• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bisnis properti adalah suatu pekerjaan yang bersifat bebas / freelance, dalam artian tidak memiliki waktu yang memikat, layaknya wirausahawan. Peluang usaha yang cukup menjanjikan karena dapat membantu menyediakan perumahan rakyat dan membuka lapangan kerja.

Pebisnis properti atau biasa disebut juga sebagai broker adalah sebagai pihak penyedia jasa yang menyalurkan pihak owner dengan pihak konsumen. Rata-rata para pebisnis properti / pihak penyedia jasa menganggap usaha ini sebagai mata pencarian hidup, tetapi adapula yang menganggap bisnis ini hanya sebagai usaha sampingan. Bagi pebisnis properti mandiri yang tidak terikat dalam satu kelompok maupun PT, menganggap usaha ini sebagai usaha sampingan, demikian lain hal dengan pebisnis properti yang terikat akan kelompok, PT, CV maupun Firma yang memiliki target yang harus dicapai untuk memenuhi mata pencarian nya.

Aktivitas penyedia jasa yang peneliti teliti adalah para penyedia jasa yang melakukan kegiatan sewa kamar / unit di dalam Apartemen The Suite Metro,Bandung. Dikarenakan aktivitas para pebisnis properti yang terjadi didalam apartemen tersebut terus meningkat dalam hal jumlah orang, peneliti melakukan survei terlebih dahulu aktivitas yang terjadi didalam apartemen tersebut. Peneliti menemukan fenomena dimana para penyedia jasa dapat meningkat tiap tahunnya dan cara mereka memasarkan bisnisnya.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, terdapat banyaknya situs-situs online yang dapat dimuat iklan properti, seperti OLX, Traveloka, Booking.com, pegipegi, AirBnB, dll. Melalui situs-situs online tersebut

(2)

2 penyedia jasa memuat iklan / bisnisnya dengan harapan dapat memaksimalkan bisnis propertinya.

Pertumbuhan penyedia jasa itu sendiri terus meningkat tiap tahunnya yang sebelumnya hanya 2-3 orang pada tahun 2013, hingga menunjukan peningkatan yang signifikan sampai 10 orang dalam kurung waktu 2 tahun termasuk pebisnis properti mandiri maupun terikat, menurut Yudistira selaku narasumber sebagai pihak penyedia jasa mandiri yang meringtis bisnis propertinya sejak tahun 2013. Tentu ini membuat bisnis properti sangat amat kompetitif dalam bersaing memberikan servis terbaiknya, karena bisnis ini cukup menjanjikan diliat dari pertumbuhan bisnis properti itu sendiri. Dikarenakan adanya peningkatan akan permintaan konsumen terhadap unit hunian di Apartemen The Suite Metro, unit yang disewakan sering mengalami kekurangan / unit terpenuhi, sering terjadi penyedia jasa mau tidak mau memberikan konsumennya kepada para penyedia jasa lainnya yang berarti para pesaingnya. Minat para konsumen yang dirasa terus meningkat, untuk memenuhi kebutuhan penginapan saat liburan atau pun kepentingan pribadi, para pihak penyedia jasa ingin menambah unitnya demi memenuhi permintaan konsumen, akan tetapi pihak penyedia jasa tidak yakin apakah dengan menambah unitnya, unit tersebut dapat terjual penuh sesuai dengan harapannya . Oleh karena itu pihak penyedia jasa harus tahu betul siapa konsumen sebenarnya, dengan target dapat memperluas segmen pasar yang dilayaninya. Untuk memenuhi target tersebut, para penyedia jasa ingin memahami kebutuhan dan keinginan pihak owner (selaku pemilik kamar) dan pihak konsumen.

Pihak owner adalah segmen pihak yang memiliki sebuah unit / kamar yang disewakan. Menurut Bapak Putra salah satu narasumber selaku pihak owner yang dapat peneliti wawancarai, biasanya para owner ini memiliki unit untuk di investasikan / disewakan lagi, dan banyak unit yang jadi tidak terpakai karena owner rata-rata tidak berdomisili di Bandung, bekerja di luar Ba ndung. Unit hanya dipakai

(3)

3 saat pemilik sedang berlibur ke Kota Bandung, selebihnya ada yang disewakan pertahun, ada juga yang hanya di diamkan.

Pihak konsumen adalah segmen pihak yang menyewa unit apartemen tersebut, yang berarti faktor utama yang harus dipahami oleh pihak penyedia jasa, karena meningkat / tidaknya permintaan konsumen tersebut memberikan dampak langsung terhadap bisnis properti ini. Dengan memahami latar demografis, sosial, psikografi para konsumen, penyedia jasa dapat memahami kebutuhan dan keingan para konsumennya.

Penelitian ini tidak meneliti owner/pemilik kamar secara detail, karena pendekatan yang dilakukan penyedia jasa terhadap pihak owner hanya perjanjian bisnis. Penelitian memfokuskan pemahaman profil terhadap pihak konsumen, sebagaimana pihak yang dapat membuat bisnis properti ini terus berkembang. Dengan demikian objek tersebut dipilih oleh peneliti dengan tujuan untuk memahami profil konsumen pengguna jasa sewa menyewa di Apartemen The Suite Metro

1.2 Latar Belakang

Secara harfiah apartemen adalah suatu ruang atau ragkaian ruang yang dilengkapi dengan fasilitas serta perlengkapan rumah tangga dan digunakan sebagai tempat tinggal menurut Harris ahli bahasa (1975). Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), apartemen diartikan sebagai tempat tinggal yang terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dan sebagainya yang berada pada satu lantai bangunan bertingkat yang besar dan mewah, dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti kolam renang, pusat kebugaran, toko, da n lainnya.

Banyak orang yang masih merasa terpaksa untuk tinggal di rumah vertikal. Tapi belakangan beberapa orang lebih memilih tinggal di apartemen untuk mendapat akses lebih baik. Rumah tapak yang semakin jauh dari tempat beraktivitas sehari- hari dan kemacetan lalulintas yang semakin padat, membuat sebagian orang memilih tinggal di kondominium/apartemen. Sebagian lagi melihat peluang investasi yang

(4)

4 menggiurkan dari apartemen. Selain mendapat capital gain (keuntungan modal) dari harga jualnya yang terus naik, pembeli investor pun bisa menyewakan unitnya.

Berdasarkan data yang diambil oleh peneliti, untuk wilayah JABODETABEK pada tahun 2007-2015 yang diliat dari pesentase dan jumlah hunian apartemen bermula dari 0% pesentase dengan 58.000 unit apartemen hingga 47,49% pesentase dengan jumlah 205.000 pada tahun 2015. Sumber Data Visual Apartemen (pusatdata.kontan.co.id)

Dengan data diatas membuktikan bahwa pertumbuhan unit bangunan vertikal di wilayah JABODETABEK sedang berkembang. Itulah sebabnya, pengembang/investor makin giat membangun berbagai jenis apartemen. Di tahun 2015 bertambah 66.000 unit baru apartemen, atau tumbuh 48% menjadi 205.000 unit.

Pertumbuhan infrastruktur di kota-kota besar pun meningkat begitu pula di wilayah Kota Bandung yang mulai d ipadati oleh hunian vertikal ini seperti Grand Dago Apartment, Dago Suite, Parahyangan Residences. Untuk daerah Dago itu sendiri terdapat 11 apartemen, daerah Cihampelas terdapat 4 apartemen, daerah Pasteur terdapat 3 apartemen menurut data yang diambil oleh peneliti dari World Wide Web (www.rukamen.com)

Berdasarkan sumber data penelitian terdahulu ada beberapa aspek data yang diukur untuk mengetahui keinginan serta alasan konsumen memilih apartemen/kondominium daripada rumah tapak. Aspek yang telah diukur oleh peneliti terdahulu adalah: (1) tujuan membeli apartemen, (2) faktor yang mempengaruhi pertimbangan membeli unit apartemen, (3) luasan unit hunian ideal, (4) fasilitas yang diharapkan, (5) lokasi ideal, (6) harga unit, (7) kecenderungan lokasi tempat kerja terhadap lokasi ideal, (8) kecenderungan lokasi tempat tinggal terhadap lokasi ideal. Dalam menunjang tujuan peneliti, peneliti hanya ingin mengetahui dua aspek yaitu (1) tujuan membeli apartemen, dan (2) faktor ya ng mempengaruhi pertimbangan membeli konsumen. Sampel yang dipilih adalah masyarakat Kota

(5)

5 Bandung yang diduga memiliki kemampuan untuk memiliki apartemen (calon konsumen), ditinjau dari sisi finansial, status sosial, dan pekerjaannya. Sampel preferensi apartemen juga diambil dari masyarakat Kota Bandung yang telah memiliki apartemen (konsumen apartemen). Dengan jumlah sampel 150 responden. Pemilihan sampel juga didistribusikan sesuai dengan sebaran lokasi di Kota Bandung, mewakili sampel untuk Bandung Utara, Bandung Tengah, Bandung selatan, Bandung Timur, dan Bandung Barat.

Berikut hasil data peneliti terdahulu Diah Cahyani, Ilhamdaniah, dan Nitih Indra K.D mengenai “Preferensi Konsumen Apartemen Bandung”. Aspek tujuan membeli apartemen dan aspek faktor yang mempengaruhi pertimbangan memebeli apartemen.

(1) Hasil survey mengenai tujuan utama responden membeli apartemen didominasi oleh alasan rumah sebagai investasi/untuk disewakan kembali (71%). Diikuti oleh responden yang ingin membeli apartemen sebagai ruma h tempat tinggal kedua (22%). Sedangkan tujuan rumah sebagai tempat tinggal, untuk dijual kembali dan untuk diberikan kepada keluarga sangat sedikit dipilih oleh responden.

(2) Faktor yang mempengaruhi pertimbangan membeli unit apartemen diklarifikasikan kedalam 20 faktor. Dari kedua puluh kategori, responden hanya harus mengisi 5 faktor yang paling mempengaruhi, dimana faktor tersebut menunjukan ranking atau prioritas. Untuk mempermudah intepretasi data, 5 faktor utama kemudian dibuat urutan dari 1 sampai dengan 5. Rekapitulasifaktor yang memperoleh skor tertinggi adalah sebagai berikut; 1. Dekat dengan tempat kerja, 2. Kelengkapan fasilitas apartemen, 3. Kemudahan akses tol, 4. Harga, 5. Lokasi ditengah kota.

Seiring dengan perkembangan infrastruktur di kota-kota besar keberadaan permintaan bangunan hunian vertikal ini menjadi tinggi, tentu ini akan menjadi bisnis maupun investasi yang menggiurkan bagi para investor maupun businessman. “Kota

(6)

6 Bandung sebagai pusat pendidikan dan tujuan wisata mampu menarik warga dari luar daerah.Jumlah penduduk di Kota Bandung meningkat hingga 300 ribu orang dalam lima tahun terakhir”, kutipan Marketing Diretor Jawa Barat Bumi Kontruksi (JBK) Soepandri Notoatmojo (2016). Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota bandung . “Kebutuhan terhadap hunian akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Kami tetap optimistis bisnis apartemen masih menjanjikan karena warga khususnya kelompok urban membutuhkan hunian” kutipan Sopandri.

Berdasarkan hasil survey sederhana yang dilakukan peniliti kepada pengguna jasa sewa- menyewa di apartemen the suite metro dengan wawancara langsung, mendapatkan hasil bahwa, rata – rata konsumen pengguna jasa berasal dari luar kota dengan berbagai macam tujuan, seperti liburan sekolah, liburan panjang, urusan pekerjaan, dan sebagainya. Konsumen pun menggunakan jasa ini dengan berbagai kebutuhan tertentu, seperti konsumen kalangan keluarga biasanya akan menggunakan jasa ini saat liburan panjang, liburan sekolah. Lain hal dengan kalangan yang menggunakan jasa ini untuk urusan pekerjaan, ada yang hanya sehari, ada pula yang berminggu - minggu bahkan berbulan – bulan sampai pekerjaan itu tuntas.

Apartemen The Suite Metro adalah Sebuah hunian yang didirikan oleh Margahayu Land pada tahun 2012, berlokasi di Jalan Soekarno - Hatta No. 693, Jati Sari, Buah batu, Kota Bandung, Jawa Barat 40286. Apartemen ini memiliki dua tipe unit dalam huniannya, yaitu unit tipe studio, dan unit tipe two bedroom. Tipe studio adalah tipe yang hanya memiliki 1 kamar utama dengan luas unit 24m2, didalam unit tidak ada lagi pintu kamar lain (1 kamar utama & 1 kamar mandi). Tipe two bedroom adalah tipe yang memiliki ruang tamu dengan 1 kamar utama dan 1 kamar kecil di dalamnya dengan luas unit 36m2 (1 kamar utama, 1 kamar kecil, & 1 kamar mandi). Apartemen ini memiliki beberapa fasilitas seperti kolam rena ng, lapangan basket (3 on 3), parkir basement maupun outdoor yang luas, laundry, beberapa tempat makan & café, serta alfamart dan indomaret. Dengan lokasi yang strategis seperti dekat dengan akses pintu gerbang tol, pusat pembelajaan seperti Hypermart maupun

(7)

7 Superindo, Apartemen The Suite Metro menjadi pusat perhatian para pebisnis properti karena memiliki lokasi yang cukup menjanjikan.

Penelitian memaparkan segmen yang terkait dengan bisnis jasa sewa – menyewa, yaitu segmen penyedia jasa, segmen pemilik kamar unit (owner), dan segmen pengguna jasa di Apartemen The Suite Metro, Bandung.

Peneliti melakukan wawancara kepada salah satu narasumber pihak penyedia jasa yang sudah memulai bisnisnya pada tahun 2013, tentu dengan disetujui oleh pihak narasumber. Terhitung pada tahun 2013-2014 jumlah pebisnis properti yang berada di Apartemen The Suite metro hanya 2-3 orang. Dalam kurung waktu 2 tahun pada tahun 2015-2016 menunjukan peningkatan hingga mencapai 10 orang yang melakukan kegiatan bisnis properti dalam satu gedung hunian tersebut. Peningkatan yang signifikan ini dapat diartikan ada keuntungan yang dapat diraup/diambil didalam bisnis ini, dan terhitung cukup menjanjikan melihat pertumbuhan jumlah para pebisnis properti/penyedia jasa yang melakukan kegiatan bisnis di Apartemen The Suite Metro Bandung, Jawa Barat.

Menurut hasil survey yang dilakukan oleh peneliti kepada pihak penyedia jasa, penyedia memiliki unit hunian dengan dua tipe unit, yaitu tipe studio dan tipe two

bedroom. Pada waktu weekday biasanya pengguna jasa lebih banyak menyewa yang

tipe studio karena perorangan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga pengguna jasa menyewa tipe two bedroom. Pada waktu weekend adalah hari dimana target seluruh kamar harus terjual bagi penyedia jasa demi meraih keuntungan yang maksimal dengan mengandalkan hari libur bagi semua orang. Harga sewa tipe studio berkisar Rp 250.000 /malam (weekday) dan Rp 350.000 /malam (weekend), sedangkan dengan tipe two bedroom berkisar Rp 450.000 /malam (weekday) dan Rp 550,000 /malam (weekend).

(8)

8 Peneliti pun melakukan wawancara kepada salah satu narasumber pihak pemilik kamar, menurut narasumber, banyak unit yang tidak digunakan dalam kegiatan sehari-hari, dikarenakan owner tidak berdomisili di wilayah Bandung. Adapula dengan tujuan investasi mengingat ha rga apartemen tidak pernah turun, jadi unit tersebut hanya digunakan seperlunya seperti pada saat liburan panjang. Akan tetapi walaupun unit tersebut tidak digunakan, owner tetap akan dikenakan biaya pemeliharan, hal tersebut menjadi keluhan tersendiri untuk beberapa owner. Oleh karena itu banyak owner memilih untuk menyewakan unit tersebut agar menutup biaya pengeluaran dari biaya pemeliharaan dengan cara menyewakannya langsung terhadap konsumen ataupun dipercayakan kepada pihak penyedia jasa. Unit-unit yang digunakan penyedia jasa dalam melakukan bisnisnya tidak se mata-mata dipercayakan kepada penyedia jasa begitu saja, namun terdapat alasan yang berebeda-beda pada tiap ownernya. Untuk alasan pribadinya, ia memiliki salah satu orang kepercayaannya selaku penyedia jasa untuk menggunakan unitnya sebagai lahan bisnis sewa, tentu dengan perjanjian bisnis seperti sistem bagi hasil. Akan tetapi adapula owner yang menyewakan unitnya kepada penyedia jasa, lalu disewaka n kembali oleh penyedia jasa untuk konsumen.

Lalu peneliti juga melakukan survey terhadap beberapa pihak pengguna jasa bahwa rata-rata konsumen berasal dari wilayah luar kota Bandung, seperti Jakarta, Bogor, Tanggerang, bahkan diluar wilayah Jawa Barat. Pengguna jasa sewa menyewa itu sendiri adalah orang yang sedang berlibur di Bandung, para pekerja kantoran, sampai keluarga. Banyak faktor yang membuat mereka memilih tinggal di apartemen, bagi para penikmat liburan menggunakan jasa ini hanya untuk memiki tempat tinggal selama liburan dengan harga sewa yang bersaing dengan sewa unit di hotel, bagi para pekerja kantoran ada berbagai alasan seperti lebih dekat dengan kantor, tidak terkena trafic jam / macet, menghemat waktu, bagi para keluarga biasanya mereka memiliki tempat tinggal dalam artian rumah di luar kota, untuk suatu alasan tertentu mereka

(9)

9 menetap di Bandung untuk waktu yang cukup lama, adapula para mahasiswa dari luar kota yang memilih tempat tinggal di apartemen karena mencari kenyamanan dari berbagai segi kebersihan, lingkungan, dan nyaman untuk untuk dikunjungi oleh keluarganya.

Hal yang membuat peneliti tertarik adalah bagaimana pihak penyedia jasa dapat meningkatkan pendapatannya, bagaimana dapat menarik pengguna jasa, juga bagaimana cara dapat bekerja sama dengan pihak owner atau pemilik kamar. Tentu dengan persetujuan dari narasumber, bersedia menceritakan seluruh hal yang terkait dengan bisnisnya. Berbagai macam cara untuk menghasilkan keuntungan bagi pihak penyedia jasa, cara pertama ialah ambil contoh penyedia jasa mengeluarkan modal untuk menyewa unit tipe studio yang dimiliki owner selama 1 tahun dengan kisaran harga 22jt hingga 28jt /tahun, lalu di sewakan lagi dengan harga yang lebih tinggi, akan tetapi demi meraup hasil yang lebih maksimal kebanyakan pihak penyedia jasa menyewakan unit tersebut dengan harian, agar mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar apabila unit tersebut terus terjual dalam hariannya, tentu cara ini memiliki resiko yang cukup besar pula. Unit yang disewa pihak penyedia jasa kepada pihak

owner memiliki catatan, biaya service charge / biaya pemeliharaan ditanggung oleh

penyedia jasa. Service charge adalah biaya yang mencakup biaya perawatan, dan air di Apartment The Suite Metro, biaya ini berkisar Rp 780.000 – 1.000.000 /tiga bulan. Cara kedua penyedia jasa mengajak kerjasama dengan pihak owner untuk dipinjamkan unitnya untuk disewakan harian oleh pihak penyedia jasa dengan sistem bagi hasil, dengan catatan cara ini memiliki kemungkinan yang paling kecil, biasanya hanya berhasil kepada pihak owner yang memiliki unit dan tidak memiliki waktu untuk mengurus unitnya (owner dari luar kota). Karena berbagai pertimbangan yang dimiliki oleh owner, tidak menutup kemungkinan pihak owner akan menyutujuinya, pihak penyedia harus pintar dalam bernegoisasi dengan pihak owner. “Dengan owner nego semurah- murahnya, dengan konsumen jual setinggi- tingginya” demikian yang

(10)

10 dikatakan oleh penyedia jasa. Keuntungan yang didapatkan dari hasil penyewaan unit kamar dijadikan modal baru untuk membuka / menyewa unit baru lagi untuk disewakan kembali, dengan cara seperti itu, pihak penyedia jasa mengembangkan dan memutar hasil dari usaha untuk meraup keuntungan yang lebih besar.

Dengan data-data diatas yang didapat oleh peneliti secara wawancara langsung kepada pihak penyedia jasa, pengguna jasa, dan pihak pemilik kamar (owner) membuktikan bisnis properti sedang tumbuh / berkembang di dalam apartemen The Suite Metro, banyaknya para pengguna jasa dalam menyewa sebuah unit apartemen tidak jarang pihak penyedia jasa mengalami kekurangan unit untuk disewakan. Penyedia jasa yang ingin terus menambah unit agar memenuhi permintaan banyaknya pengguna jasa, memiliki kekhawatiran tersendiri untuk mengurangi resiko kerugian apabila unit yang telah ditambah tidak terjual sepenuhnya. Oleh karena itu pihak penyedia jasa harus tahu betul siapa konsumen sebenarnya. Konsumen yang beragam membuat pihak penyedia jasa tidak memiliki segmen tertentu untuk memasarkan bisnisnya, hal yang digunakan oleh pihak penyedia jasa dalam memasarkan unitnya hanya melalui media online, kerabat, secara tak menentu. Dengan demikian peneliti berharap penelitian ini dapat mambantu pihak penyedia jasa untuk memenuhi target dalam memperluas segmen pasar yang dilayaninya, agar segmen yang dituju menjadi jelas dan tidak menunggu konsumen datang kepada penyedia akan tetapi penyedia menjemput konsumen.

Dalam penelitian ini berhubungan dengan segmentation, targeting, dan positioning. Dalam segmentation peneliti memprofiling/mengenal konsumen lebih dalam, setelah memprofile konsumen, targeting diperlukan untuk mengetahui siapa target sebenarnya, lalu setelah mengetahui target konsumen, positioning diperlukan untuk mengkomunikasikan pihak penyedia jasa dengan pihak pengguna jasa. Metode yang digunakan peneliti ialah Peta Empati. Peta Empati adalah sebuah alat bantu

(11)

11 berpikir yang membantu anda mengetahui karakteristik demografi pelanggan dan mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang lingkungan, perilaku, kepedulian, dan aspirasi. Dengan alat ini kita bisa menemukan model bisnis yang lebih kuat karena profil pelanggan memandu perancangan proposisi nilai yang lebih baik, cara yang lebih nyaman dalam menjangkau pelanggan, dan hubungan pelanggan yang lebih baik (Osterwalder & Pigneur, 2012:131). Dengan mengetahui tahapan profiling peneliti berharap dapat memberikan solusi kepada pihak penyedia jasa dalam memasarkan bisnisnya. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa Peta Empati ialah metode yang paling tepat untuk melakukan penelitian dalam memahami profil konsumen dari apartemen The Suites Metro.

Penelitian ini memfokuskan pada segmen pengguna jasa dengan mendapatkan informasi melalui wawancara pada segmen pengguna jasa, segmen pemilik kamar (owner), dan segmen penyedia jasa itu sendiri.

Oleh karena itu atas dasar masalah- masalah di atas maka peneliti ingin membahas pemahaman profil konsumen pengguna jasa sewa-menyewa unit Apartemen The Suite Metro di Kota Bandung dengan menggunakan Peta Empati, sehingga mengetahui kebutuhan dan keinginan dari pengguna jasa sewa, agar segmen yang membutuhkan nya menjadi jelas, rinci, dan lebih detail. Penelitian ini hanya dilakukan di wilayah Kota Bandung, Jawa Barat.

1.3 Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, masalah yang paling utama dialami penyedia jasa adalah bagaimana untuk mencari segmen pasarnya, agar tidak serta merta menunggu konsumen. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Analisis profil konsumen pengguna jasa sewa unit Apartemen The Suite Metro di Kota Bandung menggunakan bantuan Peta Empati”.

(12)

12 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami profil konsumen pungguna jasa sewa unit Apartemen The Suite Metro di Kota Bandung menggunakan bantuan Peta Empati.

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Aspek Teoritis

Kegunaan dari sisi teori adalah penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam kaitannya dengan kajian Entrepreneurship dimana dapat menjadikan tolak ukur untuk mengetahui segmen pasar konsumen yang menggunakan jasa sewa menyewa apartemen The Suite Metro..

1.5.2 Aspek Praktis

Kegunaan dari sisi praktis adalah dapat menjadi peluang bisnis dibidang jasa layanan sewa- menyewa Apartemen The Suite Metro (broker) maupun masukan untuk penyedia unit dalam pengambilan keputusan.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, sistematika penelitiannya dibagi menjadi lima bab, yang akan di uraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah yang menguraikan latar belakang penelitian dan alasan peneliti untuk meneliti topik yang bersangkutan serta rumusan malasah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang landasan teori yang berkaitan dengan penelitian ini, pembahasan mengenai hasil dari penelitian-penelitian sejenis yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dan kerangka pemikiran.

(13)

13 BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memuat jenis penelitian mengenai metode, pendekatan, dan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan maupun menganalisi data yang dapat menjawab serta menjelaskan masalah penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai data penelitian, hasil penelitian, serta pembahasan dari hasil penelitian tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menyajikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian serta saran yang sesuai dengan hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

Flavonoida biasanya terdapat sebagai O-glikosida, pada senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikat pada satu gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua memiliki peran yang besar dalam membentuk perilaku prososial remaja sehingga apabila orang tua

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar