Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Lilik Nurholidah
NIM 1112015000092
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
2015”.
Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Keberadaan RTH/wilayah hijau di suatu wilayah merupakan hal yang sangat penting mengingat banyaknya manfaat dari keberadaan Ruang Terbuka Hijau tersebut. Daerah Ciputat Timur sebagai daerah yang strategis, dan sebagai daerah penyangga ibukota, setiap tahunnya mengalami perubahan, khususnya perubahan Ruang Terbuka Hijau atau wilayah hijau yang disebabkan karena maraknya pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Perubahan Ruang Terbuka Hijau di Daerah Ciputat Timur dari Tahun 1990-2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan pendekatan pengindraan jauh menggunakan aplikasi ER Mapper 7.0 dan Citra Landsat 5, 7 dan 8 untuk mengetahui perubahan luas Ruang Terbuka Hijau dari tahun 1990-2015. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perubahan Ruang Terbuka Hijau diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil interpretasi citra didapat hasil penelitian luas Ruang Terbuka Hijau mengalami penurunan. Luas Ruang Terbuka Hijau pada tahun 1990 seluas 1.113,6 ha, pada tahun 1995 berkurang menjadi 936,8 ha, tahun 2000 berkurang menjadi 930 ha, tahun 2005 berkurang menjadi 759,3 ha, tahun 2010 berkurang menjadi 442,8 ha, dan pada periode terakhir tahun 2015 berkurang menjadi 417,6 ha atau sekitar 23,5% dari total luas wilayah Ciputat Timur. Jika dihitung secara keseluruhan maka RTH/wilayah hijau dari tahun 1990 hingga tahun 2015 berkurang seluas 696 ha atau 61% dari total luas wilayah RTH semula. Faktor yang mempengaruhi perubahan luas Ruang Terbuka Hijau dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ekonomi, pertambahan jumlah penduduk, dan pemerintahan.
ii 2015”.
Sciences, Faculty of Science and Teaching, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
The existence of RTH / green area in the region is very important given the many benefits of the presence of the green space. East Chester area as a strategic area, and as the buffer area of the capital, each year changes, particularly changes Green Open Space or green area due to rampant development. This study aims to determine how changes in the area of Green Open Space East Chester from 1990 to 2015. The research method used is descriptive quantitative method. Data analysis was performed with a remote sensing approach using applications ER Mapper 7.0 and Image Landsat 5, 7 and 8 to determine changes in spacious green open space from 1990-2015. To determine the factors affecting changes in the green open space obtained from observation, interviews, and documentation. Based on the results of image interpretation results obtained extensive green space has decreased. Spacious green space in 1990 covering an area of 1113.6 ha, in 1995 was reduced to 936.8 ha, in 2000 was reduced to 930 ha, in 2005 was reduced to 759.3 ha, the year 2010 was reduced to 442.8 ha, and on the last period in 2015 decreased to 417.6 ha or approximately 23.5% of the total area of East Chester. If calculated with the Green Open Space or green region from 1990 to 2015 reduced area of 696 ha or 61% of the total area of the original RTH. Factors affecting the green open space area change is influenced by several factors such as economic factors, population growth, and governance.
iii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini. Tidak lupa shalawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada baginda
alam Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya hingga kepada
ummatnya semoga kita semua senantiasa mendapat syafaat.
Skripsi yang berjudul “Analisis Perubahan Ruang Terbuka Hijau di daerah
Ciputat Timur dari Tahun 1990-2015” merupakan salah satu syarat kelulusan penulis
untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Konsentrasi Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Akan tetapi penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa ataupun penulisannya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari
pembimbing guna menjadi acuan dan bekal pengalaman bagi penulis di masa yang
akan datang.
Adapun keberhasilan penulis dalam melakukan penelitian hinga skripsi
penulis selesai ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak selama penelitan
berlangsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak teri kasih kepada :
1. Bpk. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya,MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. H.Syarifullah, M.Si, Sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
iv
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya Dosen Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, atas ilmu yang diberikan selama penulis
menyelesaikan bangku kuliah, semoga ilmunya bermanfaat dan senantiasa kita
diberikan kesehatan oleh Allah SWT.
6. Bapak Drs. Durahman, M.Pd, Selaku Kepala Kecamatan Ciputat Timur yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian di daerah
Ciputat Timur dan Bapak Saduni Zaelani Staf Kecamatan Ciputat Timur yang
telah memberikan data-datanya bagi kepentingan skripsi penulis.
7. Masyarakat Kecamatan Ciputat Timur khususnya masyarakat yang telah bersedia
diwawancarai penulis.
8. Alm. Mamah Ratnengsih tercinta, atas jasamu yang dengan sabar telah
membesarkan penulis, semoga senantiasa mendapat syafaat, magfiroh Alloh SWT
dan ditempatkan disisi-Nya.
9. Ayahanda dan Ibunda (Bpk.Taryo dan Ibu Nani Sumarni) yang selalu memberikan
nasihat baik serta memotivasi penulis selama ini. Adik-adiku tercinta Apip Shobar
Muldani, Rifa Rachmat Al-Wazdi, Aditya Rachmat Haqiqi, tak lupa nenek, kakek,
dan juga seluruh keluarga besar semoga selalu mendapat kesehatan dan lindungan
dari-Nya.
10. Seluruh sahabat Jurusan P.IPS khususnya untuk teman-teman dari konsentrasi
Geografi, yang telah memberikan banyak pengelaman kepada penulis selama ada
di bangku kuliah. Serta tak lupa juga teman-teman Praktik Profesi Keguruan
Terpada (PPKT) semoga kebersamaan selama PPKT menjadi kenangan yang
selalu dikenang. Tak lupa juga kepada Faizah Zulaiha, Roikhatul Zannah,
Farhatunnisa, Siti Umaryati, Siti Syarah, Susi Mulyati atas masukan-masukannya
v
12. Cahya Setiya, yang selalu menemani penulis observasi, mendengar keluh kesah,
serta senantiasa memberikan motivasi dan bantuannya pada penulis.
13. Sahabat-sahabat MAN Rancah, Dewi Yuni, Nining Nurmalasari, Heny
Muthmainnah, Wati Widia, Eva yang sampai saat ini penulis ucapkan
Alhamdulillah silaturahminya masih tetap terjaga erat dan saling memotivasi satu
sama lain.
14. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
Akhirnya hanya kepada Alloh SWT panjatkan do’a semoga amal baik semuanya dibalas oleh Alloh SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Jakarta, Desember 2016
vi
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Deskripsi Teoritik... 8
1. Ruang Terbuka Hijau ... 8
a. Pengertian Ruang Terbuka Hijau ... 8
b. Fungsi Ruang Terbuka Hijau ... 9
vii
g. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Ruang Terbuka
Hijau ... 18
2. Pengindraan Jauh ... 20
a. Pengertian Pengindraan Jauh ... 20
b. Sistem Pengindraan Jauh... 21
c. Manfaat Pengindraan Jauh ... 24
d. Karakteristik Citra landsat ... 25
3. Sistem Informasi Geografis... 30
a. Pengertian Sistem Informasi Geografis ... 30
b. Pembagian Sistem Informasi Geografis ... 31
c. Komponen Sistem Informasi Geografis ... 32
d. Manfaat Sistem Informasi Geografis ... 34
e. Keunggulan Sistem Informasi Geografis ... 34
f. Fungsi Aplikasi Sistem Informasi Geografis ... 35
B. Penelitian Yang Relevan ... 37
C. Kerangka Berfikir... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
1. Tempat Penelitian... 41
2. Waktu Penelitian ... 41
B. Metode Penelitian... 42
C. Jenis dan Sumber Data ... 43
1. Data Primer ... 43
2. Data Sekunder ... 43
viii
1. Observasi ... 44
2. Interpretasi Citra... 44
3. Ground check Lapangan ... 45
4. Wawancara ... 45
5. Dokumentasi ... 45
F. Populasi dan Sampel ... 45
1. Pupulasi ... 45
2. Sampel ... 46
G. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Kondisi Umum Daerah Penelitian ... 49
B. Hasil Penelitian ... 59
1. Perubahan Luas Ruang Terbuka Hijau di Daerah Ciputat Timur dari Tahun 1990-2015 ... 59
2. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Luas Area Ruang Terbuka Hijau ... 74
C. Pembahasan ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92
A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
Tabel 2.2 Karakteristik Citra Landsat 5 ... 26
Tabel 2.3 Karakteristik Band pada Landsat 5 ... 26
Tabel 2.4 Karakteristik Citra Landsat 7 ... 27
Tabel 2.5 Karakteristik Band pada Landsat 7 ... 27
Tabel 2.6 Karakteristik Citra Landsat 8 ... 29
Tabel 2.7 Karakteristik Band pada Landsat 8 ... 29
Tabel 2.8 Penelitian yang Relevan ... 37
Tabel 3.1 Waktu dan Kegiatan Penelitian ... 41
Tabel 4.1 Letak Geografis Kelurahan yang ada di Ciputat Timur ... 50
Tabel 4.2 Pembagian Penduduk Daerah Kecamatan Ciputat Timur berdasarkan Jenis Kelamin ... 53
Tabel 4.3 Fasilitas Pendidikan Daerah Ciputat Timur ... 54
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 55
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 58
Tabel 4.6 Fasilitas Keagamaan ... 59
Tabel 4.7 Perubahan Luas Penggunaan Lahan ... 60
Tabel 4.8 Tabel Perubahan RTH ... 68
x
sensor satelit ... 22
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian RTH ... 41
Gambar 4.1 Peta Kecamatan Ciputat Timur ... 49
Gambar 4.2 Tahun 1990 ... 67
Gambar 4.3 Tahun 1995 ... 67
Gambar 4.4 Tahun 2000 ... 67
Gambar 4.5 Tahun 2005 ... 67
Gambar 4.6 Tahun 2010 ... 67
Gambar 4.7 Tahun 2015 ... 67
xi
xii Lampiran A.1 Pedoman Observasi
Lampiran A.2 Pedoman Wawancara
Lampiran B. Hasil Observasi
Lampiran B.1 Hasil Observasi ke 1
Lampiran B.2 Hasil Observasi ke 2
Lampiran B.3 Hasil Observasi ke 3
Lampiran C. Hasil Wawancara
Lampiran C.1 Hasil wawancara dengan Bpk. Taja
Lampiran C.2 Hasil wawancara dengan Bpk. Syamsul Bahri
Lampiran C.3 Hasil wawancara dengan Ibu Wiwi
Lampiran C.4 Hasil wawancara dengan Bpk. Yudhi
Lampiran C.5 Hasil wawancara dengan Bpk. Thabrani
Lampiran C.6 Hasil wawancara dengan Bpk. Widya
Lampiran C.7 Hasil wawancara dengan Ibu Yuyun
Lampiran C.8 Hasil wawancara dengan Bpk. Saduni Zaelani
Lampiran C.9 Hasil wawancara dengan Bpk. Suparman
Lampiran C.10 Hasil wawancara dengan Bpk. Nasuki
Lampiran C.11 Hasil wawancara dengan Bpk. Deden
Lampiran C.12 Hasil wawancara dengan Ibu Fitriyani
Lampiran C.13 Hasil wawancara dengan Bpk. Daryadi
xiii Lampiran E. Surat-surat
Lampiran E.1 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran E.2 Surat Telah Melakukan Penelitian
Lampiran E.3 Lembar Uji Referensi
1 A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman, setiap wilayah yang ada di
permukaan bumi pastinya mengalami perubahan secara signifikan.
Perubahan tersebut terjadi baik secara fisik maupun non fisik seperti
perkembangan ekonomi, sosial, budaya, dan demografis. Perubahan secara
fisik terjadi pada perubahan-perubahan kenampakan fisiknya seperti pada
perubahan wilayahnya baik berupa luasnya, fungsinya, bangunannya dan
sebagainya. Sedangkan perubahan non fisik terjadi pada perkembangan
ekonominya, keadaan penduduknya, budaya, dan sebagainya.1 Tidak dapat
dipungkiri bahwa luasan wilayah hijau atau Ruang Terbuka Hijau dalam
setiap tahunnya mengalami perubahan sehingga menjadikan kualitas
lingkungan di wilayah tersebut menjadi menurun. Hal ini disebabkan
karena meningkatnya jumlah penduduk serta maraknya
pembangunan-pembangunan di wilayah tersebut. Keberaadaan Ruang Terbuka Hijau atau
yang disingkat menjadi RTH pada wilayah perkotaan sangat penting.
Mengingat banyak sekali manfaat yang bisa dirasakan dengan keberadaan
Ruang Terbuka Hijau ini.
Secara sistem, Ruang Terbuka Hijau kota pada dasarnya adalah
bagian dari kota yang tidak terbangun, yang berfungsi menunjang
kenyamanan, kesejahteraan, peningkatan kualitas lingkungan, dan
pelestarian alam.2 Artinya Ruang Terbuka Hijau ini merupakan suatu
wilayah yang didalamnya terdapat tumbuhan hijau, tanaman, yang
memiliki fungsi dan memberikan manfaat untuk kehidupan.
Dalam rangka mewujudkan suatu wilayah yang bersih dan sehat,
harus ada paru-paru kota baik itu berupa taman, lapangan olahraga, TPU,
1
Hadi Sabari Yunus, Dinamika Wilayah Peri Urban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Cet. I, h. 319
situ, rawa, dan lain-lain. Suatu wilayah dapat dikatakan sehat jika wilayah
tersebut memiliki setidaknya 30% RTH dari luas keseluruhan wilayah
tersebut. Dimana 20% tersebut merupakan Ruang Terbuka Hijau Publik
yang merupakan Ruang Terbuka Hijau dimana sistem pemeliharaan dan
sistem penyediannya merupakan tanggungjawab dan dikelola oleh badan
pemerintahan Kota atau Kabupaten, sedangkan sisanya 10% merupakan
Ruang Terbuka Hijau Privat yang merupakan sistem pemeliharaan dan
penyediaanya dikelola dan menjadi tanggungjawab pihak swasta ataupun
masyarakat yang sudah mendapatkan izin oleh Pemerintah setempat yaitu
pemerintah Kabupaten atau Kota. 3
Keberadaan Ruang Terbuka Hijau atau wilayah hijau yang banyak
ditumbuhi tanaman hijau ini, banyak sekali manfaat yang bisa dirasakan
khususnya bagi yang tinggal di daerah perkotaan. Diantaranya dapat
dijadikan sebagai pencipta lingkungan udara sehat yang berfungsi sebagai
ventilasi kota dan menurunkan polutan di udara, penyedia ruang untuk
kenyamanan hidup, pendukung estetika lingkungan.4 Selain itu dengan
ditumbuhinya berbagai macam tumbuhan di suatu wilayah menjadikan
wilayah tersebut menjadi subur dan indah. Sesuai dengan firman Allah
SWT di dalam Al-Qur’an, QS. Al-Hajj ayat 5.
Artinya: “Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami
turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah, dan menumbuhkan
tetumbuhan yang indah.”
Selain itu manfaat keberadan Ruang Terbuka Hijau juga
merupakan salah satu sarana untuk mengingat serta menyadari akan
kebesaran ciptaan Allah SWT (tadabbur) yaitu perenungan kita kepada
3
Undang-undang No. 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang. Bab VI Pasal 29
4
Allah SWT.5 Hal ini dipaparkan di dalam Al-Qur’an, Q.S Ali Imran ayat 191.
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi , dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadaan terbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
perihalah kami dari siksa neraka.”
Pelajaran yang dapat diambil dari ayat Al-Qur’an tersebut yaitu
mengenai adanya interaksi antara manusia dengan alam. Salah satunya
dalam Al-Qur’an, menceritakan tentang gambaran rumah di syurga yang
dikelilingi oleh keindahan alam, dimana didalamnya terdapat taman-taman
indah dan ditanami pohon-pohon. Bahkan tidak hanya indah dipandang
namun juga menghasilkan buah yang bermanfaat lengkap dengan sungai
yang jernih. Keindahan yang digambarkan mengenai keadaan rumah di
syurga bukanlah semata-mata keindahan yang diwujudkan dengan
kemegahan, tetapi juga kedekatan dengan alam. Hikmah yang dapat
diambil dalam kehidupan sehari-hari mengenai kehidupan di syurga
tersebut adalah kehidupan yang dekat dengan alam, memelihara
keberlangsungan alam, dan menjadikan alam sebagai sarana tadabbur
akan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT.6
5 Nunik Junara dan Yulia Eka Putri, Rumah Ramah Lingkungan Interpretasi Arsitektural Konsep Islam dalam Hunian, (Malang: UIN Malang Press, 2009), Cet. I, h. 165
6
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Tangerang Selatan hingga
saat ini masih belum memenuhi syarat pemenuhan 30 persen luasan Ruang
Terbuka Hijau seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun
2007 tentang Tata Ruang Wilayah. Saat ini, Kota Tangerang Selatan baru
memiliki 18 persen Ruang Terbuka Hijau.7 Hal ini berarti penyebaran
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Tangerang Selatan masih belum merata.
Menurut beberapa media online tercatat dari tujuh kecamatan yang
ada di kota pemekaran dari kabupaten Tangerang ini, tiga kecamatan
diantaranya masih kekurangan Ruang Terbuka Hijau. Dari tujuh
kecamatan, ada tiga kecamatan yang masih kekurangan Ruang Terbuka
Hijau. Tiga kecamatan itu adalah Pamulang, Ciputat, dan Ciputat Timur.
Sedangkan untuk empat kecamatan lainnya sudah cukup.8
Wilayah Kecamatan Ciputat Timur merupakan bagian dari wilayah
Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten. Daerah Ciputat Timur
merupakan daerah yang cukup strategis karena daerah ini berbatasan
dengan Provinsi DKI Jakarta khususnya Kota Jakarta Selatan dan Kota
Tangerang. Dikarenakan letak daerah Ciputat Timur strategis, menjadikan
daerah ini banyak didatangi masyarakat dari luar, banyak masyarakat yang
melalui jalur ini baik yang ingin pergi ke daerah Jakarta ataupun
Tangerang. Sehingga menjadikan wilayah tersebut banyak dilalui
kendaraan yang dapat menyebabkan meningkatnya polusi kendaran di
wilayah tersebut.
Keberadaan Ruang Terbuka Hijau di daerah Ciputat Timur
nampakanya dari tahun ke tahun mengalami beberapa perubahan,
mengingat banyak sekali pembangunan-pembangunan gedung seperti
halnya pusat-pusat perbelanjaan, perumahan-perumahan yang disebabkan
karena tingginya tingkat urbanisasi sehingga banyak penduduk yang
bermukim disana. Ditambah lagi dengan adanya kampus Universitas Islam
7 http://www.bantenhits.com/mega-metropolitan/berita/45253/rth-di-kota-tangerang-hanya-terpenuhi-11-persen. Diakses pada Jum’at, 04 September 2016. Pukul 13.31 WIB
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta,
dan kampus lainnya yang tepatnya berada di wilayah Ciputat Timur ini
menjadikan banyak berdirinya bangunan-bangunan yang dijadikan lahan
bisnis seperti kos-kosan, warnet, toko sembako, toko buku, dan lain
sebagainya sehingga menjadikan wilayah hijau di daerah Ciputat Timur ini
mengalami perubahan.
Salah satu contoh perubahan Ruang Terbuka Hijau di daerah
Ciputat Timur berupa situ yang dulunya banyak ditumbuhi tanaman hijau,
yaitu Situ Kuru yang letaknya berada di belakang kampus Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Seperti pada tahun 70 an Situ
Kuru ini merupakan Ruang Terbuka Hijau yang dijadikan tempat jogging
track atau sarana olahraga. Namun, seiring perkembangan zaman luas
wilayah hijau di sekitar situ tersebut mengalami penyusutan yang tadinya
memiliki luas sekitar lima hektar, namun kini telah menyusut hingga
beberapa meter persegi saja. Hal ini disebakan karena banyaknya warga
yang mendirikan bangunan di wilayah tersebut.9 Sehingga dengan
berkurangnya wilayah resapan air, menjadikan wilayah tersebut sering
terjadi banjir. Tentu saja perubahan wilayah hijau atau Ruang Terbuka
Hijau tersebut bukan hanya terjadi di daerah sekitar Situ Kuru saja,
melainkan juga di beberapa titik Ruang Terbuka Hijau lainnya.
Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perubahan Ruang
Terbuka Hijau di Daerah Ciputat Timur dari Tahun 1990-2015”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang dapat disimpulkan dalam penelitian
tersebut adalah :
1. Bertambahnya masyarakat urban maupun non urban.
2. Alih fungsi lahan Ruang Terbuka Hijau menjadi lahan terbangun.
9 Nur Atikah Nasution, “Dampak Perubahan Pemanfaatan Tanah Situ Kuru Terhadap
3. Banyaknya pembangunan pemukiman seperti perumahan yang
disebabkan karena tingginya tingkat urbanisasi.
4. Meningkatnya kebutuhan lahan bisnis seperti berdirinya kontrakan,
kos-kosan dan ruko.
5. Berubahnya luas area Ruang Terbuka Hijau seperti di sekitar kampus
UIN Syarif Hidayatullah.
6. Sering terjadinya banjir di daerah yang kurang resapan air seperti
daerah situ Kuru.
C. Batasan Masalah
Masalah yang dibahas pada penelitian ini dibatasi pada perubahan
luas Ruang Terbuka Hijau di Daerah Ciputat Timur dari Tahun 1990-2015
serta faktor yang mempengaruhi perubahan luas Ruang Terbuka Hijau di
Daerah Ciputat Timur dari Tahun 1990-2015.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah, maka rumusan
masalah yang penulis ambil, diantaranya :
1. Bagaimana perubahan luasan wilayah Ruang Terbuka Hijau di Daerah
Ciputat Timur dari Tahun 1990-2015 ?
2. Apa faktor yang mempengaruhi perubahan luas area Ruang Terbuka
Hijau di Daerah Ciputat Timur ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarakan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perubahan luasan wilayah Ruang Terbuka Hijau di
Daerah Ciputat Timur dari Tahun 1990-2015.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perubahan luas area
F. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai analisis penurunan
Ruang Terbuka Hijau dan mengetahui beberapa faktor penyebab
dari menurunnya Ruang Terbuka Hijau tersebut dari tahun ke
tahun.
b. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dapat dijadikan bahan informasi dalam bidang pendidikan
dan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik bagi
pihak kampus.
c. Bagi Dinas Tata Ruang
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
penataan wilayah di daerah Ciputat Timur khususnya penataan
wilayah hijau atau Ruang Terbuka Hijau.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah Daerah Ciputat Timur
Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah setempat,
agar lebih tegas lagi dalam menjaga dan tetap melestarikan Ruang
Terbuka Hijau, dengan cara lebih tegas lagi terhadap warganya
yang menyalahgunakan Ruang Terbuka Hijau.
b. Bagi Masyarakat Daerah Ciputat Timur
Menambah wawasan bagi warganya tentang besarnya
manfaat menjaga Ruang Terbuka Hijau dan agar tetap menjaga
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Ruang Terbuka Hijau
a. Pengertian Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau
wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area atau kawasan
maupun dalam bentuk area memanjang atau jalur dimana dalam
penggunaanya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa
bangunan.1
Pengertian Ruang Terbuka Hijau atau wilayah hijau ternyata mempunyai makna yang bermacam-macam. Ruang Terbuka Hijau mempunyai arti yang lebih sempit dibandingkan dengan istilah ruang terbuka semata, karena pemakaian istilah hijau sudah mengacu pada fungsi tertentu. Istilah ruang terbuka mempunyai dua interpretasi, yaitu ruang terbuka yang diatasnya memang sudah ada sentuhan campur tangan manusia dan ruang terbuka yang diatasnya belum terdapat campur tangan manusia.2
Selain Ruang Terbuka Hijau atau yang sering disebut juga
wilayah hijau, atau ada pula yang menamakan Ruang Terbuka.
Dimana Ruang Terbuka, tidak harus ditanami tetumbuhan, atau
hanya sedikit terdapat tetumbuhan, namun mampu berfungsi
sebagai unsur ventilasi kota, seperti plaza dan alun-alun. Tanpa
Ruang Terbuka, apalagi Ruang Terbuka Hijau, maka lingkungan
kota akan menjadi hutan beton yang gersang, kota menjadi sebuah
pulau panas (heat island) yang tidak sehat karena kurangnya udara
segar, tidak nyaman, tidak manusiawi, dan tidak layak huni. Dalam
1 Peraturan Mentri Dalam Negri. No 1 Tahun 2007. BAB I Pasal 1
sistem ruang terbuka, Ruang Terbuka Hijau merupakan bagian dari
ruang terbuka. 3
Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjan, jalur, atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun secara
sengaja ditanam.4
Pada dasarnya Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau
mempunyai arti dan makna yang hampir sama, dimana keduanya
merupakan suatu tempat pertemuan dan aktivitas manusia di udara
terbuka. Yang membedakannya sesuai definisi tadi bahwa Ruang
Terbuka Hijau ini lebih menonjolkan unsur hijaunya.
Dari beberapa uraian mengenai pengertian Ruang Terbuka
Hijau atau yang biasa disebut juga dengan wilayah hijau
merupakan suatu area yang ditumbuhi banyak tanaman baik itu
tanaman yang sengaja ditanam oleh manusia maupun tanaman
yang tumbuh dengan sendirinya di wilayah tersebut dimana
memberikan banyak manfaat untuk kehidupan.
b. Fungsi Ruang Terbuka Hijau
Selain mengingat dampak yang ditimbulkan dari kurangnya
kehijauan atau kurangnya Ruang Terbuka Hijau di suatu wilayah
terhadap kesehatan. Ruang Terbuka Hijau juga memiliki banyak
fungsi, diantaranya :
1. Identitas kota
Jenis tanaman dan hewan yang merupakan simbol atau
lambang suatu kota dapat dikoleksi pada areal Ruang Terbuka
Hijau kota.
2. Upaya pelestari plasma nutfah
Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk
pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan,
3 Ning Purnomohadi, Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota, (Jakarta: Direktorat Jendral Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum, 2006), h. 52
sandang, papan, obat-obatan dan industri. Ruang Terbuka Hijau
kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman
hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita.
3. Penahan dan penyaring partikel padat dari udara
Dengan adanya Ruang Terbuka Hijau kota, partikel padat yang
tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan daapt dibersihkan
oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan.
4. Mengatasi genangan air
Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami jenis
tanaman yang mempunyai kemampuan evaporasi tinggi. Jenis
tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang
mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga mempunyai
stomata (mulut daun) yang banyak pula.
5. Produksi terbatas
Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah
dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga
masyarakat serta dapat pula meningkatkan taraf gizi atau
kesehatan dan penambah penghasilan masyarakat.
6. Ameliorasi iklim
Ruang Terbuka Hijau kota dapat dibangun untuk mengelola
lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu
panas, sebagai akibat banyaknya permukaan yang dikeras,
misalnya jalan, gedung bertingkat, jembatan layang, dan
lain-lain.
7. Pengelolaan sampah
Ruang Terbuka Hijau kota dapat diarahkan untuk pengelolaan
sampah, yaitu dapat berfungsi sebagai penyekat bau, penyerap
bau, pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi dari sampah,
dan penyerap zat yang berbahaya dan beracun atau B3 yang
terkandung dalam sampah seperti lgam berat, pestisida serta B3
8. Pelestarian air tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi
humus akan memperbesar jumlah pori-pori tanah. Karena
humus bersifat lebih higroskopis dengan kemampuan menyerap
air yang besar, maka kadar air tanah hutan akan meningkat.
9. Penapis cahaya silau
Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat
memantulkan cahaya seperti kaca, alumunium, baja, beton,
dana air. Apabila permukaan yang halus dari benda-benda
tersebut memantulkan cahaya dari depan, akan terasa sangat
menyilaukan, dan akan mengurangi daya pandang pengendara.
Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut perlu untuk dikurangi
bahkan kalau mungkin dapat sama sekali dihilangkan.
Keaktifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya
tersebut bergantung pada ukuran, dan kerapatannya.
10.Meningkatkan keindahan
Manusia dalam hidupnya tidak saja membutuhkan tersedianya
makanan, minuman, udara bersih dan sejuk, namun juga
membutuhkan keindahan. Benda-benda disekitar kita dapat
ditata dengan indah menurut garis, bentuk, warna, ukuran dan
teksturnya sehingga dapat diperoleh suatu bentuk komposisi
yang menarik.
11.Sebagai habitat burung
Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (back to
nature). Desiran angin, kicauan burung, dan atraksi satwa
lainnya dikota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan
stress yang banyak dialami penduduk perkotaan.
12.Mengurangi stress (tekanan mental)
Kehidupan masyarakat di kota besar menuntut aktifitas,
mobilitas, dan persaingan yang tinggi. Namun, dilain pihak
tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor, industri
maupun permukiman yang tidak berwawasan lingkungan.
13.Mengamankan pantai terhadap abrasi
Ruang Terbuka Hijau kota berupa formasi tanaman (hutan)
mangrove dapat bekerja meredam gempuran ombak dan dapat
membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan
demikian hutan kota selain dapat menurangi bahaya abrasi
pantai, juga dapat berperan dalam proses pembentukan daratan.
14.Meningkatkan industri pariwisata
Tamu-tamu asing akan mempunyai kesan tersendiri, jika
berkunjung atau singgah pada suatu kota yang dilengkapi
Ruang Terbuka Hijau yang unik, indah, dan menawan, baik itu
dikawasan pantai, bukit atau pegunungan maupun daerah
diantaranya.5
c. Dampak Kuranganya Ruang Terbuka Hijau
Dampak kurangnya kehijauan dalam kota terhadap kesehatan
diantaranya :
1. Tidak terserap dan terjerapnya partikel timbal
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang
mencemari udara di daerah perkotaan. Untuk itulah beberapa
tumbuhan mempunyai kemampuan yang sedang dan tinggi
dalam menurunkan kandungan timbal dari udara.
2. Tidak terserap dan terjerapnya debu semen
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi
kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis.
Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara bebas harus
diturunkan kadarnya.
3. Tidak ternetralisirnya bahaya hujan asam
Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan
asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses
gutasi.
4. Tidak terserapnya karbon monoksida (CO)
Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai
peranan yang baik dalam menyerap gas ini. Tanah dengan
mikro organismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang
semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8X104 ug/m3)
menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja.
5. Tidak terserapnya karbondioksida (CO2)
Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting,
selain dari fitoplankton, gang-gang dan rumput laut di
Samudra. Dengan berkurangnya kemampuan hutan dalam
menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan hutan
akibat perladangan, pembalakan dan hutan kebakaran, maka
perlu dibangun Ruang Terbuka Hijau hutan kota untuk
membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut. Cahaya
matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan
kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses
fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air
menjadi karbohidrat dan oksigen.
6. Tidak terendamnya kebisingan
Dengan menanam berbagai jenis tanaman dalam berbagai strata
yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangai
kebisisngan, khususnya sumber suara bising yang berasal dari
bawah, dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai
95%. Suara yang bisisng atau yang tidak enak di dengar seperti
suara dari pabrik dan juga kendaraan tentunya akan
akan mengundang orang mudah cepat marah, lelah serta
konsentrasi yang buyar.
7. Tidak tertahannya hembusan angin
Angin kencang dapat dikurangi sampai sebesar 75-80% oleh
suatu penahan angin berupa struktur suatu Ruang Terbuka
Hijau (hutan) kota.
8. Tidak terserap dan tertapisnya bau
Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara
(TPS) atau permanen (TPA), akan mengeluarkan bau yang
tidak sedap. Selain perlu upaya untuk mengurangi timbunan
(volume) sampah dari sumbernya, maka tanaman tertentu dapat
digunakan untuk mengurangi bau.6
d. Bentuk-Bentuk Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau adalah bagian dari ruang terbuka (open
space) yang diklasifikasikan sebagai ruang atau lahan yang
mengandung unsur dan struktur alami. Ruang Terbuka Hijau ini
dapat dibedakan ke dalam dua macam :
1. Ruang Terbuka Hijau alami
Ruang Terbuka Hijau alami terdiri atas daerah hijau yang
masih alami (wilderness areas), daerah hijau yang dilindungi
agar tetap dalam kondisi alami (protected areas), dan daerah
hijau yang difungsikan sebagai taman publik tetapi tetap
dengan mempertahankan karakter alam sebagai hasil tamannya
(natural park areas).
2. Ruang Terbuka Hijau binaan
Ruang terbuka Hijau binaan terdiri atas daerah hijau di
perkotaan yang dibangun sebagai taman kota (urban park
areas), daerah hijau yang dibangun dengan fungsi rekreasi bagi
warga kota (recreational areas), dan daerah hijau antar
bangunan maupun halaman-halaman bangunan yang digunakan
sebagai area penghijauan (urban development open spaces).
Khusus daerah hijau dikawasan perkotaan dapat dikembangkan
sebagai plaza, jalur hijau jalan, maupun sabuk hijau kota (green
belt).7
Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negri no. 1 tahun
2007, status ruang kepemilikan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan (RTHKP) dibagi dalam 2 klasifikasi, yaitu :
a. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Publik, yaitu Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang penyediaan dan
pemeliharaannya menjadi tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten atau Kota.
b. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Privat, yaitu Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang penyediaan dan
pemeliharaannya menjadi tanggungjawab pihak atau lembaga
swasta, perseorangan, masyarakat yang dikendalaikan melalui
izin pemanfaatan ruang oleh Pemerintah Kabupaten atau Kota,
kecuali Provinsi DKI Jakarta oleh Pemerintah Provinsi.8
Berdasarkan bobot kealamiannya bentuk Ruang Terbuka
Hijau dapat diklasifikasikan menjadi ;
a. Bentuk Ruang Terbuka Hijau alami (habitat alami atau liar,
kawasan hutan lindung)
b. Ruang Terbuka Hijau non alami atau Ruang Terbuka Hijau
binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olahraga,
pemakaman, dan lain-lain).9
7Nirwono Joga dan Iwan Ismaun, RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 93
8
Peraturan Mentri Dalam Negri No.01 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. BAB I Pasal I
e. Model-model Ruang Terbuka Hijau
Model-Model Ruang Terbuka Hijau sesuai dengan arahan
yang berlaku :
1. Model taman kota dan taman lingkungan
Taman ini melayani penduduk satu Rukun Tetangga khususnya
balita, ibu rumah tangga, dan atau manula. Idealnya taman ini
berada pada radius 100-200 meter dengan standar luas 1 m2 per
penduduk.
2. Taman rukun warga (2500 penduduk)
Taman ini melayani penduduk satu Rukun Warga khususnya
menampung aktivitas remaja, seperti berolahraga dan kegiatan
sosial penduduk lainnya. Standar luas taman ini adalah 0,5 m2
per penduduk. Idealnya taman ini berada pada radius 200
sampai 300 m.
3. Taman kelurahan (30.000 penduduk)
Taman ini melayani penduduk satu kelurahan, untuk
menampung berbagai kegiatan sosial masyarakat seperti
pertunjukan seni, pameran pembangaunan, perayaan hari besar
nasional dan keagamaan serta kegiatan olahraga. Standar luas
taman ini adalah 0,3 m2 per penduduk.
4. Taman kecamatan (120.000 penduduk)
Taman ini melayani penduduk satu kecamatan, untuk
menampung berbagai kegiatan sosial masyarakat seperti
pertunjukan seni, pameran pembangunan, perayaan hari besar
nasional dan keagamaan serta kegiatan olahraga. Standar luas
taman ini adalah 0,2 m2 per penduduk.
5. Taman kota (480.000 penduduk)
Taman ini melayani penduduk kota atau bagian wilayah kota,
untuk berbagai kegiatan masyarakat baik aktif maupun pasif.
fasilitas olahrga. Standar luas taman ini adalah 0,3m2 per
penduduk.
6. Ruang Terbuka Hijau pemakaman
Pada umumnya pemakaman di kota-kota besar menggunakan
berbagai elemen perkerasan sebagai bangunan taman, sehingga
presentase building coverage ratio (BCR) menjadi sangat
tinggi, beberapa diantaranya telah mendekati 100%. Dengan
kondisi ini maka akan sulit menjadikan pemakaman sebagai
Ruang Terbuka Hijau.
7. Ruang Terbuka Hijau lingkungan perumahan kecil
Keterbatasan luas halaman dengan jalan lingkungan yang
sempit, tidak menutup kemungkinan mewujudkan Ruang
Terbuka Hijau.
8. Ruang Terbuka Hijau pada jalan lingkungan yang sempit
Pada lingkungan-lingkungan perumahan kecil, dapat
memanfaatkan sisa-sisa ruang untuk mewujudkan Ruang
Terbuka Hijau.
9. Ruang Terbuka Hijau pada sempadan sungai
Mewujudkan Ruang Terbuka Hijau pada sempadan sungai,
disamping akan mewujudkan koridor hijau di sebuah kota, juga
melindungi sungai di perkotaan dari kemungkinan gangguan
terhadap kelestariannya.
10.Hutan Kota
Hutan kota idealnya memiliki luas dalam satu hamparan
minimal 2500 m2. Hutan kota daapat berbentuk jalur,
mengelompok, dan menyebar. Sedangkan strukturnya dapat
berupa hutan kota berstrata dua dan hutan kota berstrata
banyak. Hutan kota berstrata dua adalah hutan kota yang
memiliki dua tingkat tanaman, yaitu pohon dan rumput
(penutup tanah). Hutan kota berstrata banyak adalah hutan kota
perdu semak, liana, dan penutup tanah. Hutan kota semacam ini
memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memlindungi
tanah dari erosi, penyerapan air serta mereduksi polusi dan
menyeimbangkan kelembaban udara serta menurunkan suhu
udara di perkotaan.10
f. Perubahan Ruang Terbuka Hijau
Pada dasarnya perubahan yaitu adanya perbedaan dari
bentuk awal menjadi bentuk baru baik dari segi positif ataupun
negatif. Contohnya perubahan yang positif yaitu adanya perbedaan
dari cara membajak sawah yang dahulu memakai tenaga manusia
dan prosesnya lambat, namun kini ditemukan tenaga mesin yang
prosesnya lebih cepat. Sedangkan perubahan negatif yaitu
perubahan yang menuju ke arah yang semakin memperburuk
keadaan awal walaupun dengan adanya perubahan tersebut bisa
menambah wawasan si pengguna.11
Perubahan juga terjadi dalam berbagai aspek, salah satunya
perubahan luasan lahan yaitu berupa lahan hijau atau Ruang
Terbuka Hijau yang terjadi dalam jangka waktu atau periode
tertentu. Dimana perubahan tersebut bisa mengarah ke arah yang
lebih baik, tapi bisa juga sebaliknya.
g. Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Ruang Terbuka Hijau
Menurut Acha Sugandhy dan Rustam Hakim, terdapat 3
faktor yang dapat mempengaruhi perubahan wilayah hijau atau
Ruang Terbuka Hijau :
1. Ekonomi
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau tampaknya masih
mempunyai makna pelengkap atau penyempurna bagi
10Ning Purnomohadi, h. 124
11Nur Atikah Nasution, “Dampak Perubahan Pemanfaatan Tanah Situ Kuru Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta,
perkotaan sehingga pemanfaatan lahan untuk Ruang Terbuka
Hijau dianggap sebagai penambah estetika lingkungan. Lebih
parah lagi, Ruang Terbuka Hijau dianggap sebagai cadangan
untuk penggunaan lahan di masa mendatang. Hal ini
mengakibatkan munculnya paradigma bahwa setiap saat Ruang
Terbuka Hijau dapat diganti dengan penggunaan lain, yang
dirasakan lebih menguntungkan secara ekonomis. Dimana
penggunaan lahan berupa Ruang Terbuka Hijau di daerah
perkotaan banyak dipengaruhi oleh mekanisme pasar sehingga
banyak terjadi perubahan penggunaan lahan terbuka hijau
menjadi area pertokoan, hotel, pompa bensin, restoran, serta
lahan bisnis lainnya yang dirasa memiliki nilai ekonomis tinggi
tanpa memperhatikan kondisi lingkungan dan dampak
lingkungan yang ditimbulkan.12
2. Pertambahan jumlah penduduk
Faktor pendorong perubahan Ruang Terbuka Hijau salah
satunya disebabkan karena bertambahnya jumlah penduduk,
baik yang disebakan karena tingginya angka kelahiran, maupun
urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Urbanisasi adalah suatu proses perpindahan penduduk
dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi
merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. Seorang
sarjana lain mengartikan urbanisasi sebagai suatu proses,
membawa bagian yang semakin besar dari penduduk suatu
Negara untuk berdiam di pusat perkotaan.13
Dengan bertambahnya penduduk pendatang atau
urbanisasi, bagi mereka yang berpendapatan rendah dan
kurangnya tingkat pendidikan, mendorong mereka untuk
menduduki lahan Ruang Terbuka Hijau di wilayah Jabotabek.
12
Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Pembanguan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. II, h. 99
Seperti pemanfaatan tepian bantaran sungai dan tepian jalur rel
kereta api sebagai tempat tinggal.14
3. Pemerintahan
Kurangnya pengendalian aparat pemerintahan terhadap
perkembangan kota wilayah Jabotabek, anatara lain
menyebabkan berubahnya fungsi Ruang Terbuka Hijau kota.
Penggunaan Ruang Terbuka Hijau mulanya diawali dengan
tumbuhnya perumahan liar yang semakin meluas dan sulit
dikendalikan, yang selanjutnya menimbulkan terbentuknya
kawasan kumuh. Apalagi para penghuni tersebut dikenakan
pajak tidak resmi, sehingga mereka merasakan seolah
mendapatkan legalitas untuk tinggal di tempat tersebut.15
2. Pengindraan Jauh
a. Pengertian Pengindraan Jauh
Menurut Lillesend and Kiefer bahwa Pengindraan jauh
(remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data
yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan
objek, daerah, atau fenomena yang dikaji.16
Jadi, yang dinamakan dengan pengindraan jauh yaitu
merupakan suatu ilmu untuk menganalisis suatu objek,
dimana-data-data tersebut bisa diperoleh tanpa harus turun langsung pada
objek yang dikaji.
Pengumpulan data pengindraan jauh dilakukan dengan
menggunakan alat pengindra disebut sensor. Sensor pengumpul
data pengindraan jauh umumnya dipasang dalam satu platform
yang berupa pesawat terbang atau satelit. Data pengindraan jauh
berupa citra (imagery). Data tersebut dapat dianalisis untuk
14Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, h. 100 15
Ibid.,
mendapatkan informasi tentang objek, daerah atau fenomena yang
diteliti. Proses penerjemahan data penginderaan jauh menjadi
informasi disebut interpretasi data. Apabila interpretasi dilakukan
secara digital maka disebut interpretasi citra digital (digital image
interpretation).17
Penginderaan jauh dalam pengertian yang lebih luas,
pengukuran atau pemerolehan informasi dari beberapa sifat obyek
atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam yang secara
fisik tidak terjadi kontak langsung atau bersinggungan dengan
obyek atau fenomena yang dikaji.18
b. Sistem Pengindraan Jauh
Konsep dasar pengindraan jauh terdiri dari beberapa
elemen meliputi sumber tenaga, atmosfer, interaksi tenaga dengan
objek, sensor, dan sistem pengolahan data. Seluruh sistem
pengindraan jauh memerlukan sumber energi baik aktif (misalnya,
sistem pengindraan jauh radar) maupun pasif (misalnya, sistem
pengindraan jauh satelit secara optik). Spektrum elektromagnetik
merupakan berkas dari tenaga elektromagnetik yang meliputi sinar
gamma, x, ultraviolet, tampak, inframerah, gelombang mikro, dan
gelombang radio. Spektrum elektromagnetik yang biasa digunakan
dalam pengindraan jauh adalah sebagian dari spektrum ultraviolet
(0,3-0,4 µm), spektrum tampak (0,4-0,7 µm), spektrum inframerah
dekat (0,7-1,3 µm), spektrum inframerah thermal (3-18 µm), dan
gelombang mikro (1mm-1m).19
Interaksi tenaga dengan objek sesuai dengan asas
kekekalan tenaga, maka terdapat 3 interaksi, yaitu dipantulkan,
diserap, dan di transmisikan atau diteruskan. Besarnya tenaga yang
dipantulkan, diserap, ditransmisikan akan berbeda pada tiap
17 Ibid.,
18 Hartono,dkk, Penginderaan Jauh Untuk Sumberdaya Hutan Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996), h. 16
penutupan lahan. Hal ini mengandung pengertian bahwa apabila
nilai tenaga yang dipantulkan pada suatu tempat sama dengan
tempat lain maka dapat disimpulkan tempat tersebut memiliki
karakteristik penutupan lahan yang sama.20
[image:39.595.183.509.215.504.2]Sumber: Sodikin, 2013
Gambar 2.1Ilustrasi mengenai interaksi sinar matahari dengan objek yang diterima sensor satelit.
Gambar 2.1 menjelaskan mengenai skema sistem kerja
pengindraan jauh. Dimana sumber energi dari sistem pengindraan
jauh tersebut adalah matahari. Matahari menghasilkan energi alami
yang diserap oleh objek-objek yang ada di bumi, misalnya gedung,
jalan, rumput, vegetasi, serta objek-objek yang lainnya. Pantulan
objek tersebut ditangkap oleh sensor yang dibawa oleh wahana
baik berupa balon udara ataupun dengan pesawat terbang. Dari
sensor tersebut data disalurkan kembali ke stasiun bumi dan
kemudian dihasilkanlah data citra. Kemudian data citra tersebut di
olah, diinterpretasikan untuk keperluan pemetaan, dan untuk
[image:40.595.97.515.165.720.2]keperluan yang lainnya.21
Tabel 2.1Karakteristik beberapa satelit pengindraan jauh
Satel it/ sense
Resolusi spektral Resolusi
spasial Resolusi temporal Resolusi radiomet rik
MSS Band 1 (0.5-0.6) Band 2 (0.6-0.7) Band 3 (0.7-0.8) Band 4 (0.8-1.1)
79mx79m 16 hari 7 bit
(band 1,2,3)
6 bit
(band 4)
TM Band 1 (0.45-0.52)
Band 2 (0.52-0.60) Band 3 (0.63-0.69) Band 4 (0.76-0.90) Band 5 (1.55-.75) Band 7 (2.08-2.35) Band 6 (10.40-12.50)
30mx30m
120mx12 0m
16 hari 8 bit
ETM +
Band 1 (0.45-0.52) Band 2 (0.52-0.60) Band 3 (0.63-0.69) Band 4 (0.76-0.90) Band 7 (2.08-2.35) Band 6 (10.40-12.50) Band 8 (0.52-0.90) (Pankromatik)
30mx30m
120mx 120m 15mx15m
16 hari 8 bit
SPO T/H RV/ XS
Band 1 (0.5-0.59) Band 2 (0.61-0.68) Band 3 (0.79-0.89) Band 4 (0.51-0.73) (Pankromatik)
20mx20m
10mx10m
26 hari 8 bit
IKO NOS
Band 1 (0.45-0.52) Band 2 (0.52-0.60) Band 3 (0.63-0.69) Band 4 (0.76-0.90) Pan (0.45-0.90)
4m x 4m
1m x 1m
3 hari 16 bit
Quic k-Bird
Band 1 (0.45-0.52) Band 2 (0.52-0.60) Band 3 (0.63-0.69) Band 4 (0.76-0.90) Pan (0.45-0.90)
2.5mx2.5 m
0.6mx0.6 m
3 hari 16 bit
Sumber : Erwin Hardika Putra, 2011
21Sodikin, “Kerusakan Mangrove Serta Kolerasinya Terhadap Tingkat Intrusi Air Laut,”
Pada dasarnya sistem pengolahan data citra satelit terdiri
dari 2 perangkat yang saling melengkapi yaitu hardware dan
software. Hardware yang digunakan adalah komputer dengan
spesifikasi yang mampu untuk mengolah citra satelit digital.
Software yang digunakan adalah tergantung dari aplikasi yang akan
diteliti. Terdapat berbagai macam software aplikasi pengindraan
jauh di pasaran dunia. Namun pertimbangan pilihan dapat
didasarkan pada harga software dan penggunaanya. Diantaranya
adalah ERMAPPER, ERDAS, ENVI, ILWIS, IDRISI, dan
lain-lain.22
c. Manfaat Pengindraan Jauh
Pengindraan jauh sangat bermanfaat sekali dalam berbagai
bidang kehidupan, terutama di bidang kelautan, hidrologi,
klimatologi, lingkungan dan juga kedirgantaraan.
1. Manfaat di bidang kelautan
a) Pengamatan sifat fisis air laut
b) Pengamatan pasang surut air lautdan gelombang laut
c) Pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi
2. Manfaat di bidang hidrologi
a) Pengamatan DAS
b) Pengamatan luas daerah dan intensitas banjir
c) Pemetaan pola aliran sungai
d) Studi sedimentasi sungai
3. Manfaat di bidang klimatologi
a) Pengamatan iklim suatu daerah
b) Analisis cuaca
c) Pemetaan iklim dan perubahannya
4. Manfaat dalam bidang sumber daya bumi dan lingkungan
a) Pemetaan penggunaan lahan
b) Mengumpulkan data kerusakan lingkungan karena berbagai
sebab
c) Mendeteksi lahan kritis
d) Pemantauan distribusi sumber daya alam
e) Pemetaan untuk keperluan HANKAMNAS
f) Perencanaan pembanguan wilayah
5. Manfaat di bidang angkasa luar
a) Penelitian tentang planet-planet
b) Pengamatan benda angkasa23
d. Karakteristik Citra Landsat
Program landsat merupakan satelit tertua dalam program
observasi bumi. Landsat dimulai tahun 1972 dengan satelit
Landsat-1 yang membawa sensor MSS multispektral. Setelah tahun
1982, Thematic Mapper TM ditempatkan pada sensor MSS dan
TM. Satelit Landsat (Satelit Bumi) ini merupakan milik Amerika
Serikat. Setelah muncul landsat 1 dan 2, muncul landsat seri
berikutnya, yaitu landsat 3, 4, 5, 6. Landsat 5, diluncurkan pada 1
Maret 1984, membawa sensor TM (Thematic Mapper), yang
mempunyai resolusi spasial 30 x 30 m pada band 1, 2, 3, 4, 5 dan
7. Sensor Thematic Mapper mengamati obyek-obyek di permukaan
bumi dalam 7 band spektral, yaitu band 1, 2 dan 3 adalah sinar
tampak (visible), band 4, 5 dan 7 adalah infra merah dekat, infra
merah menengah, dan band 6 adalah infra merah termal yang
mempunyai resolusi spasial 120 x 120 m. Luas liputan satuan citra
adalah 185 x 185 km pada permukaan bumi. Landsat 5 mempunyai
kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada permukaan
bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 km.24
23Kemendikbud. Rumah Belajar Belajar Untuk Semua, (Diakses dari
www.kemendikbud.go.id pada Selasa, 13 september 2016, Pukul 16:11).
Tabel 2.2Karakteristik Citra Landsat 5
Sistem Landsat-5
Orbit 705 km, 98,2o, sun-synchronous, 99 minute (14
orbit/day) equatoer 09.45 Crossing, Rotasi 16 hari (repeat cycle)
Sensor TM (Thematic Mapper)
Swath Width 185 km
Off-track viewing Tidak tersedia
Revisit Time 16 hari
Resolusi Spasial 30x30 m band 1,2,3,4,5, 7. 120x120m band 6
Sumber: www.Rastermapas.com & www.oocities.org
Tabel 2.3 Karakteristik Band pada Landsat 5
Band Panjang
Gelombang (µm)
Resolusi Spasial
(m)
Keterangan
1 0,450-0,515
Visibel-biru 30
Untuk pemetaan perairan pantai pembedaan tana dan vegetasi, analisa tanah dan air, dan pembedaan tumbuhan berdaun lebar dan conifer
2 0,525-0,605
Visibel-hijau 30
Untuk inventarisasi vegetasi dan penilaian kesuburan
3 0,630-0,690
Visibel-merah 30
Untuk pemisahan kelas vegetasi dan memperkuat kontras anatara penampakan vegetasi dan non vegetasi
4 0,750-0,900
Infra merah dekat 30
Untuk deteksi akumulasi
biomassa vegetasi, identifikasi jenis tanaman, dan memudahkan pembedaan tanah dan tanaman, serta lahan dan air
5
1,550-1,750 Infra merah menengah
30
Untuk menunjukan kandungan air pada tanaman, kondisi kelembapan tanah dan berguna
untuk membedakan awan
dengan salju 6 10,400-12,500 Thermal infra merah 60
Untuk analisa stress vegetasi, pembedaan kelembapan tanah, klasifikasi vegetasi, analisis
gangguan vegetasi, dan
pemetaan suhu 7 2,090-2,35 Infra merah menengah 30
Untuk pemetaan formasi geologi dan pemetaan hidrotermal
Citra landsat-7 ETM adalah satelit bumi dengan membawa
instrumen ETM yang menyajikan delapan sailorman. Diluncurkan
pada bulan April 1999 yang merupakan bentuk baru dari landsat 6
yang gagal mengorbit dengan membawa ETM+scanner. Terdapat
banyak aplikasi dari data Landsat TM-7 ini, manfaatnya adalah
untuk pemetaan penutupan lahan, pemetaan pengguanaan lahan,
pemetaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut dan lain-lain.
Untuk pemetaan penutupan dan pengguanaan lahan dapat memilih
[image:44.595.147.521.100.662.2]data Landsat TM karena terdapat band infra merah menengah. 25
Tabel 2.4Karakteristik Citra landsat 7
Sistem Landsat-7
Orbit 705 km, 98,2o, sun-synchronous, 10:00 AM
Crossing, Rotasi 16 hari (repeat cycle)
Sensor ETM+ (Enhanced Thematic Mapper)
Swath Width 185 km (FOV=15o)
Off-track viewing Tidak tersedia
Revisit Time 16 hari
Resolusi Spasial 15 m (pankromatik), 30 m (multispektral), 60 m (termal)
Sumber : http://www.rastermaps.com/2014/12/landsat.html
Citra landsat dalam pengoperasiannya mempunyai 7 band
(saluran) yang masing-masing mempunyai karakter dan fungsinya
masing-masing.
Tabel 2.5Karakteristik Band pada Landsat 7
Band Panjang
gelombang (µm)
Resoslusi
spasial Karakteristik
1 0,45-0,51
Biru 30
Penetrasi maksimum pada air berguna untuk pemetaan batimetri perairan dangkal
2 0,52-0,60
Hijau 30
Berfungsi untuk mengindra puncak pantulan vegetasi 3
0,63-0,69
Merah 30
Berfungsi untuk membedakan absorsi klorofil dan tipe vegetasi
[image:44.595.184.515.297.505.2]
Lanjutan Tabel 2.5
4 0,75-0,90
Inframerah dekat 30
Untuk menentukan kandungan biomas, tipe vegetasi, pemetaan garis pantai 5 1,55-1,75 Infra merah tengah I 30 Menunjukan kandungan kelembaban tanah dan kekontrasan tipe vegetasi
6
10,4-12,5 Infra merah
thermal
30
Untuk mendeteksi gejala alas yang berhubungan dengan panas 7 2,09-2,35 Inframerah tengah II 30
Rasio antara kanal 5 dan 7 untuk pemetaan perubahan batuan secara hidrotermal dan sensitive terhadap kandungan kelembapan vegetasi
8 0,52-0,90
Pankromatik 15
Bermanfaat untuk identifikasi obyek lebih detail
Sumber : Erwin Hardika Putra, 2011
Landsat 8 merupakan satelit Landsat seri terbaru yang
diluncurkan pada tanggal 11 Februari 2013. Satelit ini merupakan
satelit kedelapan dalam program Landsat (ketujuh untuk berhasil
mencapai orbit). Pada awalnya disebut Landsat Data Continuity
Mission (LDCM), adalah sebuah kolaborasi antara NASA dan
Geological Survey Amerika Serikat (USGS). Nasa menyediakan
pengembangan rekayasa sistem misi dan akuisisi kendaraan
peluncuran, sementara USGS disediakan untuk pengembangan
sistem darat dan melakukan operasi misi terus menerus.
Landsat-8 direncanakan mempunyai durasi misi selama 5-10 tahun,
dilengkapi dua sensor yang merupakan hasil pengembangan dari
sensor yang terdapat pada satelit-satelit pada program Landsat
Land Manager (OLI) yang terdiri dari 9 Band serta Sensor
[image:46.595.102.518.163.700.2]InfraRed Sensor (TIRS) yang terdiri dari 2 band.26
Tabel 2.6Karakteristik Citra Landsat 8
Sistem Landsat-8
Orbit 705 km, 98,2o, sun-synchronous, 10:00 AM Crossing, Rotasi 16 hari (repeat cycle)
Sensor LDCM
Swath Width 185 km (FOV=15o) Off-track viewing Tidak tersedia Revisit Time 16 hari
Resolusi Spasial 15 m (pankromatik), 30 m (multispektral), 60 m (termal)
Sumber : http://www.rastermaps.com/2014/12/landsat.html
Tabel 2.7Karakteristik Band pada Landsat 8
Band
Panjang Gelombang
(µm)
Resolusi
Spasial Karakteristik
1 0.43-0.45
Aerosol pesisir 30
Studi aerosol dan wilayah pesisir
2 0.45-0.51
Biru 30
Pemetaan bathimetrik, membedakan tanah dari vegetasi dan daun dari vegetasi konifer
3 0.53-0.59
Hijau 30
Mempertegas puncak vegetasi untuk menilai kekuatan vegetasi
4 0.64-0.67
Merah 30
Membedakan sudut vegetasi 5 0.85-0.88 Infra merah dekat-Near Infrared (NIR) 30 Menekankan konten biomassa dan garis pantai
6 1.57-1.65 Short-wave infrared (SWIR 1) 30 Mendiskriminasikan kadar air tanah dan vegetasi, menembus awan tipis
7 2.11-2.29 Short-wave infrared (SWIR 2) 30
Peningkatan kadar air tanah dan vegetasi dan penetrasi awan tipis
26
Rastermaps, Landsat, (Diakses dari www.rastermaps.com pada Minggu, 04 Sepetember
Lanjutan Tabel 2.7
8 0.50-0.68
Pankromatik 15
Resolusi 15 m, penajaman citra
9 1.36-1.68
Sirus 30
Peningkatan deteksi awan sirus yang terkontaminasi
10 10.60-11.19
TIRS 1 100
Resolusi 100 m, pemetaan suhu dan penghitungan kelembaban tanah
11 11.5-12.51
TIRS 2 100
Resolusi 100 m, peningkatan pemetaan suhu dan penghitungan kelembaban tanah
Sumber: LAPAN 2015
3. Sistem Informasi Geografis
a. Pengertian Sistem Informasi Geografis
Menurut Murai, SIG merupakan sebuah sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.27
Adapun menurut Bernhardsen, mengartikan SIG sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memanifulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data serta analisis data. 28
Meskipun banyak ahli yang mendefisnisikan SIG, namun
pada intinya SIG merupakan sebuah sistem yang ada di komputer
yang tidak bisa lepas dari perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) komputer yang kegunaannya untuk
mengolah serta memanajemen data serta menginformasikan
dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan permukaan
27 Muhammad Jafar Elly, Sistem Informasi Geografi Menggunakan Aplikasi ArcView 3.2 dan ErMapper 6.4, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), Cet. I, h. 3
bumi baik untuk kepentingan pendidikan, analisis wilayah dan
sebagainya.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan oleh para
ahli, Demers menguraikan SIG ke dalam 4 bagian sub sistem,
yaitu :
1. Data input: Sub sistem ini berfungsi mengumpulkan dan
mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber
sekaligus bertanggungjawab dalam mengkonversi atau
mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam
format yang dapat digunakan oleh SIG.
2. Data Storage and Retrieval: Sub sistem ini mengorganisasikan
baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data
sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diperbaharui dan
diedit.
3. Data Manipulation and analysis: subsistem ini menentukan
informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu
juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk
menghasilkan informasi yang diharapkan.
4. Data output atau reporting: sub sistem ini menampilkan
keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk
softcopy maupun hardcopy seperti tabel, grafik dan lain-lain.29
b. Pembagian Sistem Informasi Geografis
Menurut Nurshanti, SIG dibagi menjadi dua kelompok
yaitu:
1. SIG dengan sistem yang sistem manual (analog)
Dimana SIG dengan sistem yang manual biasanya
menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar
transparansi untuk tumpang susun (overlay), foto udara,laporan
statistik dan laporan survey lapangan. Artinya semua data-data