PERBANDINGAN DENYUT NADI SEBELUM DAN SESUDAH
HARVARD STEP TEST BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
PADA SISWA/I KELAS XII DI SMAN 5 MEDAN
TAHUN AJARAN 2015-2016
Made Carlos
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia Korespondesi: [email protected]
ABSTRACT
Background : Exercise undertaken properly in portions and exercise procedures that fit, either directly or indirectly, will bring positive results for the physical as well psychological health for the culprit. Physical exercise can maintain health and improve health by reducing weight, improving the concentration of fat in the blood so as to prevent coronary artery disease, obesity, hypertension, and hypercholesterolemia. This research aimed to compare the pulse before and after the Harvard Step Test is based on the Body Mass Index in class XII students of SMAN 5 Terrain Academic Year 2015-2016.
Methods : This research is a comparative analytic approach one group pretest posttest. The population in this study were all students class XII SMA Negeri 5 Terrain totaling 220 people. The sample included the inclusion criteria as many as 152 people. Data collection method for calculating the pulse rate is done by using three fingers that is index finger , middle finger and ring finger , Stopwatch , body mass index using manual scales , Stature meter , and the Harvard Step Test using Harvard Step Test chairs , and metronome. Data analysis using paired t test.
Results : There is a positive correlation between pulse before the Harvard Step Test with a pulse after the Harvard Step Test . From these data can also be seen that the pulse before the Harvard Step Test has an average value of 1.22 with a standard deviation of 0.414 , while the pulse after the Harvard Step Test has an average value of 1.06 with a standard deviation of 0.237
Conclusion : Based on this research can be concluded there is a significant comparison between pulse before the Harvard Step Test with a pulse after the Harvard Step Test .
Keyword : Harvard Step Test, Pulse Rate, Body Mass Index
PENDAHULUAN
Olahraga rutin dapat memberikan banyak manfaat bagi tubuh baik langsung maupun tidak langsung. Olahraga yang dilakukan dengan baik dan benar dalam porsi dan prosedur latihan yang pas, baik yang secara langsung, akan membawa hasil positif bagi kesehatan fisik juga psikis bagi pelakunya1. Variasi dalam denyut nadi
sesuai dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Terdapat berbagai cara yang dapat ditempuh seseorang untuk mempertahankan maupun meningkatkan status kesehatannya. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mempertahankan maupun meningkatkan status kesehatan yakni dengan cara melakukan latihan fisik2. Latihan fisik dapat
mempertahankan kesehatan maupun meningkatkan kesehatan dengan mengurangi berat badan, memperbaiki konsentrasi lemak
dalam darah sehingga dapat mencegah penyakit pembuluh darah koroner, obesitas, hipertensi, maupun hiperkolesterolemia. Prevalensi pada penduduk diatas 15 tahun di Indonesia cukup tinggi seperti di Sumatera Utara 20,9% dengan 17,7% pria dan wanita 23,8%, di DKI Jakarta 26,9% dengan 22,7% pada pria dan 30,7% pada wanita3 . Dan di Indonesia adalah 19,1% dengan wanita 23,8% dan pria 13,9%. Untuk mengurangi terjadinya peningkatan prevalansi obesitas, maka perlu olahraga guna untuk menjaga kesehatan dan ketahanan dari sistem kardiovaskular4. Olahraga adalah kegiatan dalam peri kehidupan manusia yang tidak hanya melibatkan aspek jasmani, tetapi juga aspek rohani dan aspek sosial. Dengan demikian maka menjadi semakin jelas betapa luasnya lingkup kesehatan olahraga yaitu meliputi aspek Jasmani, aspek Rohani dan aspek Sosial5. Berdasarkan uraian diatas dan mengingat
pentingnya berolahraga, yang mempengaruhi kesehatan tubuh baik pada anak, remaja maupun orang dewasa dan terjadi peningkatan angka prevalansi obesitas yang terjadi pada anak-anak maupun remaja yang menyebabkan terjadi gangguan pada sistem kardiovaskular salah satunya peningkatan denyut nadi. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian tentang perbandingan denyut nadi sebelum dan sesudah Harvard Step Test berdasarkan indeks massa tubuh untuk mengetahui perbandingannya. Serta, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya peningkatan atau penurunan denyut nadi.
BAHAN DAN CARA
Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan. Jenis penelitian ini adalah analitik komparatif dengan cara dua kali pengumpulan data sebelum dan sesudah Harvard Step Test. Penelitian ini menggunakan pendekatan One Group Pretest Posttest , dilakukan observasi pertama (pretest) dan melakukan observasi kedua (posttest) setelah diberikan intervensi (perlakuan). Penelitian ini digunakan untuk melihat perbandingan denyut nadi sebelum dan sesudah Harvard Step Test berdasarkan indeks massa tubuh.
PROSEDUR PENELITIAN
Adapun prosedur yang digunakan dalam penelitian meliputi pemrosesan hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuosioner tersebut. Selanjutnya adalah coding, setelah semua kuosioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data atau bilangan. Kemudian memasukkan data (Data Entry) atau Processing. Data entry adalah jawaban-jawaban
dari masing-masing responden yang masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program komputer yang digunakan untuk “entry data” penelitian yaitu program Software Statistical Packages for Social Science (SPSS). Langkah selanjutnya adalah memeriksa semua data dari setiap sumber data atau responden yang telah selesai dimasukkan (input) untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak-lengkapan, dan selanjutnya dilakukan pembetulan dan koreksi. Statistik inferensial akan digunakan untuk menguji hipotesis nol (Ho) penelitian, yaitu tidak ada perbandingan denyut nadi sebelum dan sesudah Harvard Step Test berdasarkan indeks massa tubuh pada siswa/i kelas XII di SMA Negeri 5 Medan. Teknik statistik inferensial yang akan digunakan adalah jika data berdistribusi normal maka uji yang digunakan yaitu uji t berpasangan (paired t-test) sedangkan jika data tidak normal maka uji yang digunakan yaitu uji Wilcoxon. Hipotesis nol penelitian akan diterima apabila nilai probabilitas (p) lebih kecil dari alfa(0,05). Nilai p = besarnya peluang untuk mendapatkan hasil yang diobservasi (atau hasil yang lebih eksrtrem) bila hipotesis 0 (pada hipotesis tidak ada perbandingan atau tidak ada hubungan) benar.
HASIL
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan Denyut Nadi sebelum dan sesudah Harvard Step Test berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada Siswa/i kelas XII SMAN 5 Medan Tahun Ajaran 2015-2016. Berdasarkan tabel 1. di atas dapat di lihat bahwa jenis kelamin siswa/i mayoritas perempuan sebanyak 83 orang (54,4%) dan minoritas laki-laki sebanyak 69 orang (45,4%). Berdasarkan tabel 2. dapat di lihat bahwa usia siswa/i mayoritas 17 tahun sebanyak 111 orang (73%) dan minoritas usia 16 tahun sebanyak 3 orang (2%).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa/i Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-laki 69 45.4
Perempuan 83 54.6
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Siswa/i Berdasarkan Usia
Usia (tahun) Frekuensi %
16 3 2.0
17 111 73.0
18 33 21.7
19 5 3.3
Total 152 100.0
Berdasarkan tabel 3. dapat di lihat bahwa denyut nadi siswa/i sebelum Harvard Step Test mayoritas normal sebanyak 119 orang (78,3%) dan minoritas tidak normal sebanyak 33 orang (21,7%). Berdasarkan tabel 4. dapat di lihat
bahwa denyut nadi siswa/i sesudah Harvard Step Test mayoritas normal sebanyak 143 orang (91,4%) dan minoritas tidak normal sebanyak 9 orang (5,9%).
Tabel 3. Distribusi Denyut Nadi Sebelum Harvard Step Test Denyut Nadi Sebelum
Harvard Step Test
Frekuensi %
Normal (60-100) 119 78.3
Tidak normal (<60) 33 21.7
Total 152 100.0
Tabel 4. Distribusi Denyut Nadi Sesudah Harvard Step Test Denyut Nadi Sesudah
Harvard Step Test
Frekuensi %
Normal (75-100) 143 94.1
Tidak Normal (<75) 9 5.9
Total 152 100.0
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat di lihat bahwa indeks masa tubuh siswa/i mayoritas normal sebanyak 84 orang (55,3%) dan minoritas
kekurangan berat badan tingkat ringan sebanyak 4 orang (2,6%).
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh
Indeks Masa Tubuh Frekuensi %
Kekurangan berat badan tingkat berat 36 23.7
Kekurangan berat badan tingkat ringan 4 2.6
Normal 84 55.3
Kelebihan berat badan tingkat ringan 12 7.9
Kelebihan berat badan tingkat berat 16 10.5
Total 152 100,0
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Denyut Nadi Sebelum Harvard Step Test Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
N o Denyut Nadi sebelum Harvard Step Test
Indeks Masa Tubuh
Total Kekurang an berat badan tingkat berat Kekurang an berat badan tingkat ringan Normal Kelebiha n berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat n % n % n % n % n % N % 1 Normal (60-100) 30 25,2 4 3,4 67 56,3 9 7,6 9 7,6 119 100
2 Tidak normal
(<60) 6 18,2 0 0,0
17 51,5 3 9,1 7 21,2
33 100
Total 36 23,7 4 2,6 84 55,3 12 7,9 16 10,5 152 100
Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat bahwa dari 119 orang (100%) denyut nadi yang normal sebelum Harvard Step Test terdapat 30 orang (25,2%) indeks masa tubuh dengan kekurangan berat badan tingkat berat, 4 orang (3,4%) kekurangan berat badan tingkat ringan, 67 orang (56,3%) yang normal, 9 orang (7,6%) kelebihan berat badan tingkat ringan dan 9 orang (7,6%) kelebihan berat badan tingkat berat. Sedangkan
dari 34 orang (100%) denyut nadi yang tidak normal sebelum Harvard Step Test terdapat 6 orang (18,2%) kekurangan berat badan tingkat berat, 17 orang (51,5%) yang normal, 3 orang (9,1%) kelebihan berat badan tingkat ringan dan 7 orang (21,2%) kelebihan berat badan tingkat berat.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Denyut Nadi Sesudah Harvard Step TestBerdasarkan Indeks Massa Tubuh
N o Denyut Nadi sesudah Harvard Step Test
Indeks Masa Tubuh
Total Kekurang an berat badan tingkat berat Kekurang an berat badan tingkat ringan Normal Kelebiha n berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat n % n % n % n % n % n % 1 Normal (75-100) 35 24,5 4 2,8 80 55,9 11 7,7 13 9,1 143 100 2 Tidak normal (<75) 1 11,1 0 0 4 44,4 1 11,1 3 33,3 9 100 Total 36 23,7 4 2,6 84 55,3 12 7,9 16 10,5 152 100
Berdasarkan Tabel 7. di atas dapat dilihat bahwa dari 143 orang (100%) denyut nadi yang normal sesudah Harvard Step Test terdapat 35 orang (24,5%) indeks masa tubuh dengan kekurangan berat badan tingkat berat, 4 orang (2,8%) kekurangan berat badan tingkat ringan, 80 orang (57,9%) yang normal, 11 orang (7,7%) kelebihan berat badan tingkat ringan dan 13 orang (9,1%) kelebihan berat badan tingkat berat. Sedangkan dari 9 orang (100%) denyut nadi yang tidak normal sesudah Harvard Step Test terdapat 1 orang (38,5%) indek masa tubuh dengan kekurangan berat badan tingkat berat, yang normal sebanyak 4 orang (44,4%), 1 orang (11,1%) kelebihan berat badan tingkat ringan dan 3 orang (33,3%) kelebihan berat badan tingkat berat. Berdasarkan tabel 8. diatas dapat dilihat bahwa seluruh data tidak berdistribusi normal dimana nilai p <0,05 pada uji Kolmogorov-Smirnov sehingga uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon (non parametrik).
Tabel 8. Uji Normalitas Data
Variabel
Kolmogorov-Smirnov
Keterangan Denyut nadi sebelum Harvard
Step Test
0,000 Data tidak berdistribusi normal Denyut nadi sesudah Harvard
Step Test
0,000 Data tidak berdistribusi normal
Tabel 9. Perbandingan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah Harvard Step Test Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Variabel Mean Standar deviasi N p value Keterangan Denyut nadi sebelum Harvard Step Test 1.22 .414 152 0,000 Signifikan Denyut nadi sesudah Harvard Step Test 1.06 .237 152
Berdasarkan tabel 9. diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbandingan antara denyut
nadi sebelum Harvard Step Test dengan denyut
nadi sesudah Harvard Step Test, dengan nilai p = 0,000. Dari data tersebut juga dapat dilihat
bahwa denyut nadi sebelum Harvard Step Test
memiliki nilai rata-rata 1,22 dengan standar deviasi 0,414 sedangkan denyut nadi sesudah Harvard Step Test memiliki nilai rata-rata 1,06 dengan standar deviasi 0,237.
PEMBAHASAN
Hasil analisis data dimulai dengan
melakukan uji normalitas data yaitu
Kolmogorov Smirnov (sampel >50 dengan p >0,05), jika data berdistribusi normal maka uji yang digunakan ada uji t berpasangan dan sebaliknya jika data tidak berdistribusi normal maka uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa seluruh data tidak berdistribusi normal dimana nilai p <0,05 pada uji Kolmogorov-Smirnov sehingga analisis data berdasarkan hasil uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukan bahwa dapat dilihat bahwa terdapat perbandingan antara denyut nadi sebelum Harvard Step Test dengan denyut nadi sesudah Harvard Step Test, dengan nilai p = 0,000. Dari data tersebut juga dapat dilihat bahwa denyut nadi sebelum Harvard Step Test memiliki nilai rata-rata 1,22 dengan standar deviasi 0,414 sedangkan denyut nadi sesudah Harvard Step Test memiliki nilai rata-rata 1,06 dengan standar deviasi 0,237.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa indeks masa tubuh siswa/i mayoritas normal
sebanyak 84 orang (55,3%) dan minoritas kekurangan berat badan tingkat ringan sebanyak 4 orang (2,6%).
Sebelum melakukan Harvard Step Test dapat dilihat bahwa dari 119 orang (100%) denyut nadi yang normal sebelum Harvard Step Test terdapat 30 orang (25,2%) indeks masa tubuh dengan kekurangan berat badan tingkat berat, 4 orang (3,4%) kekurangan berat badan tingkat ringan, 67 orang (56,3%) yang normal, 9 orang (7,6%) kelebihan berat badan tingkat ringan dan 9 orang (7,6%) kelebihan berat badan tingkat berat. Sedangkan dari 34 orang (100%) denyut nadi yang tidak normal sebelum Harvard Step Test terdapat 6 orang (18,2%) kekurangan berat badan tingkat berat, 17 orang (51,5%) yang normal, 3 orang (9,1%) kelebihan berat badan tingkat ringan dan 7 orang (21,2%) kelebihan berat badan tingkat berat.
Olahraga rutin dapat memberikan banyak manfaat bagi tubuh baik langsung maupun tidak langsung. Olahraga yang dilakukan dengan baik dan benar dalam porsi dan prosedur latihan yang pas, baik yang secara langsung, akan membawa hasil positif bagi kesehatan fisik juga psikis bagi pelakunya. Latihan fisik dapat
mempertahankan kesehatan maupun
meningkatkan kesehatan dengan mengurangi berat badan, memperbaiki konsentrasi lemak dalam darah sehingga dapat mencegah penyakit pembuluh darah koroner, obesitas, hipertensi, maupun hiperkolesterolemia7.
Berdasarkan hasil penelitian juga dapat di lihat bahwa denyut nadi siswa/i sebelum Harvard Step Test mayoritas normal sebanyak 119 orang (78,3%) dan minoritas lebih
sesudah Harvard Step Test denyut nadi siswa/i mayoritas meningkat sebanyak 139 orang (91,4%) dan minoritas lebih sebanyak 13 orang (8,6%). Sesudah responden melakukan Harvard Step Test dilihat bahwa dari 143 orang (100%) denyut nadi yang normal terdapat 35 orang (24,5%) indeks masa tubuh dengan kekurangan berat badan tingkat berat, 4 orang (2,8%) kekurangan berat badan tingkat ringan, 80 orang (57,9%) yang normal, 11 orang (7,7%) kelebihan berat badan tingkat ringan dan 13 orang (9,1%) kelebihan berat badan tingkat berat. Sedangkan dari 9 orang (100%) denyut nadi yang tidak normal sesudah Harvard Step Test terdapat 1 orang (38,5%) indek masa tubuh dengan kekurangan berat badan tingkat berat, yang normal sebanyak 4 orang (44,4%), 1 orang (11,1%) kelebihan berat badan tingkat ringan dan 3 orang (33,3%) kelebihan berat badan tingkat berat.
Individu dengan aktivitas olahraga rutin memiliki resiko yang rendah untuk mengalami
penyakit kardiovaskular dan penyakit
degeneratif lainnya. Individu yang sehat dapat dilihat dari kesehatan jantungnya. Kerja sistem
kardiovaskular dapat diukur dengan
menghitung denyut nadinya8.
Denyut nadi dipengaruhi oleh banyak faktor. Jumlah dalam semenit dapat berbeda pada kondisi sebelum dan sesudah berolahraga. Pada kondisi normal baik terlatih atau tidak, denyut nadi akan normal. Kecuali, pada kondisi individu tertentu9.
Program latihan yang lengkap dapat membantu mengendalikan berat badan dalam beberapa cara. Ketika aktivitas aerobik, seperti berjalan dan berenang, dilakukan terus-menerus, anda menggunakan lemak tubuh yang disimpan sebagai bahan bakar utama untuk berektivitas. Semakin banyak aktivitas fisik yang dilakukan selama satu hari, semakin banyak kalori lemak yang dibakar semakin sedikit kalori yang disimpan dalam tubuh.
Olahraga juga memacu metabolisme,
pembakaran kalori tubuh. Ketika tubuh membentuk otot baru, tubuh akan membakar lebih banyak kalori sepanjang hari, bahkan saat kita tidur. Artinya, lebih sedikit kalori yang akan disimpan sebagai lemak. Latihan aerobik maupun latihan kekuatan sangat penting untuk menurunkan berat badan dan mengendalikan
berat badan dalam jangka waktu yang lama10.
Penelitian ini juga didukung oleh Irenne Elly M.S di Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2009 melakukan penelitian dengan
judul perubahan denyut nadi pada mahasiswa setelah aktivitas naik turun tangga. Didapatkan sebagian besar subyek penelitian berumur 21 tahun sebanyak 36,67%. Rerata denyut nadi awal adalah 72,09 dan rerata denyut nadi setelah naik turun tangga adalah 74,49 dengan uji t-berpasangan didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara denyut nadi awal dan denyut nadi setelah naik turun tangga yaitu p=0,000.
Penelitian yang dilakukan oleh I Nengah Sandi di Universitas Udayana Bali pada tahun 2013 dengan judul hubungan antara tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh, dan umur terhadap frekuensi denyut nadi istirahat siswa SMKN 5 Denpasar menunjukkan hasil didapatkan hubungan antara indeks massa tubuh dan frekuensi denyut nadi istirahat dengan r = 0,540 dan p = 0,001, antara umur dengan frekuensi denyut nadi istirahat dengan r = 0,460 dan p = 0,007 (p≤ 0,05) serta tidak ada hubungan antara berat badan dan tinggi badan dengan frekuensi denyut nadi istirahat dengan nilai r dan p masing-masing; r = -0,146 dengan p = 0,417 dan r = 0,190 dengan p = 0,290 (p>0,05). Dengan demikian maka frekuennsi
denyut nadi istirahat secara langsung
dipengaruhi oleh umur dan IMT dengan korelasi positif.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan denyut nadi sebelum dan sesudah Harvard Step Test berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada Siswa/i kelas XII SMAN 5 Medan Tahun Ajaran 2015-2016, maka dapat diambil kesimpulan adalah terdapat perbandingan antara denyut nadi sebelum Harvard Step Test dengan denyut nadi sesudah Harvard Step Test, dengan nilai p = 0,000. Dari data tersebut juga dapat dilihat bahwa denyut nadi sebelum Harvard Step Test memiliki nilai rata-rata 1,22 dengan standar deviasi 0,414 sedangkan denyut nadi sesudah Harvard Step Test memiliki nilai rata-rata 1,096 dengan standar deviasi 0,237 dan didapatkan perbandingan yang signifikan.
1. Barasi, Mary E (2010). At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta : Erlangga, h: 12.
2. Bushman, Barbara & Young, J.C (2012). Program Olahraga Menopause. Klaten: Citra Aji Parama, h: 32.
3. Ganong, W. F. (2008). Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC, h: 573;606;-9;630
4. Harvard (2012), Petunjuk Gizi Untuk
Setiap Cabang Olahraga. Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada, h: 38.
5. Khasan NA, Rustadi T, Annas M. Kolerasi
Denyut Nadi istirahat dan Kapasitas Vital Paru Terhadap Kapasitas Aerobik. Journal of physical Education, Sport, Health, and Recreation 2012, h: 4;161-4
6. Lee, D., Artero, E.G., Xueimei, S., Blair,
S.N (2010). Mortality Trends in the General Population: the Importance of Cardiorespiratory Fitness. Journal of Psyhopharmacology. h: 27-35.
7. Aaronson, Philip I. & Jeremy P. T. Ward,
(2008). At a Glance Sistem Respirasi. Jakarta: Erlangga, h: 10;38.
8. Miyatake N, Nishikawa H, Fujii M. (2011)
Clinical Evaluation of Physical Fitness in Male Obese Japanese. Chin Med J ; 114(7): 707-10.
9. Malamed SF (2007) Medical
Emergencies. Edisi 6. St.louis ; Mosby Elsevier.h: 38-44. [9] Siswanto H (2010). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Pustaka Rihama, h: 184-185.
10. Proverawati, A. (2010). Obesitas dan
Gangguan Prilaku Makan Pada Remaja. Yogyakarta: Nuha Medika, h: 14.