• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga Dan Karboksi Metil Selulosa (CMC) Terhadap Mutu Sorbet Air Kelapa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga Dan Karboksi Metil Selulosa (CMC) Terhadap Mutu Sorbet Air Kelapa"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN

CMC (CARBOXY METHYL CELLULOSE) TERHADAP

MUTU SORBET AIR KELAPA

SKRIPSI

OLEH

TETTY ULI OKTAVIANA SITUMEANG 050305032 / TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN

CMC (CARBOXY METHYL CELLULOSE) TERHADAP

MUTU SORBET AIR KELAPA

SKRIPSI

OLEH

TETTY ULI OKTAVIANA SITUMEANG 050305032 / TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing :

Ir. Hotnida Sinaga, M.Phil Ir. Sentosa Ginting, MP Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF MANGO PUREE AND CARBOXY METHYL

CELLULOSE (CMC) CONCENTRATIONS ON THE QUALITY OF COCONUT WATER SORBET

The aim of this research was to analyse the effect of mango puree and

carboxy methyl cellulose (CMC) concentrations on the quality of coconut water sorbet. The research had been performed using factorial completely randomized design with two factors, i.e; mango puree concentration (K) : (6%, 12%, 18% and

24%) and carboxy methyl cellulose concentration (C) : (0%, 0,25%, 0,5% and 0,75%). Parameters analyzed were vitamin C content, total acid, total soluble

solid, melting percentage, organoleptic values of colour, flavour, taste and texture. The results showed that mango puree concentration and CMC concentration had highly significant effect on all parameters. The interaction of

mango puree concentration and carboxy methyl cellulose had highly significant effect on total acid but no significant effect on vitamin C content, total soluble

solid, melting percentage, organoleptic values of colour, flavour, taste and texture. The 18% mango puree concentration and 0,5% of CMC produced the best quality of the coconut water sorbet.

(4)

ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN KARBOKSI METIL SELULOSA (CMC) TERHADAP

MUTU SORBET AIR KELAPA

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh konsentrasi bubur buah

mangga dan karboksi metil selulosa (CMC) terhadap mutu sorbet air kelapa.

Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor,

yaitu konsentrasi bubur buah mangga (K) : (6%, 12%, 18% dan 24%) dan

konsentrasi karboksi metil selulosa (C) : (0%, 0,25%, 0,5% dan 0,75%).

Parameter yang dianalisa adalah kadar vitamin C, total asam, total padatan

terlarut, persen mencair, nilai organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur.

Konsentrasi bubur buah mangga dan konsentrasi CMC berpengaruh sangat nyata

terhadap semua parameter. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda

sangat nyata terhadap total asam tetapi tidak nyata terhadap kadar vitamin C, total

padatan terlarut, persen mencair, nilai organoleptik warna, aroma, rasa dan

tekstur. Konsentrasi bubur buah mangga 18% dan konsentrasi CMC 0,5%

menghasilkan mutu sorbet air kelapa yang paling baik.

(5)

RINGKASAN

TETTY ULI OKTAVIANA SITUMEANG “Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga dan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) Terhadap Mutu

Sorbet Air Kelapa”, dibimbing oleh Ir. Hotnida Sinaga, M.Phil selaku ketua

komisi pembimbing dan Ir. Sentosa Ginting, M.P selaku anggota komisi

pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi bubur

buah mangga dan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) terhadap mutu sorbet air

kelapa.

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL),

dengan dua faktor. Faktor I : konsentrasi bubur buah mangga (K) yaitu K1 = 6%,

K2 = 12%, K3 = 18% dan K4 = 24%. Faktor II : konsentrasi CMC

(Carboxy Methyl Cellulose) (C) yaitu C1 = 0%, C2 = 0,25%, C3 = 0,5% dan

C4 = 0,75%. Parameter yang dianalisa adalah kadar vitamin C (mg/100 g bahan),

total asam (%), total padatan terlarut (oBrix), persen mencair (%), nilai

organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur (skor).

1. Kadar Vitamin C

Konsentrasi bubur buah mangga berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap kadar vitamin C sorbet air kelapa yang dihasilkan. Kadar vitamin C

tertinggi terdapat pada perlakuan K4 sebesar 20.23 mg/100 g bahan dan kadar

vitamin C terendah diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 11.47 mg/100 g bahan.

Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose (CMC) berpengaruh sangat nyata

(6)

Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 sebesar 17.53 mg/100 g

bahan dan kadar vitamin C terendah diperoleh pada perlakuan C1 sebesar

13.21 mg/100 g bahan.

Interaksi konsentrasi bubur buah mangga dan konsentrasi carboxy methyl

cellulose memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar vitamin C sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

2. Total Asam

Konsentrasi bubur buah mangga berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap total asam sorbet air kelapa yang dihasilkan. Total asam tertinggi

diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 0.45% dan total asam terendah diperoleh

pada perlakuan K1 sebesar 0.40%.

Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap total asam sorbet air kelapa yang dihasilkan. Total asam tertinggi

diperoleh pada perlakuan C1 sebesar 0.47% dan total asam terendah diperoleh

pada perlakuan C4 sebesar 0.40%.

Interaksi konsentrasi bubur buah mangga dan konsentrasi carboxy methyl

cellulose berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap total asam sorbet air kelapa yang dihasilkan. Total asam tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan K4C1

sebesar 0.50% dan terendah diperoleh pada perlakuan K1C3 dan K1C4 yaitu

sebesar 0.38%.

3. Total Padatan Terlarut

Konsentrasi bubur buah mangga berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

(7)

terlarut tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 15.53 oBrix dan total

padatan terlarut terendah diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 14.03 oBrix.

Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap total padatan terlarut air kelapa yang dihasilkan. Total padatan terlarut

tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 sebesar 15.53 oBrix dan total padatan

terlarut terendah diperoleh pada perlakuan C1 sebesar 13.85 oBrix.

Interaksi konsentrasi bubur buah mangga dan konsentrasi carboxy methyl

cellulose memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap total

padatan terlarut sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak

dilanjutkan.

4. Persen Mencair

Konsentrasi bubur buah mangga berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap persen mencair sorbet air kelapa yang dihasilkan. Persen mencair

tertinggi diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 14.81% dan persen mencair

terendah diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 10.38%.

Konsentrasi carboxy methyl cellulose berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap persen mencair sorbet air kelapa yang dihasilkan. Persen mencair

tertinggi diperoleh pada perlakuan C1 sebesar 26.52% dan persen mencair

terendah diperoleh pada perlakuan C4 sebesar 3.08%.

Interaksi konsentrasi bubur buah mangga dan konsentrasi carboxy methyl

cellulose memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap

persen mencair sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak

(8)

5. Organoletik Warna

Konsentrasi bubur buah mangga berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap organoleptik warna sorbet air kelapa yang dihasilkan. Organoleptik

warna tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 2.99 dan organoleptik warna

terendah diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 2.05.

Konsentrasi CMC (Carboxy Methyl Cellulose) berpengaruh sangat nyata

(P<0.01) terhadap organoleptik warna sorbet air kelapa yang dihasilkan.

Organoleptik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 sebesar 3.25 dan

organoleptik warna terendah diperoleh pada perlakuan C1 sebesar 1.06.

Interaksi konsentrasi bubur buah mangga dan konsentrasi carboxy methyl

cellulose memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap

organoleptik warna sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga dengan demikian

maka uji LSR tidak dilanjutkan.

6. Organoleptik Aroma

Konsentrasi bubur buah mangga berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap organoleptik aroma sorbet air kelapa yang dihasilkan. Organoleptik

aroma tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 3.09 dan organoleptik aroma

terendah diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 2.55.

Konsentrasi carboxy methyl cellulose berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap organoleptik aroma sorbet air kelapa yang dihasilkan. Organoleptik

aroma tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 sebesar 2.98 dan organoleptik aroma

terendah diperoleh pada perlakuan C1 sebesar 2.44.

Interaksi antara konsentrasi bubur buah mangga dan konsentrasi CMC

(9)

(P>0.05) terhadap organoleptik aroma sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga

dengan demikian maka uji LSR tidak dilanjutkan.

7. Organoleptik Rasa

Konsentrasi bubur buah mangga berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap organoleptik rasa sorbet air kelapa yang dihasilkan. Organoleptik rasa

tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 3.35 dan organoleptik rasa terendah

diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 2.89.

Konsentrasi CMC (Carboxy Methyl Cellulose) berpengaruh sangat nyata

(P<0.01) terhadap organoleptik rasa sorbet air kelapa yang dihasilkan.

Organoleptik rasa tertinggi diperoleh pada perlakuan C3 sebesar 3.30 dan

organoleptik rasa terendah diperoleh pada perlakuan C1 sebesar 2.84.

Interaksi antara konsentrasi bubur buah mangga dan konsentrasi carboxy

methyl cellulose memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05)

terhadap organoleptik rasa sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga uji LSR

tidak dilanjutkan.

8. Organoleptik Tekstur

Konsentrasi bubur buah mangga berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap organoleptik tekstur sorbet air kelapa yang dihasilkan. Organoleptik

tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 2.78 dan organoleptik

tekstur terendah diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 2.51.

Konsentrasi carboxy methyl cellulose berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap organoleptik tekstur sorbet air kelapa yang dihasilkan. Organoleptik

tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 sebesar 3.30 dan organoleptik tekstur

(10)

Interaksi antara konsentrasi CMC (Carboxy Methyl Cellulose) dan

konsentrasi bubur buah mangga memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata

(P>0.05) terhadap organoleptik tekstur sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga

uji LSR (Least Significant Range) tidak dilanjutkan.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

(12)
(13)
(14)

No Judul Halaman

7. Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Parameter yang Diamati ... 37

8. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa ... 38

9. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa ... 40

10. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap Total Asam Sorbet Air Kelapa ... 42

11. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Total Asam Sorbet Air Kelapa ... 44

12.Uji LSR Pengaruh Interaksi Konsentrasi Bubur Buah Mangga dan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Total Asam Sorbet Air Kelapa ... 46

13. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap Total Padatan Terlarut Sorbet Air Kelapa ... 48

14. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Total Padatan Terlarut Sorbet Air Kelapa ... 50

15. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap Persen Mencair Sorbet Air Kelapa ... 52

(15)

17. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap

Organoleptik Warna Sorbet Air Kelapa ... 55

18. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

terhadap Organoleptik Warna Sorbet Air Kelapa ... 57

19. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap

Organoleptik Aroma Sorbet Air Kelapa ... 59

20. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

terhadap Organoleptik Aroma Sorbet Air Kelapa ... 61

21. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap

Organoleptik Rasa Sorbet Air Kelapa ... 63

22. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

terhadap Organoleptik Rasa Sorbet Air Kelapa ... 64

23. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap

Organoleptik Tekstur Sorbet Air Kelapa ... 66

24. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

terhadap Organoleptik Tekstur Sorbet Air Kelapa ... 68

(16)

No Judul Halaman 1. Skema Pembuatan Sorbet Air Kelapa ... 35

2. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa ... 39

3. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa ... 41

4. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Total Asam Sorbet Air Kelapa ... 43

5. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Total Asam Sorbet Air Kelapa ... 45

6. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Total Asam

Sorbet Air Kelapa ... 47

7. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Total Padatan Terlarut Sorbet Air Kelapa ... 49

8. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Total Padatan Terlarut Sorbet Air Kelapa ... 51

9. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Persen Mencair Sorbet Air Kelapa ... 53

10. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Persen Mencair Sorbet Air Kelapa ... 54

11. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Organoleptik Warna Sorbet Air Kelapa ... 56

12. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Organoleptik Warna Sorbet Air Kelapa ... 58

13. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Organoleptik Aroma Sorbet Air Kelapa ... 60

14. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Organoleptik Aroma Sorbet Air Kelapa ... 62

15. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

(17)

16. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Organoleptik Rasa Sorbet Air Kelapa ... 65

17. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Organoleptik Tekstur Sorbet Air Kelapa ... 67

18. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Organoleptik Tekstur Sorbet Air Kelapa ... 69

(18)

No Judul Halaman

1. Data Pengamatan Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan) ... 75

2. Data Pengamatan Total Asam (%) ... 76

3. Data Pengamatan Total Padatan Terlarut (oBrix) ... 77

4. Data Pengamatan Persen Mencair (%) ... 78

5. Data Pengamatan Organoleptik Warna (Skor) ... 79

6. Data Pengamatan Organoleptik Aroma (Skor) ... 80

7. Data Pengamatan Organoleptik Rasa (Skor) ... 81

8. Data Pengamatan Organoleptik Tekstur (Skor) ... 82

(19)

ABSTRACT

THE EFFECT OF MANGO PUREE AND CARBOXY METHYL

CELLULOSE (CMC) CONCENTRATIONS ON THE QUALITY OF COCONUT WATER SORBET

The aim of this research was to analyse the effect of mango puree and

carboxy methyl cellulose (CMC) concentrations on the quality of coconut water sorbet. The research had been performed using factorial completely randomized design with two factors, i.e; mango puree concentration (K) : (6%, 12%, 18% and

24%) and carboxy methyl cellulose concentration (C) : (0%, 0,25%, 0,5% and 0,75%). Parameters analyzed were vitamin C content, total acid, total soluble

solid, melting percentage, organoleptic values of colour, flavour, taste and texture. The results showed that mango puree concentration and CMC concentration had highly significant effect on all parameters. The interaction of

mango puree concentration and carboxy methyl cellulose had highly significant effect on total acid but no significant effect on vitamin C content, total soluble

solid, melting percentage, organoleptic values of colour, flavour, taste and texture. The 18% mango puree concentration and 0,5% of CMC produced the best quality of the coconut water sorbet.

(20)

ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN KARBOKSI METIL SELULOSA (CMC) TERHADAP

MUTU SORBET AIR KELAPA

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh konsentrasi bubur buah

mangga dan karboksi metil selulosa (CMC) terhadap mutu sorbet air kelapa.

Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor,

yaitu konsentrasi bubur buah mangga (K) : (6%, 12%, 18% dan 24%) dan

konsentrasi karboksi metil selulosa (C) : (0%, 0,25%, 0,5% dan 0,75%).

Parameter yang dianalisa adalah kadar vitamin C, total asam, total padatan

terlarut, persen mencair, nilai organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur.

Konsentrasi bubur buah mangga dan konsentrasi CMC berpengaruh sangat nyata

terhadap semua parameter. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda

sangat nyata terhadap total asam tetapi tidak nyata terhadap kadar vitamin C, total

padatan terlarut, persen mencair, nilai organoleptik warna, aroma, rasa dan

tekstur. Konsentrasi bubur buah mangga 18% dan konsentrasi CMC 0,5%

menghasilkan mutu sorbet air kelapa yang paling baik.

(21)

Latar Belakang

Tanaman kelapa (Cocos nucifera) merupakan tanaman serbaguna, baik

untuk keperluan pangan dan non pangan. Setiap bagian dari tanaman kelapa bisa

dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, karena itu pohon kelapa dijuluki

sebagai The Tree of Life (pohon kehidupan) dan A Heavenly Tree (pohon surga).

Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae yang

merupakan satu-satunya spesies dalam genus Cocos dan pohonnya mencapai

ketinggian 30 meter. Buah kelapa berkulit keras dan berdaging warna putih.

Daging buah kelapa adalah komponen utama yang diolah menjadi

berbagai produk bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan air, tempurung dan sabut

sebagai hasil samping dari buah kelapa juga dapat diolah menjadi berbagai produk

yang nilai ekonominya tidak kalah dengan daging buah. Misalnya dari air kelapa

dapat dihasilkan beberapa produk yang bernilai ekonomi, seperti minuman ringan,

cuka dan nata de coco.

Secara umum, air kelapa mengandung 4,7 persen total padatan,

2,6 persen gula, 0,55 persen protein, 0,74 persen lemak serta 0,46 persen mineral

(Astawan, 2007). Susunan zat gizi yang ada pada air kelapa sangat mendekati

komposisi cairan isotonik yaitu cairan yang sangat sesuai dengan cairan tubuh

yang dapat menggantikan mineral tubuh yang hilang melalui keringat, selama

aktivitas berolahraga ataupun kerja keras lainnya.

Produksi air kelapa cukup berlimpah di Indonesia, yaitu mencapai lebih

dari dua juta liter per tahun. Namun pemanfaatannya dalam industri pangan belum

begitu menonjol, sehingga masih banyak air kelapa yang terbuang percuma.

(22)

terbentuk akibat terjadinya fermentasi air kelapa yang meningkatkan keasaman

tanah sehingga memberikan pengaruh buruk pada tanaman sekitar.

Melihat susunan gizi dari air kelapa dengan jumlahnya yang berlimpah,

maka terbuka satu peluang untuk memproduksi sorbet air kelapa yaitu salah satu

jenis produk es yang terbuat dari campuran air kelapa dan buah yang dihancurkan

dan diberi tambahan gula dan dibekukan.

Produksi sorbet air kelapa ini membuka peluang pemanfaatan limbah air

kelapa (tua) yang selama ini banyak terbuang, ditambah lagi dengan adanya

penambahan bahan-bahan lain seperti bubur buah mangga maka dapat

meningkatkan nilai gizi serta cita rasa dari air kelapa ini.

Mangga merupakan buah yang disukai hampir segala bangsa, karena

rasanya yang lezat. Sebagai buah konsumsi, mangga terdiri atas tiga lapisan yaitu

kulit (11-18%), daging (60-75%) dan biji (14-22%) (Pracaya, 2004).

Mangga adalah buah yang memiliki rasa yang manis dan sedikit asam,

dengan warnanya yang menarik, sehingga sering diolah menjadi produk-produk

minuman, seperti sirup, campuran dalam pembuatan es buah dan lain sebagainya.

Disamping itu, mangga juga mengandung nilai gizi yang cukup tinggi dan

lengkap seperti protein, lemak, vitamin, serat, macam-macam asam,mineral dan

gula sederhana seperti sukrosa, glukosa dan fruktosa yang memberikan rasa manis

dan tenaga yang dapat segera digunakan oleh tubuh.

Sorbet merupakan produk beku yang terbuat dari buah yang dihancurkan

dan diberi tambahan gula atau madu dan dibekukan. Dengan kata lain, sorbet

merupakan jus buah yang dibekukan dengan kandungan vitamin dan mineral yang

(23)

dewasa. Sorbet yaitu produk yang dihasilkan dengan mencampurkan bubur buah

mangga dengan air kelapa tua, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai gizi dan

nilai ekonomi dari air kelapa tua.

Dengan alasan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul ” Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga dan CMC

(Carboxy Methyl Cellulose) Terhadap Mutu Sorbet Air Kelapa”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi

bubur buah mangga dan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) terhadap mutu sorbet

air kelapa.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai sumber informasi dalam pembuatan sorbet air kelapa.

- Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hipotesis Penelitian

- Diduga ada pengaruh konsentrasi bubur buah mangga terhadap mutu sorbet air kelapa.

- Diduga ada pengaruh konsentrasi CMC (Carboxy Methyl Cellulose) terhadap mutu sorbet air kelapa.

- Diduga ada pengaruh interaksi antara konsentrasi bubur buah mangga dan konsentrasi CMC (Carboxy Methyl Cellulose) terhadap mutu sorbet

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Sekilas Tentang Buah Mangga

Buah mangga disebut buah batu dan memiliki bentuk beraneka ragam

antara lain bulat, bulat pendek dengan ujung pipih dan bulat panjang agak pipih.

Susunan buah terdiri dari beberapa lapisan, yaitu kulit buah, daging buah,serabut,

biji, lembaga dan pucuk buah (Rukmana, 1997).

Buah mangga banyak dikenal dan disukai orang di mana-mana. Mangga

termasuk buah bertempurung; pada bagian yang paling luar terdapat kulit,

kemudian disusul daging buah yang melekat pada tempurung yang keras dan enak

dimakan. Di dalam daging buah tersebut terdapat biji. Bentuk dan besarnya buah

mangga beraneka ragam. Untuk ukuran mangga yang terkecil, sering disebut

mangga kecik, beratnya sekitar 0,5-1 ons. Tetapi ada pula buah mangga yang

dapat mencapai berat sekitar 1 kg sampai 1,5 kg bahkan konon di India berat buah

mangga dapat mencapai 2 kg sampai 3,5 kg per buah (AAK, 1991).

Mangga merupakan buah yang disukai hampir segala bangsa, karena lezat.

Sebagai buah konsumsi, mangga terdiri atas tiga bagian yaitu kulit, daging dan

biji. Komponen daging buah mangga yang paling banyak adalah air dan

karbohidrat. Selain itu juga mengandung protein, lemak, macam-macam asam,

vitamin, mineral, tanin, zat warna dan zat yang mudah menguap. Zat menguap itu

beraroma harum khas mangga (Pracaya, 2004).

Bentuk buah mangga bermacam-macam. Ada mangga yang berbentuk

bulat (mangga gedong, telur), bentuk memanjang (kidang, nanas) dan ada buah

(25)

dan gayam bentuknya agak gepeng (pipih). Warna buah mangga juga

berbeda-beda, mangga arum manis atau gadung berwarna hijau tua, mangga

lali-jiwa berwarna hijau tua kebiru-biruan, mangga santok, cengkir, golek, bacang

berwarna hijau muda, mangga kepodang dan gedong berwarna

kekuning-kuningan sampai jingga, sedangkan jenis mangga madu berwarna agak

kemerah-merahan atau lembayung (AAK, 1991).

Buah mangga yang masih muda pada umumnya memiliki daging buah

yang berwarna keputih-putihan. Menjelang tua daging buah berubah menjadi

kekuning-kuningan sampai kejingga-jinggaan. Rasa daging buah mangga

bervariasi, yaitu asam sampai manis dengan aroma yang khas pada setiap jenis

dan varietas mangga (Rukmana, 1997).

Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Buah Mangga

Buah mangga banyak mengandung vitamin A dan C. Buah mangga masak

mengandung vitamin A sekitar 4800 IU (International Unit) dan sekitar 13-80 mg

vitamin C per 100 gram daging buah masak. Selain itu juga mengandung sekitar

0,04 mg vitamin B1 dan 0,05 mg vitamin B2. Vitamin C mudah sekali rusak kalau

berhubungan dengan zat asam. Ketika memroses mangga untuk dikalengkan atau

keperluan lain, jangan terlalu lama berhubungan dengan udara (Pracaya, 2004).

Komposisi buah mangga terdiri dari 80% air dan 15%-20% gula, protein,

lemak, mineral, zat warna, tanin serta berbagai macam vitamin, antara lain

vitamin A, B, C dan zat-zat yang mudah menguap. Kandungan kalori buah

mangga terutama terdapat di dalam gula tadi. Di dalam buah mangga yang masak,

jumlah tepungnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan buah mentah, karena

(26)

dimakan, buah yang masak lebih banyak memberikan sumber kalori atau tenaga.

Selulosa dan pektin yang terkandung di dalam buah mangga dapat memudahkan

pembuangan kotoran (AAK, 1991).

Karbohidrat daging buah mangga terdiri dari tepung, gula sederhana

(sukrosa, glukosa dan fruktosa) dan selulosa. Gula tersebut memberikan rasa

manis dan sumber energi yang dapat segera digunakan oleh tubuh. Protein pada

mangga terdapat dalam enzim, menyebabkan perubahan kimia dan metabolisme.

Enzim sering berefek tidak baik pada warna daging buah selama disimpan atau

dikalengkan (Pracaya, 2004).

Adapun komposisi kimia dan nilai gizi dari buah mangga dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Buah Mangga dalam 100 gram Komposisi Mentah Matang

Buah mangga mempunyai komposisi kimia yang terdiri dari air,

(27)

vitamin serta zat-zat yang mudah menguap dan berbau harum. Di Indonesia

banyak ditemui varietas mangga yang berpotensi untuk dibuat juice maupun

produk olahan lainnya, karena mempunyai sifat-sifat khas yang dapat

dimanfaatkan. Sebagai contoh adalah mangga kopyor yang mempunyai kadar sari

buah yang tinggi, mangga kweni yang mempunyai aroma yang kuat serta mangga

lalijiwo yang mempunyai serat halus (Yuniarti, 2000).

Sekilas Tentang Kelapa Buah Kelapa

Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae dan

merupakan satu-satunya spesies dalam genus Cocos, dan pohonnya mencapai

ketinggian 30 meter. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah pohon ini yang

berkulit keras dan berdaging warna putih. Pohon kelapa biasanya tumbuh di

pinggir pantai (Aliansyah, 2008).

Kelapa (Cocos nucifera L) adalah tanaman serba guna yang seluruh bagian

tanamannya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Bagian

tanaman ini akan bernilai ekonomi setelah melalui suatu proses pengolahan yang

baik. Buah kelapa baik yang muda maupun yang tua, juga sangat bermanfaat.

Buah kelapa (putih lembaganya) yang tua selain untuk pelengkap masakan juga

dijadikan kopra untuk diambil minyaknya. Dengan manfaatnya yang beragam,

maka kelapa termasuk tanaman perkebunan yang sangat potensial, terutama di

Indonesia (Manokwari, 2006)

Kelapa dikenal sebagai tanaman serbaguna karena seluruh bagian tanaman

ini bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya: tempurung kelapa untuk

(28)

kebutuhan rumah tangga yaitu bumbu dapur, santan, kopra, minyak kelapa dan

kelapa perut kering dan air kelapa untuk nata de coco, minuman ringan, sirup dan

obat-obatan (Palungkun, 2004).

Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih sebesar

kepala manusia. Komposisi buah kelapa (tua) : sabut 33 persen, tempurung

12 persen, daging buah 28 persen dan air buah 25 persen. Kopra adalah nama

perdagangan dari kelapa kering. Minyak kelapa dapat digunakan untuk margarin,

sabun, shortening, dan lain-lain ( Syarief dan Irawati, 1988).

Adapun klasifikasi ilmiah dari buah kelapa adalah sebagai berikut :

Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera

Sumber : Aliansyah, (2008).

Buah kelapa merupakan bagian paling penting dari tanaman kelapa karena

mempunyai nilai ekonomis dan gizi yang tinggi. Buah kelapa tua terdiri dari

empat komponen utama yaitu 35 persen sabut, 12 persen tempurung, 28 persen

daging buah, dan 25 persen air kelapa (Astawan, 2007).

Mutu bahan baku dari buah kelapa dipengaruhi oleh karakter fisiko-kimia

komponen buah kelapa, yang secara langsung dipengaruhi oleh jenis dan umur

(29)

Lingkungan tumbuh yang sesuai dan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan

bahan baku bermutu untuk diolah lebih lanjut (Aliansyah, 2008).

Daging buah merupakan lapisan tebal (8-15 mm) berwarna putih dan air

kelapa merupakan bagian dari kelapa yang mengandung sedikit karbohidrat,

protein, lemak dan beberapa mineral. Perbedaan mendasar antara daging buah

kelapa muda dan daging buha kelapa tua adalah kandungan minyaknya. Kelapa

muda memiliki rasio kadar air dan minyak yang besar. Kelapa disebut tua jika

rasio kadar air dan minyaknya optimum untuk menghasilkan santan dalam jumlah

yang terbanyak. Sebaliknya, bila buah kelapa terlalu tua, kadar airnya akan

semakin berkurang. Pada kondisi tersebut hasil santan yang diperoleh menjadi

sedikit (Astawan, 2007).

Air Kelapa

Air kelapa merupakan salah satu produk dari tanaman kelapa yang belum

dimanfaatkan. Air kelapa muda merupakan minuman yang sangat populer dan air

kelapa dari buah yang tua telah dikembangkan sebagai produk industri, namun

pemasarannya masih terbatas. Di Philipina, air kelapa dimanfaatkan untuk

pembuatan minuman ringan, jelly, ragi, alkohol, nata de coco, dextran, anggur,

cuka, dan sebagainya (Suhardjo, 1995).

Selain buahnya (daging buah), air kelapa sangat potensial dikembangkan

menjadi komoditas hasil perkebunan yang bernilai tinggi. Air buah kelapa

merupakan limbah industri pengolahan buah kelapa khususnya industri minyak

kelapa, kelapa parut kering dan kopra. Walaupun demikian air buah kelapa

memiliki keunikan dan keunggulan komparatif tertentu dengan lingkup

(30)

Air kelapa mempunyai potensi yang baik dibuat minuman fermentasi

karena kandungan zat gizinya yang kaya dan relatif lengkap, sehingga sesuai

untuk pertumbuhan mikroba. Komposisi gizi air kelapa tergantung pada umur

kelapa dan varietasnya (Astawan, 2007).

Air kelapa tua biasanya tidak menjadi bahan minuman penyegar dan

merupakan limbah industri kopra. Namun demikian dapat dimanfaatkan lagi

untuk dibuat menjadi bahan semacam jelly yang disebut nata de coco dan

merupakan bahan campuran minuman penyegar (Aliansyah, 2008).

Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein, lemak, gula,

sejumlah vitamin, asam amino dan hormon pertumbuhan. Kandungan gula

maksimal, yaitu 3 gram per 100 ml air kelapa, tercapai pada bulan keenam umur

buah, kemudian menurun dengan semakin tuanya kelapa. Jenis gula yang

terkandung glukosa, fruktosa, sukrosa, dan sorbitol. Gula-gula inilah yang

menyebabkan air kelapa muda terasa lebih manis dibandingkan air kelapa tua

(Astawan, 2007).

Susunan zat gizi yang ada pada air kelapa sangat mendekati komposisi

cairan isotonik, yaitu cairan yang sangat sesuai dengan cairan tubuh. Itulah

sebabnya cairan isotonik saat ini banyak diperjualbelikan sebagai salah satu jenis

minuman bagi para olahragawan (sports drinks) (Astawan, 2007).

Komposisi Kimia Air Kelapa

Jumlah air per butir kelapa muda sangat bervariasi, tergantung dari ukuran

buahnya. Secara umum kadarnya tidak kurang dari 250 ml per butir. Secara

(31)

0,55 persen protein, 0,74 persen lemak, serta 0,46 persen mineral

(Astawan, 2007).

Beberapa jenis kelapa ada yang memiliki kadar gula sebesar 3 persen

pada air kelapa tua dan 5,1 persen pada air kelapa muda, sehingga air kelapa muda

berasa lebih manis daripada air kelapa tua. Asam amino yang banyak terkandung

pada air kelapa adalah asam glutamat, arginin, leusin, lisin, prolin, asam aspartat,

alanin, histidin, fenilalanin, serin, sistin dan tirosin. Vitamin yang banyak

terkandung pada air kelapa adalah vitamin C, asam nikotinat, asam pantotenat,

biotin, riboflavin dan asam folat (Astawan, 2007).

Adapun komposisi kimia air kelapa muda dan kelapa tua dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Kimia Air Buah Kelapa dalam 100 gram Komposisi Air kelapa muda (%) Air kelapa tua (%)

Air buah kelapa tua hanya mengandung beberapa vitamin dalam jumlah

kecil. Kandungan vitamin C hanya 0,7-3,7 mg/100 g air buah, asam nikotinat

(32)

riboflavin 0,01 mg/100 ml dan asam folat hanya 0,003 mg/100 ml

(Palungkun, 2004).

Jenis mineral terbanyak yang terdapat pada air kelapa adalah potasium

(kalium). Mineral lain yang terdapat dalam jumlah yang cukup banyak yaitu

kalsium, magnesium dan klorida, sedangkan dalam jumlah sangat sedikit adalah

sodium (natrium) (Astawan, 2007).

CMC (Carboxy Methyl Cellulose)

Gum selulosa (CMC) adalah salah satu jenis hidrokoloid atau bahan

pengental yang sering digunakan dalam industri makanan. Gum selulosa

merupakan turunan dari selulosa alami yang berfungsi untuk meningkatkan rasa di

mulut (mouthfeel) dan memberi tekstur yang lebih baik (Danisco, 2005).

Bahan penstabil digunakan untuk mencegah pembentukan kristal es yang

kasar, membentuk tekstur yang lembut, menghasilkan produk yang seragam,

memberikan daya tahan yang baik terhadap proses pencairan , tidak berpengaruh

terhadap titik beku namun cenderung membatasi pengembangan adonan

(Arbuckle, 1986).

Sebagai pengemulsi, CMC sangat baik digunakan untuk memperbaiki

kenampakan tekstur dari produk berkadar gula tinggi. Sebagai pengental, CMC

mampu mengikat air sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam struktur

gel yang dibentuk oleh CMC (Fardiaz, 1986).

Carboxy Methyl Cellulose adalah turunan dari selulosa dan ini sering dipakai dalam industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang baik. Fungsi

(33)

gel, sebagai pengemulsi dan dalam beberapa hal dapat meratakan penyebaran

antibiotik (Winarno, 1984).

CMC digunakan lebih kurang 0,5% untuk mengentalkan sari buah dan

mencegah pengapungan ampas buah selama penyimpanan, memberi rupa yang

lebih jernih dan lebih cerah, menghasilkan tekstur yang diinginkan. Karena CMC

mempunyai gugus karboksil, maka viskositas larutan CMC dipengaruhi oleh pH

larutan (Winarno, 1986).

Selama penyimpanan sirup akan mengalami pengendapan pada bagian

bawah botol. Untuk mempertahankan kestabilannya agar tidak mengendap selama

penyimpanan maka ditambahkan bahan penstabil atau stabilizer antara lain

gelatin, gum arab, karagenan dan CMC. CMC dengan konsentrasi 0,1 – 0,5 %

sering digunakan pada sirup (Winarno, 1989).

Molekul karboksimetil selulosa sebagian besar meluas atau memanjang

pada konsentrasi rendah tetapi pada konsentrasi yang lebih tinggi molekulnya

bertindih dan menggulung, kemudian pada konsentrasi yang lebih tinggi lagi

membentuk benang kusut menjadi gel yang termoreversibel. Meningkatnya

kekuatan ionik dan menurunnya pH dapat menurunkan viskositas karboksimetil

selulosa akibat polimernya yang bergulung. Saat ini, karboksimetil selulosa telah

banyak dan bahkan memiliki peranan yang penting dalam berbagai aplikasi.

Khusus di bidang pangan, karboksimetil selulosa dimanfaatkan sebagai bahan

penstabil, thickener, adhesive dan pengemulsi (Deviwings, 2008).

Stabilizer merupakan senyawa hidrokoloid yang untuk menambah kekentalan sebelum bahan dibekukan. Selain mencegah kristalisasi es pada saat

(34)

menghasilkan es krim dengan body yang halus dan lembut sehingga teksturnya

lebih menarik dan meningkatkan kekentalan sehingga tidak mudah meleleh.

Stabilizer yang bisa digunakan adalah CMC (Carboxy Methyl Celulosa), sodium

alginate, gum arab, karagenan dan agar (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).

Penstabil dipakai dalam es krim, kuah sayur, saus, puding, pengisi kue,

untuk partikel tersuspensi, seperti misalnya, partikel coklat disuspensi dalam susu

coklat dan banyak makanan lain. Banyak dari penstabil ini mengandung pati, pati

yang dimodifikasi, gelatin, pektin, gum selulosa, alginat, karagenan dan berbagai

gum lain. Selain bertindak sebagai penstabil, banyak dari senyawa ini

mempengaruhi sifat fisika dan rasa mulut makanan (deMan, 1989).

Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan eter polimer selulosa linear dan

berupa senyawa anion yang bersifat biodegradable, tidak berbau, tidak berwarna,

tidak beracun, butiran atau bubuk yang larut dalam air, memiliki rentang pH

sebesar 6,5 sampai 8,0 dan stabil pada rentang pH 2 – 10, transparan serta tidak

bereaksi dengan senyawa organik. Karboksimetil selulosa berasal dari selulosa

kayu dan kapas yang diperoleh dari reaksi antara selulosa dengan asam

monokloroasetat, dengan katalis berupa senyawa alkali. Karboksimetil selulosa

juga merupakan senyawa serba guna yang memiliki sifat penting seperti

kelarutan, reologi dan adsorpsi di permukaan (Deviwings, 2008).

Jenis bahan seperti CMC (carboxy methyl celullose), pektin, dan modified

starch ditambahkan ke dalam larutan sari buah sebagai pengental, untuk membuat

penampilan lebih menarik atau menambah volume. Dosis yang digunakan

(35)

CMC tidak berwarna dan tidak berbau, mudah larut dalam air panas dan

air dingin. Kekentalan dihasilkan oleh kontribusi dari CMC untuk stabilisasi

produk-produk beku seperti es krim. CMC juga dapat digunakan sebagai

stabilizer utama dalam es krim untuk mengontrol ukuran kristal es dan pembentukan kristal es selama pembekuan dan penyimpanan untuk memberikan

tekstur lembut saat dimakan (Phillips and Williams, 1987).

Polisakarida stabilizer meliputi berbagai jenis hidrokoloid, diantaranya

yaitu karboksimetil selulosa yang sering digunakan pada produk makanan beku

untuk mengontrol pembentukan kristal-kristal es dan menghasilkan tekstur produk

yang baik (Eliasson, 2004).

Karboksimetil selulosa merupakan bahan penstabil yang memiliki daya

ikat yang kuat dan berperan untuk meningkatkan kekentalan dan tekstur produk

makanan, seperti jelli, salad dan produk es (Belitz and Grosch, 1987).

Penyimpanan Beku

Pembekuan adalah cara terbaik yang sekarang umum digunakan untuk

pengawetan pangan dalam jangka waktu panjang. Pangan beku memiliki hampir

seluruh aroma dan rasa, warna, dan nilai gizi aslinya. Disamping berbagai

keunggulan ini, pembekuan sering menimbulkan efek yang merugikan terhadap

tekstur sebagai akibat pembekuan es (Hermana, 1991).

Hampir semua pangan dapat dibekukan dengan baik dan pada umumnya

produk makanan beku lebih baik daripada makanan kaleng, karena produk

tersebut memiliki persamaan yang dekat dengan bahan makanan segar

(36)

Cara pengawetan pangan dengan suhu rendah ada 2 macam yaitu

pendinginan (cooling) dan pembekuan (freezing). Pendinginan adalah

penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan yaitu -2 sampai +10oC.

Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku, biasanya

dilakukan pada suhu -12 sampai -24oC. Pembekuan cepat (quick freezing)

dilakukan pada suhu -24 sampai -40oC (Winarno, et al., 1980).

Perbedaan antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal

pengaruhnya terhadap keaktifan mikroba di dalam bahan pangan. Penggunaan

suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat menyebabkan kematian

bakteri secara sempurna, sehingga jika bahan pangan beku misalnya dikeluarkan

dari penyimpanan dan dibiarkan sehingga mencair kembali, maka keadaan itu

masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan bakteri pembusuk yang berjalan

dengan cepat (Winarno, et al., 1980).

Kristal-kristal es yang terbentuk selama pembekuan berbeda ukurannya,

tergantung kepada kecepatan pembekuan. Pembekuan cepat menghasilkan kristal

es yang kecil-kecil di dalam jaringan makanan sehingga jika dicairkan kembali

maka kristal-kristal es yang keluar akan diserap kembali oleh makanan dan hanya

sedikit yang lolos, sedangkan pembekuan lambat akan mengakibatkan

pembentukan kristal es yang besar dan jika dicairkan kembali produk akan banyak

kehilangan cairan (Adawyah, 2007).

Sorbet

Sorbet adalah produk makanan beku yang tidak mengandung produk susu

(non-dairy) dan biasanya terbuat dari sari buah-buahan yang sekaligus berfungsi

(37)

sukrosa 10%, padatan sirup jagung 8,50% atau padatan jus buah, stabilizer 0,40%,

asam sitrat 0,70%, Air 57,40% dan bahan-bahan lainnya sampai 100%. Namun

saat ini, sorbet juga sudah dimodifikasi dengan menggunakan jus buah-buahan

(Universitas Kristen Petra, 2008).

Sorbet adalah produk buah beku yang dibuat dengan penambahan gula dan

bubur buah. Tidak seperti gelato, sorbet ini tidak mengandung bahan hewani dan

cenderung sedikit lebih lembut dari gelato. Sorbet ini mengandung kadar lemak

yang rendah dibandingkan produk yang lainnya, karena tidak dilakukan

penambahan produk hewani untuk meningkatkan kadar lemaknya. Dalam menu

sehari-hari disebut dengan sorbetto untuk membedakannya dari gelato

( Smith, 2009).

Sekarang ini, banyak produk dessert beku yang beredar dipasaran. Seperti,

puding beku, cheescake beku, es krim berlapis coklat karamel dan kacang, es krim

dengan butiran coklat dan produk buah beku dengan krim atau tanpa krim. Sorbet

merupakan salah satu produk dessert beku yang mengandung bubur buah atau

padatan jus buah dengan gula dan zat penstabil. Sama seperti produk es buah,

sorbet juga merupakan produk yang tidak mengandung lemak

(Bennion and Scheule, 2004).

Sorbet merupakan salah satu jenis frozen dessert yang terbuat dari sari

buah-buahan segar. Sorbet banyak dipilih karena tidak mengandung lemak karena

tidak menggunakan susu segar sebagai bahan utamanya. Bahkan untuk yang

sedang berdiet juga terdapat sorbet yang tidak ditambahkan gula sama sekali dan

(38)

Sorbet sering diartikan sama dengan water ice, italian ice dan sherbet.

FDA belum memiliki klasifikasi tersendiri untuk sorbet, karena pengertiannya

yang hampir mirip dengan sherbet. Pengertian sherbet di Amerika Serikat adalah

produk yang mengandung bahan-bahan produk susu seperti krim atau susu yang

ditambahkan sampai kandungan lemak susunya mencapai 1% atau 2%. Produk

yang mengandung kadar lemak yang tinggi didefenisikan sebagai es krim,

sedangkan produk dengan kandungan lemak rendah disebut sebagai water ice.

Istilah sorbet didefenisikan sebagai produk yang tidak mengandung lemak susu,

namun mengandung jus buah (Wikipedia, 2009).

Bahan-bahan Tambahan Dalam Pembuatan Sorbet Air Kelapa Gula

Fungsi gula dalam produk bukanlah rasa manis saja meskipun sifat ini

penting. Gula bersifat menyempurnakan rasa asam dan cita rasa lainnya, yang

juga dapat meningkatkan kekentalan pada produk minuman. Daya larut yang

tinggi dari gula, kemampuan mengurangi keseimbangan kelembaban relatif (RH)

dan mengikat air adalah sifat-sifat yang meyebabkan gula dipakai dalam

pengawetan pangan (Buckle, et al., 1987).

Kelompok gula pada umumnya mempunyai rasa manis, tetapi

masing-masing bahan dalam komposisi gula ini memiliki suatu rasa manis khas

yang saling berbeda. Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan oleh beberapa faktor

yaitu jenis pemanis, konsentrasi, suhu serta sifat mediumnya. Tujuan penambahan

gula adalah untuk memperbaiki flavor bahan makanan sehingga rasa manis yang

(39)

Sukrosa adalah disakarida yang mempunyai peranan penting dalam

pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit dan kelapa kopyor.

Untuk industri-industri makanan biasa digunakan sukrosa dalam bentuk kristal

halus atau kasar dan dalam jumlah yang cukup banyak dipergunakan dalam

bentuk cairan sukrosa (sirup). Pada pembuatan sirup, gula pasir (sukrosa)

dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi

glukosa dan fruktosa yang disebut gula invert (Winarno,1984).

Sukrosa (gula pasir) adalah pemanis yang umum digunakan dalam

pembuatan es krim. Fungsi utamanya adalah meningkatkan penerimaan, sukrosa

juga dapat memperkuat cita rasa, meningkatkan kekentalan dan memperbaiki

tekstur. Sukrosa yang berlebihan akan menutupi cita rasa yang dikehendaki,

sedangkan kekurangan sukrosa akan menyebabkan rasa yang hambar

(Arbuckle, 1986).

Gula merupakan senyawa organik yang mempunyai kandungan nutrisi

sebagai sumber kalori. Umumnya gula digunakan sebagai bahan pengawet dalam

pembuatan aneka ragam produk-produk makanan seperti sirup buah-buahan, sari

buah pekat, buah-buahan beku dalam sirup, buah-buahan bergula dan lain-lain

(Buckle, et al., 1987).

Gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang paling sering

digunakan adalah kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk merubah rasa dan

keadaan makanan atau minuman. Gula atau sukrosa ini dapat dibuat dari tebu, bit

atau aren dengan proses pemurnian (Wikipedia, 2009).

Selain sebagai pemanis, gula juga merupakan pengawet. Kandungan air

(40)

tidak cocok lagi tumbuh disana. Gula banyak digunakan untuk pengawetan bahan

makanan yang berasal dari buah-buahan. Bentuk produk olahan yang

menggunakan gula antara lain sari buah, jam, jelly, manisan buah, manisan

kering, dan lain sebagainya (Satuhu, 1996).

Asam Sitrat

Dalam banyak minuman tak beralkohol, asam organik seperti asam sitrat,

tartarat dan malat dipakai untuk memberikan rasa asam getir. Asam organik yang

dipakai sebagai tinambah makanan termasuk beberapa asam karboksilat rantai

lurus, seperti asam asetat. Asam organik lain yang dipakai sebagai pengasam atau

asidulan termasuk asam sitrat, tartarat, malat, laktat, suksinat, adipat dan fumarat

(deMan, 1989).

Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun

dan buah tumbuhan genus Citrus. Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang

baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan

dan minuman ringan. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil

COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang

dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga

untuk mengendalikan pH larutan (Wikipedia, 2009).

Asam-asam organik dapat ditambahkan dalam bahan pangan dengan

tujuan untuk pengawetan dan memperbaiki rasa, mengatur keasaman (pH),

stabilisasi warna dan mengikat logam. Asam-asam organik yang sering

ditambahkan dengan sengaja dalam bahan pangan, antara lain ; asam asetat, asam

laktat dan asam sitrat. Biasanya bahan pengawet ini ditambahkan dalam jumlah

(41)

Pengatur keasaman (asidulan) merupakan senyawa kimia yang bersifat

asam dan merupakan salah satu dari bahan tambahan pangan yang sengaja

ditambahkan ke dalam pangan dengan berbagai tujuan. Asidulan dapat bertindak

sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste yang tidak disukai.

Pada umumnya terdapat delapan jenis asam organik yang lebih sering digunakan

untuk memperoleh/memberikan rasa asam pada bahan pangan, diantaranya adalah

asam asetat, asam laktat, asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam suksinat,

asam tartarat dan asam fosfat (Cahyadi, 2005 ; Satuhu, 1996).

Asam sitrat merupakan asam organik yang berbentuk kristal atau serbuk

putih. Asam sitrat ini mudah larut dalam air dan ethanol, tidak berbau, rasanya

sangat asam. Asam sitrat juga terdapat dalam sari buah-buahan seperti nenas,

jeruk, lemon, markisa. Asam ini dipakai untuk meningkatkan rasa asam

(mengatur tingkat keasaman) pada berbagai pengolahan minuman, produk air

susu, selai, jeli, dan lain-lain dan juga untuk mencegah pemucatan berbagai

makanan, misalnya buah-buahan kaleng dan ikan (Margono, 2000)

Pewarna

Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada

beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur, dan nilai gizinya. Tetapi

sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil

lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. Suatu bahan yang dinilai

bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dikonsumsi apabila memiliki

warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan menyimpang dari warna

(42)

Pewarna sintetis terdiri dari bermacam-macam jenis serta mempunyai

kekuatan warna yang tinggi, sehingga dalam jumlah sedikit saja dapat

mengimbangi pewarna alami. Semua pewarna sintetis bersifat larut dalam air dan

tidak larut dalam hampir semua pelarut organik. Produk yang sering

menggunakan zat pewarna adalah minuman, produk olahan susu, kembang gula,

biskuit, es krim, tepung sari buah dan lain-lain (Syarief dan Irawati, 1988).

Sunset yellow termasuk golongan monazo, berupa tepung berwarna jingga, sangat mudah larut air dan menghasilkan larutan jingga kekuningan. Sedikit larut

dalam alkohol 95% dan mudah larut dalam gliserol dan glikol. Ketahanan

terhadap cahaya dan oksidator hampir sama dengan tartrazine, sedangkan

ketahanan terhadap FeSO4 lebih rendah (Winarno, 1984).

Zat pewarna ditambahkan ke dalam makanan bertujuan untuk menarik

selera dan keinginan konsumen. Dibandingkan dengan zat pewarna alam, maka

bahan pewarna buatan mempunyai banyak kelebihan yaitu dalam hal aneka ragam

warnanya, keseragaman warna, kestabilan warna dan penyimpanannya lebih

mudah dan tahan lama (Winarno, 1980).

Penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan untuk beberapa

tujuan, yaitu:

- Memberi kesan menarik bagi konsumen - Menyeragamkan warna makanan - Menstabilkan warna

(43)

BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2009 di Laboratorium

Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah mangga kuini, air

kelapa tua dan gula pasir yang diperoleh dari Pasar Pringgan, Medan.

Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam sitrat,

aquadest, phenolptalein 1%, CMC (Carboxy Methyl Cellulose), iodin 0.01 N, NaOH 0.1 N, pati 1% dan sunset yellow.

Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, beaker

glass, thermometer, stirrer dan hot plate, gelas ukur, erlenmeyer, blender, kertas

(44)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

dari 2 faktor, yaitu :

Faktor I : Konsentrasi bubur buah mangga

K1 = 6%

K2 = 12%

K3 = 18%

K4 = 24%

Faktor II : Konsentrasi CMC (Carboxy Methyl Cellulose)

C1 = 0,00 %

C2 = 0,25 %

C3 = 0,50%

C4 = 0,75 %

Banyaknya kombinasi perlakuan (T) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah

ulangan (n) adalah sebagai berikut :

Tc(n-1) > 15

16(n-1) > 15

16n-16 > 15

16n > 31

n > 1,9………dibulatkan menjadi 2

(45)

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua

faktor dengan model sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

dimana :

Yijk : Hasil pengamatan dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor C pada taraf ke-j

dengan ulangan ke-k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek dari faktor K pada taraf ke-i

βj : Efek dari faktor C pada taraf ke-j

(αβ)ij: Efek interaksi dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor C pada taraf

ke-j

εijk : Efek galat dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor C pada taraf ke-j dalam

ulangan ke-k

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR

(Least Significant Range).

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Air Kelapa Tua

Buah kelapa diambil airnya, kemudian disaring dengan saringan yang

(46)

Persiapan Bubur Buah Mangga

Dipilih buah mangga kuini yang matang morfologis dan tidak bercacat lalu

dikupas, dicuci dan dipotong kecil-kecil kemudian diblender sampai diperoleh

bubur buah mangga kuini yang halus.

Proses Pengolahan Sorbet Air Kelapa

- Disaring air kelapa tua sebanyak jumlah yang dibutuhkan dari

masing-masing perlakuan untuk mencapai total formulasi 100% dan dipanaskan

sampai suhunya mencapai 50oC.

- Ditambahkan gula pasir sebanyak 10% dan CMC sesuai dengan taraf

perlakuan masing-masing.

- Dicampur dengan campuran bubur buah mangga sesuai dengan taraf

perlakuan masing-masing.

- Dilakukan penambahan asam sitrat 0,4% dan pewarna sunset yellow

0,001%

- Dipanaskan campuran hingga mencapai suhu 70oC

- Dihentikan pemanasan, didinginkan dan dilakukan pengemasan.

- Dilakukan pembekuan pada produk

- Dilakukan analisa kadar vitamin C, total asam, persen mencair, TSS

(total padatan terlarut) serta analisa uji organoleptik terhadap warna,

(47)

Pengamatan dan pengukuran data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisa sesuai dengan parameter sebagai berikut :

1. Kadar Vitamin C 2. Penentuan Total Asam 3. Total Padatan Terlarut 4. Penentuan Persen Mencair

5. Uji Organoleptik Warna, Aroma, Rasa dan Tekstur

Penentuan Kadar Vitamin C (Sudarmadji, et al., 1984)

Kandungan vitamin C ditentukan dengan cara titrasi sebanyak 10 gram

contoh, dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 100 ml dan ditambahkan

aquadest kemudian diaduk hingga merata dan disaring dengan kertas saring.

Filtrat diambil sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur lalu dimasukkan

ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1% lalu dititrasi

dengan menggunakan larutan iodium 0,01 N hingga terjadi perubahan warna biru

sambil dicatat berapa ml iodium yang terpakai.

Kadar vitamin C dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu :

Vitamin C (mg/100 g bahan) =

Penentuan Total Asam (Ranganna, 1978)

Ditimbang contoh sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass

dan ditambahkan aquadest sampai volume 100 ml. Diaduk hingga merata dan

disaring dengan kertas saring. Diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan dimasukkan

(48)

kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan setelah

timbul warna merah jambu yang stabil. Dihitung total asam dengan rumus :

Total Asam = 100%

Penentuan Persen Mencair (Govin dan Leeder, 1971)

Es dalam plastik dimasukkan dalam freezer pada suhu -15oC sampai

benar-benar beku. Es yang akan dicairkan, dikeluarkan dari plastiknya dan

ditimbang berat awalnya. Selanjutnya, es tersebut diletakkan diatas saringan dan

ditampung dengan wadah yang telah diketahui beratnya. Pencairan es dilakukan

pada suhu ruang selama 30 menit. Es yang telah meleleh ditimbang beratnya dan

dinyatakan dalam persen es yang mencair dalam waktu 30 menit.

Persen Mencair (%) = x100%

Total Padatan Terlarut (Sudarmadji, et al., 1986)

Diambil bahan dengan menggunakan pipet tetes, substart diteteskan di atas

kaca handrefractometer lalu dilihat titik terang dan gelapnya. Angka yang tertera

tersebut merupakan total padatan terlarut atau total soluble solid (oBrix).

Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Soekarto, 1985)

Penentuan uji organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan atau uji

hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan

(49)

secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk

skala uji hedonik aroma dan rasa adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Skala Uji Hedonik Aroma dan Rasa

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat Suka 4

Suka 3

Agak Suka 2

Tidak Suka 1

Uji Organoleptik Warna

Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan panelis sebanyak 10

orang. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan

berdasarkan skala numerik. Uji organoleptik yang dilakukan berdasarkan skala

numerik sebagai berikut :

Tabel 4. Skala Uji Hedonik Warna

Skala Hedonik Skala Numerik

Kuning jingga 4

Kuning tua 3

Kuning 2

Kuning keputihan 1

Uji Organoleptik Tekstur (Soekarto, 1985)

Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan panelis sebanyak 10

(50)

berdasarkan skala numerik. Uji organoleptik yang digunakan untuk menentukan

tingkat kelembutan dilakukan berdasarkan skala numerik sebagai berikut :

Tabel 5. Skala Uji Hedonik Tekstur

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat lembut 4

Lembut 3

Agak keras 2

(51)

SKEMA PEMBUATAN SORBET AIR KELAPA

Gambar 1. Skema Pembuatan Sorbet Air Kelapa Air kelapa tua

Ditambahkan bubur buah mangga Disaring dan dipanaskan hingga 50oC

Ditambahkan gula pasir 10% dan CMC

Pencampuran rata

Penambahan asam sitrat 0,4%, pewarna (sunset yellow) 0,001%

Pemanasan sampai mencapai suhu 70oC

Pengemasan dan Penyimpanan beku

(52)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap Parameter yang Diamati

Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, secara umum

menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi bubur buah mangga memberikan

pengaruh terhadap kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, persen

mencair, dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur) seperti terlihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 6. Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap Parameter yang Diamati

Konsentrasi Kadar Total Persen Total Organoleptik

Bubur Buah Vitamin C Asam Mencair padatan Warna Aroma Rasa Tekstur Mangga (mg/100 g (%) (%) terlarut (skor) (skor) (skor) (skor) (%) bahan) (oBrix)

K1 = 6 % 11.47 0.40 14.81 14.03 2.05 2.55 2.89 2.51

K2 = 12 % 12.78 0.42 13.85 14.70 2.60 2.58 2.91 2.69

K3 = 18 % 17.60 0.43 12.58 15.03 2.75 2.65 3.16 2.74

K4 = 24 % 20.23 0.45 10.38 15.53 2.99 3.09 3.35 2.78

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa konsentrasi bubur buah mangga

memberikan pengaruh terhadap parameter yang diuji. Dari Tabel 6 dapat dilihat

bahwa kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada konsentrasi bubur buah mangga

24% dan terendah diperoleh pada konsentrasi bubur buah mangga 6%. Total asam

tertinggi diperoleh pada konsentrasi bubur buah mangga 24% dan terendah

diperoleh pada konsentrasi bubur buah mangga 6%. Persen mencair tertinggi

diperoleh pada konsentrasi bubur buah mangga 6% dan terendah diperoleh pada

konsentrasi bubur buah mangga 24%. Total padatan terlarut tertinggi diperoleh

(53)

konsentrasi bubur buah mangga 6%. Organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur

tertinggi diperoleh pada konsentrasi bubur buah mangga 24% dan terendah

diperoleh pada konsentrasi bubur buah mangga 6%.

Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Parameter yang Diamati

Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, secara umum

menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi CMC (Carboxy Methyl Cellulose)

memberikan pengaruh terhadap kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut,

persen mencair, dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur) seperti

terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7. Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Parameter yang Diamati

(Carboxy Methyl Cellulose) memberikan pengaruh terhadap parameter yang diuji.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada

konsentrasi CMC 0.75% dan terendah diperoleh pada konsentrasi CMC 0%. Total

asam tertinggi diperoleh pada konsentrasi CMC 0% dan terendah diperoleh pada

konsentrasi CMC 0.75%. Persen mencair tertinggi diperoleh pada konsentrasi

CMC 0% dan terendah diperoleh pada konsentrasi CMC 0.75%. Total padatan

(54)

pada konsentrasi CMC 0%. Organoleptik rasa tertinggi diperoleh pada konsentrasi

CMC 0.50% dan terendah diperoleh pada konsentrasi 0% dan untuk organoleptik

warna, aroma dan tekstur tertinggi diperoleh pada konsentrasi CMC 0.75% dan

terendah diperoleh pada konsentrasi CMC 0%.

Kadar Vitamin C ( mg/100 g bahan)

Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa

konsentrasi bubur buah mangga berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap

kadar vitamin C sorbet air kelapa yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh konsentrasi

bubur buah mangga terhadap kadar vitamin C untuk tiap-tiap perlakuan dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 ( K ) 0.05 0.01

- - - K1 11.47 d C

2 1.051 1.447 K2 12.78 c C

3 1.104 1.521 K3 17.60 b B

4 1.132 1.559 K4 20.23 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda nyata

dengan K2 dan berbeda sangat nyata dengan K3 dan K4. Perlakuan K2 berbeda

sangat nyata dengan K3 dan K4. Perlakuan K3 berbeda sangat nyata dengan K4.

(55)

bahan dan kadar vitamin C terendah diperoleh pada perlakuan K1 sebesar

11.47 mg/100 g bahan.

Hubungan antara konsentrasi bubur buah mangga terhadap kadar vitamin

C dapat dilihat pada Gambar 2. Semakin tinggi konsentrasi bubur buah mangga

maka kadar vitamin C sorbet air kelapa akan semakin meningkat. Terjadinya

peningkatan kadar vitamin C dapat dijelaskan sebagai berikut : komposisi buah

mangga banyak mengandung berbagai macam vitamin, antara lain vitamin A

dan C (Pracaya, 2004), sehingga dengan semakin meningkatnya konsentrasi bubur

buah mangga yang ditambahkan maka kadar vitamin C juga akan semakin

meningkat.

Gambar 2. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa

(56)

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa

konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap kadar vitamin C sorbet air kelapa yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh konsentrasi

Carboxy Methyl Cellulose terhadap kadar vitamin C untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 ( C ) 0.05 0.01

- - - C1 13.21 c C

2 1.051 1.447 C2 14.86 b B

3 1.104 1.521 C3 16.48 a A

4 1.132 1.559 C4 17.53 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa perlakuan C1 berbeda sangat nyata

dengan C2, C3 dan C4. Perlakuan C2 berbeda sangat nyata dengan C3 dan C4.

Perlakuan C3 berbeda tidak nyata dengan C4. Kadar vitamin C tertinggi diperoleh

pada perlakuan C4 sebesar 17.53 mg/100 g bahan dan kadar vitamin C terendah

diperoleh pada perlakuan C1 sebesar 13.21 mg/100 g bahan.

Hubungan antara konsentrasi CMC (Carboxy Methyl Cellulose) terhadap

kadar vitamin C dapat dilihat pada Gambar 3. Semakin tinggi konsentrasi CMC

(Carboxy Methyl Cellulose) maka kadar vitamin C sorbet air kelapa akan semakin

meningkat. Terjadinya peningkatan kadar vitamin C dapat dijelaskan sebagai

berikut : CMC (Carboxy Methyl Cellulose) merupakan salah satu bahan penstabil

(57)

struktur gel yang dibentuk oleh CMC (Fardiaz, 1986), sehingga dengan

peningkatan konsentrasi CMC maka bahan-bahan akan semakin stabil dan

vitamin C yang mudah larut dalam air dapat diikat oleh CMC sehingga kerusakan

vitamin C akan semakin kecil. Dengan semakin banyaknya konsentrasi CMC

yang ditambahkan maka daya ikatnya akan semakin besar dan kerusakan

vitamin C semakin kecil sehingga kadar vitamin C pada bahan akan tetap tinggi.

ŷ = 5.8403 C + 13.33

Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose (%)

K

Gambar 3. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose dengan Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa

Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Bubur Buah Mangga dan

Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi

konsentrasi bubur buah mangga dan konsentrasi carboxy methyl cellulose

memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar

vitamin C sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Gambar

Tabel 2. Komposisi Kimia Air Buah Kelapa dalam 100 gram
Tabel 3. Skala Uji Hedonik Aroma dan Rasa
Tabel 5. Skala Uji Hedonik Tekstur
Gambar 1. Skema Pembuatan Sorbet Air Kelapa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperoleh data kauntitaf ataupun kualitatif berkaitan dengan meteri hadis yang berkembang di tengah masyarakat, baik dalam bentuk praktek, tradisi, ataupun riwayat-riwayat

Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Plastik dan Kemasan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2016.. Penelitian ini bertujuan untuk

Mobile SOS Station that runs on the ground station unit could obtain interpolated data from UAV system via wireless provided by ground access point (IEEE802.11g, 54 Mbit/s) and

Motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan dan merupakan bagian dari

KPPS memastikan nama pemilih tercantum dalam daftar rekapitulasi penerima Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang

Jasa Audit Laporan Dana Kampanye Pasangan Calon Basuki Tjahaja Purnama Dan Djarot Saiful

Skripsi berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Menggunakan Macromedia Flash dan

Sebagai bahan pangan untuk keperluan masakan seperti sup, sayur lodeh, pecel, lotek dan lain-lain atau dimakan langsung (lalapan) bersama menu lain. Manfaat lain dapat dibuat