• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Farmasi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Studi Farmasi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SEMINAR ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KETIDAK PATUHAN PETUGAS TERHADAP PENERAPAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

LABORATORIUM DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH DELI SERDANG

Kartini1, Asti Pratiwi2, Bambang Sumantri1, Yosi Darmirani2

1Program Studi Teknologi Laboratorium Medik, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam 2Program Studi Farmasi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara – Indonesia

*email korespondensi author: kartini276@gmail.com

Abstrak

Petugas laboratorium masih belum menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan benar, terkait keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium. Misalnya tidak memakai sarung tangan selama pemeriksaan darah pasien dan tidak menggunakan masker pada saat pemeriksaan dahak serta tidak menggunakan jas lab. Penelitian ini untuk menganalisis penerapan SOP di RSUD Deli Serdang Tahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan explanatory research. Populasi penelitian ini adalah petugas laboratorium yang berjumlah 25 orang dengan cara pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan bivariat dengan uji Chi – Square pada taraf 95%, = 5%. Hasil analisis didapatkan ada hubungan antara sikap ketidak patuhan dengan SOP di laboratorium, dengan nilai p=0,004. Ada hubungan antara surveilans dengan ketidak patuhan petugas terhadap SOP dengan p=0,018. Ada hubungan antara sanksi dengan ketidakpatuhan pegawai terhadap SOP dengan p = 0,005. Bagi pimpinan rumah sakit agar melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi guna mengetahui permasalahan staf laboratorium dan mereka harus membantu menyelesaikan permasalahan tersebut, selain itu mereka juga melakukan pembinaan yang berkaitan dengan peningkatan kinerja staf laboratorium.

Kata kunci: Ketidak patuhan, Standar Operasional Prosedur Abstract

Laboratory officers still have not implemented Standard Operating Procedures (SOP) correctly, related to work safety and security in the laboratory. For example, not wearing gloves during a patient's blood test and not wearing a mask when examining sputum and not using a lab coat. This study is to analyze the application of SOPs at Deli Serdang Hospital in 2016. This research is a quantitative research with explanatory research. The population of this study was 25 laboratory officers by collecting data using a questionnaire. Data analysis used bivariate with Chi – Square test at 95% level, = 5%. The results of the analysis showed that there was a relationship between non-compliance with SOPs in the laboratory, with p value = 0.004. There is a relationship between surveillance and officers' non-compliance with the SOP with p=0.018. There is a relationship between sanctions and employee

(2)

non-compliance with SOPs with p = 0.005. For hospital leaders to supervise, monitor and evaluate in order to find out the problems of laboratory staff and they must help solve these problems, besides that they also provide guidance related to improving the performance of laboratory staff.

Keywords: Non-compliance, Standard Operational Procedure

1. Pendahuluan

pembangunan kesehatan salah satunya dengan melaksanakan upaya pelaksanaan kesehatan dasar di laboratorium yang bermutu, merata dan terjangkau. Indikator keberhasilan pelayanan kesehatan mencakup indikator laboratorium dan kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau (Tietjen, 2014).

Laboratorium adalah sarana kesehatan yang digunakan untuk pengukuran, penetapan dan pengujian bahan dari manusia atau bukan dari manusia untuk menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi atau faktor yang berhubungan dengan kesehatan (Harr, 2012).

Kualitas pelayanan kesehatan dilaboratorium dipengaruhi oleh petugas laboratorium itu sendiri. Petugas yang diharapkan adalah yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan memuaskan sesuai dengan standar dan etika pelayanan profesi.

Petugas laboratoriumselain memberikan pelayanan yang baik dan bermutu juga dituntut untuk dapat melindungi diri dari bahaya potensial resiko dan infeksi tertular yang di dapatkan dari pasien dan tempat kerja (Depkes, 2009).

Petugas laboratorium wajib menjaga mutu dan mendukung pelayanan di laboratorium meliputi pemeriksaan sederhana sesuai dengan kebutuhan saat ini, maka petugas memerlukan pedoman dengan SOP laboratorium dan keselamatan kerja (Depkes, 2009).

SOP laboratorium adalah pedoman yang spesifik atau sebagai model yang dibakukan . SOP meliputi peraturan dalam mengaplikasikan proses dengan ketentuan yang diharapkan. Selain itu SOP dapat memudahkan petugas laboratorium dalam melaksanakan tugasnya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu (Setio, 2010).

Standart operasional prosedur (SOP) juga merupakan bagian dari upaya pengendalian infeksi,salah satu upaya nya dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yaitu dengan memproritaskan pengendalian infeksi.

Petugas kesehatan yang bekerja di lingkungansarana pelayanan kesehatan antara lain adalah rumah sakit beresiko terhadap penularan penyakit bila tidak mengindahkan petunjuk atau panduan kerja yang benar dalam pengendalian infeksi. Untuk itu petugas kesehatan harus selalu waspada, memiliki kesadaran dan kepatuhan dalam menerapkan Standar Operasional Prosedurkerja. Hal ini sesuai dengan Kewaspadaan Universal (KU) atau Universal Precautions yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control (CDC) pada tahun 1987 yang bertujuan mencegah penyebaran barbagai penyakit menular yang berasal dari cairan tubuh dan lingkungan (Saifuddin, 2012).

Meski pada dasarnya penerapan SOP di laboraorium terlihat mudah, namun pada penerapannya tidak semua petugas laboratorium, yang notabene mempunyai resiko yang cukup besar,

(3)

selalu melaksanakannya. Meski pada dasarnya penerapan SOP di laboraorium terlihat mudah, namun pada penerapannya tidak semua petugas laboratorium, yang notabene mempunyai resiko yang cukup besar, selalu melaksanakannya. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2012 diketahui bahwa dari 35 juta tenaga kesehatan.

8-12% yang bekerja di rumah sakit tidak cocok dengan lateks. Penelitian Baihaqi Ibrahim (2011), ILO (International Labo Organization) mengatakan 108.256 pekerja laki-laki mengalami kematian dan kematian pekerja perempuan sebanyak 517.404 (Depkes, 2009). Hasil penelitian tingkat kepatuhan responden dalam penggunaan sarung tangan ada hubungan ketersedian sarung tangan (p=0,019), kenyamanan pemakaian (p=0,000), peraturan penggunaan sarung tangan (p=0,001), pengawasan (p=0,001) terhadap pengguna sarung tangan.

Berdasarkan fakta dan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis faktor yang berhubungan denga ketidakpatuhan petugas terhadap penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Laboratorium di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun 2016.

2. Metode Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri ciri. Teknik penarikan sampel dengan cara dengan cara total sampling yaitu :

a.

Ditinjau dari tempat pengambilan sampel yang merupakan tempat penulis bekerja, sehingga efektif dan efisien

b.

Jumlah sampel yang diambil adalah semua karyawan yang bekerja di laboratorium RSU-Lubuk Pakam

yang berjumlah hanya 25 orang dan dapat mewakili populasi

c.

Rumus perhitungan besar sampel

tidak dilakukan karena populasinya sedikit dan homogeny

Metode Pengukuran

Instrumen penelitian yang digunakan berbentuk tes pilihan berganda dan kuisioner. Instrumen tes objektif (pilihan berganda) dan skala sikap model likert digunakan untuk mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan petugas dalam penerapan SOP labaoratorium

Instrumen Pengukuran Sikap

Instrumen mengukur sikap menggunakan observasi berjumlah 14 pertanyaan dengan menggunakan skala sikap model likert, subjek memberi respon dengan tiga (3) nilai ukur kesetujuan yaitu sebagai berikut:

Tidak Setuju (TS)

=

1

Setuju (S)

=

2

Sangat Setuju (SS)

=

3

Menurut Syaifuddin Azwar (2013), penilian (skoring) sikap terhadap respon kategori ada dua (2) yaitu sikap positif dan sifat negatif yang diukur berdasarkan nilai rata-rata (median) : a. Positif apabila responden

memperoleh >50%

b. Negatif apabila responden memperoleh ≤50 %

Instrumen Pengukuran Waktu dan Interaksi

Pengukuran waktu dan interaksi dengan menggunakan Skala Guttman (dalam Aji, 2013) yaitu skala yang menginginkan jawaban tegas seperti jawaban benar- salah, ya-tidak, pernah – tidak pernah. Kriteria nilai ukur sebagai berikut:

a. Respon positif seperti ya, pernah, benar ; nilai 1

(4)

pernah,salah ; nilai 0

Observasi untuk interaksi berjumlah 10 soal dan kuisioner untuk waktu berjumlah 8 soal. Penilaian (skoring) terhadap respon dengan kategori sebagai berikut :

a.

Baik apabila responden memperoleh >50%

b.

Tidak Baik apabila responden memperoleh ≤50 %

Penerapan Standar Operational Prosedur

Penerapan SOP menggunakan observasi terstruktur dengan panduan dari Depkes RI, 2009. Menurut Suyanto, 2008 pengkuranterdiri dari:

a.

Menerapkan (patuh) apabila responden melakukan keseluruhan tindakan Standar Operasional Prosedur laboratorium

= nilai 1

b.

Tidak menerapkan (tidak patuh) apabila

respondentidak melakukan salah

satu

atau keseluruhan tindakan Standar

Operasional Prosedur laboratorium =

nilai 0

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian terhadap 25 orang responden berdasarkan kategori sikap, pengawasan dan sanksi, dapat dilihat pada tabel 4.1. di bawah ini, yakni: Tabel 4.1. Kategori Responden Berdasarkan Sikap, Ketersediaan Waktu Dan Interaksi di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

Kategori Juml ah (n) Present ase (%) Sikap 1. Positif 2. Negatif 13 12 52,0 48,0 Total 25 100,0 Ketersediaan Waktu 1. Baik 2. Tidak Baik 15 10 60,0 40,0 Total 25 100,0 Interaksi 1. Baik 2. Tidak Baik 11 14 40,0 60,0 Total 25 100,0 Ketidak Patuhan Petugas 1. Tidak Patuh 2. Patuh 15 10 60,0 40,0 Total 25 100,0

Pada tabel 4.1. di atas hasil analisis univariat bahwa pada variabel sikap, mayoritas responden dalam kategori positif sejumlah 13 orang (52,0%). Variabel ketersediaan waktu, mayoritas responden dalam kategori ada ketersediaan waktu baik sejumlah 15 orang (60,0%). Variabel interaksi, mayoritas responden dalam kategori interaksi baik sejumlah 14 orang (56,0%). Variabel penerapan SOP, mayoritas responden dalam kategori tidak patuh sejumlah 15 orang (60,0%) Tabel 4.2. Hubungan Sikap Dengan Ketidakpatuhan Petugas Terhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Laboratorium di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa ada sebanyak 30,8% responden yang memiliki sikap positif dengan penerapan SOP patuh. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,004 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sikap dengan ketidakpatuhan petugas terhadap penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Ketidak Patuhan Petugas Total pV al ue PR9 5% Cl Inte raks i Tidak Patuh Patuh n % n % n % Baik 3 27 ,3 8 72,7 11 100 5,091 0, 00 5 Tida k Baik 12 85 ,7 2 14,3 14 100 (1,3 42-19,3 10)

(5)

Laboratorium. Nilai PR 8,308 pada 95% CI (1,229-12,170), yang berarti sikap memiliki perkiraan resiko 8 kali lebih tinggi untuk menyebabkan kepatuhan penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Laboratorium, dibanding dengan sikap negative.

Tabel 4.3 Hubungan Interaksi Dengan Ketidak patuhan Petugas Terhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Laboratorium di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa ada sebanyak 72,7% responden yang memiliki interaksi baik dengan penerapan SOP patuh. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,005 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan interaksi baik dengan ketidakpatuhan petugas terhadap penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Laboratorium. Nilai PR 5,091 pada 95% CI (1,342- 19,310), yang berarti interaksi memiliki perkiraan resiko 5 kali lebih tinggi untuk menyebabkan kepatuhan

penerapan standar operasional prosedur (SOP) Laboratorium, dibanding dengan interaksi tidak baik.

4.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bab terdahulu maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

a. Ada hubungan sikap dengan ketidakpatuhan petugas terhadap penerapan Standar Operasional

Prosedur (SOP) Laboratorium dengan nilai p= 0,004

b. Ada hubungan ketersediaan waktu dengan ketidakpatuhan petugas terhadap penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Laboratorium dengan nilai p= 0,018 c. Ada hubungan interaksi dengan ketidakpatuhan petugas terhadap penerapan Standar

Operasional

Prosedur (SOP) Laboratorium dengan

nilai p= 0,005

5. Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih disampaikan kepada lembaga yang membantu pendanaan dalam melaksanakan proses pengabdian masyarakat.

Daftar Pustaka

Baihaqi, Ibrahim. 2011. Tingkat Kepatuhan Penggunaan Sarung Tangan Dalam Kaitan Standar Kewaspadaan Umum Bagi Petugas Laboratorium Klinik di Kota Cilegon Tahun 2009

Chrysmadani, E.P., 2011. Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Dasar (Handscoon, dan Masker) Di Rumah Sakit Graha Husada Gresik. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Gresik.

D&D-Consulting. 2016. Manajemen Waktu Yang Efektif di Tempat Kerja. Bandung E-mail : DD@yahoo.com

Depkes, 2009. Pedoman Pengelolaan Unit Transfusi Darah Rumah Sakit. Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik. Departemen Kesehatan RepublikIndonesia. Jakarta-2009. Earl, Catherine. E. 2004. Thai Nursing

Students Knowledge and Health Beliefs about AIDS and The Use of Universal Precaution. AAOHN Journal; Vol. 58. No. 8.

Ketidak Patuhan

Petugas Total

pVal

ue PR95%Cl Sik

ap Patuh Tidak Patuh

n % n % n % Pos itif 4 30,8 9 69,2 13 100 8,308 0,00 4 Ne gat if 11 91 ,7 1 8,3 12 100 (1,229-12,170)

(6)

Getut Pramesti. 2016. Panduan Lengkap SPSS 13,0 dalam Mengolah Data Statistik, Jakarta : PT.Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia. and antioxidant activity of commercial loquat leaf tea and preparation. Journal of Food Measurement and Characterization, 14(2), 1085– 1091.

Harr RR. 2012. Resensi Ilmu Laboratorium Klinis. Jakarta: EGC. 2012; 270-98

Hayat, 2012. Riset Kedokteran dan Teknis Penulisan Ilmiah. Salemba Medika,Jakarta

Kee. 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, Ed.6. Jakarta: EGC. 1-3

Kotwal, A 2010. Health Care Worker and Universal Precaution : Perceptions and Determinants of Non-complinace. Indian Journal of Community Medicine. Oct 2010; Vol.35; ProQuest

Marlina D. 2010. Analisis Kepatuhan Petugas terhadap Prosedur Mutu Laboratorium Sesuai ISO 17025:2005 di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Palembang tahun 2010. Depok

.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan.PT. Rineka Cipta, Kompleks Perkantoran Mitra Matraman Blok B No. 1-2, Jakarta 13150.

Notoatmodjo, S. 2013. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.

Putra, M. U. K. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. FIK-UI. Depok.

Perwitasari. 2009. Tingkat Pemakaian Alat Pelindung Diri dan Higiene Petugas di Laboratorium Klinik RSUPN Ciptomangunkusumo, Jakarta. Ekologi Kesehatan. 5 (1) [cited 2013 june 20] journal.litbang.depkes.go.id

Rohani, Pangabean. 2010. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Petugas Laboratorium Terhadap Kepatuhan Menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) di Puskesmas, Kota Pekanbaru Tahun 2010

Sacher, RA.2008. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC.15-44

Setio. 2010. Penggunaan alat pelindung diri. Universitas Diponogoro : Semarang

Saifuddin dan Bari. 2012. Panduan Nasional Pelayanan Maternal, Jakarta : YBP-SP

Wedaran (2012). Strategi Manajemen Waktu Keperawatan. Artikel dan Kumpulan Tips. www.wedaran.com. (Diakses 17-02-2016).

Yulita, Y. 2013. Pengaruh Supevisi Model Reflektif Interaktif terhadap Perilaku Keselamatan Perawat pada Bahaya Agen Biologik di RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjung Uban

Gambar

Tabel 4.1.  Kategori  Responden  Berdasarkan Sikap, Ketersediaan Waktu  Dan  Interaksi  di  Rumah  Sakit  Umum  Daerah Deli Serdang
Tabel  4.3  Hubungan  Interaksi  Dengan  Ketidak  patuhan  Petugas  Terhadap  Penerapan  Standar  Operasional  Prosedur  (SOP)  Laboratorium  di  Rumah  Sakit Umum Daerah Deli Serdang

Referensi

Dokumen terkait

2) Peritoneum viseral: melapisi semua organ yang berada dalam rongga abdomen. 3) Ruang yang berada diantara kedua lapisan disebut ruang peritoneal. 4) Didalam

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu caram mekanik, cara fisik, dan cara kimiawi. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang

Mata kuliah ini mempelajari Bahasa Indonesia dalam ilmu teknologi laboratorium medik dengan menekankan penggunaan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar

Mata kuliah Media dan Reagensia membahas tentang konsep dari media dan reagensia, pembuatan reagensia,reagensia yang digunakan untuk pewarnaan pemeriksaan dilaboratorium klinik,

Dalam pelaksanaan audit dinyatakan selesai apabila ketidaksesuaian yang terjadi telah diperbaiki secara efektif dan efisien oleh auditi serta tepat waktu dan

Mata kuliah ini membahas tentang konsep keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan pekerjaan di laboratorium, penanganan limbah laboratorium, konsep keselamatan dan

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM prosedur dari pewarnaan sederhana dan pewarnaan negatif. Masalahnya adalah ketika kita memanaskan preparat dengan suhu yang

baik atau tidak baik, hal itu akan terlihat dan dapat dikenali melalui penggunaan bahasa Indonesianya. Pengembanan fungsi demikian seyogianya mendapat pencermatan agar kita