• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Promosi Jabatan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Kantor Camat Se-Kabupaten Pakpak Bharat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Promosi Jabatan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Kantor Camat Se-Kabupaten Pakpak Bharat)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan acuan untuk dijadikan perbandingan

terhadap penelitian yang akan dilakukan nantinya. Beberapa penelitian

sebelumnya beserta dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti/ Tahun

Judul Variabel

Penelitian

Indikator Hasil Penelitian

1. Wuryanto, Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi pada karyawan PT. Suara Merdeka press )

1. Promosi 4. Kepuasan Kerja

Karyawan

1. Kesempatan promosi

perkerjaan bagi karyawan.

2. Pemberian promosi

jabatan atas dasar kemampuan.

3. Kebijaksanaan promosi jabatan dilakukan secara adil

4. Kejalasan dasar atau

ketentuan promosi

Variabel promosi jabatan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan, variabel persepsi keadilan, kompensasi, berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan. Variabel lingkungan kerja fisik mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan.

2. Junita Yanti Tambunan ( 2013)

Pengaruh Variabel Lingkungan Kerja dan Promosi Jabatan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Bagian Umum Sekretariat 3. Kepuasan Kerja

1. Lingkungan fisik kantor 2. Kesesuaian kondisi kerja

dengan harapan

3. Kesesuaian dukungan

pimpinan dengan harapan 4. Kesesuaian gaji akan meningkatkan kepuasan kerja

5. Kesesuaian spesifikasi pekerjaan yang jelas untuk tiap posisi .

6. Kesesuaian lingkungan kerja

Lingkungan kerja, promosi jabatan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja

3. Puti Intan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Outsourcing Pt. Indosat Tbk.

5. Kepuasan Kerja

1. Kompensasi yang jelas untuk tiap pekerjaan 2. Kepemimpinan atasan,

3. Adanya kesempatan

promosi sesuai dengan aturan

4. Adanya lingkungan kerja yang mendukung

5. Adanya kepuasan kerja yang diterima sebagai suatu hasil penilaian kerja

Variabel bebas kompensasi,

(2)

No. Peneliti/ Tahun

Judul Variabel

Penelitian

Indikator Hasil Penelitian

4. Wayan Oky Promosi Jabatan dan Lingkungan Kerja Fisik terhadap Kepuasan Kerja karyawan Padaparigata Resort And spa Sanur -Bali

1. Kompensasi 4. Kepuasan Kerja

Karyawan

1. Adanya Kompensasi finansial yang jelas , 2. Adanya kesempatan

promosi jabatan 3. Adanya dukungan

lingkungan kerja fisik 4. Kepuasan kerja karyawan

yang diterima

Variabel

kompensasi finansial, promosi jabatan dan lingkungan kerja fisik berpengaruh

signifikan dan

secara simultan terhadap kepuasan kerja Karyawan dan Kinerja Karyawan

1. Pelatihan, Kompensasi 2. Kepuasan Kerja 3. Kinerja

Karyawan

1. Kompensasi terbagi menjadi kompensasi finansial terdiri dari gaji, bayaran prestasi, bayaran insentif, bayaran diluar jam kerja, program

perlindungan dan kompensasi non finansial dari pekerjaan.

2. Kepuasan dan kinerja karyawan.

Data penelitian ini mendapatkan beberapa kesimpulan penting bahwa kompensasi sangat penting bagi karyawan dalam upaya meningkatkan kepuasan dan kinerja karyawan di lingkungan kerja

6. Delia Talimbo (2009)

Pengaruh Budaya Kerja, Lingkungan Kerja, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Organik Gmih Di Tobelo

1. Budaya Kerja

2. Lingkungan Kerja

3. Kinerja Pegawai Organik

1. Adanya budaya kerja yang sesuai dan mendukung

2. Adanya lingkungan kerja yang baik

3. Kinerja pegawai organik

Disimpulkan variabel budaya kerja (X1), dan lingkungan kerja (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai organik Finansial, Insentif Non Finansial dan

Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada

PT. Tiara Cipta Nirwana.

1.Insentif Finansial, Insentif Non Finansial dan 2.Lingkungan Kerja 3.Kepuasan Kerja

Karyawan

1. Adanya insentif finansial, insentif non finansial dan 2. Adanya lingkungan kerja

yang mendukung 3. Adanya kepuasan kerja

karyawan

Insentif finansial, insentif non

finansial, serta lingkungan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.

.

8. Fadhilah (2010)

Analisis Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderating(Studi Pada PT. Coca Cola Amatil Indonesia, Central Java).

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

1.Stres Kerja 2.Kepuasan Kerja 3.Dukungan Sosial

Sebagai Variabel Moderating

1.Faktor stres kerja yang dialami pegawai dalam bekerja

2.Adanya kepuasan kerja pegawai yang diperoleh pegawai

3.Adanya keterkaitan

dukungan dukungan sosial dengan kepuasan kerja

1.Variabel stres kerja berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja karyawan (H1),

2.Variabel interaksi antara hubungan stres kerja dengan dukungan sosial berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja (H2).

3.Stress kerja dan interaksi antara stres kerja dengan dukungan sosial

(3)

No. Peneliti/ Tahun

Judul Variabel

Penelitian

Indikator Hasil Penelitian

9. Gilang Yuda Novaritpraja (2012)

Analisis Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Dengan Sumber Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderating Pada Karyawan PT. Charoen Pokphand

JayaFarm.Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya

1.Stres Kerja 2.Kepuasan Kerja 3.Dukungan Sosial

sebagai Variabel Moderating

1.Adanya faktor stres kerja 2.Ada kepuasan kerja dan

kepuasan keluarga dengan dukungan sosial sebagai variabel moderator

1.Variabel stres kerja berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja karyawan (H1),

2.Variabel interaksi antara hubungan stres kerja dengan dukungan sosial berpengaruh positif terhadap

kepuasan kerja (H2).

3.Hasil analisis

menggunakan uji t dapat diketahui stres kerja dan interaksi antara

stres kerja dengan dukungan sosial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja

10. Tisrina Kepuasan Kerja Dan Kepuasan Keluarga Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderator: Studi Pada Industri Perbankan Di Surakarta

1.Tekanan Pekerjaan

2.Kepuasan Kerja dan Kepuasan Keluarga dengan Dukungan Sosial sebagai Variabel Moderator

1.Ada tekanan pekerjaan 2.Ada kepuasan kerja dan

kepuasan keluarga dengan dukungan sosial sebagai variabel moderator

1.Tekanan pekerjaan

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kepuasan keluarga

2.Dukungan sosial dari tempat kerja dan dari

keluarga tidak memoderasi hubungan

antara tekanan pekerjaan dengan kepuasan keluarga

11. Mokaya, Satisfaction in the Hotel

Industry in Kenya

1. Kondisi kerja Organisasi 2. Kepasan Kerja

1.Ada tekanan pekerjaan 2.Ada kepuasan kerja

Kondisi pekerjaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kepuasan keluarga

12. Seulki Lee Ph.D (2013)

Assesing The Effect of Job stress and Social support on Job satisfaction

1. Dukungan sosial

2. Kepuasan kerja

1. Ada tekanan pekerjaan 2. Ada kepuasan kerja

Dukungan sosial memiliki efek langsung kepada kepuasan kerja Of Employee Job Satisfaction In The Accounting Profession

Faktor faktor tingkat kepuasan kerja antara mereka

1. Ada kepuasan kerja 2. Profesionalitas

Promotion As Job Satisfaction, A Study On Colleges Of Muscat, Sultanate Of Oman

1. Promosi 2. Kepuasan

Kerja

1. Ada Promosi jabatan 2. Perlunya Kepuasan Kerja

Analisis menunjukkan bahwa

(4)

No. Peneliti/ Tahun

Judul Variabel

Penelitian

Indikator Hasil Penelitian

15. Alamdar An empirical study of autonomous Medical Institutions of Pakistan

1. Promosi Kerja 2. Hubungan

Kerja 3. Kepuasan

Kerja 4. Kinerja

1. Ada Promosi Kerja 2. Perlu Hubungan Kerja 3. Adanya Kepuasan Kerja 4. Kinerja

Aspek seperti: membayar, promosi,

pekerjaan keselamatan dan keamanan, kondisi kerja, pekerjaan autono saya, hubungan dengan rekan kerja, hubungan dengan

pengawas dan sifat pekerjaan; mempengaruhi pekerjaan

Fraksi dan kinerja.

16. Ruchi Jain (2014)

Impact of work environment on job Satisfaction

1. Lingkungan kerja, 2. Budaya kerja 3. Motivasi

4. kepuasan kerja

1. Adanya Lingkungan kerja, 2. Ada Budaya kerja 3. Perlunya Motivasi

4. Perlunya kepuasan kerja

Tingkat kepuasan karyawan dan lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang paling

penting yang

mempengaruhi kepuasan & motivasi tingkat karyawan.

Influence of working conditions on job satisfaction in anaesthetists

1. Kepuasan Kerja

2. Lingkungan Sosial

1. Kepuasan Kerja

2. Lingkungan Sosial

Tingkat tinggi kepuasan kerja di anestesi berkorelasi

dengan tuntutan pekerjaan yang menarik dan kesempatan untuk berkontribusi

keterampilan dan ide-ide. Untuk meningkatkan kerja

(5)

2.2. Kepuasan Kerja 2.2.1 Pengertian

Menurut Kreitner dan Kinicki (2001), kepuasan kerja adalah “suatu

efektifitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan”.

Sedangkan menurut Robbins (2003), kepuasan kerja adalah “sikap umum

terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah

penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini

seharusnya mereka terima”. Istilah kepuasan kerja merujuk kepada sikap

umum seorang individu terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Seseorang

dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukan sikap yang positif

terhadap pekerjaan itu; seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya

menunjukan sikap yang negatif terhadap pekerjaan karena pada umumnya

apabila orang berbicara mengenai sikap karyawan, lebih sering mereka

maksudkan kepada kepuasan kerja.

Menurut Hariandja (2005), kepuasan kerja adalah sejauh mana

individu merasakan secara positif/ negatif berbagai macam dimensi dari

tugas-tugas dalam pekerjaannya. Menurut Mangkunegara (2007), kepuasan

kerja adalah suatu perasaan yang menyokong/ tidak menyokong diri

pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi

dirinya.

Menurut Hasibuan (2006), kepuasan kerja adalah sikap emosional

yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan

oleh moral kerja, disiplin, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati

(6)

(2004), kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas

perasaan sikapnya senang atau tidak puas dalam bekerja.

Mathis and Jackson (2000) mengemukakan, "Job satisfaction is a

positive emotional state resulting one's job experience" (Kepuasan kerja

merupakan pernyataan emosional yang positif yang merupakan hasil

evaluasi dari pengalaman kerja).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual yang merupakan

sikap dan perasaan seseorang yang timbul berdasarkan penilaian terhadap

situasi kerja dan apa yang diperoleh dari pekerjaannya. Kepuasan akan

dirasakan jika adanya kesesuaian antara kemampuan, keterampilan dan

harapannya dengan pekerjaan yang dia hadapi.

2.2.2. Dimensi Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang dimiliki oleh para

individu sehubungan dengan jabatan atau pekerjaan mereka. Hal ini timbul

dari persepsi mereka tentang jabatan atau pekerjaan mereka. Kepuasan

jabatan timbul karena aneka macam aspek dari jabatan atau pekerjaan

seperti misalnya : imbalan berupa uang, peluang untuk promosi, supervisor,

para rekan sekerja. Kepuasan pekerjaan juga berasal dari faktor-faktor yang

berhubungan dengan lingkungan pekerjaan.

Gaya supervisor, kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, afiliasi di

dalam kelompok kerja, kondisi-kondisi kerja, dan imbalan-imbalan lain di

(7)

1. Gaji atau upah yang diterima adalah jumlah gaji atau upah yang

diterima dan kelayakan imbalan tersebut,

2. Pekerjaan adalah tingkat hingga dimana tugas-tugas/ pekerjaan

dianggap menarik dan memberikan peluang untuk belajar dan

menerima tanggung jawab,

3. Peluang-peluang promosi adalah tersedianya peluang-peluang untuk

mencapai kemajuan dalam jabatan,

4. Supervisor adalah kemampuan sang supervisor untuk menunjukkan

perhatian terhadap karyawan,

5. Para rekan sekerja adalah tingkat hingga dimana para rekan sekerja

bersikap bersahabat, kompeten, dan saling bantu membantu.

Dari kelima macam dimensi kepuasan jabatan telah diukur dalam

studi tertentu dimana menggunakan apa yang dinamakan Indeks Deskiptif

Jabatan (Job Description Index) dan diberikan hak cipta kepada Bowling

Green State University di Amerika Serikat (Winardi, 2009) yang dimana

dimensi masing-masing dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pekerjaan:

a. Rutin,

b. Kreatif,

c. Menjemukan.

2. Supervisi

a. Meminta pandangan saya,

b. Memuji karya baik,

(8)

d. Memberitahukan keadaan saya.

3. Orang-orang

a. Merangsang,

b. Ambisius,

c. Terlampau banyak berbicara,

d. Sulit dihadapi.

4. Gaji atau upah

a. Penghasilan cukup untuk pengeluaran-pengeluaran normal,

b. Terlampau rendah,

c. Kurang dibandingkan dengan apa yang seharusnya diterima,

d. Pembayaran sangat tinggi.

5. Promosi-promosi

a. Peluang baik untuk maju,

b. Promosi berdasarkan kemampuan,

c. Pekerjaan tanpa harapan maju,

d. Kebijaksanaan promosi tidak fair.

2.2.3. Indikator Kepuasan Kerja

Yuwono (2005), mendefinisikan kepuasan sebagai cluster perasaan

evaluatif tentang pekerjaan dan dia dapat mengidentifikasikan indikator

kepuasan kerja dari sembilan aspek yaitu :

a. Upah :

(9)

c. Supervisi : keadilan dan kompetensi penugasan menajerial oleh

penyelia

d. Benefit

e. Contingent

f. Operating procedures : kebijakan, prosedur dan aturan

g. Coworkers : rekan kerja yang menyenangkan dan kompeten

h. Nature of work : tugas itu sendiri dapat dinikmati atau tidak

i.

maupun nonverbal)

Menurut Veithzal (2004), secara teoritis faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya seperti gaya

kepemimpinan, produktivitas kerja, perilaku, locus of control, pemenuhan

harapan penggajian dan efektivitas kerja. Adapun faktor-faktor yang

biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang karyawan

adalah sebagai berikut :

a. Isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan sebagai

kontrol terhadap pekerjaan,

b. Supervisi,

c. Organisasi dan manajemen,

d. Kesempatan untuk maju,

e. Gaji dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti adanya

insentif,

f. Rekan kerja,

(10)

2.2.4 Teori-Teori Kepuasan Kerja

Teori tentang kepuasan kerja yang cukup dikenal menurut Rivai

(2004), adalah :

a. Teori Discrepancy

Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung

selisih antara sesuatu yang seharusnya dirasakan dengan kenyataan yang

dirasakan. Berdasarkan pandangan tersebut, maka dapat dikatakan

seseorang akan merasa puas apabila tidak ada perbedaan antara yang

diinginkan dengan persepsinya terhadap kenyataan yang ada, karena apa

yang diinginkan telah dipenuhi. Apabila yang didapat ternyata lebih besar

daripada yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi

walaupun terdapat (discrepancy). Perbedaan yang terjadi disini adalah

perbedaan yang positif. Sebaliknya, makin jauh kenyataan yang

dirasakannya itu di bawah standar minimum (negative discrepancy), maka

makin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya.

b. Teori Equity

Prinsip dari teori ini adalah orang akan merasa puas atau tidak puas

tergantung apakah dia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas

suatu situasi, khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama

dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan dan ketidakadilan.

Ada empat elemen penting dalam teori ini, yaitu :

a. Orang (person), yaitu individu yang merasa diperlukan secara

(11)

b. Perbandingan dengan orang lain (comparation others), yaitu

setiap kelompok atau orang yang digunakan oleh orang (person)

sebagai perbandingan ratio dari masukan dan perolehan.

c. Masukan (input), yaitu karakteristik individu yang dibawa serta

oleh orang (person) ke pekerjaan yang dapat dicari misalnya

ketrampilan dan pengalaman belajar.

d. Perolehan (outcomes), yaitu apa yang diterima oleh orang

(person) dari pekerjaan, seperti tunjangan, penghargaan, dan

upah.

Puas tidaknya seseorang terhadap pekerjaannya tergantung pada

apakah dia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak terhadap suatu

situasi. Hal ini diperoleh dengan cara membandingkan dirinya dengan orang

lain yang sekelas, sekantor maupun di tempat lain (Karlins, 2000). Menurut

Revida (1999), keadilan (equity) adalah suatu keadaan yang muncul dalam

pikiran seseorang, jika dia merasa bahwa rasio antara usaha dan imbalan

adalah seimbang dengan rasio individu yang dibandingkan.

c. Teori Dua Faktor

Menurut teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu

merupakan hal yang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap

pekerjaan itu bukan suatu variabel yang kontinyu. Teori ini merumuskan

karakteristik pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu satisfies (motivator)

dan dissatisfies. Satisfies ialah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan

sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari pekerjaan: pekerjaan yang

(12)

memperoleh penghargaan dan promosi. Dissatisfies (hygiene faktor) adalah

faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri dari : gaji/

upah, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status.

Herzberg menyimpulkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan

perbedaan tersebut. Faktor pertama adalah faktor kepuasan kerja, yaitu

faktor-faktor yang mempengaruhi langsung kepuasan kerja pekerja. Faktor

kedua adalah faktor ketidakpuasan kerja, yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi langsung ketidakpuasan pekerja. Faktor pertama cenderung

lebih kepada faktor intrinsik karena ketika mereka merasa senang mereka

mengaitkannya dengan diri mereka sendiri. Sebaliknya faktor kedua adalah

faktor ekstrinsik karena ketika mereka tidak senang, mereka cenderung

menyalahkan faktor-faktor dari luar seperti lingkungan kerja.

2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut As’ad (2004), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja ialah :

a. Faktor Psikologi, merupakan faktor yang berhubungan dengan

kejiwaan karyawan yang meliputi minat, keterampilan kerja, sikap

kerja, bakat & keterampilan.

b. Faktor Sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi

sosial baik antara sesama karyawan dengan atasannya/ dengan

karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya.

c. Faktor Fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi

(13)

pekerjaan, waktu kerja & istirahat, perlengkapan kerja, keadaan

ruang, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan

karyawan, umur & sebagainya.

d. Faktor Finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan

jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi system &

besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas–

fasilitas promosi, dan sebagainya.

Virgana (2010), menyatakan bahwa kepuasaan kerja sangat

dipengaruhi oleh kepemimpinan, lingkungan kerja, dan motivasi kerja

mereka. Hasibuan (2007), kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh

faktor-faktor:

a. Balas jasa yang adil dan layak.

b. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian.

c. Berat ringannya pekerjaan.

d. Suasana dan lingkungan pekerjaan.

e. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.

f. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya.

g. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.

Menurut Johan (2002), faktor-faktor yang biasanya digunakan untuk

mengukur kepuasan kerja seorang pegawai adalah:

(a) isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang actual dan sebagai

kontrol terhadap pekerjaan; (b) supervisi; (c) organisasi dan manajemen; (d)

kesempatan untuk maju; (e) gaji dan keuntungan dalam bidang finansial

(14)

Menurut Almigo (2004), ada lima karakteristik penting yang

mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:

a. Pekerjaan, sampai sejauh mana tugas kerja dianggap menarik dan

memberikan kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung

jawab.

b. Upah atau gaji, yaitu jumlah yang diterima dan keadaan yang

dirasakan dari upah atau gaji.

c. Penyelia atau pengawasan kerja, yaitu kemampuan penyelia untuk

membantu dan mendukung pekerjaan.

d. Kesempatan promosi, yaitu keadaan kesempatan untuk maju.

e. Rekan kerja, yaitu sejauh mana rekan kerja bersahabat dan

berkompeten.

As’ad (2003), menyatakan bahwa salah satu faktor yang

memberikan kepuasan kerja adalah faktor utama dalam pekerjaan yang

meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi kerja dan

kesempatan untuk maju. Selain itu juga meliputi penghargaan terhadap

kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, ketepatan dalam

(15)

2.3. Promosi Jabatan 2.3.1 Pengertian

Hasibuan (2000), menyatakan bahwa :

“Promosi berarti perpindahan dari suatu jabatan kejabatan yang lain yang mempunyai status yanglebih tinggi. Biasanya perpindahan ke jabatan yang lebih tinggi ini disertai dengan peningkatan gaji atau cepat lainnya, walaupun tidak selalu demikian.”

Menurut Fathoni (2006), promosi jabatan merupakan perkembangan

yang positif dari seorang pekerja atau pegawai karena tugasnya dinilai baik

oleh pejabat yang berwenang. Jika ada kesempatan untuk dipromosikan bagi

setiap karyawan yang berdasarkan atas azas keadilan dan objektivitas akan

mendorong karyawan lebih giat, semangat, disiplin, dan berprestasi kerja

yang semakin besar sehingga sasaran perusahaan yang optimal dapat

dicapai.

Menurut Husein (2003), seseorang yang menerima promosi harus

memiliki kualifikasi yang baik dibanding kandidat-kandidat yang lainnya.

Sedangkan Flippo menyatakan bahwa promosi berarti perpindahan dari

suatu jabatan ke jabatan yang lain yang mempunyai status yang lebih tinggi.

Biasanya perpindahan ke jabatan yang lebih tinggi ini disertai dengan

peningkatan gaji, walau tidak selalu demikian (Hasibuan, 2000). Sedangkan

Andrew F. Sikula menyatakan bahwa secara teknis promosi adalah suatu

perpindahan di dalam suatu organisasi dan posisi lainnya yang melibatkan

baik pengikatan upah maupun status (Hasibuan, 2004).

Dengan demikian, dari beberapa pengertian tentang promosi tersebut

(16)

oleh seorang pegawai disertai dengan kekuasaan yang lebih tinggi dan

tanggung jawab yang lebih besar pula.

2.3.2 Tujuan Promosi Jabatan

Tujuan promosi sebagaimana yang dikemukakan Hasibuan (2002),

yaitu :

a. Untuk memberikan pengakuan, jabatan, dan imbalan jasa yang

semakin besar kepada karyawan yang berprestasi kerja lebih tinggi.

b. Dapat menimbulkan kepuasan dan kebanggaan pribadi, status sosial

yang semakin tinggi, dan penghasilan yang semakin besar.

c. Untuk merangsang agar karyawan lebih bergairah bekerja,

berdisiplin tinggi, dan memperbesar produktivitas kerja.

d. Untuk menjamin stabilitas kepegawaian dengan direalisasikan

promosi kepada karyawan dengan dasar dan pada waktu yang tepat

serta penilaian yang jujur.

e. Kesempatan promosi dapat menimbulkan keuntungan berantai

(multiplier effect) dalam perusahaan karena timbul lowongan

berantai.

f. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan

kreatifitas dan inovasinya yang lebih baik demi keuntungan optimal

perusahaan.

g. Untuk menambah/ memperluas pengetahuan serta pengalaman kerja

para karyawan dan ini merupakan daya dorong bagi karyawan

(17)

h. Untuk mengisi kekosongan jabatan karena pejabatnya berhenti agar

jabatan itu tidak lowong maka dipromosikan ke karyawan lainnya.

i. Karyawan yang dipromosikan kepada jabatan yang tepat, semangat

kesenangan, dan ketenangannya dalam bekerja semakin meningkat

sehingga produktivitas kerjanya semakin meningkat.

j. Untuk mempermudah penarikan pelamar, sebab dengan adanya

kesempatan promosi merupakan daya pendorong serta perangsang

bagi pelamar untuk memasukkan lamarannya.

k. Promosi akan memperbaiki status karyawan dari karyawan

sementara menjadi karyawan tetap setelah lulus dari masa

percobaannya.

Sementara tujuan promosi jabatan menurut Rivai (2004), antara lain:

a. Untuk memberikan pengakuan, jabatan, dan imbalan jasa yang

semakin besar kepada karyawan yang berprestasi kerja tinggi.

b. Untuk merangsang agar karyawan lebih bergairah bekerja,

berdisiplin tinggi dan memperbesar produktivitas kerjanya.

c. Untuk menjamin stabilitas kepegawaian dengan direalisasikannya

promosi kepada karyawan dengan dasar dan waktu yang tepat serta

penilaian yang jujur.

d. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan

kreativitas dan inovasinya yang lebih baik demi keuntungan optimal

(18)

e. Untuk menambah atau memperluas pengetahuan serta pengalaman

kerja para karyawan dan ini merupakan daya dorong bagi karyawan

lainnya.

f. Untuk mengisi kekosongan jabatan karena pejabatnya berhenti agar

jabatan itu tidak lowong maka dipromosikan ke karyawan lainnya.

g. Karyawan yang dipromosikan kepada jabatan yang tepat maka akan

memicu semangat, kesenangan dan ketenangannya dalam bekerja

semakin meningkat dengan begitu produktivitas kerjanya meningkat.

h. Promosi akan memperbaiki status karyawan dari karyawan

sementara menjadi karyawan tetap setelah lulus dalam masa

percobaan.

Maka dapat disimpulkan bahwa promosi jabatan bertujuan untuk

menunjang kegiatan perusahaan atau pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen

sumber daya manusia secara keseluruhan.

2.3.3. Dasar-dasar Pertimbangan Promosi Jabatan

Hasibuan (2007), menjelaskan bahwa program promosi hendaknya

memberikan informasi yang jelas tentang apa yang dijadikan sebagai dasar

pertimbangan untuk mempromosikan seseorang karyawan dalam

perusahaan tersebut. Hal ini penting supaya karyawan dapat mengetahui dan

(19)

Pedoman yang dijadikan dasar untuk mempromosikan karyawan adalah:

1) Pengalaman (senioritas)

Pengalaman (senioritas), yaitu promosi yang didasarkan pada

lamanya pengalaman kerja karyawan. Pertimbangan promosi adalah

pengalaman kerja seseorang, orang yang terlama bekerja dalam perusahaan

mendapat prioritas pertama dalam tindakan promosi. Kebaikannya adalah

adanya penghargaan dan pengakuan bahwa pengalaman merupakan guru

yang berharga. Dengan pengalaman, seseorang akan dapat mengembangkan

kemampuannya sehingga karyawan tetap betah bekerja pada perusahaan

dengan harapan suatu waktu dia akan dipromosikan.

2) Kecakapan (ability)

Kecakapan (ability), yaitu seseorang akan dipromosikan

berdasarkan penilaian kecakapan. Pertimbangan promosi adalah

kecakapan, orang yang cakap atau ahli mendapat prioritas pertama untuk

dipromosikan. Kecakapan adalah total dari semua keahlian yang diperlukan

untuk mencapai hasil yang bisa dipertanggungjawabkan. Kecakapan

merupakan kumpulan pengetahuan (tanpa memperhatikan cara

mendapatkannya) yang diperlukan untuk memenuhi hal-hal berikut:

a. Kecakapan dalam pelaksanaan prosedur kerja yang praktis,

teknik-teknik khusus, dan disiplin ilmu pengetahuan.

b. Kecakapan dalam menyatukan dan menyelaraskan

bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan

kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen.

(20)

3) Kombinasi Pengalaman dan Kecakapan

Kombinasi pengalaman dan kecakapan yaitu promosi vang

berdasarkan pada lamanya pengalaman dan kecakapan. Pertimbangan

promosi adalah berdasarkan lamanya dinas, ijazah pendidikan formal yang

dimiliki, dan hasil ujian kenaikan golongan. Jika seseorang lulus dalam

ujian maka hasil ujian kenaikan dipromosikan. Cara ini adalah dasar

promosi yang terbaik dan paling tepat karena mempromosikan orang yang

paling berpengalaman dan terpintar, sehingga kelemahan promosi yang

hanya berdasarkan pengalaman/ kecakapan saja dapat diatasi.

Promosi yang berdasarkan kombinasi pengalaman dan kecakapan,

memberikan kebaikan-kebaikan sebagai berikut:

a. Memotivasi karyawan untuk memperdalam pengetahuannya bahkan

memaksa diri mengikuti pendidikan formal. Dengan demikian,

perusahaan akan mempunyai karyawan yang semakin terampil.

b. Moral karyawan akan semakin baik, bergairah, semangat, dan

prestasi kerjanya semakin meningkat karena ini termasuk

elemen-elemen yang dinilai untuk promosi.

c. Disiplin karyawan semakin baik karena disiplin termasuk elemen

yang akan mendapat penilaian prestasi untuk dipromosikan.

d. Memotivasi berkembangnya persaingan sehat dan dinamis diantara

para karyawan sehingga mereka berlomba-lomba untuk mencapai

kemajuan.

e. Perusahaan akan menempatkan karyawan yang terbaik pada setiap

(21)

Werther and Davis (2003), menjelaskan bahwa promosi biasanya

didasarkan pada merit dan atau senioritas.

a) Promosi berdasarkan Merit.

Promosi yang didasarkan pada merit terjadi ketika seorang

karyawan dipromosikan karena kinerja yang luar biasa dalam

pekerjaannya.

b) Promosi berdasarkan senioritas.

Dalam beberapa situasi, kebanyakan karyawan senior mendapatkan

promosi. Senior dalam hal ini berarti karyawan yang bekerja sangat lama

kepada majikan atau atasannya.

Menurut Nitisemito (dalam Ningsih, 2010) beberapa syarat

penetapan promosi :

a. Pengalaman (senioritas)

Banyaknya pengalaman seorang karyawan seringkali digunakan

sebagai salah satu syarat untuk promosi, karena dengan adanya pengalaman

yang lebih banyak maka diharapkan kemampuan kerja yang tinggi, ide yang

lebih banyak, dan sebagainya.

b. Tingkat Pendidikan

Ada sebagian perusahaan memberikan syarat minimal pendidikan

agar dapat dipromosikan pada jabatan tertentu. Hal ini mempunyai alasan

bahwa dengan pendidikan yang lebih tinggi, maka dapat diharapkan

(22)

c. Loyalitas

Loyalitas atas kesetiaan terhadap perusahaan tempat karyawan

bekerja sering kali digunakan sebagai syarat promosi. Hal ini disebabkan

karena dengan loyalitas yang tinggi karyawan diharapkan memiliki

tanggung jawab yang lebih besar.

d. Kejujuran

Untuk jabatan-jabatan tertentu mungkin kejujuran merupakan syarat

yang utama yang perlu diperhatikan, misalnya untuk jabatan kasir atau

bagian keuangan, kejujuran adalah merupakan syarat utama yang harus

diperhatikan.

e. Tanggung Jawab

Seringkali perusahaan memerlukan tanggung jawab yang cukup

besar sehingga masalah tanggung jawab merupakan syarat utama untuk

promosi. Apabila seorang karyawan memiliki tanggung jawab dalam

melakukan pekerjaan yang kecil, maka demikian juga dalam melakukan

pekerjaan yang besar.

f. Kepandaian dalam bergaul

Untuk promosi pekerjaan tertentu mungkin diperlukan kepandaian

bergaul sehingga persyaratan kemampuan bergaul dengan orang lain perlu

dicantumkan untuk promosi jabatan tersebut misalnya untuk jabatan

(23)

g. Prestasi kerja

Pada umumnya setiap perusahaan mencantumkan syarat prestasi

kerja untuk promosi. Hal ini dapat dilihat dari catatan-catatan prestasi yang

telah dikerjakan.

h. lnisiatif dan Kreativitas

Untuk promosi pada jabatan tertentu mungkin syarat tingkat inisiatif

dan kreativitas harus diperhatikan. Hal ini disebabkan karena jabatan yang

akan dipromosikan ini memerlukan inisiatif dan kreativitas karyawan.

2.3.4. Indikator Promosi Jabatan

Fathoni (2006), mengemukakan bahwa indikator karyawan yang

dapat dipromosikan antara lain:

a. Kejujuran

Karyawan harus jujur pada diri sendiri, perjanjian-perjanjian dalam

menjalankan atau mengelola jabatan sesuai perkataan dan

perbuatannya dan tidak menyelewengkan jabatannya untuk

kepentingan pribadinya.

b. Disiplin

Disiplin karyawan sangat penting, karena hanya dengan disiplin

tersebut memungkinkan perusahaan dapat mencapai hasil yang

optimal.

c. Prestasi Kerja.

Karyawan yang akan dipromosikan harus mampu mencapai hasil

kerja yang dapat dipertanggungjawabkan, kualitas maupun kuantitas

(24)

bahwa karyawan dapat memanfaatkan waktu dan mempergunakan

alat-alat dengan baik.

d. Kerjasama

Karyawan dapat bekerjasama dengan harmonis dengan sesama

karyawan baik horizontal maupun vertikal dalam mencapai sasaran

perusahaan.

e. Kecakapan.

Karyawan yang dipromosikan harus cakap, mandiri, kreatif dan

inovatif dalam menyelesaikan tugas-tugas pada jabatan tersebut

dengan baik.

f. Loyalitas.

Karyawan yang loyal dalam membela perusahaan atau korps dari

tindakan merugikan perusahaan atau korpsnya.

g. Kepemimpinan

Dia harus membina dan memotivasi bawahannya untuk bekerjasama

dan bekerja efektif dalam mencapai sasaran perusahaannya.

h. Komunikatif.

Dapat berkomunikasi secara efektif dan mampu menerima atau

mempersepsi informasi dari atasan maupun dari bawahannya dengan

baik, sehingga tidak terjadi miss-communication.

i. Pendidikan.

Karyawan harus memiliki ijazah dari pendidikan formal sesuai

(25)

2.3.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Promosi Jabatan

Menurut Hasibuan (2005), promosi jabatan dipengaruhi oleh

beberapa hal, yaitu:

1. Prestasi Kerja

Karyawan itu mampu mencapai hasil kerja yang dapat

dipertanggung jawabkan kualitas maupun kuantitas, dan dapat bekerja

secara efektif dan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan itu dapat

memanfaatkan waktu dan mempergunakan alat-alat dengan baik.

2. Disiplin

Karyawan itu harus disiplin pada dirinya, tugas-tugasnya serta

menaati peraturan-peraturan yang berlaku baik tertulis maupun kebiasaan.

Disiplin karyawan sangat penting karena hanya dengan disiplin ini

memungkinkan perusahaan dapat mencapai hasil yang optimal.

3. Kecakapan

Karyawan itu cakap, kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan

tugas-tugas pada jabatan tersebut dengan baik. Karyawan harus bisa bekerja

secara mandiri dalam mengerjakan pekerjaannya dengan baik, tanpa

mendapat bimbingan yang terus menerus dari atasannya.

4. Pendidikan

Karyawan harus memiliki pengetahuan serta pendidikan formal yang

sesuai dengan spesifikasi dari jabatannya.

5. Kejujuran

Karyawan itu harus jujur terutama pada dirinya sendiri dan orang

(26)

tersebut harus sesuai kata dengan perbuatannya dan karyawan tidak

menyelewengkan jabatannya untuk kepentingan pribadinya.

6. Loyalitas

Karyawan itu harus loyal dalam membela perusahaan atau korps,

dari tindakan yang merugikan perusahaan atau korpsnya. Ini menunjukkan

bahwa karyawan ikut berpartisipasi aktif terhadap perusahaan atau

korpsnya.

7. Kepemimpinan

Pimpinan harus mampu membina dan memotivasi bawahannya

untuk bekerjasama secara efektif dalam mencapai sasaran perusahaan.

Pimpinan harus dapat menjadi panutan bagi bawahannya.

8. Kerjasama

Karyawan itu dapat bekerjasama secara harmonis dengan sesama

karyawan baik horizontal maupun vertikal dalam mencapai sasaran

perusahaan. Dengan demikian akan tercipta suasana hubungan kerja yang

baik diantara semua karyawan.

9. Komunikatif

Karyawan harus dapat berkomunikasi secara efektif, dan mampu

menerima atau mempersepsikan informasi dari atasan maupun dari

(27)

2.4. Lingkungan Kerja 2.4.1. Pengertian

Menurut Terry (2006), lingkungan kerja dapat diartikan sebagai

kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap kinerja organisasi atau perusahaan.

Selanjutnya menurut Gomes (2003), lingkungan kerja adalah proses

kerja dimana lingkungan saling berinteraksi menurut pola tertentu, dan

masing-masing memiliki karakteristik atau nilai-nilai tertentu mengenai

organisasi yang tidak akan lepas daripada lingkungan dimana organisasi itu

berada, dan manusianya yang merupakan sentrum segalanya.

Sedangkan Jaya (2005), mengatakan bahwa lingkungan kerja adalah

keseluruhan atau setiap aspek dari gejala dan sosial-kultural yang

mengelilingi atau mempengaruhi individu. Lingkungan kerja adalah segala

sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya

dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya penerangan,

suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, interaksi sosial pegawai

dan lain-lain.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan lingkungan kerja

adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pegawai bekerja yang

(28)

2.4.2 Jenis Lingkungan Kerja

Menurut Mangkunegara (2005), menyatakan bahwa ada beberapa

jenis lingkungan kerja, yaitu :

1. Kondisi lingkungan kerja fisik yang meliputi :

a. Faktor lingkungan tata ruang kerja

Tata ruang kerja yang baik akan mendukung terciptanya hubungan

kerja yang baik antara sesama karyawan maupun dengan atasan

karena akan mempermudah mobilitas bagi karyawan untuk bertemu.

Tata ruang yang tidak baik akan membuat ketidaknyamanan dalam

bekerja sehingga menurunkan efektivitas kinerja karyawan.

b. Faktor kebersihan dan kerapian ruang kerja

Ruang kerja yang bersih, rapi, sehat dan aman akan menimbulkan

rasa nyaman dalam bekerja. Hal ini akan meningkatkan gairah dan

semangat kerja karyawan dan secara tidak langsung akan

meningkatkan efektivitas kinerja karyawan.

2. Kondisi lingkungan kerja non fisik yang meliputi :

a. Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial yang sangat berpengaruh terhadap kinerja

karyawan adalah latar belakang keluarga, yaitu antara lain status

keluarga, jumlah keluarga, tingkat kesejahteraan dan lain-lain.

b. Faktor status sosial

Semakin tinggi jabatan seseorang semakin tinggi pula kewenangan

(29)

c. Faktor hubungan kerja dalam perusahaan

Hubungan kerja yang ada dalam perusahaan adalah hubungan kerja

antara karyawan dengan karyawan dan antara karyawan dengan

atasan.

d. Faktor sistem informasi

Hubungan kerja akan dapat berjalan dengan baik apabila ada

komunikasi yang baik diantara anggota perusahaan. Dengan adanya

komunikasi di lingkungan perusahaan maka anggota perusahaan

akan berinteraksi, saling memahami, saling mengerti satu sama lain

yang dapat menghilangkan perselisihan dan salah paham.

3. Kondisi psikologis dari lingkungan kerja yang meliputi :

a. Rasa bosan

Kebosanan kerja dapat disebabkan perasaan yang tidak enak, kurang

bahagia, kurang istirahat dan perasaan lelah.

b. Keletihan dalam bekerja

Keletihan kerja terdiri atas dua macam yaitu keletihan kerja psikis

dan keletihan psikologis yang dapat menyebabkan meningkatkan

absensi, turn over, dan kecelakaan.

Menurut Sedarmayanti (2001), menyatakan bahwa secara garis besar

jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik adalah keadaan yang berbentuk fisik yang

dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak

(30)

b. Lingkungan Kerja Non Fisik

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang pasti terjadi

yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan

maupun dengan bawahan.

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001), lingkungan kerja merupakan

keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitar

dimana dia bekerja, metode kerjanya baik perorangan maupun kelompok.

Secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang

terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan, baik

secara langsung maupun secara tidak langsung. Faktor - faktor lingkungan

kerja fisik adalah sebagai berikut:

a. Pewarnaan

Masalah warna dapat berpengaruh terhadap karyawan di dalam

melaksanakan pekerjaan, akan tetapi banyak perusahaan yang kurang

memperhatikan masalah warna. Dengan demikian pengaturan hendaknya

memberi manfaat, sehingga dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.

Pewarnaan pada dinding ruang kerja hendaknya mempergunakan warna

(31)

b. Penerangan

Penerangan dalam ruang kerja karyawan memegang peranan yang

sangat penting dalam meningkatkan semangat karyawan sehingga mereka

akan dapat menunjukkan hasil kerja yang baik, yang berarti bahwa

penerangan tempat kerja yang cukup sangat membantu berhasilnya

kegiatan-kegiatan operasional organisasi.

c. Udara

Di dalam ruangan kerja karyawan dibutuhkan udara yang cukup,

dimana dengan adanya pertukaran udara yang cukup, akan menyebabkan

kesegaran fisik dari karyawan tersebut. Suhu udara yang terlalu panas akan

menurunkan semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan pekerjaan.

d. Suara bising

Suara bunyi bising bisa sangat menganggu para karyawan dalam

bekerja. Suara bising tersebut dapat merusak konsentrasi kerja karyawan

sehingga kinerja karyawan bisa menjadi tidak optimal. Oleh karena itu

setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menghilangkan suara bising

tersebut atau paling tidak menekannya untuk memperkecil suara bising

tersebut. Kemampuan organisasi menyediakan dana untuk keperluan

pengendalian suara bising tersebut, juga merupakan salah satu faktor yang

menentukan pilihan cara pengendalian suara bising dalam suatu organisasi.

e. Ruang Gerak

Suatu organisasi sebaiknya karyawan yang bekerja mendapat tempat

yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas. Karyawan tidak

(32)

tersedia tidak dapat memberikan kenyamanan. Dengan demikian ruang

gerak untuk tempat karyawan bekerja seharusnya direncanakan terlebih

dahulu agar para karyawan tidak terganggu di dalam melaksanakan

pekerjaan disamping itu juga perusahaan harus dapat menghindari dari

pemborosan dan menekan pengeluaran biaya yang banyak.

f. Keamanan

Rasa aman bagi karyawan sangat berpengaruh terhadap semangat

kerja dan kinerja karyawan. Disini yang dimaksud dengan keamanan yaitu

keamanan yang dapat dimasukkan ke dalam lingkungan kerja fisik. Jika di

tempat kerja tidak aman karyawan tersebut akan menjadi gelisah, tidak bisa

berkonsentrasi dengan pekerjaannya serta semangat kerja karyawan tersebut

akan mengalami penurunan.

Oleh karena itu sebaiknya suatu organisasi terus berusaha untuk

menciptakan dan mempertahankan suatu keadaan dan suasana aman tersebut

sehingga karyawan merasa senang dan nyaman dalam bekerja.

g. Kebersihan

Lingkungan kerja yang bersih akan menciptakan keadaan

disekitarnya menjadi sehat. Oleh karena itu setiap organisasi hendaknya

selalu menjaga kebersihan lingkungan kerja. Dengan adanya lingkungan

yang bersih karyawan akan merasa senang sehingga kinerja karyawan akan

(33)

2. Lingkungan Kerja Non Fisik

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang

berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan, maupun

hubungan dengan sesama rekan kerja ataupun hubungan dengan bawahan.

Perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja

sama antar tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status yang

sama. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan,

komunikasi yang baik, dan pengendalian diri (Nitisemito, 2000).

Lingkungan kerja non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja

yang tidak bisa diabaikan.

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang

berkaitan dengan pekerjaan, baik hubungan dengan atasan maupun

hubungan dengan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.

Lingkungan kerja non fisik ini juga merupakan hal penting bersama dengan

lingkungan kerja fisik. Semangat kerja karyawan akan sangat terpengaruh

dari keadaan lingkungan kerja non fisik, contohnya pada hubungan dengan

sesama karyawan dan dengan pemimpinnya. Dengan hubungan seorang

karyawan dengan karyawan lain serta kepada pimpinan tercipta dengan baik

akan dapat membuat karyawan merasa lebih nyaman berada di lingkungan

kerjanya. Dengan begitu semangat kerja karyawan akan meningkat dan

kepuasan pun akan dapat lebih baik dan meningkat.

Menurut Anorogo dan Widiyanti (dalam Septiana, 2011), kondisi

lingkungan kerja non fisik (psikologis) adalah kondisi lingkungan yang

(34)

makan/minum, pelayanan kesehatan, dan pengadaan kamar mandi/ kamar

kecil), hubungan antara karyawan dengan karyawan lain (human relation),

dan hubungan antara karyawan dengan atasan.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi lingkungan kerja nonfisik

adalah Septiana (2011), :

a. Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan

karyawan adalah latar belakang keluarga, yaitu antara lain status keluarga,

jumlah keluarga, tingkat kesejahteraan dan lain-lain.

b. Faktor status sosial

Semakin tinggi jabatan seseorang semakin tinggi pula kewenangan

dan keleluasaan dalam mengambil keputusan.

c. Faktor hubungan kerja dalam organisasi

Hubungan kerja yang ada dalam orgnasasi adalah hubungan kerja

antara karyawan dengan karyawan dan antara karyawan dengan atasan/

pimpinan.

d. Faktor sistem informasi

Hubungan kerja akan dapat berjalan dengan baik apabila ada

komunikasi yang baik diantara anggota organisasi. Adanya komunikasi

untuk saling berinteraksi dan saling memahami. Dalam hal ini dapat diambil

kesimpulan bahwa semua aspek yang berhubungan dengan aspek psikologis

karyawan dapat dimasukkan sebagai pengaruh lingkungan kerja non fisik

(35)

Menurut Newstrom (2007), faktor yang lebih nyata yang dapat

mempengaruhi perilaku para pekerja adalah kondisi fisik, dimana yang

termasuk di dalamnya adalah tingkat pencahayaan, suhu udara, kebisingan,

getaran-getaran, pencemaran yang disebabkan oleh penggunaan

bahan-bahan kimia dan keanekaragaman zat di tempat kerja serta faktor keindahan

yang meliputi musik, warna dan wangi-wangian yang menyenangkan.

Pada dasarnya penciptaan lingkungan kerja yang bersih, nyaman,

dan aman merupakan hal yang penting bagi karyawan karena akan

berpengaruh terhadap kepuasan karyawan baik secara langsung maupun

tidak langsung. Lingkungan kerja yang menyenangkan akan menghasilkan

hubungan yang positif bagi kepuasan dan pencapaian tujuan perusahaan.

Karyawan memiliki persepsi mengenai lingkungan kerja yang mereka

miliki, hal ini didukung dengan pernyataan Robbins (2006), bahwa “para

karyawan menaruh perhatian yang besar terhadap lingkungan kerja mereka,

baik dari segi kenyamanan pribadi maupun kemudahan melakukan

pekerjaan dengan baik”. Lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman

memiliki berbagai manfaat bagi karyawan dan perusahaan.

Upaya-upaya perlu dilakukan oleh manajemen untuk menciptakan

lingkungan kerja yang kondusif dan membuat para karyawan merasa

nyaman karena lingkungan kerja sangat mempengaruhi baik atau tidaknya

kepuasan karyawan. Lingkungan kerja yang baik akan mendukung

karyawan untuk memiliki kepuasan kerja yang positif sedangkan

lingkungan kerja yang buruk akan mendukung karyawan untuk memiliki

(36)

Terdapat 5 aspek lingkungan kerja non fisik yang bisa

mempengaruhi perilaku karyawan, yaitu:

a. Struktur kerja, yaitu sejauh mana bahwa pekerjaan yang diberikan

kepadanya memiliki struktur kerja dan organisasi yang baik.

b. Tanggung jawab kerja, yaitu sejauh mana pekerja merasakan dan

mengerti akan tanggung jawab mereka serta bertanggung jawab atas

tindakan mereka.

c. Perhatian dan dukungan pemimpin, yaitu sejauh mana karyawan

merasakan bahwa pimpinan sering memberikan pengarahan, keyakinan,

perhatian serta menghargai mereka.

d. Kerja sama antar kelompok, yaitu sejauh mana karyawan merasakan

ada kerjasama yang baik diantara kelompok kerja yang ada.

e. Kelancaran komunikasi, yaitu sejauh mana karyawan merasakan adanya

komunikasi yang baik, terbuka, dan lancar, baik antara teman sekerja

ataupun dengan pimpinan.

Menurut Sarwoto (2007), lingkungan kerja fisik merupakan

lingkungan atau kondisi tempat kerja yang dapat mempengaruhi atau

meningkatkan efisiensi kerja, diantaranya adalah:

a. Tata ruang kerja yang tepat

b. Cahaya dalam ruangan yang tepat

c. Suhu dan kelembaban udara yang tepat

d. Suara yang tidak mengganggu konsentrasi kerja

Menurut Moekijat (2005), lingkungan kerja non fisik adalah segala

(37)

yang berhubungan dan mempunyai kekuatan serta mempunyai pengaruh

terhadap jiwa karyawan, meliputi:

a. Suasana kerja dalam perusahaan

Suasana dalam perusahaan merupakan pendukung dalam kelancaran

pekerjaan perusahaan. Dengan suasana kerja yang baik dapat menimbulkan

semangat kerja karyawan. Suasana dalam perusahaan yang baik dapat

dilihat dari hubungan antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya.

Dengan adanya hubungan yang baik, maka dapat menimbulkan saling

pengertian antara pimpinan dengan karyawan serta dapat menumbuhkan

motivasi kerja karyawan itu sendiri.

b. Keamanan kerja karyawan

Rasa aman akan menimbulkan ketenangan, dan ketenangan itu akan

mendorong motivasi kerja karyawan sehingga kepuasan kerja menjadi baik.

Rasa aman disini meliputi diri pribadi maupun luar pribadi. Kaitan dengan

diri pribadi adalah menyangkut keselamatan selama bekerja dan terjaminnya

karyawan dalam memperoleh pekerjaan dan jabatan dalam perusahaan,

selama dia melaksanakan tugasnya dengan prestasi kerja yang memuaskan.

Sedangkan rasa aman dari luar pribadi adalah terjaminnya milik karyawan

(38)

2.5. Dukungan Sosial 2.5.1. Pengertian

Dukungan sosial (social support) didefinisikan oleh Gottlieb (dalam

Kuntjoro, 2002), sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan

yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab

dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran

dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau

berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Kuntjoro (2002), yang

mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan,

kepedulian untuk memberi kenyamanan, perhatian, penghargaan atau

menolong orang dengan sikap menerima kondisinya. Dukungan sosial

tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok

Pierce (2006), mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber

emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh

orang-orang di sekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis

yang terjadi sehari- hari dalam kehidupan (Kail and Cavanaug, 2000).

Sarafino (2006), mengatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada

memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau menghargainya.

Dukungan sosial diperoleh dari hasil interaksi individu dengan orang

lain dalam lingkungan sosialnya, dan bisa berasal dari siapa saja seperti

keluarga, pasangan (suami/istri), teman, atasan maupun rekan kerja.

Kenyamanan psikis maupun emosional yang diterima individu dari

dukungan sosial akan dapat melindungi individu dari konsekuensi stres

(39)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang yang memiliki

hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima bantuan. Bentuk

dukungan ini dapat berupa infomasi, tingkah laku tertentu, ataupun materi

yang dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa disayangi,

diperhatikan dan bernilai.

2.5.2. Aspek-Aspek Dukungan Sosial

Hause (Suhita, 2005), berpendapat bahwa ada empat aspek

dukungan sosial yaitu:

a. Emosional

Aspek ini melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk percaya

pada orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi yakin bahwa

orang lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang kepadanya.

b. Instrumental

Aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau

menolong orang lain. Contohnya adalah peralatan, perlengkapan, dan sarana

pendukung lain dan termasuk didalamnya memberikan peluang waktu.

c. Informatif

Aspek ini berupa pemberian informasi untuk mengatasi masalah

pribadi. Aspek informatif ini terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan,

(40)

d. Penilaian

Aspek ini terdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi umpan

balik, perbandingan sosial, dan afirmasi (persetujuan).

Menurut Barrera (Suhita, 2005), terdapat lima macam dukungan

sosial yaitu:

a. Bantuan Materi: dapat berupa pinjaman uang.

b. Bantuan Fisik: interaksi yang mendalam, mencakup pemberian kasih

sayang dan kesediaan untuk mendengarkan permasalahan.

c. Bimbingan: termasuk pengajaran dan pemberian nasehat.

d. Umpan Balik: pertolongan seseorang yang paham dengan masalahnya

sekaligus memberikan pilihan respon yang tepat untuk menyelesaikan

masalah.

e. Partisipasi Sosial: bersenda gurau dan berkelakar untuk menghibur

seseorang.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

dukungan sosial adalah aspek emosional, aspek instrumental, aspek

informatif, dan aspek penilaian. Dukungan sosial dapat diwujudkan dengan

bantuan materi, bantuan fisik, bimbingan, umpan balik, dan partisipasi

sosial.

2.5.3. Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Hause dan Kahn (Suhita, 2005), mengemukakan bahwa dukungan

sosial dapat dipenuhi dari teman atau persahabatan, keluarga, dokter,

(41)

2003), bahwa dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki

hubungan berarti bagi individu seperti keluarga, teman dekat, pasangan

hidup, atasan, rekan kerja, tetangga, dan saudara. Sedangkan Nicholson dan

Antil (dalam Suhita, 2005), dukungan sosial adalah dukungan yang berasal

dari keluarga dan teman dekat atau sahabat.

Sumber-sumber dukungan sosial yaitu:

a. Suami/ Istri

Menurut Wirawan (1991), hubungan perkawinan merupakan

hubungan akrab yang diikuti oleh minat yang sama, kepentingan yang sama,

saling membagi perasaan, saling mendukung, dan menyelesaikan

permasalahan bersama. Sedangkan Santi (1985), mengungkapkan hubungan

dalam perkawinan akan menjadikan suatu keharmonisan keluarga yaitu

kebahagiaan dalam hidup karena cinta kasih suami istri yang didasari

kerelaan dan keserasian hidup bersama.

b. Keluarga

Menurut Heardman (1990), keluarga merupakan sumber dukungan

sosial karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling

mempercayai. Individu sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga

sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat

mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu sedang mengalami

permasalahan.

c. Teman/sahabat

Menurut Kail dan Neilsen, teman dekat merupakan sumber

(42)

selama mengalami suatu permasalahan (Suhita, 2005). Sedangkan menurut

Ahmadi (1991), bahwa persahabatan adalah hubungan yang saling

mendukung, saling memelihara, pemberian dalam persahabatan dapat

terwujud atau perhatian tanpa unsur eksploitasi.

Dukungan sosial yang bersumber dari pasangan hidup (suami atau

istri), keluarga, rekan kerja dan atasan secara signifikan dapat berpengaruh

terhadap individu (Ray dan Miller, 1994 dalam Isnovijanti, 2002).

Dukungan dari atasan dan rekan kerja dapat mereduksi beban kerja yang

diterima dalam pekerjaan, sedangkan dukungan dari pasangan hidup dan

keluarga lebih berperan pada dukungan emosional (Parasuraman, 1992

dalam Isnovijanti, 2002). Menurut House dan Wells, 1978 (dalam Deeter

dan Ramsey, 1997) dukungan sosial merupakan suatu transaksi

interpersonal yang melibatkan bantuan dalam bentuk dukungan emosi,

dukungan penilaian, dukungan informasi dan dukungan instrument yang

diterima individu sebagai anggota jaringan sosial. Hal yang mendukung

adanya dukungan sosial ini adalah sikap perduli dari rekan kerja, atasan, dan

pasangan hidup, sikap menghargai dari rekan kerja, atasan, dan pasangan

hidup, serta sikap percaya terhadap rekan kerja, atasan, dan pasangan hidup.

2.5.4.Bentuk Dukungan Sosial

a. Instrumental Aid (Bantuan Instrumental)

Menurut Hause, bantuan instrumental adalah merupakan tindakan

(43)

tanggung jawab yang dapat membantu untuk mengatur situasi yang

menekan.

b. Social Emotion Aid (Bantuan Sosial Emosional)

Menurut Cabb (Nindra, 2003), bantuan sosial emosional merupakan

pernyataan tentang cinta, perhatian, penghargaan, dan simpati dan menjadi

bagian dari kelompok yang berfungsi untuk memperbaiki perasaan negatif

yang khususnya disebabkan oleh stres.

c. Information Aid (Bantuan Informasi)

Menurut Hause (Newman, 1987), bantuan informasi adalah

komunikasi tentang opini atau kenyataan yang relevan tentang

kesulitan-kesulitan pada saat ini, misalnya nasehat dan informasi-informasi yang

dapat menjadikan individu lebih mampu untuk mengatasi sesuatu.

d. Keintiman

Menurut Saronson (Nindra 2003), dukungan sosial lebih banyak

diperoleh dari keintiman daripada aspek-aspek lain dalam interaksi sosial.

Adanya keintiman dan penerimaan dukungan sosial yang baik, selama

menjalani kehidupan dapat membuat individu lebih berarti bagi lingkungan.

e. Self Esteem

Individu yang mempunyai self esteem tinggi memandang orang lain

yang sama sehingga ancaman terhadap tindakan dengan individu yang self

esteem-nya tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan harapannya.

f. Keterampilan Sosial

Individu yang bergaul akan memiliki keterampilan sosial tinggi

(44)

individu akan mendapat dukungan sosial tinggi daripada individu yang

rendah keterampilan sosialnya.

Menurut Sarafino (2002), ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu:

a. Dukungan emosional

Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin

kepada seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan

merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia

mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat,kehangatan

personal, dan cinta

b. Dukungan penghargaan

Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif

kepada orang yang sedang stres, dorongan atau persetujuan terhadap ide

ataupun perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan positif antara

individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu

yang menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya

diri, dan merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika

individu mengalami stres karena tuntutan tugas yang lebih besar daripada

kemampuan yang dimilikinya.

c. Dukungan instrumental

Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan,

yaitu dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti

memberi atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang

(45)

d. Dukungan informasi

Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan

dukungan informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan

yang dapat dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya

stres, terdiri dari nasehat, arahan, saran ataupun penilaian tentang bagaimana

individu melakukan sesuatu. Misalnya individu mendapatkan informasi dari

dokter tentang bagaimana mencegah penyakitnya kambuh lagi.

e. Dukungan kelompok

Merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa

bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana

anggota-anggotanya dapat saling berbagi. Misalnya menemani orang yang sedang

stres ketika beristirahat atau berekreasi.

2.5.5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Menurut Stanley (2007), faktor- faktor yang mempengaruhi

dukungan sosial adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun

kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan dan papan. Apabila seseorang

tidak tercukupi kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang

mendapat dukungan sosial.

b. Kebutuhan sosial

Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih dikenal oleh

(46)

Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu ingin

mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu

pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan penghargaan.

c. Kebutuhan psikis

Jika seseorang sedang menghadapi masalah baik ringan maupun

berat, maka orang tersebut akan cenderung mencari dukungan sosial dari

orang-orang sekitar sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan

dicintai. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa

dukungan sosial dapat dipengaruhi oleh kebutuhan fisik, kebutuhan sosial,

(47)

2.6. Kerangka Konseptual

Sejalan dengan berbagai kajian teori dan referensi seperti yang

disebutkan sebelumnya, maka penelitian akan memiliki kerangka

konseptual atau jalur analisis, sebagai berikut:

2.6.1. Pengaruh Promosi Jabatan Terhadap Kepuasan Kerja

Promosi merupakan bukti pengakuan atas prestasi karyawan.

Seseorang yang dipromosikan akan dianggap memiliki prestasi yang baik

dalam pekerjaannya. Promosi mempunyai arti yang penting bagi

perusahaan, sebab dengan promosi berarti kestabilan perusahaan dan moral

karyawan akan dapat lebih terjamin. Promosi jabatan dapat mempengaruhi

kepuasan kerja karyawannya, seperti yang dikutip Vasilios D. Kosteas

dalam jurnalnya, yang mengatakan bahwa :

“promotion expectations can also play a powerful role. Workers

who realize they are not going to win a promotion this time around

may decrease work effort, unless they believe they are still in the

hunt for a future promotion”.

Berdasarkan pendapat Vasilios D. Kosteas tersebut mengandung

pengertian bahwa harapan untuk dipromosikan memiliki peran yang kuat.

Karyawan yang menyadari bahwa mereka tidak akan pernah bisa

dipromosikan akan menurunkan kinerjanya, sampai mereka berpikir akan

ada kesempatan untuk dipromosikan di masa yang akan datang. Hal ini juga

mengindikasikan bahwa mekanisme dalam promosi juga akan

(48)

akan meningkatkan seorang karyawan ke posisi yang lebih tinggi

dibandingkan mereka yang tidak mendapatkan kesempatan promosi

tersebut. Promosi jabatan terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap

kepuasan kerja karyawan. Semakin terbukanya peluang promosi di dalam

suatu perusahaan maka karyawan akan semakin merasa puas dalam

pekerjaannya. Tetapi bila kesempatan untuk dipromosikan itu sangat kecil

maka kecenderungan karyawan untuk keluar dari pekerjaannya akan

semakin besar.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono,

Aditya Roy (2005), tentang Pengaruh Promosi Jabatan Terhadap Tingkat

Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Divisi

Regional-III Jawa Barat diketahui bahwa pelaksanaan promosi jabatan di

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Divisi Regional III menggunakan dasar

pertimbangan pengalaman kerja, prestasi kerja, pendidikan, loyalitas,

kecakapan, dan setelah di analisis ternyata pelaksanaan promosi jabatan

mempunyai pengaruh yang besar dan terlihat sangat baik dalam memotivasi

karyawan untuk bekerja lebih giat lagi dan berprestasi. Hasil koefisien

determinasi menyatakan bahwa promosi jabatan berpengaruh sebesar

55,20% yang berarti besar pengaruhnya terhadap kepuasan kerja karyawan

dan sisanya 44,80%. Dengan demikian jelaslah akan pentingnya kepuasan

kerja untuk dimiliki oleh setiap karyawan dalam suatu organisasi, dimana

kepuasan kerja tersebut dapat membantu mempercepat pencapaian tujuan

(49)

2.6.2. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja

Setiap karyawan selalu mengharapkan lingkungan kerja yang akrab,

nyaman dan saling mendukung. Dengan kata lain, lingkungan kerja

diharapkan kondusif untuk menunjang kerja karyawan. Oleh karena itu

karyawan mengharapkan lingkungan kerja dimana sarana dan prasarana

kerja lengkap dan baik. Apabila karyawan merasa bahwa lingkungan fisik

tempat bekerjanya baik akan memberikan kepuasan dan rasa bangga. Jika

sarana dan prasarana yang menunjang pekerjaan tersedia, hal tersebut dapat

menjadi kepuasan tersendiri bagi karyawan, dimana karyawan merasa

diperhatikan oleh perusahaan. Selain lingkungan fisik, lingkungan non fisik

juga memberikan kepuasan kerja karyawan, hal ini ditandai dengan

terciptanya hubungan yang harmonis antara atasan dengan bawahan, rekan

sekerja, dan bawahan di lingkungan kerja.

Berdasarkan penjabaran yang ada di atas, tampak bahwa ada

hubungan antara lingkungan kerja dengan kepuasan kerja karyawan.

Lingkungan kerja secara positif akan mampu mempengaruhi kepuasan kerja

karyawan di dalamnya. Seperti pendapat yang diungkapkan Lee and Brand

(2005), “more personal control over the physical workplace and easy

access to meeting places led to higher perceived group cohesiveness and job

satisfaction”.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Regina

Silviana (2013), tentang Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan

Kerja (Studi Persepsional Karyawan Bank BJB Cabang Sukajadi Bandung)

(50)

hubungan yang kuat antara lingkungan kerja dengan kepuasan kerja.

Besarnya pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja adalah sebesar

37,8% sedangkan sisanya 62,2% dipengaruhi faktor-faktor lain. Tampak

bahwa ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kepuasan kerja

karyawan. Terpenuhinya kebutuhan lingkungan fisik dan non fisik yang

baik pada karyawan tersebut akan menimbulkan kepuasan kerja bagi

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1.Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Nilai R-Square sebesar 0,215 menunjukkan bahwa kemampuan promosi jabatan dan lingkungan kerja untuk menjelaskan variabel kinerja pegawai adalah sebesar 21,5% sedangkan sisanya

Nilai R-Square sebesar 0,215 menunjukkan bahwa kemampuan promosi jabatan dan lingkungan kerja untuk menjelaskan variabel kinerja pegawai adalah sebesar 21,5% sedangkan sisanya

Jika koefisien regresi tidak sama dengan nol, maka dapat dikatakan bahwa terdapat cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap

Nilai korelasi (R) menunjukkan variabel kepemimpinan dan semangat kerja mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan prestasi kerja pegawai kantor camat kabupaten kutai

Adjusted R Square adalah 0,280, berarti dike- tahui bahwa pengaruh yang diberikan oleh va- riabel bebas, yaitu lingkungan kerja (X 1 ), dan kepemimpinan (X 2 ) dengan variabel

Hasil perhitungan R dan R square pada table 4 di atas yaitu memberikan informasi tentang hubungan atau korelasi antara variable bebas yang terdiri dari

Maka dengan demikian koefisien korelasi variabel gaya kepemimpinan dengan prestasi kerja pada Kantor Camat Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara yang dimana

Nilai korelasi (R) menunjukkan variabel kepemimpinan dan semangat kerja mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan prestasi kerja pegawai kantor camat kabupaten kutai