• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Pmkp Rumah Sakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Pmkp Rumah Sakit"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Seperti tercantum dalam Buku Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI tahun 1994, definisi Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit adalah :

Keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang menyangkut struktur, proses dan outcome secara obyektif, sistematik dan berlanjut memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan pelayanan pasien, dan memecahkan masalah – masalah yang terungkap sehingga pelayanan yang diberikan dirumah sakit berdaya guna dan berhasil guna.

Jika definisi itu diterapkan di rumah sakit, maka dapat dibuat rumusan sebagai berikut: Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien adalah : Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan keselamatan pasien secara terus menerus, melalui pemantauan, analisa dan tindak lanjut adanya penyimpangan dari standar yang ditentukan.

Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang dilaksanakan rumah sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru berorientasi pada,Visi, Misi, tujuan serta nilai -nilai dan Moto rumah sakit Islam Ibnu Sina yang merupakan bagian dari Renstra rumah sakit, hal ini tertuang dalam program kegiatan PMKP.

LATAR BELAKANG

Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya guna memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau.

Pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu itu sendiri merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang, termasuk pelayanan di rumah sakit. Pendekatan mutu yang ada saat ini berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien. Salah satu faktor kunci sukses pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah dengan mengembangkan mutu pelayanan klinis sebagai inti pelayanan (Wijono, 2000).

(2)

masyarakat, maka sistem nilai dan orientasi dalam masyarakatpun mulai berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu termasuk pelayanan kesehatan. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan Rumah Sakit maka fungsi pelayanan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektik dan efisien serta memberi kepuasan kepada pasien, keluarga maupun masyarakat.

Agar upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina dapat seperti yang diharapkan maka perlu disusun Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina. Buku panduan tersebut merupakan konsep dan program peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru yang disusun sebagai acuan bagi pengelola Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit. Dalam buku panduan ini diuraikan tentang prinsip upaya peningkatan mutu, langkah-langkah pelaksanaannya dan dilengkapi dengan indikator mutu.

Dasar Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek

Kedokteran

4. Surat Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Landasan Peraturan

Landasan peraturan Peningkatan mutu dan keselamatan rumah sakit di rumah sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru adalah :

1. UU no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit

2. PMK no 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien 3. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu tahun 1994

4. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit tahun 2007 5. Panduan Nasional Keselamatan Pasien edisi 2 tahun 2008

(3)

BAB II

GAMBARAN UMUM

a. RS Islam Ibnu Sina Pekanbaru merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta di kota Pekanbaru Provinsi Riau.

b. RS Islam Ibnu Sina memberikan pelayanan rawat inap dilengkapi dengan kamar bedah, serta pelayanan rawat jalan berikut penunjang diagnostic, dan layanan penunjang lainnya.

c. Dari sisi finansial seluruh kegiatan RS dibedakan menjadi ”profit centre ” dan ”cost centre”.

 Profit centre dibagi menjadi 5 Unit Bisnis yaitu : 1. Unit Bisnis Laboratory

2. Unit Bisnis Radiology 3. Unit Bisnis Clinical Services 4. Unit Bisnis Nursing.

5. Unit Bisnis Pharmacy

 Sedangkan Cost centre terdiri dari :

1. Departemen Pendukung : laundry, sanitasi, gizi, pemeliharaan , kebersihan, teknik medis, teknik non medis, transportasi, Kerohanian, staf medik.

2. Departemen Administrasi & Umum : keuangan, pembelian, marketing, humas, administrasi umum dan sekretariat, staf manajemen, staf rekam medik, akuntansi dan personalia.

(4)

SEJARAH RS. ISLAM IBNU SINA PEKANBARU Pelayanan yang disediakan :

1 . P e l a y a n a n R a w a t I n a p  Ruang Raudhah (Vip Utama)

 Ruang Marwa (Vip, Superior, Standar)

 Ruang Mina (Vip Utama, Vip, Superior, Standar)  Ruang Arafah (Basic)

 Ruang Arrahmah (Anak dan Perinatalogi)  Ruang Muzdalifah (Kebidanan)

 Ruang ICU, ICCU, NICU, PICU

2. Pelayanan Rawat jalan, yang terdiri dari :  Unit Gawat Darurat 24 jam  Poliklinik Paru  Poliklinik Syaraf  Poliklinik Jantung  Poliklinik THT  Poliklinik Gigi  Poliklinik Kebidanan  Poliklinik Penyakit Dalam  Poliklinik Mata

 Poliklinik Umum

 Poliklinik Kulit dan Kelamin  Poliklinik Anak

 Poliklinik Bedah

 Poliklinik Bedah Syaraf  Poliklinik Bedah Ortopedi  Rehabilitasi Medik

(5)

4. Pelayanan Penunjang dengan berbagai peralatan penunjang yang lengkap dan canggih a. Laboratorium  Hematologi  Kimia klinik b. Radiologi  CT SCAN  USG  Rontgen  Treadmild 5. Medical Check Up

6. Haemodialisa (Renal Unit) 7. Instalasi Farmasi

(6)

BAB III

VISI, MISI, MOTTO, TUJUAN DAN NILAI-NILAI RUMAH SAKIT

Visi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru

Terwujudnya Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru yang bermutu, Islami dan dapat ditauladani

Misi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan Islami. 2. Melakukan manajemen peningkatan mutu terus menerus.

3. Melaksanakan kerja sama dengan pihak terkait baik dalam maupun luar negeri. 4. Memotivasi kinerja karyawan melalui peningkatan profesionalisme dan penghasilan

pegawai.

Motto Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru Melayani dengan Hati Nurani Islami

Tujuan Rumah Sakit adalah Tujuan Umum:

a. Melalui upaya pelayanan kesehatan berusaha meningkatkan derajat kesehatan bangsa tanpa membedakan ras, etnik, golongan dan agama.

b. Melalui upaya penelitian berusaha menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru sehinga memberikan kontribusi kepada khasanah ilmu pengetahuan dan mampu berpartisipasi dan memebrikan kontribusi dalam mempercepat keberhasilan pembangunan.

c. Melalui upaya pendidikan dan pelatihan, berusaha untuk meningkatkan derajat profesionalisme seluruh karyawan rumah sakit sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada pengguna rumah sakit.

Tujuan Khusus.

a. Menjadikan kepuasan dan keselamatan pelanggan sebagai prioritas utama.

b. Perbaikan kualitas secara terus menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(7)

c. Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang bertaqwa dan profesional.

Nilai-nilai Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru

Nilai-Nilai : adalah sikap dan sifat yang mesti dimiliki oleh karyawan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru sebagai berikut :

S Shiddiq (rightness)

bertindak, bersikap dan berucap benar berdasarkan sifat-sifat jujur, terbuka, sabar, dan adil sehingga menjadi tauladan bagi orang lain

Y Yakin (confidence) memiliki rasa percaya diri yang tinggi yang didasarkan pada nilai-nilai Islam

I Ikhlas (honesty) bekerja, beribadah dan beramal semata-mata mencari keridhaan Allah

F Fathonah (profesional) mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme dalam bekerja

A Amanah (trust) memiliki integritas, komitmen dan bertanggung jawab U Ummah (society) melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa

membedakan ras, etnik, golongan dan agama

T Tawakkal (faithful) berikhtiar dengan upaya yang optimal dan berserah diri kepada Allah SWT

A Amar ma’ruf dan nahyi munkar (goodness)

senantiasa mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada munkaran berdasarkan Alqur’an dan Alhadits M Mustawa (excellent) prima dalam pelayanan, menjadikan kepuasan

pelanggan sebagai prioritas utama

A Aman (safety) mengutamakan keamanan dan kenyamanan dalam pelayanan yang berorientasi pada patient safety

Kebijakan Mutu

“Kami senantiasa mengutamakan kepuasan pelanggan melalui peningkatan mutu pelayanan berkesinambungan dengan memperhatikan : pelaksanaan prosedur yang benar, peningkatan kompetensi SDM, penerapan teknologi yang memadai

(8)
(9)

BAB IV

(10)

BAB V

(11)

BAB VI

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN

VISI

“Mutu pelayanan dan keselamatan pasien menjadi budaya kegiatan unit “ MISI

1. Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien disusun dan dilaksanakan di setiap unit kerja rumah sakit Islam Ibnu Sina

2. Menyediakan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan

3. Terselenggaranya partisipasi dan dukungan dari pimpinan rumah sakit

4. Tersosialisasinya program peningkatan mutu dan keselamatan pasien kepada staf TUJUAN

Tujuan Umum :

A g a r b u k u p e d o m a n y a n g m e r u p a k a n k o n s e p d a s a r d a n p r i n s i p u p a ya p e n i n g k a t a n m u t u i n i dapat digunakan oleh pimpinan dan pelaksana Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru sebagai acuan dalam melaksanakan Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit Islam Ibnu Sina.

Tujuan Khusus :

1. Tercapainya satu pengertian tentang Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit

2. Adanya acuan dalam pelaksaan program Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit

3. Tercapainya budaya mutu dan keselamatan pasien diseluruh unit kerja rumah sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru.

4. Adanya dukungan dari pimpinan rumah sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru. Sasaran Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

 Mutu asuhan medis

 Mutu asuhan Keperawatan  Meningkatkan Kepuasan pasien

(12)

BAB VII

SEJARAH PERKEMBANGAN UPAYA PENINGKATAN

MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT

Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada tahun (1820 –1910) Florence Nightingale seorang perawat dari Inggris menekankan pada aspek-aspek keperawatan pada peningkatan mutu pelayanan. Salah satu ajarannya yang terkenal sampai sekarang adalah “ hospital should do the patient no harm”, Rumah Sakit jangan sampai merugikan atau mencelakakan pasien.

Di Amerika Serikat, upaya peningkatan mutu pelayanan medik dimulai oleh ahli bedah Dr. E.A.Codman dari Boston dalam tahun 1917. Dr.E.A Codman dan beberapa ahli bedah lain kecewa dengan hasil operasi yang seringkali buruk, karena seringnya terjadi penyulit. Mereka berkesimpulan bahwa penyulit itu terjadi karena kondisi yang tidak memenuhi syarat di Rumah Sakit. Untuk itu perlu ada penilaian dan penyempurnaan tentang segala sesuatu yang terkait dengan pembedahan. Ini adalah upaya pertama yang berusaha mengidentifikasikan masalah klinis, dan kemudian mencari jalan keluarnya.

Kelanjutan dari upaya ini pada tahun 1918 The American College of Surgeons (ACS) menyusun suatu Hospital Standardization Programme. Program standarisasi adalah upaya pertama yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan. Program ini ternyata sangat berhasil meningkatkan mutu pelayanan sehingga banyak Rumah Sakit tertarik untuk ikut serta. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi maka spesialisasi ilmu kedokteran diluar bedah cepat berkembang. Oleh karena itu program standarisasi perlu diperluas agar dapat mencakup disiplin lain secara umum.

Pada tahun 1951 American College of Surgeon, American College of Physicians, American Hospital Association bekerjasama membentuk suatu Joint Commision on Accreditation of Hospital (JCAHO) suatu badan gabungan untuk menilai dan mengakreditasi Rumah Sakit .

Pada akhir tahun 1960 JCAHO tidak lagi hanya menentukan syarat minimal dan essensial untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada di Rumah Sakit, namun telah memacu Rumah

(13)

Sakit agar memberikan mutu pelayanan yang setinggi-tingginya sesuai dengan sumber daya yang ada. Untuk memenuhi tuntutan yang baru ini antara tahun 1953-1965 standar akreditasi direvisi enam kali, selanjutnya beberapa tahun sekali diadakan revisi. Revisi terhadap Standar Akreditasi JCI terbaru dilakukan pada bulan Januari 2011 yang merupakan edisi keempat.

Atas keberhasilan JCAHO dalam meningkatkan mutu pelayanan, Pemerintah Federal memberi pengakuan tertinggi dalam mengundangkan “Medicare Act”. Undang-undang ini mengabsahkan akreditasi Rumah Sakit menurut standar yang ditentukan oleh JCAHO. Sejak saat itu Rumah Sakit yang tidak diakreditasi oleh JCAHO tidak dapat ikut program asuransi kesehatan pemerintah federal (medicare), padahal asuransi di Amerika sangat menentukan utilisasi Rumah Sakit karena hanya 9,3% biaya Rumah Sakit berasal dari pembayaran langsung oleh pasien.

Sejak tahun 1979 JCAHO membuat standar tambahan, yaitu agar dapat lulus akreditasi suatu Rumah Sakit harus juga mempunyai program pengendalian mutu yang dilaksanakan dengan baik.

Di Australia, Australian Council on Hospital Standards (ACHS) didirikan dengan susah payah pada tahun 1971, namun sampai tahun 1981 badan ini baru berhasil beroperasi dalam 3 Negara bagian. Tetapi lambat laun ACHS dapat diterima kehadirannya dan diakui manfaatnya dalam upaya peningkatan mutu pelayanan sehingga sekarang kegiatan ACHS telah mencakup semua negara bagian. Pelaksanaan peningkatan mutu di Australia pada dasarnya hampir sama dengan di Amerika.

Di Eropa Barat perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan sangat tinggi, namun masalah itu tetap merupakan hal baru dengan konsepsi yang masih agak kabur bagi kebanyakan tenaga profesi kesehatan. Sedangkan pendekatan secara Amerika sukar diterapkan karena perbedaan sistem kesehatan di masing-masing negara di Eropa. Karena itu kantor Regional WHO untuk Eropa pada awal tahun 1980-an mengambil inisiatif untuk membantu negara-negara Eropa mengembangkan pendekatan peningkatan mutu pelayanan disesuaikan dengan sistem pelayanan kesehatan masing-masing.

Pada tahun 1982 kantor regional tersebut telah menerbitkan buku tentang upaya meningkatkan mutu dan penyelenggaraan simposium di Utrecht, negeri Belanda tentang metodologi peningkatan mutu pelayanan. Dalam bulan Mei 1983 di Barcelona, Spanyol suatu kelompok kerja yang dibentuk oleh WHO telah mengadakan pertemuan untuk mempelajari

(14)

peningkatan mutu khusus untuk Eropa.

Walaupun secara regional WHO telah melakukan berbagai upaya, namun pada simposium peningkatan mutu pada bulan Mei 1989 terdapat kesan bahwa secara nasional upaya peningkatan mutu di berbagai negara Eropa Barat masih pada perkembangan awal.

Di Indonesia langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu penetapan kelas Rumah Sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.033/Birhup/1972. Secara umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap kelas Rumah Sakit A,B,C,D. Kriteria ini kemudian berkembang menjadi standar-standar. Kemudian dari tahun ke tahun disusun berbagai standar baik menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan prasarana untuk masing-masing kelas Rumah Sakit. Disamping standar, Departemen Kesehatan juga mengeluarkan berbagai panduan dalam rangka meningkatkan penampilan pelayanan Rumah Sakit.

Sejak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai indikator untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan (performance) Rumah Sakit pemerintah kelas C dan Rumah Sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari Kesehatan Nasional. Indikator ini setiap dua tahun ditinjau kembali dan disempurnakan. Evaluasi penampilan untuk tahun 1991 telah dilengkapi dengan indikator kebersihan dan ketertiban Rumah Sakit dan yang dievaluasi selain kelas C juga kelas D dan kelas B serta Rumah Sakit swasta setara. Sedangkan evaluasi penampilan tahun 1992 telah dilengkapi pula dengan instrumen mengukur kemampuan pelayanan. Evaluasi penampilan Rumah Sakit ini merupakan langkah awal dari Konsep Continuous Quality Improvement (CQI). Berbeda dengan konsep QA tradisional dimana dalam monitor dan evaluasi dititik beratkan kepada pencapaian standar, maka pada CQI fokus lebih diarahkan kepada penampilan organisasi melalui penilaian pemilik, manajemen, klinik dan pelayanan penunjang. Perbedaan yang sangat mendasar yaitu keterlibatan seluruh karyawan.

Selain itu secara sendiri-sendiri beberapa Rumah Sakit telah mengadakan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan Rumah Sakitnya. Pada tahun 1981 RS Gatot Subroto telah melakukan kegiatan penilaian mutu yang berdasarkan atas derajat kepuasan pasien. Kemudian Rumah Sakit Husada pada tahun 1984 melakukan kegiatan yang sama. Rumah Sakit Adi Husada di Surabaya membuat penilaian mutu atas dasar penilaian perilaku dan penampilan kerja perawat. Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya menilai mutu melalui penilaian infeksi nosokomial sebagai salah

(15)

satu indikator mutu pelayanan. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menggunakan upaya penggunaan obat secara rasional. Rumah Sakit Islam Jakarta pernah menggunakan pengendalian mutu terpadu (TQC) dan Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle = QCC). Beberapa Rumah Sakit lainnya juga telah mencoba menerapkan Gugus Kendali Mutu, walaupun hasilnya belum ada yang dilaporkan.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina sebagai salah satu rumah sakit swasta tipe B di Pekanbaru, diharapkan memiliki standar yang tinggi untuk mencapai visinya “Terwujudnya Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru yang bermutu, Islami dan dapat ditauladani”, maka perlu mulai melaksanakan upaya untuk terus menerus memantau dan meningkatkan mutu pelayanan klinik (clinical care). Adanya tuntutan dari masyarakat terhadap pelayanan bermutu yang dapat diberikan Rumah Sakit juga merupakan salah satu alasan perlunya meningkatkan mutu pelayanan.

Sejalan dengan hal di atas maka Departemen Kesehatan telah mengadakan Pelatihan Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit pada beberapa Rumah Sakit. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran untuk meningkatkan mutu sudah cukup meluas walaupun dalam penerapannya sering ada perbedaan.

(16)

BAB VIII

KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU

RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA

PEKANBARU

Pengertian Mutu

Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.

a) Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.

b) Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan(commitment)yang selalu dicurahkan pada pekerjaan.

c) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar.

d) Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.

Definisi Mutu Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru

Adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina secara wajar, efisien, efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan Rumah Sakit dan masyarakat konsumen.

Pihak Yang Berkepentingan Dengan Mutu

Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, pihak-pihak tersebut adalah : a. Konsumen

b. Pembayar atau perusahaan atau asuransi c. Manajemen Rumah Sakit Islam Ibnu Sina d. Karyawan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina e. Masyarakat

f. Pemerintah g. Ikatan profesi

(17)

Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya terhadap mutu, karena itu mutu adalah multi dimensional.

Dimensi Mutu

Dimensi atau aspeknya adalah : a. Keprofesian

b. Efisiensi

c. Keamanan pasien d. Kepuasan pasien e. Aspek sosial budaya

Mutu Terkait Dengan Struktur, Proses dan Outcome

Mutu suatu rumah sakit adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan yang rumit antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit sebagai suatu sistem. Aspek tersebut terdiri dari struktur, proses dan outcome.

a. Struktur :

Adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya keuangan dan sumber daya lain-lain pada fasilitas pelayanan kesehatan. Baik tidaknya struktur dapat diukur dari kewajaran, kuantitas, biaya dan mutu komponen-komponen struktur itu.

b. Proses :

Adalah apa yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien: evaluasi, diagnosa, perawatan, konseling, pengobatan, tindakan, penanganan jika terjadi penyulit, follow up. Baik tidaknya proses dapat diukur dari relevansinya bagi pasien, efektifitasnya dan mutu proses itu sendiri. Pendekatan proses adalah pendekatan paling langsung terhadap mutu asuhan.

c. Outcome :

Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasannya serta kepuasan provider. Outcome yang baik sebagian besar tergantung kepada mutu struktur dan mutu proses yang baik. Sebaiknya outcome yang buruk adalah kelanjutan struktur atau proses yang buruk.

(18)

Rumah Sakit Ibnu Sina adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang komplek. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di Rumah sakit Islam Ibnu Sina menyangkut berbagai fungsi pelayanan serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar Rumah Sakit Ibnu Sina mampu melaksanakan fungsi yang demikian komplek, maka Rumah Sakit Islam Ibnu Sina harus memiliki sumber daya manusia yang profesional baik di bidang teknis medis maupun administrasi. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, Rumah Sakit Islam Ibnu Sina harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan.

Pengukuran mutu medis di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina sudah diawali dengan penilaian akreditasi Rumah Sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat struktur dan proses. Pada kegiatan ini Rumah Sakit Islam Ibnu Sina harus melakukan berbagai standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Rumah Sakit Islam Ibnu Sina dipacu untuk dapat menilai diri (self assesmen) dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang lain yaitu instrumen mutu pelayanan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil (Outcome). Tanpa mengukur hasil kinerja Rumah Sakit Islam Ibnu Sina tidak dapat mengetahui apakah struktur dan proses yang baik telah menghasilkan outcome yang baik pula. Pelaksanaan indikator mutu Rumah Sakit Islam Ibnu Sina disusun dengan mengacu pada Buku Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Rumah Sakit yang telah diterbitkan oleh World Health Organization dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Departemen Kesehatan Republik Indonesia) tahun 2001.

(19)

BAB IX

UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN

RS ISLAM IBNU SINA PEKANBARU

 KESELAMATAN PASIEN

Definisi Keselamatan pasien / Patient Safety adalah : Pasien bebas dari Harm / cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/sosial/psikologis/cacad, kematian dll) terkait dengan pelayanan kesehatan.

Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah : setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm/cidera yang tidak seharusnya terjadi.

 Insiden keselamatan pasien meliputi : a. Kejadian Sentinel

b. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) c. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC ) d. Kejadian Tidak Cedera ( KTC ) e. Kondisi Potensial Cedera ( KPC )

Definisi kejadian sentinel adalah : Kejadian yang menyebabkan kematian atau kerugian atau kecacatan permanen yang bukan karena proses penyakit yang tidak diantisipasi yang seharusnya dapat dicegah.

Kejadian sentinel meliputi keadaan sebagai berikut :

a. Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya

b. Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya

c. Kesalahan lokasi, salah prosedur, salah pasien dalam tindakan pembedahan

d. Kejadian penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan orang tuanya

(20)

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah : Kejadian yang menyebabkan cedera atau komplikasi yang tidak diharapkan sehingga menyebabkan perawatan lebih lama, kecacatan atau kematian yang bukan oleh proses penyakit

Kejadian tidak diharapkan antara lain : a. Reaksi tranfusi di rumah sakit

b. Kesalahan obat yang signifikan dan efek obat yang tidak diharapkan

c. Kesalahan medis (medical error) yang menyebabkan kecacatan dan perpanjangan hari rawat.

d. Ketidak cocokkan yang besar (major) antara diagnosis pre operasi dan pasca operasi e. Kejadian tidak diharapkan pada pemberian sedasi moderat dan anestesi

f. Kejadian lain misalnya wabah penyakit infeksi

Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah : Kejadian yang berpotensi menyebabkan kerugian atau bahaya, akan tetapi karena faktor keberuntungan hal tersebut tidak terjadi

Kejadian Nyaris Cedera (KNC) meliputi keadaan sebagai berikut :

a. Kejadian yang berpotensi menyebabkan cidera yang berkaitan dengan pelayanan kepada pasien tetapi dapat dihindari / dicegah dan perlu dilaporkan kepada tim keselamatan pasien RS.

a. Kejadian yang berpotensi menyebabkan kerugian / bahaya yang tidak berkaitan langsung dengan pelayanan kepada pasien tetapi dapat dihindari / dicegah dan tidak perlu dilaporkan kepada tim keselamatan pasien RS tetapi dapat diselesaikan oleh unit terkait antara lain :

 Kejadian yang berkaitan dengan administrasi keuangan  Kejadian kehilangan barang milik pasien / keluarga pasien  Kejadian komplain pasien / keluarga pasien

Kejadian Tidak Cedera adalah : insiden yang sudah terpapar kepada pasien tapi tidak menimbulkan cedera.

Kondisi Potensial Cedera adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera tapi belum terjadi insiden.

(21)

Daftar Kondisi Potensial Cidera (KPC) RS Islam Ibnu Sina : a. Bangunan

1. Atap pecah / bocor 2. Tembok retak 3. Plafon retak 4. Plafon berlubang 5. Plafon bocor 6. Ubin pecah/berlubang 7. Lantai berlumut 8. Kaca retak 9. Jendela rusak 10. Pintu rusak 11. Pipa air bocor 12. Keran air bocor

13. Talang air bocor / meluap

14. Saluran pembuangan air tersumbat 15. Lantai basah/licin

16. Tanda peringatan tidak terpasang saat lantai basah b. Alat Non Medis

1. Roda bed / kursi rusak 2. Bed pasien berkarat/ keropos 3. Pembatas bed pasien rusak

4. Pengunci tiang infus longgar / tajam 5. Tiang infus rusak

6. Tempat duduk rusak

7. Pengatur naik turun bed rusak / tidak berfungsi 8. Kabel listrik berserakan/ tidak rapi

9. AC bocor / tidak berfungsi

10. Kursi operator bedah beroda (IKO) 11. Kunci roda bed tidak berfungsi

12. Kursi roda dalam keadaan tidak terkunci saat berhenti

c. Alat Medis

 Umum

1. Masa kalibrasi alat terlewati 2. Tensi air raksa bocor

3. Syring pump tidak berfungsi optimal

4. Defibriltor dalam kondisi rusak / tidak siap pakai 5. Alat monitor yang rusak/tidak siap pakai

6. Alat ECG rusak / tidak siap pakai

7. Ventilator dalam kondisi tidak siap pakai 8. Alat spirometri tidak berfungsi dengan benar 9. Alat treadmill tidak berfungsi dengan benar 10. Alat suction tidak berfungsi dengan baik

(22)

11. Pisau/gunting medis tidak tajam 12. Senter mati/tidak ada

 Laboratorium

1. Alat analisa tidak berfungsi / rusak 2. Jarak antar bed terlalu dekat  Kamar Operasi

1. Kauter tidak berfungsi dengan baik 2. Warmer tidak berfungsi dengan baik  Kamar Bersalin

1. Alat NST tidak berfungsi dengan benar 2. Incubator tidak siap pakai/rusak

3. Alat Doppler tidak berfungsi

 Hemodialisa

1. Alat HD tidak berfungsi

2. Cairan bikarbonat masa kadaluarsa < 3 bulan

 Radiologi

1. Alat tidak berfungsi dengan baik 2. Tampilan gambar tidak jelas

d. Obat

1. obat High alert tidak tertandai dengan benar 2. penyimpanan obat high alert yang tidak benar 3. penyimpanan obat tidak sesuai aturan prosedur

4. tidak tersedia / tidak lengkap – nya obat emergency setelah di gunakan 5. penyimpanan obat pasien tidak dilakukan dengan benar

6.

Kesalahan Medis (Medical errors) adalah : Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).

(23)

mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Sistem ini juga mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak konsisten dengan operasional rutin rumah sakit atau asuhan pasien.

Insiden KNC/KTC/KTD/KejadianSentinel

Tindak lanjut (dicegah/ditangani)

Buat laporan Insiden (isi formulir pada akhir kerja dan diserahkan ke Ka. Unit)paling lambat 2x24 jam (jangan menunda laporan )

Ka. Unit memeriksa laporan, melakukan grading resiko

Untuk Grade biru dan hijau investigasi sederhana oleh Ka. Unit

Langsung

Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan investigasi dan laporan

Insiden dilaporkan Ke tim KP RS

Untuk Grade Kuning/Merah tim KP RS akan melakukan Root Cause

(24)

Gambar alur pelaporan insiden RS Islam Ibnu Sina

Petugas yang mengetahui terjadinya insiden mengisi form pelaporan insiden. Form ini bersifat rahasia dan tidak boleh digandakan / dikopi untuk alasan apapun. Kepala bagian memilah insiden yang dikirim ke Tim KPRS menjadi insiden klinis dan non klinis, untuk insiden klinis menentukan risk grading matrix, kemudian menyerahkan laporan insiden kepada Tim KPRS dengan persyaratan : untuk laporan insiden kategori low dilaporkan paling lambat 7 x 24 jam, sedangkan untuk insiden kategori sentinel, high dan moderate selambatnya 1 x 24 jam. Untuk kategori low, maka unit yang bertindak sebagai penyebab insiden akan menganalisa dan hasilnya dilaporkan kepada tim KPRS. Bila hasil grading Moderate, High, dan Sentinel maka tim KPRS akan menerbitkan FTKP untuk analisa masalah melalui RCA dilakukan oleh tim RCA sesuai insiden yang terjadi.

Hasil RCA dilaporkan kepada unit terkait dan tim KPRS, dan dilakukan monitoring keefektifan dari tindak lanjut yang sudah dilakukan. Bila tindak lanjut sudah efektif dan berkaitan dengan prosedur makan dilanjutkan dengan pembuatan prosedur baru, bila belum efektif maka dilakukan analisa ulang terhadap insiden yang terjadi.

Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis) adalah : Suatu proses terstruktur untuk mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan kinerja, termasuk KTD.

Manajemen Risiko (Risk Management) adalah : Dalam hubungannya dengan operasional rumah sakit, istilah manajemen risiko dikaitkan kepada aktivitas perlindungan diri yang berarti mencegah ancaman yang nyata atau berpotensi nyata terhadap kerugian keuangan akibat kecelakaan, cedera atau malpraktik medis.

Hasil Root Cause Analysis (RCA), rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada direksi

Rekomendasi untuk “perbaikan dan

(25)

RISK GRADING MATRIX

PROBABILITAS /FREKUENSI / LIKELIHOOD

Level Frekuensi Kejadian actual

1 Jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun

2 Tidak biasa Dapat terjadi dalam 2 – 5 tahun

3 Kadang-kadang Dapat terjadi tiap 1 – 2 tahun 4 Kemungkinan Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun

5 Sering Terjadi dalam minggu / bulan

DAMPAK KLINIS / CONSEQUENCES / SEVERITY

Level DESKRIPSI CONTOH DESKRIPSI

1 Insignificant Tidak ada cedera

2 Minor Cedera ringan

Dapat diatasi dengan pertolongan pertama,

3 Moderate Cedera sedang

Berkurangnya fungsi motorik / sensorik / psikologis atau intelektual secara reversibel dan tidak berhubungan dengan

penyakit yang mendasarinya

Setiap kasus yang memperpanjang perawatan

4 MajorCedera luas / berat

Kehilangan fungsi utama permanent (motorik, sensorik, psikologis, intelektual) / irreversibel, tidak berhubungan

(26)

dengan penyakit yang mendasarinya

5 CathastropicKematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit yang mendasarinya

RISK GRADING MATRIX

Frekuensi/ Likelihood Potencial Concequences Insignificant 1 Minor 2 Moderate 3 Major 4 Catastropic 5 Sangat Sering Terjadi

(Tiap mgg /bln) 5

Moderate Moderate High Extreme Extreme

Sering terjadi (Bebrp x /thn)

4

Moderate Moderate High Extreme Extreme

Mungkin terjadi (1-2 thn/x)

3

Low Moderate High Extreme Extreme

Jarang terjadi (2-5 thn/x)

2

Low Low Moderate High Extreme

Sangat jarang sekali (>5 thn/x)

1

Low Low Moderate High Extreme

TINDAKAN Can be manage

by procedure

Clinical Manager / Lead Clinician should assess the consequences againts cost of

treating the risk

Detailed review & urgent treatment should be undertaken by senior

management

Immediate review & action required at Board level. Director

(27)

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam table matriks grading risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.

a. Skor Risiko

Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko : 1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri

2. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan

3. Tetapkan warna bands-nya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan dampak.

Skor risiko akan menentukan prioritas risiko. Jika pada asesmen risiko ditemukan dua insiden dengan hasil skor risiko yang nilainya sama, maka untuk memilih prioritasnya dapat menggunakan warna bands risiko.

Skala prioritas bands risiko adalah Bands biru : Rendah / Low Bands hijau : Sedang / Moderate Bands kuning : Tinggi / High

Bands merah : Sangat tinggi / Extreme

b. Bands Risiko

Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu: biru, hijau, kuning, dan merah .

(28)

ANALISIS AKAR MASALAH ( ROOT CAUSE ANALYSIS / RCA )

A. Pengertian

Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu metode analisis terstruktur yang mengidentifikasi akar masalah dari suatu insiden, dan proses ini cukup adekuat untuk mencegah terulangnya insiden yang sama. RCA berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Apa yang telah terjadi? 2. Apa yang seharusnya terjadi?

3. Bagaimana terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian yang sama terulang?

RCA wajib dilakukan pada :

 Semua kematian yang tidak diharapkan

 Semua insiden yang diduga mengakibatkan cidera permanent, kehilangan fungsi atau kehilangan bagian tubuh.

Dalam menentukan penyebab insiden, harus dibedakan antara penyebab langsung dan akar masalah. Penyebab langsung (immediate cause/proximate cause) adalah suatu kejadian (termasuk setiap kondisi) yang terjadi sesaat sebelum insiden, secara langsung menyebabkan suatu insiden terjadi, dan jika dieliminasi atau dimodifikasi dapat mencegah terjadinya insiden.

Akar masalah (underlying cause/root cause) adalah satu dari banyak faktor (kejadian, kondisi) yang mengkontribusi atau menciptakan proximate cause, dan jika dieliminasi atau dimodifikasi dapat mencegah terjadinya insiden. Biasanya suatu insiden memiliki lebih dari satu akar masalah.

 Cara untuk mengidentifikasi akar masalah adalah :

(29)

2. Mengapa penyebab langsung terjadi? Sistem dan proses mana yang mendasari terjadinya penyebab langsung.

3. Lebih menitikberatkan pada sistem daripada human errors.

4. Tim sering kali menemui masalah pada tahap ini; sering berhenti pada penyebab langsung dan tidak terus mencari akar masalahnya.

5. Penyelidikan harus terus berlanjut sampai masalah yang ditemukan tidak dapat ditelusur lagi, inilah yang dimaksud dengan akar masalah.

Cara membedakan root cause dan contributing cause :

1. Apakah insiden dapat terjadi jika “cause” tesebut tidak ada? Tidak : root cause Ya : contributing

2. Apakah insiden akan terulang oleh karena hal yang sama jika “cause” dikoreksi atau dieliminasi?

Tidak : root cause Ya : contributing

3. Apakah koreksi atau eliminasi “cause” dapat menyebabkan insiden yang serupa? Tidak : root cause Ya : contributing

Apabila ketiga jawabab adalah “tidak”, maka cause tersebut adalah “root cause”

Apabila salah satu jawaban adalah “ya”, maka cause tersebut adalah “contributing cause”.

B. Langkah Root Cause Analisis (RCA)

Adapun langkah-langkah Root Cause Analisis (RCA), sebagai berikut: a. Identifikasi insiden yang akan dianalisis

b. Tentukan tim investigator c. Kumpulkan data

 Observasi : kunjungan langsung untuk mengetahui keadaan, posisi, hal-hal yang berhubungan dengan insiden.

 Dokumentasi : untuk mengetahui apa yang terjadi sesuai data, observasi dan inspeksi

 Interview : untuk mengetahui kejadian secara langsung guna pengecekan data hasil observasi dan dokumentasi.

(30)

d. Petakan kronologi kejadian

Sangat membantu bila kronologi insiden dipetakan dalam sebuah bagan. Ada berbagai macam cara kronologi kejadian, sebagai berikut :

a. Kronologi cerita / narasi

Suatu penulisan cerita apa yang terjadi berdasarkan tanggal dan waktu, dibuat berdasarkan kumpulan data saat investigasi.

Kronologi cerita digunakan jika:

1. Kejadian sederhana dan tidak kompleks, di mana masalah, praktek dan faktor kontribusinya sederhana.

2. Dapat digunakan untuk mengetahui gambaran umum suatu kejadian yang lebih kompleks

3. Dapat digunakan sebagai bagian integral dari suatu laporan sebagai ringkasan di mana hal tersebut mudah dibaca.

Nilai positif : format ini baik untuk presentasi informasi Nilai negatif :

a. sulit untuk menemukan titik cerita dengan cepat

b. sulit untuk mengerti jalan cerita dengan cepat bila melibatkan banyak pihak

b. Timeline

Metode untuk menelusuri rantai insiden secara kronologis. Memungkinkan investigator untuk menemukan bagian dalam proses di mana masalah terjadi.

c. Tabular timeline

Merupakan pengembangan timeline yang berisi tiga data dasar: tanggal, waktu, cerita kejadian asal, dan dilengkapi 3 (tiga) data lain yaitu: informasi tambahan, praktek yang baik (Good Practice), dan masalah / CMP (Care Management Problem).

Tabular timeline dapat digunakan pada setiap insiden, berguna pada kejadian yang berlangsung lama.

(31)

Alat pemetaan tabular yang dapat membantu pencatatan pergerakan orang (staf, dokter, pengunjung, pasien, dan lain-lain) sebelum, selama, dan sesudah kejadian. Time person grid digunakan ketika :

 Jika dalam suatu insiden terdapat keterlibatan banyak orang dan investigator ingin memastikan keberadaan mereka dalam insiden.

 Berguna pada keadaan jangka pendek

 Dapat dipetakan ke dalam garis waktu sehingga dapat dipakai untuk mengetahui kerangka waktu spesifik yang lebih detil.

Langkah-langkah time person grid sebagai berikut:

a. buatlah tabel yang terdiri dari beberapa baris dan kolom

b. dari tabel tersebut, kolom sebelah kiri berisi daftar staf yang terlibat c. kolom berikutnya berisi perjalanan waktu (jam, menit) pada baris atasnya d. kemudian pada baris di bawah waktu berisi keterangan tempat atau kegiatan

staf yang terlibat Nilai positif :

 dapat digunakan pada waktu yang pendek

 dapat mengidentifikasi keberadaan seseorang dan adanya celah informasi  pemetaan dapat dalam bentuk garis waktu yang efektif

Nilai negatif :

 hanya dapat digunakan dalam waktu yang pendek  orang tidak dapat mengingat waktu di mana ia berada  terfokus pada individu

C. Identifikasi masalah (Care Management Problem / CMP)

Masalah yang terjadi dalam pelayanan, baik itu melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya. Suatu insiden bisa terdiri dari beberapa CMP.

1. Prinsip Dasar CMP :

pelayanan yang menyimpang dari standar pelayanan yang ditetapkan

(32)

D. Analisis Informasi

Tools untuk identifikasi proximate dan underlying cause. 1. 5 Why (why-why chart)

Secara konstan bertanya “mengapa?”, melalui lapisan penyebab sehingga mengarah pada akar permasalahan dari problem yang teridentifikasi.

2. Analisis perubahan / change analysis

Digunakan untuk menganalisa proses yang tidak bekerja sesuai rencana (apa dan mengapa berubah). Cara ini digunakan jika:

 Suatu sistem / tugas yang awalnya berjalan efektif kemudian terjadi kegagalan / terdapat sesuatu yang menyebabkan perubahan situasi.

 Mencurigai suatu perubahan yang menyebabkan ketidaksesuaian tindakan atau kerusakan alat.

Analisis perubahan membandingkan reality dengan idealnya / teori dengan prakteknya. Langkah-langkahnya :

1. pelajari prosedur normal : apa yang seharusnya dilakukan (kolom 1) 2. petakan alur insiden yang terjadi, bandingkan dengan langkah 1 (kolom 2)

3. bandingkan dua proses apakah ada perbedaan, apa sebagai masalah? Catat pada kolom yang telah disediakan (kolom 3)

4. catat akar masalah untuk perbaikan yang akan dimasukkan dalam rekomendasi.

3. Analisis hambatan / barrier analysis

Analisa hambatan didesain untuk mengidentifikasi :

1. penghalang mana yang seharusnya berfungsi untuk mencegah terjadinya insiden 2. mengapa penghalang gagal?

3. penghalang apa yang dapat digunakan insiden terulang kembali? Ada empat tipe penghalang, yaitu :

1. penghalang fisik 2. penghalang natural

3. penghalang tindakan manusia 4. penghalang adminstrasi

(33)

Saat suatu insiden terjadi, biasanya sudah ada tiga atau lebih penghalang yang berhasil ditembus. Hal ini sesuai dengan teori “Swiss Cheese”

4. Fish bone

Tiap masalah dapat berkaitan dengan beberapa faktor yang dapat memberikan dampak pada timbulnya insiden.

(34)

Untuk pengisian, lihat Faktor kontributor .

Tabel . Faktor Kontributor Investigasi Insiden Klinis

FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN DAN SUBKOMPONEN DALAM INVESTIGASI INSIDEN KLINIS

1. FAKTOR KONTRIBUTOR EKSTERNAL DILUAR RUMAH SAKIT Komponen

a. Regulator dan Ekonomi

b. Peraturan dan Kebijakan Depkes c. Peraturan Nasional

d. Hubungan dengan Organisasi lain

2. FAKTOR KONTRIBUTOR ORGANISASI DAN MANAJEMEN

Komponen Subkomponen

Organisasi dan Manajemen a. Struktur Organisasi b. Pengawasan

c. Jenjang Pengambilan Keputusan Kebijakan, Standar dan Tujuan a. Tujuan dan Misi

b. Penyusunan Fungsi Manajemen c. Kontrak Service

d. Sumber Keuangan e. Pelayanan Informasi f. Kebijakan diklat

g. Prosedur dan Kebijakan Gambar . Teori Fish bone

(35)

h. Fasilitas dan Perlengkapan i. Manajemen Risiko

j. Manajemen K3 k. Quality Improvement

Administrasi Sistem Administrasi

Budaya Keselamatan a. Attitude Kerja

b. Dukungan manajemen oleh seluruh staf

SDM

a. Ketersediaan

b. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Staf yang Berbeda

c. Beban Kerja yang optimal

Diklat Manajemen Training/Pelatihan/Refreshing

3. FAKTOR LINGKUNGAN KERJA

Komponen Subkomponen

Desain dan Bangunan a. Manajemen Pemeliharaan b. Penilaian Ergonomik c. Fungsionalitas

Lingkungan a. Housekeeping

b. Pengawasan Lingkungan Fisik c. Perpindahan Pasien antar Ruangan

Perlengkapan a. Malfungsi Alat

b. Ketidaktersediaan

c. Manajemen Pemeliharaan d. Fungsionalitas

e. Desain, Penggunaan & Maintenace Peralatan 4. FAKTOR KONTRIBUTOR : TIM

Komponen Subkomponen

Supervisi dan Konsultasi a. Adanya kemauan staf junior berkomunikasi b. Cepat Tanggap

(36)

Konsistensi a. Kesamaan tugas antar profesi

b. Kesamaan tugas antar staf yang setingkat Kepemimpinan dan Tanggung Jawab a. Kepemimpinan Efektif

b. Uraian Tugas Jelas

Respon terhadap Insiden Dukungan peer group setelah insiden

5. FAKTOR KONTRIBUTOR : STAF

Komponen Subkomponen

Kompetensi a. Verifikasi Kualifikasi

b. Verifikasi Pengetahuan dan Keterampilan Stressor Fisik dan Mental a. Motivasi

b. Stresor Mental: Efek Beban Kerja Beban Mental c. Stresor Fisik: Efek Beban Kerja = Gangguan

Fisik 6. FAKTOR KONTRIBUTOR : TUGAS

Komponen Subkomponen

Ketersediaan SOP a. Prosedur Peninjauan dan Revisi SOP b. Ketersediaan SOP

c. Kualitas Informasi d. Prosedur Investigasi Ketersediaan dan akurasi hasil test a. Test Tidak Dilakukan

b. Ketidaksesuaian antara interpretasi hasil test Faktor Penunjang dalam validasi alat

medis

a. Ketersediaan, penggunaan, dan reliabilitas b. Kalibrasi

Desain Tugas Penyelesaian tugas tepat waktu dan sesuai SOP 7. FAKTOR KONTRIBUTOR : PASIEN

Komponen Subkomponen

Kondisi Penyakit yang kompleks, berat, multikomplikasi

Personal a. Kepribadian

b. Bahasa

c. Kondisi Sosial d. Keluarga

Pengobatan

Mengetahui risiko yang berubungan dengan pengobatan

(37)

Riwayat a. Riwayat Medis b. Riwayat Kepribadian c. Riwayat Emosi Hubungan Staf dan Pasien Hubungan yang baik

8. FAKTOR KONTRIBUTOR KOMUNIKASI

Komponen Subkomponen

Komunikasi Verbal a. Komunikasi antar staf junior dan senior b. Komunikasi antar Profesi

c. Komunikasi antar Staf dan Pasien b. Komunikasi antar Unit Departemen Komunikasi Tertulis Ketidaklengkapan Informasi

E. Rekomendasi Dan Rencana Kerja Untuk Improvement

LANGKAH 1 dan 2 : IDENTIFIKASI INSIDEN DAN TENTUKAN TIM

INSIDEN : __________________________________________________ Tim : Ketua : Anggota : 1. ________ 4. ________ 2. ________ 5. ________ 3. ________ 6. ________

Apakah semua area yang terkait sudah terwakili? YA TIDAK Apakah macam-macam dan tingkat pengetahuan YA TIDAK Yang berbeda sudah terwakili dalan tim tersebut?

Siapa yang menjadi notulen ? _______

Tanggal dimulai _______________Tanggal dilengkapi ______________

LANGKAH 3 : KUMPULKAN DATA DAN INFORMASI

-Observasi langsung : __________________ -Dokumentasi: 1. ______________________

(38)

2. ______________________ 3. ______________________ 4. ______________________ 5. ______________________ - Interview (dokter atau staf yang terlibat)

1. _______________________________________ 2. _______________________________________ 3. _______________________________________ 4. _______________________________________ 5. _______________________________________

LANGKAH 4 : PETAKAN KRONOLOGI KEJADIAN

FORM TABULAR TIMELINE Waktu / Kejadian Kejadian Informasi tambahan Good Practice Masalah Pelayanan

FORM TIME PERSON GRID waktu

staf yang terlibat

(39)

LANGKAH 5: IDENTIFIKASI CMP

FORM MASALAH / CMP

MASALAH INSTRUMEN / TOOLS

1 2 3

LANGKAH 6: ANALISIS INFORMASI

FORM TEKNIK (5) MENGAPA MASALAH

Mengapa Mengapa Mengapa

FORM ANALISIS PERUBAHAN Prosedur yang normal

(SOP)

Prosedur yang dilakukan saat insiden

Apakah terdapat bukti perubahan dalam

proses?

FORM ANALISIS PENGHALANG Apa penghalang pada

masalah ini?

Apakah penghalang dilakukan?

Mengapa penghalang gagal? Apa dampaknya?

(40)

FISH BONE / ANALISIS TULANG IKAN (diagram fish bone lihat atas)

LANGKAH 7: FORM REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAKAN

Faktor kontributor Tindakan Tingkat rekomendasi (individu, tim, direktorat, RS) Penanggung jawab Waktu Sumber daya yang dibutuhkan Bukti penyelesaian paraf

Failure Mode Effects & Analysis

( FMEA/ Analisa Modus Kegagalan dan Dampaknya )

 Metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi . Hal tersebut didesain untuk meningkatkan keselamatan pasien

 Proses pro aktif dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi  Mengantisipasi kesalahan akan meminimalkan dampak buruk Langkah– langkah FMEA

 Tentukan Topik proses FMEA.  Bentuk Tim

(41)

 Analisa Hazard Score

 Tatalaksana dan Pengukuran Outcome

 Standarisasi / redesign proses / design control

 Analisa dan melakukan uji coba pada proses yang baru  Implementasi dan monitor proses yang baru

Langkah 1 & 2

- Pilih Proses yang berisiko tinggi terhadap Keselamatan Pasien dan bentuk Tim - Tim menyesuaikan Proses yang dipilih

- Pilih Proses yang akan dianalisa

- Tentukan salah satu Proses / Sub Proses bila proses nya kompleks Langkah 3A

Gambarkan alur Proses

Jelaskan tahapan – tahapan proses kegiatan sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku di Rumah Sakit. Tahapan Proses isikan dalam kotak 1 , 2, 3, 4, 5, 6, dst

Pada Tahapan Proses dijelaskan proses setiap kegiatan sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku dan jika proses terlalu kompleks, dapat memilih satu proses atau sub proses untuk ditindak lanjuti

Kemudian masing – masing proses uraikan subprosesnya pada Tahapan Sub Proses pada baris A, B, C, D, E. dst

1 2 3 4 5 6

Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub

Proses proses proses proses proses proses

(42)

B._______ B._______ B.________ B.________ B.________ B._________ C._______ C._______ C.________ C.________ C.________ C._________ D._______ D._______ D.________ D.________ D.________ D._________ E._______ E._______ E.________ E.________ E.________ E._________

Langkah 3B

Gambarkan Alur Sub Proses

Jelaskan Sub Proses kegiatan yang dipilih untuk ditindak lanjuti, isikan pada kotak A,B,C,D,E. Masing – masing Sub Proses sampai Sub Proses terakhir dicari modus kegagalannya, isikan pada baris 1, 2, 3, 4, 5

A B C D E

Modus Modus Modus Modus Modus

Kegagalan kegagalan kegagalan kegagalan kegagalan 1. ________ 1. ________ 1. ________ 1.________ 1.________ 2. ________ 2. ________ 2. ________ 2. ________ 2. ________ 3. ________ 3. ________ 3. ________ 3. ________ 3. ________ 4. ________ 4. ________ 4. ________ 4. ________ 4. ________

Langkah 4

Analisa Hazard Score

Isikan masing – masing modus kegagalan dan effek analisisnya pada lembar kerja 1. Modus Kegagalan

Apa yang anda amati ketika kesalahan terjadi, masing – masing beri nilai pada nomor selanjutnya

(43)

2. Akibat / Severity ( S)

Bagaimana dampak kesalahan pada pelanggan, beri nilai seberapa parah dampaknya terhadap pelanggan

Nilai 1 = bila kesalahan tidak menimbulkan dampak / cidera pada pelayanan kesehatan ( perhatikan pada lembar Analisa Hazard Minor )

Nilai 5 = bila kegagalan dapat mempengaruhi proses pelayanan kesehatan tetapi menimbulkan kerugian minor ( perhatikan pada lembar Analisa Hazard Moderat )

Nilai 7 = bila kegagalan menyebabkan kerugian yang lebih besar terhadap pasien ( perhatikan pada lembar Analisa Hazart Mayor )

Nilai 10 = bila kegagalan menimbulkan kematian atau kecacatan (perhatikan pada lembar Analisa Hazart Katastropik)

3. Potensial Penyebab / Occurrence ( O )

Yang paling memungkinkan penyebab terjadinya kesalahan – garis ini harus selalu terisi dan seberapa sering penyebab atau kesalahan model ini terjadi ?

Nilai 1 = Hampir tidak pernah terjadi ( > 5 tahun )

Nilai 5 = Jarang ( dapat terjadi dalam >2 tahun sampai 5 tahun )

Nilai 7 = Kadang – kadang ( dapat terjadi beberapa kali dalam 1 sampai 2 tahun )

Nilai 10 = Hampir sering muncul dalam waktu yang relatif singkat (beberapa kali dalam 1 tahun)

4. Pendeteksian / Detectability ( D )

Seberapa besar kemungkinan yang kita dapat untuk mendeteksi kesalahan atau penyebabnya? Nilai 1 = mudah dideteksi

Nilai 5 = agak susah dideteksi Nilai 7 = susah dideteksi Nilai 10 = tidak dapat dideteksi 5. RPN

Hasil perkalian S X O X D

6. Peringkat : untuk prioritas penyebab yang akan ditindak lanjuti pada langkah 5 berdasarkan nilai tertinggi pada RPN ( Risk Priority Number )

(44)

PROCESS & SUBPROCESSES FAILURE MODE PROXIMATE CAUSES

EFFECTS S O D RPN RANK ACTION

PLAN

Langkah 5

Tata Laksana dan Pengukuran Outcome Lembar Kerja

Modus Kegagalan

Potensi Penyebab

RPN Peringkat Tindak lanjut KPI PIC Dukungan Manajemen

Langkah 6

Melakukan Standarisasi / redesign proses / design control, antara lain dengan :  Mengeliminasi risiko bila memungkinkan

 Minimalkan risiko apabila tidak dapat dieliminasi Langkah 7

Analisa dan melakukan uji coba pada proses yang baru

1. Bila proses yang baru sudah selesai dibuat, perlu dilakukan proses FMEA yang baru untuk menguji apakah proses tersebut masih berpotensi menimbulkan kegagalan

2. Untuk Failure mode dengan high RPN, jangan lupa mencari banyak jalan untuk mengeliminasi / meminimalkan risiko

Langkah 8

Implementasi dan monitor proses yang baru. Ulangi beberapa waktu, sesudah beberapa failure mode di-eliminasi

(45)

2. CLINICAL PATHWAY

Clinical Pathway (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit. Clinical pathway diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang terdiagnosis : Acute Ischemik Stroke, maupun pasien dengan tindakan: Sectio Caesarea, Tonsilectomi ( termasuk Adenotonsilectomi ), Coronary Angiography ( PAC ), Temporary Pace Maker ( TPM ), Permanent Pace Maker ( PPM ), Percutaneus Coronary Intervention ( PCI ).

3. Penetapan Area Prioritas

Pengelompokan Indikator Mutu Rumah Sakit Islam Ibnu Sina berdasarkan prioritas area yang akan dilakukan evaluasi adalah sebagai berikut:

No Prioritas Area Evaluasi SKP Keterangan

1 Sasaran Keselamatan Pasien

1. Angka Kesalahan Identifikasi Pasien SKP.1 Proses

2. Angka insiden karena salah

komunikasi SKP.2 Proses

3. Angka kesalahan membaca resep SKP.3 Proses 4. Ketepatan Pelaksanaan operasi tanpa

adanya kesalahan pasien, tindakan dan lokasi operasi

(46)

5a.

Angka pasien dengan infeksi jarum

infus SKP.5 Output pelayanan

5b. Angka pasien dengan ILO SKP.5 Output pelayanan 5c. Angka pasien dengan decubitus SKP.5 Output pelayanan 5d. Angka kepatuhan cuci tangan bagi

karyawan SKP.5 Proses

6. Angka pasien jatuh SKP.6 Output pelayanan 2 Indikator Area

klinis

1. Angka kelengkapan pengkajian

keperawatan Asesmen Pasien Prosedur

2. Angka ketepatan waktu penyelesaian pemeriksaan laboratorium

Laboratorium Prosedur

3.Kejadian kegagalan pelayanan Rontgen

Radiologi Outcome

4. Ketepatan Pelaksanaan operasi tanpa adanya kesalahan pasien, tindakan dan lokasi operasi

Prosedur bedah Prosedur

5. Pemberian Aspirin pada pasien AMI

Penggunaan antibiotik dan obat lain

Prosedur

6. Angka kesalahan pemberian obat Medication error Prosedur 7. Kelengkapan Laporan Anastesi Penggunaan

anestesi

Proses

8. Tidak ada kejadian salah penyerahan darah transfusi

Penggunaan darah dan produk darah

Prosedur

9. Angka kelengkapan pengkodingan Rawat Inap

Ketersediaan isi dan penggunaan RM

Proses

(47)

jarum infus

10 b. Angka pasien dengan ILO PPI Out come 10 c. Angka pasien dengan decubitus PPI Out come 11. TDD, tidak ada kegiatan riset

3 Indikator Area Manajemen

1. Pending purchase order barang rutin dalam 1 minggu

Pengadaan rutin Proses

2. Ketepatan waktu Laporan Kematian Ibu dan Bayi

Pelaporan yang diwajibkan

Proses

3. Angka ketepatan pelaporan KNC, KTD, sentinel

Man risiko Out come

4. Pelaksanaan preventive maintenance alat medis

Penggunaan sumber daya

Proses

5a.Tingkat kepuasan pasien RI & keluarga terhadap pelayanan rumah sakit

Harapan dan kepuasan pasien / keluarga

Out come

5b.Tingkat kepuasan pasien RJ & keluarga terhadap pelayanan rumah sakit

Harapan dan kepuasan pasien / keluarga

Out come

6. Laporan hasil survey kepuasan karyawan terhadap fasilitas makan

Harapan dan kepuasan staf

Proses

7. Angka ketepatan laporan DBD Demografi dan diagnosa klinis

Proses

8. Pembuatan rincian biaya dan kuitansi di bagian Radiologi 99% benar

Manajemen keuangan

Proses

9. Pemantauan baku mutu air bersih Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan masalah bagi keselamatan pasien, keluarga pasien dan

(48)

staf

4 Indikator Library of Measure

1.Prophylactic antibiotik pada operasi Hip Athroplasty

Indikator Area Klinis 5

Prosedur operasi

2. Pengurangan resiko pasien jatuh Indikator SKP 6 Out come 3. Angka pasien decubitus Indikator SKP5 Out come 4. Pemberian Aspirin pada pasien AMI Indikator Area

Klinis 5

Prosedur

5.Pelaksanaan edukasi SNH kepada pasien / keluarga

PPK Proses

Strategi Pencapaian Mutu RS Islam Ibnu Sina Pekanbaru

Untuk meningkatkan mutu Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru maka disusunlah strategi sebagai berikut :

a. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu pelayanan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru sehingga dapat menerapkan langkah-langkah upaya peningkatan mutu di masing-masing unit kerjanya.

b. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru, serta upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan. c. Menciptakan budaya mutu di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Perkanbaru, termasuk

didalamnya menyusun program mutu Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru dengan pendekatan P-D-S-A cycle.

Pendekatan Pemecahan Masalah

Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus yang berkesinambungan. Langkah pertama dalam proses ini adalah identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan

(49)

bagian yang sangat penting dari seluruh proses siklus, karena akan menentukan kegiatan-kegiatan selanjutnya dari pendekatan pemecahan masalah ini.

Masalah akan timbul apabila:

a. Hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada terdapat penyimpangan. b. Merasa tidak puas dengan penyimpangan tersebut

c. Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut

Dengan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa dilakukan tindakan perbaikan. Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas, setelah diadakan tindakan perbaikan perlu dinilai kembali apakah masih ada yang tertinggal. Dari penilaian kembali maka akan didapatkan masalah yang telah terpecahkan dan masalah yang masih tetap merupakan masalah sehingga proses siklus akan berulang mulai tahap pertama.

BAB X

PRINSIP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU

RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA

PEKANBARU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru.

Indikator

Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.

Kriteria

Adalah spesifikasi dari indikator  Standar :

- Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggungjawab untuk mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.

(50)

- Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik. - Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.

Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu maka harus memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:

1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan a. Keprofesian

b. Efisiensi

c. Keamanan pasien d. Kepuasan pasien

e. Sarana dan lingkungan fisik 2. Indikator yang dipilih

a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai outcome daripada struktur dan proses

b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk perorangan

c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar rumah sakit

d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk dimonitor e. Didasarkan pada data yang ada

3. Kriteria yang digunakan

Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu yang tidak baik. 4. Standar yang digunakan

Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan : a. Acuan dari berbagai sumber

b. Benchmarking dengan rumah sakit yang setara c. Berdasarkan tren yang menuju kebaikan

(51)

BAB XI

INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT

Indikator adalah : suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan dan merupakan variabel yang digunakan untuk menilai perubahan

Indikator Rumah Sakit Islam Ibnu Sina meliputi :

A. INDIKATOR AREA KLINIS

a. Asesmen Pasien

Angka kelengkapan pengkajian keperawatan pasien rawat inap

Judul Angka kelengkapan pengkajian keperawatan pasien rawat inap Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Tujuan Tergambarnya pelayanan keperawatan yang aman bagi pasien

Definisi operasional Angka kelengkapan dokumentasi pengkajian keperawatan pasien rawat inap dalam 24 jam sejak pasien masuk rawat inap

Frekuensi

pengumpulan data

Setiap bulan

Periode analisa Setiap bulan

Numerator Jumlah kelengkapan pengkajian keperawatan dalam 24 jam Denominator Jumlah pasien baru rawat inap

(52)

Sumber data Dokumentasi asuhan keperawatan

Standar Min 80%

Penanggung jawab pengumpul data

Kasubag ASKEP/ Kepala Ruangan

b. Pelayanan Laboratorium

Tidak adanya kejadian salah penyerahan darah tranfusi

Judul Tidak adanya kejadian salah penyerahan darah tranfusi Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Tujuan Mencegah insiden KNC, KTD, Sentinel karena tranfusi darah

Definisi operasional Tidak adanya kejadian salah penyerahan darah tranfusi sesuai permintaan kepada unit yang meminta

Frekuensi

pengumpulan data

1 bulan

Periode analisa 1 bulan

Numerator Jumlah kejadian salah penyerahan darah tranfusi Denominator

Sumber data Insiden report

Standar 0 kasus

Penanggung jawab pengumpul data

(53)

Hasil laborat dari PU / IGD ( Blood Cell Counter K. Klinik, Urine rutin, Widal, DHF ) tidak melebihi 2,5 jam

Judul Hasil laborat dari PU / IGD ( Blood Cell Counter K. Klinik, Urine rutin, Widal, DHF ) tidak melebihi 2,5 jam

Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Tujuan Mencegah insiden KNC, KTD, Sentinel karena tranfusi darah

Definisi operasional Hasil laborat dari PU / IGD ( Blood Cell Counter K. Klinik, Urine rutin, Widal, DHF ) tidak melebihi 2,5 jam setelah spesimen diterima

Frekuensi

pengumpulan data

1 bulan

Periode analisa 1 bulan

Numerator Jumlah Hasil laborat dari PU / IGD ( Blood Cell Counter K. Klinik, Urine rutin, Widal, DHF ) yang tidak melebihi 2,5 jam

Denominator Jumlah pemeriksaan dari PU / IGD

Sumber data Arsip hasil lab, pemantauan indikator laboratorium

Standar Min 90%

Penanggung jawab pengumpul data

(54)

Menekan angka pengulangan sampling darah pasien rawat jalan karena salah sampling

Judul Menekan angka pengulangan sampling darah pasien rawat jalan karena salah sampling

Dimensi Mutu Keselamatan pasien, efektifitas, kenyamanan

Tujuan Tergambarnya kompetensi SDM di bagian laboratorium

Definisi operasional Pengulangan sampling darah pasien rawat jalan karena salah sampling adalah : pengambilan sampling darah pasien lebih dari 1 kali karena kesalahan pengambilan

Frekuensi

pengumpulan data

1 bulan

Periode analisa 1 bulan

Numerator Jumlah pengulangan sampling darah pasien rawat jalan karena salah sampling 1 bulan

Denominator Total jumlah pasien lab rawat jalan dalam 1 bulan Sumber data Insiden report

Formulir pemantauan harian sarmut laboratorium Standar Maximal 1 %/ bulan

Penanggung jawab pengumpul data

Ka Laboratorium

Ketidak sesuaian jenis pemeriksaan dengan permintaan

Judul Ketidak sesuaian jenis pemeriksaan dengan permintaan Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Gambar

Gambar . Teori Analisis hambatan /  barrier analysis
Tabel . Faktor Kontributor Investigasi Insiden Klinis

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan visi dan moto tersebut diharapkan akan terlaksana kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang berkelanjutan melalui pemantauan indikator

 baik dan dan upaya upaya untuk untuk mencapai mencapai keselamatan p keselamatan pasien perlu asien perlu dibuat dibuat program peningka program peningkatan mutu tan mutu

Rumah sakit mempunyai Komite/Tim atau bentuk organisasi lainnya yang kompeten untuk mengelola kegiatan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) sesuai dengan

Oleh karena itu perlu disusun suatu pedoman pengorganisasian Tim Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TMKPRS) dalam bentuk Buku Pedoman Organisasian

mendokumentasikan supervisi yang sesuai dengan kebijakan rumah sakit, sasaran program, serta mutu dan keselamatan asuhan pasien. D Bukti adanya buku log terisi

bahwa dalam rangka memantau dan memotivasi upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar dipandang perlu

 Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu menetapkan bahwa semua staf dan karyawan wajib mengetahui program dan kegiatan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

Agar buku pedoman yang merupakan konsep dasar dan prinsip upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien ini, dapat dipergunakan oleh semua pimpinan di satuan kerja di lingkungan