• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONTRASTIF DAN ANALISIS KESALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KONTRASTIF DAN ANALISIS KESALAH"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONTRASTIF DAN ANALISIS

KESALAHAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

ARAB

Oleh : Isral Naska1

Abstrak

Pembelajaran bahasa Arab adalah salah satu bidang sarat problematika. Sebagai solusi untuk menekan problematika tersebut, ditawarkan dua bentuk analisis, yaitu analisis kontrastif dan analisis kesalahan. Analisis kontrastif dimaksudkan untuk memprediksi kesulitan yang akan dihadapi siswa ketika belajar. Prediksi itu dibangun atas sejumlah asumsi dan hipotesis. Sedangkan analisis kesalahan dimaksudkan untuk memahami hakikat kesalahan yang terjadi. Kesalahan-kesahalan yang ditemukan pada siswa diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Kendatipun kemunculan analisis kesalahan adalah sebagai reaksi dari analisis kontrastif, kedua-duanya sesungguhnya dapat saling melengkapi dalam usaha menciptakan pembelajaran bahasa Arab yang efektif dan efisien.

Kata kunci : analisis kontrastif, analisis kesalahan, PBA

A. PENDAHULUAN

Analisis kontrastif dan analisis kesalahan termasuk ke dalam bidang linguistic terapan yang memiliki hubungan yang erat dengan bidang pembelajaran bahasa asing. Kedua jenis analisis ini memiliki peran yang besar

(2)

dalam mewujudkan pembelajaran bahasa asing yang lebih efektif dan efisien.

Analisis kontrastif adalah yang pertama kali muncul. Kemunculannya pada tahun 50 an memberikan sentuhan baru dalam dunia pembelajaran bahasa asing. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, dua bahasa diperbandingkan untuk mencari persamaan dan perbedaan. Tujuan akhir adalah untuk mencari sisi yang mudah dan sulit dari bahasa asing yang dipelajari. Pada awal kemunculannya, analisis ini sempat diyakini sebagai satu-satunya cara untuk mengenali kesulitan belajar bahasa asing.

Namun kemudian, analisis kontrastif tak luput dari kritik. Bahwa analisis ini hanya dominan pada tataran bunyi dan tidak pada tataran lainnya. Menjawab kekurangan analisis kontrastif, analisis kesalahan muncul sebagai solusi. Bahwa prediksi kesalahan tidaklah berguna, jalan terbaik adalah memahami bentuk kesalahan yang telah terjadi dalam sebuah aktivitas pembelajaran bahasa asing.

Belakangan muncul pemikiran untuk menyatukan keduanya. Analisis kontrastif dan analisis kesalahan harus dipadukan agar dapat menjadi solusi dari kesulitan belajar bahasa asing.

Makalah ini akan berusaha untuk membahas kedua jenis analisis ini secara ringkas. Makalah ini akan dibagai menjadi dua sub bahasan utama. Sub bahasan pertama berbicara tentang analisis kontrastif dan sub bahasa ke dua berbicara tentang analisis kesalahan.

B. ANALISIS KONTRASTIF

(3)

Analisis Kontrastif adalah komparasi sistem-sistem linguistic dua bahasa, misalnya system bunyi atau system gramatikal.Analisis kontrastif berupa prosedur kerja adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 ( bahasa ibu ) dengan struktur bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan diantara kedua bahasa tersebut.Perbedaan-perbedaan antar dua bahasa yang diperoleh dan dihasilkan melalui anakon, dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau kmemprediksi kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala belajar berbahasa yang akan dihadapi oleh para siswa disekolah terutama dalam mempelajari bahasa kedua.2

Analisis Konstrastif bahasa adalah sebuah proses kajian dimana peneliti melakukan aktivitas memperbandingkan dua bahasa atau lebih. Perbandingan itu dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan unsur-unsur bahasa yang sama, serupa dan berbeda. Tujuan utama dari pembandingan itu adalah untuk mengenali kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi para pelajar dalam mempelajari bahasa asing tertentu. Pengetahuan tentang kesulitan-kesulitan tersebut dapat bermanfaat untuk beberapa hal seperti, penyusunan buku dan bahan ajar, penyusunan latihan-latihan bahasa, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa asing.

Bidang kajian analisis kontrastif bahasa muncul dalam dunia linguistic dipelopori oleh Robert Lado pada tahun 50-an, lewat sebuah buku yang ia tulis : Lingustic Across Cultures. Dalam buku tersebut ia memaparkan sebuah konsep tentang perbandingan (kontrastif) dua bahasa, dimana konsep tersebut berguna untuk berbagai hal, salah satunya pembelajaran bahasa asing. Bidang ini

(4)

adalah salah satu bentuk dari sekian kajian yang berguna bagi dunia pembelajaran bahasa.

Lewat pendapatnya, Lado menjelaskan manfaat analisis kontrastif : pengalaman menunjukkan bahwa bahan ajar yang disusun atas prinsip-prinsip analisis kontrastif lebih ringkas dan memberikan hasil yang lebih efektif. Lado juga memaparkan bahwa proses analisis kontrastif dapat diterapkan pada berbagai tataran bahasa, yaitu fonem, morfem, gramatika, makna, hingga tataran budaya.

Analisis yang diperkenalkan Lado ini, dikenal dengan analisis kontrastif yang bersifat pre analysis. Yaitu dengan mendeskripsikan aspek-aspek kesulitan yang diprediksi akan dihadapi pelajar ketika belajar bahasa asing. Kajian analisis ini dimungkinkan lewat melakukan kontrastif antara dua bahasa atau lebih, apakah bahasa tersebut berada dalam satu rumpun atau tidak. Semakin kecil perbedaan antara bahasa, maka akan semakin mudah dan sebaliknya, semakin besar perbedaan, maka akan semakin sulit bagi siswa.

Kampus-kampus di Negara Barat yang berkosentrasi dalam bidang bahasa Arab telah aktif melakukan kajian ini. Mereka secara intens melakukan kajian analisis kontrastif bahasa untuk menjelaskan keterkaitan antara bahasa Arab dengan bahasa-bahasa lainnya. Hal inilah yang menjadi sebab utama lebih majunya perguruan-perguruan tinggi di Barat dalam meletakkan klasifikasi tentang bahasa arab.3

Henri Guntur Tarigan mengemukakan bahwa analisis kontrastif, berupa prosedur kerja, adalah aktivitas atau kegaitan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan strukutr B2 untuk mengindentifikasi

perbedaan-3 Rusydi Ahmad Tha’imah, Ta’limu al Lughah ittishaliyan Bayna Manahij wa al Istiratijiyat,(2006 ), h

(5)

perbedaan di antara kedua bahasa. Perbedaan-perbedaan antara dua bahasa, yang diperoleh dan dihasilkan melalui Anakon, dapat digunakan seabgai landasan dalam meramalkan atau mempredikisi kesultan-kesultian atau kendala-kendala belajar berbahasa yang akan dihadapi oleh para siswa di sekolah, terlebih-lebih dalam belajar B2.4

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Analisis Kontrastif adalah sebuah prosedur yang menunjukkan dasar-dasar pembandingan antara struktur B1 dengan B2. Penyebutan istilah B1 disini adalah merujuk kepada bahasa yang sudah biasa dipakai oleh pelajar dalam kehidupan sehari-hari, bisa bahasa ibu atau bahasa kedua. Sedangkan B2 adalah bahasa asing yang dipelajari. Perbandingan antara B1 dan B2 untuk mencapai tujuan mempermudah pembelajaran B2.

2. Dasar-dasar Analisis Kontrastif

Analisis Kontrastif dibangun atas hipotesis tertentu. Tarigan menjelaskan, bahwa hipotesis anakon terdiri dari dua kelompok, yaitu hipotesis bentuk kuat dan hipotesis bentuk lemah.

Hipotesis bentuk kuat menyatakan bahwa semua kesalahan dalam B2 dapat diramalkan dengan menidentifikasi perbedaan antara B1 dan B2 yang dipelajari oleh para siswa. Hipotesis bentuk kuat ini didasarkan kepada asumsi-asumsi berikut :

1. Penyebab utama atau penyebab tunggal kesulitan belajar dan kesalahan dalam pengajaran bahasa asing adalah interferensi5 bahasa ibu. Kesulitan

4 Henry Guntur Tarigan. Op.cit. hal 4.

5 Situasi kedwibahasaan mulai terjadi pada pembelajaran bahasa asing. Kontak antara kedua bahasa

(6)

belajar itu sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh perbedaan B1 dan B2;

2. Semakin besar perbedaan antara B1 dan B2 semakin akut atau gawat kesulitan belajar;

3. Hasil perbandingan antara B1 dan B2 diperlukan untuk meramalkan kesulitan dan kesalahan yang akan terjadi dalam belajar bahasa asing;

4. Bahan pengajaran dapat ditentukan secara tepat dengan membandingkan kedua bahasa itu, kemudian dikurangi dengan bagian yang sama sehingga aa yang harus dipelajari oleh siswa adalah sejumlah perbedaan yang disusun berdasarkan analisis kontrastif.6

Keeempat asumsi di atas dapat dijelaskan lewat contoh kontrastif sebagai berikut :

Menurut Alwi, tempat artikulasi /d/ dalam bahasa Indonesia adalah dental-alveolar. Sedangkan cara arktikulasi adalah hambat7. Dalam bahasa Arab /ض/

memiliki tempat artikulasi al Asnan al Latswi (dental alveolar)8. Sedangkan cara artikulasi adalah

infijariyyah (hambat/letupan)9. Dari aspek ini, /d/

dan /ض/ sama, yaitu sama-sama mempunya daerah dan cara artikulasi yang sama. Namun /ض/ memiliki sifat ithbaq yang tidak dipunyai oleh /d/. Berdasarkan fakta ini, /ض/ akan menjadi hal yang sulit bagi orang

yang banyak mempengarahui B2. Sebaliknya, karena sesuatu sebab, penguasaan B2 melebihi penguasaan B1, maka giliran B1 lah yang dipengaruhi oleh B2. Dalam taraf permulaan pembelajaran bahasa asing dapat dipastikan bahwa bahasa ibu lebih dikuasai daripada bahasa asing. Dalam situasi seperti ini pengaruh bahasa ibu sangat menonjol terhadap bahasa asing. Bila pengaruh itu tidak sejalan dengan system bahasa asing, maka terjadilah interferensi b1 terhadap b2. Interferensi menimbulkan penyimpangan. Interferensi menimbulkan kesalahan berbahasa. Lihat, Henri Guntur Tarigan, Ibid, hal 7-8.

6Ibid, hal 5-6.

7 Dental alveolar adalah tempat artikulasi yang berlokasi pada pertemuan gigi bagian atas dan langit-langit.

Hambat adalah fonem yang pengucapkannya dengan menahan aliran udara sejenak kemudian melepaskannya. Hambat sering juga disebut dengan letupan. Istilah letuparn merujuk kepada terhamburnya aliran udara dari paru-paru ketika hambatan dilepaskan. Amril dan Hermanto, Fonologi Bahasa Indonesia, (Padang, UNP Press, 2002), hal 79.

(7)

Indonesia karena dalam sistem fonem bahasa Indonesia tidak dikenal sifat ithbaq10. Interferensi

dapat terus terjadi ketika mengucapkan /ض/ yaitu menggantinya dengan /d/, misalkan نيلاضضضضلا ل و dirubah menjadi نيلادلا ل و. Oleh karena perbedaan ini, bahan ajar harus mengarahkan siswa untuk banyak berlatih /ض/ dengan sifat ithbaq-nya.

Sedangkan hipotesis bentuk lemah menyatakan bahwa analisis kontrastif hanya bersifat diagnostic belaka. Oleh karena itu, analisis kontrastif bahasa harus bekerjasama dengan analisis kesalahan bahasa. 11

Berdasarkan paparan Tarigan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Analisis Kontrastif dipahami dalam dua bentuk sudut pandang. Sudut pandang pertama mengatakan bahwa analisis ini dapat menentukan kesulitan secara mutlak lewat proses kontrastif. Tampaknya inilah bentuk pemahaman paling awal tentang analisis kontrastif.

Sedangkan sudut pandang kedua lebih moderat. Kelompok yang bertitik tolak dari sudut pandang ini menyatakan bahwa analisis kontrastif hanya dapat memprediksi kesalahan, yang mana hasil prediksi belum tentu sama dengan kesalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, sudut pandang kedua ini mengharuskan analisisi kontrastif harus dilengkapi dengan analisis kesalahan.

3. Ruang Lingkup Analisis kontrastif

Analisisi kontrastif mencakup seluruh tataran bahasa. Tarigan menyebutkan bahwa tataran bahasa yang

10Ithbaq adalah cara pengucapan bunyi dengan melakukan “kuncian sesaat” pada lidah ketika lidah

berinteraksi dengan sebuah makhraj (tempat artikulasi bunyi). Bunyi Ithbaq yang lain adalah /ط/ ,/ظ/,/ص/. Ahmad Muhammad Qadur, Ibid, hal 83.

(8)

digarap oleh pengikut analisis kontrastif tidak merata. Bidang fonologi paling banyak diperbandingkan, dengan alasan bahwa peranan aksen bahasa itu sangat besar terhadap B2. Setelah bidang fonologi menyusul bidang sintaksis. Bidang kosakata kurang mendapat perhatian.12

Selain tataran bahasa, Lado menekankan pentingnya melakukan analisis kontrastif pada tataran budaya. Lado menjelaskan bahwa pada manusia tumbuh dalam budaya yang berbeda-beda. Sebuah budaya akan melahirkan persepsi pemaknaan yang berbeda dengan budaya lainnya. Melalui pengetahuan akan perbedaan-perbedaan itu, maka orang-orang dapat berkomunikasi dengan baik tanpa adanya mispersepsi walau dilatar belakangi budaya yang berbeda-beda.13

Berdasarkan paparan di atas, analisis kontrastif memilki dua ruang lingkup, yaitu pada bahasa dan budaya. Tataran bahasa yang digarap lewat analisis kontrastif adalah tataran bunyi, kata, gramatika dan sintaksis. Dari keseluruhan tataran bahasa, tataran fonologi sangat dominan diterapkan. Budaya sebagai objek dari analisis kontrastif penting untuk dikaji agar proses pembelajaran bahasa dapat melahirkan siswa-siswa yang dapat berkomunikasi dengan baik. Perbedaan budaya yang melatar belakangi B1 dan B2 sangat penting untuk dipahami guna menghidari kekacauan penggunaaan bahasa.

4. Tujuan dan Urgensi Analisis Kontrastif bagi

Pembelajaran Bahasa Arab

Al Fauzan menjelaskan bahwa analisis kontrastif bahasa memiliki tiga tujuan dasar, yaitu :

12Ibid, hal 14.

13 Mahmud Ismail Shiniy Dan Ishaq Muhammad Al Amin, al Taqabul al Lughawy wa Tahlil al Akhtha,

(9)

a. Mengindentifikasi persamaan dan perbedaan antar bahasa;

b. Mengindentifikasi kesulitan yang akan muncul dalam pembelajaran bahasa asing

c. Memberikan kontribusi pada pengembangan materi pembelajaran bahasa asing.14

Dari paparan ini, kita dapat melihat bahwa analisis kontrastif adalah hal yang urgen dalam pembelajaran bahasa asing. Urgensi analisis kontrastif adalah terletak pada prediksi yang dihasilkannya tentang bentuk-bentuk kesulitan yang muncul akibat perbedaan antara B1 dan B2. Prediksi-prediksi yang dihasilkan lewat analisis kontrastif sangat berguna bagi pengembangan bahan ajar. Bahan ajar yang disusun berdasarkan prinsip analisis kontrastif dapat mengkosentrasikan pembahasan dan latihan-latihan kebahasaan pada aspek-aspek yang diperkirakan akan sulit. Lewat ini, analasis kontrastif sangat membantu dalam melahirkan bahan ajar yang efektif dan efisien.

C.ANALISIS KESALAHAN

1. Pengertian Analisis Kesalahan

Fenomena interferensi adalah isu utama dari studi tentang kedwibahsaan. Hal ini telah menjadi pendorong bagi pelaku analisis kontrastif untuk melakukan studi terhadap system bunyi, system fonem, dan sistem gramatika terhadap bahasa-bahasa yang terhubung dalam situasi dwibahasa. Studi tersebut juga untuk menjelaskan pengaruh interferensi bagi para pelaku dwibahasa. Salah satu hasil paling siginifikan dari studi-studi tersebut adalah munculnya pemahaman bahwa analisis kontrastif bahasa sangat berperan dalam

(10)

mengenali kesulitan yang akan dihadapi pelajar dalam mempelajari bahasa asing. Seperti yang dipaparkan Lado, bahwa unsur-unsur bahasa asing yang sama dengan bahasa ibu pelajar adalah mudah untuk dipelajari. Sedangkan unsur yang berbeda adalah hal yang sulit untuk dipelajari. Dunia pembelajaran bahasa asing mendapatkan manfaat yang cukup besar dari praktik-praktik analisis kontrastif. Politzer mengutarakan bahwa analisis kontrastif diyakini sebagai bidang kajian linguistic terapan yang paling penting, mengingat perannya dalam indentifikasi kesulitan pembelajaran bahasa asing. Dengan menaruh perhatian penting terhadap indentifikasi kesulitan-kesulitan tersebut, pembelajaran bahasa asing dapat berlangsung lebih efektif dan efisien.15

Para peneliti dan guru bahasa kedua menyadari bahwa kekeliruan yang dibuat seseorang dalam proses membangun sebuah sistem bahasa baru ini perlu dianalisis dengan teliti, sebab boleh jadi didalamnya terdapat beberapa kunci untuk memahami proses pemerolehan bahasa kedua.16

Seiring berjalannya waktu, analisis kontrastif mulai dinilai tidak memadai. Bahwa analisis kontrastif hanya menunjukkan peran yang signifikan dalam mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan tataran fonem. Analisis kontrastif dipandang tidak berperan dengan baik dalam indentifikasi kesulitan yang terkait dengan tataran gramatika.17

Beberapa pihak memandang bahwa analisis kontrastif tidak dapat berhasil menggambarkan kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran bahasa asing. Hanya

15 Mahmud Ismail Shiny dkk, op cit, hal 119.

(11)

analisis kesalahanlah yang dapat mendeskripsikan kesulitan-kesulitan tersebut. Tentang hal ini, seorang praktisi analisis kesalahan yang bernama al Badrawi Zahran menyatakan bahwa antara kedua jenis analisis ini harus dipertemukan dalam sebuah jalan tengah. Kedua-duanya harus saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Untuk menggambarkan harmonisasi antara kedua analisis ini, Zaharan menggambarkan bahwa kegiatan pembelajaran itu pada hakikatnya terdiri dari tiga, yaitu tahap perencanaan, implementasi dan evaluasi. Menurutnya, analisis kesalahan berada pada tahap evaluasi. Walau secara eksplisit tidak menyebutkan dimana posisi analisis kontrastif dalam hal ini, pemakalah menduga bahwa analisis kontrastif adalah bagian dari perencanaan pembelajaran.18

Pemakalah melihat, bahwa analisis kesalahan adalah reaksi dari kekurangan analisis kontrastif yang lebih dominan pada tataran bunyi saja. Walau analisis kesalahan merupakan reaksi, pemakalah berpendapat bahwa mempertentangan antara keduanya nyaris tidak memiliki manfaat. Pendapat Zaharan yang pemakalah kutip di atas dapat memberikan gambaran yang utuh kepada kita bahwa analisis kesalahan adalah bentuk dari evaluasi dalam bidang pembelajaran bahasa asing. Implementasi analisis kesalahan adalah setelah berakhirnya pembelajaran. Dari sudut pandang ini, analisis kesalahan dan analisis kontrastif dapat saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya, dimana analisis kontrastif dengan perannya sebagai predictor adalah bagian dari tataran perencanaan pembelajaran.

2. Tahapan Analisis Kesalahan19

(12)

Menurut Zaharan, analisis kesalahan memiliki tiga tahapan yang saling berhubungan, yaitu :

a. Tahapan pengenalan/identifikasi kesalahan b. Tahapan deksripsi kesalahan dan pengklasifikasiannya

c. Tahapan penafsiran terhadap hakikat kesalahan

Tahapan pengenalan/identifikasi kesalahan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pemeriksaan terhadap kertas jawaban para siswa. Setiap kesalahan yang didapati dicatat dengan rinci. Berdasarkan pengelompokannya, kesalahan yang ditemukan terbagai menjadi dua, yaitu kesalahan individu dan kesalahan kolektif. Setelah bentuk-bentuk kesalahan terkumpul, peneliti lalu membuat koreksi.

Klasifikasi kesalahan dibuat berdasarkan tataran-tataran bahasa yang ada. Klasifikasi tersebut dapat sebagai berikut :

a. Kesalahan pada tataran fonem/shauti b. Kesalahan pada tataran morfem/sharfi c. Kesalalan pada tataran gramatika/nahwi d. Kesalahan pada tataran semantic/dalali e. Kesalahan yang belum terklasifikasi

Setelah klasifikasi dibuat, maka langkah selanjutnya adalah menentukan aspek mana saja yang mengalami kesalahan (maudhu’ al khatha’). Langkah selanjutnya adalah memberikan deskripsi terhadap kesalahan tersebut.

19Tahapan analisis kesalahan yang pemakalah uraikan di sini adalah berdasarkan penelitian al Badrawi

(13)

Pencatatan yang rapi adalah hal yang tak kalah penting. Pencatatan dalam bentuk table paling disarankan karena lebih mudah membacanya. Berikut adalah contoh pencatatan kesalahan pada tataran fonem :

فصو

ءاطخلا عوضومءاطخلا ةححصملاةلمجلا ةلمتشملاةلمجلا ىلع ءاطخلا

مقر ةقرولا

ءاحلا ةباتك

ءاه تماوصلا هذه يفةجحللا هذه يفةجهللا 3 ءاحلا ةباتك

ءاه فاقلا ةباتك افاك

تماوصلا تقلح

يرعش يرعشتكله 3

Adalah hal yang penting untuk mengetahui latar belakang masing-masing siswa yang melakukan kesalahan. Latar belakang yang dimaksud adalah kebangasaan, bahasa ibu, dan bahasa kedua yang mereka gunakan. Informasi ini penting sebagai dasar penafsiran terhadap hakikat kesalahan. Pencatatan terhadap identitas tersebut dapat dibuat dalam bentuk table sebagai berikut :

3 2 1 ماقرأ

ةقرولا

يكرت يسنودنأ يسنودنأ ةيسنج

بلاطلا

ةيكرتلا ةيواجلا هيشتأ ةعللا

ىلولا يزيلجنلا

(14)

Berdasarkan pencatatan dan data di atas, langkah selanjutnya adalah melakukan tafsiran terhadap kesalahan-kesalahan yang ditemukan. Penafsiran dilakuan dengan terlebih dahulu mengenali jenis kesalahan. Jenis kesalahan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Kesalahan intralingual/daakhil al lughah, yaitu interferensi. Kasus kesalahan ini adalah seperti berikut :

ةجهللا هذه يف Seharusnya : ةجحللا هذه يف

Bersadasarkan catatan Zaharan, pelaku kesalahan ini adalah seorang pelajar dari Indonesia yang berasal dari Aceh. Tafsiran Zaharan atas kesalahan ini adalah bahwa kesalahan ini terjadi akibat interferensi karena dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa Aceh tidak ditemukan bunyi /ح/, yang ada hanya /h/. Fonem /h/ sama artikulasinya dengan / ه /.

2. Kesalahan developmental/al akhtha’ al thauriyyah, yaitu kesalahan yang terkait dengan pemerolehan bahasa, dimana kesalahan terjadi karena pemerolehan bahasa yang dipelajari belum memadai. Terdiri atas :

a.Hyper correction/al Mubalagha fi al Tashwib, yaitu bentuk koreksi yang berlebihan

Pada catatan kesalahan mahasiswanya Zaharan menemukan :

ةئبلا هذه تشتفإ Seharusnya ةئيبلا هذه تفستكإ

(15)

untuk mengucapkan /ك/ secara benar, namun tertukar menjadi /ق /.

b.Faulty-Generation/al Mubalaghah fi al Ta’mim20, yaitu pemukulrataan yang salah.

Pada catatan kesalahan mahasiswanya Zaharan menemukan:

يركشعلا ىنشبح

Dimana, /س/ ditukar menjadi /ش/. Mahasiswa yang melakukan kesalahan ini berasal dari Amerika, dimana kedua fonem tersebut (/س/ dan /ش/) ada dalam bahasa Inggris sehingga tidak masalah bagi yang bersangkutan dalam mengartikulasikan kedua fonem tersebut. Jadi kesalahan ini bukanlah karena yang bersangkutan mengalami interferensi, tapi karena ketidak tahuan akan konteks fonem (al siyaqat al shautiyyah).

c. Ignorance of Rule Retraction/al Juhlu bi al Quyudi al Qaidah, yaitu ketidaktahuan mengenai pembatasan aturan.

Contoh kesalahan ini adalah mengucapkan kalimat Follow with him. Kalimat ini diucapkan berdasarkan analogi dari kalimat Go with him. Kesalahan pada kalimat pertama, adalah bentuk dari ketidaktahuan mengenai pembatasan aturan21

d.Incomplete Application of Rules/al Tathbiq al Naqish li al Qawaid, yaitu penerapan aturan bahasa yang tidak lengkap.

Bentuk kesalahan ini adalah seperti berikut : Pertanyaan : what he was saying?

Jawaban : she saying she would ask him

20 Dalam buku al Tahlil al Lughawi wa Tahlil al Akhtha’ pemakalah menemukan istilah lain dengan

pengertian yang sama, yaitu Over Generalization/Mubalaghah fi al Ta’mim. Contoh atas kesalahan ini terjadi pada tataran gramatika, ketika seorang pelajar mengucapkan “he can sings” dimana seharusnya “he can sing”. Dalam hal ini pelajar menyangka bahwa walaupun telah ada kata “can” tetap dibaca “sings”. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa sang pelajar telah melakukan over generalization.

(16)

Jawaban di atas mengandung kesalahan pada penggunaan kata “saying” yang tidak lengkap.22

e.False Concept Hypothesiz/al Iftiradhat al Khathiah, yaitu Menghipotesiskan konsep-konsep yang salah. Bentuk kesalahan ini adalah seperti berikut :

He is speaks Arabic. Kalimat ini adalah bentuk dari menghipotesisikan konsep yang salah, dimana dalam bahasa Inggris penggunaan to be “is” tidak diperkenankan dalam kalimat verbal. Dalam kasus ini, pelajar menganggap (membuat hiptosesis) bahwa to be “is” digunakan untuk kalimat nominal dan verbal.

D. URGENSI ANALISIS KESALAHAN

Analisis kesalahan terkait dengan isu bagaimana melakukan evaluasi hasil belajar bahasa asing dengan tepat dan memenuhi kriteri-kriteria ilmiah. Analisis kesalahan menunjukkan prosedur yang runtut tentang bagiamana memahami kesalahan berbahasa asing. Prosedur-prosedur yang ditetapkan dalam analisis kesalahan adalah prosedur yang dibangun berdasarkan pendekatan linguistik. Bahwa pembelajaran bahasa adalah bagian dari disiplin ilmu linguistik, persisisnya linguistik terapan, maka analisis kesalahan adalah model evaluasi yang tepat.

Evaluasi yang tepat akan menghasilkan diagnosa yang tepat pula. Berangkat dari diagnosa ini, pengajar dapat merumuskan program-program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Lewat ini pembelajaran dapat berlangsung dalam situasi yang penuh makna bagi siswa. Berbeda kiranya, ketika program tidak sesuai dengan kebutuhan, maka pembelajaran hanya akan menjadi kegiatan membosankan dan tidak memberikan perubahan berarti.

(17)

E.KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut :

1. Analisis kontrastif adalah upaya untuk memperbandingkan B1 dan B2. Hasil perbandingan itu dapat menmprediksi aspek-aspek yang sulit dan yang mudah dalam mempelajari B2. Semakin berbeda B2 dan B1, maka akan semakin sulit dipelajari sehingga harus diberikan perhatian yang lebih khusus.

2. Analisis kesalahan adalah upaya untuk mengenali hakikat kesalahan yang telah terjadi dalam pembelajarn di kelas. Hasil analisis kesalahan dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi dan dasar dalam penyusunan rencana program kesalahan dan pengembangan media ajar.

3. Persamaan antara keduanya adalah sama-sama menggunakan kajian-kajian linguistik dalam analisa masing-masing. Sedangkan perbedaan antara keduanya adalah, analisis kontrastif dilakukan sebelum pembelajaran sedangkan analisis kesalahan dilakukan setelah pembelajaran berlangsung.

KEPUSTAKAAN

al Fauzan, Abd Rahman ibn Ibrahim. Idhaat al Muallimi al Lughah al Arabiyyah li Ghayri Nathiqina Biha. Riyadh. Maktabah al Malik. 2011.

(18)

Hadi, Abdul. Ta’lim wa ta’limul lughah al’arabiyah wa tsaqafatuha. Arabian Hilal. 1991

Qadur , Ahmad Muhammad. Mabadi’ Lisaniyyat. Damsyiq. Darul Fikri,.1996

Shiniy , Mahmud Ismail dan Ishaq Muhammad Al Amin. al Taqabul al Lughawy wa Tahlil al Akhtha. Riyadh. Jamiah al Malik Suud. 1979.

Sa’ran , Mahmud, Ilm al Lughah, Beirut, Dar al Nahdhah al Arabiyyah

Tarigan, Henry Guntur, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung. Angkasa. 1992.

Tha’imah, Rusydi Ahmad. Ta’limu al Lughah Ittishaliyan Bayna Manahij wal Istiratijiyat. 2006.

Referensi

Dokumen terkait

OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN, DAN PERSANDIAN. URUSAN

yang dievaluasi dalam situasi yang ada, dengan tujuan meningkatkan praktik dengan

Survelan atau pemantauan bahan vaksin dan drug veterinar samada melalui pemeriksaan rekod, stok dan inventori akan dijalankan di semua premis haiwan seperti

dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia dididik dan dibina di Sekolah Tinggi Teologi Aletheia Lawang untuk. dipersiapkan menjadi

Penelitian ini bertujuan untuk mencari atau merumuskan strategi pembelajaran bahasa Inggris pada aspek reading di kelas inklusif yang melibatkan siswa tunanetra dan siswa

Terdapat 4 jenis ikan cucut tertangkap dari 61 jenis yang berada di Samudera Hindia hasil tangkap sampingan rawai tuna maupun alat-alat tangkap lainnya (Prisantoso et al ., 2010)

Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Depertemcn Pendidikan dan kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, him... Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Hakikat Simbol Pada Perguruan Pencak Silat Tawakal Dan Tapak Suci di Kota Pangkalpinang” sesuai apa yang telah dilakukan peneliti di lapangan,