• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PADA IBU DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SLEMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PADA IBU DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SLEMAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PADA IBU DENGAN KEJADIAN

ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SLEMAN

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Oleh :

Nursamsurya 12711065

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2016

(2)

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PADA IBU DENGAN KEJADIAN

ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SLEMAN

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Oleh :

Nursamsurya 12711065

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2016

(3)
(4)

THE RELATIONSHIP BETWEEN RISK FACTORS IN THE MOTHER WITH ASPHYXIA NEONATORUM AT THE PROVINCIAL HOSPITAL OF

SLEMAN

NURSAMSURYA1, TIEN BUDI FEBRIANI 2, NURLAILI MUZAYYANAH 2 1

Student of Faculty of Medicine, Islamic University of Indonesia 2

Department of Pediatric, Faculty of Medicine, Islamic University of Indonesia

ABSTRACT

BACKGROUND: The cause of death was asphyxiation, most neonatal Infants of low birth weight (LBW), and infections. Asphyxia is the inability of the newborn to breathe at the time of the first 60 seconds. There are many causes, among others, not be able to take sufficient oxygen before, during, and after childbirth.

OBJECTIVES: The determine relationship between risk factors in the mother include age, diabetes mellitus, hypertension, anemia, antepartum haemorrhage, infection, parity with asphyxia neonatorum at the provincial hospital of Sleman. METHODS: This study is observational study with cross sectional analytic. The subject of this study is the mother who gave birth at the provincial hospital in Sleman. The sample used in this study amounted to 204. The collection of data in this study is a form of medical record data. Data were analyzed using Chi-Square statistical test. RESULTS: the results of statistical tests is obtained that anemia has a relationship with asphyxia neonatorum. Obtained p value 0.05 < 0.001 significant meaning significant or meaningful. While the other risk factors in the mother was no significant or meaningful so that there is no relationship with asphyxia neonatorum. CONCLUSIONS: there is a relationship between asphyxia neonatorum with anemia and there is no relationship to other risk factors in the mother with asphyxia neonatorum.

(5)

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PADA IBU DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SLEMAN

NURSAMSURYA1, TIEN BUDI FEBRIANI 2, NURLAILI MUZAYYANAH 2 1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia 2

Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

INTISARI

Latar Belakang : Penyebab kematian neonatal terbanyak adalah asfiksia, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dan infeksi. Asfiksia adalah ketidakmampuan bayi baru lahir untuk bernapas pada waktu 60 detik pertama. Ada banyak penyebab, salah satu nya, tidak dapat mengambil oksigen yang cukup sebelum, selama, dan setelah melahirkan. Tujuan Penelitian : Mengetahui adanya hubungan faktor risiko pada ibu meliputi umur, diabetes melitus, hipertensi, anemia, perdarahan antepartum, paritas, infeksi dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Sleman.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian ini adalah ibu yang melahirkan di RSUD Sleman. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 204. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa data rekam medik. Data penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi-Square.

Hasil : Hasil uji statistik didapatkan bahwa anemia mempunyai hubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum. Didapatkan p < 0,05 dengan nilai signifikan 0,001 yang berarti signifikan atau bermakna. Sedangkan faktor risiko pada ibu yang lain tidak signifikan atau bermakna sehingga tidak ada hubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum.

Simpulan : Terdapat hubungan antara anemia dengan kejadian asfiksia neonatorum dan tidak terdapat hubungan faktor risiko yang lain pada ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum.

(6)

PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan. Indikator angka kematian yang berhubungan anak adalah Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi. Untuk mencapai target penurunan AKB pada Melenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir menjadi prioritas utama.1

Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa neonatus (bayi baru lahir umur 0-28 hari). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian neonatal terbanyak adalah asfiksia, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dan infeksi.1

Asfiksia, dari bahasa Yunani yang berarti tanpa denyut, saat ini digunakan untuk mendefinisikan

keadaan dimana pertukaran gas-plasental atau pulmonal–terganggu atau berkurang secara bersamaan sehingga menyebabkan depresi kardiorespirasi.2 Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkatan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Gangguan ini dapat berlangsung secara kronis atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara akut karena adanya komplikasi dalam persalinan.3

Umur, tinggi badan, dan berat badan wanita merupakan risiko kehamilan. Wanita yang berumur 15 tahun atau lebih muda meningkatkan risiko preeklamsi. Wanita yang berumur 35 tahun atau lebih meningkat risikonya dalam masalah-masalah seperti tekanan darah tinggi, diabetes gestasional dan komplikasi selama kehamilan. Pada umur kurang dari 20 tahun, organ-organ reproduksi belum berfungsi dengan sempurna, sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan mudah mengalami komplikasi.4

Pada ibu hamil dengan diabetes melitus, jumlah insulin kurang atau tidak berfungsi sehingga siklus Kreb tidak berlangsung dengan baik. Dengan kurang atau tidak berfungsinya siklus Kreb, dalam serum darah ibu

(7)

hamil terjadi peningkatan glukosa, badan keton, kolesterol, dan konsentrasi asam lemak. Peningkatan konsentrasi ini akan memberikan pengaruhnya terhadap komplikasi pada ibu hamil dan tumbuh kembang janin intrauteri. Hipertensi juga sangat menentukan tingkat kematian perinatal karena dapat terjadi minimal gangguan tumbuh kembang janin intrauterin akibat pertumbuhan plasenta yang terlalu kecil atau terjadi infark yang luas.5

Catatan dan perhitungan DepKes RI menyatakan bahwa di Indonesia sekitar 67% Bumil mengalami anemia dalam berbagai jenjang. Bahaya anemia pada kehamilan dapat digolongan menjadi bahaya terhadap kehamilan dan janin.5

Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga menjelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan kematian janin intrauteri.4

Kehamilan yang paling optimal

dengan ketiga. Kehamilan pada kelompok grandemultipara sering disertai penyulit. Penelitian di RSUD Dr Adjidarmo Rangkasbitung menemukan kejadian asfiksia neonatorum 1,480 kali pada ibu yang melahirkan dengan paritas primipara dan grandemultipara dari pada ibu dengan multipara.3

Skor Apgar digunakan untuk menggambarkan kondisi bayi selama beberapa menit pertama kehidupan.2 Skor Apgar dapat digolongan menjadi tiga kategori, jika skor Apgar 0-3 disebut asfiksia berat. Dan jika skor Apgar 4-6 disebut asfiksia sedang, sedangkan skor Apgar 7-10 disebut vigorous baby (well born baby).5 Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.4

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor risiko pada ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Sleman sehingga pencegahan terhadap faktor risiko pada ibu dapat dilakukan.

METODE PENELITIAN

(8)

rekam medis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional.

Populasi dan Subyek Penelitian

Populasi yang akan digunakan adalah semua ibu yang melahirkan di RSUD Sleman. Jumlah populasi adalah 137 dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 204. Sampel yang diambil telah memenuhi kriteria inklusi yaitu ibu yang melahirkan bayi yang terdiagnosis asfiksia neonatorum di RSUD Sleman. Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia, hipertensi, DM, anemia, perdarahan antepartum, paritas dan infeksi serta variabel tergantungnya adalah asfiksia neonatorum.

Analisis Data

Data dianalisis menggunakan uji statistik Chi Square dengan uji alternatif yaitu Fisher’s Exact pada aplikasu IBM SPSS Statistic 21. Dinyatakan bermakna jika nilai p < 0,05.

HASIL

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan November – Desember 2015 untuk mengambil data sekunder dari rekam medis di RSUD Sleman.

Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian Variabel n (%) Nilai p Usia 0,389 <20 tahun 24 (11,8) 20-35 tahun 133 (65,2) >35 tahun 47 (23,0) Hipertensi 0,515 Ya 24 (11,8) Tidak 180 (88,2) DM 0,331 Ya 10 (4,9) Tidak 194 (95,1) Anemia 0,001 Ya 34 (16,2) Tidak 171 (83,8) Perdarahan Antepartum 0,082 Ya 18 (8,8) Tidak 186 (91,2) Paritas 0,392 Primipara 83 (40,7) Multipara 59 (28,9) Grandemultipara 62 (30,4) Infeksi 0,373 Ya 12 (5,9) Tidak 192 94,1) Asfiksia Neonatorum Ya 102 (50,0) Tidak 102 (50,0)

* uji Chi-Square bermakna jika nilai p < 0,005

Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa terdapat banyak perbedaan jumlah antar kelompok variabel. Hanya pada variabel asfiksia neonatorum yang memiliki jumlah yang sama. Dan didapatkan bahwa faktor risiko ibu yang berhubungan hanya anemia dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Sleman.

(9)

Tabel 2. Hasil Analisis Anemia dengan kejadian Asfiksia Neonatorum

Dari tabel 2, didapatkan rasio prevalens (RP) 1,961 dengan convidence interval (CI) 95% antara 1,567 hingga 2,453. Sehingga dapat dikatakan bahwa bayi yang dikandung ibu yang menderita Anemia memiliki risiko 1,961 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang dikandung ibu yang tidak menderita anemia.

PEMBAHASAN

Tabassum, et al., 2014, mendapatkan hasil yang serupa dimana terdapat hubungan antara anemia dengan kejadian asfiksia neonatorum di kecamatan Matiari Provinsi Sindh Pakistan. Tidak adekuatnya dan kurangnya kualitas pelayanan pada saat antenatal menyebabkan anemia masih menjadi fakor risiko asfiksia neonatorum.6

Hasil analisis statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum. Desfauza (2008) mendapatkan hasil serupa dimana tidak terdapat hubungan usia ibu dengan

kejadian asfiksia neonatorum di RSU Dr Pirngadi Medan. Kemungkinan ini dikarenakan sudah dipahaminya tentang usia reprokduksi sehat pada wanita usia 20 tahun – 35 tahun sehingga sudah jarang dijumpai ibu yang melahirkan dibawah usia 20 tahun. Selain itu, perempuan dijaman sekarang lebih aktif bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga usia untuk melahirkan pun sudah dibatasi menjadi lebih pendek, dimana pada penelitian ini tidak banyak dijumpai ibu yang melahirkan di atas 35 tahun.3

Hasil analisis statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara hipertensi pada ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum. Desfauza (2008) mendapatkan hasil yang berbeda dimana terdapat hubungan hipertensi dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU Dr Pirngadi Medan. Penyakit hipertensi yang diderita akan mempengaruhi janin karena dengan meningkatnya tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya Asfiksia Neonatorum

Nilai p RP 95% CI

Ya Tidak

Anemia Ya 28 (16,5) 5 (16,5) 0,001 1,961 1,567-2,453 Tidak 74 (85,5) 97 (85,5)

(10)

hambatan pada pembuluh darah perifer. Hal ini akan mengakibatkan sirkulasi utero-plasenta kurang baik, keadaan ini menimbulkan gangguan lebih berat terhadap insufisiensi plasenta dan berpengaruh pada gangguan pertumbuhan janin serta gangguan pernafasan.3

Hasil analisis statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara DM pada ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum. Aslam, et al., (2014) mendapatkan hasil yang serupa dimana tidak terdapat hubungan antara DM dengan asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Karachi Pakistan.

Hasil analisis statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perdarahan antepartum pada ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum. Martono (2011), mendapatkan hasil yang berbeda juga dimana terdapat hubungan antara perdarahan antepartum dengan kejadian asfiksia neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya. Pada perdarahan antepartum, terjadi penurunan aliran darah dari ibu ke plasenta sehingga hipoksemia pada janin. Kondisi tersebut memicu terjadinya asfiksia neonatorum jika transfusi ke ibu atau persalinan yang ditunda.7

Hasil analisis statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara paritas pada ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum. Ravindran (2012) mendapatkan hasil yang berbeda dimana terdapat hubungan antara paritas ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Desfauza (2008) juga mendapatkan hasil yang berbeda dimana terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU Dr Pirngadi Medan. Kehamilan dan persalinan yang mempunyai risiko adalah anak pertama dan persalinan anak keempat atau lebih karena pada anak pertama adanya kekakuan dari otot atau cervik yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat memperpanjang persalinan sedangkan pada anak keempat atau lebih adanya kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali diregangkan kehamilan, sehingga nutrisi yang dibutuhkan janin berkurang, dinding rahum dan dinding perut sudah kendor, kekenyalan sudah berkurang hingga kekuatan mendesak kebawah tidak seberapa sehingga dapat memperpanjang proses persalinan.3

Hasil analisis statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

(11)

bermakna antara infeksi pada ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum. Tabassum et al., (2014) mendapatkan hasil yang berbeda dimana terdapat hubungan antara infeksi dengan kejadian asfiksia neonatorum di kecamatan Matiari Provinsi Sindh Pakistan. Pelayanan persalinan yang baik dan adekuat menyebabkan infeksi bukan lagi menjadi faktor risiko pada asfiksia neonatorum saat ini. Dengan penatalaksanaan infeksi yang baik dari petugas kesehatan dapat membantu terhindarnya hal-hal yang merugikan bagi kehamilan dan bayi.6

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan hanya 1 variabel yang signifikan yaitu anemia. Bayi yang dikandung oleh ibu yang menderita anemia memiliki risiko 1,961 kali lebih tinggi untuk mengalami asfiksia neonatorum dibanding bayi yang dikandung ibu yang tidak mengalami anemia.

SARAN

Dari hasil penelitian dapat disarankan beberapa hal seperti perlu dilakukan penelitian serupa dengan desain yang berbeda, dan perlu

menyeluruh dari faktor risiko asfiksia neonatorum sehingga didapatkan hasil yang lebih lengkap mengenai faktor risiko terjadinya asfiksia neonatorum.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada dr. Tien Budi Febriani, M.Sc, Sp.A dan dr. Nurlaili Muzayyanah, M.Sc, Sp.A, kedua orang tua, saudara, sahabat dan semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI, (2014) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, Sekertariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

2. Lissauer, Tom., Fanaroff, A.A., (2006) Neonatology At A Glance. Umami, Vidhia. 2009 (Alih Bahasa), Erlangga, Jakarta.

3. Desfauza, Evi., (2008) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir yang Dirawat di RSU DR Pringadi Medan Tahun 2007, Tesis, Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Epidemiologi, Universitas Sumatra Utara.

4. Gilang., Notoatmodjo, H., Rakhmawatie, M.D., (2012) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum (Studi Di RSUD

(12)

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Semarang.

5. Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., (2007) Pengantar Kuliah Obstetri. EGC, Jakarta.

6. Tabassum, F., Rivzi, A., Ariff, S., Soofi, S., Bhutta, Z.A., (2014) Risk Factors Associated with Birth Asphyxia in Rural District Matiari Pakistan, Internasional Journal of Clinical Medicine, 5, 1430-1441-December 2014.

7. Martono, T.U., (2011) Risk Factors for Birth Asphyxia, Folia Medica Indonesiana, Vol. 47 No. 4 October-December 2011 : 211-214.

Gambar

Tabel  1.  Karakteristik  Subyek  Penelitian  Variabel  n (%)  Nilai p  Usia  0,389 &lt;20 tahun 24 (11,8)  20-35 tahun  133 (65,2)  &gt;35 tahun  47 (23,0)  Hipertensi  0,515 Ya 24 (11,8)  Tidak  180 (88,2)  DM  0,331 Ya 10 (4,9)  Tidak  194 (95,1)  Anemi

Referensi

Dokumen terkait

Proses marinasi dengan asam cuka konsentrasi 5% selama 5 menit pada ikan Kakap merah yang paling disarankan digunakan di Masyarakat karena pita-pita protein pada

Pelaksanaan sasi sebagai bagian dari pelestarian sumber daya alam di Negeri Administratif Hatuhenu, ternyata tidak dilakukan oleh semua masyarakat yang juga merupakan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (“UU Desa”) terkesan mengkonstruksikan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) sebagai suatu bentuk badan usaha baru dalam ranah

merah “Buncis” di Kecamatan Sembalun adalah sebesar Rp. K elayakan dalam usaha agroindustri kacang merah “Buncis” di Kecamatan Sembalun dikatakan layak dikembangkan dengan

Didapatkan hasil bahwa jumlah rata-rata obat sakit kepala yang terjual adalah 95 kaplet dengan simpangan baku 13 kaplet, sedangkan jumlah rata-rata obat maag yang terjual adalah

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kajian Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove di Pesisir Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara”

Kalau teman dekat pria Anda itu tidak berani menyebutkan kapan ia bakal melamar, berarti ia tidak serius untuk melamar Anda!?. Katakanlah Anda

Iman tidak cukup disimpan didalam hati. Iman harus dilahirkan dalam bentuk perbuatan yang nyata dan dalam bentuk amal sholeh atau perilaku yang baik. Disamping itu, pengertian