• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL EXCLUSIVE UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN SIKAP SOSIAL DI WILAYAH RAWAN BENCANA TSUNAMI SISWA KELAS III A SD NEGERI 5 PESISIR TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL EXCLUSIVE UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN SIKAP SOSIAL DI WILAYAH RAWAN BENCANA TSUNAMI SISWA KELAS III A SD NEGERI 5 PESISIR TENGAH"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL EXCLUSIVE UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN SIKAP

SOSIAL DI WILAYAH RAWAN BENCANA TSUNAMI SISWA KELAS III A SD NEGERI 5

PESISIR TENGAH

Oleh

SISWORO SANJAYA

Penelitian ini dilatarbelakangi olehrendahnya pengetahuan kesiapsiagaan bencana dan sikap sosial siswa kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kesiapsiagaan bencana dan sikap sosial siswa melalui model Exclusive.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data diperoleh melalui teknik nontes dan tes dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kinerja guru dan sikap sosial siswa serta soal tes untuk mengetahui pengetahuan kesiapsiagaan bencana siswa. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Exclusivedapat meningkatkan pengetahuan kesiapsiagaan bencana dan sikap sosial siswa. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal pengetahuan kesiapsiagaan bencanapada siklus I mencapai 50%, meningkat 14,28% menjadi64,28%pada siklus II, meningkat 21,43% menjadi 85,71%pada siklus III.Persentase ketuntasan sikap sosial secara klasikalpada akhir siklus I mencapai 42,86%,meningkat menjadi 67,86%pada akhir siklus II, kemudian meningkat pada akhir siklus III menjadi 78,57%.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penelitibernama Sisworo Sanjaya lahir di Desa Braja Indah, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur tanggal 4 Februari 1993, sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Supranyoto dan Ibu Endriyati.

(7)

MOTO

Jangan Ragu untuk Menjadi Besar Walau Hanya dengan Hal-hal yang Kecil

(8)

i PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirohim

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai rasa syukur kepada Allah dan terima kasih serta bangga kepada :

Ayahanda Supranyoto, Ibunda Endriyati, dan

Nenek RubinahTercinta

Yang telah membesarkan, membimbing, mendidik, dan mencurahkan kasih sayangnya serta memotivasi agar menjadi anak yang lebih baik

dan mendoakan untuk keberhasilan ananda.

AdikkuKinanti Mulian Dari dan Arini Nadia Iza

Yang telah memberikan doa, dukungan, bimbingan, nasihat, dan motivasi untuk keberhasilanku.

Serta keluarga dan orang-orang yang memberiku semangat untuk dapat berbuat lebih baik dan dapat menyelesaikan studi

(9)

ii SANWACANA

Puji syukur penelitiucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Exclusive untuk Meningkatkan Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana dan Sikap Sosial di Wilayah Rawan Bencana Tsunami Siswa Kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah”sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan terhadap perkembangan FKIP. 2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila yang telah

memberikan pengesahan terhadap skripsi ini serta telah memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD. 3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

FKIP Unila yang telah menyetujui skripsi iniserta telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.

(10)

iii dengan baik.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.

6. Bapak Drs. Hi. A. Sudirman, S.Pd. M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing 2 yang telah membantu, membimbing, dan memberikan saran serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Ibu Drs. Sulistiasih, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

8. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

9. Bapak Fatoni, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 5 Pesisir Tengah yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

10. Ibu Syumayati, A.Ma.Pd., selaku guru kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah yang telah bersedia menjadi teman sejawat dan membantu dalam melaksanakan penelitian.

11. Siswa-siswi Kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

(11)

iv bantuan, dukungan, nasihat, motivasi dan doanya selama ini.

14. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 PGSD angkatan 2010 kelas B (Aji, Bagus, Neni, Fahmi, Fauzi, Akmal, Dita, Candria, Cahya, Rizka, Suli, Sinta, Indah, Yuyun, Via, Umi, Maulinda, Aqmarina, Reni, Lita, Saras, Risti, Julia, Nyoman, Ratna, Putu, Mega, Rimba, Hardiana, dan Surani), dan kelas A terimakasih atas kebersamaannya selama ini, serta terimakasih atas doa dan dukungannya.

15. Seseorang yang tidak dapat disebutkan namanya, terima kasih atas nasihat, dukungan, saran, dan doa, serta sudah menjadi motivasi tersendiri bagi peneliti untuk dapat menyelesaikan studi.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini belum memenuhi kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih pada keilmuan pendidikan. Amin

Metro, 20 Juni 2014 Peneliti

(12)

v

3. Sintaks Model Pembelajaran Exclusive ... 13

4. Prinsip Model Pembelajaran Exclusive ... 15

5. Sistem Sosial Model Pembelajaran Exclusive ... 16

B.Bencana Alam Tsunami ... 17

1)Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana ... 23

(13)

vi

G.Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 48

H.Indikator Keberhasilan ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

A.Gambaran Lokasi Penelitian ... 60

B.Prosedur Penelitian ... 61

1. Deskripsi Awal ... 61

2. Refleksi Awal ... 62

3. Persiapan pembelajaran ... 63

C.Hasil Penelitian ... 63

D.Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 102

1. Kinerja Guru ... 102

2. Sikap Sosial ... 104

3. KeterampilanSiswa ... 106

4. Pengetahuan Kesiap Siagaan Bencana ... 107

E. Pembahasan ... 110

1.Kinerja Guru ... 110

2. Sikap Sosial ... 110

3. Keterampilan Siswa ... 111

(14)
(15)

viii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Indikator sikap KI 2 kurikulum 2013 ... 31

a. Kriteria ketuntasan sikap sosial ... 45

b. Kriteria kinerja guru ... 46

c. Kriterian ketuntasan psikomotor ... 46

d. Kriteria ketuntasan pengetahuan kesiapsiagaan bencana siswa ... 47

4.1 Keadaan guru dan karyawan SD N 5 Pesisir Tengah ... 61

4.2 Rincian kegiatan PTK tiap siklus ... 64

4.3 Kinerja guru pada siklus I pertemaun 1 dan 2 ... 70

4.4 Sikap sosial siswa siklus I pertemuan 1 dan 2 ... 71

4.5 Keterampilan siswa siklus I pertemuan 1 dan 2 ... 73

4.6 Nilai pengetahuan kesiapsiagaan bencana siswa siklus I ... 74

4.7 Kinerja guru pada siklus II pertemaun 1 dan 2 ... 84

4.8 Sikap sosial siswa siklus II pertemuan 1 dan 2... 85

4.9 Keterampilan siswa siklus II pertemuan 1 dan 2 ... 86

4.10 Nilai pengetahuan kesiapsiagaan bencana siswa siklus II ... 87

4.11 Kinerja guru pada siklus III pertemaun 1 dan 2 ... 97

4.12 Sikap sosial siswa siklus III pertemuan 1 dan 2 ... 98

4.13 Keterampilan siswa siklus III pertemuan 1 dan 2 ... 99

4.14 Nilai pengetahuan kesiapsiagaan bencana siswa siklus III... 100

4.15 Rekapitulasinilai kinerja guru ... 103

4.16 Rekapitulasipresentase ketuntasan sikap sosialsiswa ... 104

4.17 Rekapitulasipresentase ketuntasan keterampilan siswa ... 106

(16)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Strategi P2S dalam Rasiaonal Model Pembelajaran Exclusive ... 12

2.2 Siklus Model Pembelajaran Exclusive ... 14

2.3 Prinsip Interaksi Model Pembelajaran Exclusive ... 16

1.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 42

4.1 Peningkatan Kinerja Guru ... 103

4.2Peningkatan Sikap Sosial Siswa ... 104

4.3 Peningkatan Keterampilan Siswa ... 106

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki individu, membentuk kepribadian individu yang cakap dan kreatif, serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut sejalan dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (ayat 1) yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(18)

Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaannya. Oleh karena itu, untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia yang berkualitas, maka pelaksanaan pendidikan harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum 2013.

Menurut Mulyasa (2013: 65) pengembangan kurikulum difokuskan kepada pembentukan kompetensi dan karakter para peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual. Lebih lanjut, Mulyasa (2013: 99) menyatakan implementasi kurikulum 2013 yang dilakukan dengan pembelajaran tematik integratif yang merupakan pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang diprogramkan. Sejalan dengan hal tersebut, tema dan subtema yang dikembangkan hendaknya sesuai dengan lingkungan sekitar siswa seperti potensi bencana alam di lingkungan mereka sehingga pemerolehan pengetahuan, sikap sosial, maupun keterampilan akan jauh lebih bermakna. Selain itu, dengan pembelajaran tentang bencana alam diharapkan dapat mengarahkan siswa agar memiliki pengetahuan dan kesiapsiagaan mengenai potensi alam seperti bencana alam di lingkungan siswa, salah satunya potensi bencana alam tsunami.

(19)

sebagai wilayah teritorial yang sangat rawan terhadap bencana alam. Banyak bencana alam yang telah terjadi di Indonesia salah satunya adalah bencana tsunami. Sebagai mana yang dijelaskan Novikasari (2007: 2), kata tsunami berasal dari bahasa Jepang tsu yang berarti pelabuhan dan nami yang berarti ombak besar. Tsunami adalah sebuah gelombang air laut yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut.

United States Geological Survey (USGS) (dalam Abdurahman, 2012: 4), pada tahun 2004 lalu bencana tsunami meluluh-lantakkan tanah rencong dan sekitarnya. Tidak kurang dari 130.000 korban hilang dan meninggal dunia. Bandingkan dengan Negara Jepang, sebagaimana yang diungkapkan USGS (dalam Abdurahman, 2012) tersebut, pada tanggal 11 Maret 2011 gempa bumi dan tsunami dengan kekuatan 8,9 SR sedikit lebih besar dari yang terjadi di Aceh, namun jumlah korban hilang dan meninggal tercatat hanya sekitar 28.000 jiwa. Banyaknya jumlah korban bencana yang menimpa bangsa kita dibandingkan dengan Jepang, seakan menunjukkan bahwa kita sebagai bangsa yang besar ini belum memiliki kesadaran kolektif yang membudaya dan tanggap terhadap segala ancaman bencana. Untuk itu perlu adanya pendidikan tanggap bencana yang diimplementasikan ke dalam pembelajaran tematik dalam upaya penanaman pengetahuan kesiapsiagaan terhadap ancaman bencana dan pengembangan sikap sosial peserta didik.

(20)

siaga bencana adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan pemahaman tindakan-tindakan berhubungan dengan pencegahan, mitigasi, kesiapan, tanggap darurat dan pemulihan, melalui pengamatan dan analisis yang sistematik. Selanjutnya Novikasari (2007: iii) mengemukakan bahwa gempa bumi, letusan gunung merapi, dan tsunami memang tidak dapat dikendalikan, tetapi dapat diminimalisir dengan mengetahui gejala dan cara mengantisipasi. Oleh karena itu pengetahuan siaga bencana sangatlah penting bagi peserta didik, selain itu pengembangan sikap sosial juga diperlukan sebagai pembentuk karakter dan bekal peserta didik dalam kesiapsiagaan bencana.

(21)

mengakibatkan kurang berkembangnya sikap sosial yang dimiliki para siswa, dikarenakan pembelajaran berpusat pada guru sehingga kesempatan sikap sosial siswa untuk berkembang menjadi terbatas. Kelima, kurang terlihatnya sikap sosial yang dimiliki siswa kususnya kelas III A, dibuktikan pada saat mengobservasi proses pembelajaran yang berlangsung sikap disiplin dan tanggung jawab siswa masih kurang. Hal tersebut diperkuat melalui wawancara dengan guru kelas mengenai sikap sosial siswa

Berdasarkan beberapa uraian masalah di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran tematik yang berkaitan dengan bencana alam pada siswa kelas III terutama kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah belum berlangsung seperti apa yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu diadakannya perbaikan dalam proses pembelajaran agar pengetahuan kesiapsiagaan bencana dan sikap sosial siswa dapat dicapai secara maksimal. Menurut Winataputra (2008: 1.40) kegiatan pembelajaran seharusnya mengacu pada penggunaan model, pendekatan, strategi, dan media dalam rangka membangun proses belajar dengan membahas materi dan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Selain itu, penggunaan model pembelajaran memungkinkan siswa lebih aktif sehingga tercapai hasil belajar yang optimal.

Salah satu alternatif yang dimungkinkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran serta meningkatkan pengetahuan kesiapsiagaan bencana dan sikap sosial di wilayah rawan bencana tsunami pada siswa SD adalah dengan menggunakan model Exploring, Clustering, Simulating, Valuing, dan

(22)

model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran, termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Selanjutnya Soekamto, dkk. (dalam Trianto, 2010: 5) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran.

Model pembelajaran yang dipandang lebih tepat untuk diterapkan di SD Negeri 5 Pesisir Tengah pada tema yang berkaitan dengan bencana alam dan dimungkinkan mampu mengatasi persoalan di atas ialah model Exclusive. Model Exclusive diyakini mampu mengatasi permasalahan di atas, karena Model Exclusive dapat menumbuhkan pengetahuan kesiapsiagaan bencana dan sikap sosial agar tercapai hasil belajar yang maksimal.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalahs, maka identifikasi masalah yang ada ialah sebagai berikut.

1. Letak SD Negeri 5 Pesisir Tengah yang rentan terhadap dampak bencana alam tsunami.

2. Rendahnya pengetahuan siswa tentang potensi bencana alam di sekitar mereka.

3. Rendahnya pengetahuan kesiapsiagaan bencana alam yang dimiliki siswa. 4. Belum diterapkannya pembelajaran yang mengacu pada lingkungan

terdekat siswa.

5. Guru belum maksimal dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan berbagai model pembelajaran, salah satunya model

Exclusive.

6. Pembelajaran masih berpusat pada guru.

7. Kurang berkembangnya sikap sosial yang dimiliki siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut.

1. Rendahnya pengetahuan kesiapsiagaan bencana siswa kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah.

(24)

3. Belum maksimalnya pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan berbagai model pembelajaran, salah satunya model Exclusive.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka diperoleh beberapa rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah meningkatkan pengetahuan kesiapsiagaan bencana melalui penerapan model Exclusive siswa kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah? 2. Bagaimanakah meningkatkan sikap sosial melalui penerapan model

Exclusive siswa kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitan adalah untuk:

1. Meningkatkan pengetahuan kesiapsiagaan bencana melalui penerapan model Exclusive siswa kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah.

2. Meningkatkan sikap sosial siswa melalui penerapan model Exclusive kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah.

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Siswa

(25)

2. Guru

Dapat menambah profesionalitas serta wawasan guru dalam menggunakan model pembelajaran Exclusive untuk meningkatkan pengetahuan kesiapsiagaan bencana dan sikap sosial pada tema yang berkaitan dengan bencana alam kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah. 3. Sekolah

Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam rangka meningkatkan pengetahuan kesiapsiagaan bencana dan sikap sosial tema yang berkaitan dengan bencana alam kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah.

4. Peneliti

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Exclusive 1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan cara penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Soekamto, dkk. (dalam Trianto, 2010: 74), mengemukakan model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Sejalan dengan pendapat di atas, Joyce (dalam Trianto, 2010: 74), menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Lebih lanjut menurut Arends (dalam Abdurrahman, 2012: 216), model pembelajaran mempunyai 4 (empat) ciri, yaitu:

1) Rasional teoritik; pandangan dan landasan berpikir bagai mana hakikat peserta didik dapat belajar dengan baik.

(27)

3) Sintaks; bagaimana pola urutan perilaku siswa-guru. 4) Bagaimana lingkungan belajar yang mendukung.

Berdasarkan kerangka model pembelajaran Arends, maka Sudiarta (dalam Abdurrahman, 2012: 1), menguraikan lebih rinci mengenai model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik, antara lain sebagai berikut.

1) Rasional teoretik; landasan berpikir bagaimana hakikat peserta didik dapat belajar dengan baik.

2) Sintaks, bagaimana pola urutan perilaku siswa-guru.

3) Prinsip interaksi; bagaimana guru memposisikan diri terhadap siswa, maupun sumber-sumber belajar.

4) Sistem sosial; bagaimana cara pandang antar komponen dalam komunitas belajar.

5) Dampak pembelajaran bagaimana hasil dan dampak pembelajaran yang diharapkan baik dampak instruksional (instructional effect) maupun dampak pengiring (nurturant effect).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan perencanaan atau pola yang dapat kita jadikan acuan atau pedoman dalam mendesain pembelajaran dan perangkat pembelajaran untuk membantu menciptakan pemahaman atau pengalaman belajar yang bertahan lama pada benak siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan salah satunya adalah model Exclusive.

2. Model Pembelajaran Exclusive

(28)

(2012: 217), mengemukakan model pembelajaran Exclusive merupakan pengembangan dari model pembelajaran tematik yang berbasis kontruktivisme yang berorientasi pada 3 (tiga) pilar awareness dan literacy

siswa terhadap bencana alam yaitu dari paham, sadar, dan siaga (PS2) yang mempunyai sintaks utamanya meliputi Exploring, Clustering, Simulating, Valuing, dan Evaluating. Untuk lebih jelasnya seperti gambar berikut ini.

Gambar 2.1 Strategi PS2 dalam rasionalisasi Model Pembelajaran (Abdurrahman, 2012: 218)

Abdurrahman (2012: 218), juga mengemukakan model pembelajaran

Exclusive dikembangkan dari pembelajaran tematik yang pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau topik sentral, setelah tema ditetapkan selanjutnya tema tersebut dijadikan dasar untuk menentukan dasar sub-sub tema dari bidang studi lain yang terkait. Lebih lanjut Abdurrahman (2012: 218), menyatakan model pembelajaran Exclusive berguna dalam mengkaji informasi dari fakta atau fenomena yang ada di lingkungan sekitar dan terkait dengan pengalaman nyata siswa sehari-hari. Di samping itu, hal ini juga paling efektif untuk merumuskan kesamaan konsep yang berangkat dari pengalaman dan kondisi yang sama sebelum akhirnya mereka akan

Paham

Sadar

(29)

mengkonfirmasi secara bersama konsep yang mereka dapatkan dan kemudian disimulasikan berdasarkan informasi yang didapat pada tahap sebelumnya.

Berdasarkan pengertian di atas, model pembelajaran Exclusive

dikembangkan bukan hanya untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya pengetahuan tentang bencana alam kebumian di sekitar lingkungan siswa, tetapi juga dirancang untuk membangun kesadaran mendalam tentang pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

2. Sintaks Model Pembelajaran Exclusive

Model Exclusive merupakan model pembelajaran yang sintaks pembelajarannya dikembangkan berdasarkan kebutuhan siswa. Hal tersebut sejalan dengan Abdurrahman (2012: 19), mengemukakan sintaks model pembelajaran Exclusive dikembangkan berdasarkan rasional kebutuhan siswa di wilayah rawan bencana sebagai berikut.

Fase 1: Exploring

Setelah apersepsi dan memotivasi singkat mengenai tema yang akan dipelajari, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok di mana masing-masing kelompok mempunyai tugas untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan informasi rinci mengenai bencana yang dipelajari. Dalam hal ini memungkinkan guru membagi kelompok berdasarkan informasi yang harus mereka gali. Setiap kelompok bekerja sama untuk memastikan bahwa setiap anggotanya telah menguasai informasi.

Fase 2 : Clustering

Setelah masing-masing kelompok mendapatkan informasi yang cukup banyak dalam waktu yang sudah ditentukan, guru dan siswa mencari kesamaan-kesamaan informasi yang didapat pada langkah pertama untuk dibuat cluster-cluster informasi. Kemudian, dari

(30)

Misal, clustered data/informasi tersebut dirumuskan menjadi (internalized) nilai-nilai yang diperoleh melalui diskusi dan simulasi, sehingga tumbuh kemauan yang kuat untuk menerapkan dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Fase 5 : Evaluating

Tahap yang terakhir adalah mengevaluasi jalannya keseluruhan proses pembelajaran sehingga memperoleh sejumlah rumusan rekomendasi-rekomendasi perbaikan pada kegiatan pembelajaran berikutnya. Dalam tahap ini, juga ternyata dari hasil evaluasi masih ada hal-hal yang perlu digali lebih dalam, kemudian tahap eksploring

dapat dilakukan kembali dan begitu seterusnya seperti sebuah siklus.

Gambar 2.2 Siklus model pembelajaran Exclusive

(Abdurrahman, 2012: 220)

Lebih lanjut Abdurrahman (2012: 220), menyatakan model pembelajaran Exclusive ini dapat dikembangkan untuk memacu siswa berperan aktif dalam setiap fase pembelajarannya. Siswa diharapkan mampu untuk mengajukan pendapatya. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif dan terlibat saling tukar pikiran, berkolaborasi, berkomunikasi, dan bersimulasi sama-sama untuk mencapai tujuan

(31)

pembelajaran yang diinginkan sehingga diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuannya.

Berdasarkan pengertian di atas model Exclusive dapat dikembangkan untuk memacu siswa berperan aktif dalam setiap fase pembelajarannya, di mana fase pembelajarannya terdiri dari Exploring, Clustering, Simulating,

Valuing, dan Evaluating.

3. Prinsip Interaksi Model Pembelajaran Exclusive

Model pembelajaran Exclusive merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal tersebut sesuai dengan Abdurrahman (2012: 220), mengemukakan model pembelajaran Exclusive berbasis metakognitif dikembangkan untuk pendekatan yang bersifat low structure artinya pembelajaran berpusat pada siswa, dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator, dan moderator. Selanjutnya Simon (dalam Abdurrahman, 2012: 218), juga mengemukakan bahwa metakognisi terdiri atas dua komponen, yaitu: pengetahuan dan keterampilan metakognisi.

(32)

Gambar 2.3 Prinsip interaksi model pembelajaran Exclusive

(Abdurrahman, 2012: 220)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, prinsip interaksi model

Exclusive dalam pembelajarannya berpusat pada siswa, dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator, dan moderator.

4. Sistem Sosial Model Pembelajaran Exclusive

Sistem sosial yang dikembangkan model pembelajaran Exclusive

pada dasarnya sama dengan sistem sosial model pembelajaran kooperatif yang telah lama kita kenal. Vigotsky (dalam Abdurrahman: 2012: 221), mengemukakan sistem sosial ini menekankan kontruksi pengetahuan (knowledge construction) yang dilakukan setiap individu peserta didik secara aktif atas tanggung jawabnya sendiri, namun kontruksi pengetahuan individu tersebut akan semakin kuat dan kokoh jika dilakukan secara berkolaboratif dalam kelompok masif yang mutual.

Lebih lanjut Abdurrahman (2012: 221), menyatakan kelompok belajar yang mutual adalah kelompok kooperatif yang menekankan pada upaya terjadinya diskusi yang dilandasi rasa keterbukaan, sehingga timbul rasa nyaman dan rasa persahabatan di dalam kelompok peserta didik dalam berkolaborasi untuk memecahkan masalah yang terkait dengan tema-tema sentral kehidupan siswa. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, sistem

(33)

sosial model Exclusive menekankan kepada konstruksi pengetahuan setiap individu yang dilakukan secara berkolaboratif dalam kelompok.

B. Bencana Alam Tsunami 1. Bencana Alam

Indonesia merupakan negara yang rawan akan bencana alam, karena secara geografis Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama di dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Australia, dan lempeng Pasifik. Kondisi pertemuan lempeng tersebut menyebabkan Indonesia berpotensi terhadap bencana alam gempa bumi dan tsunami. Hal itu sejalan dengan Undang-undang No. 24 Tahun 2007 (dalam Ikatan Penerbit Indonesia/IKAPI, 2011: 2), tentang penanggulangan bencana, pasal 1 ayat 2, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

(34)

Undang-undang No. 24 Tahun 2007 (dalam IKAPI, 2011: 1), tentang penanggulangan bencana menjelaskan bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor nonalam maupun faktor manusia. Hal ini yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

Sejalan dengan pendapat di atas, Abdurrahman (2012: 3), mengemukakan program pengurangan resiko bencana sebagaimana dimandatkan oleh Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana harus terintegrasi ke dalam program pembangunan, termasuk dalam sektor pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu alternatif yang sangat penting dalam mengurangi resiko bencana alam.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, dan lain-lain. Untuk itu diperlukan program penanggulangan bencana terintegrasi ke dalam program pembangunan, termaksuk dalam sektor pendidikan.

2. Bencana Alam Tsunami

(35)

J g g k k , ”tsu” ” l h

nami” ”g lom g” Selanjutnya Novikasari, (2007: 2) mengemukakan tsunami bukanlah sebuah gelombang tunggal maupun gelombang pasang melainkan rangkaian gelombang yang disebut kereta gelombang. Rangkaian gelombang tersebut bisa datang berurutan dengan jeda antara lima menit hingga satu jam.

Sejalan dengan pendapat di atas Ratnasari (2007: 10) mengemukakan tsunami adalah gelombang laut akibat pergerakan atau pergeseran di dasar laut. Terjadinya tsunami dapat dipicu oleh berbagai macam gangguan berskala besar yang dialami oleh air laut misalnya gempa bumi, letusan gunung berapi, longsor, maupun jatuhnya meteor ke bumi. Lebih lanjut Novikasari (2007: 14), mengemukakan tsunami memiliki beberapa jenis berdasarkan waktu terjadinya setelah gempa sebagai berikut.

1. Tsunami jarak dekat (lokal), terjadi 0-30 menit setelah gempa. 2. Tsunami jarak menengah, terjadi 30 menit – 2 jam setelah gempa. 3. Tsunami jarak jauh, terjadi lebih dari 2 jam setelah gempa.

(36)

C. Belajar dan Hasil Belajar 1. Belajar

Belajar merupakan proses pemerolehan berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berlangsung sepanjang hayat. Banyak teori tentang belajar yang telah dikembangkan oleh para ahli, di antaranya yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.

Salah satu teori belajar yang banyak digunakan pada saat ini adalah teori belajar konstruktivisme. Hal ini dikarenakan pelaksanaan pendidikan saat ini, banyak bermuara pada penerapan berbagai strategi pembelajaran yang berorientasi pembelajaran berpusat pada siswa. Seperti yang dikemukakan Budianingsih (2005: 58), bahwa belajar menurut pandangan konstruktivistik merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh pembelajar yang harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang harus dipelajari.

(37)

Salah satu tokoh aliran konstruktivisme ialah Vygotsky dengan konsep ZPD, Menurut Vygotsky (dalam Komalasari, 2012: 22), jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial budaya dan sejarahnya. Menurutnya, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu tataran sosial tempat orang-orang membentuk lingkungan sosialnya dan tataran psikologis di dalam diri orang yang bersangkutan. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori konstruktivisme yang dilandasi oleh Vygotsky adalah model Exclusive.

Bell-Gredler (dalam Fatmawati, 2011: 8), menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Ketiga hal tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.

Winkel (dalam Fatmawati, 2011: 8), mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

(38)

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Nashar (dalam Fatmawati, 2011: 11), hasil belajar adalah kemampuan nyata yang didapat langsung dan diukur dengan tes tertentu yang dapat dihitung hasilnya.

Sedangkan hasil belajar menurut pemikiran Kunandar (dalam Selamat, 2013: 14), adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Selanjutnya Menurut Bloom, dkk. (Sudijono, 2011: 20) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan dari hal yang konkret sampai dengan hal yang abstrak. Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar.

(39)

b. Hasil Belajar di Daerah Rawan Bencana

Belajar menurut pendapat para ahli beraliran kontruktivisme (dalam Sudijono, 2011: 39) menekankan pada belajar autentik, bukan artifisial. Belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata. Belajar bukan sekadar mempelajari teks-teks (tekstual), yang terpenting adalah bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau konstekstual.

Hasil belajar yang diperoleh siswa diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang bermakna mengenai lingkungan sekitar meraka, sehingga tercipta sebuah sikap dan prilaku dalam menghadapi lingkungan tersebut salah satunya adalah potensi bencana alam di sekitar mereka. Hasil belajar di daerah rawan bencana yang diharapkan antara lain.

1) Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana a) Pengetahuan

(40)

Lebih lanjut Taufik (dalam repository.usu.ac.id), mengemukakan pengetahuan merupakan pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya) Sejalan dengan pendapat tersebut Rasyidin (2006: 127) mengemukakan pengetahuan merupakan konstruk informasi yang mampu diterima dalam arti dimengerti oleh setiap subjek tentang objek yang menjadi perhatiannya. Proses pembentukan pengetahuan dapat terjadi hanya dengan melibatkan minat atau pehatian dan kepentingan subjek yang menghadapinya.

Max Scheler (dalam Rasyidin, 2006: 124), juga mengungkapkan bahwa pengetahuan dapat dirumuskan sebagai partisipasi oleh suatu realita dalam suatu realita yang lain, tetapi tanpa modifikasi-modifikasi dalam kualitas yang lain itu, sebaliknya objek yang mengetahui, dipengaruhi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ialah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan objek dengan indra dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan sebuah objek tertentu.

b) Kesiapsiagaan Bencana

(41)

Tahun 2007 Pasal 1 Angka 7 (dalam IKAPI, 2011: 3) tentang penanggulangan bencana menjelaskan, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Sejalan dengan pendapat tersebut Sopaheluwakan, dkk. (2006: 6), mengemukakan kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan di dalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadinya suatu bencana. Sedangkan kesiapsiagaan menurut Carter (dalam repository.usu.ac.id), kesiapsiagaan bencana adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas, dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Termasuk ke dalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharan dan pelatihan personal.

(42)

keadaan darurat bencana; (4) sistem peringatan bencana; dan (5) kemampuan untuk memobilisasi sumber daya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, kesiapsiagaan bencana adalah segala upaya yang dilakukan dalam mengurangi dampak dari bencana alam. Ada lima faktor kritis kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam yaitu pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana, kebijakan dan panduan, rencana untuk keadaan darurat bencana, sistem peringatan bencana, dan kemampuan untuk memobilisasi sumber daya.

c) Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana

(43)

Sekolah sebagai media pengantar ilmu pengetahuan diharapkan mampu menyerap dan mengaplikasikan pengetahuan kesiapsiagaan menghadapi bencana.

Mulyadi, dkk. (2009: 37), mengungkapkan distribusi ilmu pengetahuan dan praktik kesiapsiagaan bencana dapat dilakukan dengan metode yang sangat sederhana dan peran guru dalam hal mengemas informasi kesiapsiagaan bencana menjadi penting untuk terus dikembangkan. Dengan dimilikinya pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang baik, maka diharapkan komunitas sekolah menjadi lebih siap dalam menghadapi segala resiko yang ditimbulkan oleh bencana.

Mulyadi, dkk. (2009: 40) mengungkapkan pengetahuan dan sikap merupakan elemen yang penting dalam kesiapsiagaan berbasis sekolah. Pengetahuan yang baik menjadi landasan membangun kesiapsiagaan. Pada bagian ini masyarakat sekolah mulai melengkapi pengetahuan mereka mengenai proses alam dan sejarah bencana, kerentanan wilayah pesisir, serta praktik pertolongan pertama.

(44)

tentang kerentanan bangunan fisik dan fasilitas-fasilitas penting untuk keadaan darurat bencana; dan (4) sikap dan kepedulian terhadap resiko bencana

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, pengetahuan kesiapsiagaan bencana menjadi hal yang sangat penting mengingat rentannya pengetahuan kesiapsiagaan bencana yang dimiliki komunitas sekolah, termaksuk peserta didik. Untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan pada parameter pengetahuan dan sikap terdiri dari empat variabel, yaitu pemahaman tentang bencana alam, pemahaman tentang kerentanan lingkungan, pemahaman tentang kerentanan bangunan fisik dan fasilitas-fasilitas penting untuk keadaan darurat bencana, dan sikap serta kepedulian terhadap resiko bencana.

2) Sikap Sosial a) Sikap

Sikap merupakan cerminan dari pribadi seseorang dalam interaksinyanya dengan lingkungan sekitar. Sebagaimana yang dikemukakan Herbert Spencer (dalam Ahmadi, 2007: 148), istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude

(45)

sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun masa yang akan datang.

Satnoff (dalam Sarwono, 2005: 162), mengemukakan sikap sebagai kesediaan untuk berinteraksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably) terhadap objek-objek tertentu. Selanjutnya Agus (2002: 18), mengemukakan sikap adalah kecenderungan individu untuk berinteraksi terhadap objek, mendekati atau menjauhi.

Ahmadi (2007: 156), mengemukakan sikap timbul karena ada stimulus, terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Selanjutnya Ahmadi (2007: 148), juga mengekukakan sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama, pendidikan, dan sebagainya.

(46)

b) Sikap Sosial

Sikap sosial merupakan cerminan tingkah laku seorang individu terhadap lingkungannya. Sebagaimana yang dikemukakan Ahmadi (2007: 149), sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Lebih lanjut Ahmadi (2007: 152), mengemukakan sikap sosial dinyatakan tidak oleh seseorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya.

Kusumo (dalam lib.atmajaya.ac.id), juga mengungkapkan sikap sosial anak adalah kemampuan anak untuk dapat bekerja sama, dapat berempati, dapat berinteraksi, dan dapat meniru perilaku positif serta menghindari rasa

ol k, m gh “ go ”, m gh go m

jenis kelamin, dan menghindari agresivitas dengan semua orang yang ditemuinya, baik yang sebaya, maupun orang yang lebih dewasa.

(47)

Tabel 2.1 Indikator sikap KI 2 Kurikulum 2013 Sikap Sosial Indikator

1. Jujur  Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan

 Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah

 Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan

 Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya ilmiah 3. Tanggung

jawab

 Melaksanakan tugas individu dengan baik

 Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan

 Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat

 Mengembalikan barang yang dipinjam

 Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan

4. Toleransi

 Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat

 Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender 5. Gotong -

royong

 Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah

 Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan

6. Santun atau sopan

 Menghormati orang yang lebih tua.

 Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.

7. Percaya diri  Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.

 Mampu membuat keputusan dengan cepat

Sumber: Kemendikbud (2013: 221)

(48)

3) Keterampilan

Ranah ketrampilan/psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (dalam Sudijono, 2011: 57) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak individual. Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut ini.

a) Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya tugas memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari.

(49)

b) Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.

Hasil kerja akhir proyek dapat berupa laporan tertulis, rekaman video, atau gabungan keduanya, dan lain-lain. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.

c) Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

(50)

digunakan untuk melihat unjuk kerja siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran.

D. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 difokuskan kepada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara konstektual. Selain itu, kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan kompetensi dan karakter peserta didik sebagai bekal untuk menghadapi tantangan dan perubahan zaman. Untuk mencapai tujuan tersebut, dirancanglah sebuah pembelajaran tematik terpadu yang menerapkan pendekatan scientific dengan menggunakan penilaian autentik.

1. Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan prinsip terpadu dengan menggunakan tema pemersatu dalam memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus pada satu kali tatap muka sehingga memberikan pengalaman peserta yang bermakna. Hal itu sejalan dengan pendapat Triyanto (2010: 83) pembelajaran tematik menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi siswa, baik aktivitas formal maupun informal.

(51)

tema-tema tertentu. Dalam pembelajarannya tema tersebut ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Lebih lanjut Kemendikbud (2013: 197), mengungkapkan lebih spesifik bahwa pembelajaran Tematik Terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.

Kemendikbud (2013: 198), juga mengungkapkan pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu berawal dari tema yang telah dipilih/dikembangkan oleh guru yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pembelajaran tematik ini tampak lebih menekankan pada tema sebagai pemersatu berbagai mata pelajaran yang lebih diutamakan pada makna belajar, dan keterkaitan berbagai konsep mata pelajaran.

(52)

2. Pendekatan Scientific

Pembelajaran merupakan proses ilmiah, karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan scientific dalam pembelajaran. Pendekatan scientific diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan Kemendikbud (2013: 210), upaya penerapan pendekatan scientific/ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan kurikulum 2013, yang tentunya menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut. Selanjutnya Kemendikbud (2013: 210), mengemukakan pendekatan scientific disebut juga sebagai pendekatan ilmiah, proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan

scientific dalam pembelajaran.

Kemendikbud (2013: 212) juga mengungkapkan pendekatan

(53)

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, pendekatan scientific merupakan suatu pendekatan yang diamanatkan dalam kurukulum 2013. Pendekatan scientific mempunyai komponen antara lain: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

3. Penilaian Autentik

Penilaian hasil belajar pada Kurikulum 2013 menekankan pada penilaian proses baik pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian inilah yang disebut penilaian autentik. Sebagaimana dinyatakan oleh Kemendikbud (2013: 246), penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Kemendikbud (2013: 248), juga mengungkapkan secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

(54)

Nurgiantoro, 2011: 23), mengemukakan penilaian autentik merupakan penilaian kinerja (performansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya.

Nurgiantoro (2011: 23), lebih lanjut mengemukakan penilaian autentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah. Tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Selain itu merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan, yang terdiri dari berbagai jenis penilaian antara lain penilaian kenerja, observasi sistematik, pertanyaan terbuka, portofolio, penilaian pribadi dan jurnal.

E. Kinerja Guru

(55)

75) juga menyatakan bahwa jika dipandang dari segi siswa, maka tugas guru adalah harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktik-praktik komunikasi.

Berkaitan dengan kinerga guru, Susanto (2013: 29) berpendapat bahwa kinerja guru dapat diartikan sebagai prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dalam pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan kinerja mengajar guru adalah seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan guru sesuai dengan tugasnya sebagi pendidik.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (dalam Rusman, 2012: 54-58) standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh ke dalam empat kompetensi yaitu kompetensi Pedagogik, kompetensi Kepribadian, kompetensi Sosial, dan kompetensi Profesional.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, kineja guru adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kinerja tersebut di antaranya adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil belajar yang berkenaan dengan kompetensi profesinal guru.

F. Kerangka Pikir

(56)

pada pembelajaran tematik, maka pengetahuan kesiapsiagaan bencana dan sikap sosial siswa akan meningkat.

Secara sederhana, kerangka pikir dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka, dapat dirumuskan hipotesis tindakan

g k : “A l l m m l j tematik di wilayah rawan bencana alam tsunami dengan menerapkan model Exclusive pada subtema bencana alam di sekitarku sesuai dengan langkah-langkah yang tepat, maka pengetahuan kesiapsiagaan bencana dan sikap sosial siswa kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah m gk ”

1. Siswa masih pasif dalam pembelajaran. 2. Pengetahuan kesiapsiagaan bencana

dan sikap sosial siswa rendah.

Model Pembelajaran Exclusive dengan pendekatan saintifik yaitu Eksplorasi, pembagian informasi dan kelompok, simulasi berdasarkan pengetahuan yang didapat, menginternalisasikan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari, dan evaluasi.

1. Pengetahuan kesiapsiagaan bencana siswa meningkat sehingga siswa yang tuntas

m ≥75 j ml h w .

2. Sikap sosial yang dimiliki siswa meningkat sehingga siswa yang memperoleh kategori

k m m l “B k”m ≥75

jumlah siswa. Input

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Wardani, dkk. (2007: 1.3), mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Selanjutnya, Arikunto (2006: 58) mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

(58)

Gambar 3.1 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas Wardani, dkk. (2007: 2.4)

B. Setting Penelitian 1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 5 Pesisir Tengah. Terletak di Kelurahan Pasar Krui, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Dimulai dari bulan Februari sampai bulan Juni 2014.

Siklus Selanjutnya Perencanaan I

SIKLUS I

Pengamatan I

Pelaksanaan I Refleksi I

Perencanaan II

SIKLUS II

Pengamatan II

(59)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah dengan jumlah 28 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes (observasi).

1. Teknik nontes (observasi)

Teknik nontes (observasi) digunakan untuk mengetahui kinerja guru, sikap sosial siswa, dan keterampilan siswa selama pembelajaran tematik terpadu melalui penerapan model Exclusive.

2. Teknik tes

Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif (angka). Melalui tes ini diketahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik dengan subtema bencana alam berupa pengetahuan kesiapsiagaan bencana melalui penerapan model Exclusive.

E. Alat Pengumpulan Data

Menurut Arikunto S. (2007: 101), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut: 1. Lembar observasi kinerja guru, instrumen ini digunakan untuk

(60)

2. Lembar observasi sikap sosial siswa, instrumen ini digunakan untuk mengetahui aktivitas sikap sosial siswa selama pembelajaran.

3. Lembar observasi keterampilan siswa, instrumen ini digunakan untuk mengetahui aktivitas keterampilan siswa selama pembelajaran dan digunakan sebagai data penunjang penelitian.

4. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk mengungkapkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran serta mengetahui ketercapaian indikator pembelajaran dengan menggunakan model

Exclusive.

F. Teknik Analisis Data 1. Data Kualitatif

Analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan kinerja guru, sikap sosial siswa dan keterampilan siswa selama pembelajaran.

a. Kinerja Guru

Nilai kinerja guru diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut.

(61)

Tabel 3.1 Kriteria kinerja guru.

No Rentang nilai Kategori

1 N > 80 Sangat baik

1) Aktivitas sikap sosial tiap individu diperoleh dengan rumus:

Keterangan:

(62)

2) Nilai persentase sikap sosial siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

(Aqib, 2009: 41)

c. Keterampilan Siswa

Aktivitas keterampilan tiap individu diperoleh dengan rumus:

Keterangan: NA = Nilai akhir

SP = Skor pemerolehan SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap (Kunandar, 2013: 126)

Tabel 3.3 Kategori Hasil Belajar keterampilan.

Nilai Angka Kategori

81-100 Sangat Terampil 66-80 Terampil 51-65 Cukup Terampil 0-50 Kurang Terampil

(Adaptasi dari Kemendikbud 2013: 131)

Persentase keterampilan siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

(Aqib, 2009: 41) 100 ×

(63)

=

2. Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Nilai siswa akan dibandingkan dengan nilai awal kemudian dihitung selisihnya, selisihnya itu yang menjadi kemajuan atau kemunduran belajar

a. Menghitung ketuntasan pengetahuan kesiapsiagaan bencana siswa secara individual

Keterangan:

S = Nilai siswa (nilai yang dicari)

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

(Purwanto, 2008: 112)

Tabel 3.4 Kriteria ketuntasan pengetahuan kesiapsiagan bencana siswa. Konversi nilai akhir Predikat (pengetahuan

dan keterampilan)

(64)

� = ∑�

� = ℎ � % b. Menghitung nilai rata-rata pengetahuan kesiapsiagan bencana seluruh

siswa.

Keterangan:

= Nilai rata-rata yang dicari

∑X = Jumlah nilai

n = Jumlah jumlah siswa Sumber: Muncarno (2009:15)

c. Ketuntasan klasikal pengetahuan kesiapsiagaan bencana

Keterangan:

Ketuntasan individual : jika w m k ≥

Ketuntasan klasikal : j k ≥ 75 l h w m ketuntasan individual ≥

(Purwanto, 2008: 102)

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Urutan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di Kelas III A SD Negeri 5 Pesisir Tengah adalah sebagai berikut.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan penelitian yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Peneliti mempersiapkan proses pembelajaran dengan penerapan model

Exclusive. Langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut.

(65)

2) Menyusun rencana pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dengan guru sesuai dengan KD yang akan diajarkan.

3) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

4) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) dan media yang sesuai dengan materi dan model pembelajaran yang akan digunakan. 5) Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar

observasi untuk mengamati akivitas siswa dan kinerja guru.

6) Menyusun alat evaluasi hasil belajar siswa dan pedoman penyekoran.

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini merupakan implementasi atau penerapan dari perencanaan yang telah disusun, yaitu sebagai berikut.

Kegiatan Awal

1) Guru memberikan salam dan mengajak siswa berdoa. 2) Guru mengondisikan siswa agar siap belajar.

3) Guru memeriksa kehadiran siswa. 4) Guru mengajak siswa bernyanyi.

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari, yaitu tentang bencana alam tsunami.

Kegiatan Inti

(66)

2) Guru memulai kegiatan belajar dengan mengajak siswa bernyanyi kembali lagu yang telah diajarkan.

3) Siswa menyanyikan lagu bersama-sama sesuai dengan irama yang tepat.

4) Setelah bernyanyi, guru bertanya jawab dengan siswa mengenai isi dari syair lagu yang telah dinyanyikan bersama-sama.

5) Guru menunjukkan gambar-gambar bencana alam tsunami, siswa diminta mengamati gambar tersebut.

6) Siswa mengungkapkan apa yang mereka lihat dari gambar tersebut. 7) Siswa membuat pertanyaan mengenai apa saja yang ingin mereka

ketahui dari gambar tersebut.

8) Guru meluruskan dan menyeleksi pertanyaan-pertanyaan siswa. 9) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab

pertanyaan tersebut.

10)Secara berkelompok, siswa membaca wacana mengenai bencana alam tsunami.

11)Masing-masing kelompok mempunyai tugas untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan informasi dari wacana yang dibaca berdasarkan pertanyaan-pertanyaan siswa. 12)Dengan diskusi, siswa menentukan dan menuliskan pokok-pokok

informasi.

(67)

Kegiatan Akhir

1) Guru menutup kegiatan dengan menanyakan kepada siswa kegiatan apa saja yang dilakukan hari ini dan apa yang siswa rasakan? 2) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran hari ini. 3) Guru mengapresiasi kegiatan siswa hari ini.

4) Guru mengucapkan salam dan doa penutup.

c. Pengamatan

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti sebagai guru dan teman sejawat beserta guru sebagai observer:

1) Mengamati sikap sosial siswa melalui lembar observasi yang telah disiapkan yaitu untuk melihat peningkatan sikap sosial siswa dalam proses pembelajaran.

2) Mengamati kinerja guru menggunakan lembar observasi yaitu untuk melihat kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

3) Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus berikutnya.

(68)

d. Refleksi

Dalam tahap refleksi, peneliti:

1) Menganalisis hasil pengamatan terhadap sikap sosial siswa. Analisis yang dilakukan adalah untuk mengetahui sejauh mana sikap sosial siswa dalam berpartisipasi terhadap pembelajaran dan pengetahuan siswa terhadap materi yang telah diajarkan melalui penerapan model Exclusive.

2) Merenungkan kembali secara intensif kejadian atau peristiwa yang menyebabkan munculnya sesuatu yang tidak diharapkan atau yang diharapakan.

3) Menganalisis keberhasilan dan kekurangan proses pembelajaran berlangsung.

4) Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus II.

2. Siklus II

Siklus II ini dilakukan setelah merefleksi kegiatan Siklus I. Siklus II ini dilakukan sebagai usaha peningkatan pengetahuan kesiapsiagaan bencana dan sikap sosial siswa melalui penerapan model Exclusive. Hasil pada siklus II ini diharapkan lebih baik dari siklus I.

a. Perencanaan

(69)

1) Menganalisis KI, KD, dan materi pelajaran yang akan disampaikan sesuai dengan kurikulum 2013.

2) Menyusun rencana pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dengan guru berdasarkan hasil refleksi siklus I dan sesuai dengan KD yang akan diajarkan.

3) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

4) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) dan media yang sesuai dengan materi dan model pembelajaran yang akan digunakan. 5) Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar

observasi untuk mengamati akivitas siswa dan kinerja guru.

6) Menyusun alat evaluasi hasil belajar siswa dan pedoman penyekoran.

b. Pelaksanaan

Pada siklus II ini dilakukan tindakan atau perlakuan berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi dari siklus I, dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Kegiatan Awal

1) Guru memberikan salam dan mengajak siswa berdoa. 2) Guru mengondisikan siswa agar siap belajar.

(70)

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari, yaitu tentang bencana alam tsunami.

Kegiatan Inti

1) Mengajak siswa keluar lingkungan sekolah (pantai, dsb). 2) Bersama-sama guru dan siswa bernyanyi tentang alam.

3) Guru mengajak siswa untuk mengamati pemandangan sekitar. 4) Siswa mengungkapkan perasaan mereka terhadap pemandangan

tersebut.

5) Guru meminta siswa untuk bertanya dan mengungkapkan rasa ingin tahu siswa berdasarkan lingkungan sekitar.

6) Guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

7) Siswa menggambar sesuai dengan lingkungan sekitar.

8) Siswa mengungkapkan deskripsi mengenai gambar yang telah mereka buat.

9) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

10)Guru memberikan wacana mengenai tanda-tanda terjadinya tsunami kepada setiap kelompok.

11)Siswa mendiskusikan dan menuliskan tanda-tanda akan terjadinya tsunami.

12)Setiap perwakilan dari kelompok menyampaikan hasil diskusinya. 13)Guru dan siswa melakukan permainan yang melatih sikap peduli

(71)

14)Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan makna dari permainan tersebut.

Kegiatan Akhir

1) Guru menutup kegiatan dengan menanyakan kepada siswa kegiatan apa saja yang dilakukan hari ini dan apa yang siswa rasakan? 2) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran hari ini. 3) Guru mengapresiasi kegiatan siswa hari ini.

4) Guru mengucapkan salam dan doa penutup.

c. Pengamatan

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti sebagai observer:

1) Mengamati sikap sosial siswa melalui lembar observasi yang telah disiapkan yaitu untuk melihat peningkatan sikap sosial siswa dalam proses pembelajaran.

2) Mengamati kinerja guru menggunakan lembar observasi yaitu untuk melihat kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

3) Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus berikutnya.

d. Refleksi

Gambar

Gambar 2.1 Strategi PS2 dalam rasionalisasi Model Pembelajaran
Gambar 2.2 Siklus model pembelajaran Exclusive (Abdurrahman, 2012: 220)
Gambar 2.3 Prinsip interaksi model pembelajaran Exclusive
Tabel 2.1 Indikator sikap KI 2 Kurikulum 2013
+4

Referensi

Dokumen terkait

Adapun fungsi pada A = {bilangan asli} yang didefinisikan dengan f(x) = 2x adalah fungsi satu-satu, sebab kelipatan dua dari setiap dua bilangan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik syari’ah marketing yang terdiri dari Teistis ( Rabbaniyah ), Etis ( Akhlaqiyyah ), Realistis (

Anwar (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ‘Nilai Ekonomi Akibat Kerusakan Jalan Berdasarkan Pendekatan Willingness to Pay dan Willingness to Accept di Jalan

Pimpinan BPRS Puduarta Insani menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif dimana pimpinan mengikut sertakan orang lain ( bawahan) dalam pengambilan keputusan sehingga

Pelaksanaan siklus III penelitian dilakukan peneliti dengan mengintegrasikan strategi yang telah direncanakan, yaitu penulisan jurnal dan pemilihan ketua kelompok

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi untuk dalam pengambilan data atau sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh

Namun, perlu diketahui, pada hari ini media baru yang menjadi penguat suara- suara rakyat telah menunjukkan kemampuannya dalam menjatuhkan sesebuah pemerintahan yang mana segala

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dadih terhadap reaksi alergi dengan pengamatan gambaran histopatologi kulit pada mencit yang diinduksi