• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

i

MOCHAMAD YUNIARDI

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA (Studi Kuasi

Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu Luqman Al

Hakim Yogyakarta)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Rusman, M.Pd. NIP. 197205051998021001

Pembimbing II

Dr. Diana Rochintaniawati, M.Ed. NIP.196709191991032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2015

Yang membuat pernyataan,

(3)

iii

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu

Luqman Al Hakim Yogyakarta)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar

Magister Pendidikan Program Studi Pengembangan Kurikulum

oleh

Mochamad Yuniardi

NIM 1202219

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta)

Mochamad Yuniardi 1202219

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah dasar. Aspek-aspek (indikator) kemampuan berpikir kreatif yang diteliti meliputi; kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinalitas (originality), dan keterincian (elaboration). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. Untuk membuktikan hipotesis, penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain non equivalent control

group design. Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh siswa kelas VI di SD

Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta.Sampel penelitian terdiri dari kelas eksperimen berjumlah 34 siswa dan kelas kontrol berjumlah 36 siswa. Analisis penelitian menggunakan independent samples t-test. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ( ̅=24,15) dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional ( ̅ =16,69). Sedangkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan rerata nilai N-gain antara kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ( ̅=0,47) dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional ( ̅=0,14). Aspek kemampuan berpikir kreatif yang paling tinggi dalam implementasi model PBM adalah aspek kelancaran (fluency) dengan N-gain sebesar 0,67 dengan kategori sedang diikuti oleh aspek orisinalitas sebesar 0,49, keluwesan sebesar 0,37, dan keterincian sebesar 0,36 dengan kesemuanya berkategori sedang. Hasil penelitian ini merekomendasikan model pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPA.

(5)

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFFECTIVENESS PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO IMPROVE CREATIVE THINKING ABILITY OF STUDENTS(Quasi-Experimental Study

in Subjects Science Class VI SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta)

Mochamad Yuniardi 1202219

ABSTRACT

This research is motivated by the lack of creative thinking ability of elementary school students. The aspects of creative thinking ability in this research include; fluency, flexibility, originality, and elaboration. The purpose of this research was to determine the effectiveness of the implementation of problem-based learning model to improve the creative thinking ability and determine the increase creative thinking ability of students before and after the implementation of problem-based learning model. To prove the hypothesis, this study used quasi experimental methode and non equivalent control group design. The population of this research is class VI at SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta. Sampel study consisted of an experimental class 34 students and control class 36 students. Research analysis using independent samples t-test. The results showed there is a significant difference between creative thinking ability of students used class of problem-based learning model ( ̅ = 24.15) with classes using conventional learning ( ̅ = 16.69). While the improvement creative thinking ability of students shown by the significant differences mean value of N-gain between classes using problem-based learning model ( ̅= 0.47) with a class that uses the conventional the implementation of learning to improve students creative thinking ability in science subjects.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI .………...………... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ….………...……… 1

A. Latar Belakang Penelitian………...……… 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ………... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ...………... 8

D. Tujuan Penelitian ………...… 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Penelitian ... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...………..………... 12

A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ………... 12

1. Definisi PBM ... 12

2. Karakteristik PBM ... 13

3. Teori Belajar yang Melandasi PBM ... 14

4. Desain Masalah dalam PBM... 16

5. Peran Guru, Siswa dan Tim dalam PBM ... 17

6. Keuntungan PBM ... 19

7. Merencanakan dan Melaksanakan PBM ... 19

(7)

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian berpikir kreatif ... 23

2. Aspek-aspek berpikir kreatif ... 26

3. Strategi meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 28

C. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ...……... 28

1. Konsep IPA ... 28

2. Hakikat IPA ... 30

3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 31

4. Pendekatan Pembelajaran IPA... 33

D. Penelitian yang Relevan ... 34

E. Asumsi ... 39

F. Hipotesis ... 40

BAB III. METODE PENELITIAN ...……..………... 41

A. Metode dan Desain Penelitian ………...…... 41

1. Metode Penelitian ... 41

2. Desain Penelitian ... 42

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ..…………..…... 43

1. Lokasi Penelitian ... 43

2. Populasi Penelitian ... 43

3. Sampel Penelitian ... 44

C. Definisi Operasional ………..……... 44

D. Instrumen Penelitian ………..…... 45

E. Teknik Analisis Instrumen ... 48

1. Uji Validitas ... 49

2. Uji Reliabilitas ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ..………... 51

G. Prosedur Penelitian ... 52

(8)

1. Penghitungan gain ternormalisasi ... 53

2. Uji Normalitas ... 53

3. Uji Homogenitas ... 54

4. Uji Hipotesis ... 54

BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN ...……..………... 57

A. Deskripsi Model PBM ...………...…... 57

B. Implementasi PBM ... 59

C. Hasil Analisis Data ... 62

1. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif ... 62

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sebelum dan Setelah Pembelajaran ... 64

i. Analisis Data Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Siswa ... 64

ii. Analisis Data Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif Siswa ... 67

3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 70

4. Deskripsi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Tiap Aspek ... 73

5. Respon Siswa Terhadap PBM... 75

D. Pembahasan ...…………..…... 75

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sebelum Pembelajaran ... 75

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Setelah Pembelajaran ... 78

3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 81

BAB V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI …... 85

A. Simpulan ………...…... 85

B. Rekomendasi ..…………..…... 86

(9)

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sintaksis Pembelajaran Berbasis Masalah …...…... 20

Tabel 2.2. Perbedaan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif ... 25

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 43

Tabel 3.2. Deskripsi Indikator dan Cara Menskor Kemampuan Berpikir Kreatif ... 46

Tabel 3.3. Uji Validitas Instrumen ... 50

Tabel 3.4. Kriteria gain ternormalisasi ... 53

Tabel 4.1.Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 62

Tabel 4.2. Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 64

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 65

Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas Data Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 65

Tabel 4.5. Hasil Uji-t Data Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 66

Tabel 4.6. Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 67

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Data Skor Postes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 67

Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Data Skor Postes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 68

Tabel 4.9. Hasil Uji-t Data Skor Postes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 69

(11)

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Data Skor N-gain Kelas Kontrol dan

Kelas Ekperimen ... 71

Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas Data Skor N-gain Kelas Kontrol dan

Kelas Ekperimen ... 72

Tabel 4.13. Hasil Uji-t Data Skor Skor N-gain Kelas Kontrol dan

Kelas Ekperimen ... 73

Tabel 4.14. Rerata Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Tiap

Aspek ... 73

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian... 52

Gambar 4.1. Grafik Pretes dan Postes Kelas Kontrol ... 63

Gambar 4.2. Grafik Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 63

Gambar 4.3. Grafik Rerata Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif

(13)

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen ... 93

Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol ... 111

Lampiran 3. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 120

Lampiran 4. Rangkuman Hasil Judgement Ahli Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 125

Lampiran 5. Soal Tes Berpikir Kreatif ... 129

Lampiran 6. Kunci Jawaban Soal Tes Berpikir Kreatif ... 130

Lampiran 7. Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif ... 134

Lampiran 8. Angket Respon Siswa ... 136

Lampiran 9. Hasil Uji Instrumen ... 138

Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 139

Lampiran 11. Data Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol ... 142

Lampiran 12. Data Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen.. 143

Lampiran 13. Data Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Setiap Aspek ... 144

Lampiran 14. Hasil Analisis Data ... 145

Lampiran 15. Foto-Foto Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 156

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Beragam masalah datang silih berganti di kehidupan manusia. Manusia

mengembangkan kemampuan ilmu dan teknologinya untuk mengatasi

masalah-masalah yang ada. Semakin tinggi kemampuan dalam menemukan dan

menciptakan solusi, maka semakin mudah masalah terselesaikan. Salah satu

kemampuan dalam menemukan dan menciptakan solusi adalah kreativitas. Dunia

pendidikan telah lama mengkaji kreativitas dan menjadikan sebagai salah satu

tujuan bagi peserta didik. Seperti ditetapkan oleh pemerintah kita dalam pasal 3

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi : pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Kreativitas menjadi sesuatu yang penting dan mendapatkan perhatian yang

serius oleh banyak kalangan baik akademisi, peneliti, praktisi pendidikan, pelaku

ekonomi bahkan pemerintah. Pemerintah sendiri melalui Departemen

Perdagangan RI telah mempunyai rencana pengembangan ekonomi kreatif

Indonesia 2025 yang merupakan wujud optimisme serta luapan aspirasi untuk

mendukung mewujudkan visi Indonesia yaitu menjadi Negara yang maju.

Departemen Perdagangan RI (2009,hlm.viii) telah mengidentifikasi secara umum

lima permasalahan utama yang menjadi pokok perhatian dalam rencana

pengembangan industri kreatif untuk pencapaian tahun 2015. Salah satu yang

menjadi perhatiannya adalah kuantitas dan kualitas sumber daya insani sebagai

(15)

2

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lembaga pendidikan dan pelatihan, serta pendidikan bagi insan kreatif Indonesia.

Hal ini memberikan tantangan bagi dunia pendidikan kita untuk memberikan

solusi terhadap masalah tersebut dan sekaligus mewujudkan secara kuantitas

maupun kualitas.

Proses pendidikan yang telah dilakukan selama ini di sekolah-sekolah

telah menunjukkan usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional di atas.

Namun hasil yang ada menunjukkan masih kurang memuaskan. Masih banyak

masalah-masalah yang menjadi kendala dan hambatan untuk kemajuan

pendidikan seperti masalah profesionalisme guru, sarana dan prasarana

pembelajaran, pendanaan, peran serta masyarakat dan dunia usaha serta komitmen

politik para pemegang kebijakan. Guru merupakan pelaksana kurikulum dan

pemegang kunci keberhasilan proses pendidikan di tingkat mikro (kelas). Guru

dalam menghadapi tuntutan kurikulum telah diberikan keluasan untuk

mengembangkan pembelajaran yang mengarahkan peningkatan kemampuan siswa

baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Salah satu bentuk kemampuan kognitif

adalah kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir yang berhubungan dengan

kreativitas adalah kemampuan berpikir kreatif. Selama ini guru dalam mengajar

masih jarang menyentuh dan menjadikan kemampuan berpikir kreatif sebagai

tujuan pembelajaran. Salah satu akibatnya adalah masih rendahnya kemampuan

berpikir kreatif siswa.

Rendahnya kemampuan berpikir kreatif pada siswa jenjang sekolah dasar

ditunjukkan oleh beberapa hasil penelitian internasional yaitu 1) hasil Trends in

International Mathematics and Science Studies [TIMSS] 2011 menyebutkan hasil

sains Indonesia di urutan ke-40 dari 42 negara dengan nilai rata-rata 406 (Martin

dkk., 2012, hlm.40). TIMSS membagi soal-soalnya menjadi empat katagori: Low

mengukur kemampuan sampai level knowing, Intermediate mengukur

kemampuan sampai level applying, High mengukur kemampuan sampai level

reasoning, Advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with

(16)

level menengah (intermediate). Ini menunjukkan bahwa siswa Indonesia dalam

sains masih rendah dalam penalaran (reasoning); 2) Hasil riset Program for

International Student Assessment [PISA] 2009 kemampuan siswa-siswa Indonesia

di matematika, sains, dan membaca masih rendah dengan skor membaca 402,

matematika 371, dan sains 383. Indonesia menempati urutan ke 57 dari 65 negara

(OECD, 2010, hlm.8). Hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran

sampai level 3 saja, sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan

6. Soal-soal sains yang digunakan dalam PISA lebih banyak untuk mengukur

kemampuan penalaran, pemecahan masalah, berargumentasi, berkomunikasi, dan

berpikir tingkat tinggi. Berpikir kreatif termasuk ke dalam kategori berpikir

tingkat tinggi sesuai dengan pernyataan dari King, Goodson, & Rohani ( t.t.,

hlm.1) bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills)

termasuk di dalamnya yaitu berpikir kritis, logis, kreatif, reflektif, dan

metakognitif. Dari hasil kedua penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

kemampuan berpikir kreatif siswa di Indonesia masih dalam kategori rendah. Hal

ini senada dengan Adriana (2012, hlm.1) menyampaikan bahwa ini merupakan indikator kuat adanya “penyakit-penyakit” kronis dalam penyelenggaraan pendidikan di tanah air seperti penyempitan kurikulum, terfokusnya pembelajaran

pada latihan-latihan soal, terhambatnya pembelajaran yang menekankan

kreativitas dan inovasi. Lebih lanjut Adriana (2012) menyampaikan bahwa

laporan OECD di atas juga makin menegaskan bahwa guru memegang peranan

teramat vital dalam mempersiapkan siswa dengan sikap-sikap dan

kecapakan-kecapakan belajar yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan abad ke-21

termasuk dalam hal ini adalah kreativitas.

Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa ditunjukkan dalam hasil

observasi awal peneliti di Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman Al Hakim

Yogyakarta. Hasil observasi awal peneliti pada pembelajaran IPA dengan cara

menganalisis jawaban siswa pada salah satu ulangan harian, memberikan

(17)

4

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60% siswa masih rendah dalam kemampuan berpikir kreatif. Analisis jawaban

siswa menggunakan beberapa indikator yaitu jumlah jawaban yang relevan, uraian

jawaban yang rinci dan bervariasi, uraian jawaban yang tidak sama dengan buku

teks, uraian jawaban ditulis dengan kata-kata sendiri, dan menemukan ide-ide

yang baru (orisinil) dalam uraian jawabannya. Temuan lain diperoleh dari

wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas VI, yang menerangkan bahwa

siswa hanya 20% siswa yang percaya diri mengungkapkan jawaban maupun

gagasannya dan siswa rata-rata memiliki hanya 1 buah buku pegangan (hanya ada

2 siswa yang menjawab mempunyai buku pegangan lain), sehingga dimungkinkan

jawaban siswa hanya berpatok pada satu sumber saja yang nantinya akan

berpengaruh pada keluasan wawasan pengetahuan dan seberapa banyak solusi

yang dihasilkan atas permasalahan yang dihadapi.

Kondisi rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa melalui observasi

juga disebabkan oleh adanya pembelajaran IPA saat ini yang dilakukan oleh guru

masih sedikit menstimulasi ke arah peningkatan kemampuan berpikir kreatif

siswa. Guru mengajar dengan metode ceramah dan tanya jawab serta kurang

bervariasi serta menerapkan pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa lebih

banyak mendapatkan informasi dari guru saja dan terkesan individualistik dalam

belajar. Siswa lebih banyak dalam posisi penerima informasi dan kurang aktif

dalam pembelajaran. Tidak ada waktu siswa secara mandiri untuk mengadakan

penyelidikan. Jarang diadakan pembejaran secara kolaboratif dengan sesama

siswa lain. Hal lain dalam pembelajaran adalah siswa tidak mendapatkan sesuatu

yang menantang untuk dipecahkan sehingga kemampuan berpikir untuk

memecahkan masalahpun kurang terasah sehingga minim muncul ide-ide kreatif

yang dihasilkan siswa. Melalui observasi juga ditemukan kondisi sarana dan

prasarana belajar yang memadai kurang dioptimalkan penggunaannya.

Perpustakaan dan laboratorium komputer yang dapat mengakses internet masih

sangat jarang digunakan untuk siswa menambah pengetahuan dan wawasan

(18)

siswa terbatas pada buku cetak dan tambahan catatan dari guru. Kemampuan

berpikirnyapun terasah hanya sebatas mengisi jawaban di LKS secara individu

dan tidak ada proses bertukar pengetahuan dengan teman.

Permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa tersebut di

atas dapat diusahakan solusinya dengan menyelenggarakan pembelajaran yang

memberikan dorongan untuk berkembangnya kemampuan berpikir kreatif. Hal ini

didukung oleh pendapat dari Jeff Dyer dkk. (2011, hlm.22) yang mengatakan

bahwa kreativitas tidak hanya sifat-sifat genetik yang dikaruniakan pada saat lahir,

akan tetapi dapat dikembangkan. Lebih lanjut disebutkan Reznikoff dkk. dalam

Dyer (2011, hlm.22) hasil penelitiannya bahwa 25 - 40 % apa yang kita lakukan

secara inovatif berasal dari genetik. Itu berarti duapertiga dari ketrampilan inovasi

kita masih datang melalui belajar. Sekolah adalah tempat belajar dan semestinya

sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif siswa.

Pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan

rendahnya kemampuan berpikir kreatis siswa adalah pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran yang dapat memberikan dorongan kepada

siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah

yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi,

dan koneksi) dalam memecahkan masalah (Rusman,2012,hlm.229).

Model pembelajaran berbasis masalah menurut Tan dalam Rusman

(2012,hlm.229) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM

kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja

kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,

mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara

berkesinambungan. Arends (2009,hlm.396) menyebutkan bahwa inti dari

pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan kepada siswa situasi masalah

(19)

6

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

investigasi dan penyelidikan. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah

tentang memanfaatkan jenis kecerdasan yang diperlukan dalam menghadapi

tantangan dunia nyata: kemampuan untuk berurusan dengan hal-hal baru dan

kompleksitas (Tan, 2003, hlm.2).

Tan (2009,hlm.1) menyebutkan masalah memberikan kesempatan untuk

inovasi dengan bertindak sebagai katalis untuk berpikir kreatif. Hal ini

berdasarkan contoh-contoh nyata dari inovasi dan anekdot dari kehidupan

menonjol para pencipta untuk menggambarkan bagaimana masalah dapat terlibat

rasa ingin tahu, penyelidikan, dan berpikir dalam cara yang berarti dan kuat. Agar

kompatibel dengan tuntutan yang diberikan pada individu saat ini, pendidikan

harus berubah sedemikian rupa sehingga masalah digunakan sebagai cara

mendorong pembelajaran dan sebagai kendaraan untuk budidaya kreativitas.

Kebutuhan ini memberikan dasar untuk pembelajaran berbasis masalah , metode

pembelajaran yang mendorong pengembangan pemikiran kreatif dan pemecahan

masalah secara kreatif. Dengan PBM diimplementasikan di sekolah, siswa akan

menjadi mahir dalam metodologi belajar diskoveri. Pada saat yang sama, guru

berusaha untuk menyediakan pedagogi dan lingkungan untuk menumbuhkan

kreativitas di berbagai bidang studi, termasuk menggabungkan PBM sebagai

bagian dari kurikulum, sehingga siswa secara bertahap akan mengintegrasikan

atribut kreatif ke dalam kehidupan mereka (Tan, 2009, hlm.12).

Beberapa penelitian yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis

masalah memberikan pengaruhsignifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir

kreatif antara lain ditunjukkan oleh hasil penelitian Wulandari, Liliasari, dan

Supriyanti (2011) tentang Problem Based Learning untuk meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan

penyangga menunjukkan beberapa hasil penelitian yaitu: (1). penerapan model

Problem Based Learning terbukti meningkatkan keterampilan berpikir

kreatif siswa pada materi larutan penyangga secara signifikan, dengan

(20)

pada materi larutan penyangga menunjukkan indikator elaboration memiliki

peningkatan yang paling tinggi dengan N-gain=0,70, kemudian fluency,

originality dan flexibility dengan N-gain secara berurutan yaitu 0,64, 0,48

dan 0,36; (3). Penerapan model Problem Based Learning terbukti

meningkatkan penguasaan konsep kimia pada materi larutan penyangga

secara signifikan, dengan rata-rata N-gain=0,61. Label konsep yang

mengalami peningkatan paling tinggi adalah perhitungan pH larutan

penyangga dengan N-gain=0,86 dan paling rendah adalah golongan larutan

penyangga dengan N-gain=0,17; dan (4). Tanggapan siswa dan guru mengenai

Problem Based Learning yang diterapkan sangat positif yaitu dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep siswa

pada materi larutan penyangga.

Hasil penelitian lainnya yang berhubungan antara penerapan model

pembelajaran berbasis masalah dengan mata pelajaran IPA adalah yang dilakukan

oleh Dewi, Lasmawan dan Tika (2013) tentang pengaruh model pembelajaran

berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari minat belajar siswa kelas

IV di SD 1 Banjar Anyar Tabanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada

perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran

berbasis masalah dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional

(2) hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis

masalah dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional lebih

tinggi dan (3) terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara minat belajar

siswa dengan hasil belajar siswa kelas IV SD 1 Banjar Anyar Tabanan.

Penelitian yang berkaitan antara penerapan model pembelajaran berbasis

masalah di sekolah dasar ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh

VanSledright dalam Arends (2009,hlm.404-405) yaitu mengadakan penelitian

yang dimuat dalam The Elementary School Journal 103(2) hlm. 131-160 tentang

dapatkah Problem Based Learning bekerja dengan siswa sekolah dasar?. Hasil

(21)

8

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang agak kuat bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat bekerja dengan

sebagian besar siswa SD. Beberapa siswa, tidak merespon serta yang lain, yang

mengarah ke pengamatan bahwa pelajaran harus disesuaikan untuk kebutuhan

khusus siswa tertentu. Peneliti juga menunjukkan bahwa pendekatan yang

digunakan diperlukan waktu yang cukup untuk merakit dan mengatur sumber

daya dan pemahaman materi pelajaran dari guru yang dibutuhkan haruslah kuat.

Pemilihan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif siswa adalah tepat dengan adanya beberapa hasil

penelitian di atas. Sebab lain adalah adanya karakteristik yang dimiliki oleh model

pembelajaran berbasis masalah seperti yang disampaikan oleh Tan

(2003,hlm.30-31) yaitu siswa mengasah kemampuan berpikir kreatifnya dengan merumuskan

permasalahan, mengadakan penyelidikan mandiri, memanfaatkan sumber

pengetahuan yang beragam, menggunakannya, dan mengevaluasi sumber

informasi, melakukan belajar kolaboratif, komunikasi dan kooperatif,

mengembangkan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah, dan melibatkan

evaluasi serta mereviu pengalaman dan proses belajarnya.

IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari alam semesta, diri manusia

dan lingkungannya. IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang

benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara

memecahkan masalah seperti yang disampaikan oleh Winaputra dalam Samatowa

(2011,hlm.3). Hal ini memberikan dukungan untuk menguji model pembelajaran

berbasis masalah dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kreatif siswa.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Masalah yang ditemukan adalah rendahnya kemampuan berpikir kreatif

pada siswa sekolah dasar kelas VI yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti

yang telah diungkapkan peneliti pada latar belakang masalah. Namun dalam

penelitian ini masalah yang diidentifikasi dan dibatasi pada faktor-faktor

(22)

1. Siswa kurang aktif dalam proses mendapatkan informasi dan pengetahuan

sehingga terbatas dalam memberikan jawaban yang beragam, rinci,

bervariasi, dan memunculkan ide-ide yang baru.

2. Siswa kurang dalam mengakses sumber informasi dalam memperkaya

pengetahuannya termasuk berkolaborasi dengan sesama siswa.

3. Pembelajaran yang dilakukan dominan berpusat pada guru dengan

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang dalam

mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Bagaimana efektivitas model pembelajaran berbasis

masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata

pelajaran IPA kelas VI Sekolah Dasar ?”.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengetahui efektifitas

penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPA kelas VI sekolah

dasar.

Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk :

1. Mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dan setelah

dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dan

pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah

mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis

masalah dan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.

(23)

10

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

memperkaya pengetahuan yang berhubungan dengan penerapan model

pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

siswa pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.

Manfaat penelitian ini dilihat dari aspek teoritis maupun praktis, yaitu

sebagai berikut:

1. Aspek Teoritis

a. Bagi guru mata pelajaran IPA, penelitian model pembelajaran berbasis

masalah akan berdampak pada peningkatan kemampuan berpikir

kreatif siswa dalam pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran

IPA.

b. Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai

referensi pembanding dalam melakukan penelitian dengan tema yang

sama.

2. Aspek Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

terhadap upaya pemahaman dan implementasi pembelajaran berbasis masalah

dalam mata pelajaran IPA khususnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif.

Adapun secara operasional diharapkan penelitian ini juga dapat digunakan oleh

para pendidik, pemegang kebijakan dan masyarakat umum di dalam proses

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran sebagai berikut:

a. Bagi guru mata pelajaran IPA, hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan rujukan dan pengetahuan tambahan sehingga ketrampilan

dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, proses

pembelajaran dan penilaian dapat lebih baik khususnya untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

b. Bagi Kepala sekolah dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan

(24)

melaksanakan pembelajaran dalam membentuk siswa yang

berkemampuan berpikir kreatif yang tinggi.

c. Bagi instansi terkait seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota

Yogyakarta, sebagai acuan untuk menentukan kebijakan dan

pengambilan keputusan yang berkenaan dengan pelaksanaan

pembelajaran maupun dalam rangka pembinaan guru kelas maupun

guru mata pelajaran IPA.

F. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini merupakan sumbangan ilmu bagi Program Studi Pengembangan

Kurikulum. Tesis ini membahas tentang efektifitas model pembelajaran berbasis

masalah untuk peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran

IPA kelas VI sekolah dasar. Tesis ini terdiri dari 5 bab yaitu Bab I Pendahuluan,

Bab II Kajian Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Temuan dan

Pembahasan, dan Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi.

Bab I berisi tentang latar belakang penelitian ini dilakukan yaitu terdapat masalah

mengenai rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir kreatif dan alternatif

solusinya dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Pada bab ini

diuraikan lebih lanjut mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan struktur organisasi tesis.

Bab II berisi tentang kajian pustaka yang dimulai dari kajian dasar mengenai

kurikulum dan pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah, kreativitas,

pembelajaran IPA, penelitian-penelitian yang relevan terhadap penerapan model

pembelajaran berbasis masalah, asumsi penelitian dan hipotesis yang diajukan.

Bab III berisi tentang metode penelitian yang digunakan yaitu kuasi eksperimen

dengan desain penelitiannya Non Equivalent Control Group Design. Pada bab ini

juga dijelaskan mengenai partisipan, populasi dan sampel penelitian, instrumen

penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.

Bab IV berisi tentang temuan yang berasal dari olah data yang didapatkan dari

(25)

12

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibahas mengenai hasil penelitian dengan mengaitkan antara temuan penelitian

dengan kajian pustaka pada bab II.

Bab V berisi tentang simpulan berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV,

implikasi dan rekomendasi.

Sistematika penulisan tesis ini mengacu pada pedoman penulisan karya

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kuasi eksperimen. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 107) metode penelitian

eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan. Metode kuasi eksperimen (eksperimen semu) menurut

Sukmadinata (2011,hlm.59) pada dasarnya sama dengan eksperimen murni,

bedanya adalah dalam pengontrolan variabel. Pengontrolan hanya dilakukan

terhadap satu variabel saya, yaitu variabel yang dipandang paling dominan.

Suryabrata(2012,hlm.92) menyebutkan tujuan penelitian eksperimen semu

adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan

yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan

semua variabel yang relevan.

Metode kuasi eksperimen digunakan oleh peneliti sebab peneliti sulit

membuat kelompok-kelompok buatan sendiri. Peneliti menggunakan

kelompok-kelompok utuh yang sudah ada yaitu dalam bentuk kelas-kelas. Hal

ini sesuai dengan apa yang disampaikan Creswell (2012,hlm.309) bahwa di

bidang pendidikan, banyak situasi eksperimental terjadi di mana peneliti perlu

menggunakan kelompok utuh. Hal ini mungkin terjadi karena ketersediaan

peserta atau karena peraturan melarang membentuk kelompok buatan. Kuasi

eksperimen termasuk tugas, tetapi tidak tugas acak dari peserta untuk

(27)

42

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

percobaan. Misalnya, mempelajari program baru matematika mungkin

memerlukan menggunakan beberapa kelas empat yang ada dan menunjuk

salah satu sebagai kelompok eksperimen dan satu sebagai kelompok kontrol.

Secara acak menugaskan siswa untuk dua kelompok akan mengganggu

pembelajaran di kelas.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian eksperimen ini

membagi dua kelas yaitu pertama, kelas eksperimen sebagai kelas diberikan

perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)

dan kedua, kelas kontrol sebagai kelas yang tidak diberikan perlakuan yang

sama dengan kelas eksperimen dan digunakan pembelajaran konvensional

yaitu pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dengan menggunakan

metode ceramah dan diskusi.

Penelitian eksperimental menurut Sukmadinata (2011,hlm.194)

mempunyai kekhasan, pertama penelitian eksperimen menguji secara

langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain, kedua menguji

hipotesis hubungan sebab-akibat. Variabel itu sendiri dapat diartikan segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono,2012,hlm.60). Variabel dalam penelitian ini dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas (variabel yang mempengaruhi)

dan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Sedangkan

variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam rancangan ini adalah Non

Equivalent Control Group Design (Sugiono,2012,hlm.116; Emzir, 2008,

(28)

prosedur penempatan acak (without random assigment). Pada dua kelompok

tersebut dilakukan pretest diawal dan diakhir diberikan posttest. Hanya

kelompok eksperimen (A) saja yang diberikan perlakuan sebagai kelas yang

(29)

44

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 O4

Keterangan :

X : perlakuan dengan model pembelajaran bebasis masalah

O1 : Pretes eksperimen

O2 : Postes eksperimen

O3 : Pretes kontrol

O4 : Postes kontrol

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Luqman

Al Hakim Yogyakarta. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Luqman Al Hakim

Yogyakarta adalah lembaga pendidikan formal jenjang sekolah dasar yang

diselenggarakan oleh Yayasan Sosial dan Pendidikan Islam Luqmanu al Hakiem

di kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta Propinsi DIY.

SDIT Luqman Al Hakim beralamat di Jalan Timoho II Gg. Delima No.2

Yogyakarta Kodepos 55165 dengan nomor telpon (0274) 542928. Sekolah ini

beroperasi sejak tahun 1995 dengan status terakreditasi A pada tahun 2006 dan

2009. Sekolah ini memiliki NSS : 102046014037, NSB : 0021549703006003,

NIS : 100290, dan nomor pokok sekolah nasional (NPSN) 20403412. Ijin

operasional didapat dengan adanya SK GUBERNUR No 180/KPTS/1997 dan SK

KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN No 060/KPB/PK/1997.

(30)

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,,2012,hlm.117).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VI SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta pada semester 1 tahun ajaran 2014/2015

yang berjumlah 130 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas VI A, 34 siswa kelas VI

B, VI C,VI D dan VI E masing-masing 20 siswa.

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sedangkan teknik sampling adalah merupakan teknik

pengambilan sampel (Sugiyono,2012,hlm.118).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Nonprobability Sampling. Sampel yang digunakan peneliti dalam bentuk kelas

dan tidak mengambil sampel secara individu. Ini digunakan dengan alasan apabila

pengambilan sampel secara individu dikhawatirkan situasi kelompok sampel

menjadi tidak alami.

Berdasarkan keterangan diatas sampel yang ditetapkan adalah 2 kelas dari siswa

kelas VI SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta yang terdaftar pada tahun ajaran

2014/2015. Kelas yang digunakan sebagai sampel adalah kelas VIA dan VIB

karena memiliki tingkat homogenitas yang lebih dibandingkan kelas VIC,VID

dan VIE. Dari keduanya dipilih acak dan didapatkan kelas eksperimennya adalah

kelas VIB dan sebagai kelas kontrolnya adalah kelas VIA.

C. Definisi Operasional

Untuk memahami penelitian ditentukanlah definisi operasional sebagai

berikut :

(31)

46

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan masalah dunia nyata sebagai fokus atau stimulus untuk belajar

memecahkan masalah bagi siswa sehingga dapat memberdayakan, mengasah,

menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara

berkesinambungan melalui penyelidikan mandiri dan proses kerja kelompok

atau tim yang sistematis. Sintaksis model pembelajaran berbasis masalah

sebagai berikut: 1) memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada

siswa; 2) mengorganisasi siswa untuk belajar; 3) membantu investigasi

mandiri dan kelompok; 4) mengembangkan dan mempresentasikan hasil

karya; dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

2. Berpikir kreatif adalah sama dengan berpikir divergen yaitu suatu proses

dimana individu mampu memberikan macam-macam kemungkinan jawaban

berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman

jumlah dan kesesuaian. Aspek-aspek yang dapat diukur untuk berpikir kreatif

meliputi jenis-jenis pemikiran kelancaran/fluency (jumlah ide-ide yang

dihasilkan), fleksibilitas/ flexibility (keragaman ide-ide), orisinalitas/

originality (kelangkaan ide), dan elaborasi/ elaboration (sifat rinci dari

ide-ide). Aspek-aspek kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinalitas

(originality), dan keterincian (elaboration) dalam penelitian diukur dengan

menggunakan soal tes uraian.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini agar dapat terarah dan sesuai dengan tujuan maka disusunlah

instrumen penelitian. Instrumen penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi yang

dibuat, kemudian dirumuskan menjadi butir-butir pertanyaan yang nantinya akan

dijawab oleh responden. Instrumen pada penelitian ini digunakan dua jenis

instrumen yaitu tes dan non tes. Instrumen dalam bentuk tes menggunakan

seperangkat soal tes uraian (essay) untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif.

(32)

Adapun langkah-langkah penyusunan instrumen bentuk tes yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan materi mata pelajaran IPA yang akan digunakan dalam

penelitian yaitu bab tentang keseimbangan ekosistem.

2. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator mata

pelajaran IPA kelas VI sekolah dasar pada semester 1 bab keseimbangan

ekosistem. Standar Kompetensi (SK) adalah: Memahami pengaruh

kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan. Sedangkan

kompetensi dasarnya (KD) meliputi : 3.1 Mengidentifikasi kegiatan

manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem); 3.2

Mengidentifikasi bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan manusia

yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan; dan 3.3

Mengidentifikasi bagian tubuh hewan yang sering dimanfaatkan manusia

yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan.

3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran bab keseimbangan ekosistem

berdasarkan silabus yang telah ditetapkan pada mata pelajaran IPA kelas VI

sekolah dasar semester 1. (dapat dilihat dalam lampiran)

4. Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian.

5. Melakukan uji coba instrumen kepada responden di luar sampel.

6. Menganalisis instrumen hasil uji coba dan melakukan revisi apabila terdapat

saran perbaikan.

7. Menggunakan soal-soal yang telah di validasi kepada sampel penelitian yaitu

kelompok kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Tes kemampuan berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tes dengan bentuk soal tes uraian (essay) yang selanjutnya jawaban siswa dapat di

analisis mengenai kelancaran bepikirnya (fluency), keluwesan berpikirnya

(33)

48

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(elaboration). Tes ini menggunakan soal dalam bentuk essai (memerlukan jawaban

dalam bentuk uraian) pada pretes (awal sebelum pembelajaran) dan postes (akhir

perlakuan). Pretes digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kreatif awal siswa

sedangkan postes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa

setelah diberikan perlakuan.

Adapun rincian indikator dan cara menskor kemampuan berpikir kreatif yang

akan diukur adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Deskripsi Indikator dan Cara menskor Kemampuan Berpikir Kreatif

No Aspek

dengan materi yang sedang dibahas.

(34)

dengan materi yang

1. uraian jawaban disertai

alasan

2. ditinjau dari sudut pandang

yang berbeda-beda,

3. dinyatakan secara lugas

(dengan menggunakan

kata-2. menggunakan kata-kata dan

istilah yang tak biasa

dipakai oleh kebanyakan

(35)

50

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gagasan/jawaban atau memerinci

secara detail.

Ciri-cirinya adalah :

1. Setiap jawaban disertai

contoh

2. uraian jawaban yang tak

sekedar bersifat garis besar

dari materi,

3. pengungkapan gagasan

menggunakan kalimat yang

lengkap.

2 Jawaban memuat

dua cirinya

3 Jawaban memuat

ketiga cirinya

E. Teknik Analisis Instrumen

Instrumen-instrumen yang telah disusun sebelum digunakan dilakukan

terlebih dahulu pengujian. Pengujian instrumen dilakukan minimal dua yaitu

validitas dan reabilitas. Bagi instrumen tertentu seperti tes hasil belajar

ditambahkan persyaratan daya pembeda dan tingkat kesulitan butir soal, bagi

skala deskriptif ditambahkan persyaratan daya pembeda dan normalitas sebaran

respon (Sukmadinata,2011,hlm.228). Namun untuk instrumen tes kemampuan

berpikir kreatif karena tidak memberikan jawaban benar dan salah dalam

analisisnya, maka tidak ditambahkan pengujian daya pembeda dan taraf

(36)

1. Uji Validitas

Validitas menurut Arikunto (2009,hlm.167) adalah keadaan yang

menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa

yang akan diukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Menurut Arikunto (2009,hlm.167) ada dua jenis validitas untuk instrumen

penelitian, yaitu validitas logis dan validitas empiris. Sebuah instrumen dikatakan

memiliki validitas logis apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah

sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Instrumen yang sudah sesuai

dengan isi dikatakan sudah memiliki validitas isi sedangkan instrumen yang sudah

sesuai dengan aspek yang diukur dikatak sudah memiliki validitas konstruksi.

Menurut Riduwan (2008,hlm.109) pengujian validitas konstruksi dapat dilakukan

dengan meminta pendapat ahli (judgement expert). Sugiyono (2010,hlm.352)

mengatakan setelah pengujian konstruk dari ahli selesai, maka diteruskan uji coba

instrumen. Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut diujicobakan pada

sampel dari mana populasi diambil. Data hasil uji coba ditabulasikan dan di olah.

Menguji validitas alat ukur menurut Riduwan (2008,hlm.109) setelah data

diperoleh dan ditabulasikan, terlebih dahulu dicari harga korelasi antar

bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir

alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus

Pearson Product Moment sebagai berikut:

(37)

52

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

n : Jumlah responden

Butir soal dianggap valid, jika nilai rhitung > rtabelatau jika nilai sig < α=0,05.

Jika instrumen itu valid, maka dilihat krietria penafsiran mengenai indeks

korelasinya (r) sebagai berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,7999 : tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi

Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,199 : sangat rendah (tidak valid)

Data hasil uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif serta validitas butir

soal selengkapnya ada pada lampiran. Hasil validitas butir soal kemampuan

berpikir kreatif setelah dihitung dengan menggunakan software SPSS versi 22

dihasilkan rata-rata > yang berarti semua valid. Adapun hasil

validitas tiap butir soal sebagai berikut :

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Butir Soal

(38)

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas untuk jenis data interval/ essay digunakan teknik

Alpha Cronbach (Sugiyono,2010,hlm.365). Rumus koefisien reliabilitas Alfa

Cronbach :

Rumus untuk variansi total dan variansi item :

Dimana:

= jumlah kuadrat seluruh skor item = jumlah kuadrat subyek

Kriteria instrumen tes yang reliabel yaitu

Jika > rtabel maka butir soal dinyatakan reliabel.

Jika < rtabel maka butir soal dinyatakan tidak reliabel.

Setelah hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS ver.22

didapatkan hasil koefisien alpha cronbach sebesar 0,935. Selanjutnya jika

=0,944 dikonsultasikan dengan nilai Tabel rtabel dengan dk=11,signifikansi 5%=

0,602 (Riduwan,2008,hlm.128). Karena > rtabel maka butir soal dinyatakan

(39)

54

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah berupa tes

menggunakan tes berbentuk uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif

siswa. Peneliti menggunakan tes berbentuk uraian karena yang akan diukur tidak

menggunakan jawaban tunggal. Jawaban dari responden bersifat terbuka dan

nantinya akan dianalisis sebagai penentu seberapa tingkat kreatif dari responden.

Data yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif siswa

dikumpulkan melalui pretes dan postes baik pada kelas eksperimen maupun kelas

kontrol. Data yang berkaitan dengan respon siswa terhadap pelaksanaan

pembelajaran berbasis masalah dijaring melalui angket yang diambil pada kelas

(40)

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai awal tahun ajaran baru 2014/2015.

Penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian yang dikemukakan oleh Arikunto

(2002,hlm.20) sebagai berikut : Pembuatan rancangan penelitian, Pelaksanaan

penelitian, dan Pembuatan laporan penelitian. Pada tahap pembuatan rancangan

penelitian dilakukan kegiatan-kegiatan seperti penyusunan proposal, seminar

proposal, studi pendahuluan, penyusunan instrumen penelitian, pengujian

instrumen, perbaikan instrumen, dan pengurusan perijinan penelitian ke beberapa

instansi terkait. Pada tahap pelaksanaan penelitian meliputi :implementasi

instrumen, implementasi pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah,

dan tahap pengumpulan data. Sedangkan tahap pembuatan laporan penelitian

meliputi tahap pengolahan data, analisis data, dan penyusunan laporan secara

lengkap.

Langkah-langkah penelitian secara lebih lengkap dapat dilihat dalam bagan

sebagai berikut (Arikunto,2002,hlm.20) :

(41)

56

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. Analisis Data

Penelitian ini dalam mengolah data statistik dengan menggunakan

program SPSS Versi 22. Beberapa langkah analisis data yang dilakukan :

1. Penghitungan gain ternormalisasi

Penghitungan gain ternormalisasi dari hasil pretes dan postes baik pada

kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional

dimaksudkan untuk melihat adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif

siswa. Untuk memperoleh gain yang ternormalisasi digunakan rumus yang telah

dikembangkan oleh Hake (1999:1)

g =

Besar gai yang ternormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan krieteria

efektivitas peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah dilakukan

pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. Berikut ini kriteria

untuk gain ternormalisasi (Hake,1999,hlm.1) :

Tabel. 3.4 . Kriteria gain ternormalisasi

Nilai gain ternormalisasi Kriteria

> 0,7 Tinggi

0,7 > (<g>) > 0,3 Sedang

< 0,3 Rendah

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas merupakan salah satu cara

memeriksa normalitas pada sebuah sampel. Pada penelitian ini, uji normalitas

(42)

program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 22. Uji

Kolmogorov Smirnov merupakan pengujian normalitas yang banyak dipakai.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 :Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Kriteria uji:

Tolak H0 jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < α = 0,05, yang berarti

distribusi adalah tidak normal, sedangkan jika nilai signifikansi atau nilai

probabilitas > α=0,05 H0 diterima, yang berarti distribusi adalah normal.

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui keseragaman data penelitian. Uji

homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok

data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Uji

homogenitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical

Product and Service Solution) versi 22 dengan uji LeveneTest.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : = : kedua data bervariansi homogen

H1 : ≠ : kedua data tidak bervariansi homogen

Kriteria uji:

Tolak H0 jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < α=0,05, yang berarti

kedua data tidak bervariansi homogen, sedangkan jika nilai signifikansi atau nilai

probabilitas > α=0,05, maka kedua data mempunyai variansi yang sama.

4. Uji Hipotesis

Untuk menguji efektivitas perlakuan yang diberikan pada dua kelompok

(43)

58

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kedua kelompok itu bebas (independen) maka digunakan t-tes dua sampel

independen (Independent Sampels t-test). Rumus t-tes sebagai berikut:

= Angka rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelompok pertama,(kelas

eksperimen)

= Angka rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelompok kedua, (kelas kontrol)

= Jumlah individu kelompok pertama (kelas eksperimen)

= Jumlah individu kelompok kedua

Uji perbedaan rerata diolah dengan menggunakan software SPSS versi 22.

Hipotesis yang diajukan adalah :

1. Kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum pembelajaran (kemampuan awal)

H0 : = : tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif

siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol sebelum

pembelajaran

H1 : ≠ : terdapat perbedaan kemampuan awal berpikir kreatif

siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol sebelum

pembelajaran

2. Kemampuan berpikir kreatif siswa sesudah pembelajaran (kemampuan akhir)

H0 : = : tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir

kreatif siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol

(44)

H1 : ≠ : terdapat perbedaan kemampuan akhir berpikir kreatif

siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol setelah

pembelajaran

3. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa

H0 : = : tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan

berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan siswa kelas

kontrol

H1 : ≠ : terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir

kreatif siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol

Kriteria Ujinya :

Ho diterima jika - t tabel < t hitung < t tabel

Ho ditolak jika - t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

Atau berdasar probabilitas:

Ho diterima jika P value > 0,05

(45)

85

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas model pembelajaran

berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di

sekolah dasar pada mata pelajaran IPA kelas VI. Berdasarkan temuan dan

pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran

baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen tidak memiliki perbedaan

signifikan, sehingga memungkinkan diberikan penerapan model

pembelajaran baik model pembelajaran berbasis masalah maupun

dengan pembelajaran konvensional untuk diuji keefektivitasannya.

Sedangkan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah dilaksanakan

pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik

dari siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik

dari siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional.

Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah memiliki

kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan keterincian yang lebih baik dari

siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Kemampuan

berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah memiliki

(46)

orisinalitas, keluwesan dan keterincian yang kesemuanya berkategori

sedang.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan pembahasan serta simpulan dalam penelitian ini,

maka penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bagi guru mata pelajaran IPA

Penelitian model pembelajaran berbasis masalah ini dapat digunakan sebagai

contoh keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

terutama dalam pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA.

Selanjutnya para guru dapat menerapkan pada pokok-pokok bahasan yang

sesuai.

2. Bagi Kepala sekolah.

Penelitian ini memberikan bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas

guru mata pelajaran IPA dalam melaksanakan pembelajaran khususnya dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

3. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Yogyakarta.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan rujukan untuk

menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan yang berkenaan dengan

pelaksanaan pembelajaran maupun dalam rangka pembinaan guru mata

pelajaran IPA.

4. Bagi para peneliti selanjutnya.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pembanding dalam

melakukan penelitian dengan tema yang sama mengenai penerapan model

pembelajaran berbasis masalah maupun tentang kemampuan berpikir kreatif

siswa.

(47)

87

Mochamad Yuniardi, 2014

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. (2009). Learning to teach. 9th ed. New York : McGraw-Hill.

Arikunto, S. (2009). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto,S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arnyana, I.B.P. (2006). Pengaruh penerapan strategi pembelajaran inovatif pada pelajaran biologi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMA. Dalam : Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. No. 3 TH. XXXIX Juli 2006. ISSN 0215 – 8250. Bali, hlm. 496-515.

Barrows,H.S & Tamblyn,R.M. (1980) Problem-based learning:an approach to

medical education. New York: Springer Publishing

Company.[online].Tersedia di: http://apps.fischlerschool.nova.edu/

toolbox/instructionalproducts/edd8124/fall11/1980-BarrowsTamblyn-PBL.pdf. Diakses 21 April 2014.

Brookhart, S.M. (2010). How to assess higher-order thinking skills in your

classroom. Virginia: ASCD.

Brookhart,S.M. (2013). Assessing creativity. [online]. Tersedia di:

http://www.ascd.org/publications/educationalleadership/feb13/vol70/num0 5/Assessing-Creativity.aspx. Diakses 08 Mei 2014.

Creswell,J.W. (2012). Educational research: planning, conducting, and

evaluating quantitative and qualitative research. 4th ed. Boston: Pearson

Education Inc.

Cropley, A.J. (1997). Mark.A. Runco. (penyunting). More ways than one:

fostering creativity.New Jersey:Ablex Publishing Corporation.

Darmawan (2010).Penggunaan pembelajaran berbasis masalah dalam

Gambar

Tabel 3.1. Desain Penelitian
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Butir Soal
Gambar 3.1.  Prosedur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, untuk mengetahui hasil analisis kekuatan konstruksi pelat berpenegar pada setiap variasi profil penegar, penulis melakukan penelitian dengan judul “

Seperti yang telah dituliskan pada penjelasan sebelumnya, bahwasanya ilmu tauhid adalah ilmu ketuhanan yang mengupayakan menyediakan penjelasan yang

DAERAH ASAL NAMA ALAT MUSIK 1..

Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara ini dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum di bidang administrasi keuangan negara. Dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara

constructive engagement ini sudah terlihat dari proses demokratisasi Myanmar yang justru mulai berjalan dan terus berkembang setelah masuk ke dalam keanggotaan

Khalayak sasaran strategis dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah binaan dari Koperasi Serba Usaha Peternak Sapi Perah (KSU) “Margo Makmur Mandiri” yang berdiri tahun 2002

Penentuan dampak besar dan penting ini merupakan tindak lanjut dari hasil identifikasi dengan menggunakan bagan alir dan prakiraan dampak yang terjadi sebagai akibat dari

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar matematika materi nilai