• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN MAGANG kernel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN MAGANG kernel"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANG

ANALISIS MUTU INTI SAWIT (KERNEL) PRODUKSI DI PT. BRAHMA BINA BAKTI MILL

ALMIRA SUKENDRA J1A114015

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Mutu inti Sawit (Kernel) Produksi di PT.

Brahma Bina Bakti Mill

Lokasi : PKL ini dilaksanakan di PT. Brahma Bina Bakti

terletak 58 Km dari Kota Jambi berlokasi di Desa Suko Awin Jaya, Desa Bukit Baling, Desa Suak Putat dan Desa Tanjung Lanjut Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.

Nama : Almira Sukendra

NIM : J1A114015

Program Studi/Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas/Universitas : Teknologi Pertanian/Universitas Jambi

Waktu Pelaksanaan : 12 Juni 2017 – 05 Agustus 2017

Dosen Pembimbing : Addion Nizori, S.TP., M.Sc. Ph. D

Jambi, September 2017

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

Lince L. Turnip Addion Nizori, S.TP., M.Sc. Ph. D

Quality Control Engineer NIP 19741029 199903 1 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi

(3)

RINGKASAN

PT. Brahma BinaBakti merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. Produk yang dihasilkan dari pabrik pengolahan kelapa sawit adalah Crude Palm Oil (CPO) dan kernel. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan kernel dibagi dalam beberapa stasiun yaitu stasiun penerimaan, stasiun perebusan, stasiun pemipilan, stasiun press, stasiun klarifikasi, dan stasiun kernel.

Mutu kernel produksi dipengaruhi oleh kadar air dan kadar kotoran. Standar mutu kadar air dan kadar kotoran di PT. Brahma BinaBakti adalah maksimal 7%. Namun kadar air dan kadar kotoran kernel berada di atas standar berdasarkan hasil pengamatan selama 7 hari dengan rata – rata kadar air 7,72% dan kadar kotoran 8,92%. Salah satu proses pengolahan yang dapat mengakibatkan rendahnya mutu kernel produksi adalah pada kernel silo. Penyebab tingginya kadar air dikarenakan pada proses pengeringan dipemanasan silo kurang, waktu pengeringan, dan volume kernel silo yang tidak penuh yang menyebabkan pemanasan kurang efisien dan Tingginya kadar kotoran disebabkan kurang efisiensi kerja mesin ripple mill ini dikarenakan banyaknya kotoran cangkang dan biji utuh masih terlihat, dan juga dikarenakan pada saat perebusan tidak maksimal.

Maka dari itu untuk menjaga mutu kernel yang memenuhi stanndar perlu dilakukan pengawasan mutu kernel yaitu cara pengeringan pada kernel silo dengan suhu 70 – 80C selama 8 jam. Kapasitas pada kernel silo harus dijaga minimal 80% dari total volume agar pemanasan efisien. Lalu pembersihan kernel silo secara teratur agar kondensat pemanas tetap stabil.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah membberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan akhir individu Praktek Kerja Lapang (Magang) Mahasiswa Program Studi Teknologi Pertanian jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jambi. Saya sebagai penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sejak masa pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) hingga selesai penyusunan laporan ini. Terimakasih ini saya ucapkan kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Hj. Dharia Renate, M.Sc selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi.

2. Bapak Addion Nizori, S.TP., M.Sc. Ph.D selaku Dosen Pembimbing Laporan Praktek Kerja Lapangan.

3. Ibu Lince L. Turnip selaku Pembimbing Lapangan yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan serta motivasi selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.

4. Bapak Yopi Risnandar selaku Mill Manager PT. Brahma Binabakti yang telah mengizinkan kepada saya untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

5. Bapak Ramadoni selaku mandor laboratorium, serta segenap jajaran manajemen, staff dan karyawan/ti PT. Brahma Bina Bakti

Saya menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja Lapangan ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, masukan, saran maupun pendapat dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan laporan ini.

Jambi, September 2017

(5)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan... 1

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan... 2

1.3 Kegunaan Praktek Kerja Lapangan... 2

1.4. Tempat Praktek Kerja Lapangan... 2

1.5 Jadwal waktu Praktek Kerja Lapangan... 3

BAB II.TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL... 4

2.1 Sejarah Perusahaan... 4

2.2 Struktur Perusahaan... 4

2.3 Gambaran Umum Pabrik... 5

2.3.1Diagram Alir Proses (Flow Chart)... 6

2.3.2 Penjelasan Tiap Tahap Proses... 6

2.3.2.1 Stasiun Penerimaan Buah... 6

2.3.2.1.1 Pemeriksaan Dokumen Truk Buah Masuk... 6

2.3.2.1.2 Timbangan... 7

2.3.2.2 Loading Ramp... 8

2.3.2.3 Stasiun Perebusan (Sterilizing)... 8

(6)

2.3.2.8.9 CM Grading... 24

2.3.2.8.10 Hydrocyclone... 24

2.3.2.8.11 Kernel Silo... 25

2.3.2.8.12 Kernel Storage... 25

2.3.3 Pengendalian Kualitas... 25

2.3.3.1 Organisasi Pengendalian Dan Pengujian Kualitas... 26

2.3.3.2 Titik-titik Pengambilan Sampel pada Pengujian Kualitas... ... 28

2.3.3.3 Metode / Pelaksanaan Pengendalian Kualitas... 30

2.3.3.4 Standar Kualitas Hasil... 33

2.3.4Sanitasi Pabrik... 34

2.3.4.1 Informasi Umum Pengolahan Limbah Pabrik PT. Brahma BinaBakti (BBB) – CPO Mill... 35

2.3.4.2 Struktur Organisasi Pengolahan Limbah Cair... 37

2.3.4.3 Jenis Limbah PT. Brahma BinaBakti CPO Mill... 38

2.3.4.3.1 Limbah Padat... 38

2.3.4.3.2 Limbah Cair... 40

2.3.4.3.3 Limbah Gas ... 41

2.3.4.4 Penanganan dan Pengendalian Limbah... 42

2.3.4.4.1 Pengolahan Limbah Cair... 42

2.3.4.4.2 Pengolahan Limbah Padat... 47

2.3.4.4.3 Pengolahan Limbah Gas... 48

2.3.4.5 Sarana Kebersihan dan Keamanan Pekerja di Lingkungan Pabrik... 49

2.3.4.6 Desain dan Konstruksi Peralatan... 52

2.3.4.7 Organisasi Pelaksanaan Operasi Kebersihan dan Perawatan Pabrik... 52

2.3.4.7.1 Organisasi Pengolahan Sanitasi PT. Brahma BinaBakti (BBB) – CPO Mill... 52

2.3.4.7.2 Inspeksi dan Pelaksanaan Operasi Kebersihan... 52

2.3.5 Loksi / Site Pabrik PT. Brahma BinaBakti (BBB) – CPO Mill ... 53

2.3.5.1 Informasi Desain dan Konstruksi Pabrik... 53

2.3.5.1.1 Desain Pabrik... 54

2.3.5.1.2 Konstruksi Bangunan Pabrik... 55

2.3.6 Partisipasi Pada Program Lingkungan... 55

BAB III. PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN... 56

3.1 Bidang atau Unit Kerja...56

3.2 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang...56

3.2.1 Prosedur Analisa Mutu Inti Sawit (Kernel)...56

(7)
(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Kualitas CPO dan Kernel PT. BRAHMA BINABAKTI – CPO MILL... 34

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Kelapa Sawit PT. BRAHMA BINABAKTI – CPO MILL... 6

Gambar 2. Pemberian Steam Pada Stasiun Sterilizer PMKS PT. BRAHMA BINABAKTI – CPO MILL... 11

Gambar 3. Diagram Alir Stasiun Perontokan Pengolahan Kelapa Sawit PMKS PT. BRAHMA BINABAKTI – CPO MILL ... 12

Gambar 4. Diagram Alir Stasiun Klarifikasi Pengolahan Kelapa Sawit di PT. BRAHMA BINABAKTI – CPO MILL... 16

Gambar 5. Struktur Organisasi PT.BRAHMA BINABAKTI – CPO MILL Bagian Grading dan Laboratorium... 27

Gambar 6. Struktur Organisasi Pengolahan Limbah Cair PT. BRAHMA BINABAKTI – CPO MILL... 38

Gambar 7. Limbah Padat PMKS PT. BRAHMA BINABAKTI CPO – MILL... 40

Gambar 8. Limbah Cair Decanter dan Pengambilan Sampel oleh pihak Quality Control (QC) Pabrik... 41

Gambar 9. Dust Collector dan Rotary Value... 41

Gambar 10. Tempat Penampungan Sementara Limbah B3 PMKS PT. BRAHMA BINABAKTI – CPO MILL... 42

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan bangsa Indonesia yang memberikan peran sangat signifikan dalam pembangunan perekonomian bangsa Indonesia, khususnya pada pengembangan agroindustri. Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia diharapkan akan menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia. Jika melihat kebutuhan akan minyak kelapa sawit di dunia maka sudah tentu setiap tahunnya akan meningkat sejalan pula dengan peningkatan jumlah penduduk dunia.

Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dapat dihandalkan, karena minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). CPO dan PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif atau minyak diesel (Sastrosayono, 2003).

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman yang berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Tanaman ini berkeping satu yang termasuk famili Palmae, genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani, sedangkan nama spesies guineensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menanam tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea (Kataren, 2005).

PT. Brahma Bina Bakti merupakan salah satu unit perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit. PT. Brahma Bina Bakti memiliki sebuah pabrik kelapa sawit yang mengolah buah kelapa sawit atau disebut TBS (Tandan Buah Segar) menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan Inti sawit (Kernel). Dalam proses pengolahan TBS, Pabrik Kelapa sawit (PKS) PT. Brahma Bina Bakti memiliki kapasitas pengolahan 60 ton TBS/jam.

(11)

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu inti kelapa sawit adalah air, asam lemak bebas, kotoran. Semua faktor-faktor ini perlu di analisa untuk mengetahui mutu inti sawit. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kandungan parameter kernel tersebut telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas penulis memilih judul “Analisis Mutu Inti Sawit (Kernel) produksi di PT. Brahma Bina Bakti” sebagai laporan praktek kerja lapangan (PKL).

1.2 Maksud dan Tujuan PKL

Praktek kerja lapang ini dilaksanakan dengan maksud dan tujuan agar mahasiswa :

a. Untuk mengetahui proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) dan inti sawit (kernel) di PT. Brahma BinaBakti

b. Untuk mengetahui dan mempelajari pengawasan mutu kernel di PT. Brahma BinaBakti

c. Dapat mengetahui dan belajar langsung mengenai dunia kerja yeang ada diperusahaan, serta menambah wawasan dan pemahaman tentang industri pengolahan kelapa sawit.

1.3 Kegunaan PKL

Adapun kegunaan dari praktek kerja lapangan ini adalah :

1. Melengkapi dan memenuhi persyaratan mata kuliah wajib pada Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi.

2. Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) menjadi CPO (Crude Palm Oil) dan PK (Palm Kernel).

3. Meningkatkan wawasan, pengetahuan, pengalaman serta kemampuan dan keterampilan pada dunia kerja.

4. Melatih untuk dapat mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan serta mampu memberikan solusi yang cerdas terhadap permasalahan real di dunia kerja.

1.4 Tempat Praktek Kerja Lapang (PKL)

(12)

Desa Tanjung Lanjut Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.

1.5 Jadwal Waktu Praktek Kerja Lapang (PKL)

(13)

BAB II

TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL

2.1 Sejarah Perusahaan

Triputra Agro Persada didirikan pada tanggal 1April 2005, yang dipimpin oleh Bapak Teddy P Rachmat selaku Presiden Komisaris dan bapak Benny Subiantoselaku Presiden Direktur. Diawali dengan 5 karyawan yaitu 2 orang direksi dan 3 orang satff. Pada bulan Oktober 2005, Triputra Agro Persada memulai akivitasnya dengan proses akuisisi dua perusahaan perkebunan di bawah naungan Grup Jambi Waras. PT Kirana Sekernan dan PT. Brahma BinaBakti terletak di wilayah provinsi Jambi. PT Kirana Sekernan merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sudah lengkap dengan pabrik pengolahan kalapa sawit yang berlokasi di Kabupaten Muaro Jambi. PT. Kirana Sekernan memiliki luas lahan tertanam 6.214 hektar dengan kapasitas pabrik pengolahan kelapa sawit sebesar 60 ton/jam. Pada tahun 2014 PT. Kirana Sekernan berubah nama menjadi PT Brahma BinaBakti.

PT Brahma BinaBakti (PT BBB) adalah pabrik kelapa sawit yang didirikan pada tanggal 1998. Operasi terdiri dari perkebunan kelapa sawit dengan pabrik kelapa sawit dan fasilitas gudang, bengkel dan perumahan karyawan karyawan pendukung. Misi dari perusahaan ini adalah menjadi perkebunan ramah lingkungan yang mampu memperbaiku tafar hidup orang banyak melalui penerapan prinsip-prinsip Rountable Sustainable Palm Oil dan Indonesian Sustainable Palm Oil.

2.2 Struktur Perusahaan

(14)

administrasi maupun lapangan/teknis pabrik, serta berusaha mencapai produksi CPO dan inti yang maksimal dengan losses yang sekecil mungkin.

2.3 Gambaran Umum Pabrik PT Brahma BinaBakti

Pabrik dan kantor PT. Brahma BinaBakti berlokasi di dekat perkebunan, yaitu perkebunan afdeling F. Saat ini PT. Brahma BinaBakti memperkerjakan sebanyak 160 orang pekerja yang terdiri dari seorang manajer pabrik, sembilan orang assisten, empat orang mandor dan selebihnya karyawan kantor dan pabrik. Untuk tenaga kerja proses pengolahan dan pengendalian kualitas dibagi menjadi dua shift kerja sedangkan karyawan mesin tidak ada pembagian shiftnya, hanya saja karyawan maintanance harus siap sedia setiap waktu apabila terjadi kerusakan mesin. Setiap shift bekerja masing-masing 8 jam kerja (tujuh jam dinas dan satu jam istirahat) bila lebih dari 8 jam artinya lembur. Kapasitas yang terpasang pada PT. Brahma BinaBakti ini sebesar 60 ton/jam, dengan jenis pengolahan Crude Palm Oil dan inti sawit (kernel).

2.3.1 Diagram Alir Proses (Flow Chart)

Tahapan proses pengolahan kelapa sawit di PT. Brahma BinaBakti yang dapat dilihat pada gambar 1.

(15)

2.3.2 Penjelasan Tiap Tahap Proses 2.3.2.1 Stasiun Penerimaan Buah

Stasiun penerimaan buah merupakan tempat penerimaan TBS yang diterima oleh PT. Brahma Binabakti sebelum dilakukan pengolahan dalam pabrik kelapa sawit. Stasiun penerimaan buah ini meliputi pos satpam, jembatan timbang (weight bridge) dan loading ramp.

2.3.2.1.1 Pengecekan Buah Masuk

Pos satpam bertugas untuk menjaga ketertiban dan keamanan di lingkungan pabrik kelapa sawit. Satpam akan mencatat seluruh truk TBS yang masuk dan keluar di PT. Brahma Binabakti. Satpam juga melaporkan truk TBS yang akan masuk kepada asisten grading TBS di loading ramp sehingga penumpukan truk TBS tidak terjadi. Jumlah satpam di PT. Brahma Binabakti ada 8 orang.

2.3.2.1.2 Timbangan

(16)

mendapat penimbangan yang akurat maka sebelum penimbangan harus memenuhi ketentuan berikut:

1. Lantai timbangan harus bersih dari segala benda yang dapat mempengaruhi berat timbangan.

2. Kolom timbangan harus tidak ada air.

3. Sebelum penimbangan dilakukan, Penunjuk elektrik harus dinolkan. 4. Posisikan truk tepat pada tengah-tengah jembatan

Setiap tandan buah segar yang diterima di pabrik ditimbang melalui jembatan timbang. Berat kotor kendaran termasuk TBS, berat kendaraan (tanpa sopir, kenek, dan benda-benda lain) ditimbang. Setelah TBS dibongkar maka kendaraan tersebut ditimbang lagi sehingga dapat diketahui berat TBS yang diangkut. Perkembangan teknologi mempermudah proses penimbangan di PT. Brahma Binabakti karena dilengkapi dengan alat sensor yang kemudian dapat terhubung dengan komputer sehingga semua barang yang ditimbang dapat direkam sekaligus dapat membuat pencatatan pergudangan.

2.3.2.2 Loading Ramp

Loading Ramp adalah tempat pembongkaran dan penimbunan sementara TBS setelah ditimbang dan akan dimasukkan ke dalam lori-lori untuk direbus dalam sterilizer. Loading Ramp di PT. Brahma Binabakti terdiri dari dua bagian, yaitu loading ramp A dan loading ramp B dengan masing memiliki kapasitas 400 ton. Di masing-masing loading ramp memiliki 3 tempat pembongkaran buah dari truk/tempat sortasi (grading) untuk buah dari plasma dan luar sedangkan tandan buah segar dari kebun inti tidak dilakukan grading secara keseluruhan, hanya mengambil sampel 1 truk setiap afdeling untuk mengetahui kualitas dari kebun inti itu sendiri.

(17)

sortasi/grading yaitu untuk mendapatkan buah yang memiliki mutu yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen pabrik, terutama oleh pihak quality control. Sortasi/grading ini dilakukan oleh petugas grading yaitu karyawan dari pihak quality kontrol, yang terdiri dari 17 orang. Buah yang tidak lolos sortasi akan dikembalikan bila berasal dari kebun luar dan plasma, sedangkan bila buah berasal dari kebun sendiri akan di grading yang kemudian akan laporkan ke afdeling yang bersangkutan supaya pihak yang berwenang di afdeling langsung melakukan instruksi ke pemanen agar tidak memanen buah yang belum/tidak layak untuk dipanen.

Bagian loading ramp yang digunakan untuk memasukkan/memindahkan TBS kedalam lori perebusan, lantainya berupa kisi-kisi pelat besi dengan jarak antar pelat ± 1 cm. Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil dan sampah-sampah yang terikut dalam TBS. Pemindahan ini dilakukan secara otomatis oleh pintu-pintu loading ramp yang digerakkan secara pump hidrolik. Masing-masing loading ramp memiliki 24 pintu sehingga pintu-pintu secara keseluruhan di loading ramp berjumlah 48 pintu, dengan kapasitas keseluruhan 800 ton.

Pengaturan pemindahan bahan secara hidrolik ini membantu dalam pengisian lori sehingga dapat disesuaikan dengan kapasitas lori yang ada. Untuk pengisian TBS ke chute loading ramp perlu diperhatikan jumlahnya agar tidak melebihi kapasitas karena akan mempengaruhi kinerja dari hidrolik yang dipakai untuk membuka dan menutup pintu/chute loading ramp.

(18)

2.3.2.3 Stasiun Perebusan (Sterilizing)

Stasiun perebusan adalah suatu tempat untuk melakukan perebusan TBS. Rebusan adalah suatu bejana yang berfungsi untuk merebus buah kelapa sawit. Perebusan TBS dengan menggunakan lori. Pada PT Brahma BinaBakti ini lori memiliki kapasitas 2,5 ton dimana bagian bawahnya terdapat lubang-lubang kecil yang berfungsi untuk pemasukan steam pada saat perebusan dan pengeluaran air. PT Brahma BinaBakti memiliki memiliki empat unit sterilizer dan memuat 11 lori dengan kapasitas 27,5ton/jam.

Proses rebusan menjadi efesien untuk mendapatkan pengambilan minyak dan kernel. Keuntungan proses perebusan adalah :

a. Melunakkan brondolan agar lepas dari janjangan untuk mempermudah proses penebahan

b. Menghentikan proses peningkatan Asam Lemak Bebas

c. Mengeluarkan air dari brondolan untuk proses digestion dan pressing d. Merubah komposisi kimia komponen mesocrap (inaktifikasi enzim)

agar mudah pada proses digestiom dan klarifikasi

e. Melunakan mesocarp agar proses pelumatan pada digester menjadi cepat

f. Prakondisi terhadap nut untuk efesiensi pemecahan biji

Pada umumnya waktu yang dibutuhkan untuk perebusan TBS adalah 90 menit dengan temperature 135-1500C dan tekanan 3 bar, namun pada realisasinya tergantung pada kondisi buah, jika TBS matang waktu perebusan yang dibutuhkan lebih cepat begitu juga sebaliknya jika kondisi buah mentah maka proses perebusan akan semakin lama.Proses perebusan ini melalui 12 tahap, tetapi jika kondisi tekanan stabil maka dapat langsung berlanjut pada tahap berikutnya.

(19)

tahapan yang empat adalah pembuangan steam. Tahapan yang kelima adalah puncak yang kedua, pada tahapan ini memasukkan steam hingga tekanan mencapai 2,5 bar, waktu pada proses ini adalah 8 menit. Tahap yang keenam dan ketujuh adalah pembuangan air, waktu yang dibutuhkan setiap proses adalah masing-masing 1 menit. Tahapan yang kedelapan adalah pemasukan steam hingga mencapai tekanan 2,8- 3 bar, tahapan ini mencapai puncak yang ketiga dan waktu yang dibutuhkan adalah 8 menit. Tahapan sembilan adalah tahapan holding selama 3 menit. Dan tahapan yang kesepuluh adalah tahapan pemasakan selama 34 menit, namun waktu ini bisa lebih lama tergantung pada kondisi buah, buah matang atau tidak. Jika buah belum matang atau mengkal maka waktu yang dibutuhkan akan lebih lama. Dan selanjutnya adalah tahapan pembuangan air, waktu yang dibutuhkan 3 menit dan tahapan selanjutnya adalah tahapan pembuangan udara selama 5 menit.

Dapat dilihat pada gambar 2. Tahapan Steam Stasiun Sterilizer

Gambar 2. Pemberian Steam pada Stasiun Sterilizer PMKS PT. Brahma Binabakti – CPO Mill.

2.3.2.4 Hoisting Crane

(20)

yang sudah direbus tersebut dituangkan ke auto feeder. PT Brahma BinaBakti memiliki dua unit hoisting crane. Waktu yang dibutuhkan untuk mengangkat satu buah lori, menuangkan tandan buah rebus di dalam, serta mengembalikan posisi lori ke semula adalah 2 menit sehingga proses ini memerlukan waktu 38menit untuk 11 lori.

2.3.2.5 Stasiun Perontokan

Pemisahan brondolan/ threshing sering juga disebut pemipilan buah/ stripping bertujuan untuk melepaskan seluruh brondolan dari janjangan secara maksimal sehingga kehilangan berondolan dalam janjangan dapat dikurangi. Berikut dapat dilihat pada Gambar 3. Diagram Alir Stasiun Perontokan Pengolahan Kelapa Sawit PMKS PT. Brahma BinaBakti – CPO Mill :

Gambar 3. Diagram Alir Stasiun Perontokan Pengolahan Kelapa Sawit PMKS PT. Brahma Binabakti – CPO Mill.

Pemisahan brondolan/ threshing sering juga disebut pemipilan buah/ stripping bertujuan untuk melepaskan seluruh brondolan dari janjangan secara maksimal sehingga kehilangan berondolan dalam janjangan dapat dikurangi.

Auto Feeder

Thresher

Empty Bunch Press Under Thresher

Botton Cross Conveyor

Fruit Elevator

Top Cross Conveyor

(21)

Auto feeder berfungsi untuk mengumpan buah rebus dari hopper ke thresher drum. Cara kerja dari auto feeder ini berputar dengan kecepatan putar 12 rpm sehingga tandan buah rebus masuk ke dalam thresher. Auto feeder dan bunch hopper berfungsi sebagai wadah sementara penampungan janjangan buah sebelum dibawa ke thresher. Untuk lori berkapasitas 2.5-3.5 ton TBS yang menggunakan hoisting crane janjangan buah dituang ke auto feeder yang bergerak perlahan sehingga buah dapat jatuh ke bawah menuju thresher.

Thresher berfungsi untuk pemisahan brondolan dari janjang kosong. Unit thresher yang memiliki kapasitas masing-masing 45 ton/jam.Kapasitas threshing tersebut disesuaikan dengan stasiun selanjutnya dan hal ini harus dilakukan secara continuous.Kecepatan drum thresshing berputar dalam melakukan bantingan tandan sawit yaitu 23 rpm.

Di dalam thresher buah akan dirontokkan dengan cara bantingan sehingga buah terpisah dari janjang. Berondolan yang jatuh dari kisi-kisi dibawa oleh conveyor under thresher dan fruit elevator menuju ke fruit distributing conveyor untuk di masukkan ke digester. Sedangkan janjang kosong akan keluar dari drum thresher yang di bantu kisi- kisi untuk mempercepat proses pengeluaran janjang dan kemudian dibawa oleh horizontal empty bunch conveyor ke empthy bunch press station. Empty bunch press station berfungsi untuk merecovery minyak yang berada dalam janjang kosong. Kemudian janjang kosong dibawa oleh inclened empty bunch pada pengumpul sementara dan yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam truk untuk diangkut ke bagian komposting diolah menjadi pupuk kompos.

(22)

Digester adalah suatu alat yang berbentuk silinder, digester memiliki pisau-pisau pengaduk (stiring) yang terdiri dari 5 set pisau pencacah dan 1 set pisau untuk membantu pengeluaran dari digester ke press. Fungsi pisau-pisau ini untuk mencacah daging buah hingga homogen antara daging buah dengan biji. PT. Bahma BinaBakti memiliki 8 unit digester, 6 unit memiliki kapasitas 15 ton /jam dan 2 unit berkapasitas 10 ton/ jam dengan volume masing-masing 3500 liter. Cara kerja dari digester ini adalah, sebelum operasi dimulai terlebih dahulu mengisi tabung hingga ¾ dari volume keseluruhan dan pisau-pisau pada digester tersebut akan mencacah dan melumatkan brondolan, proses ini berlangsung selama 15 menit dan kemudian dialirkan ke screw press secara continious. Kecepatan putaran pisau pencacah tersebut 23 rpm.

Pada proses digester diberi penambahan steam untuk menaikkan suhu, penambahan steam ini berfungsi untuk mempermudah proses pelumatan. Pemberian steam tersebut dengan sistem inject atau pemanasan dengan steam langsung dimasukkan ke dalam tabung digester. Jumlah pipa inject untuk setiap unit digester adalah 4. Penambahan steam diatur oleh operator menyesuaikan kebutuhan dari proses produksi dengan suhu 90-95°C. Pada digester juga dilengkapi pipa untuk pengeluaran minyak yang disambungkan ke dalam oil gutter apabila ada minyak yang sudah terurai pada saat proses pelumatan.

2.3.2.6.2 Pressing

(23)

fiber hasil dari pengepresan di screw press akan dialirkan ke cake breaker conveyor (CBC).

Pada saat pengepresan yang dilakukan oleh screw press diberikan tambahan air dari air kondensat yang dialirkan melalui pipa drain, fungsi dari air kondensat ini adalah untuk mencegah penyumbatan. PT. Brahma BinaBakti memiliki 4 unit presser yang pengoperasiannya disesuaikan dengan isi dari pada digester, namun pada umumnya yang digunakan adalah 4 unit karena kapasitas produksi dari PT. Brahma BinaBakti adalah 60 ton/jam. Kapasitas presser masing-masing adalah 15 ton/jam.

Tujuan dari proses presser adalah :

a. Untuk memisahkan minyak dari serabut (fibre) dengan cara dipress.

b. Press yang dilengkapi dengan saringan menyebabkan minyak tidak bercampur dengan serabut (fibre).

2.3.2.7 Clarifikasi

Minyak yang berasal dari stasiun press banyak mengandung kotoran yang berasal dari daging buah, lumpu, air, dan lain-lain untuk mendapatkan minyak dengan mutu yang baik. Stasiun klarifikasi adalah stasiun untuk memisahkan antara CPO kasar dan sludge. Minyak yang telah dikutip dari stasiun press selanjutnya akan di klarifikasi dan dimurnikan pad stasiun pemurnian.

Tujuan utama dari stasiun klarifikasi adalah untuk membersihkan minyak dari kotoran- kotoran dengan tujuan untuk pemurnian minyak ersebut agar diperoleh mutu minyak sebaik mungkin. Berikut dapat dilihat pada Gambar 4. Diagram Alir Stasiun Klarifikasi Pengolahan Kelapa Sawit di PT. Brahma Bina Bakti – CPO Mill :

(24)

Gambar 4. Diagram Alir Stasiun Klarifikasi Pengolahan Kelapa Sawit di PT. Brahma Binabakti – CPO Mill.

Minyak yang berasal dari stasiun press banyak mengandung kotoran yang berasal dari daging buah, lumpu, air, dan lain-lain untuk mendapatkan minyak dengan mutu yang baik. Stasiun klarifikasi adalah stasiun untuk memisahkan antara CPO kasar dan sludge. Minyak yang telah dikutip dari stasiun press selanjutnya akan di klarifikasi dan dimurnikan pad stasiun pemurnian.

Tujuan utama dari stasiun klarifikasi adalah untuk membersihkan minyak dari kotoran- kotoran dengan tujuan untuk pemurnian minyak ersebut agar diperoleh mutu minyak sebaik mungkin.

Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit-unit. Berikut penjelasan tiap tahapan proses klarifikasi, yaitu :

2.3.2.7.1 Sand Trap Tank

Minyak dari press masih banyak mengandung kotoran, jadi fungsi dari alat ini adalah untuk memisahkan kotoran seperti pasir. Alat ini berbentuk kerucut yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari

Oil Tank Sludge Tank

Vacuum Drier

Bulk Storage Tank

Sand Syclon

Holding

Decanter

Reclaymed

Sand Trap Tank

Vibrating Screen

(25)

pasir dan kotoran dalam minyak kasar dengan cara pengendapan secara gravitasi.

PT. Brahma Binabakti memiliki tiga buah sand trap tank. Setelah dilakukan pengendapan minyak kasar pada sand trap tank maka minyak akan dialirkan ke oil vibrating screen.

2.3.2.7.2 Vibrating Screen Oil

Minyak pada bagian atas sand trap tank yang masih mengandung serat fibre dan kotoran dialirkan ke vibrating screen, jadi fungsi dari vibrating screen adalah untuk memisahkan minyak dan kotoran yang masih terikut dari sand trap tank. Alat ini berbentuk saringan yang bergetar terdiri dari dua tingkatan dimana masing-masing tingkatan memiliki ukuran 30 mesh yang di atas dan 40 mesh yang di bawah. Kedua alat ini digerakkan dengan cara digetarkan, sehingga kotoran dan minyak akan terpisah. Selanjutnya minyak yang lolos dari saringan dialirkan ke crude oil tank dan kotoran akan dijatuhkan pada botton cross conveyor dan fruit elevator dan kembali pada proses digester. PT Brahma BinaBakti memiliki 3 unit vibrating screen

2.3.2.7.3 Crude Oil Tank (COT)

(26)

2.3.2.7.4 Vertical Continuous Tank (VCT)

Alat ini berbentuk tabung silinder yang terbuat dari baja dengan bagian luarnya diberi lapisan dan bagian bawahnya berbentuk kerucut yang dilengkapi dengan coil-coil berisi steam. Minyak dari COT dipompakan ke VCT, sebelum masuk ke VCT minyak masuk ke distributing tank atau buffer tank untuk membagi minyak ke dua VCT yang ada di pabrik. VCT berfungsi untuk pengendapan crude oil dan pemisahan antara minyak air dan sludge dimana prinsip kerja berdasarkan perbedaan berat jenis. Minyak dengan massa jenis yang lebih ringan akan naik kepermukaan dan selanjutnya masuk ke oil tank dan sludge yang massa jenis-nya lebih besar akan turun kebawah dan kemudian masuk ke sludge tank melalui aliran bawah VCT (underflow). Di dalam VCT minyak tetap dipertahankan suhunya (90-95°C) yaitu dengan menambahkan steam dengan sistem inject dan coil. Sistem inject diberikan pada saat pertama kali proses dan pemberian steam selanjutnya dengan sistem coil, tujuan dari penambahan steam ini adalah untuk mempertahankan suhu agar memudahkan proses pengutipan dan diaduk dengan stirer secara perlahan sehingga kotoran dan minyak terpisah. Alat pengaduk atau stirer ini memiliki kecepatan putar 4-5 rpm. Minyak yang terpisah dari kotoran akan naik dan dikutip setelah minyak memiliki jarak 30-40 cm dari kotoran.

2.3.2.7.5 Oil Tank

(27)

2.3.2.7.6 Float Tank

Float tank berfungi untuk tempat umpan vacum dryer dan sebagai alat untuk menjaga kevakuman dari vakum driyer.

2.3.2.7.7 Vacuum dryer

Minyak yang keluar dari float tank masih mengandung kadar air yang tinggi , maka untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacum drier. Prinsip kerja vacum dryer dimana minyak yang ada di fload tank akan dihisap oleh vakum drier dengan bantuan pompa vakum dan minyak akan masuk ke dalam vakum melalui nozzle dengan sistem injeksi, selanjutnya air akan dihisap oleh pompa dan minyak turun ke pompa tranfer dan kemudian minyak dikirim ke storage tank.

2.3.2.7.8 Bulk Storage Tank

Minyak dari vacuum dryer kemudian dipompakan ke storage tank (tangki timbun). Bulk Storage Tank berfungsi sebagai tempat penampungan minyak sementara sebelum dipasarkan. Dalam storage tank juga dilengkapi dengan pipa steam koil yang berfungsi untuk mempertahankan temperature pada minyak dengan suhu 45-50°C. PT. Brahma BinaBakti memiliki 4 unit bulk storage tank dengan kapasitas BST 1 adalah 584 ton, BST 2 adalah 1654 ton, BST 3 adalah 1650 ton, dan BST 4 adalah 4240 ton.

2.3.2.7.9 Sludge Tank

Sludge Tank berfungsi sebagai tempat penampungan sludge yang berasal dari underflow CST. Sludge Tank dilengkapi dengan steam sistem coil untuk mempertahankan kondisi temperatur yaitu 90-95°C.

(28)

Sand Syclon berfungsi untuk pemisahan pasir dari sludge. Prinsip kerja berdasarkan perbedaan berat jenis, pasir yang berat jenisnya lebih tingi dari sludge akan turun ke bawah ke sand box dan sludge akan naik ke atas menuju holding tank. Alur kerja sand cyclone saling berhubungan dengan prinsip kerjanya alur kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya sentrifugal dimana pemisahan fraksi lumpur dan kotoran telempar di dinding bowl dan terdorong keluar. PT Brahma BinaBakti memiliki 6 unit sand syclon. Lama kerja dari alat ini adalah 15 menit dan kemudian dilakukan drain pasir.

2.3.2.7.11 Holding

Fungsi dari alat ini adalah untuk tempat penampungan sludge sementara sebelum masuk ke tahap pengolahan pengutipan minyak dengan decanter.

2.3.2.7.12 Decanter

Dalam dekanter sludge dipisahkan dalam 3 fasa yaitu minyak, air dan solid, jadi fungsi dari dekanter adalah untuk memisahkan minyak,air dan solid, melakukan pengutipan minyak yang masih terkandung dalam sludge. Prinsip kerja alat ini adalah berdasarkan berat jenis yang berbeda dengan gaya sentrifugal, maka minyak yang mempunyai berat jenis lebih ringan akan terkumpul pada bagian tengah kemudian masuk ke bak penampungan. Pabrik ini memiliki dua unit decanter dengan kecepatan putar 2900 rpm. Solid akan ditransfer oleh conveyor ke rumah solid yang akan dibawa oleh mobil truk untuk dijadikan kompos. Minyak akan dialirkan ke reclaymed dan air akan dialirkan menuju fit pat.

(29)

Reclaymed tank berfungsi sebagai penampungan minyak dari light phase dekanter kemudian dialirkan dengan bantuan pompa ke sand trap tank.

2.3.2.8 Stasiun Kernel

Stasiun kernel adalah stasiun akhir untuk memperoleh inti sawit atau tempat proses pemisahan serabut dan biji. Pengolahan inti pada dasarnya adalah sebagai berikut:

1. Pemisahan serabut dan biji 2. Pemisahan cangkang

3. Pemisahan inti dari cangkangnya 4. Pengeringan.

Alat-alat yang digunakan di stasiun ini diantaranya cake breaker conveyor (CBC), deperikarper, nut silo, ripple mill, hidrosyclon, dan kernel silo.

2.3.2.8.1 Cake Breaker Conveyor

Cake Breaker Conveyor adalah alat yang digunakan untuk mengirimkan nut dan fiber kepada proses selanjutnya yaitu proses pengolahan kernel. Selain untuk mengirim nut dan fiber alat ini juga berfungsi untuk mengikis fiber-fiber yang masih melekat pada nut dan untuk memecahkan bongkahan Press Cake serta mengangkutnya ke Deperycarper. Alat ini dilengkapi denganconveyor dengan kecepatan putar 23 rpm dengan kemiringan 600. Kemiringan ini berfungsi untuk memperlambat gerakan dari cake breaker conveyor, perlambatan ini mengakibatkan semakin banyaknya perputaran conveyor sehingga nut yang dihasilkan lebih besir. Cara kerja alat ini adalah bergerak secara sentrifugal, selain berfungsi untuk mengirimkan nut juga mengikis fiber yang masih melekat pada nut. Pemberian steam pada proses press akan mempermudah kerja CBC, memudahkan pemecahan gumpalan saat presshing.

(30)

Deperycarper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan fibre dan nut , fibre yang memiliki densitas yang lebih ringan akan dihisap ke atas oleh fiber cyclone sedangkan nut yang mempunyai densitas yang lebih berat akan jatuh kebawah dan masuk ke polisshing drum untukmemisahkan benda-benda lain ataupun memisahkan serabut yang masih menempel pada nut. Fiber yang dihisap oleh fiber cyclone akan ditampung dihoper sebagai bahan bakar boiler. Pada saat pengepresan adanya loses yaitu pecahnya nut yang mengakibatkan kernel menjadi pecah. Pecahan kecil yang dibawa oleh cake breaker conveyor akan terhisap oleh fiber syclon, hal ini dianggap sebagai loses, loses yang terhisap oleh depericarter adalah maksimal 2%.

2.3.2.8.3 Polishing Drum

Nut polising drum berupa drum berlubang-lubang yang berputar, fungsi dari polising drum adalah sebagai penyaringan nut dan bahan-bahan lain. Lubang dari polisshing drum memiliki ukuran sehingga nut besar dan batu akan terlempar pada ujung dan nut kecil akan jatuh ke bawah dan masuk ke nut convenyor.

Kapasitas alat ini yaitu 30 ton/jam dengan kecepatan putaran polishing drum ini berkisar 28 rpm.Fungsi dari polishing drum juga sebagai pembersih pada nut dimana nut akan saling bergesekan satu sama lain dan juga bergesekan dengan dinding polising drum. Karena adanya perputaran polising drum tersebut dangesekan maka sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji akan terlepas dan terhisap ke deperycarper dan nut akan di bawa oleh nut elevator menuju nut silo.

(31)

Nut Elevator adalah alat yang digunakan untuk membawa nut (kernel) yang sudah dibersihkan dari polishing drum tersebut ke Nut Silo.

2.3.2.8.5 Nut Silo

Fungsi dari alat ini adalah untuk tempat penampungan nut sementara sebelum masuk ke tahap pengolahan nut pada unit ripple mill yang dibawa oleh nut conveyor. PT. Brahma BinaBakti memiliki dua nut silo dengan kapasitas alat masing-masing yaitu 45 ton.Nut silo pada PT Brahma BinaBakti dilengkapi oleh inject steam yang berfungsi untuk pengeringan nut sehingga proses pemecahan oleh ripple mill mudah dilakukan, namun steam tersebut tidak lagi dioperasikan karena memiliki resiko yang tinggi yaitu kebakaran.

2.3.2.8.6 Ripple Mill

Nut yang masuk dari nut silo ke riple mill akan dipecah sehingga terpisah antara inti dan cangkangnya, jadi dari ripple mill adalah untuk memecahkan nut dengan sistem rotary dimana nut yang masuk ke riple mill akan digerakkan oleh rotor bar yang berputar, akibat dari perputaran maka nut akan saling bergesekan dengan rotor plate pada dinding ripple mill.

Cara kerja alat ini yaitu dengan gaya jepit yang dilakukan oleh 2 silinder agar dapat memecahkan biji tersebut. Silinder tersebut dilengkapi oleh pipa-pipa yang akan menjepit nut sehingga nut menjadi pecah. Pengaturan cone saat operasional harus disesuaikan dengan ukuran nut yang ada, artinya untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka cone dari ripple mill harus selalu dalam kontrol operator. Hasil pemecahan biji disebut dengan cracked mixture yang terdiri dari cangkang dan kernel.

(32)

Pipa berfungsi untuk menjepit nut sehingga nut akan pecah, tekanan yang diberikan oleh ripple mill adalah 96-97 bar. Tekanan yang diberikan oleh ripple mill di sama untuk semua ukuran nut, sehingga nut yang kecil akan terlebih dahulu pecah. Ini mengakibatkan banyaknya kernel yang pecah. Semakin rendahnya kadar air dari nut maka pemecahan biji akan lebih cepat.

2.3.2.8.7 Craked Mixture Conveyor

Alat ini berfungsi untuk membawa cracked mixture dari ripple mill ke cracked mixture elevator secara kontinyu selama proses pengolahan berlangsung.

2.3.2.8.8 Craked Mixture fan

Craked Mixture Elevator adalah suatu alat yang berfungsi untuk mentranfer campuran cangkang dan kernel menuju CM fan.CM Fan berfungsi untuk menghisaap shell yang berukuran kecil. Pengambilan shell yang berukuran kecil ini agar tidak mengganggu proses selanjutnya yaitu hidrosyclon. CM Fan juga akan mengangkut atau menghisap kernel yang berukuran kecil, hasil dari pecahan ripple mill. Kernel yang terhisap termasuk loses, loses dari proses ini minimal 1%.

2.3.2.8.9 CM grading

CM gradingadalah suatu alat yang berbentuk seperti polishing drum, memiliki lobang-lobang yang berfungsi sebagai sortasi. Nut yang belum pecah akan kembali ke nut silo yang dibawa oleh conveyor. Cara kerja dari alat ini adalah drum akan berputar dengan gaya sentrifugal. Sehingga kernel dan cangkang yang pecah akan jatuh ke bawah dan di bawa oleh CM Convenyor 2 menuju hidrosyclon.

(33)

Hydrocyclone adalah suatu alat yang mempermudah pemisahan material padat melalui media air dengan memamfaatkan efek vortex yang ditimbulkan dari gaya centrifugal. Hydrocyclone terdiri dari sebuah kolom pemisah dan dua buah rotary drum penuh lubang. Dalam kolom pemisah, air akan mengalir dan membentuk pusaran air. Perbedaan densitas kernel dan cangkang membuat keduanya terpisah. Kernel akan tetap berada dipermukaan karena gaya sentrifugal dan cangkang akan tenggelam. Untuk memisahkan kernel dan cangkang dalam air, digunakan rotary drum yang berlubang. Kernel akan dibawa ke kernel silo.

2.3.2.8.11 Kernel Silo

Fungsi kernel silo yaitu sebagai tempat pengeringan kernel dan juga sebagai tempat penurunan kadar air. Alat ini dilengkapi oleh fan yang memberikan panas kering. Ada tiga tahapan pengeringan, suhu pada ketiga tahapan yaitu 20,40 dan 60°C.

Kernel yang sudah terpisah dari cangkangnya dan masih mengandung 12 % kadar airnya, fan di kernel silo akan menurunkan kadar air hingga hingga 7 %. Pengurangan kadar air pada kernel ini selain untuk memenuhi kualitas produksi, juga bertujuan supaya pertumbuhan jamur dapat terhambat. PT. Brahma BinaBakti memiliki 6 unit Kernel Silo dengan volume masing-masing 15 ton.

2.3.2.8.12 Kernel Storage

Kernel Storage berfungsi sebagai tempat penampungan sementara kernel yang telah mengalami proses pengeringan sebelum dipasarkan. Kernel Storage PT Brahma Binabakti berbentuk gudang.

2.3.3 Pengendalian Kualitas

(34)

dilakukan oleh unit Qulaity Control. Informasi mengenai bahan baku, proses produksi, dan produk yang dihasilkan ditanggungjawabi oleh unit Quality Control yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan oleh pihak menejemen dalam mengambil keputusan.

Pengendalian kualitas yang dilakukan oleh unit Quality Kontrol di perusahaan ini berjalan dengan baik dan sesuai SOP (Standar Operation Procedure) yang di tetapkan. Kualitas menjadi sangat penting untuk dikendalikan karena kualitas dapat menentukan harga jual dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Namun pada dasarnya pengendalian kualitas bukan hanya harus ditangani seluruhnya oleh unit Quality Kontrol, kualitas akan tetap terjaga apabila unit-unit lain juga bekerja sama dengan baik untuk menjaga konsistensi mutu yang sudah didapatkaan perusahaan sejauh ini.

Aspek pengendalian kualitas akan menguraikan tentang hasil pengamatan Quality Kontrol yang diterapkan di Pabrik Kelapa Sawit PT. BRAHMA BINABAKTI – CPO MILL meliputi organisasi pengendalian kulitas, titik pngendalian kualitas, standar kualitas, serta metode pada pengendalian kualitas.

2.3.3.1 Organisasi Pengendalian Dan Pengujian Kualitas

Unit pengendalian kualitas di PT. BRAHMA BINABAKTI - CPO MILL bertanggung jawab atas kualitas mutu dari bahan baku hingga menjadi produk berupa CPO (Crude palm Oil) dan Kernel. Bahan baku pabrik pengolahan yang berupa TBS (Tandan Buah Segar) yang diterima oleh pabrik juga harus melewati pengawasan mutu yang dilakukan oleh unit Gradding dan diketahui oleh unit Quality Control. Sehingga, dalam hal ini Unit Gradding dan Unit Quality Control berada dalam struktur organisasi yang sama. Secara sistematis struktur tersebut digambarkan sebagai berikut :

(35)

Tugas dari pengendalian mutu adalah mengawasi dan mengendalikan beberapa proses dan hasil selama pengolahan yang dikerjakan serta dikumpulkan untuk disalurkan kembali berupa keterangan-keterangan yang telah diperolah selama proses dan setelah dianalisa, yang meliputi:

1. Pengawasan terhadap penerimaan TBS (Tandan Buah Segar).

2. Pengawasan terhadap produk hasil (CPO dan Kernel) sebelum dipasarkan.

(36)

tugasnya dikepalai oleh seorang Quality Control Engineer. Kerjasama yang baik dalam setiap bagian ini menghasilkan pengendalian kualitas yang dapat mempertahankan mutu produk yang dihasilkan. Upaya pnegndalian yang dilakukan secara terus-menerus mendorong hingga proses produksi dapat mencapai target rendemen yang diharapkan perusahaan.

2.3.3.2 Titik-titik Pengambilan Sampel Pada Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas dilakukan muali dari penerimaan bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS), proses pengolahan, hingga kualitas hasil produk akhir yaitu CPO dan Kernel. Proses pengendalian kualitas disesuaikan dengan SOP yang ditetapkan perusahaan untuk menjamin agar target yang diharapkan dapat tercapai. Sebagai bahan Analisa diperlukan sampel untuk mewakili pengendalian mutu tersebut. Sampel tersebut diambil pada beberapa tempat yang menjadi titik pengambilan sampel.

(37)

pengawasan yang ketat karena kualitas bahan baku yang di olah mempengaruhi keberhasilan proses, serta baik atau tidaknya produk CPO dan Kernel yang dihasilkan.

Pengendalian kualitas pada proses pengolahan dilakukan analisa kontrol terhadap kualitas dan tingkat keberhasilan proses sesuai dengan SOP yang ditetapkan. Analisa yang dialkukan berupa analisa kehilangan minyak, kehilangan kernel, kualitas minyak, dan kualitas kernel yang sampelnya diambil perstasiun untuk di analisa sebagai laporan per shift.

Untuk analisa kehilangan minyak sampel diambil dari Condensate, Drap Akhir, Buah Ikut Tandan Kosong (stasiun threser), Tandan Kosong (Empty Bunch Elevator), Fiber dan Nut dari Screw Press no. 1-8, Decanter Line 1 dan 2, Crude Oil Tank, dan Oil Underflow (VCT1) dan Oil Underflow (VCT2). Sedangkan analisa kehilangan inti/kernel sampel diambil dari Fibre Cyclone 1 dan 2, CM. Cyclone 1 dan 2, Shell Hidro 1, 2, dan 3, dan Buah Ikut Tangkos.

Selain itu untuk analisa kualitas minyak/CPO sampel diambil dari Bulk Storage Tank (BST) 1,2 3 dan 4, CPO Despatch, Minyak Sebelum Vacum Dry, dan Minyak Produksi 1 dan 2. Sedangkan analisa kualitas inti/kernel sampel daimbil dari Kernel Produksi 1 dan 2, Kernel Store, dan Kernel Hidro 1, 2, 3, dan 4.

2.3.3.3 Metode / Pelaksanaan Pengendalian Kualitas

(38)

perusahaan. Kualitas bahan baku dan efisiensi proses produksi mempengaruhi rendemen produk akhir berupa CPO dan Kernel. Pengendalian kualitas yang dilakukan terhadap produk CPO dan Kernel berupa pengamatan Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air (Moisture), dan Kadar Kotoran (Dirt/Impurities). Sementara untuk Kernel pengendalian kualitas berupa Kadar Air (Moisture), dan Kadar Kotoran (Dirt/Impurities). Setiap pelaksanaan pengendalian kualitas dilaksanakan berdasarkan SOP, diantaranya sebagai berikut:

1. Cara Perhitungan Rendemen CPO

Tujuan dari perhitungan rendemen CPO adalah untuk mengerahui presetase CPO yang diproduksi pabrik dalam satu hari proses. Perhitungan rendemen CPO dimulai dengan perhitungan TBS Olah diantaranya Buah Restan Satu Hari Sebelumnya (H-1) (A), Buah Terima Hari (B), Buah Restan Hari Ini (C), maka untuk Buah Olah (D) adalah (A + B) – C. Selanjutnya perhitungan terhadap produksi CPO yaitu Stock CPO (H-1) (E), Despacth (H-1) (F), Stock CPO hari ini (G), maka untuk produksi CPO (K) adalah (G + F) – E. Dari angka pada perhitungan tersebut maka dapat dihitung rendemen CPO dengan rumus :

2. Cara Analisa Asam Lemak Bebas (ALB) CPO

(39)

3. Cara Analisa Kadar Air CPO

Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui kadar air CPO. Proses analisa dimulai denagn menimbang sampel CPO ± 10 gram ke dalam gelas ukur (disebut sebagai W1), sampel kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 104oC selama 4 jam, setelah itu sampel didinginkan dan ditimbang, berat sampel yang telah didinginkan dicatat (disebut W2), kadar air CPO dihitung dengan menggunakan rumus:

4. Cara Analisa Kadar Kotoran CPO

Tujuannya adalah untuk mengetahui kadar kotoran CPO. Prosesnya adalah terlebih dahulu membersihkan kertas saring whatman berdiameter 25 mm dengan heksan dan dimasukan kedalam cawan gross, cawan berisi kertas tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven selama satu jam pada suhu 104oC. Kertas saring dan cawan gross yang telah didinginkan ditimbang dan dicatat (disebut sebagai W1). Sampel CPO ± 10 gram ditimbang dalam gelas breaker setelah terlebih dahulu dihomogenkan. Selanjutnya, sampel CPO disaring pada pompa vacum sabil dibilas dengan heksan. Cawan gross, kertas saring, dan kotoran dioven selama 2 jam. setelah keluar dari oven didinginkan dan ditimbang (disebut sebagai W2). Hasil penimbangan dicatat dan dihitung dengan menggunakan rumus:

5. Cara Analisa Kadar Air Kernel

(40)

6. Cara Analisa Kadar Kotoran Kernel

Tujuannya adalah untuk mengetahui kadar kotoran Kernel. Proses analisa dimulai dengan menimbang sampel sebanyak 500 gram dalam kantong plastik, selanjutnya memisahkan kernel dari kumpulan nut utuh, nut pecah, cangkang bebas, fiber dan semua kotoran yang ada dalam sampel kernel. nut utuh dan nut pecah dipecahkan lagi untuk memisahkan kernel dari cangkangnya. Setelah itu menimbang dan mencatat semua cangkang dari nut utuh, cangkang dari nut pecah, cangkang bebas, dan fiber sebagai berat kotoran Kernel. hasil penimbangan dicatat dan dihitung menggunakan rumus:

2.3.3.4 Standar Kualitas Hasil

PT. BRAHMA BINABAKTI – CPO MILL memiliki standar mutu yang tetapkan menjadi target dalam pencapaian berhasil atau tidaknya pengendalian kualitas CPO dan Kernel yang diproduksi. Adapun target yang telah ditetapkan perusahaan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Standar kualitas CPO dan Kernel PT. BRAHMA BINABAKTI – CPO MILL

Parameter CPO Kernel

Asam Lemak Bebas (ALB) <3,5%

-Kadar Air 0,20% 7%

Kadar Kotoran 0,02% 7%

Sumber : Daily Laboratory Report PT. Brahma Bnabakti – CPO Mill

Tabe 2. Standar kualitas produk CPO dan Kernel untuk penjualan PT. BRAHMA BINABAKTI - CPO MILL

Parameter CPO Kernel

Asam Lemak Bebas (ALB) <3,5%

(41)

Kadar Kotoran 0,22% 7%

Sumber : Daily Laboratory Report PT. Brahma Bnabakti – CPO Mill Dalam menetapkan target yang ingin dicapai, perusahaan menggunakan acuan dari standar yang diinginkan berdasarkan permintaan pasar secara nasional. Standar mutu tersebut diharapkan lebih baik untuk menjadikan produk agar memiliki nilai jual lebih tinggi dipasaran.

2.3.4. Sanitasi Pabrik

Sanitasi merupakan usaha atau tindakan untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme yang dapat menurunkan kualitas produk. Dalam suatu industri pengolahan, sanitasi dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Sanitasi Pengolahan, yaitu mencegah kontaminasi pada produk dan bahan dengan menjaga sanitasi setiap hal yang berhubungan dengan pengolahan.

2. Sanitasi Pabrik, yaitu menjaga kondisi pabrik agar selalu bersih dan terhindar sebagai sumber kontaminasi.

Proses sanitasi dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan dari setiap bagian yang berhubungan dengan industri pengolahan. Mulai dari bahan baku, peralatan, penyimpanan, pengolahan, pengemasan, dan pengiriman. Kesehatan, keamanan, serta keselamatan kerja juga merupakan bagian dari ruang lingkup sanitasi. Adapun aspek-aspek yang akan dibahas pada sistem sanitasi ini yaitu :

1. Informasi dan penilaian terhadap lokasi/site pabrik. 2. Informasi tentang desain dan konstruksi pabrik.

3. Sarana kebersihan/pencegah kontaminasi di pabrik dan lingkungan. 4. Desain dan konstruksi alat.

5. Organisasi dan operasi kebersihan/sanitasi pabrik. 6. Evaluasi umum mengenai kinerja sistem sanitasi.

2.3.4.1 Informasi Umum Pengolahan Limbah Pabrik PT. Brahma Binabakti (BBB) - CPO Mill

(42)

akan menjadi limbah cair. Sumber air limbah berasal dari proses produksi di stasiun sterilisasi, stasiun klarifikasi, dan buangan hydro cyclone yang bergabung dengan air pencucian lantai dan mesin (house keeping).

Air limbah dari proses produksi dan house keeping sebelum diaplikasikan sebagai pupuk ke lapangan, terlebih dahulu diolah pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dilengkapi dengan 15 kolam limbah (pond). Kolam limbah yang dimiliki oleh PT. Brahma Binabakti (BBB) - CPO Mill terdiri dari Cooling Pond, Mixing Pond 1, Mixing Pond 2, Mixing Pond 3, Anaerobic Pond 1, Anaerobic Pond 2, Fakultatif Pond 1, Fakultatif Pond 2, Algae Pond 1, Algae Pond 2, Algae Pond 3, Algae Pond 4, Algae Pond 5, Algae Pond 6, dan Pump Sum. Karena limbah cair yang dihasilkan PKS mempunyai BOD lebih kurang 25.000 ppm, maka perlu diolah kembali agar kadar BOD sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah.

Komitmen PT. Brahma Binabakti (BBB) terhadap kelestarian lingkungan terbukti dari upaya yang dilakukan dalam mengelola limbah cair. Limbah cair (POME) dimanfaatkan untuk pemupukan, karena POME masih mengandung bahan organik yang tinggi yang berasal dari pengolahan pabrik kelapa sawit. Pemanfaatan limbah cair tersebut sudah mendapat izin dari Pemerintah Daerah yaitu Keputusan Bupati Muaro Jambi Nomor 299 tahun 2011 tentang Izin Pemanfaatan Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit Pada Tanah Perkebunan Kelapa Sawit PT. Brahma Binabakti (BBB) dengan luasan yang diizinkan yaitu 300 Ha dan luasan areal yang sudah teraplikasikan sampai dengan saat ini adalah 101,11 Ha dengan jumlah longbed 2164.

Setelah melalui tahapan proses pengolahan limbah, pihak perusahaan memanfaatkan limbah yang sudah sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut sebagai pupuk tanaman kelapa sawit inti yakni dengan mengalirkan limbah hasil olahan melalui pipa-pipa ke lahan aplikasi.

(43)

cangkang, slugde (lumpur limbah), solid, dan limbah domestik. Janjangan kosong dimanfaatkan kembali untuk pemupukan tanaman kelapa sawit. Serabut dan cangkang dimanfaatkan kembali untuk bahan bakar boiler. Limbah padat berupa slugde yang berada didasar kolam pengendapan diambil dari dasar kolam, selanjutnya dikeringkan dilantai pengeringan untuk dimanfaatkan sebagai land fill (pengurungan).

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan berupa pelumas bekas, filter bekas, lampu bekas, accu bekas dan sarung tangan bekas yang berasal dari operasional genset, truck, alat berat (excavator, grader, compactor, backhoe loader, dll) dan berbagai jenis kendaraan perusahaan. Dari berbagai aktivitas tersebut diperkirakan pelumas bekas, filter bekas, lampu bekas, accu bekas dan sarung tangan bekas yang dihasilkan 600 kg/bulan.

Limbah B3 lainnya adalah kemasan bekas dari bahan agrokimia yang berasal dari gudang agrokimia. Untuk menghindari terjadinya dampak pencemaran lingkungan atau dampak berbahaya lainnya, maka limbah B3 tersebut dimasukkan ke dalam wadah disesuaikan dengan jenis limbah B3 yang telah disediakan dan disimpan pada gudang tempat penyimpanan sementara (TPS) yang terlindung dari cahaya matahari.

2.3.4.2 Struktur Organisasi Pengolahan Limbah Cair

Gambar 5. Struktur Organisasi pengolahan limbah cair PT. Brahma Binabakti – CPO Mill

Operator Kolam Limbah Junaidi

Quality Control Engineer Lince Lucia Turnip

(44)

Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri dapat digolongkan kedalam empat golongan yaitu limbah cair, limbah padat, limbah B3 dan limbah gas yang dapat mencemari lingkungan. Saat ini diperkirakan jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS di Indonesia mencapai 28,7 juta ton. Limbah ini merupakan sumber pencemaran yang potensial bagi manusia dan lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah limbah melalui pendekatan teknologi pengolahan limbah. Bahkan sekarang telah digulirkan paradigma pencegahan pencemaran.

2.3.4.3 Jenis Limbah PT. Brahma Binabakti CPO-Mill

Limbah di pabrik kelapa sawit PT. Brahma Binabakti CPO-Mill Desa Suko Awin Jaya Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi terdiri dari 4 jenis yaitu : limbah padat, limbah cair, limbah gas, dan limbah B3.

2.3.4.3.1 Limbah Padat

Limbah padat adalah jenis limbah yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit berupa Dankos (22%), fiber (12%), shell (8,5%) dan solid (3%). Saat ini untuk tandan kosong sawit dijadikan sebagai pupuk tanaman sawit dan tanaman lainnya. Hal ini dapat menambah produksi buah sawit serta dapat mengurangi biaya untuk pembelian pupuk, sedangkan untuk serabut halus/fiber dan cangkang digunakan sebagai bahan bakar boiler.

(45)

(VCT), oil gutter, sand trap tank, settling tank, fatpit pond, kernel silo, dll. Dari hasil pembakaran fiber dan cangkang ini menghasilkan kerak/solid yang dikumpulkan untuk pupuk tanaman kelapa sawit, dll. Limbah solid juga dihasilkan dari decanter/separator/cetrifuge di angkut dengan truk ke kebun dijadikan pupuk.

Tankos (22%) (A) Limbah solid/kerak hasil pembakaran

fiber dan cangkang broiler (B)

Shell (8,5%) (C) Pemanfaatan Tankos (D)

(46)

Sumber : Dokumentasi Langsung di PT. Brahma Binabakti CPO-Mill Gambar 6. Limbah Padat PMKS PT. Brahma Binabakti CPO-Mill

2.3.4.3.2 Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas pabrik berasal Buangan air dari decanter house, Buangan kondensat, Buangan air pembersihan pabrik (dosmetik), buangan larutan koalin sisa pemakaiannya pada stasiun pengolahan biji sawit, Air hidrocyclone atau claybath dll. Limbah cair PT. Brahma Binabakti juga mengandung bahan organik yang sangat tinggi sehingga kadar bahan pencemaran akan semakin tinggi. Untuk itu untuk menurunkan kandungan bahan pencemaran diperlukan degradasi bahan organik yang terkandung. Degradasi bahan organik yang dilakukan adalah dengan sistem kolam karena biaya sangat murah dan tidak perlu penanganan yang terlalu khusus terhadap limbah.

Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh PT. Brahma Binabakti CPO-Mill berkisar 147,576 M3 /tahun. Limbah cair ini dialirkan ke 16 kolam limbah yang terdiri dari Kolam fatpit, oil trap, cooling pond, 3 mixing pond, 2 anaerobic pond, holding pond, 2 fakultatif pond, dan 6 alga pond. Land aplikasi adalah kolam yang dimanfaatkan untuk pupuk ke tanaman sawit kebun inti yang diambil fakultatif pond 1.

(47)

2.3.4.3.3 Limbah Gas

Limbah udara berasal dari pembakaran solar dari generator set, pembakaran fiber dan cangkang di incenerator/boiler. Gas buangan ini keluar dari chimney dan dibuang ke udara terbuka. Umumnya limbah pembuangan debu, abu dan asap/gas pembakaran shell dan fiber dibuang bebas dikendalikan dengan pemasangan dust collector, untuk menangkap debu yang ikut dalam sisa gas pembakaran, kemudian dialirkan melalui cerobong asap/Chimney setinggi ± 25 meter dari permukaan tanah. Debu dari dust collector secara reguler ditampung dan dibuang ke lapangan untuk penimbunan daerah rendahan sekitar kebun dan pupuk.

Gambar 8. Dust Collector Dan Rotary Valve

2.3.4.3.4 Limbah Berbahaya dan Beracub (B3)

(48)

Gambar 9. Tempat Penampungan Sementara Limbah B3 PMKS PT. Brahma Binabakti – CPO Mill.

2.3.4.4 Penanganan dan Pengendalian Limbah 2.3.4.4.1 Pengolahan Limbah Cair

Lingkungan merupakan hal penting dalam kehidupan. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang bersih dari segala kerusakan dan polusi, baik itu dari udara, tanah, air maupun suara. Adanya industri merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran. Selama pengolahan bahan baku berlangsung atau beroperasinya suatu industri, mereka membutuhkan penggunaan air yang cukup banyak. Air sisa pengolahan (limbah) merupakan buangan dari proses pengolahan untuk memperoleh hasil utama dan hasil samping.

Limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki potensi terbesar sebagai pencemar lingkungan, karena berbau, mengandung nilai BOD dan COD serta padatan tersuspensi yang cukup tinggi. Untuk mengendalikan hal tersebut, maka diperlukan pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit secara biologis, kimia maupun fisik. PT. Brahma Binabakti CPO-Mill telah menunjuk bagian Quality Control (QC) untuk mengelola limbah yang dihasilkan supaya tingkat pencemarannya bisa dieliminir.

(49)

dengan memanfaatkan mikroba sebagai perombakan BOD dan menetralisir keasaman cairan. Jenis mikroba atau bateri yang digunakan adalah bakteri mesophyl yaitu bakteri methane. Bakteri methane (Metanogenic bacteria) akan merubah asam organic menjadi methane dan CO2. Untuk mengontrol kualitas limbah CPO agar tidak mencemari lingkungan terutama sungai sebagai badan penerima, maka digunakan baku mutu limbah yang ditetapkan oleh bupati yaiu berdasarkan :

Menurut hasil pemeriksaan Badan Lingkungan Hidup (BLH) pada tahun 2013 – 2014, limbah cair yang diolah oleh PT Brahma Binabakti sudah memenuhi kriteria dan tidak berbahaya saat di buang ke sungai atau ke lingkungan. Hal tersebut dapat dilihat dari pH nya. Menurut Keputusan Gubemur Jambi Nornor 92 Tahun 2001 Tentang Penetapan Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan industri dan Usaha Lainnya di Provinsi Jambi, Standar pH limbah cair yang baik adalah berada pada pH 6,0 – 9,0. Rata – rata pH limbah cair yang ada pada kolam anaerobik setiap bulannya dalam satu tahun terakhir adalah sebesar 7,74, sedangkan pada kolam aerobik adalah sebesar 8,58. Berdasarkan hasil analisa maka limbah cair yang dibuang dari kolam limbah PT. Brahma Binabakti CPO-Mill tidak berbahaya karena telah memenuhi syarat bahwa limbah tersebut layak untuk dibuang. Pada saat ini PT. Brahma Binabakti tidak membuang limbah cair ini kesungai, prinsip 3 R sudah diterapkan dengan memanfaat air limbah cair yang memiliki pH 6-9 (kolam alga 6) dikirim kembali ke water treatment supaya air ini bisa digunakan kembali dalam proses produksi.

(50)

PT. Brahma Binabakti CPO-Mill memiliki lahan kolam instalasi pengolahan air limbah (IPAL) seluas 9.76 Ha yang terdiri dari :

Gambar 10. Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PMKS PT. Brahma Binabakti – CPO Mill

1. Fat pit

Limbah cair bercampur slugde di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu ditampung di fat pit dengan maksud agar minyak yang masih terbawa dapat terpisah kembali. Fat pitdiinjeksikan uap sebagai pemanas untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan kotoran. Pada kolam ini terjadi pengutipan minyak. Minyak yang ada pada permukaan dibiarkan melimpah (Overflow), kemudian dipompakan kembali ke settling tank. Limbah cair yang masuk fatpit sekitar ± 20 kg per hari adalah hasil drain minyak dari stasiun loading sheet.

2. Oil Trap

Kolam oil trap adalah kolam penampungan sementara dari aliran kolam fatpit 30 m x 10 m x 3 m. Kolam oil trap digunakan untuk menurunkan suhu limbah cair sebelum masuk ke kolam pendinginan keseluruhan limbah. Dikolam ini terdapat titik pengambilan sampel minyak oleh QC pada outlet kolam oil trap atau inlet cooling pond. 3. Cooling Pond

Kolam pendinginan adalah kolam untuk mendinginkan limbah cair dari fatpit untuk mengurangi suhu tingkat tinggi yang dihasilkan pabrik. Kolam ini berukuran 20 m x 19 x 1,9 m.

(51)

Mixing Pond ini ada 3 untuk tempat pengutipan minyak yang

Holding pond adalah kolam tempat penampungan limbah dari anaerobic pond dengan tujuan untuk mengalirkan limbah ke kolam mixing dengan bantuan 2 buah pompa dengan tujuan untuk mengurangi tingkat keasamanan dan suhu limbah sawit. Kolam berukuran : 18 m x 15 m x 2 m supaya apabila masuk kekolam anaerobic suhu limbah sesuai dengan kondisi suhu bakteri yang digunakan untuk menguraikan senyawa-senyawa organik limbah cair.

6. Anaerobic Pond

Kolam anaerobik yang dimiliki oleh PT. Brahma Binabakti-CPO Mill berjumlah 2 buah yang terdiri dari anaerobic pond 1 dan 2 berukuran 80 m x 40 m x 6 m. Kolam anaerobic dibuat lebih dalam dengan tujuan untuk menghidupkan bakteri anaerobic yang akan mengubah senyawa-senyawa organik yang dihasilkan dari PT. Brahma Binabakti-CPO Mill ini menjadi senyawa-senyawa sederhana yang dapat digunakan oleh tumbuhan dilingkungkan limbah.

7. Fakultatif Pond

(52)

Kolam alga berjumlah 6 buah yang berukuran 70 m x 50 m x 1,

Land Aplikasi (LA) merupakan sistem pengelolan limbah cair PKS yang efektif, efisien dan ekonomis dengan resiko pencemaran lingkungan yang minimal. Land Aplikasi merupakan metode recycle yang memanfaatkan effluent sebagai bahan pupuk sumber air bagi tanaman kelapa sawit, sekaligus sebagai upaya produksi bersih.

Tahap awal penanganan limbah sebelum dikirim ke land aplikasi adalah dengan cara mengalirkan Raw effluent ke fat pit, disini minyak yang masih terbawa oleh effluent dikutip kembali sehingga kadar minyak dalam air limbah maksimal 1%. Effluent kemudian dialirkan ke kolam pendingan (Cooling pond), kolam pencampuran (Mixing Pond), lalu ke holding pond sebelum diumpankan ke kolam aerobik. Suhu

effluent diusahakan tidak melebihi 40oC. Sisa minyak yang masih ada kembali dikutip di mixing pond, selanjutnya limbah cair dari mixing pond dialirkan ke kolam anaerobik dan diolah sampai tingkat BOD mencapai dibawah 5000 ppm untuk diaplikasikan ke pertanaman kelapa sawit sebagai pupuk setiap tanaman sawit seperti yang dipersyaratkan dalam KepMen LH no. 28/29 tahun 2003. Titik pengambilan sampel land aplikasi : S : 1.21.00.7 dan E: 103.19.29.2

Keuntungan yang diperoleh dari land aplikasi :

1. Limbah cair yang dibuang kebadan sungai di aplikasikan ke pertanaman kelapa sawit sehingga potensi pencemaran pada perairan dapat diminimalkan atau ditiadakan.

2. Hasil yang dicapai pada areal land aplikasi lebih tinggi dibandingkan hasil di luar land aplikasi yang mennggunakn pupuk anorganik.

(53)

Berdasarkan sumbernya, limbah padat yang dihasilkan oleh industri minyak kelapa sawit dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok limbah padat yang terbentuk selama proses pengolahan minyak kelapa sawit berupa tandan kosong, cangkang, serat kelapa sawit dan lumpur.

Tahapan proses produksi yang menimbulkan limbah ini adalah pada tahap pemisahan tandan dengan buah, tahap pemurnian (klarifikasi), pemisahan biji kelapa sawit dengan serabut serta tahap pemecahan biji (inti sawit).

Pada tahap pemisahan tandan dan buah akan dihasilkan tandan kosong. Jumlah tandan kosong yang dihasilkan diperkirakan sekitar 21-24 % dari total atau kapasitas TBS.

Dari tahapan proses klarifikasi minyak dihasilkan limbah padat berupa lumpur. Jumlahnya diperkirakan berkisar 294 kg per ton TBS. Di dalam lumpur ini selain terdapat kotoran yang terbawa bersama TBS juga terdapat bahan lain seperti protein yang menggumpal selama proses sterilisasi. Sebenarnya limbah ini masih dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein untuk pakan ternak.

Serabut kelapa sawit dan cangkang merupakan limbah padat yang terjadi selama proses pemisahan inti kelapa sawit dengan serat serta proses pemecahan proses pemecahan biji (inti sawit), serabut dan cangkang.

Limbah padat lainnya adalah limbah yang diperoleh dari basis pengolahan air limbah. Limbah padat yang dihasilkan pada tahap ini berupa lumpur aktif yang terbawa bersama air hasil pengolahan limbah. Tandan kosong, cangkang, serasah daun, batang dan lain-lain hampir seluruhnya dapat dimanfaatkan kembali sesuai dengan prinsip 3 R (reduce, reuse, recycle).

1. Tandan kosong dan serasah daun dapat digunakan sebagai mulsa yang berfungsi untuk menyuburkan tanah.

2. Cangkang dan Fibre digunakan untuk bahan bakar boiler. 2.3.4.4.3 Pengolahan Limbah Gas

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Kelapa Sawit PT. Brahma Binabakti
Gambar 2. Pemberian Steam pada Stasiun Sterilizer PMKS PT. Brahma
Gambar 3. Diagram Alir Stasiun Perontokan Pengolahan Kelapa Sawit
Gambar 4. Diagram Alir Stasiun Klarifikasi Pengolahan Kelapa Sawit di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Temperatur pengeringan tidak boleh kurang atau lebih dari yang ditetapkan.Jika temperatur kurang maka kadar air inti sawit masih tinggi sehingga mikroorganisme dalam inti sawit

Perjanjian jual beli Inti Sawit (kernel) yang di dalamnya memuat ketentuan kualitas dari produk Inti Sawit (kernel) yang diperjual belikan merupakan suatu perjanjian

Selain minyak sawit mentah (CPO), minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil samping

Apakah kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran yang terkandung dalam inti produksi di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III PKS Kebun Rambutan sesuai dengan standar mutu

Untuk mengetahui korelasi antara kadar air atau moisture inti sawit (kernel) terhadap mutu asam lemak bebas atau free fatty acid dari PKO yang dihasilkan..

mengkaji perubahan kadar minyak, kernel dan air pada buah, kadar minyak inti sawit pada kernel, dan kadar klorofil, karoten dan tokols (tokoferol &amp; tokotrienol)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kadar air, kadar kotoran, dan kadar asam lemak bebas telah memenuhi standar mutu inti sawit yang ditetapkan oleh

Dipabrik minyak sawit PT. AEK MILL memiliki standar mutu untuk kadar air inti sawit adalah maksimal 8 %. Dari hasil analisa ternyata inti yang diproduksi dengan kadar