• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motif Anak-Anak Menonton Acara "Cita-Cita Ku" di Trans 7" (Studi Deskriptif Motif' Anak-Anak Menonton Acara "Cita-Cita Ku" di Trans7).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Motif Anak-Anak Menonton Acara "Cita-Cita Ku" di Trans 7" (Studi Deskriptif Motif' Anak-Anak Menonton Acara "Cita-Cita Ku" di Trans7)."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIF ANAK-ANAK MENONTON ACARA

”CITA-CITA KU” DI TRANS 7

(Studi Deskriptif Motif Anak-Anak di Surabaya Menonoton

Acara “Cita-Cita Ku” di Trans 7)

SKRIPSI

Oleh :

ARUL MAHBARULOH NPM: 0543310440

YAYASAN KESEJAHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan kemurahan, kebaikan dan karunia-Nya, sehingga penulisan dapat

menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana program sturn Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Jimur.

Pada kesempatan ini, penulis melakukan penelitian dengan judul "Motif

Anak-Anak Menonton Aeara "Cita-Citaku" di Trans 7 (Studi Deskriptif Motif

Anak-Anak di Surabaya Dalam Menonton Acara "Cita-Citaku di Trans 7)".

Penulis menyadari bahwa periulisan skripsi ini tidak akan bisa

terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dan beberapa pihak. Pada

kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan segenap kerendahan dan

ketulusan hati untuk menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan proposal ini. Penulis

dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.

2. Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.

3. Juwito, S. Sos., MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik UniversitasPembangunan Nasional "Veteran" Jawa

(3)

4. Drs. Saifuddin Zuhri, MSi., selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa

membimbing dan meluangkan waktu, guna memberikan pengarahan pada

penulis dalam penyusunan skripsi.

5. Semua dosen dan staff dosen Universitas PembangunanNasioanal "Veteran"

Jawa Timur.

6. Orang tuaku tercinta, yang dengan penuh kesabarannya telah memberikan

bantuan baik materiil maupun moril, serta do'a tulus ikhlas hingga penulis

dapat menyelesaikan pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi.

7. Semua orang yang telah banyak membantu, memberikan saran dan kritik

kepada penulis namun tidak tersebutkan, penulis ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa isi dan cara penyajian skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna

meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, skripsi ini

dapat bennanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk

mendalaminya di masa yang akan datang.

Surabaya, April 2011.

(4)

DAFT AR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPlRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 9

1.3.Tujuan Penelitian ... 9

1.4.Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori ... 11

2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi ... 11

2.1.2. Pemirsa Sebagai Khalayak ... 12

2.1.3. Teori Kebutuhan Terhadap Media ... 14

2.1.4. Motif ... 16

2.1.5. Anak-Anak dan Perkembangannya ... 19

2.1.6. Program Acara "Cita-Cita Ku" Trans 7 ... 21

2.1.7. Teori Uses and Gratificatioan ... 22

(5)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Pendekatan Penelitian ... 27

3.2.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27

3.2.1. Definisi Operasional ... 27

3.2.2. Pengukuran Variabel ... 29

3.3.Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 35

3.3.1. Populasi ... 35

3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 36

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5.Metode Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 42

4.1.1. Gambaran Umum Program Acara "Cita-Cita Ku" ... 42

4.2.Penyajian Data ... 43

4.2.1. Karakteristik Responden ... 43

4.2.2. Motif Responden dalam Menonton Program Acara "Cita-Cita Ku" di Trans 7 ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpualan ... 72

5.2.Saran ... 73

DAFT AR PUSTAKA

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jumlah Sarnpel Untuk Keseluruhan Surabaya ... 38

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 43

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelarnin ... 44

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 44

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi Menonton Acara "Cita-Cita Ku" di Trans 7 ... 45

Tabel 4.5. Menarnbah Wawasan atau Pengetahuan dan Inspirasi untuk Meraih Cita-Cita... 46

Tabel 4.6. Keinginan untuk Mendapatkan Inforrn'asi Tentang Cara Meraih Cita-Cita ... 48

Tabel 4.7. Keinginan Mengetahui Narasurnber ... 49

Tabel 4.8. Keinginan untuk Mengetahui Kegiatan atau Profesi Apa Saja yang Dilakukan oleh Narasumber ... 50

Tabel 4.9. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Kategori Kognitif... 51

Tabel 4.10. Alasan yang Membuat Menonton Program Acara "Cita-Cita Ku" Karena Ikut-Ikutan Keluarga, Tetangga dan Teman ... 52

Tabel 4.11. Keinginan untuk Berbagi Informasi yang Diperoleh dengan Keluarga. Tetangga atau Teman ... 53

Tabel 4.12. Keinginan untuk Menjaidikan Segala Informasi Sebagai Bahan Pernbicaraan dengan Teman, Tetangga atau Orang Lain ... 55

(7)

Tabel 4.14. Pengelompokan Responden Berdasarkan Kategori Indentitas

Personal ... 57

Tabel 4.15. Keinginan untuk Bersantai Setelah Seharian Menjalankan Tugas 59

Tabel 4.16. Keinginan Mendapatkan sarana untuk Melepaskan Kelelahan .... 60

Tabel 4.17. Keinginan untuk Mengisi Waktu Luang ... 61

Tabel 4.18. Keinginan untuk Mencari Hiburan ... 62

Tabel 4.19. Pengelompokan Responden Berdasarkan Kategori Diversi ... 63

Tabel 4.20. Keinginan Kebersarnaan dengan Keluarga, Ternan dan Tetangga

Menonton Program Acara "Cita-Cita Ku" di Trans 7 sebagai

Tanda Loyalitas , ... 65

Tabel 4.21. Menonton Program "Cita-Cita Ku" Bersarna Keluarga, Ternan

dan Tetangga untuk Saling Bertukar Infomasi untuk Menambah

Wawasan dan Pengetahuan ... 66

Tabel 4.22. Bersarna dengan Keluarga, Ternan dan Tetangga Selalu

Mendukung Program Acara "Cita-Cita Ku" di Trans 7 karena

Pendidikan dan Tentang Bagairnana Meraih Cita-Cita ... 67

Tabel 4.23. Partisipasi Bersarna Antara Pemirsa dengan Keluarga, Teman

dan Tetangga dalarn Acara "Cita-Cita Ku" di Trans 7... 69

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model Uses and Gratification ... 24

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Penilitian Tentang Anak-Anak di Surabaya

(9)

DAFT AR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner ... 72

Lampiran 2. Rekapitulasi Jawaban Responden ... 75

Lampiran 3. Pengakategorian Motif Responden ... 79

Lampiran 4. Rating Acara Televisi ... 80

(10)

ABSTRAKSI

Arul Mahbarulloh, Motif Anak-Anak Menonton Acara "Cita-Cita Ku" di Trans 7" (Studi Deskriptif Motif' Anak-Anak Menonton Acara "Cita-Cita Ku" di Trans7).

Perkembangan teknologi dan informasi dari waktu ke waktu melahirkan aspirasi yang luar biasa dengan ditandai munculnya televisi, radio, satelit dan lainnya. Televisi sebagai salah satu media massa yang mempunyai daya tarik tersendiri karena sifatnya yang audio visual. Televisi menampilkan berbagai informasi secara cepat dan efektif, karena mempunyai kelebihan menguasai jarak. dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel, dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit. Program acara televisi sekarang ini didominasi acara hiburan. Maraknya program televisi untuk anak-anak yang justru tidak layak ditonton, tentunya mengundang keprihatinan. Obyek penelitian ini adalah acara "Cita-Cita Ku" di Trans7 yang masuk dalam kategori aman untuk ditonton anak-anak versi Komisi Penyiaran Indonesia, karena tidak mengandung unsur kekerasan dan seksual.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uses And Gratification. Teori dan pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi, karena sebagian besar audience hanya dijelaskan melalui kebutuhan dan kepentingan, sebagai proses penerimaan. Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak usia 10-12 tahun, yang berjumlah 181.725 anak. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multistage Cluster Random Sampling yaitu pengambilan sampel jika anggota populasi yang diteliti atau sumber data sangat luas.

Dari hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa pada motif kognitif, motif identitas personal dan motif integratif, pemirsa berada pada kategori tinggi, hal ini dikarenakan keinginan anak-anak untuk memperoleh informasi sangat besar sehingga anak-anak mengetahui dan mendapatkan informasi tentang cara mencapai cita-citanya dan merasakan profesi narasumber. Sedangkan pada motif diversi, pemirsa berada pada kategori sedang, hal ini menunjukkan bahwa anak senang dan terhibur dengan acara tersebut meskipun acara cita-cita ku bukan acara hiburan. "

(11)

BABI PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Informasi adalah salah satu konteks komunikasi yang berkembang dalam

kehidupan manusia. Sehingga komunikasi tidak melalui tatap muka saja, tetapi

juga menggunakan media massa. Media massa digunakan sebagai media

penyampaian pesan kepada khalayak. Perkembangan teknologi telah menciptakan

berbagai media baru serta mempunyai daya tarik yang kuat untuk menarik

perhatian masyarakat, salah satunya adalah lahirnya media elektronik, televisi.

Perkembangan teknologi dan informasi dari waktu ke waktu melahirkan

aspirasi yang luar biasa dengan ditandai munculnya televisi, radio, satelit dan

lainnya. Seiring dengan berputanya waktu dan perkembangan teknologi yang

semakin berkembang dan sampai pada tahap yang modern seperti yang terjadi

pada saat ini. Pada saat situasi seperti ini salah satu pihak yang dapat memberikan

informasi secara global adalah televisi. Televisi adalah salah satu produk dari

perkembangan teknologi komunikasi yang dilengkapi dengan tampilan suara serta

gambar.

Televisi sebagi salah satu media massa yang mempunyai daya tarik

tersendiri karena sifatnya yang audio visual. Fungsi media televisi ini bagi

masyarakat, sebagai media informasi, media pendidikan, media kebudayaan,

media hiburan dan media promosi yang diajukan kepada khalayak pemirsa baik

secara aktif maupun pasif. Televisi merupakan salah satu budaya populer yang

(12)

adalah menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan

elektromagnetik, kabel, dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit.

Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar. Daya rangsang

seseorang terhadap media televisi cukup tinggi. Satu hal yang paling berpengaruh

dan dara tarik televisi ialah bahwa informasi atau berita yang disampaikan lebih

singkat, jelas dan sistematis. Sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari isi

pesan dalam menangkap siaran televisi.

Media massa, khususnya televisi saat ini teah mengalami perkembangan

pesat diberbagai negara. Era siaran televisi diawali oleh stasiun pemerintah, yaitu

Televisi Republik Indonesia (TVRI), secara tidak langsung telah mendorong

munculnya televisi swasta. Diawali oleh Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI)

dan Surya Citra Televisi (SCTV), TV, Lativi, METRO-TV, TRANS TV, Global

TV dan Trans 7 saat ini mulai tumbuh dan berkembang, baik yang nasional

maupun yang lokal (Kuswandi, 1996:37). Ada juga stasiun televisi lokal

dibeberapa daerah, misalnya Riau TV, JTV, Batu TV dan masih banyak lagi.

Perkembangan tersebut sangat membantu. masuknya arus informasi bagi

masyarakat.

Keadaan program acara televisi sekarang ini yang didominasi dengan

acara hiburan, banyak stasiun televisi yang berlomba-lomba menayangkan

tayangan bersifat hiburan, seperti kartun, sinetron, komedi, reality show, talk

show, ajang pencarian bakat atau talent show dan masih banyak lagi.

Maraknya program televisi untuk anak-anak yang justru tidak layak

(13)

sejumlah penelitian menunjukkan, tak sedikit acara televisi khusus anak-anak

yang mengandung unsur kekerasan dan seksual sehingga tak pantas dikosumsi

anak, yayasan pengembangan media anak (YPMA), telah membuat daftar acara

yang masuk dalam katagori aman, hati-hati dan bahaya.

(http://sholihin.staff.uns.ac.id/2009/04/27/awas-acara-tv/).

a. Kategori "aman" yaitu tayangan televisi yang aman bagi anak. Aman bukan

hanya tayangan yang menghibur, melainkan juga memberikan manfaat lebih

seperti pendidikan, memberikan motivasi, mengembangkan sikap percaya diri

anak dan penanaman nilai-nilai positif dalam kehidupan. Namun sekalipun

aman, orangtua diimbau untukmendampingi anak-anak menonton TV. Beberapa tayangan acara tersebut antara lain: Bocah Petualang, Laptop Si

Unyil, Jalan Sesama, Cita-citaku, Si Bolang ke Kota, Buku Harian si Unyil di

Trans 7.

b. Kategori "hati-hati" . yaitu tayangan anak yang dinilai relatif seimbang antara

muatan positif dan negatifnya. Seringkali, tayangan yang masuk kategori ini

memberikan nilai hiburan serta pendidikan dan nilai positif, namun juga dinilai

mengandung muatan negatif seperti kekerasan, mistis, seks dan bahasa kasar

yang tidak mencolok.

Beberapa tayangan acara tersebut antara lain: Idola Cilik Seleberiti, Rapor

Idola Cilik Selebriti, Doraemon, Pentas Idola Cilik, Rapor Pentas Idola Cilik

(RCTI), Casper, Harveytoon.

c. Kategori "Bahaya" yaitu tayangan yang mengandung lebih banyak muatan

(14)

dalam tayangan yang masuk dalam kategori ini dinilai cukup intens sehingga

bukan lagi menjadi bentuk.pengembangan cerita, tapi sudah menjadi inti cerita.

Tayangan dalam kategori ini disarankan untuk tidak disaksikan anak.

Beberapa tayangan acara tersebut antara lain Tom & Jerry, Crayon Sinchan, Si

Entong.

Dari sekian banyak program acara yang mendapat peringatan dari Komisi

Penyiaran Indonesia karena masuk dalam kategori aman, hati-hati dan bahaya,

salah satu program acara anak yang banyak ditonton oleh anak-anak dan masuk

dalam kategori aman adalah acara "Cita-cita ku". Acara "Citi-cita ku" ditayangkan

setiap hari Kamis clan Jum'at padajam 14.30 WIB di stasiun televisi Trans 7.

Acara ini cukup menarik karena sesuai dengan segmentasi acaranya, acara ini

dibawakan oleh anak-anak dan tema yang diangkat adalah tema yang sangat dekat

dengan kehidupan anak-anak yaitu mengenai. cita-cita. Berdasarkan rating

program acara diatas maka program "Cita-cita ku" di Trans 7, termasuk

menduduki peringkat ke sembilan berdasarkan update rating kualitatif acara TV

anak dan remaja (http://www.indorating.com/irating.).

Melalui program Cita-citaku di Trans 7, diberikan informasi mengenai

sebuah profesi yang dapat menjadi pilihan bagi anak-anak jika besar kelak. Dalam

acara tersebut, anak-anak yang terlibat dalam setiap episodenya diberikan

kesempatan untuk mewujudkan cita-citanya. Dengan memberikan kesempatan

tersebut, diharapkan terwujud kesempatan bagi anak-anak tersebut kelak saat

(15)

menumbuhkan semangat wirausaha semenjak keeil, seperti mengetahui proses

pembuatan jaket dari bulu domba, temak lintah dan lain-lain. Dengan motivasi

dan semangat yang sama dan bagian dari tanggungjawab sosial. Tujuan tayangan

ini adalah memberikan motivasi, harapan, inspirasi kepada anak-anak untuk

mewujudkan cita-eita yang ingin mereka raih. Program acara"Cita-cita ku" di

Trans 7 termasuk program acara yang aman karena selain mengandung unsur

pendidikan selain itu materi yang sajikan dalam acara "Cita-cita ku" menarik,

keilmuan dan dapat menginspirasi anak-anak dalam memperjuangkan apa yang

anak-anak cita-citakan.

Dipilihnya "Cita-cita ku" di Trans 7 sebagai obyek penelitian karena acara

ini berbeda dengan program acara anak -anak yang lain, yaitu acara yang

mengandung unsur pendidikan dan bisa menumbuhkan semangat atau motivasi

terhadap diri anak-anak untuk terns memperjuangkan cita-citanya hingga tercapai.

Perbedaan acara ini dengan acara anak yang lain seperti Si Bolang walaupun

mempunyai unsur pendidikan juga akan tetapi program Si Bolang lebih bertujuan

untuk mengetahui clan mengenali budaya nusantara, dimana program ini mencoba

mendekatkan kembali anak-anak diseluruh nusantara dengan alam dan budaya

serta bermain beraneka ragam permainan tradisional, sedangkan program Koki

Cilik yang memiliki unsur pengetahuanlpendidikan yaitu mengetahui, mengenal

mengenai makanan dan cara pengolahannya, serta mengetahui kandungan gizi,

protei, vitamin.

Penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa pada dasamya setiap individu

(16)

individu yang lain berbeda sehingga motif atau aktivitas penggunaan media dan

tujuan akhir yang diperolehpun tidak ada yang sarna. Individu bebas dalam

memilih dan menggunakan media beserta isinya atau sumber-sumber rujukan lain

untuk mencapai tujuan akhir yaitu untuk memenuhi kebutuhannya akan sebuah

informasi. Beragam acara di televisi yang menyajikan berbagai informasi baik

yang dikemas dalam bentuk formal maupun dikemas menghibur seolah menjadi

altematif pilihan bagi para pemirsa khususnya anak-anak. Berlandaskan hal

tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui motif apakah yang mendasari

pemirsa khususnya anak-anak menonton tayangan "Cita-cita ku"di Ttans 7.

Penelitian motif pemirsa terhadap program acara Cita-cita ku di Trans 7 ini

akan difokuskan pada pendapat McQuail (2002:72) yakni: Motif Kognitif yang

lebih cenderung mengarah kepada keinginan khalayak untuk mencari informasi

yang up to date, seperti berbagai profesi yang umumnya menjadi cita-cita seorang

anak. Misalnya masalah dari peternakan lintah, pembuatan jaket kulit, profesi

sebagai dokter dan sebagainya diharapkan sebagai salah satu cara pemenuhan

kebutuhan akan motif inforinasi, Permasalahan yang dihadapi pemirsa terkait

dengan motif informasi adalah para pemirsa khususnya anak-anak tidak

sepenuhnya mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat dari acara-acara

program anak-anak yang ada selama ini. Pemandu acara dalam acara "cita-citaku"

di Trans 7 dianggap oleh para pemirsa khususya anak-anak kurang bisa membawa

acara tersebut dengan baik dan menarik, karena pemandu acara tersebut terdiri

dari anak-anak yang masih duduk di sekolah dasar sehingga pemirsa (anak-anak)

(17)

Motif Identitas pribadi (Personal Identity) yaitu para pemirsa (anak-anak)

diharapkan bisa mengeksplorasi semua potensi, kemampuan, bakat, citra diri,

kepercayaan diri dan nilai-nilai positif yang dimiliki anak-anak dengan melihat

profesi yang ditampilkan dalam acara "cita-citaku" di Trans 7 tersebut.

Permasalahan yang dihadapi anak-anak terkait dengan motif identitas pribadi

karena keragu-raguan anak-anak akan kredibilitas dari profesi .yang ditampilkan

dalam acara cita-cita ku, sebagai sumber inspirasi untuk mencapai cita-cita

harapan anak-anak, sehingga anak-anak kurang dapat mengambil contoh atau nilai

untuk dijalankan dari profesi tersebut.

Motif integrasi dan interaksi sosial (Personal Relationships) yaitu dengan

melihat program acara "Cita-citaku" di Trans 7 para pemirsa (anak-anak) dapat

melihat interaksi antara para anak-anak dengan orang yang menjalankan profesi

tersebut. Permasalahan yang dihadapi pemirsa (anak-anak) terkait dengan motif

integrasi dan interaksi sosial adalah tidak semua program acara membuka

kesempatan kepada pemirrsa (anak-anak) di rumah untuk berinteraksi langsung

melalui telepon.

Motif hiburan (Diversi) karena banyaknya kebutuhan pemirsa khususnya

anak-anak akan informasi dan hiburan yang belurn terpenuhi. Permasalahan yang

dihadapi anak-anak terkait dengan motif hiburan adalah kejenuhan anak-anak

akan tayangan film kartun yang mengandung kekerasan, percintaan, sedangkan

anak-anak membutuhkan acara yang memberikan motivasi dan edukasi serta

(18)

Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi

tentang bagaimana motif pemirsa khususnya anak-anak dalam menonton program

acara "Cita-citaku" di Trans 7. Signifikansi penelitian ini bahwa dati segi

komunikasi terhadap anak-anak, acara-acara ini sangat tepat untuk menginspirasi

dan memotifasi anak-anak untuk terns mengejar cita-cita mereka agar terwujud.

Acara tersebut diharapkan akan dapat diserap oleh anak-anak, sehingga dengan

semakin banyaknya acara anak-anak di televisi dapat menjadi pembelajaran bagi

anak-anak.

Penelitian ini dilakukan di Surabaya karena beberapa pekan ini terdapat

aktivitas liputan syuting program cita-citaku membuat kapal fiber di Keputih

Tegal, Sukolilo Surabaya, dimana liputan cita-citaku memberikan materi yang

berupa pembuatan kapal fiber, bentuk konstruksi kapal fiber serta batas

kemampuan desain kapal yang digunakan tiap kapal telah di desain dengan batas

kemampuan yang telah disesuaikan kebutuhan. Dalam hal ini tentunya ada aturan

aturan yang berlaku di dalamnya, setiap bahan tentunya mempunyai data teknis

(bttp://www.iavaneseboatcomldownload-brosur/brosur-engine/).

Program acara tersebut tidak layak ditonton oleh anak-anak karena tidak

mengandung unsur pendidikan dan motivasi kepada anak-anak sehingga tidak bisa

dicontoh. Dalam wawancara dengan El Shinta pihak Lativi menyatakan

menghentikan penayangan Smackdown, meskipun kontraknya sampat tahun 2008

(bttp://www.suaramerdeka.comlharian/0611/30/nas07.htm). Program acara anak

(19)

Subyek dalam penelitian ini adalah anak-anak usia 10-12 tahun. Karena

pada masa ini anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena munculnya

pengertian, wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan (Kartono

dan Kartini, 2007:137). Dipilihnya anak-anak sebagai responden disebabkan

karena anak-anak memiliki keinginan, harapan dan memperjuangkan untuk

mencapai cita-cita mereka serta aset negara yang paling berharga.

Dari uraian diatas tentang tayangan televisi yang ada pada saat ini

khususnya acara "Cita-citaku" maka peneliti ingin meneliti tentang "Motif

Anak-anak Menonton acara "Cita-citaku" di Trans 7.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimana motif anak-anak di

Surabaya dalam menonton acara "Cita-cita ku" di Trans 7?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui motif anak-anak di Surabaya dalam menonton acara "Cita-cita

ku" di Trans 7

1.4.Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi

(20)

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitian

dengan mengaplikasikan teori-teori, khususnya teori-teori komunikasi dan

motif anak anak.

b. Manfaat Praktis

Dapat memberikan informasi atau masukan bagi Trans 7 dalam

mengembangkan dan meningkatkan tayangan-tayangannya terutama tayangan

(21)

BAB II

KAJIAN PUST AKA 2.1.Landasan Teori

2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi

Televisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siaran (Televisi

Broadcast) yang merupakan media elelctronik dan memiliki ciri-ciri yang berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga pesannya bersifat umum,

sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen (Effendy,

1993:17).

Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan

kenyataannya bahwa saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari Jakarta

atau kata-kata lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian televisi adalah

salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai

reproduksi dari kenyataan yang disiarkannya melalui gelombang-gelombang

elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat penerima di rumah (Effendy,

1993:10).

Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media massa

yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir

kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai. sebagai media massa yang

paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas

karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat

audio visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang

(22)

sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat

bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan

pola berpikir, pengaruh televisi lebih kuat debandingkan dengan radio dan surat

kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh

segi-segi kejiwaan.

Sedangkan Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya media

televisi dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu peradaban,

khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas

melarikan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya

manusia. Kemampuan televisi dalam menarik, perhatian massa menunjukkan

bahwa media tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik

media televisi sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum

muncul televisi, berubah total sama sekali. Pengaruh daripada televisi lebih kuat

dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio

televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi

yang menyentuh segi-segi kejiwaan. Pemirsa, telah menjadi cerminan budaya

tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semkin

berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak geografis

pemirsa.

2.1.2. Pemirsa Sebagai Khalayak

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai

(23)

sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan,

khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang

besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan

dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat

berubah dengan cepat (Me. Quail, 1994:201).

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi.

Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik

minatnya, mengerti dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada

dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu :

1. Heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa teIevisi adalah massa, sejumlah orang

sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat.

Selain itu pemirsa televisi dapat ciibedakan pula menurut janis kelamin, umur,

tingkat pendidikan, clan taraf kehidupan, clan kebudayaan.

2. Pribadi yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa, maka isi

pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai

dengan situasi pemirsa saat itu.

3. Aktif yakni pemirsa bersifat aktif, mereka aktif, seperti apabila mereka

menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir

aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada dirinya

apakah yang diucapkan oleh seorang.penyiar televisi benar atau tidak.

4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih program televisi yang

disukai (Effendy, 1990:84).

(24)

anak-anak sebagai pemirsa televisi juga mempunyai sifat yang aktif dan selektif.

Dikatakan aktif karena apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari

sebuah tayangan pada stasiun televisi, mereka berpikir aktif dan melakukan

interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada dirinya, apakah yang diucapkan dan

dicontohkan oleh seorang penyiar televisi, benar atau tidak dan dapat diterima.

Sedangkan selektif yaitu mereka memilih program, televisi yang disukainya. Jadi

tidak semua acara yang ditayangkan diberbagai stasiun televisi menjadi kesukaan

anak-anak, ada program acara yang disukaidan tidak disukai.

2.1.3. Teori Kebutuhan Terhadap Media

Media dianggap hanya menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan

indjvidu bisa jadi menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau

(25)

Pada sketma di atas Abraham Maslow membagi kebutuhan manusia dalam

kaitanya dengan psikologi (media), pada dasarnya kebutuhan manusia terbagi

menjadi lima bagian yaitu:

a. Physiological Needs (Kebutuhan fisiologis), merupakan bagian terbawah dari hierarki (terbesar).

b. Safety Needs (Kebutuhan akanrasa aman). c. Belonging Needs (Kebutuhan sosial). d. Esteem Needs (Kebutuhan status).

e. Self-actualization Needs (Aktualisasi diri), merupakan bagian puncak dari

hierarki.

Jika dikaitkan dengan tema permasalahan, salah satu kebutuhan manusia

adalah kebutuhan akan media informasi. Kebutuhan tersebut sangat berguna bagi

dirinya untuk mengetahui berbagai perubahan yang terjadi di luar lingkungan

dirinya. Kebutuhan individu Maslow sangtlah didukung. Psikologi komunikasi

rnembagi kebutuhan tersebut nienjadi:

1. Cognitive Needs, kebutuhan ini berkaitan dengan peneguhan informasi,

pengetahuan, dan pemahaman.

2. Affective Needs, kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman

yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal Integrative Needs, kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan

kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual.

4. Social Integrative Needs, kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dan keluarga, teman.

(26)

2.1.4. Motif

Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu tindakan

ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal-hal yang melatarbelakanginya, apa

saja yang mendorong melakukan tindakan perbuatan tersebut apa motifnya, untuk

itu peneliti akan menjelaskan mengenai motif. Istilah motif berasal dari kata

motive yang berarti dorongan dalam diri organisme untuk menentukan pilihan pilihan dari berbagai hal, sehingga sesuai dengan tujuan. Semua tingkah laku

manusia pada hakekatnya mempunyai motif. Jadi motif adalah hal yang berkaitan

dengan dorongan keinginan hasrat dari dalam diri untuk melaksanakan sesuatu

yang memberi arah dan tujuan pada tingkah seseorang. Dari definisi tentang

motif, maka dapat disimpulakan bahwa, motif adalah sesuatu yang ada pada diri

individu yang menggerakkan atau membangkitkan, sehingga individu itu berbuat

sesuatu (Ahmadi, 2000:192).

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya motif

yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu

mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong

oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang

melinkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atu dorongan-dorongan dalam diri

manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan, 2000:140).

Motif itu akah dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan aktifitas

tertentu untuk memenuhi kebutuha kepuasan pada diri individu dan motif

seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman bersifat konstan

(27)

mengaktifkan perilaku. Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku

manusia besar sekali. Dan tampak bahwa motif anak-anak pada umumnya banyak

rupanya dan pada mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari

luar dirinya (Gerungan, 2000:144).

Woodworth dalam Purwanto (2000:64) menggolongkan motif menjadi

tiga golongan, yaitu :

1. Motif sebagai pendorong manusia untuk bertindak atau berbuat. Motif itu

berfungsi sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang

untuk melakukan suatu tugas.

2. Motif menentukan arah perbuatan, yakni ke arab perwujudan suatu tujuan atau

cita-cita.

3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbutan mana

yang harus dilakukan yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan

mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dengan demikian dari ketiga pengertian tersebut, maka pada dasarnya

motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri

dari kebutuhan atau motif dapat diidentikkan dengan kebutuhan.

Untuk memudahkan pengukuran tentang motif, maka didasarkan pada

pendapat McQuail (2002:72) sebagai berikut :

1. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional

(28)

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan

lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.

b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan

hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.

c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.

d. Keinginan untuk belajar (pendidikan terhadap diri sendiri)

2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk niemperkuat atau menonjolkan

sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri, yang

terdiri dari :

a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.

b. Menemukan model perilaku, panutan atau figur untuk dicontoh.

c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media).

d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

3. Motif lntegrasi dan lnteraksi Sosial (Personal Relationships)

Kebutuhan akan integrasi dan interaksi sosial terdiri dari :

a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial.

b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.

c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.

d. Memungkinkan individu untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman,

(29)

4. Motif Hiburan (Diversi) .

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang

terdiri dari:

a. Bersantai dan melepaskan diri atau terpisah dari permasalahn.

b. Memperoleh kenikmatanjiwa dan estetis.

c. Mengisi waktu.

d. Penyaluran emosi.

2.1.5. Anak-anak daD perkembangannya

Manusia dalam perkembangannya mengalami tahapan-tahapan masa

perkembangan, dari anak-anak hingga mencapai usia dewasa. Subyek dalam

penelitian ini adalah anak-anak. Perkembangan anak dalam penelitian ini akan

dibatasi pada perkembangan anak pada masa sekolah, karena pada masa tersebut

anak-anak mulai memandang semua peristiwa dengan obyektif. Oswald Kroh

dalam bukunya: "Die Psyc,hologie Desgrundschul Lindes" (psikologi anak-anak)

menyatakan adanya empat periode dalam perkembangan fungsi pengamatan anak,

yaitu:

1. Periode Sintesa fantastis 7-8 tahun. Artinya segala hasil pengamatan

merupakan pesan totalitas global sedang sifatnya masih samar-samar.

Selanjutnya kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak; operasi

dengan ini anak suka sekali pada dongeng-dongeng, legenda, kisah-kisah, dan

(30)

2. Periode Realismenaif 8-10 tahun, anak-anak bisa membedakan bagian atau

onderdil tetapi mampu menghubungkan satu dengan lain dalam hubungan

unsure fantasi sudah banyak diganti dengan pengamatan kongkrit.

3. Periode Realisme kritis 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realistis dan

kritis, anak sudah bisa mengadakan sintesa logis, karena munculnya pengertian

insight atau wawasan akal yang sudah mencapai taraf kematangan anak kini bisa menghubungkan bagian-bagian' menjadi satu kesatuan atau menjadi satu

struktur.

4. Fase Subjektif 12-14. tahun. Unsur emosi atau perasaan muncul kembali dan

kuat sekali mempengaruhi penilaian anak terhadap semua pengamatan, masa

ini dibatasi oleh segala pubertas kedua. (Kartono, 1990:136-137)

Dalam penelitian ini yang menjadi respondennya adalah anak umur 10-12

tahun. Anak pada usia ini sangat aktif dinamis, segala sesuatu yang aktif dan

bergerak akan sangat menarik minat perhatian anak. Ingatan anak pada usia 10-12

tahun ini mencapai intensitas yang palin besar dan paling kuat. Daya menghafal

dan daya memorisasi (dengan sengaja memasukkan dam melekatkan pengetahuan

dalam ingatan) adalah paling kuat. Dan anak-anak mampu memuat jumlah materi

ingatan paling banyak, juga pada usia 9-12 tahun. Anak-anak mulai belajar dan

mengenal lingkungan sekitamya. Perkembangan televisi yang banyak

menyuguhkan acara hiburan untuk anak-anak baik itu berupa film, kuis maupun

acara musik yang menghadirkan hiburan bagi mereka sedikit tidaknya

mempengaruhi anak-anak dalam perkembangan, baik perilaku maupun secara

(31)

dalarn menilai sebuah acara tokoh. Tokoh yang menjadi panutan mereka dalam

acara tersebut. Dalam menonton acara terjadi sebuah aktivitas komunikasi dimana

media menayangkan pesan pada khalayak (anak-anak) dan disini terjadi sebuah

proses pembelajaran dan interaksi dari apa yang mereka dapatkan dari tayangan

tersebut.

2.1.6. Progran Acara "Cita-cita ku" Trans 7

Salah satu program acara "Cita-cita ku" yang banyak ditonton oleh

anak-anak termasuk program acara kedalarn katagori Arnan untuk anak-anak-anak-anak yang

tayang setiap hari senin sampai jum'at pada jam 14.00 di stasiun televisi Trans

7dan pembawa acaranya adalah anak-anak, karaena hal acara ini untuk anak-anak.

"Ingin jadi apa kalo sudah besar nanti?" pertanyaan yang kerap singgah saat kita

kecil. Ada yang beruntung dapat mewujudkan cita-citanya namun tidak sedikit

yang cita-citanya kandas di tengah jalan karena kondisi yang tidak

memungkinkan. Fenomena itulah yang coba diangkat dalam program Trans 7

Cita-citaku. Melalui program Cita-citaku, diberikan kesempatan kepada anak-anak

yang memiliki keinginan besar untuk mewujudkan cita-citanya dalam sekejap.

Dengan memberikan kesempatan tersebut, diharapkan terwujud

kesempatan bagi anak-anak tersebut kelak saat mereka dewasa. Sungguh sebuah

acara sangat bagus, edukatif sekaligus menumbuhkan semangat wirausaha

semenjak kecil, seperti mengetahui proses pembuatan jaket dari bulu domba,

ternak lintah dan lain-lain. Dengan motivasi dan semangat yang sama dan bagian

dari tanggungjawab sosial. Tujuan tayangan ini adalah memberikan motivasi,

(32)

mereka raih (

http://lintahindonesia.wordpress.com/2010/09/19/lintah-indonesia-di-cita-citaku-trans7/).

2.1.7. Teori Uses And Gratification

Penggunaan (Uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan

(Gratification) atas kebutuhan seseorang atau Uses and Gratification, salah satu

teori dan pendekatan yang sering digunakan dalam komunikasi. Teori dan

pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruan proses komunikasi,

karena sebagian besar audience hanya dijelaskan melalui kebutuhan dan

kepentingan, sebagai proses penerimaan (pesan media) (Bugin, 2006).

Media massa dalam berbagai bentuk merupakan saluran (chane!) arus

pesan dari sumber ke sasaran. Dengan kekuatan.yang ada pada media massa, pada

awal perkembangannya dianggap mampu mempengaruhi bahkan mengubah

masyarakat. Namun pada perkembangannya para ahli mulai sadar bahwa audiens

tidak pasif, namun aktif terlibat dalam proses komunikasi.

Model ini pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan.

Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak.

(Effendy, 2003:289).

Teori Uses and gratification lebih menekankan pada pendekatan

manusiawi dalam melihat media massa. Artinya manusia mempunyai otonomi,

wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Kardz percaya bahwa tidak

ada hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk mengunakan media. Menurut

(33)

memutuskan bagaimana mereka mengunakan media itu akan berdampak pada

dirinya (Effendy 2003:191).

Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi

permasaahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku

khalayak, tetapi bagimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial

khalayak. Jadi bobotnya ialah pada khalayak yang aktif yang sengaja

menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy, 2000:289).

Berdasarkan temuan Lichtenstein daTI Rosenfeld (1984) dalam Stewart

(2003:212) dijelaskan bahwa pertama: tentang alasan-alasan seseorang memilih

suatu medium dan bukan medium lain, kedua: media mana yang dapat menjadi

altenatif sebagai pilihan antara yang satu dengan yang lain. Seseorang diajari,

tersosialisasikan, untuk memandang setiap medium dengan cara tertentu dan

untuk memahami media mana dapat menjadi altematif bagi media lainnya.

Sehingga dapat disimpulkan "bahwa keputusan " menggunakan saluran-saluran

komunikasi massa merupakan suatu proses dua bagian: Pertama, seseorang diajari

motivasi apa yang dapat dipuaskan setiap medium; Kedua, berdasarkan informasi

yang dimiliki bersama tersebut, maka masing-masing orang membuat pilihan

perseorangan. Meskipun pilihan ini merupakan keputusan pribadi, persepsi

seseorang mengenai apa yang ditawarkan media yang berbeda relatif konsisten.

Seseorang cenderung mempunyai citra yang stabil mengenai gratifikasi setiap

(34)

Gambar 2.1

Model Uses and Gratification

Pada periaku penggunaan media, teori Uses and Gratification menyatakan

bahwa pemilihan dan penggunaan media massa ditentukan oleh khalayak

berdasarkan kebutuhan yang ingin dipenuhi, sehingga terfokus pada apa yang

dilakukan khalayak pada media massa yang diteliti disini ada1ah motif

mengkonsumsi media untuk mencari kepuasan pada dirinya, apakah yang

dilakukan atau dicontohkan dalm program tersebut benar atau tidak dan dapat

dicontoh (Effendy, 1990:84).

2.2.Kerangka Berpikir

Dengan informasi manusia dapat memperluas pandangan dan

wawasannya, serta dapat lebih meningkatkan kedudukan dan peranannya dalam

masyarakat. Untuk mengetahui lebih jelas segala hal yang terjadi didunia atau

disekelilingnya, manusia sangat membutuhkan kehadiran media utnuk memenuhi Social Environment:

(35)

kebutuhannya. Maka hadirlah sarana komunikasi yang lebih dikenal sebagai

media massa.

Keberadaan media massa pada saat ini telah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari, adapun media massa yang

dimaksudkan disini adalah televisi. Menonton televisi bagi pemirsa merupakan

suatu kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan

tersebut bisa berupa kebutuhan akan informasi, pendidikan dan hiburan. Menurut

Blummer dalam (Effendi, 2001:61) motif meliputi motif kognitif yaitu keinginan

untuk menambah pengetahan, motif diversi yaitu kegunaan untuk menyesuaikan

diri terhadap lingkungan. Dengan menonton televisi manusia dapat memahami

dan mengerti. setiap informasi yang. disampaikan dan manusia dapat menilai

informasi sebagai pesan mendidik, menghibur serta mempengaruhi pemirsanya

melalui berbagai acara yang disajikan.

Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan media informasi.

Kebutuhan tersebut sangat berguna bagi dirinya lintuk mengetahui berbagai

perubahan yang terjadi di luar lingkungan dirinya (Maslow, 1970 dalam Nugroho

2009).

Dalam hal ini, peneliti berusaha melihat motif anak-anak di Surabaya

dalam menonton program acara "Cita-cita ku di Trans 7". Untuk lebih jelas dapat

(36)

Gambar 2.2.

Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Anak-anak Di Surabaya Dalam Menonton Program Acara "Cita-cita ku"Di Trans 7

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan

melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan

cermat (Rakhmat, 1999:22). Dimana peneliti akan menjabarkan dan

menginterpretasikan data hasil penelitian secara sistematis mengenai motif

anak-anak dalam Menonton Program Acara "Cita-cita ku" di Trans 7.

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.2.1. Definisi Operasional

Motif dalam penelitian ini adalah dorongan-dorongan atau alasan-alasan

yang menyebabkan anak-anak menonton program acara "Cita-cita ku" di Trans 7.

Motif yang timbul dari anak-anak untuk menonton program acara "Cita-cita ku"

merupakan suatu bentuk pemenuhan kebutuhan' penggunaan media. Dalam

penelitian ini digunakan kategori motif menurut Blumer, yang dibedakan menjadi

(Rakhmat, 2001:66):

1. Motif Kognitif (keinginan untuk memperoleh informasi). Anak-anak

dikatakan mempunyai motif kognitit: apabila menonton program acara "Cita

cita ku" untuk :

a. Menambah wawasan atau pengetahuan dan inspirasi untuk meraih cita-cita

(38)

b. Ingin mendapatkan informasi tentang cara meraih cita-cita yang

dibicarakan dalam acara anak-anak pada program acara "Cita-cita ku" di Trans

7.

c. Ingin mengetahui siapa saja yang menjadi narasurnber pada program acara

"Cita-cita ku" di Trans 7.

d. Ingin mengetahui kegiatan-kegiatan atau profesi yang dilakukan atau

dijalankan oleh narasumber pada program acara "Cita-cita ku" di Trans 7.

2. Motif identitas personal (keinginan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan) dalam hal ini berkaitan dengan keinginan untuk mengikuti

keadaan sekitarnya, misalnya :

a. Ikut-ikutan keluarga, tetangga atau teman yang menonton program acara

"Cita-Cita ku" di Trans 7, serta ingin mengetahui kegiatan-kegiatan atau

profesi yang dilakukan atau dijalankan oleh narasumber pada program acara

"Cita-Cita ku".

b. Ingin memberikan berbagai informasi yang diperoleh dari menonton program

acara "Cita-Cita ku" di Trans 7, kepada keluarga, tetangga atau teman.

c. Ingin menjadikan segala informasi yang diperoleh dari program acara sebagai

bahan pembicaraan dengan teman, tetangga atau orang lain. "Cita-Cita ku" di

Trans 7.

d. Ingin mendiskusikan tentang materi atau topik yang di sajikan dalam acara

(39)

3. Motif diversi (keinginan untuk rnencari hiburan)

Keinginan disini berkaitan dengan keinginan untuk melepaskan diri dari

kejenuhan, antara lain :

a. Bersantai setelah seharian menjalankan tugas.

b. Menjadi sarana untuk melepaskan kelelahan.

c. Mengisi waktu luang.

d. Mencari hiburan.

4. Motif Integratif Sosial (Keinginan yang berhubungan dengan usaha-usaha

untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan, dan status pribadi), misalnya :

a. Bersama dengan keluarga, teman, dan tetangga menonton program acara

"Cita-cita ku" di Trans 7 sebagai tanda loyalitas.

b. Bersama dengan keluarga, leman, dan tetangga saling bertukar informasi

mengenai program acara "Cita-cita ku" di Trans 7 untuk menambah

wawasan dan pengetahuan.

c. Bersama dengan keluarga, teman, dan tetangga akan selalu mendukung

Program acara "Cita-cita ku" di Trans 7 karena selalu menayangkan acara

yang mempunyai unsur pendidikan dan tentang bagaimana meraih

cita-cita.

d. Bersama dengan keluarga, teman, dan tetangga, berpartisipasi dalam acara

"Cita-cita ku" di Trans 7.

3.2.2. Pengukuran yariabel

Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan menggunakan

modifikasi model skala likert (skala sikap). Metode ini merupakan metode

(40)

penentuan skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan model ini, responden

diberi daftar pernyataan mengenai motif dan setiap pernyataan akan disediakan

jawaban yang haru dipilih oleh responden untuk menyatakan kesetujuan dan

ketidak setujuannya (Singarimbun, 1987:111). Pilihan jawaban masing-masing

pernyataan digolongkan dalam empat macam kategori, yaitu "Sangat Tidak

Setuju" (STS), "Tidak Setuju" (TS), "Setuju" (S) dan "Sangat Setuju" (SS).

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu-ragu

(undecided) alasannya menurut Hadi (1981:20) adalah sebagai berikut :

a. Kategori undecided memilikiartiganda, bisa diartikan belum dapat

memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki

arti ganda (Multi Interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrumen.

b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab

ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan

kecenderungan jawabannya.

c. Disediakannya jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data

penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh

responden.

Pada tahap selanjutnya, empat kategori jawaban diatas akan diberi nilai

sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian

nilainya sebagai berikut :

a. Skor 1 berarti Sangat Tidak Setuju (STS). Hal tersebut menunjukkan bahwa

responden menyatakan sangat tidak setuju dengan berbagai pernyataan yang

(41)

b. Skor 2 berarti Tidak Setuju (TS). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden

menyatakan tidak setuju dengan berbagai pernyataan yang diajukan dalam

kuesioner.

c. Skor 3 berarti Setuju (S). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden

menyatakan setuju dengan berbagai pernyataan yang diajukan dalam

kuesioner.

d. Skor 4 berarti Sangat Setuju (SS). Hal tersebut menunjukkan bahwa

responden menyatakan sangat setuju dengan berbagai pernyataan yang

diajukan dalam kuesioner.

Skoring pada penelitian ini dilakukandengan cara menjumlahkan skor dari

setiap item dari tiap-tiap angket", sehingga diperoleh skor total dari tiap

pernyataannya tersebut untuk masing-masing individu. Selanjutnya, tiap-tiap

indikator untuk motif diukur melalui pernyataan-pernyataan yang terdapat pada

angket. Kemudian jawaban yang telah dipilih diberi skor dan ditotal. Total skor

dari tiap kategori, dikategorisasikan kedalam 3 interval, yaitu rendah, sedang, dan

tinggi. Penentuan interval dilakukan dengan menggunakan range. Range masing

masing kategori ditentukan dengan :

skor tertinggi - skor terendah R (range) =

Jenjang yang diinginkan

Keterangan :

Range = Batasan dari setiap tingkatan

Skor tertinggi = Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item

(42)

Skor terendah = Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai

pertanyaan

Jenjang = 3 (tinggi, sedang, rendah)

Interval dari motif sebagai berikut :

Interval = (16x4)-(16x1) = 64 - 16 = 48 = 16 3 3 3 3

a. Dikategorikan Tinggi, bila total skor keseluruhan jawaban responden berada

diinterval 48 s/d 64.

b. Dikategorikan Sedang, bila total skor keseluruhan jawaban responden berada

diinterval 32 s/d 47.

c. Dikategorikan Rendah, bila total skor keseluruhan jawaban responden berada

diinterval 16 s/d 31.

Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh tingkat interval untuk

mengetahui motif anak-anak Surabaya dalam menonton acara "Cita-Cita Ku" di

Trans7" untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Motif kognitif

Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif kognitif memiliki 4

indikator atau empat (4) pernyataan, maka pengkategorian untuk motif

kognitif adalah sebagai berikut :

(4x4) - (4x1) = 16 4 123

a. Dikategorikan tinggi, bila total skaor jawaban responden untuk motif

kognitif berada diinterval 13-16. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif

anak-anak untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan acara

(43)

b. Dikategorikan sedang, bila total skor jawaban responden untuk motif

kognitif berada diinterval 9-12. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif

anak-anak untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan acara

"Cita-Citaku" di Trans 7 cukup atau sedang.

c. Dikategorikan rendah, bila total skor jawaban responden untuk motif

kognitif berada diinterval 4-8. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif

anak-anak untuk, memperoleh informasi yang berkaitan dengan acara

"Cita-Citaku" di Trans 7 rendah.

2. Motif Identitas Personal

Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif identitas personal

memiliki 4 indikator atau tiga (4) penyataan, maka pengkategorian untuk

motif identitas personal adalah sebagai berikut :

(4x4)-(4x1) = 16 - 4 = 12 = 4 3 3 3 3

a. Dikategorikan tinggi, bila total skor jawaban responden untuk motif

identitas personal berada diinterval 13-16. Hal tersebut menunjukkan

bahwa motif anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

betkaitan dengan acara "Cita-Citaku" di Trans 7 tinggi.

b. Dikategorikan sedang, bila total skor jawaban responden untuk motif

identitas personal berada diinterval 9-12. Hal tersebut menunjukkan bahwa

motif anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan berkaitan

(44)

c. Dikategorikan rendah, bila total skor jawaban responden untuk motif

identitas personal berada diinterval 4-8. Hal tersebut menunjukkan bahwa

motif anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan berkaitan

dengan acara "Cita-Citaku" di Trans 7 rendah.

3. Motif Diversi

Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif diversi memiliki 4

indikator atau empat (4) pernyataan, maka pengkategorian untuk motif diversi

adalah sebagai berikut :

(4x4)-(4x1) = 16 - 4 = 12 = 4 3 3 3 3

a. Dikategorikan tinggi, bila total skor jawaban responden untuk motif

diversi berada di interval 13 - 16. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif

anak-anak untuk memperoleh hiburan yang berkaitan dengan acara

"Cita-Citaku" di Trans 7 sangat tinggi.

b. Dikategorikan sedang, bila total skor jawaban responden untuk motif

diversi berada di interval 9-12. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif

anak-anak untuk memperoleh hiburan yang berkaitan dengan acara

"Cita-Citaku" di Trans 7 cukup atau sedang.

c. Dikategorikan rendah, hila total skor jawaban responden untuk motif

diversi berada di interval 4-8. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif

anak-anak untuk memperoleh hiburan yang berkaitan dengan acara

(45)

4. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

Sesuai dengan yang telah diuraikan sebehunnya, motif integrasi dan interaksi

sosial memiliki 4 indikator atau empat (4) pernyataan, maka pengkategorian

untuk motif integrasi dan interaksi sosial adalah sebagai berikut :

(4x4)-(4x1) = 16 - 4 = 12 = 4 3 3 3 3

a. Dikategorikan tinggi, bila total skor jawaban responden untuk motif

integrasi dan interaksi sosial berada diinterval 13-16. Hal tersebut

menunjukkan bahwa motif anak-anak untuk berinteraksi sosial dengan

lingkungan sekitar berkaitan dengan acara "Cita-citaku" di Trans 7 sangat

tinggi.

b. Dikategorikan sedang, bila total skor jawaban responden untuk motif

integrasi dan interaksi sosial berada diinterval 9-12. Hal tersebut

menunjukkan bahwa motif anak-anak untuk berinteraksi sosial dengan

lingkungan sekitar berkaitan dengan acara"Cita-citaku" di Trans 7 cukup

atau sedang.

c. Dikategorikan rendah, bila total skor jawaban responden untuk motif

integrasi dan interaksi sosial berada diinterval 4-8. Hal tersebut

menunjukkan bahwa motif anak-anak untuk berinteraksi sosial dengan

lingkungan sekitar berkaitan dengan acara "Cita-citaku" di Trans 7 rendah.

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

(46)

untuk dipelajari (Sugiyono, 203:55). Populasi dalam penelitian disini adalah

anak-anak Surabaya yang berumur 10-12 tahun. Namun karena ketersediaan data yang

disediakan oleh BPS (2010) adalah jumlah anak-anak dengan range usia 10-14

tahun, maka jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 181.725 anak.

3.3.2. Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah anak-anak di Surabaya dengan

karakteristik antara lain (1) menonton acara "Cita-cita ku" di Trans 7; (2) berumur

10-14 tahun. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Multistage Cluster Random Sampling yaitu pengambilan sampel jika anggota populasi yang diteliti atau sumber data sangat luas.

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka

digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :

N n=

. N(d)2 +1

Keterangan :

N = Populasi

n = Jumlah sampel.

d = Presisi (derajat ketelitian 10%)

1 = angka konstan

= 181.725

(47)

Langkah-langkah dalam pengambilah sampel Cluster ini adalah :

a. Langkah pertama, responden dikelompokkan berdasarkan wilayah Surabaya,

yaitu Surabaya Barat, Surabaya Selatan, Surabaya Timur, Surabaya Utara,

kemudian dirandom (diacak), terpilih wilayah Surabaya Timur dan Surabaya

Selatan.

b. Langkah kedua, responden dikelompokkan berdasarkan wilayah kecamatan

yang ada pada Surabaya Timur dan Surabaya Selatan, kemudian dirandom

maka terpilih untuk Surabaya Timur adalah Kecamatan Rungkut dan

Kecamatan Tenggilis Mejoyo, sedangkan untuk Surabaya Selatan terpilih

Kecamatan Sawahan dan Kecamatan Wonocolo.

c. Langkah ketiga, responden dikelompokkan berdasarkan wilayah kelurahan

yang ada di Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kecamatan Rungkut, Kecamatan

Sawahan dan Kecamatan Wonocolo, kemudian dirandom. Untuk Kecamatan

Rungkut diperoleh kelurahan Rungkut Kidul dan Kelurahan Wonerejo. Untuk

Kecamatan Tenggilis Mejoyo adalah diperoleh Kelurahan Kutisari dan

Kelurahan Prapen, sedangkan untuk KecamatanSawahan diperoleh kelurahan

Petemon dan Sawahan, serta untuk Kecamatan Wonocolo adalah kelurahan

Margerejo dan Kelurahan Bendul Merisi.

Untuk lebih rincinya jumlah anak-anak yang berusia 10-12 tahun dan

(48)

. Tabel 3.1.

Jumlah Sampel Untuk Keseluruhan Surabaya

No. Wilayah

Surabaya Kecamatan Kelurahan

Jumlah Anak-Anak Tiap Kelurahan

Rungkut . Kidul 1079 Rungkut

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 2010

Untuk lebih rincinya jumlah anak-anak dari beberapa Kelurahan yang akan

dilakukan penarikan sampel berdasarkan wilayah tiap-tiap Kelurahan dengan

menggunakan rumus adalah sebagai berikut :

N' N 1 = - xn

. ni

Surabaya

Surabaya Timur Surabaya Selatan

(49)

Dimana :

ni : jumlah sampel anak-anak yang berusia 10-12 tahun keatas dari

beberapa Kelurahan.

Ni : ukuran stratum ke 1

N : jumlah anak-anak yang berusia 10-12 tahun dari delapan Kelurahan

n : jumlah sampel yang telah ditentukan

a. Kelurahan Rungkut Kidul

1079 x100 = 11,98 = 12 orang 9005

b. Kelurahan Wonorejo

608 x100 = 6,75 = 8 orang 9005

c. Kelurahan Kutisari

1497 x100 = 16,62 = 17 orang 9005

d. Kelurahan Prapen

237 x100 = 2,63 = 3 orang 9005

e. Kelurahan Petemon

2585 x100 = 28,70 = 29 orang 9005

f. Kelurahan Sawahan

(50)

g. Kelurahan Margerejo

696 x100== 7,72 =8 orang 9005

h. Kelurahan Bendul Merisi

1106 xl00 = 12,28 = 12 orang 9005

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini menurut cara memperolehnya,

dilakukan dengan dua pendekatan: Pertama, dengan melakukan pengumpulan data

primer, kedua dengan melakukan pengumpulan data sekunder.

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung langsung dari

responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara pada

responden dengan berdasarkan kuisioner yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan

yang terutup dan yang terbuka.

Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari

lapangan. Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua,

seperti perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian, dan lain

sebagainya. Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk

melakukan analisis.

3.5. Metode Analis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi

yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara

(51)

Data yang diperoleh dati hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk

mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari:

mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk

selanjutnya dianalisis secara deskriptif dari setiap pertanyaan yang diajukan. Data

yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus:

F P=-xl00% N

Keterangan :

P : Persentase Responden

F : Frekuensi Responden

N : Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan

peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Trans 7 (sebelumnya bernama TV7) adalah sebuah stasiun televisi swasta

nasional di Indonesia. Trans7 berdiri dengan nama TV7 berdasarkan izin dari

Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor

809/BH.09.0S/III/2000 yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh Kompas

Gramedia (KG) dan 12% dimiliki Bakrie & Brothers (perusahaan konglomerat

milik Aburizal Bakrie yang memiliki ANTV). Pada tanggal 22 Maret 2000

keberadaan. TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT.

Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Pada 4 Agustus 2006, para group melalui PT.

Trans Corpora resmi membeli 49% saham PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh.

Dengan dilakukannya re-launch pada tanggal 15 Desember 2006, tanggal ini

ditetapkan sebagai hari lahirnya Trans 7.

4.1.1. Gambaran Umum Program acara "Cita-citaku

Acara "Cita-cita ku" cukup menarik karena sesuai dengan segmentasi

acaranya, acara ini dibawakan oleh anak-anak dan tema yang diangkat adalah

tema yang sangat dekat dengan kehidupan anak-anak yaitu mengenai cita-cita.

(http://www.indorating.com/irating.)

Melalui program Cita-citaku di Trans 7, diberikan informasi mengenai

sebuah profesi yang dapat menjadi pilihan bagi anak-anak jika besar kelak. Dalam

(53)

kesempatan untuk mewujudkan cita-citanya. Dengan memberikan kesempatan

tersebut, diharapkan terwujud kesempatan bagi anak-anak tersebut kelak saat

mereka dewasa. Program acara Cita-citaku di Trans 7 sangat edukatif sekaligus

menumbuhkan semangat wirausaha semenjak kecil, seperti mengetahui proses

pembuatan jaket dari bulu domba, ternak lintah dan lain-lain. Dengan motivasi

dan semangat yang sama dan bagian dari tanggungjawab sosial. Tujuan tayangan

ini adalah memberikan motivasi, harapan, inspinisi kepada anak-anak untuk

mewujudkan cita-cita yang ingin mereka raih.

Program acara "Cita-cita ku" di Trans 7 termasuk program acara yang

aman karena selain mengandung unsur pendidikan selain itu materi yang sajikan

dalam acara "Cita-cita ku" menarik, keilmuan dan dapat menginspirasi anak-anak

dalam memperjuangkan apa yang anak-anak cita-citakan.

4.2. Penyajian Data

Pada bagian ini akan disajikan data hasil penyebaran kuesioner yang telah

dibagikan kepada 100 anak yang tersebar di Surabaya diperoleh karakteristik

responden dengan perincian sebagai berkut :

4.2.1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah (N) Prosentase (%)

1 . 10-11 tahun 56 56

2 > 12 tahun 44 44

Total 100 100

(54)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

dalam penelitian ini berusia 10-11 tahun yaitu sebanyak 56 orang atau sebesar

56% dan sisanya sebanyak 44 orang atau sebesar 44% adalah anak-anak yang

berusia lebih dari 12 tahun. Banyaknya responden yang berada pada rentang usia

10-11 tahun berkaitan dengan segmentasi daTi acara Cita-citaku yang lebih

ditujukan kepada anak-anak sedangkan untuk responden yang berusia lebih dari

12 tahun, umumnya berada pada fase remaja awal yang kemungkinan memiliki

perubahan pola pikir ke arah remaja sehingga diasumsikan lebih menyukai

acara-acara bertema remaja dibandingkan acara-acara anak-anak.

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (N) Prosentase (%)

1 Laki-Iaki 45 45

2 Perempuan 55 55

Total 100 100

Sumber : Kuesioner Sub I. No.3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan dengan jumlah sebanyak 55

orang atau sebesar 55% dan sisanya 44 orang atau sebesar 44%. Dari hasil

wawancara dengan beberapa anak-anak yang menjadi responden dalam penelitian

ini diketahui umumnya, anak laki-laki kurang begitu menyukai acara yang

mengandung informasi, sedangkan anak perempuan lebih memperhatikan serta

mencari informasi yang mereka anggap bermanfaat.

Tabel 4.3

Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Terahir

No Jenis KeIamin Jumlah (N) Prosentase (%)

1 SD 85 85

2 SMP 15 15

Total 100 100

(55)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

dalam penelitian ini adalah anak-anak SD yaitu sebanyak 85 orang atau 85%,

sedangkan untuk pendidikan terakhir SMP sebanyak 15 orang atau 15%, hal

tersebut disebabkan acara "Cita-citaku" berlatar belakang/bertajuk anak-anak

sehingga lebih menyukai menonton acara “Cita-citaku" di Trans 7, sedangkan

yang mempunyai pendidikan terakhir SMP lebih menyukai tontonan acara yang

bertema remaja, karena mereka mulai masuk masa remaja yang mana anak lebih

suka kegiatan yang lebih bertema remaja.

Tabel 4.4.

Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi Menonton Acara Cita-citaku di Trans 7

No Keterangan Jumlah eN) Prosentase (%)

1 Menonton 100 100

2 . Tidak menonton 0 0

Total 100 100

Sumber: Kuesioner Sub I. No.3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa seluruh responden dalam

penelitian ini yaitu anak-anak di Surabaya menonton acara "Cita-citaku" di Trans

7 dan tidak ada satupun yang tidak menonton acara tersebut.

4.2.2. Motif Responden dalam Menonton Program Acara "Cita-Cita Ku" di Trans 7

Berikut ini akan disajikan penjabaran dari frekuensi jawaban yang

diberikan oleh anak-anak terhadap beberapa pernyataan yang diajukan dan

digolongkan menjadi empat kategori yakni Kognitif, Identitas Personal, Diversi

Gambar

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Penilitian Tentang Anak-Anak di Surabaya
Gambar 2.1 Uses and Gratification
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Anak-anak Di Surabaya Dalam
Tabel 3.1. . Jumlah Sampel Untuk Keseluruhan Surabaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan di desa Mulya Sari daerah reklamasi rawa pasang surut Telang II Kabupaten Banyuasin.Percobaan lapangan dilakukan pada Musim Tanam (MT 1) periode

'Lebih sering daripada tidak, itu melibatkan semacam "scaffolding" proses yang memungkinkan anak atau pemula untuk memecahkan masalah, melaksanakan tugas

Bagr saya dengan seringkali diskusi dengan teman-teman membuat kita semakin dekat dengan teman lainnya Akhirnya kita bisa saling memahanri, karena kelompok kita itu

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka cara tepat yang digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN S3 dalam meningkatkan keterampilan menulis

Jika beban statis atau perubahan yang relatif lambat dengan waktu dan diterapkan secara merata di atas penampang atau permukaan dari anggota, perilaku mekanik dapat ditempati

oleh karena itu kegiatan kelompok dalam konteks diskusi kelompok dapat dijadikan sebagai suatu sar:rna unhrk mengembangkan kedekatan di arfiara siswa satu dengan yang

Linux adalah sistem operasi yang sangat fleksibel dan dapat memenuhi beragam kebutuhan. Karena flesibilitasnya inilah maka apabila konfigurasi yang dilakukan tidak sesuai

[r]