• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh : ROSI YUSRONI Nim:080 500 197

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

Judul Laporan PKL :

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG

DI PT. WARU KALTIM PLANTATION

KECAMATAN WARU

KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Nama

: Rosi Yusroni

NIM

: 080 500 197

Program Studi

: Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan

Jurusan

: Teknologi pertanian

Pembimbing,

Andi Lisnawati, SP, M.Si

NIP. 19750210200312 2 002

Penguji,

Ahmad Zamroni, S. Hut., MP

NIP. 19830824 200912 1 006

Menyetujui/Mengesahkan

Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan,

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Edy Wibowo Kurniawan, S.TP.,MSc

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas-tugas selama melaksanakan praktek kerja lapang (PKL) di PT. WARU KALTIM PLANTATION Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur hingga selesainya penyusunan laporan ini.

Keberhasilan dan kelancaran dalam melaksanakan PKL ini juga tidak lepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada :

1. Bapak, Ibu, kakak dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril, materiil, serta doa.

2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

3. Bapak Edi Wibowo Kurniawan, S.TP., M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.

4. Ibu Andi Lisnawati, SP., M.Si, selaku dosen pembimbing yang juga telah

banyak membantu merampungkan laporan praktik kerja lapang saya ini. 5. Bapak Ikuten Tondang selaku Kepala Pabrik PT. Waru Kaltim Plantation. 6. Bapak Endi Juniardi selaku HRD PT. Waru Kaltim Plantation.

7. Bapak Sabarno selaku Kepala Laboratorium PT. Waru Kaltim Plantation. 8. Bapak Sujaka Yunfiter selaku Assisten Kebun Afdeling Fanta.

(4)

9. Agus Shalim Tersayang, sahabat terbaikku (Umi Sholeha) yang telah

banyak membantu dari awal sampai terselesaikannya Penulisan Laporan

Praktek Kerja Lapang ini.

10. Teman-teman yang juga telah banyak membantu. Serta kepada pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik dan keikhlasannya akan mendapatkan pahala dari

ALLAH SWT. Amin. Penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Samarinda, 20 Oktober 2011

Penyusun

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ...

i

KATA PENGANTAR ...

ii

DAFTAR ISI ...

iv

I.

PENDAHULUAN

A. Latar belakang ... 1 B. Tujuan ... 2

C. Hasil yang diharapkan ... 2

II.

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Tinjauan umum perusahaan ... 3

B. Tinjauan Umum Tentang Kebun PT. Waru Kaltim Plantation ( WKP ) ……….... 4

C. Tinjauan Umum Tentang Pabrik Minyak Sawit PT. Waru Kaltim Plantation ( WKP ) ………... 4

D. Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ... 6

III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit ... 7

1. Pemanenan ... 7

2. Transportasi Buah ... 13

3. Penerimaan dan Penimbangan Buah di Pabrik ... 15

4. Grading dan Sortasi ... 18

5. Stasiun Loading Ramp ... 21

6. Stasiun Perebusan ... 24

7. Proses Penebahan ... 27

8. Proses Pressan ... 29

9. Stasiun Klarifikasi ... 33

B. Proses Pengolahan Inti Sawit ... 36

(6)

2. Proses Pengolahan Limbah Padat ... 41

D. Analisa Pengujian Mutu Minyak Sawit ... 43

1. Penentuan Kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) ... 43

2. Penentuan Kadar Air ... 45

E. Analisis Pengujian Mutu Kernel Produksi ... 47

1. Penentuan Kadar Air Kernel Sawit ... 47

2. Penentuan Kadar Kotoran Kernel ... 49

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 53

B. Saran... 53

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Tubuh Utama

Halaman

A. LAMPIRAN DIAGRAM ALIR PROSES

1. Gambar1. Diagram Pengolahan Cruide Oil ... 56

2. Gambar 2. Diagram Proses Pengolahan Kernel ... 57

B. LAMPIRAN PERHITUNGAN YANG DIGUNAKAN 1. Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) ... 58

2. Perhitungan Kadar Air CPO ... 58

3. Perhitungan Kadar Air Kernel Sawit ... 59

C. LAMPIRAN GAMBAR KEGIATAN PKL Gambar 1. Pemanenan Buah Sawit ... 60

Gambar 2. Tandan Buah Sawit ... 60

Gambar 3. Jembatan Timbang. ... 61

Gambar 4. Loading Ramp ... 61

Gambar 5. Sterilizer ... 62

Gambar 6. Transfer Carriage ... 62

Gambar 7. Autofeeder ... 63

Gambar 8. Threser ... 63

Gambar 9. Digester ... 64

Gambar 10. Press ... 64

Gambar 11. Nut Polishing Drum... 65

Gambar 12. Ripple Mill ... 65

Gambar 13. Hidrocyclone ... 66

Gambar 14. LTDS ... 66

Gambar 15. Sand Trap Tank ... 67

Gambar 16. Pengemasan Kernel ... 67

Gambar 17. Pengukuran CPO Produksi ... 68

(8)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia, kelapa sawit memiliki arti yang penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (CPO) dunia selain Malaysia dan Nigeria. Strategi keunggulan kompetitif subsektor perkebunan harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menghasilkan kuantitas bahan baku yang berkualitas bagi sektor industri.

Dalam perekonomian Indonesia komoditi kelapa sawit memegang peranan yang cukup penting terutama untuk peningkatan devisa, minyak kelapa sawit serta lemak yang dihasilkan merupakan kebutuhan pokok hidup manusia sehari-hari. Kelapa sawit merupakan salah satu tumbuhan yang dapat tumbuh subur didaerah tropis khususnya di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan berupa pengelolaan perkebunan khususnya kelapa sawit secara besar di pulau Kalimantan dan Sumatra, karena kedua pulau tersebut memiliki luasan lahan dan keadaan tanah yang cukup baik sebagai perkebunan kelapa sawit.

Untuk pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dimana mahasiswa yang merupakan salah satu aset pembangunan nasional hendaknya tidak hanya berkecimpung di dalam perguruan tinggi saja tetapi mahasiswa juga harus mampu mengembangkan keterampilan

(9)

untuk menghadapi perubahan-perubahan dan mampu berperan aktif dalam berfikir secara intelektual dan bersosialisai dengan masyarakat untuk membantu ke arah kehidupan yang lebih baik. Maka dari itu Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mempunyai program Praktek Kerja Lapang dengan harapan agar para lulusannya mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya serta dapat mengaplikasikannya secara langsung dengan ketentuan yang ada dilapangan.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapang

Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah : 1. Untuk mempelajari dan memahami proses pengolahan kelapa sawit

secara menyeluruh dari panen sampai menjadi CPO dan kernel. 2. Untuk mengetahui analisa mutu dari CPO dan kernel yang akan dan

sudah dihasilkan.

3. Untuk menambah wawasan Mahasiswa sebagai bekal bagi Mahasiswa apabila berminat masuk kedalam dunia kerja.

C. Hasil Yang Di Harapkan

1. Mahasiswa dapat mengetahui secara jelas tentang pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) mulai dari tahap pemanenan buah kelapa sawit sampai pada proses pengolahan TBS menjadi CPO.

2. Melatih mahasiswa agar mampu dan terampil dalam melakukan suatu pekerjaan di perusahaan pengolahan kelapa sawit.

(10)

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Tinjauan Umum Perusahaan

PT. Waru Kaltim Plantation (PT. WKP) adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit dan industri CPO yang berlokasi di Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara Propinsi Kalimantar Timur. Dalam operasionalnya perusahaan ini terdiri dari 1 kebun dan 1 pabrik, kedua kebun tersebut adalah rayon 1 dan rayon 2.

Pembukaan lahan perkebunan pertama dilakukan oleh PT. Moeis pada tahun 1982, dan pada tahun 1986 dilakukan join venture dengan PT. Astra Agro Lestari Tbk. dan PT. Astra Agro Niaga sehingga terbentuk PT. Moeis Kaltim. PT. Waru Kaltim Plantation berdiri setelah dilakukan take over terhadap PT. Moeis Kaltim oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk. dan PT. Astra Agro Niaga pada tahun 1987, sehingga sejak tahun tersebut manajemen seluruhnya berada dibawah PT. Astra Agro Lestari Tbk. Dengan luas hak guna usaha (HGU) No.1/1987;6464.36 Ha dan hak guna usaha (HGU) No.15/1999;1.265 Ha.

Kegiatan penanaman kelapa sawit sudah dimulai sejak tahun 1989 dan telah panen pada tahun 1993 yang mana pada saat itu masih bekerja sama dalam pengolahan CPO dengan PT. VI Samuntai, pada tahun 1995 PT. WKP telah mempunyai pabrik pengolahan tersendiri.

Lokasi perkebunan kelapa sawit PT. Waru Kaltim Plantation berbatasan dengan :

1) Perkebunan PT. Sukses Tani Nusa Subur yang berada di sebelah Timur

(11)

2) Hutan produksi di sebelah Utara

3) Areal pencadangan untuk pemukiman penduduk disebelah selatan Untuk pengolahan hasil perkebunan, pada tahun 1996 dibangun pabrik pengolahan kelapa sawit diatas lahan seluas 20 ha dan memiliki kapasitas olah 60 ton/Jam. Hasil produksi CPO berkisar ± 1.200 ton/bln tergantung proses olah dan TBS yang masuk ke Pabrik. Saat ini pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Waru Kaltim Plantation merupakan satu-satunya pabrik pengolahan kelpa sawit di Kabupaten Penajam Paser Utara. Selain mengolah TBS dari kebun PT. PT. Waru Kaltim Plantation, pabrik juga mengolah TBS yang berasal dari binaan PT. Waru Kaltim Plantation terletak didesa Waru Kab. Penajam Paser Utara Kalimantan Timur, dengan luas areal sesuai HGU (Hak Guna Usaha) No. 01 Tahun 1987 seluas 7700 Ha.

Bidang usaha perkebunan kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Penajam Penajam Paser Utara dalam 7 tahun terakhir semakin menjanjikan, sehingga masyarakat dan pengusaha tertarik untuk berinvestasi dalam bidang usaha ini, sehingga untuk menampung TBS masyarakat maka pabrik kelapa sawit PT. Waru Kaltim Plantation membuka diri untuk menerima dan membeli TBS Masyarakat maupun perusahaan perkebunan kelapa sawit yang saat ini telah mencapai ± 300 ton/Hari.

Selain melakukan pengolahan TBS, PT. Waru Kaltim Plantation juga melakukan pengiriman produk olahan kelapa sawit (CPO dan Kernel) di pelabuhan PT. Waru Kaltim Plantation berdasarkan pemberian

(12)

Hak Guna Bangunan No.550.2/777/BPN-PSR/PH-HGB/1997 seluas 40.043 m² di desa Buluminung, Kecamatan Penajam Paser Utara.

Dalam rangka untuk mewujudkan visi menjadi perusahan yang ramah lingkungan (enviromental friendly) dan mematuhi semua standar dan peraturan terkait yang berlaku, maka PT Waru Kaltim Plantation berupaya untuk memanfaatkan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) ke lahan perkebunan sawit yang selanjutnya disebut sebagai Aplikasi Lahan (land application). Masih tingginya kandungan unsur hara yang ada dalam LCPKS, merupakan suatu kerugian jika langsung dibuang ke badan air karena masih dapat di manfaatkan sebagai pupuk cair, yang selanjutnya dapat memberikan keuntungan dari segi ekonomis bagi perusahaan.

Pada pelaksanaanya pembangunan dan pengembangan

perkebunan kelapa sawit ini diharapkan akan membawa manfaat positif terutama dalam :

1) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam kegiatan perkebunan.

2) Memberikan sumbangan terhadap produksi dan pendapatan daerah dan nasional.

3) Memberikan arti penting dalam program pengembangan wilayah yang dengan keberadaan perkebunan telah membuka keterisolasian daerah pedesaan disekitarnya.

(13)

B. Manajemen Perusahaan

PT. Waru Kaltim Plantation dipimpin oleh seorang administratur yang dibantu oleh karyawan staf yang memimpin sejumlah karyawan. Jumlah karyawan yang terdapat dilokasi PT. Waru Kaltim Plantation sebanyak 1.435 orang dengan rincian sebagai berikut :

1. Administratur : Agus Purwanto

2. Karyawan staff : 25 orang

3. Tenaga bulanan tetap : 248 orang

4. Tenaga harian tetap : 788 orang

5. Tenaga harian lepas : 316 orang

6. Tenaga harian lepas borongan : 58 orang

Suatu organisasi yang baik merupakan keharusan bagi perusahaan, agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan efektif dan juga sebagai pedoman pelaksanaa kerja. Dengan adanya wewenang dari masing-masing bagian maka setiap bagian dapat bertanggung jawab dengan tugas dan wewenang yang diberikan.

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan

Program praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di PT. Waru Kaltim Plantation, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur selama 2 bulan terhitung mulai tanggal 8 Maret sampai 8 Mei 2011.

(14)

III.

HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG

A.

Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

1.

Pemanenan

a. Tujuan

1) Mendapatkan tandan buah segar (TBS) dengan jumlah yang tinggi.

2) Memperoleh rendemen yang tinggi. 3) Mendapatkan mutu minyak yg baik.

b. Dasar Teori

Tanaman kelapa sawit dianggap sudah menghasilkan pada tahun ketiga atau keempat setelah ditanam. Sementara itu, buah kelapa sawit biasanya sudah dianggap matang sekitar 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna buahnya. Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau karena pengaruh zat klorofil. Selanjutnya akan berubah menjadi merah atau orange tercapai berarti minyak sawit yang terkandung dalam daging buah telah mencapai maksimal dan buah sawit akan lepas dari tangkai tandannya. Kriteria kematangan tandan dinyatakan dalam jumlah buah sawit yang sudah jatuh. Sebagai patokan, jumlah minimum buah sawit yang jatuh sebanyak 10 buah untuk tanaman muda menghasilkan dan 15 buah untuk tanaman tua menghasilkan

(15)

Menurut Setyamidjaja, 1991 ada 3 macam pengertian matang panen yang harus dibedakan yaitu :

1. Matang panen tandan

Kriteria kematangan tandan dinyatakan dalam jumlah buah yang jatuh secara alami dari tandan atau yang disebut membrondol. Buah yang telah matang tandan jika sekurang-kurangnya terdapat 5 brondolan yang jatuh (untuk tanaman yang baru pertama dipanen) atau memenuhi 10 brondolan yang jatuh (untuk tanaman yang sudah dewasa).

2. Matang panen pohon

Kriteria matang panen pohon ialah apabila pohon kelapa sawit sudah mempunyai paling sedikit 2 tandan buah yang busuk dan 1 tandan yang sudah matang panen.

3. Matang panen tanaman

Dasar untuk penentuan kriteria matang panen tanaman atau tanaman matang panen blok itu atau dengan istilah lain dasar kriteria matang pada tanaman adalah kerapatan panennya. suatu tanaman atau blok tanaman yang sudah matang panen (yang sudah dapat dipanen), bila 60 % dari jumlah pohon yang ada pada tanaman atau blok yang sudah matang panen.

Standar hasil panen :

1) Buah yang dipanen harus buah matang tidak boleh satupun buah yang mentah.

2) Tandan yang busuk harus dibanting dan hanya diambil brondolannya saja.

(16)

3) Tangkai janjang maksimum adalah < 2 cm mepet kejanjang. Bila buah yang kurang matang maka pembentukan minyak didalam buah belum maksimal sehingga rendemen minyak akan rendah, sedangkan buah busuk disamping rendemen minyaknya sudah turun, kadar asam lemak bebasnya pun juga tinggi.

Kriteria matang panen tandan buah segar yang diterima dipabrik serta kaitannya dengan rendemen minyak dan inti sawit yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Kelompok Fraksi TBS Yang Diterima Dipabrik Simbol Fraksi Persentasi brondolan

terhadap buah luar

Kematangan 0 1,0-12,5 Mentah 1 12,5-25,0 Kurang matang 2 25,0-50 Matang 3 50-75 Matang 4 75-100 Lewat matang 5 Buah dalam membrondol Busuk Sumber : (Setyamidjaja, 1991

(17)

Tabel 2. Hubungan Antara Fraksi TBS dan Rendemen minyak Serta Inti Sawit.

Simbol Rendemen % ALB minyak sawit

Minyak sawit Inti sawit

0 18,50 5,31 1,57 1 21,79 5,55 1,87 2 23,21 6,41 2,30 3 23,86 6,40 2,71 4 23,59 6,79 3,09 5 20,20 6,62 4,41 Sumber : (Setyamidjaja, 1991)

c. Alat dan Bahan

1) Alat yang digunakan antara lain :

Egrek, dodos, angkong, karung, kapak, gancu. 2) Bahan yang digunakan antara lain :

Tandan Buah Segar (TBS)

d. Prosedur Kerja

1) Semua tandan yang telah matang harus dipanen, jangan ada yang ketinggalan (sebagai ciri bahwa suatu tandan telah matang panen ialah adanya buah - buah yang jatuh pada pinggiran dekat batang).

2) Tandan buah dipotong dengan dodos atau egrek bergagang panjang. Sebelum tandan buah dipotong, pelepah daun yang menyangga buah sebaiknya dipotong terlebih dahulu.

(18)

3) Pelepah daun yang dipotong dari pohonnya harus ditumpuk secara teratur pada gawangan mati ( ruang kosong diantara barisan tanaman ) yang ditelungkupkan. 4) Tandan yang masih bergagang harus dipotong berbentuk

cangkem kodok (seperti huruf V).

5) Tandan buah dikumpulkan ditempat pengumpulan hasil (TPH), dan diatur baris lima atau sepuluh.

6) Buah - buah yang lepas disatukan terpisah dari tandan dan harus bersih dari kotoran (Plastik, tanah dll).

7) Tandan dan brondolan harus segera diangkut dengan menggunakan truk.

e. Hasil Yang Diharapkan

Dengan kriteria panen dan cara panen ini, diharapkan dapat melaksanakan pemanenan dengan sangat baik, serta mendapatkan kandungan minyak dalam TBS optimal dengan kandungan ALB (Asam Lemak Bebas) sangat rendah dan biaya panen yang relatif lebih ekonomis.

f. Pembahasan

Buah yang termasuk dalam kriteria matang panen adalah buah yang berwarna merah orange dan telah membrondol secara alamiah sebanyak 5 brondol. Standar ini berlaku untuk kondisi buah yang normal dan sehat.

Buah yang dikatagorikan buah yang tidak normal adalah :

(19)

1. Buah sakit adalah buah yang masih berwarna hitam tapi sebagian (biasanya bagian pucuk dari tandan ) sudah membrondol (abortus).

2. Buah batu adalah buah yang sudah matang yang ditunjuk dengan warna buah orange tetapi buahnya tidak lepas dari tandannya (tidak membrondol).

3. Apabila ditemukan buah tidak normal seperti diatas, maka pemanen wajib melaporkan kepada mandor

panen atau ka. Afdeling untuk dipastikan

kebenarannya.

2. Transportasi buah

a. Tujuan

1) Mengangkut buah hasil panen dari kebun ke pabrik pengolahan.

2) Menimbang buah yang telah diangkut seelum masuk pabrik.

b. Dasar Teori

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan

(20)

lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik (Fauzi dkk, 2007).

c. Alat dan Bahan

1)

Alat yang digunakan antara lain :

Truk angkut, tojok, gancu, karung, garuk 2) Bahan :

TBS hasil panen

d. Prosedur Kerja

1) Seorang operator yang akan mengangkut buah di TPH harus mengetahui lokasi TPH yang terdapat buah dengan meminta informasi dari kerani panen.

2) Kebutuhan alat angkut disiapkan sesuai banyaknya buah dilapangan.

3) Buah diangkut ke truk baik tandan maupun brondolan.

e. Hasil Yang Diharapkan

Dengan transportasi buah ini, diharapkan buah dapat sampai kepabrik secepat mungkin setelah buah di panen, karena akan menyebabkan buah menjadi restan dan menaikkan kandungan ALB.

Faktor penyebab Restan :

1) Apabila jumlah unit tidak sesuai atau kurang dari jumlah kebutuhan.

(21)

2) Faktor jalan (tidak ada alat langsir mekanis dan manual). 3) Unit rusak dan tidak ada penggantinya.

4) Kendala dipabrik (pabrik break down atau antrian panjang).

f. Pembahasan

Transportasi merupakan salah satu faktor yang penting karena transportasi dapat menjadi faktor penyebab kenaikan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) didalam buah kelapa sawit. Semakin lama buah diangkut ke pabrik maka semakin tinggi pula kandungan Kadar Asam Lemak (ALB) yang terdapat didalam buah kelapa sawit.

3. Penerimaan dan Penimbangan Buah Dipabrik

a. Tujuan

1) Untuk mengetahui seluruh TBS yang diterima di pabrik. 2) Untuk mengetahui berat / jumlah hasil CPO dan kernel. 3) Untuk mengetahui jumlah CPO dan kernel yang akan

dikirim keluar pabrik.

b. Dasar Teori

Menurut Setyamidjaja (1991), buah kelapa sawit hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik, karena apabila tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas (ALB) tinggi. Untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas, pengolahan harus dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah pemanenan. Asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit

(22)

diakibatkan oleh kegiatan enzim lipase yang biasanya terjadi sebelum pemprosesan buah dilaksanakan. Buah kelapa sawit mengandung enzim lipase yang sangat aktif, yang dapat memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol, bilamana struktur sel buah matang tersebut rusak. Buah kelapa sawit yang matang dan masih segar hanya mengandung 0,1 % asam lemak. Tetapi buah–buah yang memar atau pecah, dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50 % hanya dalam waktu beberapa jam saja.

c. Alat dan Bahan

1) Alat yang digunakan antara lain :

Jembatan timbang, truk, slip Timbangan, Digital Control

2) Bahan yang digunakan antara lain :

Tandan buah segar (TBS), tankos, kernel, Crude Palm Oil (CPO)

d. Prosedur Kerja

1) Pastikan permukaan Platform bersih, agar hasil penimbangan yang diperoleh adalah berat kelapa sawit murni.

2) Pastikan posisi truk dijembatan timbang telah sesuai. 3) Supir dan awak truk lainnya harus turun dan menjauh

(23)

4) Petugas jembatan timbang meminta Surat Pengantar Buah (SPB) dari supir dan memasukan data kekomputer.

5) Supir dan awak truk lainnya dapat kembali kedalam truk dan mulai membongkar muatan truk berupa buah kelapa sawit diareal penumpukan buah atau di stasiun Loading Ramp.

6) Supir truk diharapkan mengambil Tiket Timbangan pada petugas jembatan timbang sebelum keluar dari areal pabrik.

e. Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan dengan adanya penimbangan dapat mengetahui berat jumlah TBS yang diterima di pabrik dan yang akan di produksi, serta mengetahui jumlah CPO dan kernel yang akan di kirim keluar pabrik.

f. Pembahasan

Penerimaan dan penimbangan dilakukan untuk mengetahui jumlah Tandan Buah Segar (TBS) yang akan diolah sewaktu pabrik beroperasi. Buah yang masuk kepabrik ditimbang untuk menghindari terjadinya over load dan dari penimbangan inilah seluruh kebutuhan produksi pabrik dalam waktu satu hari dapat dipenuhi.

4. Grading

a. Tujuan

(24)

2) Counter check terhadap grading TPH

3) Gambaran mutu rata - rata TBS untuk pengendalian proses

b. Dasar Teori

Menurut Sunarko (2007), untuk perhitungan rendemen dan penilaian mutu perlu diketahui keadaan TBS yang masuk ke dalam pabrik, karena itu perlu dilakukan sortasi. Sortasi dilakukan pada setiap kebun dengan menentukan satu truk yang dianggap mewakili seluruh kebun asal, baik dari kebun sendiri maupun dari kebun pihak ketiga.

TBS yang diterima pabrik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Jumlah brondolan sekurang - kurangnya 12,5 % dari berat TBS keseluruhan.

2) Tandan terdiri dari buah mentah 0%, buah matang minimal 85% dan lewat matang maximal 5%.

3) Tandan tidak boleh bertangkai panjang (Panjang tangkai maximal 2 cm)

4) Tidak terdapat tandan kosong.

5) Brondolan segar harus bebas dari sampah, tanah, pasir atau benda lainnya.

Kriteria kematangan Buah PKS. Waru Kaltim Plantation :

(25)

brondolan

2) Matang / masak : Brondolan segar yang terlepas 5 atau lebih dari 5 brondolan

3) Lewat matang : 75% atau 100% brondolan luar telah lepas.

4) Tandan Kosong : Brondolan yang sisa dalam tandan hanya 25%.

5) Tangkai Panjang : Panjang Tangkai melebihi 2 cm dari pangkal buah.

c. Alat dan Bahan

1) Alat yang digunakan antara lain :

Gancu, Skop, Tojok, Sarung Tangan, Masker, Nota 2) Bahan yang digunakan antara lain :

TBS (tandan buah segar)

d. Prosedur Kerja

1) Lakukan Grading dilaporn Loading Ramp.

2) Lakukan grading TBS terhadap buah mentah, buah busuk, tangkai panjang, tandan kosong sesuai kriteria yang ditentukan.

3) Buang benda asing (Batu, kayu, karung, besi dll) 4) Lakukan rekap hasil Grading.

e. Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan dengan adanya Grading ini buah yang masuk kepabrik tidak ada buah yang mentah maupun

(26)

buah yang lewat matang serta tangkai tandan yang tidak terlalu panjang, karena tangkai tandan yang terlalu panjang dapat menyerap minyak sewaktu proses perebusan.

f. Pembahasan

Grading dilakukan agar buah yang akan diolah

adalah buah yang sudah benar-benar berkualitas baik, karena buah yang masuk akan disortasi terlebih dahulu sebelum diproses. Grading meliputi buah mentah, matang, lewat matang, tandan kosong dan tangkai panjang.

5. Stasiun Loading Ramp

a. Tujuan

1) Menerima TBS dari kebun.

2) Menyiapkan lori untuk pengisian buah

3) Untuk mengetahui kapasitas jumlah TBS yang masuk kedalam pabrik sebelum dilakukan sortasi.

4) Sebagai tempat penampungan TBS dan kontinuitas untuk pengolahan bisa terjaga.

b. Dasar Teori

Loading Ramp memiliki peranan yang penting karena semua yang datang dari kebun langsung di turunkan ke Loading Ramp untuk diolah. Jika Loading Ramp mengalami hambatan dalam memuat buah ke lori maka seluruh bagian pabrik seperti rebusan, Press, akan terhenti. Pada Loading Ramp menggunakan system FIFO

(27)

(First In, First Out), di mana buah yang lebih awal datang akan di olah terlebih dahulu.

Artinya buah yang pertama kali datang diolah terlebih dahulu agar kandungan Kadar Asam Lemak bebasnya tidak tinggi, dan bisa mengakibatkan mutu CPO yang dihasilkan berkualitas rendah (Anonim, 2005).

c. Alat dan bahan :

1) Alat yang digunakan antara lain :

Pintu Hidrolic, Transfer carriage, Capstan, Lori, Rel, Skop, Sapu, Gancu.

2) Bahan yang digunakan antara lain : TBS (Tandan buah segar)

d. Prosedur Kerja

1) Pastikan sejumlah lori kosong sudah tersedia dan siap menerima TBS dari Hopper Loading Ramp.

2) Pengaturan truk TBS masuk ke pelataran Loading Ramp yang teratur sehingga arus kendaraan lancar. 3) Pastikan truk berada pada tempat (pintu-pintu) yang

kosong di Loading Ramp.

4) Pengisian Lori harus dimulai dari pintu penerimaan No.1.

5) Lori harus diisi seoptimal mungkin (sesuai kapasitas lori)

(28)

6) Setelah pengisian, pastikan TBS di isi merata dan berondolan dari lantai harus dikembalikan (dinaikan) ke Lori.

7) Lori harus dikirimkan ke bagian belakang rebusan secepat mungkin.

8) Penyediaan lori buah yang cukup harus dipastikan dalam operasi di penerimaan.

9) Semua ceceran brondolan di lantai bawah Loading Ramp harus disekop dan dimasukan ke lori.

10) Bagian bawah Loading Ramp harus selalu dibersihkan dari sampah dan kotoran lainnya.

e. Hasil yang diharapkan

Diharapkan dengan adanya stasiun Loading Ramp ini buah dari kebun dapat ditampung sebelum menuju ke stasiun berikutnya, selain itu juga dengan adanya stasiun ini diharapkan buah yang diolah terlebih dahulu adalah buah yang pertama diterima oleh pabrik sesuai dengan prinsip yang diterapkan oleh perusahaan yaitu FIFO (Firts In, First Out), sehingga kandungan asam lemak pada buah sawit tidak tinggi dan mendapatkan mutu CPO yang baik.

f. Pembahasan

Pada loading ramp ini diterapkan prinsip FIFO (First In, First Out) yang mana buah yang pertama kali

(29)

masuk harus diolah terlebih dahulu agar kadar ALB nya tidak tinggi atau dapat diminimaliskan karena apabila buah yang lambat diolah dapat memicu tingginya kadar ALB.

6. Stasiun Perebusan

a. Tujuan

1) Menghentikan aktifitas Enzim Lifase yang terdapat dalam buah.

2) Memudahkan pelepasan brondolan dari tandan.

3) Memudahkan proses pelumatan dan pengepressan buah.

4) Mengurangi kadar air buah, hal ini menyebabkan nut mengalami dehidrasi sehingga saat diolah kernel mudah lepas dari cangkangnya.

b. Dasar Teori

Tandan buah Segar (TBS) yang ditumpuk di loading ramp dengan sistem FIFO (First in First Out) kemudian dimasukkan kedalam lori-lori yang kapasitas tiap lorinya ialah 3,5 ton TBS/lori. Selanjutnya lori - lori yang berisi TBS tersebut direbus dalam Sterilizer atau dalam ketel rebusan.

Perebusan dilakukan dengan mengalirkan atau

memasukkan uap panas (steam) selama ± 85 - 90 menit, dengan besaran tekanan uap kerja yang digunakan 3 kg/cm2. Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT Waru Kaltim Plantation Kalimantan Timur mempunyai 4 buah Sterelizer dengan kapasitas 10 lori/Sterelizer.

(30)

c.

Alat dan Bahan

1) Alat yang digunakan antara lain :

Lori, Alat penarik (Capstan), Jaringan Rail (railtrack), Transfer Carriage System, Sterelizer dan Steam (uap). 2) Bahan yang digunakan antara lain :

TBS (Tandan buah segar).

d. Prosedur Kerja

1) TBS berada pada posisinya didalam perebusan 2) Tutup pintu rebusan dan kunci dengan kuat 3) Tutup valve pengaman, valve pembuangan uap

4) Buka pipa Inlet perlahan - lahan dan untuk daerasi buka Exhause/ kondensat selama + 5 menit

5) Puncak pertama dicapai dengan membuka pipa Inlet selama tidak lebih dari 15 menit (tekanan mencapai 2 kg/cm2) selanjutnya puncak pertama diakhiri dengan menutup pipa inlet dan membuka pipa Exhause hingga tekanan 0 kg/cm2. Kondensat / pipa Daerasi baru dibuka setelah tekanan menunjukan 1,5-1,7 kg/cm2.

6) Ulangi prosedur yang sama untuk puncak kedua dengan waktu tidak lebih dari 15 menit untuk mencapai tekanan 2,8 kg/cm2

7) Selanjutnya prosedur yang sama dilakukan untuk puncak ketiga, pada kondisi ini disebut sebagai masa pemasakan dengan waktu perebusan adalah 85-90 menit dengan tekanan 3 kg/cm2.

(31)

8) Setelah waktu pemasakan selesai maka uap yang berada dalam rebusan dibuang dengan cara, membuka kran pipa Kondensat kemudian setelah tekanan menjadi 3 kg/cm2 maka pipa Exhause dibuka.

9) Safety Bleed Valve baru dibuka jika tekanan menunjukan 0 kg/cm2 terbaca di Pressure Gauge

10) Bukalah pintu rebusan perlahan-lahan dan operator harus berdiri menjauhi arah terbukanya pintu rebusan 11) Tarik keluar TBS yang telah selesai direbus.

e. Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan dengan adanya stasiun perebusan ini dapat menghentikan aktifitas Enzim Lifase yang dapat menyebabkan kadar asam lemak pada CPO yang dihasilkan menjadi tinggi.

f. Pembahasan

Perebusan ini dilakukan untuk mempermudah

proses selanjutnya, selain itu juga perebusan dapat meghentikan kerja Enzim Lifase yang mana Enzim Lifase ini dapat memicu tingginya kadar ALB pada buah sawit oleh sebab itu dilakukan proses perebusan.

Sistem perebusan yang dipakai oleh PT Waru Kaltim Plantation ini adalah sistem Tripple Peak (tiga puncak) yang mana pada tiap puncaknya (mulai dari puncak pertama hingga puncak ketiga) masing-masing memiliki tekanan yang berbeda-beda, selain itu juga temperatur dan

(32)

lamanya perebusan biasanya tergantung pada mutu TBS yang akan diolah. Jika TBS cenderung matang maka dengan temperatur yang sama waktu perebusan yang akan lebih pendek, sebaliknya TBS yang cenderung mentah dengan temperatur yang sama tetapi waktu perebusan relatif lebih lama.

7. Proses Penebahan

a. Tujuan

1. Untuk melepas berondolan/buah dari tandannya 2. Memudahkan proses pelumatan dan pengepressan.

b. Dasar Teori

Fungsi Threser adalah untuk melepaskan atau merontokkan brondolan dari janjangan. Proses perontokan terjadi akibat adanya bantingan tandan buah di dalam alat Threser yang berputar degan kecepatan lebih kurang 25 rpm. Semakin besar berat rata - rata tandan (BRT), semakin

besar rpm-nya. Untuk menyempurnakan proses

perontokan, disamping siku pengarah yang sudah

terpasang, masih perlu ditambah cakar yang dipasang sejajar dengan kisi sejajar. cakar ini berfungsi untuk mecabik - cabik tandan agar berondolan yang berada didalam ikut membrondol. Cakar dibuat dari besi siku atau besi-T 150 mm, panjang 70 cm, sebanyak 12 buah dan dipasang secara seimbang pada sisi Threser, cakar yang sudah Aus harus diganti baru. (Anonim, 2005)

(33)

c. Alat dan Bahan :

1) Alat yang digunakan antara lain :

Tippler, Thresher, Fruit Bunch Conveyor, Fruit Bellow Conveyor

2) Bahan :

Tandan buah segar yang telah terlepas dari tandan.

d. Prosedur Kerja :

1) Lori yang berisi buah sawit yang telah melalui proses perebusan dipindahkan ke Tippler menggunakan Transfer Carriage

2) Kemudian lori dituang untuk mengeluarkan isinya berupa buah sawit yang telah masak memasuki Auto Feeder 3) Kemudian buah yang sudah berada didalam Auto

Feeder akan diangkat oleh Fruit Bunch Conveyor menuju Thresher

4) Setelah buah terpisah dengan tandannya, buah menuju Fruit Bellow Conveyor, sedangkan tankosnya menuju Horital Elevator untuk dibawa keluar pabrik.

e. Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan pada stasiun ini brondolan telah terlepas dari tandannya sehingga tidak ada lagi buah yang tersisa di tandan yang menyebabkan USB. USB adalah buah yang masih tersisa di janjangan walaupun cuma satu brondolon.

(34)

f. Pembahasan

Pemipilan merupakan suatu proses yang segera menyusul setelah proses perebusan selesai, proses pemipilan ini bertujuan untuk melepaskan semua buah sawit dari tandannya dengan cara membanting-bantingkan buah di dalam drum threser dengan kecepatan 20-25 rpm sehingga diharapkan dengan kecepatan putaran tersebut buah tidak banyak yang tertinggal pada tandannya sehingga kehilangan minyak dapat diminimalkan dalam proses pemipilan ini.

8. Proses Pressan

a. Tujuan

1) Memisahkan antara daging buah dengan biji. 2) Memisahkan antara minyak dengan daging buah 3) Memudahkan proses ekstraksi minyak.

b. Dasar Teori

Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang didalamnya dipasang pisau - pisau pengaduk (strirring arms) sebanyak 4 tingkatan yang di ikat pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. 5 tingkat pisau dibagian atas digunakan untuk mengaduk atau melumatkan dan pisau bagian bawah disamping sebagai pengaduk juga digunakan untuk mendorong masa keluar dari Digester.

Buah yang masuk kedalam Digester diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian besar daging buah

(35)

sudah terlepas dari dagingnya. Proses pengadukan dan peremasan buah akan berlangsung dengan baik jika isi ketel adukan selalu dipertahankan penuh. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas dengan suhu 80-90oC yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap 3 kg/cm2. proses pengadukan berlangsung selama 30 menit. Minyak bebas dibiarkan keluar secara kontinious melalui lubang - lubang didasar ketel. Terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efek pelumatan pisau Digester.

Alat pengempa (screww press) ialah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak kasar (Crude Oil) dari daging buah (Mesocarp) dan biji (nut).

Cake Breaker Conveyor memiliki fungsi untuk alat pemecah Cake yang menggumpal dari hasil Press sehingga serat dan biji dapat dipisahkan. Cake Breaker Conveyor terdiri dari pedal - pedal yang di ikatkan pada poros yang berputar dengan kecepatan 52 rpm. Kemiringan pedal diatur sehingga pemecahan gumpalan - gumpalan terjadi dengan sempurna dan penguapan air dapat berlangsung dengan lancar.

Crude Oil Tank memiliki fungsi sebagai penampung minyak hasil Press. Minyak yang berat jenisnya kecil akan mengapung dan kotoran akan mengendap didasar tangki

(36)

crude oil tank. Minyak hasil pemisahan dari alat ini dialirkan ke stasiun Klarifikasi.

Saringan terdiri dari 2 tingkat, tingkat atas berfungsi sebagai alat pemisah minyak kasar dan fibre, kotoran dan lain - lain dengan ukuran 20 mesh untuk tingkat atas sedangkan untuk tingkat bawah berukuran 40 mesh yang berfungsi untuk memisahkan minyak dengan partikel - partikel yang lebih halus (Anonim, 2007).

c. Alat dan Bahan

1) Alat yang digunakan antara lain :

Pelumat buah (Digister), Alat pengempa (Screw

Press), Pemecahan ampas kempa (Cake Breaker

Conveyor), Crude Oil Gutter, Sand Trap Tank dan Vibraating Screen.

2) Bahan yang digunakan antara lain Crude Oil, Serat dan biji sawit.

d. Prosedur Kerja

1) Brondolan buah dari Threser dimasukkan didalam Digester daging

2) Buah akan dihancurkan dengan pisau berputar pada As nya.

3) Brondolan yang sudah masuk kedalam Digester kemudian dilumatkan antara massa daging buah dan biji yang dilakukan oleh pisau yang terdapat didalam Digester.

(37)

4) Kemudian hasil pelumatan itu menuju mesin Press 5) Dari press ini akan keluar minyak dan ampas.

6) Ampas dan bijinya akan melalui Cake Braker Conveyor untuk dibawa menuju stasiun nut.

7) Sedangkan minyak ke Crude Oil Gutter menuju Sand Trap Tank dan akhirnya menuju Vibrating Screen untuk proses selanjutnya.

e. Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan pada stasiun Press ini dapat

memisahkan minyak dari buah sawit sehingga hasil yang diperoleh adalah berupa Crude Oil (minyak kotor), biji sawit serta ampas hasil dari Press.

f. Pembahasan

Pada proses Press ini, buah yang telah dilumatkan menggunakan Digester akan di Press dengan menggunakan tekanan hidrolik atau pompa dengan kekuatan angin sehingga bahan berupa buah sawit yang telah dilumatkan akan mengeluarkan minyak serta secara otomatis kernel (biji sawit) juga akan terpisah dari pada proses ini, sehingga menghasilkan Crude Oil (minyak kotor), biji sawit serta ampas.

9. Stasiun Klarifikasi

a. Tujuan

1) untuk memurnikan minyak yang berasal dari stasiun pengempaan sehingga diperoleh minyak produksi.

(38)

b. Dasar Teori

Setyamidjaja (1991), menuliskan bahwa minyak

yang keluar dari mesin press mengandung 45% - 55% air, lumpur dan bahan-bahan lainnya. Minyak yang masih kasar ini kemudian dibawa ke tangki pemurnian atau tangki Klarifikasi.

c. Alat dan Bahan

1) Alat yang digunakan antara lain :

Tangki Pemisah ( Clarifier Tank ), Tangki Minyak ( Oil Tank ), Sludge Tank, Decanter, Oil Purifier, Vacuum Dryer, Storage Tank.

2) Bahan yang digunakan antara lain : Crude Oil, Sludge

d. Prosedur Kerja

1) Minyak hasil Press masuk ke Sand Trap Tank, tangki ini berfungsi untuk mengendapkan pasir dan cangkang halus setelah sebelumnya melalui tahap pengolahan Digester dan Screw Press.

2) Dari sand trap tank minyak dialirkan ke Vibrating Screen yaitu saringan yang bergetar yang fungsinya untuk memisahkan antara Crude Oil dengan kotoran - kotoran yang berupa ampas (fiber halus).

3) Crude Oil masuk ke distribusi Oil Tank yang digunakan untuk mendistribusikan minyak ke Continius Oil Tank (Clarifier Continius Tank). Alat ini berfungsi untuk

(39)

memisahkan minyak dengan Sludge dengan cara pengendapan. 5-7 jam.

4) Minyak kemudian dialirkan menuju Wet Oil Tank yang berfungsi untuk menampung minyak yang berasal dari tangki pemisah sebelum masuk ke Oil Purifier yang fungsinya untuk

memisahkan antara minyak dengan kotoran dengan cara Centrifuge atau berputar, kecepatan putaran Oil Purifier ini adalah 1500 - 1600 rpm yang artinya dalam 1 menit alat ini akan melakukan putaran sebanyak 1500 - 1600 kali.

5) Setelah proses pemurnian minyak tersebut dialirkan

kedalam Vacuum Dryer yang berfungsi untuk

mengeringkan minyak dengan cara menguapkan air dalam ruang hampa.

6) Minyak tersebut dialirkan menuju ke Storage Tank ialah tangki terakhir yang digunakan untuk menampung CPO sebelum di pasarkan.

7) Untuk Sludge yang masih mengandung minyak dialirkan ke Sludge Tank yang berfungsi untuk menampung Sludge minyak dan pasir dari Clarifier Tank.

8) Setelah itu Sludge tersebut masuk kedalam Sand Cyclone yang berfungsi untuk memisahkan Sludge yang masih mengandung minyak dengan pasir.

(40)

10) Setelah masuk ke Sand Cyclone, Sludge masuk ke Decanter dengan tujuan memurnikan minyak dengan diputar sehingga materi - materi yang berat akan terlempar ketepi Decanter. Sedangkan materi – materi yang ringan akan terkumpul ditengah merupakan Sludge yang masih mengandung minyak.

11) Sludge yang masih mengandung minyak inilah akan dilirkan kembali ketangki pemisah.

e. Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan minyak yang dihasilkan dari stasiun adalah minyak yang benar-benar memenuhi syarat sehingga siap disimpan di dalam tangki timbun dan siap untuk dipasarkan. Minyak yang dihasilkan masih dalam bentuk minyak sawit kasar (Crude Palm Oil).

f. Pembahasan

Proses Klarifikasi merupakan suatu tahap dimana minyak yang masih kotor (Crude oil) dapat dimurnikan melalui berbagai macam proses dengan alat yang berbagai macam pula, selain itu juga, tahap Klarifikasi ini juga merupakan satu tahap yang penting karena pada tahap

inilah merupakan penentu kualitas minyak suatu

perusahaan.

Di PT. Waru Klatim Plantation ini standar untuk ALB adalah 3%, Kadar Airnya adalah sekitar 2%, sedangkan

(41)

untuk kadar kotorannya harus diperkecil sekecil mungkin dari 0,02%.

B. Proses Pengolahan Inti Sawit

a. Tujuan

1) Untuk mempelajari proses pembuatan inti sawit serta untuk mendapatkan kernel dengan mutu baik.

b. Dasar Teori

Risza (2004), menuliskan bahwa melalui stasiun

terakhir ini minyak dimurnikan secara bertahap untuk menghasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses pemisahan minyak dengan air dan kotoran ini dilakukan dengan sistem pengendapan, Sentrifugal, dan penguapan, selanjutnya CPO disimpan dalam tangki timbun (CPO Storage).

c. Alat dan Bahan

1) Alat yang digunakan antara lain :

CBC ( Cake Braker Conveyor ), Fibre Cyclone Fan, Nut Polishing Drum, Nut Gradding Drum dan Nut

Hopper, Ripple Mill,

Clybath, Nut Bin, dan Kernel

Packing.

2) Bahan yang digunakan antara lain : Kernel Inti Sawit, Air, Kaolin (CaCO3).

d. Prosedur Kerja

1)

Minyak yang sudah dipress akan menuju tahap pengolahan selanjutnya untuk memperoleh kernel oleh

(42)

Cake Braker Conveyor menuju Nut Polishing Drum namun masih harus melewati Fibre Cyclone Fan untuk memisahkan antara kernel dari fibernya

2)

Setelah itu, kernel akan dibersihkan dari serabut yang masih melekat pada dinding kernel pada alat Nut Polishing Drum

3)

Kemudian kernel yang sudah bersih akan menuju proses selanjutnya yaitu Nut Gradding Drum

4)

Setelah berada di Nut Gradding Drum kemudian kernel tersebut akan disortasi di Nut Hopper, sortasi ini bertujuan untuk memisahkan antara kernel yang berbiji kecil dengan kernel yang berbiji besar sebelum menuju Ripple Mill

5)

Dialat Ripple Mill inilah kernel akan dipisahkan antara nut dengan cangkangnya

6)

Setelah nut terpisah dari cangkangnya proses selanjutnya

adalah pembersihan melalui Clybath Nut setelah akan menuju Nut Bin untuk di kemas.

e Hasil Yang Di Harapkan

Diharapkan pada stasiun ini dapat mengolah inti sawit walaupun tidak berbentuk minyak namun masih bisa dijadikan barang setengah jadi dan kemudian dijual kepada pabrik yang khusus mengolah inti sawit untuk dijadikan minyak sehingga tidak dibuang begitu saja.

(43)

f. Pembahasan

Pada proses ini, nut dapat diperoleh dengan cara memecahkan cangkang kernel dan memperoleh intinya atau yang disebut dengan nut, melalui proses inilah nut dapat

berguna tanpa dibuang dan dapat meningkatkan

penghasilan perusahaan, sedangkan cangkang dapat dipergunakan sebagai briket cangkang sawit oleh masyarakat setempat.

C. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit

1. Proses Pengolahan Limbah Cair

a. Tujuan

1) Memanfaatkan limbah cair dari pabrik pengolahan kelapa sawit.

2) Mengurangi biaya pembelian pupuk anorganik.

3) Mengurangi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan akibat pengolahan kelapa sawit.

b. Dasar Teori

Di pabrik kelapa sawit disamping menghasilkan CPO dan kernel sebagai produk utama dari hasil pengolahan juga dihasilkan limbah (padat dan cair) yang dapat mencemari lingkungan sekitar pabrik. Agar limbah - limbah tersebut tidak membahayakan bagi lingkungan sekitar maka harus diolah dahulu sampai layak untuk dibuang.

(44)

c. Alat dan Bahan

1) Alat yang digunakan antara lain :

Kolam Pendingin (Cooling Pond), Kolam

Pencampurn ( Mixing Pond), Kolam Anaerobic, Kolam Aerobic, Selang, Gayung, Angkong.

2) Bahan yang digunakan antara lain Limbah dari stasiun Klarifikasi

d. Prosedur Kerja

1) Limbah cair yang keluar dari Sludge Fit dipompa kekolam pendingin dengan tujuan untuk mendinginkan suhu limbah cair tersebut dari 60 - 70oC menjadi sekitar 40 - 45oC selama 1 hari.

2) Selanjutnya dialirkan kekolam pencampuran, fungsi dari kolam ini adalah sebagai tempat proses pra kondisi limbah sebelum masuk kekolam Anaerobik dengan perbandingan 1:1 atau 1:2 selama satu hari satu malam.

3) Tahap selanjutnya ialah mengalirkan limbah yang berada di kolam pencampuran kekolam Anaerobik terjadi proses penguraian bahan organik oleh bakteri Anaerobic.

4) Limbah yang telah diolah dikolam Anaerobic mengalir kekolam kontak. Waktu yang diperlukan untuk pemisahan adalah 1 hari.

e. Hasil Yang Diharapkan

Mengurangi kandungan limbah yang

(45)

lingkungan disekitar tempat pembuangan dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

f. Pembahasan

Pada proses ini, limbah yang mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan dapat dinetralisir agar tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar, selain itu juga pada proses ini limbah yang sudah dinetralisir dapat digunakan sebagai pupuk untuk pohon kelapa saawit sendiri, jadi selain sudah aman bagi lingkungan sekitar, juga bisa bermanfaat.

2. Proses Pengolahan Limbah Padat a. Tujuan

Pengolahan limbah padat memiliki tujuan untuk mengolah limbah padat yang berasal dari proses penebahan dan kemudian dijadikan pupuk.

b. Dasar Teori

Yang dimaksud dengan limbah padat ialah tandan kosong (Tankos) yang berasal dari proses penebahan atau Thresher di mana tandan sudah mengalami proses pemipilan sehingga sudah tidak ada lagi brondolannya. Pengolahan limbah padat ini sebenarnya dapat dilakukan di Incinerator. Namun Berhubung Incinerator asapnya dapat mencemari

udara sehingga pemerintah Indonesia melarang

menggunakan Incinerator tersebut. Tandan kosong tersebut tersebut langsung di angkut, kekebun menggunakan truk.

(46)

Dikebun tankos ini dapat langsung digunakan sebagai pupuk

(Erning Praja dan Danoko, 2001).

c. Alat dan Bahan :

1) Alat yang digunakan antara lain :

Truk pengangkut, Gancu, Angkong, Sarung Tangan 2) Bahan yang digunakan antara lain :

Limbah padat berupa tankos.

d. Prosedur Kerja

1) Truck angkut meletakkan tankos dipinggiran blok yang akan di aplikasikan.

2) Pekerja memuat tankos tersebut dalam angkong (gerobak).

3) Tankos diletakkan pada tempat yang telah ditetapkan yaitu diantara pokok sawit yang sesuai dengan ukuran dan kebutuhan yang telah ditetapkan.

e. Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan tankos dapat dipergunakan sebagai pupuk untuk penyubur alami bagi kelapa sawit, tidak menimbulkan kesan jorok diareal pabrik serta menambah nilai ekonomis bagi perusahaan.

f. Pembahasan

Hasil yang didapat berupa tandan kosong yang siap dipakai sebagai pupuk kompos. Pengolahan limbah padat ini mengurangi dampak kerusakan yang dialami oleh

(47)

lingkungan serta akan menambah nilai ekonomis bagi perusahaan.

D. Analisis Pengujian Mutu Minyak Sawit

1. Penentuan Kandungan Asam Lemak Bebas ( ALB ) a. Tujuan

1) Untuk mengetahui kandungan asam lemak bebas dalam CPO.

b. Dasar Teori

Asam lemak bebas dapat dinetralkan dengan alkali standar (NaOH atau KOH). Asam Lemak Bebas merupakan salah satu indikator mutu minyak.

Asam lemak bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara titrasi menggunakan alkali dalam larutan alkohol yang dinyatakan sebagai jumlah mg. Kalium / Natrium Hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan 1 gram asam lemak yang terkandung pada contoh minyak. (Anonim, 1997)

c. Alat dan Bahan :

1) Alat yang digunakan antara lain :

Gelas Elemeyer 250 ml, Neraca analitik, Buret, Gelas ukur, Beaker glass

2) Bahan yang digunakan antara lain :

Larutan Ethyl alkohol 95 % ( yang telah dinetralkan ), Indikator Phenolphtaline 1 %, Sodium Hidroksida 0,1 N, n – Hexane.

(48)

d. Prosedur Kerja

1) Contoh minyak dipanaskan sampai dengan suhu 55-60oC supaya homogen.

2) Timbang 3-5 gram sebagai berat contoh minyak dengan ukuran 0,0001 gram di dalam gelas Erlenmeyer.

3) Tambahkan Alkohol Netral 95% sebanyak 25 ml dan n-Hexane 15 ml dan tambahkan 2 tetes indikator Phenolphataline 1 %.

4) Titrasi dengan larutan Natrium Hidroksida 0,1 N hingga terbentuk warna merah jingga tetap kurang lebih 30 detik.

Cara Perhitungan :

Kadar ALB = ml NaOH x N. NaOH x 0,256 x 100%

Berat Contoh

e. Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan dapat mengetahui ALB yang

terkandung dalam minyak yang dihasilkan apakah memenuhi Standar Nasional ataupun tidak. Standar untuk ALB adalah 3,0%.

f. Pembahasan

Penentuan kadar ALB ini merupakan suatu proses untuk mengetahui kualitas minyak suatu perusahaan, Asam Lemak Bebas (ALB) terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak menjadi asam - asamnya. Asam Lemak Bebas merupakan salah satu indikator mutu

(49)

minyak. Asam Lemak Bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara titrasi menggunakan alkali dalam larutan alkohol.

2. Penentuan Kadar Air

a. Tujuan

1) Untuk mengetahui kandungan kadar air dalam CPO.

b. Dasar Teori

Air dalam minyak terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta di penimbunan. Pada prinsipnya air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengering pada suhu 103 oC. Standar kadar air adalah 0,1% (Naibaho, 1998).

c. Alat dan Bahan

1) Alat yang digunakan antara lain :

Oven, Petridish atau cawan porcelin 75 x 25 mm, Neraca Analitik, Desicator

2) Bahan :yang digunakan antara lain : Contoh CrudePalm Oil ( CPO )

d. Prosedur Kerja

1) Contoh yang akan ditimbang diaduk sampai homogen, bila perlu dipanaskan sampai suhu 55-65 oC supaya homogen.

2) Contoh ditimbang + 10.000 gr kedalam Petridish yang sudah ditentukan berat (A).

(50)

3) Contoh yang telah ditimbang ditempatkan kedalam oven pada suhu 103 oC selama 3 jam kemudian contoh dari oven didinginkan kedalam Desikator selama + 30 menit.

4) Timbang dengan teliti sampai diketahui setiap 30 menit selisih berat tidak lebih dari 0,001 gr (B).

5) Amatilah hasil yang telah dilakukan Perhitungan :

Kadar Air = Sampel A – Sampel B x 100% Sampel A

Keterangan :

Sampel A= Berat contoh minyak sebelum dioven Sampel B= Berat contoh minyak setelah dioven

e. Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan dapat mengetahui kandungan kadar air yang terdapat didalam minyak apakah memenuhi Standar Nasional ataupun tidak. Standar Moisture CPO adalah 0,10%.

f. Pembahasan

Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengeringan. Kadar Air didalam minyak harus bisa diminimaliskan agar tidak menurunkan kualitas minyak yang dihasilkan.

(51)

E. Analisis Pengujian Mutu Kernel Produksi

1. Penentuan Kadar Air Kernel Sawit

a. Tujuan

Analisa kadar air mempunyai tujuan untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam kernel produksi.

b. Dasar Teori

Air dalam kernel sawit terjadi karena proses alami sewaktu pembuatan dan akibat perlakuan di pabrik. Air yang terdapat dalam kernel dapat di tentukan dengan cara pengeringan. (Anonim, 1997)

c. Alat dan Bahan

1) Alat yang digunakan antara lain :

Gilingan kernel, Oven, Piring porselin kecil, Neraca, Desikator.

2) Bahan yang digunakan antara lain : Kernel sawit

d. Prosedur Kerja

1) Ambil 50 kernel dari contoh 1 kg. 2) Contoh kernel sawit digiling halus.

3) Timbanglah contoh kernel sawit halus sebanyak + 10 gr

4) Masukkan keoven suhu yang digunakan 105oC selama 4 jam

(52)

5) Selanjutnya dinginkan dalam desikator dan timbang dengan teliti.

- Perhitungan :

- Kadar air Kernel Sawit = A - B x 100 % A

- Keterangan :

A = Berat contoh sebelum dioven B = Berat contoh setelah dioven

e. Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan dapat mengetahui kandungan kadar air kernel sawit yang dihasilkan apakah memenuhi Standar Nasional ataupun tidak. Standar Moistuer kernel adalah 7,00%.

f. Pembahasan

Untuk pengujian Kadar Air pada kernel bermaksud untuk mengetahui kulitas kernel dari PT. Waru Katim Plantation sebelum dilempar kepasaran, karena apabila Kadar Air masih banyak terdapat didalam kernel, maka bisa menurunkan harga jual kernel itu sendiri. Selain itu

dapat mempermudah tumbuhnya jamur dan

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

2. Penentuan Kadar Kotoran Kernel

a. Tujuan

1) Untuk mengetahui kadar kotoran yang terdapat dalam kernel produksi.

(53)

b. Dasar Teori

Kadar kotoran kernel sawit adalah cangkang gabungan dari biji utuh, biji setengah pecah, cangkang, sampah. Kadar kotoran yang terdapat dalam kernel sawit dapat ditentukan dengan cara menimbang jumlah kotoran yang sudah dipisah kan dari contoh. (Anonim, 1997)

c. Alat dan Bahan

1) Alat yang digunakan antara lain : Timbangan

2. Bahanyang digunakan antara lain : Contoh kernel sawit

.

d. Prosedur Kerja

1. Ambil contoh kernel sawit dari contoh + 1 kg.

2. Setelah itu pisahkan Nut utuh, Nut pecah, Kernel utuh, Kernel setengah pecah.

3. Kadar kotoran kernel ialah cangkang gabungan dari Nut utuh, Nut pecah, cangkang.

Perhitungan :

Kadar Kotoran Kernel Sawit = Berat kotoran x 100 Berat contoh

e. Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan dapat mengetahui kadar kotoran yang terdapat dalam kernel yang dihasilkan apakah memenuhi Standar Nasional ataupun tidak. Standar untuk kadar kotoran kernel adalah 6,00 %

(54)

f. Pembahasan

Untuk kadar kotoran kernel sawit, dilakukan pengujian dengan harapan kernel yang diperoleh tidak jelek dan kualitas yang tidak jelek pula, kadar kotoran biasanya dapat disebabkan pada waktu proses yang kurang kontrol atas kebersihannya, kotoran yang terdapat pada kernel biasanya berupa fiber yang masih menempel pada kumpulan kernel, tetapi tidak tertutup kemungkinan cangkang, karena mungkin pada proses pemecahan belum sempurna.

3. Penentuan kehilangan Kernel Pada Fibercyclone,

LTDS dan Shell.

a. Tujuan

1) Untuk mengetahui total kehilangan kernel pada Fiber Cyclone, LTDS dan Shell Claybath.

b. Dasar Teori

Kehilangan kernel sawit adalah gabungan dari biji utuh, biji setengah pecah, kernel utuh, kernel pecah yang terikut pada Fiber Cyclone. Kernel yang terdapat dalam Fiber Cyclone dapat ditentukan dengan cara menimbang jumlah kernel yang sudah dipisahkan dari bahan.

(Anonim, 1997)

c. Alat dan Bahan

(55)

Timbangan

2) Bahan yang digunakan antara lain : Fiber Cyclone

d. Prosedur Kerja

1) Ambil contoh Fiber Cyclone + 1 kg.

2) Gabungkan kernel utuh, kernel pecah, kernel dari biji utuh, kernel dari biji setengah pecah dan kemudian menjadi satu.

3) Kehilangan kernel adalah kernel gabungan dari biji utuh, biji setengah pecah, kernel utuh, kernel pecah. - Perhitungan

Kehilangan Kernal = Total Kernel gabungan x 100 % Berat contoh fiber

Keterangan :

Cara yang sama untuk menghitung kehilanga kernel pada LTDS dan Shell Claybath.

e. Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan dapat mengetahui kadar Lossis sewaktu produksi sehingga pada proses berikutnya dapat

diminimalis. PT. Swakarsa Sinarsentosa sendiri

mempunyai standar untuk LTDS kernel lossisnya ialah <3% dan untuk Shell Claybath kernel Lossisnya <2%, dan Fibre Cyclone < 1%.

f. Pembahasan

Pada proses ini Lossis terhadap bahan yang diolah sering terjadi sehingga untuk meminimalis Lossis yang

(56)

terjadi maka akan dilakukan perhitungan yang selanjutnya akan diterapkan pada proses selanjutnya sehingga kadar

(57)

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Waru Kaltim Plantation adalah sebagai berikut :

1. Pengolahan TBS menjadi CPO dimulai dari tahap pemanenan, pengangkutan, penimbangan, sortasi buah, perebusan, pemipilan, pelumatan, pengepressan, pemurnian minyak dan penimbunan CPO di storage dimana semua tahapan tersebut merupakan tahapan proses yang turut menentukan hasil produksi dari pabrik kelapa sawit tersebut

2. CPO (Cruit Palm Oil) yang dihasilkan pada PT. Waru Kaltim Plantation memiliki standar ALB maksimal < 3 %, kadar air < 0,20 %, kadar kotoran < 0,02 % dan rendemen 26 % sedangkan standar inti sawit kadar air maupun kadar kotoran < 7,5 % dan inti pecah < 15 % dengan kapasitas olah 60 ton/jam.

B.

Saran

Penulis menyarankan kepada pihak perusahaan PT. Waru Kaltim Plantation agar dapat :

1. Melakukan pengolahan CPO dengan baik mulai dari tahap pemanenan, pengangkutan dan pengolahan di pabrik agar dapat mencapai hasil yang maksimal misalnya perlu adanya perhatian yang besar dari karyawan akan kebersihan terutama dalam hal pemipilan brondolan yang jatuh di lantai baik saat di loading ramp,

(58)

pengisian lori menuju sterilizer, yang mana jika hal tersebut tidak dilakukan dengan baik maka dapat berpengaruh pada rendemen minyak yang akan diproduksi

2. Sebaiknya dilakukan pergantian alat-alat yang sudah tidak layak pakai, sehingga tidak akan menimbulkan bahaya kerja bagi karyawan perusahaan.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997. Pedoman Breaper Dasar- Pabrik ALL, Jakarta

Anonim, 2005. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Di Pabrik Minyak Sawit PTP. Nusantara XIII (persero). KAL-TIM

Anonim, 2007. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit ( CPO ) Waru Kaltim Plantation, KAL – TIM.

Yan, Fauzi, 2007. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.

Praja, Erning dan Danoko, 2005. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Ramah Lingkungan, Medan.

M Naibaho, Ponten, 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Siahaan D, 1991. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit, Medan.

Setyamidjaja, 1991. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.

Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit Agro Media Pustaka, Jakarta.

(60)
(61)

A. LAMPIRAN DIAGRAM ALIR PROSES

Fiber halus Sludge underflow

Wet oil

Heavy phase

Gambar 1. Diagram Pengolahan Cruide Oil Press Sandtrap tank Vibrating screen Clarifier tank Dilution (Aircondensat) Sand cyclone Purifier

Wet oil tank Sludge tank

Sludge pit

Storage tank

Sludge sentrifuge

Vacuum dryer

Loading ramp

Perebusan/sterilizer

Perontokan/threseer

Pengadukan /digester

(62)

B. LAMPIRAN PERHITUNGAN YANG DIGUNAKAN

1. Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

Rumus = ml NaOH x N. NaOH x 0,256 x 100% Berat Contoh (gram)

= 4,35 ml x 0,1 x 0,256 x 100% 3,9774 gram

= 0,0267 x 100% = 2,67%

2. Perhitungan Kadar Air CPO

Rumus = Sampel A – Sampel B x 100% Sampel A = 20,2116 gr – 20,1947 gr x 100% 20,2116 = 0,0169 gr x 100% 20,2116 gr = 0,000846 x 100% = 0,0846 % Keterangan :

Sampel A = Berat contoh minyak sebelum dioven Sampel B = Berat contoh minyak setelah dioven

3. Perhitungan Kadar Air Kernel Sawit

Rumus = Sampel A – Sampel B x 100% Sampel A

= 10,1957 gr – 9,540 gr x 100% 10,1957 gr

(63)

10,1957 gr = 0,064 x 100% = 6,4 %

4. Perhitungan Kadar Kotoran Kernel Sawit

Rumus = Berat kotoran x 100% Berat contoh = 29,9 gr – 14,7 gr -13,4 gr x 100% 1000 gr = 58 gr x 100% 1000 gr = 0,058 x 100% = 5,8%

5. Perhitungan Kehilangan Kernel

Rumus = Total kernel gabungan x 100% Berat contoh fiber

= 1,14 gr + 1,11 gr + 0,75 gr x 100% 1000 gr = 30 gr x 100% 1000gr = 0,03 100% = 3 %

Gambar

Tabel 1. Kelompok Fraksi TBS Yang Diterima Dipabrik   Simbol Fraksi  Persentasi brondolan
Tabel  2.  Hubungan  Antara  Fraksi  TBS  dan  Rendemen  minyak  Serta Inti Sawit.
Gambar 1. Diagram Pengolahan Cruide Oil Press Sandtrap tank Vibrating screen Clarifier tank  Dilution  (Aircondensat) Sand cyclone Purifier

Referensi

Dokumen terkait

Sludge yang tidak mengandung minyak akan dilairkan ke fat fit tank untuk dialirkan lagi ke kolam limbah sedangkan sludge yang masih mengandung minyak ini kemudian

Indowana Arga Timber adalah Perusahaan Swasta Nasional yang berdiri sejak tahun 1995 dengan berorientasi pada pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada hutan alam, yang berada

Indowana Arga Timber Kabupaten Paser dan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur yang dimulai pada tanggal 4 maret 2013 sampai dengan 4 Mei 2013 dengan perincian

Untuk menanggulangi ini tentu harus diimbangi dengan tersedianya bahan kayu yang mencukupi dan berkelanjutan tetap memperhatikan kelestarian hutan alam, salah satu yang lebih

Hasil yang dicapai dalam proses ini adalah cangkang dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler dan inti akan di pasarkan dengan hasil yang diinginkan tercapainya mutu yang sesuai

1) Proses pengolahan minyak kelapa sawit dimulai dari pengangkutan TBS dan brondolan dari TPH ke pabrik, perebusan TBS, perontokan dan pelumatan, pemerasan, pemurnian

Adapun kegiatan utama dari Praktek Kerja Lapang ini adalah pada budidaya tanaman kelapa sawit, untuk itu mahasiswa dituntut untuk membuat laporan hasil kegiatan yang telah

Dalam kegiatan ini 13 orang mahasiswa melakukan pengawasan mulai dari kebun kelapa sawit hingga menuju pabrik kelapa sawit (PKS).. SPB adalah Surat Pengantar Buah