i
MOCHAMAD YUNIARDI
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA (Studi Kuasi
Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu Luqman Al
Hakim Yogyakarta)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Dr. Rusman, M.Pd. NIP. 197205051998021001
Pembimbing II
Dr. Diana Rochintaniawati, M.Ed. NIP.196709191991032001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Januari 2015
Yang membuat pernyataan,
iii
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
(Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu
Luqman Al Hakim Yogyakarta)
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pengembangan Kurikulum
oleh
Mochamad Yuniardi
NIM 1202219
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
(Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta)
Mochamad Yuniardi 1202219
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah dasar. Aspek-aspek (indikator) kemampuan berpikir kreatif yang diteliti meliputi; kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinalitas (originality), dan keterincian (elaboration). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. Untuk membuktikan hipotesis, penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain non equivalent control
group design. Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh siswa kelas VI di SD
Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta.Sampel penelitian terdiri dari kelas eksperimen berjumlah 34 siswa dan kelas kontrol berjumlah 36 siswa. Analisis penelitian menggunakan independent samples t-test. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ( ̅=24,15) dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional ( ̅ =16,69). Sedangkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan rerata nilai N-gain antara kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ( ̅=0,47) dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional ( ̅=0,14). Aspek kemampuan berpikir kreatif yang paling tinggi dalam implementasi model PBM adalah aspek kelancaran (fluency) dengan N-gain sebesar 0,67 dengan kategori sedang diikuti oleh aspek orisinalitas sebesar 0,49, keluwesan sebesar 0,37, dan keterincian sebesar 0,36 dengan kesemuanya berkategori sedang. Hasil penelitian ini merekomendasikan model pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPA.
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
EFFECTIVENESS PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO IMPROVE CREATIVE THINKING ABILITY OF STUDENTS(Quasi-Experimental Study
in Subjects Science Class VI SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta)
Mochamad Yuniardi 1202219
ABSTRACT
This research is motivated by the lack of creative thinking ability of elementary school students. The aspects of creative thinking ability in this research include; fluency, flexibility, originality, and elaboration. The purpose of this research was to determine the effectiveness of the implementation of problem-based learning model to improve the creative thinking ability and determine the increase creative thinking ability of students before and after the implementation of problem-based learning model. To prove the hypothesis, this study used quasi experimental methode and non equivalent control group design. The population of this research is class VI at SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta. Sampel study consisted of an experimental class 34 students and control class 36 students. Research analysis using independent samples t-test. The results showed there is a significant difference between creative thinking ability of students used class of problem-based learning model ( ̅ = 24.15) with classes using conventional learning ( ̅ = 16.69). While the improvement creative thinking ability of students shown by the significant differences mean value of N-gain between classes using problem-based learning model ( ̅= 0.47) with a class that uses the conventional the implementation of learning to improve students creative thinking ability in science subjects.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI .………...………... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ….………...……… 1
A. Latar Belakang Penelitian………...……… 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ………... 8
C. Rumusan Masalah Penelitian ...………... 8
D. Tujuan Penelitian ………...… 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Struktur Organisasi Penelitian ... 10
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...………..………... 12
A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ………... 12
1. Definisi PBM ... 12
2. Karakteristik PBM ... 13
3. Teori Belajar yang Melandasi PBM ... 14
4. Desain Masalah dalam PBM... 16
5. Peran Guru, Siswa dan Tim dalam PBM ... 17
6. Keuntungan PBM ... 19
7. Merencanakan dan Melaksanakan PBM ... 19
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Pengertian berpikir kreatif ... 23
2. Aspek-aspek berpikir kreatif ... 26
3. Strategi meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 28
C. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ...……... 28
1. Konsep IPA ... 28
2. Hakikat IPA ... 30
3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 31
4. Pendekatan Pembelajaran IPA... 33
D. Penelitian yang Relevan ... 34
E. Asumsi ... 39
F. Hipotesis ... 40
BAB III. METODE PENELITIAN ...……..………... 41
A. Metode dan Desain Penelitian ………...…... 41
1. Metode Penelitian ... 41
2. Desain Penelitian ... 42
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ..…………..…... 43
1. Lokasi Penelitian ... 43
2. Populasi Penelitian ... 43
3. Sampel Penelitian ... 44
C. Definisi Operasional ………..……... 44
D. Instrumen Penelitian ………..…... 45
E. Teknik Analisis Instrumen ... 48
1. Uji Validitas ... 49
2. Uji Reliabilitas ... 50
F. Teknik Pengumpulan Data ..………... 51
G. Prosedur Penelitian ... 52
1. Penghitungan gain ternormalisasi ... 53
2. Uji Normalitas ... 53
3. Uji Homogenitas ... 54
4. Uji Hipotesis ... 54
BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN ...……..………... 57
A. Deskripsi Model PBM ...………...…... 57
B. Implementasi PBM ... 59
C. Hasil Analisis Data ... 62
1. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif ... 62
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sebelum dan Setelah Pembelajaran ... 64
i. Analisis Data Kemampuan Awal Berpikir Kreatif Siswa ... 64
ii. Analisis Data Kemampuan Akhir Berpikir Kreatif Siswa ... 67
3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 70
4. Deskripsi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Tiap Aspek ... 73
5. Respon Siswa Terhadap PBM... 75
D. Pembahasan ...…………..…... 75
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sebelum Pembelajaran ... 75
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Setelah Pembelajaran ... 78
3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 81
BAB V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI …... 85
A. Simpulan ………...…... 85
B. Rekomendasi ..…………..…... 86
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Sintaksis Pembelajaran Berbasis Masalah …...…... 20
Tabel 2.2. Perbedaan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif ... 25
Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 43
Tabel 3.2. Deskripsi Indikator dan Cara Menskor Kemampuan Berpikir Kreatif ... 46
Tabel 3.3. Uji Validitas Instrumen ... 50
Tabel 3.4. Kriteria gain ternormalisasi ... 53
Tabel 4.1.Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 62
Tabel 4.2. Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 64
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 65
Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas Data Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 65
Tabel 4.5. Hasil Uji-t Data Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 66
Tabel 4.6. Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 67
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Data Skor Postes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 67
Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Data Skor Postes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 68
Tabel 4.9. Hasil Uji-t Data Skor Postes Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ... 69
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Data Skor N-gain Kelas Kontrol dan
Kelas Ekperimen ... 71
Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas Data Skor N-gain Kelas Kontrol dan
Kelas Ekperimen ... 72
Tabel 4.13. Hasil Uji-t Data Skor Skor N-gain Kelas Kontrol dan
Kelas Ekperimen ... 73
Tabel 4.14. Rerata Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Tiap
Aspek ... 73
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian... 52
Gambar 4.1. Grafik Pretes dan Postes Kelas Kontrol ... 63
Gambar 4.2. Grafik Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 63
Gambar 4.3. Grafik Rerata Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen ... 93
Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol ... 111
Lampiran 3. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 120
Lampiran 4. Rangkuman Hasil Judgement Ahli Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 125
Lampiran 5. Soal Tes Berpikir Kreatif ... 129
Lampiran 6. Kunci Jawaban Soal Tes Berpikir Kreatif ... 130
Lampiran 7. Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif ... 134
Lampiran 8. Angket Respon Siswa ... 136
Lampiran 9. Hasil Uji Instrumen ... 138
Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 139
Lampiran 11. Data Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol ... 142
Lampiran 12. Data Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen.. 143
Lampiran 13. Data Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Setiap Aspek ... 144
Lampiran 14. Hasil Analisis Data ... 145
Lampiran 15. Foto-Foto Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 156
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Beragam masalah datang silih berganti di kehidupan manusia. Manusia
mengembangkan kemampuan ilmu dan teknologinya untuk mengatasi
masalah-masalah yang ada. Semakin tinggi kemampuan dalam menemukan dan
menciptakan solusi, maka semakin mudah masalah terselesaikan. Salah satu
kemampuan dalam menemukan dan menciptakan solusi adalah kreativitas. Dunia
pendidikan telah lama mengkaji kreativitas dan menjadikan sebagai salah satu
tujuan bagi peserta didik. Seperti ditetapkan oleh pemerintah kita dalam pasal 3
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi : pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Kreativitas menjadi sesuatu yang penting dan mendapatkan perhatian yang
serius oleh banyak kalangan baik akademisi, peneliti, praktisi pendidikan, pelaku
ekonomi bahkan pemerintah. Pemerintah sendiri melalui Departemen
Perdagangan RI telah mempunyai rencana pengembangan ekonomi kreatif
Indonesia 2025 yang merupakan wujud optimisme serta luapan aspirasi untuk
mendukung mewujudkan visi Indonesia yaitu menjadi Negara yang maju.
Departemen Perdagangan RI (2009,hlm.viii) telah mengidentifikasi secara umum
lima permasalahan utama yang menjadi pokok perhatian dalam rencana
pengembangan industri kreatif untuk pencapaian tahun 2015. Salah satu yang
menjadi perhatiannya adalah kuantitas dan kualitas sumber daya insani sebagai
2
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lembaga pendidikan dan pelatihan, serta pendidikan bagi insan kreatif Indonesia.
Hal ini memberikan tantangan bagi dunia pendidikan kita untuk memberikan
solusi terhadap masalah tersebut dan sekaligus mewujudkan secara kuantitas
maupun kualitas.
Proses pendidikan yang telah dilakukan selama ini di sekolah-sekolah
telah menunjukkan usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional di atas.
Namun hasil yang ada menunjukkan masih kurang memuaskan. Masih banyak
masalah-masalah yang menjadi kendala dan hambatan untuk kemajuan
pendidikan seperti masalah profesionalisme guru, sarana dan prasarana
pembelajaran, pendanaan, peran serta masyarakat dan dunia usaha serta komitmen
politik para pemegang kebijakan. Guru merupakan pelaksana kurikulum dan
pemegang kunci keberhasilan proses pendidikan di tingkat mikro (kelas). Guru
dalam menghadapi tuntutan kurikulum telah diberikan keluasan untuk
mengembangkan pembelajaran yang mengarahkan peningkatan kemampuan siswa
baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Salah satu bentuk kemampuan kognitif
adalah kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir yang berhubungan dengan
kreativitas adalah kemampuan berpikir kreatif. Selama ini guru dalam mengajar
masih jarang menyentuh dan menjadikan kemampuan berpikir kreatif sebagai
tujuan pembelajaran. Salah satu akibatnya adalah masih rendahnya kemampuan
berpikir kreatif siswa.
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif pada siswa jenjang sekolah dasar
ditunjukkan oleh beberapa hasil penelitian internasional yaitu 1) hasil Trends in
International Mathematics and Science Studies [TIMSS] 2011 menyebutkan hasil
sains Indonesia di urutan ke-40 dari 42 negara dengan nilai rata-rata 406 (Martin
dkk., 2012, hlm.40). TIMSS membagi soal-soalnya menjadi empat katagori: Low
mengukur kemampuan sampai level knowing, Intermediate mengukur
kemampuan sampai level applying, High mengukur kemampuan sampai level
reasoning, Advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with
level menengah (intermediate). Ini menunjukkan bahwa siswa Indonesia dalam
sains masih rendah dalam penalaran (reasoning); 2) Hasil riset Program for
International Student Assessment [PISA] 2009 kemampuan siswa-siswa Indonesia
di matematika, sains, dan membaca masih rendah dengan skor membaca 402,
matematika 371, dan sains 383. Indonesia menempati urutan ke 57 dari 65 negara
(OECD, 2010, hlm.8). Hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran
sampai level 3 saja, sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan
6. Soal-soal sains yang digunakan dalam PISA lebih banyak untuk mengukur
kemampuan penalaran, pemecahan masalah, berargumentasi, berkomunikasi, dan
berpikir tingkat tinggi. Berpikir kreatif termasuk ke dalam kategori berpikir
tingkat tinggi sesuai dengan pernyataan dari King, Goodson, & Rohani ( t.t.,
hlm.1) bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills)
termasuk di dalamnya yaitu berpikir kritis, logis, kreatif, reflektif, dan
metakognitif. Dari hasil kedua penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif siswa di Indonesia masih dalam kategori rendah. Hal
ini senada dengan Adriana (2012, hlm.1) menyampaikan bahwa ini merupakan indikator kuat adanya “penyakit-penyakit” kronis dalam penyelenggaraan pendidikan di tanah air seperti penyempitan kurikulum, terfokusnya pembelajaran
pada latihan-latihan soal, terhambatnya pembelajaran yang menekankan
kreativitas dan inovasi. Lebih lanjut Adriana (2012) menyampaikan bahwa
laporan OECD di atas juga makin menegaskan bahwa guru memegang peranan
teramat vital dalam mempersiapkan siswa dengan sikap-sikap dan
kecapakan-kecapakan belajar yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan abad ke-21
termasuk dalam hal ini adalah kreativitas.
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa ditunjukkan dalam hasil
observasi awal peneliti di Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman Al Hakim
Yogyakarta. Hasil observasi awal peneliti pada pembelajaran IPA dengan cara
menganalisis jawaban siswa pada salah satu ulangan harian, memberikan
4
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60% siswa masih rendah dalam kemampuan berpikir kreatif. Analisis jawaban
siswa menggunakan beberapa indikator yaitu jumlah jawaban yang relevan, uraian
jawaban yang rinci dan bervariasi, uraian jawaban yang tidak sama dengan buku
teks, uraian jawaban ditulis dengan kata-kata sendiri, dan menemukan ide-ide
yang baru (orisinil) dalam uraian jawabannya. Temuan lain diperoleh dari
wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas VI, yang menerangkan bahwa
siswa hanya 20% siswa yang percaya diri mengungkapkan jawaban maupun
gagasannya dan siswa rata-rata memiliki hanya 1 buah buku pegangan (hanya ada
2 siswa yang menjawab mempunyai buku pegangan lain), sehingga dimungkinkan
jawaban siswa hanya berpatok pada satu sumber saja yang nantinya akan
berpengaruh pada keluasan wawasan pengetahuan dan seberapa banyak solusi
yang dihasilkan atas permasalahan yang dihadapi.
Kondisi rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa melalui observasi
juga disebabkan oleh adanya pembelajaran IPA saat ini yang dilakukan oleh guru
masih sedikit menstimulasi ke arah peningkatan kemampuan berpikir kreatif
siswa. Guru mengajar dengan metode ceramah dan tanya jawab serta kurang
bervariasi serta menerapkan pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa lebih
banyak mendapatkan informasi dari guru saja dan terkesan individualistik dalam
belajar. Siswa lebih banyak dalam posisi penerima informasi dan kurang aktif
dalam pembelajaran. Tidak ada waktu siswa secara mandiri untuk mengadakan
penyelidikan. Jarang diadakan pembejaran secara kolaboratif dengan sesama
siswa lain. Hal lain dalam pembelajaran adalah siswa tidak mendapatkan sesuatu
yang menantang untuk dipecahkan sehingga kemampuan berpikir untuk
memecahkan masalahpun kurang terasah sehingga minim muncul ide-ide kreatif
yang dihasilkan siswa. Melalui observasi juga ditemukan kondisi sarana dan
prasarana belajar yang memadai kurang dioptimalkan penggunaannya.
Perpustakaan dan laboratorium komputer yang dapat mengakses internet masih
sangat jarang digunakan untuk siswa menambah pengetahuan dan wawasan
siswa terbatas pada buku cetak dan tambahan catatan dari guru. Kemampuan
berpikirnyapun terasah hanya sebatas mengisi jawaban di LKS secara individu
dan tidak ada proses bertukar pengetahuan dengan teman.
Permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa tersebut di
atas dapat diusahakan solusinya dengan menyelenggarakan pembelajaran yang
memberikan dorongan untuk berkembangnya kemampuan berpikir kreatif. Hal ini
didukung oleh pendapat dari Jeff Dyer dkk. (2011, hlm.22) yang mengatakan
bahwa kreativitas tidak hanya sifat-sifat genetik yang dikaruniakan pada saat lahir,
akan tetapi dapat dikembangkan. Lebih lanjut disebutkan Reznikoff dkk. dalam
Dyer (2011, hlm.22) hasil penelitiannya bahwa 25 - 40 % apa yang kita lakukan
secara inovatif berasal dari genetik. Itu berarti duapertiga dari ketrampilan inovasi
kita masih datang melalui belajar. Sekolah adalah tempat belajar dan semestinya
sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
Pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan
rendahnya kemampuan berpikir kreatis siswa adalah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang dapat memberikan dorongan kepada
siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah
yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi,
dan koneksi) dalam memecahkan masalah (Rusman,2012,hlm.229).
Model pembelajaran berbasis masalah menurut Tan dalam Rusman
(2012,hlm.229) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM
kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja
kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,
mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
berkesinambungan. Arends (2009,hlm.396) menyebutkan bahwa inti dari
pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan kepada siswa situasi masalah
6
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
investigasi dan penyelidikan. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah
tentang memanfaatkan jenis kecerdasan yang diperlukan dalam menghadapi
tantangan dunia nyata: kemampuan untuk berurusan dengan hal-hal baru dan
kompleksitas (Tan, 2003, hlm.2).
Tan (2009,hlm.1) menyebutkan masalah memberikan kesempatan untuk
inovasi dengan bertindak sebagai katalis untuk berpikir kreatif. Hal ini
berdasarkan contoh-contoh nyata dari inovasi dan anekdot dari kehidupan
menonjol para pencipta untuk menggambarkan bagaimana masalah dapat terlibat
rasa ingin tahu, penyelidikan, dan berpikir dalam cara yang berarti dan kuat. Agar
kompatibel dengan tuntutan yang diberikan pada individu saat ini, pendidikan
harus berubah sedemikian rupa sehingga masalah digunakan sebagai cara
mendorong pembelajaran dan sebagai kendaraan untuk budidaya kreativitas.
Kebutuhan ini memberikan dasar untuk pembelajaran berbasis masalah , metode
pembelajaran yang mendorong pengembangan pemikiran kreatif dan pemecahan
masalah secara kreatif. Dengan PBM diimplementasikan di sekolah, siswa akan
menjadi mahir dalam metodologi belajar diskoveri. Pada saat yang sama, guru
berusaha untuk menyediakan pedagogi dan lingkungan untuk menumbuhkan
kreativitas di berbagai bidang studi, termasuk menggabungkan PBM sebagai
bagian dari kurikulum, sehingga siswa secara bertahap akan mengintegrasikan
atribut kreatif ke dalam kehidupan mereka (Tan, 2009, hlm.12).
Beberapa penelitian yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis
masalah memberikan pengaruhsignifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir
kreatif antara lain ditunjukkan oleh hasil penelitian Wulandari, Liliasari, dan
Supriyanti (2011) tentang Problem Based Learning untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan
penyangga menunjukkan beberapa hasil penelitian yaitu: (1). penerapan model
Problem Based Learning terbukti meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif siswa pada materi larutan penyangga secara signifikan, dengan
pada materi larutan penyangga menunjukkan indikator elaboration memiliki
peningkatan yang paling tinggi dengan N-gain=0,70, kemudian fluency,
originality dan flexibility dengan N-gain secara berurutan yaitu 0,64, 0,48
dan 0,36; (3). Penerapan model Problem Based Learning terbukti
meningkatkan penguasaan konsep kimia pada materi larutan penyangga
secara signifikan, dengan rata-rata N-gain=0,61. Label konsep yang
mengalami peningkatan paling tinggi adalah perhitungan pH larutan
penyangga dengan N-gain=0,86 dan paling rendah adalah golongan larutan
penyangga dengan N-gain=0,17; dan (4). Tanggapan siswa dan guru mengenai
Problem Based Learning yang diterapkan sangat positif yaitu dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep siswa
pada materi larutan penyangga.
Hasil penelitian lainnya yang berhubungan antara penerapan model
pembelajaran berbasis masalah dengan mata pelajaran IPA adalah yang dilakukan
oleh Dewi, Lasmawan dan Tika (2013) tentang pengaruh model pembelajaran
berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari minat belajar siswa kelas
IV di SD 1 Banjar Anyar Tabanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada
perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran
berbasis masalah dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional
(2) hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis
masalah dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional lebih
tinggi dan (3) terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara minat belajar
siswa dengan hasil belajar siswa kelas IV SD 1 Banjar Anyar Tabanan.
Penelitian yang berkaitan antara penerapan model pembelajaran berbasis
masalah di sekolah dasar ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh
VanSledright dalam Arends (2009,hlm.404-405) yaitu mengadakan penelitian
yang dimuat dalam The Elementary School Journal 103(2) hlm. 131-160 tentang
dapatkah Problem Based Learning bekerja dengan siswa sekolah dasar?. Hasil
8
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang agak kuat bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat bekerja dengan
sebagian besar siswa SD. Beberapa siswa, tidak merespon serta yang lain, yang
mengarah ke pengamatan bahwa pelajaran harus disesuaikan untuk kebutuhan
khusus siswa tertentu. Peneliti juga menunjukkan bahwa pendekatan yang
digunakan diperlukan waktu yang cukup untuk merakit dan mengatur sumber
daya dan pemahaman materi pelajaran dari guru yang dibutuhkan haruslah kuat.
Pemilihan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa adalah tepat dengan adanya beberapa hasil
penelitian di atas. Sebab lain adalah adanya karakteristik yang dimiliki oleh model
pembelajaran berbasis masalah seperti yang disampaikan oleh Tan
(2003,hlm.30-31) yaitu siswa mengasah kemampuan berpikir kreatifnya dengan merumuskan
permasalahan, mengadakan penyelidikan mandiri, memanfaatkan sumber
pengetahuan yang beragam, menggunakannya, dan mengevaluasi sumber
informasi, melakukan belajar kolaboratif, komunikasi dan kooperatif,
mengembangkan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah, dan melibatkan
evaluasi serta mereviu pengalaman dan proses belajarnya.
IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari alam semesta, diri manusia
dan lingkungannya. IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang
benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara
memecahkan masalah seperti yang disampaikan oleh Winaputra dalam Samatowa
(2011,hlm.3). Hal ini memberikan dukungan untuk menguji model pembelajaran
berbasis masalah dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Masalah yang ditemukan adalah rendahnya kemampuan berpikir kreatif
pada siswa sekolah dasar kelas VI yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti
yang telah diungkapkan peneliti pada latar belakang masalah. Namun dalam
penelitian ini masalah yang diidentifikasi dan dibatasi pada faktor-faktor
1. Siswa kurang aktif dalam proses mendapatkan informasi dan pengetahuan
sehingga terbatas dalam memberikan jawaban yang beragam, rinci,
bervariasi, dan memunculkan ide-ide yang baru.
2. Siswa kurang dalam mengakses sumber informasi dalam memperkaya
pengetahuannya termasuk berkolaborasi dengan sesama siswa.
3. Pembelajaran yang dilakukan dominan berpusat pada guru dengan
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang dalam
mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “ Bagaimana efektivitas model pembelajaran berbasis
masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata
pelajaran IPA kelas VI Sekolah Dasar ?”.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengetahui efektifitas
penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPA kelas VI sekolah
dasar.
Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk :
1. Mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dan setelah
dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah
mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.
10
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
memperkaya pengetahuan yang berhubungan dengan penerapan model
pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
Manfaat penelitian ini dilihat dari aspek teoritis maupun praktis, yaitu
sebagai berikut:
1. Aspek Teoritis
a. Bagi guru mata pelajaran IPA, penelitian model pembelajaran berbasis
masalah akan berdampak pada peningkatan kemampuan berpikir
kreatif siswa dalam pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran
IPA.
b. Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi pembanding dalam melakukan penelitian dengan tema yang
sama.
2. Aspek Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
terhadap upaya pemahaman dan implementasi pembelajaran berbasis masalah
dalam mata pelajaran IPA khususnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif.
Adapun secara operasional diharapkan penelitian ini juga dapat digunakan oleh
para pendidik, pemegang kebijakan dan masyarakat umum di dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran sebagai berikut:
a. Bagi guru mata pelajaran IPA, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan rujukan dan pengetahuan tambahan sehingga ketrampilan
dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, proses
pembelajaran dan penilaian dapat lebih baik khususnya untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
b. Bagi Kepala sekolah dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan
melaksanakan pembelajaran dalam membentuk siswa yang
berkemampuan berpikir kreatif yang tinggi.
c. Bagi instansi terkait seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Yogyakarta, sebagai acuan untuk menentukan kebijakan dan
pengambilan keputusan yang berkenaan dengan pelaksanaan
pembelajaran maupun dalam rangka pembinaan guru kelas maupun
guru mata pelajaran IPA.
F. Struktur Organisasi Tesis
Tesis ini merupakan sumbangan ilmu bagi Program Studi Pengembangan
Kurikulum. Tesis ini membahas tentang efektifitas model pembelajaran berbasis
masalah untuk peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran
IPA kelas VI sekolah dasar. Tesis ini terdiri dari 5 bab yaitu Bab I Pendahuluan,
Bab II Kajian Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Temuan dan
Pembahasan, dan Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi.
Bab I berisi tentang latar belakang penelitian ini dilakukan yaitu terdapat masalah
mengenai rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir kreatif dan alternatif
solusinya dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Pada bab ini
diuraikan lebih lanjut mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan struktur organisasi tesis.
Bab II berisi tentang kajian pustaka yang dimulai dari kajian dasar mengenai
kurikulum dan pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah, kreativitas,
pembelajaran IPA, penelitian-penelitian yang relevan terhadap penerapan model
pembelajaran berbasis masalah, asumsi penelitian dan hipotesis yang diajukan.
Bab III berisi tentang metode penelitian yang digunakan yaitu kuasi eksperimen
dengan desain penelitiannya Non Equivalent Control Group Design. Pada bab ini
juga dijelaskan mengenai partisipan, populasi dan sampel penelitian, instrumen
penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.
Bab IV berisi tentang temuan yang berasal dari olah data yang didapatkan dari
12
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dibahas mengenai hasil penelitian dengan mengaitkan antara temuan penelitian
dengan kajian pustaka pada bab II.
Bab V berisi tentang simpulan berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV,
implikasi dan rekomendasi.
Sistematika penulisan tesis ini mengacu pada pedoman penulisan karya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
kuasi eksperimen. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 107) metode penelitian
eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan. Metode kuasi eksperimen (eksperimen semu) menurut
Sukmadinata (2011,hlm.59) pada dasarnya sama dengan eksperimen murni,
bedanya adalah dalam pengontrolan variabel. Pengontrolan hanya dilakukan
terhadap satu variabel saya, yaitu variabel yang dipandang paling dominan.
Suryabrata(2012,hlm.92) menyebutkan tujuan penelitian eksperimen semu
adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi
yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan
yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan
semua variabel yang relevan.
Metode kuasi eksperimen digunakan oleh peneliti sebab peneliti sulit
membuat kelompok-kelompok buatan sendiri. Peneliti menggunakan
kelompok-kelompok utuh yang sudah ada yaitu dalam bentuk kelas-kelas. Hal
ini sesuai dengan apa yang disampaikan Creswell (2012,hlm.309) bahwa di
bidang pendidikan, banyak situasi eksperimental terjadi di mana peneliti perlu
menggunakan kelompok utuh. Hal ini mungkin terjadi karena ketersediaan
peserta atau karena peraturan melarang membentuk kelompok buatan. Kuasi
eksperimen termasuk tugas, tetapi tidak tugas acak dari peserta untuk
42
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
percobaan. Misalnya, mempelajari program baru matematika mungkin
memerlukan menggunakan beberapa kelas empat yang ada dan menunjuk
salah satu sebagai kelompok eksperimen dan satu sebagai kelompok kontrol.
Secara acak menugaskan siswa untuk dua kelompok akan mengganggu
pembelajaran di kelas.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian eksperimen ini
membagi dua kelas yaitu pertama, kelas eksperimen sebagai kelas diberikan
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)
dan kedua, kelas kontrol sebagai kelas yang tidak diberikan perlakuan yang
sama dengan kelas eksperimen dan digunakan pembelajaran konvensional
yaitu pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dengan menggunakan
metode ceramah dan diskusi.
Penelitian eksperimental menurut Sukmadinata (2011,hlm.194)
mempunyai kekhasan, pertama penelitian eksperimen menguji secara
langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain, kedua menguji
hipotesis hubungan sebab-akibat. Variabel itu sendiri dapat diartikan segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono,2012,hlm.60). Variabel dalam penelitian ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas (variabel yang mempengaruhi)
dan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Sedangkan
variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam rancangan ini adalah Non
Equivalent Control Group Design (Sugiono,2012,hlm.116; Emzir, 2008,
prosedur penempatan acak (without random assigment). Pada dua kelompok
tersebut dilakukan pretest diawal dan diakhir diberikan posttest. Hanya
kelompok eksperimen (A) saja yang diberikan perlakuan sebagai kelas yang
44
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Keterangan :
X : perlakuan dengan model pembelajaran bebasis masalah
O1 : Pretes eksperimen
O2 : Postes eksperimen
O3 : Pretes kontrol
O4 : Postes kontrol
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Luqman
Al Hakim Yogyakarta. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Luqman Al Hakim
Yogyakarta adalah lembaga pendidikan formal jenjang sekolah dasar yang
diselenggarakan oleh Yayasan Sosial dan Pendidikan Islam Luqmanu al Hakiem
di kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta Propinsi DIY.
SDIT Luqman Al Hakim beralamat di Jalan Timoho II Gg. Delima No.2
Yogyakarta Kodepos 55165 dengan nomor telpon (0274) 542928. Sekolah ini
beroperasi sejak tahun 1995 dengan status terakreditasi A pada tahun 2006 dan
2009. Sekolah ini memiliki NSS : 102046014037, NSB : 0021549703006003,
NIS : 100290, dan nomor pokok sekolah nasional (NPSN) 20403412. Ijin
operasional didapat dengan adanya SK GUBERNUR No 180/KPTS/1997 dan SK
KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN No 060/KPB/PK/1997.
2. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,,2012,hlm.117).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VI SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta pada semester 1 tahun ajaran 2014/2015
yang berjumlah 130 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas VI A, 34 siswa kelas VI
B, VI C,VI D dan VI E masing-masing 20 siswa.
3. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sedangkan teknik sampling adalah merupakan teknik
pengambilan sampel (Sugiyono,2012,hlm.118).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Nonprobability Sampling. Sampel yang digunakan peneliti dalam bentuk kelas
dan tidak mengambil sampel secara individu. Ini digunakan dengan alasan apabila
pengambilan sampel secara individu dikhawatirkan situasi kelompok sampel
menjadi tidak alami.
Berdasarkan keterangan diatas sampel yang ditetapkan adalah 2 kelas dari siswa
kelas VI SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta yang terdaftar pada tahun ajaran
2014/2015. Kelas yang digunakan sebagai sampel adalah kelas VIA dan VIB
karena memiliki tingkat homogenitas yang lebih dibandingkan kelas VIC,VID
dan VIE. Dari keduanya dipilih acak dan didapatkan kelas eksperimennya adalah
kelas VIB dan sebagai kelas kontrolnya adalah kelas VIA.
C. Definisi Operasional
Untuk memahami penelitian ditentukanlah definisi operasional sebagai
berikut :
46
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan masalah dunia nyata sebagai fokus atau stimulus untuk belajar
memecahkan masalah bagi siswa sehingga dapat memberdayakan, mengasah,
menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
berkesinambungan melalui penyelidikan mandiri dan proses kerja kelompok
atau tim yang sistematis. Sintaksis model pembelajaran berbasis masalah
sebagai berikut: 1) memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada
siswa; 2) mengorganisasi siswa untuk belajar; 3) membantu investigasi
mandiri dan kelompok; 4) mengembangkan dan mempresentasikan hasil
karya; dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
2. Berpikir kreatif adalah sama dengan berpikir divergen yaitu suatu proses
dimana individu mampu memberikan macam-macam kemungkinan jawaban
berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman
jumlah dan kesesuaian. Aspek-aspek yang dapat diukur untuk berpikir kreatif
meliputi jenis-jenis pemikiran kelancaran/fluency (jumlah ide-ide yang
dihasilkan), fleksibilitas/ flexibility (keragaman ide-ide), orisinalitas/
originality (kelangkaan ide), dan elaborasi/ elaboration (sifat rinci dari
ide-ide). Aspek-aspek kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinalitas
(originality), dan keterincian (elaboration) dalam penelitian diukur dengan
menggunakan soal tes uraian.
D. Instrumen Penelitian
Penelitian ini agar dapat terarah dan sesuai dengan tujuan maka disusunlah
instrumen penelitian. Instrumen penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi yang
dibuat, kemudian dirumuskan menjadi butir-butir pertanyaan yang nantinya akan
dijawab oleh responden. Instrumen pada penelitian ini digunakan dua jenis
instrumen yaitu tes dan non tes. Instrumen dalam bentuk tes menggunakan
seperangkat soal tes uraian (essay) untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif.
Adapun langkah-langkah penyusunan instrumen bentuk tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan materi mata pelajaran IPA yang akan digunakan dalam
penelitian yaitu bab tentang keseimbangan ekosistem.
2. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator mata
pelajaran IPA kelas VI sekolah dasar pada semester 1 bab keseimbangan
ekosistem. Standar Kompetensi (SK) adalah: Memahami pengaruh
kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan. Sedangkan
kompetensi dasarnya (KD) meliputi : 3.1 Mengidentifikasi kegiatan
manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem); 3.2
Mengidentifikasi bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan manusia
yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan; dan 3.3
Mengidentifikasi bagian tubuh hewan yang sering dimanfaatkan manusia
yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan.
3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran bab keseimbangan ekosistem
berdasarkan silabus yang telah ditetapkan pada mata pelajaran IPA kelas VI
sekolah dasar semester 1. (dapat dilihat dalam lampiran)
4. Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian.
5. Melakukan uji coba instrumen kepada responden di luar sampel.
6. Menganalisis instrumen hasil uji coba dan melakukan revisi apabila terdapat
saran perbaikan.
7. Menggunakan soal-soal yang telah di validasi kepada sampel penelitian yaitu
kelompok kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Tes kemampuan berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes dengan bentuk soal tes uraian (essay) yang selanjutnya jawaban siswa dapat di
analisis mengenai kelancaran bepikirnya (fluency), keluwesan berpikirnya
48
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(elaboration). Tes ini menggunakan soal dalam bentuk essai (memerlukan jawaban
dalam bentuk uraian) pada pretes (awal sebelum pembelajaran) dan postes (akhir
perlakuan). Pretes digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kreatif awal siswa
sedangkan postes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa
setelah diberikan perlakuan.
Adapun rincian indikator dan cara menskor kemampuan berpikir kreatif yang
akan diukur adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Deskripsi Indikator dan Cara menskor Kemampuan Berpikir Kreatif
No Aspek
dengan materi yang sedang dibahas.
dengan materi yang
1. uraian jawaban disertai
alasan
2. ditinjau dari sudut pandang
yang berbeda-beda,
3. dinyatakan secara lugas
(dengan menggunakan
kata-2. menggunakan kata-kata dan
istilah yang tak biasa
dipakai oleh kebanyakan
50
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
gagasan/jawaban atau memerinci
secara detail.
Ciri-cirinya adalah :
1. Setiap jawaban disertai
contoh
2. uraian jawaban yang tak
sekedar bersifat garis besar
dari materi,
3. pengungkapan gagasan
menggunakan kalimat yang
lengkap.
2 Jawaban memuat
dua cirinya
3 Jawaban memuat
ketiga cirinya
E. Teknik Analisis Instrumen
Instrumen-instrumen yang telah disusun sebelum digunakan dilakukan
terlebih dahulu pengujian. Pengujian instrumen dilakukan minimal dua yaitu
validitas dan reabilitas. Bagi instrumen tertentu seperti tes hasil belajar
ditambahkan persyaratan daya pembeda dan tingkat kesulitan butir soal, bagi
skala deskriptif ditambahkan persyaratan daya pembeda dan normalitas sebaran
respon (Sukmadinata,2011,hlm.228). Namun untuk instrumen tes kemampuan
berpikir kreatif karena tidak memberikan jawaban benar dan salah dalam
analisisnya, maka tidak ditambahkan pengujian daya pembeda dan taraf
1. Uji Validitas
Validitas menurut Arikunto (2009,hlm.167) adalah keadaan yang
menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa
yang akan diukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Menurut Arikunto (2009,hlm.167) ada dua jenis validitas untuk instrumen
penelitian, yaitu validitas logis dan validitas empiris. Sebuah instrumen dikatakan
memiliki validitas logis apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah
sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Instrumen yang sudah sesuai
dengan isi dikatakan sudah memiliki validitas isi sedangkan instrumen yang sudah
sesuai dengan aspek yang diukur dikatak sudah memiliki validitas konstruksi.
Menurut Riduwan (2008,hlm.109) pengujian validitas konstruksi dapat dilakukan
dengan meminta pendapat ahli (judgement expert). Sugiyono (2010,hlm.352)
mengatakan setelah pengujian konstruk dari ahli selesai, maka diteruskan uji coba
instrumen. Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut diujicobakan pada
sampel dari mana populasi diambil. Data hasil uji coba ditabulasikan dan di olah.
Menguji validitas alat ukur menurut Riduwan (2008,hlm.109) setelah data
diperoleh dan ditabulasikan, terlebih dahulu dicari harga korelasi antar
bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir
alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus
Pearson Product Moment sebagai berikut:
52
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
n : Jumlah responden
Butir soal dianggap valid, jika nilai rhitung > rtabelatau jika nilai sig < α=0,05.
Jika instrumen itu valid, maka dilihat krietria penafsiran mengenai indeks
korelasinya (r) sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,7999 : tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi
Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,199 : sangat rendah (tidak valid)
Data hasil uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif serta validitas butir
soal selengkapnya ada pada lampiran. Hasil validitas butir soal kemampuan
berpikir kreatif setelah dihitung dengan menggunakan software SPSS versi 22
dihasilkan rata-rata > yang berarti semua valid. Adapun hasil
validitas tiap butir soal sebagai berikut :
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Butir Soal
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas untuk jenis data interval/ essay digunakan teknik
Alpha Cronbach (Sugiyono,2010,hlm.365). Rumus koefisien reliabilitas Alfa
Cronbach :
Rumus untuk variansi total dan variansi item :
∑ ∑
Dimana:
= jumlah kuadrat seluruh skor item = jumlah kuadrat subyek
Kriteria instrumen tes yang reliabel yaitu
Jika > rtabel maka butir soal dinyatakan reliabel.
Jika < rtabel maka butir soal dinyatakan tidak reliabel.
Setelah hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS ver.22
didapatkan hasil koefisien alpha cronbach sebesar 0,935. Selanjutnya jika
=0,944 dikonsultasikan dengan nilai Tabel rtabel dengan dk=11,signifikansi 5%=
0,602 (Riduwan,2008,hlm.128). Karena > rtabel maka butir soal dinyatakan
54
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah berupa tes
menggunakan tes berbentuk uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif
siswa. Peneliti menggunakan tes berbentuk uraian karena yang akan diukur tidak
menggunakan jawaban tunggal. Jawaban dari responden bersifat terbuka dan
nantinya akan dianalisis sebagai penentu seberapa tingkat kreatif dari responden.
Data yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif siswa
dikumpulkan melalui pretes dan postes baik pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol. Data yang berkaitan dengan respon siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran berbasis masalah dijaring melalui angket yang diambil pada kelas
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai awal tahun ajaran baru 2014/2015.
Penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian yang dikemukakan oleh Arikunto
(2002,hlm.20) sebagai berikut : Pembuatan rancangan penelitian, Pelaksanaan
penelitian, dan Pembuatan laporan penelitian. Pada tahap pembuatan rancangan
penelitian dilakukan kegiatan-kegiatan seperti penyusunan proposal, seminar
proposal, studi pendahuluan, penyusunan instrumen penelitian, pengujian
instrumen, perbaikan instrumen, dan pengurusan perijinan penelitian ke beberapa
instansi terkait. Pada tahap pelaksanaan penelitian meliputi :implementasi
instrumen, implementasi pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah,
dan tahap pengumpulan data. Sedangkan tahap pembuatan laporan penelitian
meliputi tahap pengolahan data, analisis data, dan penyusunan laporan secara
lengkap.
Langkah-langkah penelitian secara lebih lengkap dapat dilihat dalam bagan
sebagai berikut (Arikunto,2002,hlm.20) :
56
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. Analisis Data
Penelitian ini dalam mengolah data statistik dengan menggunakan
program SPSS Versi 22. Beberapa langkah analisis data yang dilakukan :
1. Penghitungan gain ternormalisasi
Penghitungan gain ternormalisasi dari hasil pretes dan postes baik pada
kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional
dimaksudkan untuk melihat adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif
siswa. Untuk memperoleh gain yang ternormalisasi digunakan rumus yang telah
dikembangkan oleh Hake (1999:1)
g =
Besar gai yang ternormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan krieteria
efektivitas peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah dilakukan
pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. Berikut ini kriteria
untuk gain ternormalisasi (Hake,1999,hlm.1) :
Tabel. 3.4 . Kriteria gain ternormalisasi
Nilai gain ternormalisasi Kriteria
> 0,7 Tinggi
0,7 > (<g>) > 0,3 Sedang
< 0,3 Rendah
2. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas merupakan salah satu cara
memeriksa normalitas pada sebuah sampel. Pada penelitian ini, uji normalitas
program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 22. Uji
Kolmogorov Smirnov merupakan pengujian normalitas yang banyak dipakai.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 :Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Kriteria uji:
Tolak H0 jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < α = 0,05, yang berarti
distribusi adalah tidak normal, sedangkan jika nilai signifikansi atau nilai
probabilitas > α=0,05 H0 diterima, yang berarti distribusi adalah normal.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui keseragaman data penelitian. Uji
homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok
data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Uji
homogenitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical
Product and Service Solution) versi 22 dengan uji LeveneTest.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 : = : kedua data bervariansi homogen
H1 : ≠ : kedua data tidak bervariansi homogen
Kriteria uji:
Tolak H0 jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < α=0,05, yang berarti
kedua data tidak bervariansi homogen, sedangkan jika nilai signifikansi atau nilai
probabilitas > α=0,05, maka kedua data mempunyai variansi yang sama.
4. Uji Hipotesis
Untuk menguji efektivitas perlakuan yang diberikan pada dua kelompok
58
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kedua kelompok itu bebas (independen) maka digunakan t-tes dua sampel
independen (Independent Sampels t-test). Rumus t-tes sebagai berikut:
= Angka rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelompok pertama,(kelas
eksperimen)
= Angka rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelompok kedua, (kelas kontrol)
= Jumlah individu kelompok pertama (kelas eksperimen)
= Jumlah individu kelompok kedua
Uji perbedaan rerata diolah dengan menggunakan software SPSS versi 22.
Hipotesis yang diajukan adalah :
1. Kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum pembelajaran (kemampuan awal)
H0 : = : tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol sebelum
pembelajaran
H1 : ≠ : terdapat perbedaan kemampuan awal berpikir kreatif
siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol sebelum
pembelajaran
2. Kemampuan berpikir kreatif siswa sesudah pembelajaran (kemampuan akhir)
H0 : = : tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol
H1 : ≠ : terdapat perbedaan kemampuan akhir berpikir kreatif
siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol setelah
pembelajaran
3. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
H0 : = : tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan siswa kelas
kontrol
H1 : ≠ : terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol
Kriteria Ujinya :
Ho diterima jika - t tabel < t hitung < t tabel
Ho ditolak jika - t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Atau berdasar probabilitas:
Ho diterima jika P value > 0,05
85
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas model pembelajaran
berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di
sekolah dasar pada mata pelajaran IPA kelas VI. Berdasarkan temuan dan
pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran
baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen tidak memiliki perbedaan
signifikan, sehingga memungkinkan diberikan penerapan model
pembelajaran baik model pembelajaran berbasis masalah maupun
dengan pembelajaran konvensional untuk diuji keefektivitasannya.
Sedangkan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah dilaksanakan
pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik
dari siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional.
2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik
dari siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional.
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah memiliki
kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan keterincian yang lebih baik dari
siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Kemampuan
berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah memiliki
orisinalitas, keluwesan dan keterincian yang kesemuanya berkategori
sedang.
B. Implikasi dan Rekomendasi
Berdasarkan temuan dan pembahasan serta simpulan dalam penelitian ini,
maka penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bagi guru mata pelajaran IPA
Penelitian model pembelajaran berbasis masalah ini dapat digunakan sebagai
contoh keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
terutama dalam pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA.
Selanjutnya para guru dapat menerapkan pada pokok-pokok bahasan yang
sesuai.
2. Bagi Kepala sekolah.
Penelitian ini memberikan bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas
guru mata pelajaran IPA dalam melaksanakan pembelajaran khususnya dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
3. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Yogyakarta.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan rujukan untuk
menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
pelaksanaan pembelajaran maupun dalam rangka pembinaan guru mata
pelajaran IPA.
4. Bagi para peneliti selanjutnya.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pembanding dalam
melakukan penelitian dengan tema yang sama mengenai penerapan model
pembelajaran berbasis masalah maupun tentang kemampuan berpikir kreatif
siswa.
87
Mochamad Yuniardi, 2014
Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. (2009). Learning to teach. 9th ed. New York : McGraw-Hill.
Arikunto, S. (2009). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto,S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Arnyana, I.B.P. (2006). Pengaruh penerapan strategi pembelajaran inovatif pada pelajaran biologi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMA. Dalam : Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. No. 3 TH. XXXIX Juli 2006. ISSN 0215 – 8250. Bali, hlm. 496-515.
Barrows,H.S & Tamblyn,R.M. (1980) Problem-based learning:an approach to
medical education. New York: Springer Publishing
Company.[online].Tersedia di: http://apps.fischlerschool.nova.edu/
toolbox/instructionalproducts/edd8124/fall11/1980-BarrowsTamblyn-PBL.pdf. Diakses 21 April 2014.
Brookhart, S.M. (2010). How to assess higher-order thinking skills in your
classroom. Virginia: ASCD.
Brookhart,S.M. (2013). Assessing creativity. [online]. Tersedia di:
http://www.ascd.org/publications/educationalleadership/feb13/vol70/num0 5/Assessing-Creativity.aspx. Diakses 08 Mei 2014.
Creswell,J.W. (2012). Educational research: planning, conducting, and
evaluating quantitative and qualitative research. 4th ed. Boston: Pearson
Education Inc.
Cropley, A.J. (1997). Mark.A. Runco. (penyunting). More ways than one:
fostering creativity.New Jersey:Ablex Publishing Corporation.
Darmawan (2010).Penggunaan pembelajaran berbasis masalah dalam