LAPORAN PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM
IRIGASI DAN DRAINASE
IRIGASI DAN DRAINASE
“AUDIT SISTEM IRIGASI” “AUDIT SISTEM IRIGASI”
OLEH :
OLEH :
ABDURRACHMAN
ABDURRACHMAN ARIEF
ARIEF
11504020111136
11504020111136
NINUK
NINUK CAHYANI
CAHYANI
11504020111152
11504020111152
DIDIN
DIDIN WAHYUDI
WAHYUDI
11504020111195
11504020111195
A
AN
NA
AM
M P
PR
RA
AS
SE
ET
TY
YO
O
11
1
15
50
04
40
02
20
01
11
11
12
22
24
4
RI
RIZK
ZKYA
YANA
NA NO
NOER
ERIS
ISHY
HYNT
NTA
A 11
1150
5040
4020
20111
11124
245
5
KELAS A
KELAS A AGROEKOTEKNO
AGROEKOTEKNOLOGI
LOGI
PROGRAM STUDI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOL
AGROEKOTEKNOLOGI
OGI
FAKULTAS PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
MALANG
2013
2013
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan daerah yang beriklim basah, dimana pemakaian air tergantung pada jumlah dan kejadian hujan. Curah hujan pada umumnya cukup tapi jarang sekali secara tepat sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu perlu dikembangkan system pengairan yang baik, agar ketersediaan air dapat mencukupi selama periode
umbuh, salah satunya yaitu irigasi.
Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, institusi pengelola irigasi, dan sumber daya manusia. Keberlanjutan sistem irigasi ditentukan oleh: 1. Keandalan air irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan membangun waduk, waduk lapangan, bendungan, bendung, pompa, dan jaringan drainase yang memadai, mengendalikan mutu air, serta memanfaatkan kembali air drainase; 2. Keandalan prasarana irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan peningkatan, dan pengelolaan jaringan irigasi yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi; 3. Meningkatnya pendapatan masyarakat petani dari usaha tani yang diwujudkan melalui kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang mendorong keterpaduan dengan kegiatan diversifikasi dan modernisasi usaha tani.
Irigasi dimaksudkan untuk memberikan suplai air kepada tanaman dalam waktu, ruang, jumlah, dan mutu yang tepat. Pencapaian tujuan tersebut dapat dicapai melalui berbagai teknik pemberian air irigasi. Rancangan pemakaian berbagai tersebut disesuaikan dengan karakterisas itanaman dan
kondisi setempat. 1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum audit sistem irigasi ini adalah untuk mengetahui cara audit sistem irigasi dengan cara Uji Keseragaman Irigasi dengan 2 metode yaitu menghitung Koefisien Distribusi Keseragaman dan menghitung dengan metode Koefisien Keseragaman Christianmen serta untuk mengetahui indeks irigasi yang diperoleh dari metode irigasi curah yang dilakukan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum audit sistem irigasi kali ini kita bisa mengetahui cara audit sistem irigasi dengan cara Uji Keseragaman Irigasi dengan 2 metode yaitu menghitung Koefisien Distribusi Keseragaman dan menghitung dengan metode Koefisien Keseragaman Christianmen dan juga mengetahui indeks irigasi dari alat yang digunakan terhadap suatu lahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Irigasi dan Drainase
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman.
(Bustami, 1999) Drainase adalah istilah untuk tindakan teknis penanganan air kelebihan yang disebabkan olehhujan, rembesan, kelebihan air irigasi, maupun air buangan rumah tangga, dengan cara mengalirkan, menguras, membuang, meresapkan, serta usaha-usaha lainnya, dengan tujuan akhir untuk mengembalikan ataupun meningkatkan fungsi kawasan.
(Harsoyo,1977) 2.2 Metode Irigasi Curah (Sprinkler)
Sistem Irigasi curah atau sprinkler merupakan salah satu alternative metode pemberian air dengan efisiensi pemberian air lebih tinggi dibandingkan dengan irigasi permukaan (surface irrigation). Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar. Penyemprotan dibuat dengan mengalirkan air bertekanan melalui orifice kecil atau nozzle. Tekanan biasanya didapatkan dengan pemompaan. Untuk mendapatkan penyebaran air
yang seragam diperlukan pemilihan ukuran nozzle, tekanan operasional, spasing sprinkler dan laju infiltrasi tanah yang sesuai. Irigasi curah dapat digunakan untuk hampir semua tanaman, pada hampir semua jenis tanah.Akan tetapi tidak cocok untuk tanah berstruktur liat halus, dimana laju infiltrasi kurang dari 4 mm per jam dan atau kecepatan angin lebih besar dari 13 km/jam. Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa lateral yang masing-masing mempunyai beberapa mata pencurah.
2.3 Keunggulan dan Kekurangan Metode Irigasi Curah (Sprinkler) 2.3.1. Keunggulan
Beberapa keuntungan irigasi curah antara lain adalah :
1. Efisiensi pemakaian air cukup tinggi, keseragaman penggunaan air. 2. Dapat digunakan untuk lahan dengan topografi bergelombang dan
kedalaman tanah (solum) yang dangkal,
3. Tanpa diperlukan perataan lahan (land grading),
4. Cocok untuk tanah berpasir di mana laju infiltrasi biasanya cukup tinggi,
5. Aliran permukaan dapat dihindari sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya erosi,
6. Pemupukan terlarut, herbisida dan fungisida dapat dilakukan bersama-samadengan air irigasi,
7. Biaya tenaga kerja untuk operasi biasanya lebih kecil daripada irigasi permukaan,
8. Dengan tidak diperlukannya saluran terbuka, maka tidak banyak lahan yang tidak dapat ditanami, dan tidak mengganggu operasi alat dan mesin pertanian.
2.3.1 Kekurangan
Adapun kelemahan dari sistem irigasi curah atau sprinkler adalah kecepatan dan arah angin berpengaruh terhadap pola penyebaran air, air irigasi harus cukup bersih bebas dari pasir dan kotoran lainnya, investasi awal cukup tinggi, dan diperlukan tenaga penggerak di mana tekanan air berkisar antara 0,5 - 10 kg/cm2.
( Persada.2006) 2.4 Audit Sistem Irigasi
Audit pengelolaan irigasi adalah kegiatan pemeriksaan kinerja pengelolaan irigasi yang meliputi aspek organisasi, teknis, dan keuangan,
sebagai bahan evaluasi manajemen asset irigasi. Rencana managemen air di lahan :
• Akurasi rancangan lahan irigasi termasuk system irigasinya • Karakteristik, jumlah, laju aliran dan kualitas pasokan air
• Penilaian system pertanian yang diterapkan – perkiraan kebutuhan air • Factor pembatas ketersediaan air – dan implikasinya pada lahan
• Strategi untuk mengatasi kekeringan
• Jenis dan sifat tanah serta kedalaman zona akar • Jadwal irigasi
• Target kinerja system • Isu kualitas air
• Dampak terhadap lingkungan sebagai akibat praktek irigasi • Ketrampilan dan pelatihan staf
• Strategi untuk mengadopsi teknologi teknologi baru
• Evaluasi system manajemen dan efisiensi irigasi secara berkala • Prosedur perawatan
• Dokumentasi perbaikan system irigasi
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Waktu
Hari : Sabtu
Tanggal : 11 Mei 2013 Pukul : 07:30 s/d Selesai Tempat
Lapangan Sepakbola Desa Landungsari, Kota Malang, Jawa Timur. 3.2 Langkah Kerja Praktikum
Soft hose traveller
Gelas ukur, toples, tali rafia,
Luas area yang di irigasi 340m2, luas tiap kotak kecil 1m2. Masing-masing kelas pengamatan 40 toples/titik
Selama 20 menit Siapkan alat dan
Ukur panjang
Letakkan toples sesuai titik yang telah
Letakkan soft hose traveller
ditengah-Running alat soft hose
Hitung curahan air yang tertampung dalam
Catat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Pengamatan
no kelas waktu (menit) ketinggian air (cm) volume (ml) 1 AGB R 60 menit 0,15 92,785 2 AGB R 60 menit 0,3 88,776 3 AGB R 60 menit 0,15 92,785 4 AGB R 60 menit 1,2 64,722 5 AGB R 60 menit 0,9 72,740 6 AGB R 60 menit 0,9 72,740 7 AGB R 60 menit 0,6 80,758 8 AGB R 60 menit 0,3 88,776 9 AGB R 60 menit 0,3 88,776 10 AGB R 60 menit 1,2 64,722 11 AGB R 60 menit 1,5 56,704 12 AGB R 60 menit 1,5 56,704 13 AGB R 60 menit 0,9 72,740 14 AGB R 60 menit 0,9 72,740 15 AGB R 60 menit 0,6 80,758 16 AGB R 60 menit 0,6 80,758 17 AGB R 60 menit 0,6 80,758 18 AGB R 60 menit 1,5 56,704 19 AGB R 60 menit 1,5 56,704 20 AGB R 60 menit 1,2 64,722 21 AGB R 60 menit 1,5 56,704 22 AGB R 60 menit 0,9 72,740 23 AGB R 60 menit 1,2 64,722 24 AGB R 60 menit 1,8 48,685 25 AGB R 60 menit 1,5 56,704 26 AGB R 60 menit 1,2 64,722 27 AGB R 60 menit 1,2 64,722 28 AGB R 60 menit 0,9 72,740 29 AGB R 60 menit 0,6 80,758 30 AGB R 60 menit 0,6 80,758 31 AGB R 60 menit 0,6 80,758 32 AGB R 60 menit 0,9 72,740 33 AGB R 60 menit 1,2 64,722 34 AGB R 60 menit 0,9 72,740 35 AGB R 60 menit 1,2 64,722
36 AGB R 60 menit 0,9 72,740 37 AGB R 60 menit 1,2 64,722 38 AGB R 60 menit 0,9 72,740 39 AGB R 60 menit 1,2 64,722 40 AGB R 60 menit 1,2 64,722 41 AET A 60 menit 0,9 72,740 42 AET A 60 menit 0,6 80,758 43 AET A 60 menit 0,6 80,758 44 AET A 60 menit 0,3 88,776 45 AET A 60 menit 0,3 88,776 46 AET A 60 menit 0,3 88,776 47 AET A 60 menit 0,3 88,776 48 AET A 60 menit 0,3 88,776 49 AET A 60 menit 0,3 88,776 50 AET A 60 menit 0,3 88,776 51 AET A 60 menit 1,2 64,722 52 AET A 60 menit 1,2 64,722 53 AET A 60 menit 1,2 64,722 54 AET A 60 menit 1,8 48,685 55 AET A 60 menit 1,2 64,722 56 AET A 60 menit 0,9 72,740 57 AET A 60 menit 1,2 64,722 58 AET A 60 menit 1,2 64,722 59 AET A 60 menit 1,5 56,704 60 AET A 60 menit 1,5 56,704 61 AET A 60 menit 0,3 88,776 62 AET A 60 menit 0,3 88,776 63 AET A 60 menit 0,3 88,776 64 AET A 60 menit 0,3 88,776 65 AET A 60 menit 0,3 88,776 66 AET A 60 menit 0,3 88,776 67 AET A 60 menit 1,2 64,722 68 AET A 60 menit 1,2 64,722 69 AET A 60 menit 0,9 72,740 70 AET A 60 menit 0,6 80,758 71 AET A 60 menit 0,6 80,758 72 AET A 60 menit 0,6 80,758 73 AET A 60 menit 0,9 72,740 74 AET A 60 menit 0,3 88,776 75 AET A 60 menit 1,2 64,722 76 AET A 60 menit 1,5 56,704 77 AET A 60 menit 0,9 72,740
78 AET A 60 menit 0,9 72,740 79 AET A 60 menit 1,5 56,704 80 AET A 60 menit 1,5 56,704
JUMLAH 71,10 5843,230 RATA-RATA 0,89 73,040
Rumus perhitungan Volume = 96,794 – (x) 26,727
4.2. Tingkat Rata – Rata Curahan Air dari Sistem Irigasi Xrata-rata= ∑volume = 5843,230 = 73,040 ml
n 80
Dari data/table hasil praktikum di atas, dapat diketahui rata-rata volume dari system irigasi sprinkle yang digunakan adalah 73,040 ml. Rata-rata volume tersebut diperoleh dari perhitungan Rata-rata-Rata-rata data volume pada tiap titik pengamatan. Hasil rata-rata tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung MD tiap titik, KKC, dan KDS.
Jika rata-rata curahan dari suatu system irigasi menunjukkan nilai yang sama atau hampir sama (mendekati) dengan nilai/jumlah air yang diterima/ditampung ditiap titik pengamatan, maka dapat dikatakan system irigasi tersbut memilii keseragaman yang bagus dan kinerjanya juga bagus.
Perhitungan Rata-Rata Curahan Air Sistem Irigasi Diketahui : Vag = 73,040 ml T = 60 menit D = 14 cm, r = 7 cm t = 13 cm Ditanya : PR ? Jawab : PR = (Vavg x 60) / ( T/Ac) Ac = π x r (r + 2t) = 3,14 x 7 (7 + 2(13) ) = 22 x 33 = 726 cm2 = 7260 mm2 PR = ( 73,040 x 60 ) / ( 60/7260) = ( 4382,4 ) / (0,00826) = 53055,69 mm 4.3. Uji Keseragaman Irigasi
Perhitungan Koefisien Distribusi Keragaman Diketahui : M25 = 0,3 cm = 3 mm M = 0,89 cm = 8,9 mm Ditanya : KDS ? Jawab : KDS = (M25 x 100) / M KDS = ( 3 X 100 ) / 8,9 KDS = 300 / 8,9 = 33,70 % NO DATA 25 % TERENDAH 1 0,15 2 0,15 3 0,3 4 0,3 5 0,3 6 0,3 7 0,3 8 0,3 9 0,3 10 0,3 11 0,3 12 0,3 13 0,3 14 0,3 15 0,3 16 0,3 17 0,3 18 0,3 19 0,3 20 0,6 M2 5 0,3 M 0,89
4.3.2 Koefisien Keseragaman Christiansen no kelas waktu (menit) ketinggian air (cm) Md 1 AGB R 60 menit 0,15 -0,74 2 AGB R 60 menit 0,3 -0,59 3 AGB R 60 menit 0,15 -0,74 4 AGB R 60 menit 1,2 0,31 5 AGB R 60 menit 0,9 0,01 6 AGB R 60 menit 0,9 0,01 7 AGB R 60 menit 0,6 -0,29 8 AGB R 60 menit 0,3 -0,59 9 AGB R 60 menit 0,3 -0,59 10 AGB R 60 menit 1,2 0,31 11 AGB R 60 menit 1,5 0,61 12 AGB R 60 menit 1,5 0,61 13 AGB R 60 menit 0,9 0,01 14 AGB R 60 menit 0,9 0,01 15 AGB R 60 menit 0,6 -0,29 16 AGB R 60 menit 0,6 -0,29 17 AGB R 60 menit 0,6 -0,29 18 AGB R 60 menit 1,5 0,61 19 AGB R 60 menit 1,5 0,61 20 AGB R 60 menit 1,2 0,31 21 AGB R 60 menit 1,5 0,61 22 AGB R 60 menit 0,9 0,01 23 AGB R 60 menit 1,2 0,31 24 AGB R 60 menit 1,8 0,91 25 AGB R 60 menit 1,5 0,61 26 AGB R 60 menit 1,2 0,31 27 AGB R 60 menit 1,2 0,31 28 AGB R 60 menit 0,9 0,01 29 AGB R 60 menit 0,6 -0,29 30 AGB R 60 menit 0,6 -0,29 31 AGB R 60 menit 0,6 -0,29 32 AGB R 60 menit 0,9 0,01 33 AGB R 60 menit 1,2 0,31 34 AGB R 60 menit 0,9 0,01 35 AGB R 60 menit 1,2 0,31 36 AGB R 60 menit 0,9 0,01 37 AGB R 60 menit 1,2 0,31 38 AGB R 60 menit 0,9 0,01 39 AGB R 60 menit 1,2 0,31
40 AGB R 60 menit 1,2 0,31 41 AET A 60 menit 0,9 0,01 42 AET A 60 menit 0,6 -0,29 43 AET A 60 menit 0,6 -0,29 44 AET A 60 menit 0,3 -0,59 45 AET A 60 menit 0,3 -0,59 46 AET A 60 menit 0,3 -0,59 47 AET A 60 menit 0,3 -0,59 48 AET A 60 menit 0,3 -0,59 49 AET A 60 menit 0,3 -0,59 50 AET A 60 menit 0,3 -0,59 51 AET A 60 menit 1,2 0,31 52 AET A 60 menit 1,2 0,31 53 AET A 60 menit 1,2 0,31 54 AET A 60 menit 1,8 0,91 55 AET A 60 menit 1,2 0,31 56 AET A 60 menit 0,9 0,01 57 AET A 60 menit 1,2 0,31 58 AET A 60 menit 1,2 0,31 59 AET A 60 menit 1,5 0,61 60 AET A 60 menit 1,5 0,61 61 AET A 60 menit 0,3 -0,59 62 AET A 60 menit 0,3 -0,59 63 AET A 60 menit 0,3 -0,59 64 AET A 60 menit 0,3 -0,59 65 AET A 60 menit 0,3 -0,59 66 AET A 60 menit 0,3 -0,59 67 AET A 60 menit 1,2 0,31 68 AET A 60 menit 1,2 0,31 69 AET A 60 menit 0,9 0,01 70 AET A 60 menit 0,6 -0,29 71 AET A 60 menit 0,6 -0,29 72 AET A 60 menit 0,6 -0,29 73 AET A 60 menit 0,9 0,01 74 AET A 60 menit 0,3 -0,59 75 AET A 60 menit 1,2 0,31 76 AET A 60 menit 1,5 0,61 77 AET A 60 menit 0,9 0,01 78 AET A 60 menit 0,9 0,01 79 AET A 60 menit 1,5 0,61 80 AET A 60 menit 1,5 0,61 JUMLAH 71,10 -0,1
RATA-RATA 0,89
-0,0012 5 Perhitungan Keseragaman Christiansen
Diketahui : Σ Md = -0,1cm = -1 mm M = 0,89 cm = 8,9 mm n = 80 Ditanya : KKC ? Jawab : KKC = ((1-(∑MD)/(MxN)))x100% = ((1-((-1)/(8,9.4x80)))X100% = 100 %
4.4. Koefisien Penjadwalan dan Indeks Irigasi Koefisien Penjadwalan
Dalam kegiatan budidaya penjadwalan irigasi atau kebutuhan air untuk tanaman harus selalu terpenuhi untuk mengetahui hal tersebut dapat diketahui dengan menggunakan rumus perhitungan penjadwalan koefisien (SC).
Perhitungan SC yaitu : SC 25% = 1- KDS, dengan nilai KDS 33,70 % maka perhitungannya yaitu 1- 0,337 yang dimana hasilnya 0,663. Nilai SC haruslah kurang dari 1,3 dan nilai SC dalam kegiatan praktkum ini memenuhi syarat tersebut.
Indeks Irigasi
Kebutuhan air irigasi yang dihitung berdasarkan CROPWAT tanaman rumput memiliki kebutuhan irigasi total 530,5 mm/dec atau 53 mm/hari. Diasumsikan kebutuhan air irigasi 53 mm karena kedalaman tanaman rumput 50 mm. Sedangkan ketinggian/kedalaman air irigasi rata-rata 0,89 cm atau 8,9 mm.
Nilai Indeks irigasi dapat dikaetahui dengan nilai kedalaman air aplikasi dibagi kedalam air yang dibutuhkan yaitu 8,9 : 53 = 0,16. Hasil tersebut menunjukan bahwa memenuhi syarat yaitu nilain Ii tidak boleh lebih besar dari 1.0.
4.5. Pembahasan
Data hasil pengamatan audit irigasi berasaldari hasil praktikum di lapangan sepang bola Desa Lamdungsari memiliki hasil yang berbeda-beda. Peredaan terjadi di karenkan jarak toples dan pusat irigasi, toples yang dekat
pusat irigasi cenderung kebih banyak dibandingkan dengan toples yang jauh dari pusat irigasi cenderung ketebalan airnya sedikit.
Hasil pengamatan yang dimana terdapat 80 data, ketebalan tertinggi yaitu 1,8 cm sedangkan ketebalan terendah dalam praktikum kali ini adalah 0,15 cm. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh kita bisa mencari tingga rata-rata curahan air dari sistem irigasi yang diperoleh dimana dapat mencari tahu nilai Md. Md merupakan hasil pengurangan ketinggian yang dikurangi nilai rata-rata keseluruhan data. Kegiatan pratikum diperoleh jumlah nilai ketebalan air 71,10 cm dengan rata-rata ketebalan air 0,89, dan
untuk nilai jumlah Md adalah -0,1 dengan nilai rata-rata Md yaitu -0,00125. Langkah berikutnya yaitu mencari tahu nilai keseragam irigasi yang diperoleh dari 25% data ketinggian atau ketebalan yang terendah sehingga semua data Md perlu diurutkan terlebih dahulu dari nilai yang terendah ke nilai terbesar dalam hal ini menggunakan bantuan program sort pada excel, setalah itu diambil nilai 25% yang terdapat dalam tabel diatas.
Nilai koefisien distribusi keseragaman diperlukan untuk mengetahui apakah pembagian air di lahan tersebut dapat merata atau tidak. Namun dengan hasil tersebut membuktikan bahwa pada lahan tersebut distribusi keseragamnnya tidak baik dan tidakmerata. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai 33,70 % yang kurang memenuhi syarat hingga > 75%.
Nilai koefiesien distribusi keseragaman juga dapat dilihat dari nilai koefisien kesseragaman Christiansen. Perbedaan 2 rumus uji keseragaman yaitu terletak pada syarat standard kerataan dalam %. Syarat pada koefisien distribusi keseragaman yaitu >75% dan koefisien keseragaman Christiansen yaitu> 84 %. Hasil nilaikoefisien keseragaman Christiansen dalam kegiatan praktikum yaitu 100 %. Dalam kegiatan praktikum yang dilakukan diperoleh koefiesn penjadwalan irigasi adalah 0,663 dengan nilai indeks irigasi adalah 0,16.
Berdasarkan hasil perbandingan rumus tersebut baik dari KDS maupun KKC diperoleh hasil yang tidak memenuhi syarat standard kerataan dalam % tersebut karena berada dibawah standard tersebut dilihat dari nilai KDS sedangkan Nilai pada KKC menyatakan bahwa sebuah aplikasi yang digunakan sempurna karena nilainya adalah 100 %, sehingga terdapat kemungkinan pembagian air di lahan tersebut tidak dapat merata dengan baik.
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan bola desa landungsari dimana dari hasil tersebut memiliki nilai KDK dan KKC yang jauh berbeda. Pada hasil perhitungan koefisien keseragaman cristiansen, hasilnya 100%. Dan Pada perhitungan Koefisien Distribusi Keseragaman nilainya rendah yaitu 33,70 %. Karena nilai atau ketebelan air terkecil kebanyakan diperoleh dari wadah yang jaraknya jauh dari sprinkler dan yang berada di daerah pinggir. Selain itu hal ini juga dipengaruhi oleh semburan yang tumpang tindih yang menyebabkan terdekat dengan sprinkler ikut terbasahi (terisi air). Sehingga dalam praktikum yang dilakukan faktor yang mempengaruhi nilai ketebalan dan nilai keseluruhan adalah jarak antara pusat irigasi dengan jarak toples atau pengamatan. Faktor lain adalah debit atau semburan air yang diberikan oleh alat yang digunakan dalam praktikum.
Dalam kegiatan yang dilakukan dalam praktium rekomendasi yang diberikan dalam keberlangsungan alat dalam memberikan irigasi adalah dengan mengatur antara jarak dengan tanaman nantinya dan juga jumlah debit air yang di keluarkan agar pemerataan air dapat berlangsung baik.
kegiatan praktikum irigasi dan draenase sudah cukup baik akan tetapi harus lebih di persiapkan kembali sehingga tidak membuang-buang waktu dalam kegiatan praktikum dan juga penjelasan mengenai rumus perhitungan diusahakan lebih jelas sehingga praktikum tidak terbuang sia-sia ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA
Persada, Arya. 2006. Perencanaan Sistem Drainase Jalan. Departemen Pekerjaan Umum.
Bustami, Fuad., 1999. Sistem Irigasi: Suatu Pengantar Pemahaman, Tugas Kuliah Sistem Irigasi. Program Studi teknik Sipil, UGM; Yogyakarta. Harsoyo, Bangun. 1977. Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian Jawa