TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT
TERHADAP PENYAKIT MALARIA DI RANTAU SELATAN KABUPATEN LABUHAN BATU RAYA
SKRIPSI
Oleh:
DIRGA MACHRAN SIMBOLON 140100054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT
TERHADAP PENYAKIT MALARIA DI RANTAU SELATAN KABUPATEN LABUHAN BATU RAYA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh:
DIRGA MACHRAN SIMBOLON 140100054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
i
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penyakit Malaria di Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Raya Nama Mahasiswa : Dirga Machran Simbolon
Nomor Induk : 140100054
Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Telah berhssil di pertahankan di hadapan Komisi Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Medan, 18 Maret 2021 Pembimbing
dr. Dewi Saputri, MKT NIP. 197409132003122001
Ketua Program studi pendidikan Dekan Fakultas Kedokteran USU dan Profesi FK USU
(Dr. dr Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH, SpPARK) (Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K)) NIP. 197407302001122003 NIP. 196605241992031002
ii
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini berjudul
”Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penyakit Malaria di Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Raya” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidikan dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam penyelesaian karya tulis hasil penelitian ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar- besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr Aldy Safruddin Rambe, Sp. S (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Dewi Saputri, MKT selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, arahan, masukan serta motivasi dalam membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. dr. Irina Kemala Nasution, M.ked (Neu), Sp.S selaku ketua dosen penguji dan dr. Ismiralda Siregar, M.Kes selaku anggota dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran sehingga skripsi ini bisa menjadi lebih baik.
4. Bapak Akhyar P Simbolon dan ibu Mahdalena selaku kedua orang tua dan adik-adik terkasih yang telah memberikan dukungan dan do’a untuk penulis dalam menuntut ilmu, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
5. dr. H. Chairil Anwar, SpPd, KgH dan Hj. Fauziah Zafar selaku uwak yang telah memberikan motivasi dan dukungan untuk penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
iii
6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama masa perkuliahan hingga penyelesaian studi dan juga penulisan karya tulis ilmiah ini.
7. Seluruh responden lingkungan kelurahan Sigambal Labuhan batu yang telah membantu penulis saat melakukan survei awal penelitian dan pengambilan data.
8. Gisella Vulvia yang telah membantu dan memberikan semangat setiap harinya dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman yang telah memberi dukungan terkhususnya, Iqbal chan dan dr. Duas Jorge Simatupang.
10. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan, 4 Juni 2021 Penulis
Dirga Machran Simbolon 140100054
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ... i
Daftar Isi ... iv
Daftar Gambar ... vi
Daftar Tabel ... vii
Daftar Lampiran ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 3
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan ... 3
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti ... 3
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi ... 3
1.4.4 Manfaat Bagi Masyarakat ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Malaria ... 5
2.1.1 Definisi ... 4
2.1.2 Epidemiologi ... 5
2.1.3 Etiologi ... 6
2.1.4 Patogenesis ... 9
2.1.4 Vektor Malaria ... 9
2.1.5 Gejala Klinis ... 12
2.1.6 Diagnosis ... 12
2.1.7 Penularan Malaria ... 13
2.1.8 Pencegahan ... 14
2.1.9 Pemberantasan ... 14
2.2 Pengetahuan ... 15
2.2.1 Tingkat Pengetahuan ... 15
2.2.2 Epidemiologi ... 16
2.3 Kerangka Teori... 17
2.4 Kerangka Konsep ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
3.1 Rancangan Penelitian ... 18
3.2 Lokasi Penelitian ... 18
3.3 Populasi dan Sampel ... 18
3.3.1 Populasi ... 18
3.3.2 Sampel ... 18
v
3.3.3 Besar Sampel ... 19
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 20
3.4.1 Data Primer ... 18
3.4.2 Data Sekunder ... 18
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 20
3.5.1 Uji Validitas ... 20
3.5.2 Uji Realibilitas ... 20
3.5.3 Instrumen Penelitian ... 21
3.5.4 Teknik Skoring dan Skala ... 22
3.5.1 Kategori Penelitian Pengukuran ... 22
3.6 Metode Analisis Data ... 22
3.7 Definisi Operasional ... 23
3.7.1 Aspek Pengukuran ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26
4.1 Hasil Penelitian ... 26
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26
4.1.2 Distribusi Respendon Menurut Karakteristik ... 27
4.1.3 Distribusi Responden Menurut Karakteristik... 29
4.1.4 Distribusi Riwayat Penyakit Malaria Responden ... 29
4.1.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
4.1 Hasil Penelitian ... 35
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36
4.1.2 Distribusi Respendon Menurut Karakteristik ... 37
4.1.4 Distribusi Riwayat Penyakit Malaria Responden ... 39
4.2 Pembahasan ... 42
4.2.1 Identitas Respendon ... 42
4.2.2 Riwayat Penyakit Malaria ... 43
4.2.3 Pengetahuan Respendon ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
5.1 Kesimpulan ... 45
5.2 Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
LAMPIRAN ... 48
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Siklus Hidup Plasmodium pada Manusia dan Nyamuk ... 7
Gambar 2.2 Siklus Nyamuk Anopheles ... 8
Gambar 2.3 Telur Nyamuk Anopheles... 8
Gambar 2.4 Larva Nyamuk Anopheles ... 9
Gambar 2.5 Kepompong Nyamuk Anopheles ... 10
Gambar 2.6 Nyamuk Anopheles Dewasa... 10
Gambar 2.7 Kerangka Teori ... 16
Gambar 2.8 Kerangka Konsep ... 17
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Data Hasil Validitas dan Realibilitas Kuesioner ... 21
Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 23
Tabel 4.1 Karaketristik Sampel Penelitian ... 37
Tabel 4.2 Sumber Informasi Tentang Malarian... 37
Tabel 4.3 Sumber Informasi Yang Paling Berkesan ... 38
Tabel 4.4 Riwayat Penyakit Malaria Responden... 39
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan .... 39
Tabel 4.6 Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jumlah Sumber Informasi Yang Didapat Responden ... 40
Tabel 4.7 Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakeristik Demografi ... 40
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden tiap pertanyaan... 41
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup... 48
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 49
Lampiran 3 Lembar Pernyataan Orisinalitas ... 54
Lampiran 4 Data Responden ... 55
Lampiran 5 Izin Penelitian ... 58
Lampiran 6 Persetujuan Komite Etik ... 59
Lampiran 7 Rekomendasi Penelitian ... 60
Lampiran 8 Gambar Telah Melakukan Kegiatan Penelitian ... 61
ix ABSTRAK
Latar belakang : Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena sering kali menyebabkan kejadian luar biasa (KLB), berdampak luas terhadap kualitas kehidupan dan ekonomi, serta dapat menyebabkan kematian. Angka kesakitan penyakit ini relative masih cukup tinggi terutama di kawasan timur Indonesia. KLB malaria masih sering terjadi terutama di daerah yang terjadi perubahan lingkungan dan perpindahan penduduk, oleh karena itu upaya pemberantasan malaria perlu kita tingkatkan terus antara lain dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan para pelaksananya terutama di Kabupaten/ Kota dan tenaga lapangannya. Penduduk yang terancam malaria adalah penduduk yang umumnya tinggal di daerah endemik malaria. Setiap Kabupaten/Kota di Sumatera Utara termasuk daerah endemis malaria dan mempunyai geografis yang hampir sama dalam hal tempat perindukan nyamuk penular malaria (Anopheles), seperti kolong-kolong bekas galian, kebun kelapa, kebun lada, semak, rawa, cekungan batuan daerah perbukitan, dan air tergenang.
Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di kecamatan Rantau Selatan mengenai penyakit malaria. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode studi cross sectional. Populasi penelitian adalah warga di kelurahan Sigambal kecamatan Rantau Selatan, kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara. dengan cara pengambilan sampel secara simple random sampling.
Penelitian dianalisis secara observasional deskriptif. Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh sebagian besar tingkat pengetahuan warga di kelurahan Sigambal kecamatan Rantau Selatan adalah sedang (56,7%), tingkat pengetahuan Baik (34,6%), tingkat pengetahuan kurang (8,6%). Kesimpulan: Tingkat pengetahuan warga di kelurahan Sigambal kecamatan Rantau Selatan terhadap penyakit malaria adalah sedang.
Kata Kunci : Malaria, Tingkat Pengetahuan, Labuhan Batu.
x ABSTRACT
Background: Malaria is one of the public health problems in Indonesia because it often causes extraordinary events (KLB), has a wide impact on the quality of life and the economy, and can cause death. The morbidity rate of this disease is still relatively high, especially in eastern Indonesia. Malaria Extraordinary Events (KLB) still often occur, especially in areas where environmental changes and population movements occur, therefore we need to continue to improve malaria eradication efforts, among others, by increasing the capabilities and skills of the implementers, especially in districts/cities and field workers (Soedarto , 2012).
People who are at risk of malaria are people who generally live in malaria endemic areas. Each district/city in North Sumatra is a malaria endemic area and has almost the same geography in terms of breeding places for malaria- transmitting mosquitoes (Anopheles), such as under ex-excavations, coconut plantations, pepper gardens, shrubs, swamps, rock basins in hilly areas, and stagnant water (Labuhan Batu District Health Office, 2016). Objective: To find out the level of knowledge of the people in Rantau Selatan sub-district about malaria. Methods: This research was conducted with a cross sectional study method. The research population is residents of the Sigambal village, South Rantau sub-district, Labuhan Batu district, North Sumatra province. by means of sampling by simple random sampling. The research was analyzed by descriptive observation. Results: From the results of the study, it was found that most of the knowledge levels of residents in the Sigambal village, Rantau Selatan sub-district were moderate (56.7%), good knowledge (34.6%), poor knowledge (8.6%).
Conclusion: The level of knowledge of residents in the Sigambal village, Rantau Selatan sub-district about malaria is moderate.
Keywords: Malaria, Knowledge Level, Labuhan Batu.
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Malaria adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium. Penyakit ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang bertindak sebagai vektor. Ada lima spesies Plasmodium sp. yaitu, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan plasmodium knowlesi (Soedarto, 2012;
Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Menurut laporan World Malaria Report Tahun 2015 melaporkan bahwa pada tahun 2013 terjadi 584.000 kematian di seluruh dunia dan sebesar 90% berada di wilayah Afrika, 7% di wilayah Asia Tenggara dan 2% di wilayah Mediterania Timur. Kematian terbesar di wilayah Afrika terjadi pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun sebesar 78% (WHO, 2015).
Sementara laporan WHO (2016) memperkirakan bahwa kasus malaria tertinggi pada tahun 2015 terjadi di Afrika (88%), Asia Tenggara (10%) dan Mediterania Timur (2%). Negara Indonesia yang termasuk dalam wilayah Asia Tenggara merupakan daerah endemik malaria dimana sekitar 35 persen penduduknya tinggal di daerah berisiko terinfeksi malaria dan dilaporkan sebanyak 38 ribu orang meninggal per tahun karena malaria berat akibat Plasmodium falciparum (World Health Organization, 2015). Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak di bawah umur lima tahun, dan ibu melahirkan serta menurunkan produktivitas tenaga kerja (Depkes RI, 2011). Angka kesakitan penyakit ini relative masih cukup tinggi terutama di kawasan timur Indonesia. Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria masih sering terjadi terutama di daerah yang terjadi perubahan lingkungan dan perpindahan penduduk, oleh karena itu upaya pemberantasan malaria perlu kita tingkatkan terus antara lain dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan para pelaksananya terutama di Kabupaten/ Kota dan tenaga lapangannya (Soedarto, 2012).
Menurut Soedarto (2012) penduduk yang terancam malaria adalah penduduk yang umumnya tinggal di daerah endemik malaria. Antara lain di Kecamatan Rantau Utara, Kota Rantau Prapat, Provinsi Sumatera Utara. Rantau Prapat merupakan ibukota kabupaten Labuhan Batu dengan jumlah penduduk ± 163.549 jiwa (Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu, 2016). Setiap Kabupaten/Kota di Sumatera Utara termasuk daerah endemis malaria dan mempunyai geografis yang hampir sama dalam hal tempat perindukan nyamuk penular malaria (Anopheles), seperti kolong-kolong bekas galian, kebun kelapa, kebun lada, semak, rawa, cekungan batuan daerah perbukitan, dan air tergenang (Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu, 2016).
Untuk mengatasi KLB dinas setempat telah melakukan upaya yaitu memberikan kelambu untuk penduduk, pemberantasan vektor, dan penyemprotan insektisida di pemukiman penduduk. Upaya lainnya adalah menempel poster di puskesmas dan tempat umum seperti pos RW, pasar, dan lain-lain, tetapi poster tersebut jarang dibaca sehingga informasi tidak dapat tersampaikan dengan baik (Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu, 2016).
Penyuluhan akan memberikan hasil yang lebih baik jika diberikan sesuai dengan tingkat pengetahuan dan karakteristik demografi masyarakat. Hal tersebut disebabkan terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang terhadap malaria seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi (Suharjo, 2015). Semakin bertambah usia seseorang, semakin banyak pula pengalamannya sehingga semakin luas pengetahuan yang dimiliki. Umumnya perempuan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar sehingga pengetahuan lebih luas dari laki-laki (Mubarok, 2007).
Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan survei untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai gejala klinis, penatalaksanaan, penyebab, vektor, pencegahan dan pemberantasan malaria. Sehubungan dengan keterbatasan penelitian, survei hanya difokuskan pada pengetahuan masyarakat Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Raya mengenai malaria.
3
3 1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat kecamatan Rantau Selatan mengenai malaria?
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di kecamatan Rantau Selatan mengenai penyakit malaria.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik demografi masyarakat (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, sumber informasi).
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di kecamatan Rantau Selatan mengenai malaria.
3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di kota Rantau Selatan mengenai malaria berdasarkan karakteristik demografi.
1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Memberikan informasi tentang pengendalian dan pencegahan malaria di wilayah Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Raya Provinsi Sumatera Utara.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti
Menambah ilmu pengetahuan serta memberikan masukan mengenai tingkat pengetahuan pada penderita malaria di wilayah Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara.
1.4.3 Manfaat bagi institusi
1. Manfaat Bagi Fakultas Kedokteran
Memberikan informasi untuk penelitian selanjutnya tentang tingkat pengetahuan pada penderita malaria di wilayah Kecamatan Rantau Selatan
Kabupaten Labuhan Batu Raya Provinsi Sumatera Utara agar dilakukan penyempurnaan atas kelemahan yang terdapat pada penelitian ini.
2. Manfaat Bagi Puskesmas Dan Dinas Kesehatan
Memberikan informasi tentang pengendalian dan pencegahan malaria di wilayah Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara sehingga dapat menjadi bahan acuan bagi para penentu kebijakan kesehatan untuk peningkatan promosi kesehatan demi tercapainya masyarakat yang sehat dan sadar akan bahaya malaria.
1.4.4 Manfaat bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengetahuan malaria di wilayah Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara sehingga masyarakat dapat melakukan pencegahan dalam upaya menurunkan angka kejadian kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh vektor Anopheles di Provinsi Sumatera Utara khususnya di wilayah Rantau Prapat.
5 BAB II TINJAU PUSTAKA
2.1 MALARIA 2.1.1 Definisi
Malaria adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium. Penyakit ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang bertindak sebagai vektor (Soedarto, 2015). Malaria menimbulkan gejala seperti demam, menggigil, anemia, dan splenomegali (Suharjo, 2015).
Malaria sudah diketahui sejak zaman Yunani. Kata malaria terdiri dari dua kata, yaitu mal = busuk dan aria = udara (Sorontou, 2013). Nama malaria diambil dari kondisi yang terjadi yaitu suatu penyakit yang banyak diderita masyarakat yang tinggal di sekitar rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk (Safar, 2010)
2.1.2 Epidemiologi
Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di negara yang beriklim tropis dan subtropis (Notoatmojo, 2003). Sebanyak kurang dari dua milyar penduduk dunia tinggal di daerah endemis malaria. Menurut WHO, terdapat 300- 500juta penduduk dunia dan lebih dari satu juta meninggal setiap tahunnya (WHO, 2009).
Di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara termasuk dalam endemisitas rendah tetapi sebagian daerah di Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah endemis yang berpotensi untuk mengembangkan penyakit malaria. Daerah endemis yang berpotensi untuk berkembangnya penyakit malaria seperti pedesaan yang mempunyai rawa-rawa, genangan air payau di tepi laut, tambak-tambak ikan yang tidak terurus, kebun kelapa, kebun lada, dan kolong-kolong bekas galian (Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu, 2016).
Menurut penelitian Prabowo (2008), malaria merupakan penyakit kosmopolit yang tersebar sangat luas di seluruh dunia, baik daerah tropis, subtropis maupun daerah beriklim dingin. Suatu daerah dikatakan endemis malaria jika secara
konstan angka kejadian malaria dapat diketahui serta penularan secara alami berlangsung sepanjang tahun. Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia.
Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari jumlah penduduk dunia.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, di Indonesia terdapat 15 juta penderita malaria dengan 38.000 ribu kematian setiap tahunnya (Depkes RI, 2011). Dari 293 kabupaten/kota, 167 kabupaten/kota di Indonesia termasuk dalam wilayah endemis malaria.2 Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah yang beresiko tertular malaria (WHO, 2009). Pada beberapa daerah di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi dan Batam, jumlah penderita malaria juga terus meningkat (Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu, 2016).
2.1.3. Etiologi
Malaria disebabkan oleh Protozoa dari genus Plasmodium. Penyakit ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles spesies betina yang bertindak sebagai vektor malaria (Soedarto, 2012). Perilaku nyamuk Anopheles dipengaruhi oleh kelembaban udara dan suhu sekitar. Nyamuk ini aktif menghisap darah hospes mulai dari senja sampai dini hari. Jarak terbangnya antara 0,5-3 km dan dapat dipengaruhi oleh transportasi seperti kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut dan kapal terbang serta kencangnya angin (Safar, 2010).
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang menginfeksi eritrosit manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui Anopheles (Suharjo 2015).
Spesies Plasmodium yang dapat menyebabkan malaria pada manusia yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan Plasmodium knowlesi (Soedarto, 2012). Menurut Soedarmo (2010) spesies yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika, Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana, Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
7
2.1.4. Patogenesis
Plasmodium, parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk Anopheles (Sandjaja, 2007).
Menurut Nugroho A & Tumewu WM (2000), saat Anopheles betina yang infektif menghisap darah manusia, sporozoid yang berada pada kelenjar liur Anopheles akan masuk ke dalam peredaran darah selama 45 menit dan kemudian sebagian besar akan masuk kedalam sel hati sementara sebagian kecil lainnya mati.
Didalam sel parenkim hati, Plasmodium memulai perkembangan aseksual. Fase ini, P. falciparum memerlukan waktu 5,5 hari dan P. Malariae membutuhkan 15 hari.
Sporozoid akan berkembang menjadi trofozoid hati kemudian menjadi skizon hati.
Bila skizon hati pecah, akan dikeluarkan banyak merozoit ke sirkulasi darah. Pada P.vivax dan P.ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit dan tinggal di dalam sel hati dalam waktu yang lama. Jika imunitas tubuh menurun, hipnozoit akan aktif dan dapat menimbulkan relaps.
Di dalam siklus darah, merozoid akan menyerang eritrosit dan masuk melalui reseptor permukaan eritrosit. Parasit memakan hemoglobin dan kemudian terbentuk zat sisa metabolismenya yang disebut hemozoin. Setelah 36 jam, parasit kemudian melanjutkan perkembangan seksualnya dan berubah menjadi skizon. Bila skizon ini pecah, ia akan mengeluarkan 6-36 merozoit yang siap menginfeksi eritrosit yang lain. Siklus aseksual ini pada P. falciparum, P. vivax dan P. ovale adalah 48 jam dan pada P. malariae adalah 72 jam. Di dalam darah, sebagian trafozoit membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.
Menurut Zulhasril (2009) malaria berat yang disebabkan oleh P.falciparum memiliki patogenesis khusus. Eritrosit yang terinfeksi P.falciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu tersebarnya eritrosit yang berparasit ke seluruh pembuluh kapiler organ dalam tubuh. Permukaan eritrosit juga akan membentuk knob yang berisi antigen P.falciparum. Knob tersebut akan berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler yang akan menyumbat pembuluh kapiler dan mengakibatkan iskemia jaringan. Penyumbatan juga terjadi akibat proses rosette yaitu bergerombolnya sel darah merah yang berparasit dengan sel darah merah lainnya (Zulhasril, 2004)
Gambar 2.1 Siklus Hidup Plasmodium Pada Manusia dan Nyamuk Sumber: https://www.google.com/search?q=siklus+hidup+plasmodium
Apabila Anopheles menghisap darah yang mengandung gametosit, gametosit akan masuk ke dalam lambung Anopheles dan akan terjadi pembuahan antara gamet jantan dan betina sehingga dihasilkan zigot yang akan berkembang menjadi ookinet. Ookinet akan berkembang menjadi ookista dan kemudian menjadi sporozoit yang infektif yang siap untuk ditularkan ke manusia melalui air liur Anopheles (Nugroho A & Tumewu WM, 2000).
2.1.4 Vektor malaria
Nyamuk yang menjadi vektor malaria adalah Anopheles. Di Indonesia terdapat 68 spesies Anopheles, akan tetapi yang berperan sebagai vektor malaria atau yang diduga dapat menjadi vektor malaria adalah 22 spesies. Anopheles yang umumnya dapat berperan sebagai vektor di Indonesia antara lain An. Sundaicius, An.
Aconitus, An. Balabacensis, An. Maculatus, An. Subpictus (Nugroho A & Tumewu WM, 2000).
Menurut Arsin (2012) Nyamuk Anopheles dewasa adalah vektor penyebab malaria.
Nyamuk betina dapat bertahan hidup selama sebulan.
9
Siklus nyamuk Anopheles sebagai berikut :
Gambar 2.2 Siklus Nyamuk Anopheles
Sumber: https://www.ento.okstate.edu/mosquito/biology.html
1. Telur
Nyamuk betina meletakkan telurnya sebanyak 50-200 butir sekali bertelur.
Telur-telur itu diletakkan di dalam air dan mengapung di tepi air. Telur tersebut tidak dapat bertahan di tempat yang kering dan dalam 2-3 hari akan menetas menjadi larva (Arsin, 2012).
Gambar 2.3. Telur Nyamuk Anopheles
Sumber: https://www.google.com/search?q=telur+nyamuk+anopheles
2. Larva
Larva nyamuk memiliki kepala dan mulut yang digunakan untuk mencari makan, sebuah torak dan sebuah perut. Mereka belum memiliki kaki. Dalam perbedaan nyamuk lainnya, larva Anopheles tidak mempunyai saluran pernafasan dan untuk posisi badan mereka sendiri sejajar di permukaan air.
Larva bernafas dengan lubang angin pada perut dan oleh karena itu harus berada di permukaan. Kebanyakan Larva memerlukan makan pada alga, bakteri, dan mikroorganisme lainnya di permukaan. Mereka hanya menyelam di bawah permukaan ketika terganggu. Larva berenang tiap tersentak pada seluruh badan atau bergerak terus dengan mulut. Larva berkembang melalui 4 tahap atau stadium, setelah larva mengalami metamorfisis menjadi kepompong. Di Setiap akhir stadium larva berganti kulit, larva mengeluarkan exokeleton atau kulit ke pertumbuhan lebih lanjut (Arsin, 2012).
Gambar 2.4. Larva Nyamuk Anopheles
Sumber: https://www.google.com/search?q=larva+nyamuk+anopheles
3. Kepompong
Kepompong terdapat dalam air dan tidak memerlukan makanan tetapi memerlukan udara. Pada kepompong belum ada perbedaan antara jantan dan betina. Kepompong menetas dalam 1-2 hari menjadi nyamuk, dan pada umumnya nyamuk jantan lebih dulu menetas daripada nyamuk betina.
Lamanya dari telur berubah menjadi nyamuk dewasa bervariasi tergantung spesiesnya dan dipengaruhi oleh panasnya suhu. Nyamuk bisa berkembang dari telur ke nyamuk dewasa paling sedikit membutuhkan waktu 10-14 hari (Arsin, 2012).
11
Gambar 2.5. Kepompong Nyamuk Anopheles
Sumber : https://www.google.com/search?q=kepompong+nyamuk+anopheles
4. Nyamuk Dewasa
Semua nyamuk, khususnya Anopheles dewasa memiliki tubuh yang kecil dengan 3 bagian : kepala, torak dan abdomen (perut). Kepala nyamuk berfungsi untuk memperoleh informasi dan untuk makan. Pada kepala terdapat mata dan sepasang antena. Antena nyamuk sangat penting untuk mendeteksi bau host dari tempat perindukan dimana nyamuk betina meletakkan telurnya (Arsin, 2012).
Gambar 2.6 Nyamuk Anopheles Dewasa
Sumber: https://www.google.com/search?q=nyamuk+anopheles+dewasa
2.1.5. Gejala Klinis
Malaria merupakan penyakit dengan gejala demam, menggigil secara berkala, berkeringat, sakit kepala, nyeri otot, badan terasa lemas, nafsu makan menurun, mual dan muntah (Irianto, 2013). Jika tidak diobati dalam waktu 24 jam, malaria falciparum dapat berkembang cepat menjadi penyakit malaria yang berat dan dapat menimbulkan kematian. Menurut Soedarto (2015) di daerah endemis malaria, infeksi yang berat pada anak akan menyebabkan anemia berat dan gangguan pernapasan akibat asidosis metabolik atau malaria serebral. Pada orang dewasa dapat terjadi gangguan pada berbagai macam organ tubuh. Menurut Sutanto dkk (2013), keluhan utama yang khas pada malaria disebut “trias malaria”
yang terdiri dari 3 stadium yaitu : 1. Stadium menggigil
Pasien merasa kedinginan yang dingin sekali, sehingga menggigil. Nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari tangan biru, kulit kering dan pucat.
Biasanya pada anak didapatkan kejang. Stadium ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium puncak demam Pasien yang semula merasakan kedinginan berubah menjadi panas sekali. Suhu tubuh naik hingga 41°C sehingga menyebabkan pasien kehausan. Muka kemerahan, kulit kering dan panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, mual dan muntah, nadi berdenyut keras. Stadium ini berlangsung 2 sampai 6 jam.
3. Stadium berkeringat
Pasien berkeringat banyak sampai basah, suhu turun drastis bahkan mencapai dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan saat bangun merasa lemah tapi sehat. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam.
2.1.6. Diagnosis
Diagnosis malaria didasarkan pada manifestasi klinis (anamnesis), pemeriksaan fisik, uji imunoserologis dan pemeriksaan mikroskopis untuk menemukan parasit (Plasmodium sp.) di dalam darah penderita (Arsin, 2012).
13
Manifestasi klinis yang biasanya timbul adalah demam, sakit kepala, nyeri otot, mual dan muntah. Manifestasi klinis demam seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain, seperti: demam dengue dan demam tifoid.
Sehingga menyulitkan para klinisi untuk mendiagnosis malaria dengan mengandalkan pengamatan manifestasi klinis saja, untuk itu diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang diagnosis sedini mungkin (Wibisono dkk, 2014).
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada penderita malaria adalah adanya splenomegali, hepatomegali serta anemia (Safar, 2010). Setelah dilakukan pemeriksaan fisik maka harus dilakukan pemeriksaan penunjang. Secara garis besar pemeriksaan laboratorium malaria digolongkan menjadi dua kelompok yaitu pemeriksaan mikroskopis dan uji imunoserologis untuk mendeteksi adanya antigen spesifik atau antibodi spesifik terhadap Plasmodium (Arsin, 2012).
Namun yang dijadikan standar emas (gold standard) pemeriksaan laboratorium malaria adalah metode mikroskopis untuk menemukan parasit (Plasmodium) di dalam darah tepi. Uji imunoserologis dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria (Arsin, 2012).
2.1.7. Penularan malari
Menurut Harmendo (2008), Penularan penyakit malaria dapat dibedakan ke dalam dua macam cara penularan, yaitu penularan secara alamiah (Natural Infection) dan penularan yang tidak alamiah (Not Natural Infection).
1. Penularan secara alamiah (natural infection)
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles. Jumlah dari nyamuk ini kurang lebih ada 80 jenis dan dari semua jenis tersebut terdapat kurang lebih 16 jenis sebagai vektor penyebaran malaria di Indonesia
2. Penularan yang tidak alamiah (not natural infection)
Seseorang yang terkena penyakit malaria dapat menulari 25 orang di sekitarnya dalam waktu satu musim penularan atau 3 bulan (Harmendo, 2014)
a. Malaria Bawaan (Congenital) Penularan ini dapat terjadi pada bayi yang baru dilahirkan, apabila ibunya penderita malaria maka penularannya terjadi melalui tali pusat atau plasenta.
b. Secara Mekanik Penularan secara mekanik adalah penularan yang terjadi melalui transfusi darah.
2.1.8. Pencegahan
Berbagai tindakan yang dapat dilakukan agar terhindar dari bahaya penyakit malaria, antara lain menyingkirkan atau memodifikasi habitat larva, melakukan pemberantasan habitat larva dengan insektisida, tidur dengan kelambu biasa maupun kelambu celup insektisida, memakai kawat, memakai obat nyamuk bakar, menyemprot ruang tidur dengan obat semprot nyamuk, perangkap nyamuk elektrik dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di rumah, menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur, semak-semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang ternak, memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang tergenang menanam jeruk purut, sereh, jahe, lengkuas, lavender dan tanaman lain yang tidak disukai nyamuk, menyemprot rumah dengan DDT membersihkan tempat hinggap nyamuk dan memberantas sarang nyamuk, menghindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta genangan air, membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva pada genangan air atau menebarkan ikan atau cyclops pemakan jentik (Wibisono dkk, 2014).
2.1.9. Pemberantasan
Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka kesakitan (insidens dan prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi akibat malaria (Notoatmojo, 2010). Pemberantasan malaria harus rasional dan berbasis pada epidemiologinya; manusia /penduduk, parasit malaria, vektor dan lingkungannya (Arsin, 2012).
15
2.2. PENGETAHUAN
Meunurut Notoatmojo (2010) pengetahuan adalah hasil dari pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmojo, 2010).
2.2.1. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2010) tingkat pengetahuan didalam domain kognitif secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya Tahu bahwa malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa darah yang masuk ke Genus Plasmodium, yang penularannya pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopeles. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan misalnya: apa penyebab penyakit malaria, apa tanda dan gejala penyakit malaria serta bagaimana melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
17
2.3. KERANGKA TEORI
Gambar 2.7. Kerangka Teori
Pengetahuan : - Gejala malaria - Penyebab malaria - Penularan malaria - Pencegahan malaria
Sikap :
1 Menjaga lingkungan 2 Proteksi diri
3 Pengobatan 4 Penyuluhan
Perilaku :
1. Penggunaan obat anti nyamuk, kelambu dan kawat kasa
2. Menjaga kebersihan rumah 3. Mengaliri air tergenang
Lingkungan Fisik : 1. Kebun kelapa sawit 2. Muara sungai 3. Kolam
4. Saluran pembuangan 5. Lubang bekas galian 6. Sawah
7. Irigasi
Derajat Infeksi
Kejadian Malaria
Lingkungan
Lingkungan Global/Iklim : 1. Suhu atau temperatur 2. Kelembaban
3. Pola tiupan angin
2.4. KERANGKA KONSEP
Gambar 2.8 Kerangka Konsep
Usia
Tingkat Pengetahuan Masyarakat Mengenai
Malari Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Mengenai Malari
Jumlah Sumber Informasi
Pekerjaan Pendidikan
19 BAB II
METODE PENELITIAN
3.1 RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rantau Kota, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara, dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat.
Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua objek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja (Notoatmodjo, 2010).
3.2 LOKASI PENELITIAN
Penelitian akan dilaksanakan di kecamatan Rantau Selatan, kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada laporan Dinas Kesehatan Kota Rantau Prapat tahun 2016 yang menyatakan bahwa Incidence Rate (R) tertinggi untuk penyakit Malaria adalah Kecamatan Rantau Selatan khususnya Kelurahan Sigambal.
3.3. POPULASI & SAMPEL 3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah warga di Kelurahan Sigambal Kecamatan Rantau Selatan. Jumlah populasi kepala keluarga di Kelurahan Sigambal adalah sebanyak 1.897 kepala keluarga (Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu, 2019).
3.3.2. Sampel
Pengambilan Sampel menggunakan cara Cluster Random Sampling, semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian hingga
jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi (Sastroasmoro, 2008). Kriteria inklusi yang digunakan adalah:
a. Sampel yang akan diwawancarai adalah kepala keluarga atau pasangannya yang merupakan warga Kelurahan Sigambal Kecamatan Rantau Selatan.
b. Sudah tinggal di kelurahan Sigambal selama minimal 6 bulan.
Sedangkan kriteria eksklusi adalah:
a. Tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian.
b. Data tidak lengkap.
c. Tidak mampu berkomunikasi.
3.3.3. Besar sampel
Dari jumlah populasi kepala keluarga yang diketahui, maka menurut Notoatmodjo (2010) rumus yang digunakan untuk perhitungan sampel adalah :
Keterangan : N = Besar populasi n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan ketepatan yang diinginkan yakni: 10% (0,10), 5% (0,05) atau 1% (0,01)
Sampel kepala keluarga di Kelurahan Sigambal Kecamatan Rantau Selatan :
Setelah dilakukan perhitungan dengan diketahui jumlah populasi pada Kelurahan Sigambal adalah berjumlah 1.897 kepala keluarga maka didapati besar sampel sebanyak 94 orang. Untuk antisipasi maka ditambah 10% dari sampel sehingga jumlah sampel menjadi 104 orang.
21
3.4. METODE PENGUMPULAN DATA 3.4.1. Data primer
Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan- pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian yang akan disebarkan pada responden yang memenuhi kriteria inklusi.
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu, Dinkes Kota Rantau Prapat, Puskesmas Kecamatan Rantau Selatan, Kantor Camat Rantau Selatan, Kantor Kelurahan Rantau Selatan, dan Kepala Lingkungan pada daerah penelitian.
3.5. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS 3.5.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Uji coba dilakukan terhadap kuesioner pengetahuan responden mengenai malaria. Responden yang dijadikan sampel untuk uji validitas ini terdiri dari beragam tingkat pendidikan yang merupakan warga di Kelurahan Sigambal Kecamatan Rantau Selatan.
3.5.2. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Instrument yang sudah dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga (Notoatmodjo dan Soekidjo, 2012). Kuesioner yang telah disusun bersumber dari penelitian-penelitian sebelumnya, dan diuji validitas content dan reliabilitasnya oleh seorang expertis dari kepala puskesmas kelurahan Sigambal kabupaten Rantau Selatan. Uji tersebut telah dilakukan terhadap 20 orang responden yang terdiri dari beragam tingkat pendidikan dan profesi yang berada di Kelurahan Sigambal Kecamatan Rantau Selatan.
Hasil uji validitas dan reliabilitas akan disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.1 Data Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Variabel Nomor Pertanyaan
Total Pearson Correlation
Status Alpha Status
Pengetahuan 1 0,446 Valid 0,672 Reliabel
2 0,446 Valid Reliabel
3 0,510 Valid Reliabel
4 0,477 Valid Reliabel
5 0,451 Valid Reliabel
6 0.676 Valid Reliabel
7 0,518 Valid Reliabel
8 0,486 Valid Reliabel
9 0,652 Valid Reliabel
10 0,579 Valid Reliabel
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari keseluruhan 21 item yang diuji validitas dan reliabilitasnya, dimana pertanyaan tersebut bersumber dari penelitian-penelitian sebelumnya dan hasil rancangan peneliti sendiri didapatkan jumlah item pertanyaan yang valid dan reliabel sebanyak 10 item. Selanjutnya peneliti menambahkan 2 pertanyaan yang merupakan pertanyaan untuk mengetahui sumber informasi responden mengenai malaria. Sehingga total jumlah pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tersebut adalah 12 pertanyaan.
3.5.3. Instrumen penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010), instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan- pertanyaan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat pengetahuan masyarakat mengenai malaria.
23
3.5.4 Teknik skoring dan skala
Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner penelitian tentang tingkat pengetahuan dan sumber informasi masyarakat mengenai malaria.
Pengukuran penggolongan tingkat pengetahuan diperoleh dari hasil pengukuran jumlah kuesioner yang diberikan bagi responden dan dikategorikan pada tingkat baik, sedang dan kurang.
3.5.4.1. Kategori penelitian pengukuran
Sedangkan dalam penentuan kategori penelitian dinilai dengan menggunakan presentasi sebagai berikut :
a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang malaria ( skor jawaban responden > 80% dari nilai tertinggi yaitu
> 8 ).
b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang malaria (Skor jawaban responden 40% - 80% dari nilai tertinggi yaitu 4 - 8)
c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang malaria (Skor jawaban responden < 40% dari nilai tertinggi yaitu < 4).
3.6. METODE ANALISIS DATA
Akan dikumpulkan data primer yakni data diperoleh dari kuesioner penelitian yang telah disiapkan dan kemudian diberikan kepada responden yang terpilih.
Terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji validitas untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid).
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga entry yaitu memasukan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution), dan tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Data dianalisis secara statistik deskriptif dan akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi.
3.7. DEFINISI OPERASIONAL
Table 3.2 Definisi Operasional
No Variable Definisi Operasional Cara ukur Hasil ukur Skala ukur 1. Responden Orang dewasa baik laki
laki maupun perempuan yang sudah berumah tangga
Kuesioner Nominal
2. Usia Usia responden pada saat penelitian dilakukan
Kuesioner a. Usia ≤34 tahun b.Usia 35-49 tahun
c. Usia ≥50 tahun
Rasio
3. Pendidikan Jenjang pendidikan formal dari institusi yang pernah dicapai responden sampai ia mendapat ijazah atau surat tanda lulus
Kuesioner a. Tidak tamat SD
b. SD c. SMP d. SMA e. Akademi f. Perguruan tinggi
Ordinal
4. Pekerjaan Mata pencaharian utama dari responden yang memberikan penghasilan bagi kehidupannya
Kuesioner a. tidak bekerja b. wiraswasta c. bidang jasa d. bidang
kesehatan e. bidang
pendidikan dan
pemerintah f. pedagang
Ordinal
5. Sumber informasi
Semua media yang digunakan oleh responden untuk mengetahui penyakit malaria
Kuisioner a. Pernah mendapat informasi b. Tidak
pernah mendapat informasi
Ordinal
6. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui responden mengenai malaria.
Kuesioner a. Baik b. Sedang c. Kurang
Ordinal
25
3.7.1. Aspek Pengukuran 1. Responden
Responden adalah orang dewasa baik laki laki maupun perempuan yang sudah berumah tangga dan bertempat tinggal serta berada di lokasi penelitian ketika penelitian dilakukan.
2. Usia
Usia adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan, berdasarkan ulang tahun terakhir. Data usia didapatkan melalui kuesioner, yang akan dikelompokkan sebagai berikut:
a. Usia 20 - 30 tahun b. Usia 31- 40 tahun c. Usia 41- 50 tahun d. Usia 51- 60 tahun e. Usia 61 - 70 tahun 3. Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal dari institusi yang pernah dicapai responden sampai ia mendapat ijazah atau surat tanda lulus.
Pendidikan dibagi sebagai berikut:
a. Pendidikan rendah adalah tidak sekolah, tidak lulus SD atau yang sederajat.
b. Lulus SD atau yang sederajat c. Lulus SLTP atau sederajat.
d. Pendidikan sedang adalah lulus SMA atau sederajat.
e. Pendidikan tinggi adalah tamat Perguruan Tinggi atau yang sederajat.
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah mata pencaharian utama dari responden yang memberikan penghasilan bagi kehidupannya. Data pekerjaan didapatkan melalui kuesioner. Pekerjaan dibagi sesuai jenis pekerjaan, yaitu:
a. Tidak bekerja b. Wiraswasta c. Bidang Jasa
d. Bidang Kesehatan
e. Bidang pendidikan dan Pemerintahan f. Pedagang
5. Sumber informasi
Sumber informasi adalah semua media yang digunakan oleh responden untuk mengetahui penyakit malaria. Sumber informasi kemudian dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu tidak pernah dan pernah mendapat informasi.
6. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai malaria. Menurut Pratomo (1986) data pengetahuan didapatkan melalui kuesioner dan diukur dari pertanyaan tersebut dengan pemberian nilai pada setiap jawaban. Pengetahuan responden diukur melalui 10 pertanyaan.
Responden yang menjawab benar diberi skor 1 sedangkan yang menjawab salah diberi skor 0. Jadi, skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 10.
Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang, kurang, dengan definisi sebagai berikut :
a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang malaria (skor jawaban responden > 80% dari nilai tertinggi yaitu >
8).
b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang malaria (Skor jawaban responden 40% - 80% dari nilai tertinggi yaitu 4-8)
c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang malaria (Skor jawaban responden < 40% dari nilai tertinggi yaitu <4).
27 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Kabupaten Labuhan Batu setelah mengalami pemekaran kini memiliki jumlah desa sebanyak 75 desa, 23 Kelurahan dan 9 Kecamatan dengan jumlah penduduk 472,215 jiwa, kepadatan 184,31 jiwa/km2 dengan luas wilayah sebelum pemekaran 9,223,18 km2 dan kini setelah pemekaran memiliki luas 2,562,01 km2. Dari 9 Kecamatan yang ada di Kabupaten Labuhan Batu terdapat Kecamatan Rantau Selatan yaitu luas wilayah 64,32 km2 dan jumlah penduduk 73,085 jiwa.
Kecamatan Rantau Selatan mempunyai 9 Kelurahan yaitu Lobu Sona, Sidorejo, Sigambal, Danau Balai, Perdamean, Ujung Bandar, Bakaran Batu, Urung kompas dan Siol Dengan. Dari 9 Kelurahan yang ada di Kecamatan Rantau Selatan peneliti memilih lokasi penelitian di daerah Kelurahan Sigambal.
Kelurahan Sigambal merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara.
Seperti pada umumnya Kabupaten Labuhan Batu termasuk daerah yang beriklim tropis. Daerah ini memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim. Kondisi atau keadaan lingkungan yang berdekatan dengan aliran air kali dan lubang bekas galian yang sering digenangi air pada musim hujan, kondisi sekitar lingkungan yang becek dan banyak terdapat genangan air serta tumpukan sampah dan tempat penampungan air yang tidak ditutup. Serta lingkungan tempat tinggal warga yang dekat dengan sawah, rawa dan kebun kelapa sawit. Kelurahan Sigambal adalah kelurahan yang berada di Kecamatan Rantau selatan memiliki kode pos 21461, luas wilayah 6,06 km2 dengan jumlah penduduk 6,763 jiwa dan mempunyai 6 Lingkungan. Kelurahan Sigambal memiliki 1873 jiwa atau 438 KK jumlah KK miskin.
4.1.2 Distribusi responden menurut karakteristik
Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit malaria pada penelitian ini diukur berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi. Hasil pengumpulan data dari bapak-bapak dan ibu-ibu yang digunakan sebagai responden melalui wawancara dalam bentuk kuesioner di Kelurahan Sigambal dapat disajikan dalam bentuk sebagai berikut :
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Jenis kelamin
Wanita 69 66,3
Pria 35 33,7
Rentang usia
20 tahun - 30 tahun 21 20,1
31 tahun - 40 tahun 40 38,5
41 tahun - 50 tahun 22 21,1
51tahun - 60 tahun 12 11,6
61 tahun - 70 tahun 9 8,7
Pendidikan
Tidak Tamat SD 11 10,6
SD/Sederajat 21 20,1
SMP/Sederajat 18 17,4
SMA/Sederajat 38 36,5
Akademi 6 5,7
Perguruan Tinggi 10 9,6
Pekerjaan
Tidak Bekerja 46 44,2
Wiraswasta 17 16,4
Bidang Jasa 8 7,6
Bidang Kesehatan 8 7,6
Bidang Pendidikan &
Pemerintahan
7 6,8
Pedagang 18 17,4
Total 104 100
Dari tabel 4.1 terlihat bahwa sebagian besar responden adalah wanita (66,3%) dan selebihnya adalah pria (33,7%). Bila ditinjau dari rentang usia, sebagian besar responden pada penelitian ini adalah berusia antara 31 tahun s/d 40 tahun (38,5%) yang kemudian berusia antara 41 tahun s/d 50 tahun (21,1%), usia 20 tahun s/d 30 tahun (20,1%) usia 51 tahun s/d 60 tahun (11,6%) dan usia 61 tahun s/d 70 tahun
29
(8,7%).
Pendidikan responden yang terbanyak adalah SMA (36,5%), kemudian SD (20,1%), SMP (17,4%), tidak tamat SD (10,6%), adapun responden yang berpendidikan perguruan tinggi (9,6%) serta yang berpendidikan akademi (5,7%).
Responden sebagian besar tidak bekerja (44,2%) dan sebagian lainnya ada yang bekerja sebagai pedagang (17,4%), Wiraswasta (16,4%), Petani (8,7%), Bidang jasa dan Bidang Kesehatan (7,6%), dan Bidang Pendidikan & Pemerintahan (6,8%).
Table 4.2 Jumlah Sumber Informasi yang Dapat Diakses Responden Tentang Malaria
Jumlah Sumber Informasi Yang Diakses
Frekuensi %
Tidak mendapat informasi 0 0
Hanya 1 sumber informasi 58 55,7
2 Sumber informasi 18 17,4
3 Sumber informasi 17 16,4
4 Sumber informasi 6 5,7
5 sumber informasi 5 4,8
Total 104 100
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.2 terlihat bahwa tidak ada responden yang tidak mendapat informasi mengenai malaria. Responden pada penelitian ini paling banyak mendapatkan informasi tentang malaria dari satu sumber informasi yaitu 55,7% dan hanya 4,8% saja dari responden yang dapat mengakses lebih dari 4 sumber informasi.
Berdasarkan sumber informasi paling berkesan sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.3 di bawah ini, tampak bahwa 52 orang (50%) responden menyatakan sumber informasi paling berkesan mengenai malaria didapat dari kegiatan setempat seperti penyuluhan, arisan dan pengajian. kemudian disusul oleh informasi dari petugas kesehatan sebanyak 24 orang (23%), media elektronik seperti televisi sebanyak 12 orang (11.7%), keluarga sebanyak 7 orang (6,8%), teman sebanyak 2 orang (1.9%), dan media cetak, sekolah dan lain lain masing-
masing sebanyak 1 orang (0.9%).
Table 4.3 Sumber Informasi yang Paling Berkesan Bagi Responden
Sumber Informasi Frekuensi %
Kegiatan setempat (penyuluhan, arisan, pengajian)
52 50
Petugas kesehatan (bidan, perawat, dokter)
24 23
Media elektronik (televisi, radio) 12 11,7
Keluarga 7 6,8
Tetangga 4 3,9
Teman 2 1,9
Media cetak (koran, majalah) 1 0,9
Sekolah 1 0,9
Lain-lain 1 0,9
Total 104 100
4.1.3 Distribusi riwayat penyakit malaria responden
Tabel 4.4 Riwayat Penyakit Malaria Responden
Riwayat Penyakit Frekuensi(n) % Responden/keluarga pernah menderita
malaria
43 41,3
Responden/keluarga tidak pernah menderita malaria
61 58,7
Total 104 100
Dari Tabel 4.4 menunjukan bahwa 43 orang (41,3%) responden atau keluarga responden pernah mengalami sakit malaria dan sebanyak 61 orang (58.7%) tidak pernah menderita malaria.
4.1.4 Distribusi tingkat pengetahuan responden
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Responden
Frekuensi %
Baik 36 34,6
Sedang 59 56,7
Kurang 9 8,6
Jumlah 104 100
31
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden adalah sedang sebanyak 59 orang (56,7%), hal ini didapat dari jawaban responden mengetahui sebagian tentang malaria dengan nilai benar yaitu 4-8. Tingkat pengetahuan Baik sebanyak 36 orang (34,6%), yang mana responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang malaria dengan nilai benar tertinggi yaitu lebih dari 8. Tingkat pengetahuan kurang hanya sebagian kecil saja yaitu 9 orang (8,6%) yang mana responden mengetahui sebagian kecil tentang malaria dengan nilai benar tertinggi yaitu kurang dari 4.
Tabel 4.6 Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jumlah Sumber Informasi yang didapat Responden
Tingkat Pengetahuan Total Jumlah Sumber Informasi Baik Sedang Kurang
1 sumber informasi 18 (31%) 35 (60,3%) 5 (8,7%) 58 2 sumber informasi 6 (33,4%) 9 (50%) 3 (16,6%) 18 3 sumber informasi 5 (29,5%) 11 (64,7%) 1 (5,8%) 17
4 sumber informasi 3 (50%) 3 (50%) 0 6
5 sumber informasi 4 (80%) 1 (20%) 0 5
Total 36 59 9 104
Dari tabel 4.6 menunjukan bahwa pada kelompok responden yang mendapatkan sumber informasi tentang malaria lebih dari 4 sumber informasi kebanyakan memiliki tingkat pengetahuan yang baik dengan persentase 80%.
Adapun pada kelompok yang dapat mengakses sumber informasi tentang malaria kurang dari 4 sumber informasi, umumnya yaitu 50-64,7% memiliki tingkat pengetahuan sedang. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa semakin banyak sumber informasi yang didapat oleh responden maka tingkat pengetahuan tentang malaria semakin baik.
Tabel 4.7 Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi
Tingkat Pengetahuan Total
Karakteristik Baik Sedang Kurang
Jenis kelamin
Wanita 24 (34,8%) 43 (62,3%) 2 (2,9%) 69
Pria 12 (34,2%) 16(45,7%) 7(20%) 35
Rentang usia
20 tahun – 30 tahun 12 (57,2%) 9 (42,8%) 0 21
31 tahun – 40 tahun 19(47,5%) 20(50%) 1(2,5%) 40 41 tahun – 50 tahun 3(13,6%) 18(81,8%) 1(4,5%) 22 51 tahun – 60 tahun 1(8,3%) 9(75%) 2(16,6%) 12 61 tahun – 70 tahun 1(11,1%) 3(33,3%) 5(55,5%) 9 Pendidikan
Tidak Tamat SD 2(18,1%) 5(45,4%) 4(36,3%) 11
SD/Sederajat 5(23,8%) 15(71,4%) 1(4,7%) 21
SMP/Sederajat 4(22,2) 12(66,6%) 2(11,1%) 18
SMA/Sederajat 19(50%) 19(50%) 0 38
Akademi 5(83,3%) 1(16,6%) 0 6
Perguruan Tinggi 9(90%) 1(10%) 0 10
Pekerjaan
Tidak Bekerja 9(19,5%) 29(63,1%) 8(17,3%) 46
Wiraswasta 5(29,4%) 11(64,7%) 1(5,8%) 17
Bidang Jasa 2(25%) 5(62,5%) 1(12,5%) 8
Bidang Kesehatan 7(87,5%) 1(12,5%) 0 8
Bidang Pendidikan &
Pemerintahan
5(71,4%) 2(28,5%) 0 7
Pedagang 4(22,2%) 13(72,2%) 1(5,5%) 18
Total 104
Pada tabel 4.7 terlihat bahwa tingkat pengetahuan responden baik pada kelompok wanita maupun laki-laki terbanyak adalah sedang (62,3 % dan 45,7%).
Bila ditinjau dari rentang usia responden, maka kelompok dengan rentang usia 31-40 tahun merupakan responden terbanyak pada penelitian ini yaitu 38,5 % dari seluruh responden. Namun bila dilihat tingkat pengetahuan dari setiap kelompok menurut rentang usia, maka kelompok responden dengan rentang usia antara 20- 30 tahun dan 31-40 tahun memiliki jumlah responden yang lebih banyak dengan tingkat pengetahuan yang baik bila dibandingkan dengan kelompok rentang usia di atasnya yang umumnya memilki tingkat penetahuan sedang. Dari tabel diatas juga tampak bahwa pada kelompok usia yang lebih tua yaitu antara 61-70 tahun kebanyakan memiliki tingkat pengetahuan kurang.
Berdasarkan tingkat pendidikan responden menunjukan bahwa dari 104 responden, responden dengan tingkat pendidikan SMA merupakan responden terbanyak dengan jumlah 38 orang dan memiliki pengetahuan yang baik dengan
33
persentase 50%, pengetahuan sedang dengan persentase 50% dan 0% pengetahuan kurang. Yang menarik dari data diatas bahwa ternyata jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik didapati paling banyak pada kelompok responden dengan pendidikan Akademi dan tinggi yaitu 83,3% dan 90%.
Dari 104 responden responden didominasi oleh responden yang tidak bekerja sebanyak 46 orang yang rata-rata berstatus sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja) dengan tingkat pengetahuan sedang dengan persentase 63,1%, baik 19,5% dan kurang 17,3%. Hal ini disebabkan orang yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu untuk mendapatkan sumber informasi mengenai malaria. Pada kelompok responden yang bekerja di bidang kesehatan dan pemerintahan kebanyakan memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu 87,5% dan 71,4%.
Table 4.8 Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Jawaban Responden Tiap Pertanyaan
No. Pertanyaan Pengetahuan
Responden
Benar Salah
Frekuensi % Frekuensi %
1 Pertanyaan 1 68 65,3 36 34,6
2 Pertanyaan 2 49 47,1 55 52,8
3 Pertanyaan 3 48 46,1 56 53,8
4 Pertanyaan 4 95 91,3 9 8,6
5 Pertanyaan 5 39 37,5 65 62,5
6 Pertanyaan 6 61 58,6 43 41,3
7 Pertanyaan 7 69 66,3 35 33,6
8 Pertanyaan 8 71 68,2 33 31,7
9 Pertanyaan 9 79 75,9 25 24,0
10 Pertanyaan 10 88 84,6 16 15,3
Dari tabel 4.8 terlihat bahwa pada pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan no 1,4, 6, 7, 8, 9, dan 10. Pertanyaan nomor pertama responden menjawab dengan benar sebanyak 65,3%. Pada pertanyaan keempat, keenam, kedelapan, kesembilan dan kesepuluh responden juga lebih banyak menjawab dengan benar (91,3%), 58,6%, 66,3%, 68,2%, 75,9%
dan 84,6%. Adapun pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah
pertanyaan kedua, ketiga dan kelima yaitu 52,8%, 53,8% dan 62,5. Ketiga pertanyaan yang banyak salah dijawab oleh responden adalah pertanyaan tentang cara penularan penyakit, gejala penyakit dan cara pencegahan gigitan nyamuk malaria.
4.2 PEMBAHASAN 4.2.1 Identitas responden
Dalam penelitian ini terlihat bahwa kelompok responden yang terbesar adalah kaum wanita yang rata-rata berstatus sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja).
Secara umum, perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi daripada laki-laki karena perempuan lebih banyak berbicara, bertukar pikiran dan lebih banyak menggunakan media informasi dalam masalah kehidupan (The Royal London Hospital Survey, 2010).
Dalam penelitian ini, responden dengan rentang usia produktif memiliki pengetahuan yang baik mengenai malaria. Pada umumnya, semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin semakin baik tingkat pengetahuannya. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian Theresia et al (2001) yang menyatakan bahwa usia tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat pengetahuan.
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan terhadap suatu hal. Hal ini sesuai pernyataan Theresia et al (2001) dalam penelitiannya di Nusa Tenggara Timur bahwa tingkat pendidikan berhubungan dengan pengetahuan terhadap malaria. Dalam penelitian ini didominasi oleh responden dengan pendidikan SMA.
Sedangkan dalam penelitian ini pekerjaan responden secara keseluruhan yang paling besar adalah tidak bekerja. Hal ini sesuai dengan jumlah responden wanita yang lebih banyak merupakan ibu-ibu rumah tangga yang berstatus tidak bekerja. Selanjutnya didominasi oleh responden yang bekerja sebagai pedagang dan wiraswasta. Para responden yang bekerja dengan membuka usaha sendiri dan juga tidak ingin menjelaskan pekerjaan secara spesifik tentang pekerjaan mereka sehingga mengkategorikan pekerjaan mereka golongan wiraswasta.