dikonsumsi daripada obat modern

dengan tujuan untuk mengurangi efek samping pada tubuh.12

Penelitian Mashhadian dan Rakhshandeh (2005) di Iran mengemukakan

(17)

albicans yang berasal dari luka, vagina, urin, dan tenggorokan.12 Penelitian Raval,

Shah, Suthar, dan Ganure (2010) di India juga mengemukakan ekstrak jintan hitam

dapat menghambat pertumbuhan beberapa strain fungi, salah satunya diperoleh dari

Microbial Type Culture Collection (MTCC) yaitu Candida albicans-MTCC-183.10

Penelitian Haloci, Manfredini, Toska, Vertuani, Ziosi, Topi, dan Kolani (2012) di

Italia mengemukakan ekstrak biji jintan hitam mempunyai efek antimikroba

terhadap Candida albicans (ATCC® 2091™).2 Penelitian Rahmawati, Al-Anwary, dan Sasongkowati (2012) di Surabaya, Indonesia juga mengemukakan adanya pengaruh

pemberian infusa (rebusan) jintan hitam terhadap pertumbuhan Candida albicans

yang diambil dari biakan murni. Pada penelitian Rahmawati didapat nilai Kadar

Hambat Minimum (KHM) adalah 20% sedangkan nilai Kadar Bunuh Minimum

(KBM) adalah 40%.11

Dari penelitian terdahulu, dapat diketahui bahwa jintan hitam mempunyai

efek terhadap Candida albicans. Namun, belum terdapat penelitian yang

menggunakan Candida albicans yang diisolasi dari pasien denture stomatitis dan

Candida albicans yang dihasilkan oleh American Type Culture Collection, yaitu

Candida albicans (ATCC® 10231™). Selain itu, belum terdapat penelitian yang membandingkan tentang strain fungi yang diisolasi dari denture stomatitis dan biakan

murni. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Perbedaan efek ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis dan Candida

albicans (ATCC® 10231™)”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah terdapat perbedaan efek ekstrak jintan

hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis dan Candida albicans (ATCC®

(18)

1.3Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui berapa konsentrasi Kadar Hambat Minimum (KHM)

dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dari ekstrak jintan hitam terhadap Candida

albicansdenture stomatitis.

2. Untuk mengetahui berapa konsentrasi Kadar Hambat Minimum (KHM)

dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dari ekstrak jintan hitam terhadap Candida

albicans (ATCC® 10231™).

b. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efek ekstrak jintan hitam

terhadap Candida albicans denture stomatitis dan Candida albicans (ATCC®

10231™).

1.4Hipotesa Penelitian

Hα : Terdapat perbedaan efek ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™).

1.5Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan mendapatkan nilai KHM

dan KBM dari ekstrak jintan hitam terhadap pertumbuhan Candida albicans denture

stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™).

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Jintan Hitam

Jintan hitam merupakan tanaman herbal yang memiliki nama ilmiah Nigella

sativa, dan terkenal memiliki efek jika digunakan untuk keperluan medis, dan sudah

terbiasa digunakan sebagai bumbu makanan.1,2 Tanaman jintan hitam adalah tanaman

yang berasal dari daerah Eropa Selatan, Afrika Utara, dan daerah barat daya dari

benua Asia. Jintan hitam telah dibudidaya di berbagai wilayah, diantaranya daerah

Mediteranian, Eropa Utara, India, Pakistan, Syria, Turki, dan Arab Saudi.3 Tanaman

yang memiliki nama Latin Nigella sativa ini juga dikenal dengan nama Kalonji di

daerah Asia tenggara, Habbah-Al-Sauda di Arab Saudi, dan Black Cumin di

Inggris.7,21

Jintan hitam banyak digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai

penyakit.1,3,5-9 Beberapa penelitian telah dilaporkan mengenai aktivitas biologis dari

jintan hitam, antara lain sebagai diuretik, antihipertensi, imunomodulator,3,5-7

antidiabetes, spasmolitik, bronkodilator, hepatoprotektif, analgetik, dan antiulser.3,5-8

Selain itu, ada juga penelitian yang mengemukakan bahwa jintan hitam mempunyai

efek antihiperlipidemia,8 antiparasit,7-10 antioksidan, antiinflamasi, antikanker,

antimikroba, dan antifungal.2,3,5-10

2.1.1Klasifikasi Tanaman Jintan Hitam

Berdasarkan ilmu taksonomi tumbuhan, tanaman jintan hitam (Nigella sativa)

dapat diklasifikasikan menjadi:21

 Kingdom : Plantae

 Divisi : Magnoliophyta

 Kelas : Magnoliopsida

(20)

 Family : Ranunculalceae

 Genus : Nigella

 Species : Nigella sativa

Gambar 1. Tanaman Jintan Hitam1

2.1.2Morfologi Tanaman Jintan Hitam

Jintan hitam merupakan tanaman herbal yang berbunga secara tahunan.

Tanaman ini tumbuh dengan tinggi 20-90 cm dan daunnya terbagi dua secara halus

dengan segmen daun yang linear.3,9 Panjang daun tanaman ini sekitar 2,5-5,0 cm.5

Jintan hitam memiliki bunga yang halus dan biasanya berwarna berwarna putih,

kuning, merah muda, biru muda ataupun ungu muda.3,9 Bunga jintan hitam memiliki

panjang 2,0-2,5 cm dengan 5-10 kelopak.3,5,9 Buah jintan hitam merupakan suatu

kapsul besar yang terdiri dari 3-7 folikel yang bersatu dan masing-masing kapsul

berisi banyak biji.3,9 Biji jintan hitam berukuran kecil, berbentuk lonjong dan bersudut

dengan panjang 2-3,5 mm dan lebar 1-2 mm. Biji jintan hitam berwarna hitam bila

dilihat dari luar dan berwarna putih pada bagian dalamnya. Permukaan bijinya rata

dengan bau yang sedikit aromatik dan rasa yang pahit.3,5,21

(21)

pada tanah yang kering dari bulan November sampai dengan bulan April dan biji

jintan hitam memerlukan waktu 10-15 hari untuk berkecambah. Jintan hitam

berbunga dan berbuah dari bulan Januari sampai dengan bulan April.5,21 Jintan hitam

dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim dingin dan kering sampai daerah

yang panas dan lembab. Adapun pH tanah yang sesuai untuk menumbuhkan jintan

hitam adalah sekitar 7,0-7,5.1

Gambar 2. Biji Jintan Hitam5

2.1.3Kandungan Kimia Jintan Hitam

Komposisi kimia dari biji jintan hitam ditemukan terdiri dari 30% minyak

statis dan minyak atsiri dengan rata-rata 0,5% dan maksimalnya 1,5%.7,9 Minyak

statis mengandung linoleic acid 55,6%, oleic acid 23,4%, palmitic acid 12,5%.5

Minyak atsiri terdiri dari senyawa aktif seperti timokuinon, timohidrokuinon,

ditimokuinon, timol, karvakrol,1-3,5-7,9,10 p-cymene,1,3,5-7,10 alpha-pinen,1,3,7,9,10

4-terpineol, t-anethol, longifolene, dll.3,6 Selain zat aktif, biji jintan hitam juga

mengandung alkaloid isokuinolin seperti nigellicimine1,3,6,7 dan nigellimine-N-oxide

serta alkaloid pirazol yaitu nigellidine dan nigellicine.1-3,5-7,9 Dari senyawa-senyawa

tersebut, timokuinon merupakan senyawa terbanyak yaitu sebesar 54%. Biji jintan

hitam juga kaya akan kandungan flavonoid, tanin, asam lemak essensial, asam amino

essensial, asam askorbik, zat besi, kalsium, natrium, dan kalium.9 Biji jintan hitam

(22)

(33-34%), serat (4,5-6,5%), saponin (0,013%), moisture (5-7%).10

Gambar 3. Struktur kimia senyawa aktif biji jintan hitam(A) timokuinon,(B) timol, dan (C) karvakrol5,9

2.1.4Aktivitas Antifungal Jintan Hitam

Dari senyawa aktif yang telah diuraikan, senyawa yang mempunyai efek

antifungal yaitu timokuinon,3,10,11 timol,11,12 dan karvakrol.12 Hampir seluruh aktivitas

biologi dari jintan hitam ditunjukkan oleh senyawa timokuinon.3,9 Timokuinon adalah

senyawa yang melimpah dalam minyak atsiri jintan hitam dan dikenal sebagai

senyawa yang berperan aktif sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan juga antikanker.

Selain itu, timokuinon juga menunjukkan aktivitas antibakteri dan antifungal.3,10,22

Mekanisme timokuinon sebagai antifungal adalah dengan menghambat germinasi

spora.Timokuinon juga dapat mencegah terbentuknya biofilm jamur.22

Selain timokuinon, senyawa lain yang mempunyai efek antifungal adalah

timol dan karvakrol. Mekanisme timol dan karvakrol sebagai antifungal adalah

dengan menghambat sintesis ergosterol. Ergosterol adalah komponen sterol utama

dari membran sel jamur yang berfungsi untuk mempertahankan integritas dan fungsi

sel jamur. Dengan terhambatnya sintesis ergosterol, maka akan menyebabkan

kematian sel jamur.12

Selain dengan menghambat sintesis ergosterol, timol yang merupakan

senyawa fenol, mempunyai kemampuan untuk meracuni protoplasma, merusak, dan

(23)

juga dapat mendenaturasi enzim yang bertanggung jawab terhadap germinasi spora

atau berpengaruh terhadap asam amino yang terlibat dalam proses germinasi.11 Selain

itu, senyawa fenol juga dapat mendenaturasi ikatan protein pada membran sel,

sehingga membran sel menjadi lisis dan memungkinkan fenol untuk menembus ke

dalam inti sel. Masuknya fenol ke dalam inti sel akan menyebabkan jamur tidak

berkembang.23

2.2Denture Stomatitis

Oral candidiasis adalah penyakit infeksi oportunistik rongga mulut yang

disebabkan infeksi jamur Candida.13,14 Oral candidiasis diklasifikasikan menjadi

acute candidiasis, chronic candidiasis, dan angular cheilitis. Acute candidiasis

terbagi dua yaitu acute pseudomembranous candidiasis dan acute atrophic

candidiasis, sedangkan chronic candidiasis terbagi menjadi chronic hyperplastic

candidiasis, chronic atrophic candidiasis, dan median rhomboid glossitis.13,17 Oral

candidiasis yang berhubungan dengan pemakaian gigi tiruan adalah chronic atrophic

candidiasis atau yang dikenal dengan denture stomatitis.13,16,18,19

Denture stomatitis ditandai dengan adanya eritema lokal yang kronis pada

jaringan yang tertutup gigi tiruan.13,16,24 Penyakit ini biasanya terjadi pada bagian

palatal ataupun jaringan rahang atas, namun bisa juga terjadi pada jaringan di rahang

bawah.13,21,25 Denture stomatitis disebabkan oleh pertumbuhan jamur Candida yang

berlebihan.13-15,17 Spesies jamur Candida yang paling berperan dalam menyebabkan

terjadinya penyakit ini adalah Candida albicans.13,14,16 Insidensi terjadinya denture

stomatitis ditemukan 65-70% dari pemakai gigi tiruan.13,18

Pemakaian gigi tiruan yang tidak dilepas dan dibersihkan akan membentuk

kondisi ideal bagi pertumbuhan jamur. Jamur akan melekatkan diri pada basis gigi

tiruan dan aliran saliva yang sedikit pada daerah itu menyebabkan pembersihan pada

daerah tersebut berkurang.13,15,18 Aliran saliva yang berkurang akan menyebabkan

gangguan pada flora normal rongga mulut. Selain itu, rendahnya derajat keasaman

(24)

Candida, serta mempermudah perlekatan Candida.15 Jika gigi tiruan tersebut longgar,

maka akan menyebabkan iritasi friksi yang dapat melukai mukosa sehingga jamur

mempunyai kesempatan untuk menginfiltrasi jaringan dan menyebabkan infeksi.18,19

Berdasarkan berat inflamasi yang terjadi, lesi denture stomatitis dapat dibagi

menjadi tiga tipe, yaitu: 24,25

1. Eritema pin poin pada mukosa yang ditutupi gigi tiruan (Newton’s type I),

Gambar 4. Newton’s type I24

2. Eritema difus dan odem pada sebagian besar atau seluruh permukaan

mukosa yang ditutupi gigi tiruan (Newton’s type II),

(25)

3. Hiperplasia papila dan inflamasi, umumnya terjadi pada bagian sentral

dari palatum keras dan pada linggir alveolar (Newton’s type III).

Gambar 6. Newton’s type III24

2.3Candida albicans

Candida merupakan flora normal yang terdapat pada bagian tubuh manusia

seperti kulit, rongga mulut, saluran pencernaan, vagina, dan usus.25-28 Terdapat

sekitar 154 spesies jamur Candida, namun tidak semuanya menimbulkan infeksi

rongga mulut.27 Beberapa jamur Candida yang ditemukan dalam infeksi rongga mulut

diantaranya yaitu Candida albicans, Candida tropicalis, Candida glabrata, Candida

pseudotropicalis, Candida guillierimondii, Candida krusei, Candida lusitaniae,

Candida parapsilosis, dan Candida stellatoidea.17 Dari beberapa spesies jamur

tersebut, Candida albicans merupakan spesies yang paling banyak ditemukan pada

rongga mulut.14-16 Adapun insidensi ditemukannya Candida albicans dari rongga

mulut yaitu 45% pada neonatal, 45-65% pada anak-anak yang sehat, 30-45% pada

orang dewasa yang sehat, 50-65% pada pemakai gigi tiruan lepasan, 90% pada pasien

leukemia akut yang sedang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV.13

Selain ditemukan di rongga mulut, Candida albicans juga diproduksi oleh

(26)

albicans (ATCC® 10231™). Candida albicans (ATCC® 10231™) jenis ini hanya ditujukan untuk penelitian, dan bukan untuk tujuan diagnostik ataupun terapeutik,

baik pada manusia ataupun pada hewan.29

2.3.1 Klasifikasi Candida albicans

Berdasarkan ilmu taksonomi, Candida albicans diklasifikasikan menjadi:27

 Kingdom : Fungi

 Filum : Ascomycota

 Subfilum : Ascomycotina

 Kelas : Ascomycetes

 Ordo : Saccharomycetales

 Famili : Saccharomycetaceae

 Genus : Candida

 Spesies : Candida albicans

Gambar 7. Candida albicans

(27)

2.3.2 Morfologi Candida albicans

Candida albicans ditemukan memiliki tiga bentuk, yaitu sebagai ragi, hifa,

atau pseudohifa sebagai bentuk intermediat.26,27 Beberapa ahli mengelompokkan hifa

dan pseudohifa sebagai satu kelompok, sehingga Candida albicans sering disebut

sebagai jamur dimorfik.14,25-28 Sel jamur Candida albicans adalah uniseluler dengan

bentuk bulat atau lonjong, dan biasanya membentuk koloni berwarna putih dengan

permukaan yang halus.27 Reproduksi sel jamur dilakukan dengan cara membelah diri

secara mitosis atau budding, dimana dari satu sel induk membelah diri menjadi dua

sel anak. Selain itu, Candida albicans juga memiliki kemampuan untuk membentuk

spora seperti blastospora dan klamidospora.27,28 Sel ragi atau blastospora berbentuk

bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 µ x 3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28

µ, sedangkan sel klamidospora berdinding tebal dan bergaris tengah sekitar 8-12 µ.28

Gambar 8. Ilustrasi bentuk morfologi dari Candida albicans (A) bentuk ragi, (B) pseudohifa, dan (C) hifa27

Pada medium padat seperti Sabouraud Dextrose Agar (SDA), koloni Candida

albicans umumnya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin,

dan kadang sedikit berlipat terutama pada koloni yang berusia tua. Koloni Candida

albicans berwarna putih kekuningan dan berbau asam seperti aroma tape.25,28 Pada

media Corn Meal Agar (CMA), terbentuk klamidospora dalam waktu 24-36 jam.28,31

Candida albicans tumbuh pada suhu 37oC dalam kondisi aerob maupun anaerob.

Pada kondisi aerob, Candida albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang

yaitu 248 menit, sedangkan pada kondisi anaerob hanya 98 menit. Meskipun Candida

(28)

kecepatan pertumbuhannya menjadi lebih tinggi. Pertumbuhan juga lebih cepat pada

kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali.32,33

Untuk Candida albicans (ATCC® 10231™), koloni yang tumbuh pada media

Yeast Extract Peptone Dextrose (YEPD) ini berwarna krem, berkilau, dan halus. Pada

koloni yang berusia tua, ditemukan adanya struktur seperti filamen pada pinggir

koloni. Sel Candida albicans (ATCC® 10231™) ini berbentuk ovoid dengan ukuran 3-6 x 4-8 µm, dan biasanya selalu sendiri dan jarang berkelompok pada sel yang muda.

Sel ini kemudian akan mengalami elongasi dan membentuk pseufohifa yang

bercabang pada kultur yang tua.29

Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung jamur dan sebagai

target dari beberapa obat antifungal. Selain itu, dinding sel juga berperan dalam

proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dari dinding

sel adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel dari lingkungannya. Candida

albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks dengan tebal 100-400 µm.

Komposisi primer terdiri dari glukan, manan, dan khitin. Manan dan protein

berjumlah sekitar 15,2-30% dari berat kering dinding sel, β-1,3-D-glukan dan β -1,6-D-glukan sekitar 47-60%, khitin sekitar 0,6-9%, protein 6-25% dan lipid 1-7%. Segal

dan Bavin (1994) memperlihatkan dinding sel Candida albicans terdiri dari lima

lapisan yang berbeda (Gambar 6).28

(29)

Membran sel Candida albicans terdiri dari lapisan fosfolipid ganda. Membran

protein ini memiliki aktivitas enzim sperti manan sintase, khitin sintase, glukan

sintase, Adenosine Triphosphatase (ATPase), dan protein yang mentransport fosfat.28

Selain itu, terdapat membran sterol pada dinding sel yang berfungsi menghasilkan

ergosterol, yang berperan sebagai target beberapa obat antifungal.13,28 Mitokondria

merupakan pembangkit daya sel. Dengan menggunakan energi dari penggabungan

oksigen dengan makanan, organel memproduksi Adenosine Triphosphatase (ATP).28

Nukleus Candida albicans merupakan organel paling menonjol dalam sel dan

dipisahkan dari sitoplasma oleh dua lapisan membran. Deoxyribonucleic Acid (DNA)

kromosom disimpan dalam nukleus, terkemas dalam serat-serat kromatin. Isi nukleus

berhubungan dengan sitosol melalui pori-pori nukleus. Vakuola berperan dalam

sistem pencernaan sel, sebagai tempat penyimpanan lipid dan granula polifosfat.

Mikrotubul dan mikrofilamen berada dalam sitoplasma. Pada Candida albicans,

mikrofilamen berperan penting dalam terbentuknya perpanjangan hifa.28

2.3.3Patogenesis Candida albicans

Tahap pertama dalam proses infeksi Candida albicans ke tubuh hewan atau

manusia adalah tahap adhesi atau perlekatan.28,33 Kemampuan Candida albicans

melekat pada sel pejamu merupakan tahap penting dalam pembentukan koloni dan

penyerangan atau invasi ke sel pejamu. Dinding sel merupakan bagian sel dari

Candida albicans yang pertama berinteraksi dengan sel pejamu.33 Interaksi antara

mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel

mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan

molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Kitin, komponen kecil

yang terdapat dalam dinding sel juga berperan dalam aktifitas adhesif.28

Setelah tahap perlekatan, Candida albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel

mukosa. Dalam hal ini, enzim yang berperan adalah aminopeptidase dan asam

fosfatase. Proses selanjutnya setelah tahap penetrasi tergantung pada ketahanan tubuh

(30)

predisposisi, maka keadaan tersebut akan memudahkan invasi Candida albicans ke

dalam jaringan tubuh pejamu.28 Pada tahap invasi, blastospora akan berkembang

menjadi pseudohifa dan tekanan dari pseudohifa akan merusak jaringan sehingga

invasi ke dalam jaringan dapat terjadi.28,33 Virulensi ditentukan oleh kemampuan

jamur tersebut merusak dan ivasi ke dalam jaringan. Adapun enzim-enzim yang

berperan sebagai faktor virulensi yaitu proteinase, lipase, dan fosfolipase.28

2.4Landasan Teori

Jintan hitam adalah tanaman herbal yang digunakan sebagai bumbu makanan

dan memiliki berbagai efek untuk keperluan medis. Beberapa penelitian telah

dilaporkan mengenai aktivitas biologis dari jintan hitam, salah satunya adalah

antifungal. Komposisi minyak atsiri jintan hitam terdiri dari timokuinon (54%),

timohidrokuinon, ditimokuinon, timol, karvakrol,p-cymene,alpha-pinen, 4-terpineol,

t-anethol, longifolene, dll. Dari senyawa aktif tersebut, senyawa yang mempunyai

efek antifungal yaitu timokuinon, timol, dan karvakrol.

Timokuinon adalah senyawa yang berperan aktif sebagai antibakteri dan

antifungal. Mekanisme timokuinon sebagai antifungal adalah dengan menghambat

germinasi spora dan mencegah terbentuknya biofilm jamur. Timol dan karvakrol

berperan sebagai antifungal dengan menghambat sintesis ergosterol, menyebabkan

kematian sel jamur. Timol (senyawa fenol) mempunyai kemampuan untuk meracuni

protoplasma, merusak, dan menembus dinding sel, serta mengendapkan protein sel

mikroba. Selain itu, timol juga dapat mendenaturasi enzim yang berpengaruh

terhadap germinasi spora, mendenaturasi ikatan protein pada membran sel, sehingga

membran sel lisis dan memungkinkan fenol untuk menembus ke dalam inti sel.

Masuknya fenol ke dalam inti sel akan menyebabkan jamur tidak berkembang.

Oral candidiasis adalah penyakit infeksi oportunistik pada rongga mulut yang

disebabkan oleh infeksi jamur Candida.Oral candidiasis yang berhubungan dengan

pemakaian gigi tiruan dikenal dengan denture stomatitis. Denture stomatitis ditandai

(31)

terjadi pada jaringan rahang atas. Insidensi terjadinya denture stomatitis ditemukan

65-70% dari pemakai gigi tiruan. Berdasarkan beratnya inflamasi, denture stomatitis

dibagi menjadi tiga tipe, yaitu eritema pin poin, eritema difus dan odem, serta

hiperplasia papila dan inflamasi.

Candida albicans merupakan spesies jamur yang paling banyak ditemukan

pada rongga mulut dengan insidensi 50-65% pada pemakai gigi tiruan lepasan.

Candida albicans merupakan jamur dimorfik, uniseluler dengan bentuk bulat atau

lonjong, biasanya membentuk koloni berwarna putih dengan permukaan halus.Pada

media SDA, koloni berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin,

berwarna putih kekuningan, dan berbau asam seperti aroma tape. Pada media CMA,

akan terbentuk klamidospora dalam waktu 24-36 jam.

Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung, target beberapa

obat antifungal, serta berperan dalam proses penempelan dan kolonisasi. Selain itu,

terdapat membran sterol yang menghasilkan ergosterol yang berperan sebagai tempat

kerja beberapa obat antifungal. Adapun tahap pertama dalam proses infeksi Candida

albicans adalah tahap adhesi dimana dinding sel berinteraksi dengan sel pejamu.

Setelah tahap adhesi, Candida albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel mukosa.

Proses setelah tahap penetrasi tergantung pada ketahanan tubuh sel pejamu. Jika

ketahanan tubuh tidak baik, maka memudahkan invasi Candida ke dalam jaringan.

Pada tahap invasi, blastospora berkembang menjadi pseudohifa dan tekanan

(32)
(33)

2.5 Kerangka Konsep

(34)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan

penelitian post-test control group design.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1Tempat Penelitian

Pembuatan ekstrak jintan hitam dilakukan di Laboratorium Obat Tradisional

Fakultas Farmasi USU, pengambilan sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Oral

Fakultas Kedokteran Gigi USU, sedangkan penanaman dan pengujian sampel

dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang diperlukan adalah ± 3 bulan, yaitu dari bulan April

sampai bulan Juni 2015.

3.3Sampel dan Besar Sampel

3.3.1Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang digunakan adalah biakan Candida albicans yang

diisolasi dari pasien denture stomatitis, serta biakan Candida albicans (ATCC®

(35)

3.3.2Besar Sampel

Dalam menghitung besar sampel penelitian eksperimental digunakan rumus

Federer. Rumus besar sampel Federer yaitu:34

Dimana t = jumlah perlakuan dan r = jumlah replikasi

Penelitian ini menggunakan 12 kelompok perlakuan yaitu:

1. Kelompok 1 : Ekstrak jintan hitam 100% (5 g/100ml)

2. Kelompok 2 : Ekstrak jintan hitam 50% (3,3 g/100ml)

3. Kelompok 3 : Ekstrak jintan hitam 25% (2,5 g/100ml)

4. Kelompok 4 : Ekstrak jintan hitam 12,5% (2 g/100ml)

5. Kelompok 5 : Ekstrak jintan hitam 6,25% (1,67 g/100ml)

6. Kelompok 6 : Ekstrak jintan hitam 3,125% (1,43 g/100ml)

7. Kelompok 7 : Ekstrak jintan hitam 1,562% (1,25 g/100ml)

8. Kelompok 8 : Ekstrak jintan hitam 0,781% (1,1 g/100ml)

9. Kelompok 9 : Ekstrak jintan hitam 0,390% (1 g/100ml)

10. Kelompok 10 : Ekstrak jintan hitam 0,195% (0,91 g/100ml)

11. Kelompok 11 : Formaldehyd 40% sebagai kontrol negatif

12. Kelompok 12 : Aquades sebagai kontrol positif

Jadi, jumlah perlakuan (t) = 12, maka

(t – 1) (r – 1) ≥ 15 (12 – 1)(r – 1) ≥ 15

r – 1 ≥ 1,36 r ≥ 2,36

r ≥ 3

Jumlah sampel yang diperlukan adalah satu sampel biakan Candida albicans

yang diisolasi dari pasien denture stomatitis, serta satu sampel biakan Candida

albicans (ATCC® 10231™), dengan jumlah replikasi untuk masing-masing sampel yaitu tiga kali pengulangan untuk mencegah terjadinya bias.

(36)

3.4Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1Kriteria Inklusi

1. Sampel adalah biakan Candida albicans yang diisolasi dari penderita

denture stomatitis dengan kriteria penderita sebagai berikut:

a. Laki-laki atau perempuan berusia 50-70 tahun

b. Memakai gigi tiruan penuh

c. Sudah memakai gigi tiruan lebih dari 1 tahun

d. Gigi tiruan longgar (tidak cekat)

e. Tidak meminum obat antifungal sebelum penelitian

f. Bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed

consent

2. Sampel dapat tumbuh pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan

pada Corn Meal Agar (CMA)

3. Pada media SDA, koloni Candida albicans berbentuk bulat dengan

permukaan sedikit cembung, halus, licin, kadang-kadang sedikit

berlipat-lipat terutama pada koloni yang berusia tua, berwarna putih kekuningan,

dan berbau asam seperti aroma tape

4. Pada media Corn Meal Agar (CMA), terbentuk klamidospora berdinding

tebal dalam waktu 24-36 jam

3.4.2Kriteria Eksklusi

1. Sampel yang tumbuh dari penderita denture stomatitis adalah sampel

bakteri

2. Sampel yang tumbuh dari penderita denture stomatitis adalah sampel

Candida non-albicans

3.5Variabel Penelitian

3.5.1Variabel Bebas

(37)

3.5.2Variabel Terikat

1. KHM dan KBM ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans denture

stomatitis

2. KHM dan KBM ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans (ATCC®

10231™)

3.5.3Variabel Terkendali

1. Media pertumbuhan Candida albicans yaitu SDA pada piring petri

2. Suhu inkubasi untuk menumbuhkan Candida albicans yaitu 37oC

3. Waktu pengkulturan yaitu 24 jam

4. Penggunaan alat, bahan, dan media yang steril

5. Waktu pengamatan setelah 24 jam

6. Teknik pengisolasian dan pengkulturan

3.5.4Variabel Tidak Terkendali

1. Lamanya penyimpanan biji jintan hitam

2. Keadaan tanah, curah hujan, dan lingkungan asal tanaman

3. Frekuensi pasien membersihkan gigi tiruan dan melakukan kumur-kumur

(38)

3.6Definisi Operasional Penelitian

1. Denture stomatitis (DS) adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur dan

ditandai dengan adanya eritema lokal yang kronis pada jaringan yang tertutup gigi

tiruan. Denture stomatitis biasanya terjadi pada bagian palatal (rahang atas), namun

bisa juga terjadi pada jaringan di rahang bawah.

2. Biofilm adalah struktur komunitas mikrobial yang berikatan erat pada

permukaan gigi tiruan dan tertanam dalam matriks polimer ekstraseluler. Biofilm

terdiri dari campuran bermacam sel, termasuk ragi, pseudohifa, sel hifa dan matriks

ekstraseluler yang terdiri dari polisakarida dan protein.

3. Candida albicans adalah salah satu jenis spesies jamur yang ditemukan

sebagai flora normal pada tubuh manusia. Candida albicans merupakan jamur Variabel Bebas

Ekstrak jintan hitam dalam berbagai konsentrasi

Variabel Terikat

1. KHM dan KBM ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis

2. KHM dan KBM ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans

(ATCC® 10231™)

Variabel Terkendali

1. Media pertumbuhan Candida

albicans yaitu SDA pada piring petri

2. Suhu inkubasi untuk menumbuhkan

Candida albicans yaitu 37oC 3. Waktu pengkulturan yaitu 24 jam 4. Penggunaan alat, bahan, dan media

yang steril

5. Waktu pengamatan setelah 24 jam

6. Teknik pengisolasian dan

(39)

dimorfik, uniseluler dengan bentuk bulat ataupun lonjong. Pada media cair, dikatakan

positif Candida albicans jika terbentuk endapan pada dasar tabung. Pada media

padat, Candida albicans positif bila terbentuk koloni bulat, halus, licin, berwarna

putih kekuningan, dan berbau asam seperti aroma tape.

4. Candida albicans (ATCC® 10231™) adalah produk yang dihasilkan oleh

American Type Culture Collection, dimana produk ini ditujukan hanya untuk

penelitian, bukan untuk tujuan diagnostik ataupun terapeutik.

5. Koloni adalah sekumpulan organisme baik uniseluler atau multiseluler,

baik sejenis maupun tidak, membentuk suatu kelompok dimana kelompok tersebut

tinggal di suatu daerah tertentu dan saling berhubungan satu sama lain.

6. Ekstrak jintan hitam adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati (jintan hitam) menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk

yang diperoleh memenuhi standar baku yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini,

digunakan ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,

3,125%, 1,562%, 0,781%, 0,390%, dan 0,195%.

7. Ekstraksi adalah penarikan zat kimia yang dapat larut sehingga terpisah

dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil ekstraksi disebut ekstrak.

8. Perkolasi adalah penyaringan yang dilakukan dengan mengalirkan cairan

penyaring melalui suatu lapisan atau saringan.

9. Maserasi adalah proses perendaman bubuk jintan hitam, menggunakan

pelarut organik pada temperatur ruangan. Proses ini bertujuan agar terjadi pemecahan

dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel, sehingga

metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik.

10.Formaldehyd merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO yang

berbentuk gas, atau bentuk cair yang dikenal dengan formalin, dan bentuk padatan

yang dikenal dengan paraformaldehyde atau trioxane.

11.Aquades adalah air yang sudah melalui proses penyulingan, memiliki

kandungan murni H2O, dan tidak mempunyai sifat antifungal.

(40)

menumbuhkan jamurdan berwarna kuning bening.

13.Corn Meal Agar (CMA) adalah media yang digunakan untuk

menumbuhkan jamur serta untuk melihat adanya pembentukan klamidospora atau

tidak. Klamidospora merupakan tanda khas dari Candida albicans.

14.Mueller Hinton Broth (MHB) adalah media yang biasa digunakan untuk

menumbuhkan berbagai jenis mikroorganisme, salah satunya Candida albicans.

15.Mikroskop cahaya adalah jenis mikroskop yang memanfaatkan cahaya

sebagai sumber energi agar dapat memperbesar bayangan objek. Mikroskop cahaya

menggunakan lensa untuk memusatkan cahaya pada objek yang akan diamati.

16.Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar

dari larutan. Pada penelitian ini, endapan terbentuk akibat dari tumbuhnya Candida

albicans dalam campuran larutan MHB dan ekstrak jintan hitam.

17.Fungistatis adalah bahan yang dapat menghambat pertumbuhan jamur.

18.Kadar Hambat Minimum (KHM) adalah konsentrasi terkecil dari suatu

bahan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau mencegah

multiplikasi mikroorganisme.

19.Fungisidal adalah bahan yang dapat digunakan untuk membunuh jamur.

20.Kadar Bunuh Minimum (KBM) adalah konsentrasi terkecil dari suatu

bahan yang dapat membunuh pertumbuhan mikroorganisme tertentu.

3.7Alat dan Bahan Penelitian

5. Beaker glass dan sendok pengaduk

6. Alat perkolasi

(41)

8. Panci, kompor, dan spatula pengaduk

9. Dry freezer

10.Masker dan sarung tangan

11.Batang kapas (cotton bud) steril

12.Medium transport (BHI)

13.Inkubator

14.Ose

15.Bunsen dan mancis

16.Sabouraud Dextrose Agar (SDA)

17.Mueller Hinton Broth (MHB)

18.Corn Meal Agar (CMA)

1. Biji jintan hitam 300 gram

2. Kertas perkamen 1 kajang

3. Etanol 96% 3 liter

4. Aluminium foil 1 lembar

5. Kapas 50 gram

6. Kertas saring 1 kajang

7. NaCl fisiologis 0,9% 500ml

8. Gelas plastik

9. Kertas label

10.Formaldehyd 40%

(42)

3.8Prosedur Penelitian

3.8.1Isolasi Candida albicans dari Pasien Denture Stomatitis

1. Subjek diminta untuk berkumur dengan NaCl 0,9% selama 15 menit.

2. Lakukan swab dengan menggunakan batang kapas steril pada daerah yang

terkena denture stomatitis (Gambar 10).

Gambar 10. Isolasi daerah denture stomatitis (Dokumentasi)

3. Masukkan batang kapas ke dalam medium transport dan dibawa ke

Laboratorium Mikrobiologi FK USU.

4. Di laboratorium dilakukan penanaman hasil isolasi pada media SDA

dengan metode goresan berulang (Gambar 11 (A)) untuk mendapatkan koloni

terpisah. Media kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC.

5. Amati apakah ada koloni yang tumbuh pada media tersebut. Apabila tidak

ada koloni yang tumbuh, lakukan kembali prosedur 1-4 dengan subjek yang berbeda.

Apabila ada koloni yang tumbuh (Gambar 11 (B)), maka dilakukan penanaman ulang

ke media CMA untuk memastikan spesies jamur yang tumbuh.

6. Media CMA yang telah ditanam jamur tersebut kemudian dimasukkan ke

dalam lemari pengeram pada suhu ruangan selama 3 hari. Setelah 3 hari, dilakukan

(43)

Gambar 11. Penanaman pada media SDA

(A) dengan metode goresan berulang25

(B) koloni yang tumbuh setelah diinkubasi 24 jam (Dokumentasi)

7. Dengan menggunakan mikroskop, amati struktur jamur yang tumbuh.

Candida albicans yang ditanam pada media CMA secara mikroskopis menunjukkan

adanya pembentukan klamidospora. Amati apakah terdapat klamidospora pada hasil

penanaman tersebut. Jika tidak terdapat klamidospora, ulangi prosedur 1-6 dengan

subjek yang berbeda.

8. Apabila terdapat klamidospora (Gambar 12) pada hasil pengamatan, maka

lanjutkan dengan pembuatan suspensi Candida albicans.

9. Dengan menggunakan ose ambil satu koloni Candida albicans dan larutkan

dalam 120 ml NaCl fisiologis 0,9%, dan sesuaikan kekeruhan dengan standar larutan

(44)

Gambar 12. Pengamatan mikroskopis Candida albicans yang ditanam pada media CMA (pembesaran 40x)(Dokumentasi) (1) sel ragi, (2) blastospora, (3) klamidospora, (4) hifa

3.8.2Pembuatan Ekstrak Jintan Hitam

1. Timbang 300 gram biji jintan hitam dan cuci biji tersebut di bawah air

mengalir.

2. Biji disebarkan diatas kertas perkamen dan dijemur didalam lemari

pengeram sampai kadar airnya berkurang yang secara organoleptik ditandai dengan

kerapuhan pada biji yang dijemur.

3. Setelah kering, biji ditimbang kembali (200 gram) dan diblender hingga

(45)

Gambar 13.Biji jintan hitam (A) diblender, (B) telah menjadi bubuk (Dokumentasi)

4. Campur bubuk dengan etanol 96% sebanyak 500 ml dan diaduk dengan

sendok pengaduk selama 30 menit.

5. Pasang botol perkolasi dan sambungkan selang infus dengan tepat.

Kemudian masukkan kapas ke dalam ujung botol dan padatkan. Diatas kapas

diletakkan kertas saring bulat sehingga melapisi bagian dasar botol.

6. Hasil pencampuran bubuk dan etanol dimasukkan ke tabung perkolasi dan

tambahkan etanol sehingga memenuhi tabung perkolasi. Tutup tabung dengan

aluminium foil serta kertas plastik (Gambar 14), dan biarkan selama 24 jam.

7. Setelah 24 jam, atur tetesan pada selang infus agar penarikan ekstrak

maksimal yaitu sekitar 20 tetes per menit atau 1 tetes per 3 detik.

8. Tambah etanol secara terus-menerus dan harus selalu dijaga agar tidak

menjadi kering. Setelah cairan yang menetes berubah warna menjadi bening, hentikan

proses perkolasi karena ekstrak yang ditarik sudah habis.

9. Setelah proses perkolasi selesai, ambil panci dan isi setengah bagian panci

dengan air suling. Panci kemudian dipanaskan di atas kompor gas dan letakkan panci

(46)

Gambar 14. Pemasangan alat perkolasi (Dokumentasi)

10.Larutan hasil perkolasi kemudian diaduk sampai mengental. Proses

rotavaporasi ini bertujuan untuk menguapkan etanol yang terdapat pada larutan.

11.Setelah larutan mengental dan volumenya berkurang, pindahkan larutan ke

cawan yang lebih kecil agar lebih mudah diaduk. Sama seperti prosedur 9, cawan

kecil juga dipanaskan diatas beaker glass yang telah diisi setengah bagiannya dengan

air suling (Gambar 15 (B)).

12.Setelah hasil perkolasi menjadi kental seperti coklat yang dilelehkan

(Gambar 16), hentikan proses rotavaporasi dan pindahkan ke suatu wadah.

13.Ekstrak pada wadah tersebut di dry freezing agar diperoleh ekstrak dengan

kadar etanol yang lebih rendah. Ingat bahwa wadah harus dilapisi aluminium foil agar

(47)

Gambar 15. Proses rotapavorasi (A) pada panci, dan (B) pada cawan kecil (Dokumentasi)

Gambar 16. Ekstrak jintan hitam (Dokumentasi)

3.8.3Pengujian Ekstrak Jintan Hitam terhadap Candida albicans

1. Persiapkan 12 tabung reaksi yang telah diberi label dan ke dalam

masing-masing tabung tersebut diteteskan 1 ml media MHB.

(48)

100% dan divortex agar larutan tercampur secara homogen.

3. Dengan pipet tetes, ambil 1 ml larutan pada tabung ke-1 dan masukkan ke

dalam tabung ke-2 dan divortex hingga homogen. Lakukan seterusnya dari tabung

ke-2 ke tabung ke-3 sampai tabung ke-10 sehingga diperoleh agen antimikroba pada

tiap tabung.

4. Pada tabung ke-11, tambahkan 1 ml formalin sebagai kontrol negatif dan

pada tabung ke-12 ditambahkan 1 ml aquades sebagai kontrol positif.

5. Kedalam semua tabung ditambahkan 1 ml suspensi Candida albicans yang

akan diuji. Tabung-tabung tersebut kemudian dihomogenkan.

Gambar 17. Metode pengujian ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans25

6. Eramkan deretan tabung tersebut dalam inkubator suhu 37oC selama 24

(49)

endapan pada dasar tabung. Tabung yang ditumbuhi Candida albicans akan terbentuk

endapan sedangkan yang pertumbuhannya terhambat tidak terbentuk endapan.

Gambar 18. Deretan tabung reaksi setelah diinkubasi selama 24 jam (Dokumentasi)

7. Tabung dengan konsentrasi terendah yang tidak terbentuk endapan

(Gambar 19 (A)) merupakan tabung yang menunjukkan adanya efek fungistatis dan

konsentrasi tabung tersebut merupakan nilai Kadar Hambat Minimum (KHM).

8. Untuk mendapatkan nilai KBM, setiap tabung yang tidak terbentuk

endapan dilakukan subkultur pada media SDA dan inkubasi dalam inkubator pada

suhu 37oC selama 24 jam.

9. Amati pada setiap subkultur mana yang tidak terdapat pertumbuhan jamur.

Pertumbuhan jamur ditandai dengan adanya koloni (Gambar 20) berbentuk bulat

dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin, berwarna putih kekuningan, dan

berbau asam seperti aroma tape. Jika tidak terdapat pertumbuhan jamur, maka pada

(50)

Gambar 19. Hasil inkubasi tabung reaksi selama 24 jam (Dokumentasi) (A) tidak terbentuk endapan

(B) terbentuk endapan

Gambar 20. Koloni (tanda panah) pada media SDA (Dokumentasi)

10.Subkultur dengan konsentrasi terendah dimana tidak terdapat pertumbuhan

jamur menunjukkan adanya efek fungisidal dan konsentrasi tersebut merupakan nilai

(51)

11.Hal yang sama juga dilakukan dengan menggunakan Candida albicans

(ATCC® 10231™).

12.Seluruh prosedur pengujian dilakukan sebanyak tiga kali untuk mencegah

terjadinya bias.

3.9Pengolahan dan Analisa Data

Data hasil penelitian ini diproses dan diolah secara komputerisasi. Adapun uji

statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji deskriptif dan uji T tidak

berpasangan. Uji deskriptif yang digunakan yaitu mean dan standar deviasi. Hal ini

dilakukan untuk mendapatkan rata-rata nilai KHM dan KBM dari ketiga kali

pengulangan. Uji T tidak berpasangan digunakan untuk menguji apakah terdapat

perbedaan rata-rata nilai KHM dan KBM terhadap Candida albicans denture

(52)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai “Perbedaan Efek Ekstrak Jintan Hitam Terhadap

Candida albicans Denture Stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™)”. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan Candida albicans denture

stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™). Adapun jumlah sampel pada penelitian ini yaitu masing-masing satu biakan Candida albicans. Sampel Candida

albicans (ATCC® 10231™) diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi FK USU, sedangkan sampel Candida albicans denture stomatitis diperoleh dari penderita

Denture Stomatitis (DS).

Penderita DSmerupakan pengunjung Instalasi Penyakit Mulut FKG USU, dan

dibawa ke Departemen Biologi Oral FKG USU untuk dilakukan pengambilan data

dengan menggunakan lembar kuesioner. Penderita yang berhasil diambil datanya

berjumlah empat orang. Dari lembar kuesioner, diperoleh data penderita berupa usia

kronologis penderita pada penelitian ini adalah 55-70 tahun dengan jenis kelamin

perempuan, lama pemakaian gigi tiruan 5-10 tahun, frekuensi membuka gigi tiruan

1-2 kali sehari, dan tipe DS yang diderita yaitu Newton’s type I dan Newton’s type II.

Penderita yang memenuhi kriteria dilakukan isolasi pada daerah yang terkena DS.

Hasil isolasi tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi FK USU

untuk identifikasi fungi Candida albicans.

Identifikasi dilakukan dalam dua tahap yaitu penanaman pada media SDA dan

CMA. Hasil isolasi pertama-tama ditanam pada media SDA dengan metode goresan

berulang dan diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC. Setelah 24

jam, amati koloni yang tumbuh dan dilakukan penanaman ulang pada media CMA.

Hasil penanaman disimpan dalam inkubator selama tiga hari pada suhu ruangan dan

dilakukan pengamatan dibawah mikroskop setelah dilakukan fiksasi. Apabila

terbentuk klamidospora, maka hasil isolasi mengandung Candida albicans dan hasil

(53)

Setelah proses ekstraksi didapat ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi

100%, dilakukan pengenceran dengan media MHB sehingga pada setiap tabung

diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625%,

0,781%, 0,390%, dan 0,195%, dengan dua buah kontrol yaitu formaldehyd 40%

sebagai kontrol negatif, dan aquades sebagai kontrol positif. Kemudian pada semua

tabung ditambahkan suspensi Candida albicans denture stomatitis. Kemudian

tabung-tabung tersebut diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC,

dilakukan pengamatan ada atau tidaknya endapan pada semua dasar tabung. Tabung

dengan konsentrasi terendah yang tidak terbentuk endapan pada dasar tabung

merupakan konsentrasi KHM dari ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans.

Setelah pengamatan terhadap nilai KHM selesai, penelitian dilanjutkan

dengan melakukan subkultur semua tabung reaksi pada piring petri dan diinkubasi

dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC. Setelah 24 jam, dilakukan

pengamatan ada atau tidaknya koloni yang tumbuh pada piring petri yang sudah

diinkubasi tersebut. Piring petri dengan konsentrasi terendah yang tidak terdapat

pertumbuhan koloni menunjukkan nilai KBM. Penelitian ini dilakukan pengulangan

sebanyak tiga kali dan dihitung rata-rata konsentrasi KHM dan KBM dari ekstrak

jintan hitam. Selain Candida albicans yang diisolasi dari pasien denture stomatitis,

penelitian ini juga menggunakan Candida albicans (ATCC® 10231™) untuk melihat apakah terdapat perbedaan rata-rata nilai KHM dan KBM dari kedua jenis Candida

albicans tersebut.

4.1Nilai KHM dan KBM Ekstrak Jintan Hitam terhadap Candida

albicans Denture Stomatitis

Nilai KHM didapat dengan mengamati mana tabung dengan konsentrasi

terendah yang tidak terbentuk endapan pada dasar tabung. Dari tabel 1, dapat

diketahui bahwa pada ketiga pengujian yang dilakukan, tabung dengan konsentrasi

terendah yang tidak terbentuk endapan adalah tabung kedua, yaitu tabung yang berisi

(54)

nilai KHM yang didapat 50%. Hasil yang sama juga didapati pada pengujian kedua

dan ketiga yaitu masing-masing sebesar 50%.

Tabel 1. Hasil pengujian nilai KHM ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis

Tabung Bahan uji Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3

1 Ekstrak jintan hitam 100% - - -

(+) = terbentuk endapan pada dasar tabung (ada pertumbuhan Candida albicans) (-) = tidak terbentuk endapan pada dasar tabung (tidak ada pertumbuhan Candida albicans)

Nilai KBM didapat dari mengamati hasil subkultur tabung yang jernih pada

piring petri. Piring petri dengan konsentrasi terendah yang tidak terdapat

pertumbuhan fungi menunjukkan nilai KBM. Pertumbuhan fungi Candida albicans

ditandai dengan adanya koloni berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung,

halus, licin, berwarna putih kekuningan, dan berbau asam seperti aroma tape. Dari

tabel 2, diketahui bahwa pada ketiga pengujian yang dilakukan, piring petri dengan

konsentrasi terendah yang tidak terdapat pertumbuhan koloni adalah piring petri

kedua, yaitu piring petri yang berisi ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi 50%. Hal

ini berarti pada pengujian pertama, nilai KBM yang didapat 50%. Hasil yang sama

(55)

Tabel 2. Hasil pengujian nilai KBM ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis

Petri Bahan uji Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3

1 Ekstrak jintan hitam 100% - - -

(+) = terdapat pertumbuhan koloni (ada pertumbuhan Candida albicans)

(-) = tidak terdapat pertumbuhan koloni (tidak ada pertumbuhan Candida albicans)

Dari ketiga hasil pengujian tersebut, kemudian dihitung rata-rata nilai KHM

dan KBM dari esktrak jintan hitam terhadap Candida albicans yang diisolasi dari

denture stomatitis. Pada tabel 3, didapat bahwa rata-rata nilai KHM adalah 50,0%

dengan standar deviasi 0,0% serta rata-rata nilai KBM adalah 50,0% dengan standar

(56)

4.2Nilai KHM dan KBM Ekstrak Jintan Hitam terhadap Candida

albicans (ATCC® 10231™)

Dari tabel 4, dapat diketahui bahwa pada pengujian pertama, tabung dengan

konsentrasi terendah yang tidak terbentuk endapan adalah tabung keenam, yaitu

tabung yang berisi ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi 3,125%, yang berarti nilai

KHM yang didapat 3,125%. Hasil yang sama juga didapati pada pengujian kedua

dimana nilai KHM pada pengujian kedua adalah 3,125%. Pada pengujian ketiga,

tabung dengan konsentrasi terendah yang tidak terbentuk endapan adalah tabung

kelima, yaitu tabung yang berisi ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi 6,25%, yang

berarti nilai KHM pada pengujian ketiga adalah 6,25%.

Tabel 4. Hasil pengujian nilai KHM ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans

(ATCC® 10231™)

Tabung Bahan uji Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3

1 Ekstrak jintan hitam 100% - - -

(+) = terbentuk endapan pada dasar tabung (ada pertumbuhan Candida albicans) (-) = tidak terbentuk endapan pada dasar tabung (tidak ada pertumbuhan Candida albicans)

Untuk mengetahui nilai KBM, dapat diamati dari tabel 5, dimana pada tabel 5

didapat bahwa pada pengujian pertama, piring petri dengan konsentrasi terendah

(57)

KBM pada pengujian pertama adalah 3,125%. Pada pengujian kedua, piring petri

dengan konsentasi terendah yang tidak terdapat pertumbuhan fungi adalah piring

keempat, yang berarti nilai KBM pada pengujian kedua adalah 12,5%. Hal yang sama

juga didapat pada pengujian ketiga, dimana nilai KBM pada pengujian ini adalah

12,5%.

Tabel 5. Hasil pengujian nilai KBM ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans

(ATCC® 10231™)

Petri Bahan uji Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3

1 Ekstrak jintan hitam 100% - - -

(+) = terdapat pertumbuhan koloni (ada pertumbuhan Candida albicans)

(-) = tidak terdapat pertumbuhan koloni (tidak ada pertumbuhan Candida albicans)

Dari ketiga hasil pengujian ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans

(ATCC® 10231™), dihitung rata-rata nilai KHM dan KBM dari esktrak jintan hitam terhadap Candida albicans (ATCC® 10231™). Pada tabel 6, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai KHM adalah 4,17% dengan standar deviasi 1,80% serta rata-rata-rata-rata nilai KBM

Gambar

Gambar
Gambar 1. Tanaman Jintan Hitam1
Gambar 2. Biji Jintan Hitam5
Gambar 3.  Struktur kimia senyawa aktif biji jintan hitam (A) timokuinon,(B) timol, dan (C) karvakrol5,9
+7

Referensi

Dokumen terkait

maintenance, our results suggest that early loss of PSD-95 For fluorescence microscopy, the retinal sections were from the rod terminals may be causally related to the incubated

Definisi lain yang dapat diberikan untuk komunikasi pemasaran adalah kegiatan pemasaran dengan menggunakan teknik-teknik komunikasi yang ditujukan untuk

past studies [7–10], the brains of AL / TD mice exhibited Neuronal counts were obtained for an area covering the pinpoint hemorrhages in the thalamus, mammillary body, submedial

Dalam hal pelakasanaan BPRS Bumi Rinjani Kepanjen juga mengikuti metode yang di gunakan oleh Bank Mandiri Syariah Malang, dimana manfaat yang di rasakan oleh

Dari hasil kuisioner yang telah disebarkan menunjukan harga jasa yang di tawarkan salon ABE termasuk mahal, untuk itu perlu diperhatikan oleh pihak salon ABE

Tahun ajaran 2016/2017 adalah tahun pertama diberlakukannya sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online di beberapa sekolah di Kabupaten Semarang, terutama di SMA

Membuat media uji antibakteri yang berisi Mueller Hinton Agar dan ekstrak biji pepaya dengan. konsentrasi 10%, 20%, 30%,

(1) Izin sementara Usaha Pariwisata sebagaimana dimaksud pada Pasal 34 ayat (2) huruf a Peraturan Daerah ini, diberikan kepada penyelenggara usaha pariwisata untuk dapat