• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-40518/PP/M.XIII/15/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-40518/PP/M.XIII/15/2012"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-40518/PP/M.XIII/15/2012

Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2008

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi Penghasilan Netto Tahun Pajak 2008 sebesar Rp. 4.576.269.005,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

Pelepasan Obligasi Rp.10.402.778,00 dan Pelepasan surat berharga Pemerintah Rp.4.120.373.564,00

Menurut Terbanding : bahwa Pemohon Banding selama ini menerima bunga dari hasil investasi pada obligasi korporasi dan pemerintah yang dicatat sebagai pendapatan bunga obligasi dan selain itu Pemohon Banding juga mencatat laba atau diskonto obligasi atas pelepasan obligasi tersebut;

bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan di atas, maka Terbanding menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :

a. bahwa bunga dan diskonto merupakan objek Pajak Penghasilan;

b. bahwa atas bunga dan diskonto obligasi yang diperdagangkan atau dilaporkan di Bursa Efek yang diterima oleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan tidak dikenakan Pemotongan PPh Final;

c. bahwa hanya bunga dari obligasi yang diperdagangkan di pasar modal di Indonesia yang tidak termasuk sebagai objek Pajak Penghasilan, sedangkan diskonto obligasi tidak dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan dalam penghitungan penghasilan Dana Pensiun;

Menurut Pemohon Banding

: bahwa sesuai dengan penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1996 tentang PPh atas penghasilan berupa bunga atas diskonto obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek pasal 3 alenia 2, bahwa penghasilan berupa bunga atau diskonto obligasi yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan Reksadana bukan merupakan objek pajak sehingga tidak dikenakan Pajak Penghasilan, khusus untuk dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, pengecualian dari pengenaan Pajak Penghasilan sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini diberikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku;

bahwa berdasarkan penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 139 Tahun 2000, Pasal 4 alenia 2 dijelaskan bahwa : Adapun atas penghasilan bunga obligasi yang diperdagangkan di bursa efek yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan yang diterima atau diperoleh reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izan usaha dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf h dan huruf j Undang-undang PPh sehingga tidak perlu dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Majelis : bahwa Pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 652/KMK.04/1994 tentang Bidang Penanaman Modal Tertentu Yang Memberikan Penghasilan Kepada Dana Pensiun Yang Tidak Termasuk Sebagai Obyek Pajak Penghasilan mengatur :

Penghasilan yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dari penanaman modal berupa :

a. Bunga dan diskonto dari deposito, sertifikat deposito, dan tabungan, pada bank di Indonesia, serta Sertifikat Bank Indonesia;

b. Bunga dari obligasi yang diperdagangkan di pasar modal di Indonesia;

c. Dividen dari saham pada perseroan terbatas yang tercatat di bursa efek di Indonesia’

Tidak termasuk sebagai Obyek Pajak Penghasilan;

bahwa Pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 587/KMK.04/1996 tgl. 23 September 1996 tentang Pelaksanaan Pemotongan PPh atas Penghasilan Berupa Bunga atau Diskonto Obligasi yang Dijual di Bursa Efek mengatur :

a. Obligasi adalah obligasi dengan nama dan dalam bentuk apapun yang penjualannya dilakukan melalui penawaran umum dan/atau di bursa efek di Indonesia;

b. Bunga dalah tingkat keuntungan yang dijanjikan oleh penerbit obligasi kepada pembeli;

c. Diskonto adalah selisih antara nilai nominal obligasi dengan jumlah harga di bawah nominal yang dibayar pembeli;

bahwa Pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 121/KMK.03/2002 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemotongan Pajak Penghasilan Atas Bunga Dan Diskonto Obligasi Yang Diperdagangkan Dan Atau Dilaporkan Perdaganganya Di Bursa Efek mengatur :

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajb Pajak berupa bunga dan diskonto obligasi yang diperdagangkan atau dilaporkan perdagangannya di bursa efek, dikenakan pemotongan Pajak penghasilan yang bersifat final, kecuali bagi Wajib Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5;

bahwa Pasal 4 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemotongan Pajak Penghasilan Atas Bunga Dan Diskonto Obligasi Yang Diperdagangkan Dan Atau Dilaporkan Perdagangannya Di Bursa Efek mengatur :

Atas bunga dan diskonto obligasi yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak : a. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;

b. Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;

c. Reksadana yang terdaftar pada badan Pengawas Pasar modal ( Bapepam ), selama 5 (lima ) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha;

tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1;

bahwa Terbanding berpendapat diskonto obligasi tidak dikecualikan sebagai obyek PPh dalam penghitungan penghasilan Dana Pensiun, karena menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor:

651/KMK.04/1994 yang tidak termasuk objek Pajak Penghasilan adalah Bunga Obligasi yang diperdagangkan di pasar modal di Indonesia;

bahwa menurut Pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 587/KMK.04/1996 tgl. 23 September 1996 ttg Pelaksanaan Pemotongan PPh atas Penghasilan berupa Bunga atau Diskonto Obligasi yang Dijual di Bursa Efek, Diskonto adalah selisih antara nilai nominal obligasi dengan jumlah harga di bawah nominal yang dibayar pembeli;

bahwa pertimbangan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 651/KMK.04/1994 tentang bidang penanaman modal tertentu yang memberikan penghasilan kepada dana pensiun yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan, dinyatakan:

a. bahwa sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) huruf g Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994, iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dan penghasilan dana pensiun dari modal yang ditanamkan di bidang-bidang tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, tidak termasuk sebagai Objek Pajak;

b. bahwa untuk dapat menyelenggarakan program pensiun dengan baik, penanaman modal yang bersumber dari dana pensiun harus diarahkan ke sektor-sektor yang tidak bersifat spekulatif dan beresiko tinggi;

c. bahwa karena itu dipandang perlu untuk menetapkan bidang penanaman modal tertentu yang memberikan penghasilan kepada dana pensiun yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan, dengan Keputusan Menteri Keuangan;

bahwa dalam pasal 1 Keputusan a quo, dinyatakan :

“Penghasilan yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dari penanaman modal berupa :

a. bunga dan diskonto dari deposito, sertifikat deposito, dan tabungan, pada bank di Indonesia, serta Sertifikat Bank Indonesia;

b. bunga dari obligasi yang diperdagangkan di pasar modal di Indonesia;

c. piden dari saham pada perseroan terbatas yang tercatat di bursa efek di Indonesia, tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan.”

bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Majelis berpendapat obligasi termasuk dalam pengertian sektor yang tidak bersifat spekulatif dan beresiko tinggi;

bahwa Majelis berpendapat diskonto pada hakikatnya adalah bunga obligasi yang diperhitungkan dengan harga obligasi pada waktu di jual karena obligasi memberikan hasil berupa bunga yang sudah ditentukan terlebih dahulu besarnya, berbeda dengan saham;

bahwa berdasarkan uraian di atas Majelis berpendapat laba pelepasan Surat Berharga berupa obligasi atau diskonto termasuk dalam pengertian bunga obligasi sebagaimana di maksud dalam Pasal 1 huruf b Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 651/KMK.04/1994 tanggal 29 Desember 1994, oleh karenanya tidak termasuk seagai obyek Pajak Penghasilan;

bahwa berdasarkan uraian di atas, Majelis berpendapat koreksi Terbanding atas pelepasan Surat berharga pemerintah sebesar Rp. 4.130.776.342,00 yang terdiri dari Pelepasan Obligasi Rp.10.402.778,00 dan Pelepasan Surat Berharga Pemerintah Rp.4.120.373.564,00 tidak dipertahankan;

Sewa Ruangan Rp. 363.065.669,00

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Menurut Terbanding : bahwa untuk koreksi atas pendapatan sewa, berdasarkan penelitian terhadap SPT Tahunan PPh Badan Tahun Pajak 2008 penghasilan persewaan atas tanah dan bangunan diposting pada bagian penghasilan yang dikenakan PPh Final dan dimasukkan dalam Penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak sebesar Rp. 363.065.669,00;

Menurut Pemohon Banding

: bahwa jumlah tersebut adalah merupakan alokasi pengakuan pendapatan atas sewa tanah dan bangunan yang diperhitungkan berdasarkan jangka waktu sewa dan berdasarkan bukti yang ada telah dipotong PPh Final Pasal 4 ayat (2) sebesar 10%;

bahwa pada saat perhitungan PPh Badan, pendapatan sewa tersebut dikoreksi fiskal negatif pada penghasilan dengan PPh Final;

bahwa menurut Terbanding telah terjadi double posting atas pendapatan sewa tersebut padahal atas Laporan Keuangan Pemohon Banding telah dilakukan audit oleh auditor independen dan menjadi kewajiban semua Dana Pensiun untuk menyampaikan Laporan Keuangan Audited tersebut ke Menteri Keungan Republik Indonesia cq Kepala Biro Dana Pensiun Bapepam-LK, dimana auditor tidak melakukan koreksi karena memang tidak terdapat double posting;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menurut Majelis : bahwa setelah Majelis mempelajari keterangan Terbanding dan Pemohon Banding tersebut di atas serta berdasarkan hasil pemeriksaan bukti-bukti dalam persidangan dapat dikemukakan halhal sebagai berikut :

bahwa koreksi Sewa Ruangan sebesar Rp. 363.065.669,00 dikoreksi dari penghasilan yang tidak termasuk sebagai obyek PPh karena terjadi 2 kali posting oleh Pemohon Banding dalam SPT Tahunan PPh badan yaitu dimasukkan pada bagian penghasilan yang dikenakan PPh Final dan Pengahsilan yang Tidak termasuk sebagai Obyek Pajak;

bahwa dari KKP B-5 dan sesuai Lampiran IV SPT PPh Badan Pemohon Banding tertulis : Bag. A PPh Final : Penghasilan

Persewaan atas Tanah/Bangunan

Rp. 650.915.669,00 Bag. B Penghasilan yang Tidak

Termasuk Obyek Pajak :

Iuran dan Penghasilan Tertentu Yang Diterima Dana Pensiun

Rp. 123.597.873.954,00

Jumlah Rp. 124.248.789.623,00

Dimana :

1. Penghasilan yang Dikenakan PPh Final adalah Penghasilan Sewa terdiri dari :

- Ex Perumahan Bontang Rp. 20.845.851,00 - Ex Gedung Kantor Rp. 262.035.818,00 - Ex Exutive House Bali Rp. 287.850.000,00 - Ex Ruko Jl. Sudirman Rp. 45.600.000,00 - Tanah Budi Utomo Rp. 35.584.000,00 --- - Jumlah Rp. 650.915.669,00 2. Penghasilan yang tidak

termasuk Obyek Pajak terdiri dari :

- Dividen/bagian laba dari penyertaan modal Pada Badan Usaha di Indonesia

Rp. 1.387.852.071,00

- Bunga Obligasi yang diterima Reksadana

Rp. 81.598.134.506,00 - Bunga Obligasi dan Jasa

Giro

Rp. 19.986.646.274,00 - Laba (Rugi) Pelepasan

Investasi

Rp. 20.625.241.103,00 --- - Jumlah Rp. 123.597.873.954,00 Laba (Rugi ) pelepasan investasi

terdiri dari :

- Pelepasan saham pasar modal

Rp. 16.458.621.632,00 - Pelepasan (likwidasi)

saham penyertaan

(Rp. 695.509.638,00 ) - Pelepasan Obligasi Rp. 10.402.778,00 - Pelepasan Surat

berharga Pemerintah

Rp. 4.120.373.564,00 - Pelepasan Reksadana Rp. 343.086.084,00 - Bunga Pinjaman Tanah Rp. 335.528,00 - Bunga Pinjaman

Perumahan

Rp. 24.865.486,00 - Pendapat Sewa Rp. 363.065.669,00 --- - Jumlah Rp. 20.625.241.103,00

bahwa menurut Terbanding terdapat posting pendapatan sewa lagi sebesar Rp.363.065.669,00 dari obyek yang sama dimana untuk jelasnya hal tersebut bisa ditelusuri/ditrasir ke Laporan Keuangan Pemohon Banding untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008 yang telah diaudit oleh KAP YYY

& Rekan, sehingga Terbanding (Pemeriksa) melakukan koreksi positif sebesar Rp. 363.065.669,00 pada Bagian Penghasilan yang Tidak Termasuk Obyek Pajak karena sudah dimasukkan pada bagian Penghasilan yang dikenakan PPh Final supaya tidak dua kali dikurangkan dari Penghasilan Pemohon Banding;

bahwa data-data terkait dengan sengketa ini : - Dari Laporan

Auditor

Independent YYY dan Rekan

- Hasil Usaha sebelum Pajak ( komersial )

Rp.119.516.041.904,00

Pendapatan investasi terdiri Dari:

- Bunga Rp. 101.446.559.413,00 - Deviden Rp. 1.820.621.098,00 - Pendapatan

sewa

Rp. 650.915.669,00 - Laba/Rugi

Pelepasan investari

Rp. 20.262.175.434,00 - Pendapatan

investasi lainnya

Rp. 24.042.489,00

Jumlah Rp.124.204.314.103,00

- Dari SPT Tahunan PPh Badan ( Lampiran – I ) :

Jumlah

Penghasilan Neto Komersial

Rp.119.516.041.904,00

Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final dan Yang Tidak termasuk Obyek PPh Badan

Rp.123.597.873.954,00

Penyesuaian Fiskal Positif

Rp. 4.141.962.686,00 Penyesuaian

Fiskal Negatif

- Penghasilan Neto

Fiskal

Rp. 60.130.636,00

bahwa dari data-data tersebut di atas, disimpulkan :

- Laba Neto Komersial dilaporkan dalam SPT PPh Badan sesuai dengan Laba Komersial Laporan Auditor Independen YYY dan Rekan;

- Dalam Laba Neto Komersial termasuk sewa bangunan sebesar Rp.363.065.669,00

- Dalam perhitungan SPT, Laba Neto Komersial dikurangi dengan Penghasilan Tidak termasuk Obyek PPh Badan sebesar Rp. 123.597.873.954,00 dimana dalam jumlah tersebut termasuk Pendapatan sewa sebesar Rp. 363.065.669,00

- bahwa pada Lampiran IV SPT PPh Badan tercantum :

Bag. A 7 : Penghasilan Persewaan atas Tanah dan Bangunan sebesar Rp.650.915.669,00 Bag.B : Iuran dan penghasilan tertentu yang Diterima Dana Pensiun Rp.20.625.241.103,00 - bahwa namun demikian Pemohon Banding hanya satu kali mengurangi Penghasilan Neto

Komersial dengan Pendapatan Sewa sebesar Rp.363.065.669,00 yaitu pada Lampiran – I SPT PPh Badan karena pencantuman dua kali pada Bag. A7 dan Bag. B hanya merupakan

informasi, bukan dua kali diperhitungkan pada Laba Neto Komersial;

- Tidak terjadi dua kali posting dalam arti dua kali pengurangan Pendapat sewa sebesar Rp.363.065.669,00 dari Laba Neto Komersial;

bahwa berdasarkan uraian tersebut, Majelis berpendapat koreksi Terbanding atas Pendapatan sewa sebesar Rp. 363.065.669,00 tidak dipertahankan;

Kesimpulan Majelis terhadap hasil pemeriksaan koreksi Penghasilan netto sebagai berikut :

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan atas fakta-fakta, bukti-bukti, penjelasan Pemohon Banding dan Terbanding yang terungkap dalam persidangan, penelitian terhadap berkas banding dan hasil penelitian data yang dilakukan Majelis serta uraian tersebut di atas, Majelis berkesimpulan mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding sehingga Penghasilan Netto Pajak Penghasilan Badan tahun 2008 dihitung menjadi sebagai berikut :

Penghasilan Netto cfm Terbanding

Rp. 3.985.483.972,00 Koreksi yang tidak

dapat dipertahankan :

1. Pelepasan Obligasi Rp. 10.402.778,00 2. Pelepasan surat

berharga Pemerintah

Rp. 4.120.373.564,00 3. Sewa Ruangan Rp. 363.065.669,00

Rp. 4.493.842.011,00 Penghasilan Netto cfm

Majelis

Rp. (508.358.039,00)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Menimbang : bahwa dalam banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif pajak, bahwa dalam banding ini tidak terdapat sengketa mengenai kredit pajak;

bahwa dalam perkara banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi Administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;

bahwa oleh karena itu jumlah Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2005 termasuk sanksi administrasi yang disengketakan oleh Pemohon Banding dan dikabulkan Majelis;

bahwa oleh karena atas jumlah PPh Badan yang lebih dibayar dan disengketakan oleh Pemohon Banding sebesar Rp86.878.232,00 dapat dikabulkan sebagian oleh Majelis, maka Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak untuk mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding;

Mengingat : Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundang- undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlakudan yang berkaitan dengan perkara ini;

Memutuskan : Menyatakan mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-405/WPJ.03/2011 tanggal 16 Juni 2011, tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2008 Nomor : 00004/206/08/308/10 tanggal 8 April 2010, atas nama: XXX sehingga jumlah Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2008 yang kurang/(lebih) dibayar menjadi sebagai berikut :

Penghasilan Netto Rp. (508.358.039,00) Pajak Penghasilan

Terutang

Rp. 0,00 Kredit Pajak Rp. 86.878.232,00 Pajak yang kurang

(lebih) bayar

Rp. ( 86.878.232,00)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

bahwa adapun pembahasan koreksi di Pajak Penghasilan Badan adalah sebagai berikut : bahwa menurut Terbanding Koreksi atas Management Services Fee dilakukan karena pemeriksaan PPN

1.724.406.559,00 merupakan pembayaran atas bunga pinjaman yang transaksinya merupakan transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa, dan Terbanding memang mempunyai wewenang

Menimbang :bahwa oleh karena itu koreksi pajak akibat sengketa tarif oleh Majelis terhadap jumlah Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2008 menurut Keputusan Terbanding atas

Pada Pasal 1 PP Nomor 73 Tahun 1996 menyatakan bahwa “atas penghasilan Wajib Pajak yang bergerak di bidang usaha jasa pelaksanaan konstruksi dan Wajib Pajak badan yang bergerak

:bahwa atas koreksi yang dilakukan Terbanding atas objek PPh Pasal 21 cfm SPT PPh Badan Tahun Pajak 2008 atas Labour sebesar Rp 16.262.097.650,00 Pemeriksa lupa memasukkan data

bahwa berdasarkan pemeriksaan dan penilaian Majelis atas bukti-bukti dan penjelasan Pemohon Banding yang telah disampaikan dalam persidangan, Majelis dapat meyakini bahwa perbedaan

bahwa mengingat biaya dari luar usaha sebesar Rp.16.693.553.651,00 merupakan pembayaran atas bunga pinjaman yang transaksinya merupakan transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa,

bahwa Pasal 5 berbunyi, "Dalam hal penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak BUT dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final, dasar pengenaan PPh Pasal