PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI KEGIATAN MANUSIA YANG DAPAT
MEMPENGARUHI PERMUKAAN BUMI
MENGGUNAKAN METODE PROBLEM BASED LEARNING
DAN MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS V SEMESTER II
MI DARUL ULUM KARANGASEM WONOSEGORO
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
HANA LAYINATUSSYIFA
(115-14-074)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI KEGIATAN MANUSIA YANG DAPAT
MEMPENGARUHI PERMUKAAN BUMI
MENGGUNAKAN METODE PROBLEM BASED LEARNING
DAN MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS V SEMESTER II
MI DARUL ULUM KARANGASEM WONOSEGORO
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
HANA LAYINATUSSYIFA
(115-14-074)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
v
MOTTO
مِهِسُف نَأِبِاَمِاوُرِّيَغُيِىَّتَحٍِم
ِ ىَقِبِاَمُِرِّيَغُيِ َلََِ َّاللََِّّن
ِِإ“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”(Ar Ra‟ad ayat: 11).
Ilmu Tanpa Agama Laksana Orang Buta, Agama Tanpa Ilmu Laksana Orang Lumpuh
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku (Bapak Ali Mahmud & Ibu Kasmiyati terkasih & tersayang yang senantiasa membesarkanku dengan penuh cinta, kesabaran, dan do‟a restunya)
2. Kedua mertuaku (Bapak Marmo & Ibu Sutiyem terkasih & tersayang)
3. Kepada Suamiku (Muh. Arifin, S.Pd) tercinta yang senantiasa membimbingku dengan penuh cinta, kesabaran dan do‟a restunya.
4. Kepada kakak dan adikku tercinta (Ulfah Rahmawati. S.Pdi & Nur Laila Oktavia)
5. Kepada kawan sejoli sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini (Mariza, Yulia, Desita, Dona & Rima)
6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 khususnya jurusan PGMI 7. Teman-teman PPL di MI Ma‟arif Kutowinangun
8. Teman-teman KKN posko 62 di Grogol , Genengsari, Kemusu, Boyolali. 9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak bisa
vii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa‟atnya min hadza ilaa yaumil qiyaamah Amiin Allahumma Amiin.
Penyusunan skripsi ini bertujuan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan S1 pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), maka penulis membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Kegiatan Manusia yang dapat Mempengaruhi Permukaan Bumi Menggunakan Metode Problem
Based Learning dan Media Visual Pada Siswa Kelas V Semester II MI Darul
Ulum Karangasem Wonosegoro Tahun Pelajaran 2017/2018”. Terselesainya skripsi ini tidak semata-mata hasil dari jerih payah penulis sendiri melainkan banyak pihak yang terkait yang telah membantu baik moril maupun spiritual, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
viii
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Peni Susapti, M.Si. Selaku Ketua Jurusan PGMI
4. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta mengorbankan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas skripsi ini. 5. Bapak Ari Setiawan, S.Pd., M.M., selaku dosen pembimbing akademik
yang telah sabar dan banyak memberikan bimbingan dan pengarahan untuk menjadi yang terbaik.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi yang telah membantu proses penyusunan skripsi.
7. Ayahanda terkasih dan ibunda tercinta (Bapak Ali Mahmud & Ibu Kasmiyati) yang telah tulus dan ikhlas mencurahkan segalanya demi penulis serta kakak dan kakak iparku tersayang (Ulfa Rahmawati, S.Pdi dan Ahmad Mustofa) yang telah memberiku semangat.
8. Suamiku yang tercinta (Muh Arifin, S.Pd)
9. Seluruh keluargaku di rumah yang telah membantu baik materiil maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi di IAIN Salatiga. 10.Keluarga besar MI Darul Ulum Karangasem yang telah memberikan ijin
ix
12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu yang telah memberikan bantuan dan dorongan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Tiada balasan yang dapat penulis berikan kecuali do‟a kepada
Allah SWT, semoga amal sholeh Bapak, Ibu, teman-teman dan semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini diterima disisi Allah SWT dan mendapatkan balasan yang mulia disisi-Nya Amin.
Dengan segenap kesadaran penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis atas segala respon, saran dan kritik dari pembaca yang budiman. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan semoga apa yang tertulis dalam Skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya. Amin ya robbal „Alamin.
Salatiga, 22 Juli 2018 Penulis
Hana Layinatussyifa
x ABSTRAK
Layinatussyifa, Hana. 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Kegiatan Manusia yang dapat Mempengaruhi Permukaan Bumi Menggunakani Metode Problem Based Learning dan Media Visual Pada Siswa Kelas V Semester II Mi Darul Ulum Karangasem Wonosegoro Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.Pembimbing: Peni Susapti, S.Si. M.Si
Kata Kunci: Hasil Belajar, Pendidikan
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa MI Darul Ulum Karangasem pada pembelajaran IPA. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah kurangnya variasi metode yang digunakan saat pembelajaran. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: apakah penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dan media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Kegiatan Manusia yang dapat Mempengaruhi permukaan bumi pada siswa kelas V MI Darul Ulum Karangasem Wonosegoro Tahun Pelajaran 2017/2018?
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebanyak dua siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V MI Darul Ulum Karangasem Wonosegoro dengan jumlah siswa sebanyak 22 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes dan dokumentasi.
xi DAFTAR ISI Hal
Judul ……….i
Persetujuan ……….ii
Susunan Panitia Penguji ……….... iii
Surat Pernyataan ……….iv
Motto ……….v
Persembahan ……….vi
Kata Pengantar ……..……….vii
Abstrak ……..……….x
Daftar Isi …..……….xi
Daftar Tabel ……….xv
Daftar Gambar ……..……….xvi
Daftar Lampiran ………. xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………1
B. Rumusan Masalah ………..8
C. Tujuan Penelitian ………8
D. Hipotesis Penelitian ………9
xii
F. Manfaat Penelitian ………..9
G. Definisi Operasional ………...11
H. Metodologi Penelitian ……….14
I. Sistematika Penulisan ……….24
BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI ……….26
1. Pengertian Hasil Belajar ……….…26
a. Macam – macam Hasil Belajar ………...27
1) Pemahaman Konsep ……….27
2) Keterampilan Proses ……….28
3) Sikap ……….28
b. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar .………29
1) Faktor Internal ……….29
c. Kegiatan Manusia Yang Dapat Mempengaruhi Permukaan bumi………32
1) Perubahan Permukaan Bumi Akibat Pertanian …………32
2) Perubahan Permukaan Bumi Akibat Kegiatan Pembangunan………34
xiii
Permukaan Bumi ………..…..35
3. Metode Problem Based Learning ……..………39
a. Karakteristik Problem Based Learning ………. 41
b. Langkah – langkah Problem Based Learning ………….…..43
1. Penelitian Tentang Kajian PBL ………49
2. Penelitian Tentang Kajian Media Visual ………..50
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM ……….……….53
1. Letak Geografis ………53
2. Sarana dan Prasarana ………,,,,,,..54
3. Keadaan Guru dan Siswa ………..55
B. DESKRIPSI PELAKSANAAN SIKLUS I ……….57
1. Tahapan Perencanaan ………...57
2. Tahapan Pelaksanaan ………...58
3. Tahapan Pengamatan ………60
4. Releksi ………...61
C. DESKRIPSI PELAKSANAAN SIKLUS II ………62
1. Tahapan Perencanaan ………62
2. Tahapan Pelaksanaan ………62
3. Tahapan Pengamatan ………65
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Paparan Siklus ……….66
1. Pra-siklus ………67
2. Siklus I ………71
3. Siklus II ………...76
B. Perbandingan Hasil Antar Siklus ………...80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………..82
xv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1: Data Guru ………..………..56
Tabel 3.2: Jumlah Siswa ………...57
Tabel 4.3.: Hasil Belajar Pra Siklus ……….67
Tabel 4.4.: Data Perolehan Nilai KKM Pra Siklus ………..68
Tabel 4.5: Hasil Belajar Siklus I ………71
Tabel 4.6: Data Perolehan Nilai KKM Siklus I ……….72
Tabel 4.7: Hasil Belajar Siklus II ……….……….76
Tabel 4.8: Data Perolehan Nilai Siklus II………...77
Tabel 4.9: Data Nilai Rata –rata Antar Siklus ………..80
xvi
DAFTAR GAMBAR
Hal
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Lampiran 3: Lembar Observasi Siswa Siklus I
Lampiran 4: Lembar Observasi Siswa Siklus II Lampiran 5: Lembar Observasi Guru Siklus I Lampiran 6: Lembar Observasi Guru Siklus II Lampiran 7: Materi Pembelajaran
Lampiran 8: Data Nilai Pra Siklus Lampiran 9: Soal Tes Siklus I Lampiran 10: Soal Tes Siklus II Lampiran 11: Hasil Nilai Siklus I Lampiran 12: Hasil Nilai Siklus II
Lampiran 13: Dokumentasi Foto Penelitian Lampiran 14: Daftar Riwayat Hidup Lampiran 15: Surat Iijin Peelitian
Lampiran 16: Surat Keterangan Penelitian Lampiran 17: Daftar Nilai SKK
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Jumali, 2004: 85). Tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen utama pada sistem pendidikan. Dengan tujuan pendidikan diharapkan proses pendidikan dapat mencapai hasil secara efektif dan efisien. Apabila tujuan pendidikan tidak digariskan secara tegas, maka pendidikan akan mengalami ketidakpastian dalam prosesnya yang akibatnya manusia sebagai outputPendidikan tidak memiliki patokan atas pelaksanaan hidup luhur yang sesuai hakekatnya sebagai manusia (Jumali, 2004: 48).
sehari-2
hari. Selain itu disebutkan juga pencapaian Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Dapat disimpulkan bahwa pelajaran IPA perlu diberikan pada peserta didik untuk membekali kemampuan berpikir ilmiah, sistematis, kritis, bekerja sama dan menyelesaikan masalah.
Telah diketahui bahwa kegiatan IPA berawal dari pengamatan dan pencatatan baik terhadap gejala-gejala alam pada umumnya maupun dalam percobaan-percobaan yang dilakukan dalam Laboratorium. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi ini manusia berusaha untuk merumuskan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum dan teori. Jika dilihat dari arah prosesnya maka dalam hal ini eksperimen mendahului teori. Proses IPA tidak berhenti di sini tetapi dari hasil IPA yang berupa konsep, prinsip, hukum, dan teori ini masih terbuka kesempatan untuk diuji kebenarannya. ( Abdullah, 1991: 21).
Mata pelajaran yang diajarkan di jenjang sekolah dasar atau Madrasah
Ibtida’iyah salah satunya adalah mata pelajaran IPA. Pelajaran IPA sangat
3
pertanian, pembangunan, dan penambangan. Lingkungan harus di jaga dengan baik jangan sampai kegiatan manusia merusak lingkungan sekitar. Untuk itu harus diajarkan sejak dini bagaimana menjaga lingkungan dengan baik sehingga siswa akan lebih berhati-hati terhadap kegiatanmya pada lingkungan sekitar. Dari situlah siswa akan lebih memahami dan mengetahui kegiatan–kegiatan yang dapat merusak lingkungan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Ar Rum ayat 41 :
ََاوِّرَبْلاِىفُداَسَفْلاَرَهَظ
َْيِذّلاَ َضْعَبَْمُهَقْيَِذُيِلَِسَّانلاَيِذُيِلَِساَنّلاَيِدْيَاَ ْتَبَسَكَامِبِرْحَبْل
َُعِجْرَيَْمُهَّلَعَلَْاىُلِمَع
ََنْى
Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).
Berdasarkan penjelasan ayat diatas bahwa telah banyak kerusakan yang terjadi di bumi akibat kegiatan manusia. Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam dapat menyengsarakan manusia itu sendiri. Tanah longsor, banjir, kebakaran hutan, kekeringan, dan udara serta air yang tercemar adalah buah kelakuan manusia yang justru merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.
4
ada pada IPA mengajarkan untuk berpikir logis, rasional, kritis, cermat, efisien, efektif yang akan berguna pada era yang akan datang.
Faktor rendahnya hasil belajar IPA adalah guru dan siswa. Guru mengajar hanya dengan teori dari dalam buku melalui proses ceramah dan menjadikan kelas kurang menyenangkan, sehingga membuat siswa kurang antusias mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Penggunaan metode ceramah dalam pelajaran IPA masih banyak digunakan oleh guru, hal ini menyebabkan siswa pasif dalam kegiatan belajar di kelas, karena dalam mempelajari ilmu sebagian besar diperoleh dari guru, siswa tidak diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri.
Pembelajaran aktif dan partisipatif mendorong anak untuk belajar dengan cara yang paling efektif melalui tindakan dan kata-kata. Fokusnya lebih pada apa yang dilakukan para murid daripada yang dibuat oleh guru. Guru bertindak sebagai fasilitator, dalam arti guru membantu dan mendampingi kegiatan belajar murid yang berlangsung lewat berpengalaman dan melakukan kegiatan (Daryanto, 2012:250).
5
strategi dalam pembelajaran diharapkan siswa mampu mencapai hasil yang baik dalam proses pembelajaran, dalam hal ini strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah atau teori belajar tertentu.
6
lainnya masih belum memenuhi KKM. Ini dapat disimpulkan bahwa hanya 45% siswa yang berhasil mencapai KKM sedangkan 55% siswa lainnya belum berhasil sehingga peneliti menarik kesimpulan bahwa siswa belum paham mengenai materi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi yang diajarkan guru.
Pengajaran yang konvensional siswa cenderung hanya mendengarkan ceramah dari guru yang menyebabkan siswa merasa bosan dengan suasana tersebut, guna mengatasi hal itu, maka penggunaan media visual perlu diterapkan dalam proses pembelajaran. Media visual atau gambar merupakan salah satu media pembelajaran yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan kesederhanaanya, tanpa memerlukan kelengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk mengamatinya ( Sudjana dan Rifa’i, 1997 : 71). Media visual atau gambar memilki sejumlah kelebihan. Menurut Sadiman, dkk. (2006:29) dan Sudjana
dan Rifa’i (1997:17) diantaranya adalah : 1) bisa menyampaikan banyak
pesan, seperti kata pepatah cina bahwa “sebuah gambar berbicara lebih
banyak daripada seribu kata”, 2) sifatnya konkret dibanding dengan
7
dapat kita lihat seperti apa adanya. Gambar atau foto amat bermanfaat dalam hal ini.
Adapun beberapa keunggulan dari media gambar atau foto itu antara lain : 1) media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan visual kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan lebih jelas dalam bentuk gambar atau foto, 2) foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman, 3) foto berharga murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus ( Sukiman, 2012: 86-87).
Untuk lebih memudahkan siswa memahami pembelajaran tentang materi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi, dalam pembelajaran perlu diterapkan media visual dan digabungkan dengan metode Problem Based Learning ( Pembelajaran Berbasis Masalah). Metode Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran, yang mana siswa belajar dengan memecahkan masalah terbuka dan menantang. Masalah yang ditugaskan untuk dipecahkan adalah yang autentik dan diselesaikan secara berkelompok atau dalam tim yang berbasis sosial dan kontekstual.
8
pada siswa melalui kerja kelompok; dan (4) siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini penulis tertarik memberikan alternatif pemecahan masalah dengan mengadakan penelitian berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Kegiatan Manusia yang dapat Mempengaruhi Permukaan Bumi Menggunakan Metode Problem Based Learning dan Media Visual Pada Siswa Kelas V semester II MI
Darul Ulum Karangasem Wonosegoro Tahun Pelajaran 2017/2018”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan metode problem based learning dan media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi pada siswa kelas V MI Darul Ulum Karangasem Tahun pelajaran 2017/2018”?
C. TUJUAN PENELITIAN
9 D. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternative tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa, 2011: 63).
Berdasarkan rumusan masalah di atas hipotesis dalam penelitian ini adalah “Penggunaan Metode Problem Based Learning dan Media Visual dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Kegiatan Manusia yang dapat Mempengaruhi Permukaan Bumi Pada Siswa Kelas V semester II MI Darul Ulum Karangasem Tahun Pelajaran 2017/2018”
E. INDIKATOR KEBERHASILAN
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dan media visual ini dikatakan efektif apabila indikator keberhasilan yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikator keberhasilan yang dirumuskan adalah hasil belajar siswa dikatakan berhasil apabila 75% dari jumlah siswa telah tuntas (Mulyasa, 2008: 256) dari nilai KKM yang ditetapkan di MI Darul Ulum Karangasem Wonosegoro.
F. MANFAAT PENELITIAN
10 1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan yang ilmiah bagi pengembangan IPA;
b. Memberi masukan dalam khasanah keilmuan untuk perkembangan kemajuan dalam bidang pendidikan;
c. Menambah wawasan dalam bidang penelitian dan pembuatan karya ilmiah dan memberikan sumbangan pikiran bagi lembaga dimana tempat mahasiswa menimba ilmu.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis bagi siswa, guru, dan sekolah.
a. Manfaat bagi Siswa
1) Meningkatkan minat dan pemahaman siswa dalam belajar IPA. 2) Meningkatkan prestasi belajar siswa.
3) Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas, baik secara individu maupun kelompok.
4) Melatih keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat, ide, pertanyaan, dan saran di depan teman-temannya.
11 b. Manfaat bagi Guru
1) Memperoleh gambaran tentang peningkatan hasil belajar IPA materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit melalui media visual dan metode problem based learning.
2) Memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan;
3) Memberikan informasi baru bagaimana cara mengatasi permasalahan yang muncul dalam proses belajar-mengajar.
c. Manfaat bagi Sekolah
1) Memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran;
2) Meningkatkan kualitas madrasah tersebut karena dapat mengembangkan metode dan media pembelajaran yang tepat dan meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan. 3) Sebagai tambahan pemahaman mengenai Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
G. DEFINISI OPERASIONAL 1. Hasil Belajar
12
yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu (Susanto , 2013: 5).
2. Ilmu Pendidikan Alam (IPA)
H.W.Fowler mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan diluruskan, yang berhubungan dengan gejala – gejala kebendaan dan didasarka terutama atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes
didalam bukunya “Scince in education” menyatakan bahwa IPA adalah
pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus (Ahmadi dan Supatmo, 2000: 1).
3. Materi Kegiatan Manusia Yang Dapat Mempengaruhi Permukaan Bumi
Beberapa aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi antara lain:
a. Pembakaran dan penebangan hutan secara liar
13 b. Kegiatan pembangunan
Pembangunan jalan yang melewati hutan dapat merusak lingkungan. Pohon – pohonyang menjadi tempat tinggal dan sumber makanan hewan ditebang sehingga hewan tersebut terancam keberadaannya. Pembangunan rumah diperbukitan, sangat mengganggu keseimbangan lingkungan. Daerah daerah diperbukitan dapat terkena bencana, seperti banjir dn tanah longsor.
c. Pembuangan limbah pabrik
Pembuangan limbah pabrik kesungai akan menyebabkan pencemaran sungai. Limbah pabrik tersebut mengandung bahan – bahan kimia yang beracun. Tentu saja hal tersebut dapat membahayakan makhluk hidup disungai pembuangan makhluk hidup disungai dapat membunuh ikan – ikan dan tumbuhan yang hidup disungai. Hal ini dapat merusak keseimbangan ekosistem sungai (Yulianti, 2012: 367-368).
14 5. Media Visual
Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang akan disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar atau ilustrasi, sketsa atau gambar garis, grafik, bagan, chart, dan gabungan dua bentuk atau lebih. Foto menghadirkan soal ilustrasi melalui gambar yang hampir menyamai kenyataan dari suatu objek atau situasi. Sementara itu, grafik merupakan representasi simbolis dan artistic sesuatu objek atau situasi (Arsyad, 1997: 104).
H. METODOLOGI PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian PTK. Menurut Mulyasa, (2011:10) penelitian tindakan kelas merupakan penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Aqib dkk, 2009: 3).
15
Menurut Arikunto (dalam Suyadi, 2011:18), PTK adalah
gabungan dari pengertian dari kata “penelitian, tindakan, dan kelas”.
Penelitian adalah kegiatan mengamati suatu objek, dengan menggunakan kaidah metodologi tertentu untuk mendapatkan data yang bermanfaat bagi peneliti dan orang lain demi kepentingan bersama. Selanjutnya tindakan adalah suatu perlakuan yang sengaja diterapkan kepada objek dengan tujuan tertentu yang dalam penerapannya dirangkai menjadi beberapa periode atau siklus. Dan kelas adalah tempat dimana sekelompok siswa belajar bersama dari seorang guru yang sama dalam periode yang sama.
Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai PTK dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pengamatan yang menerapkan tindakan didalam kelas yang dilakukan secara sengaja untuk mengetahui kondisi atau masalah dalam suatu kelas serta mencari solusi dari masalah yang ditemukan dengan menggunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan dalam beberapa periode atau siklus.
Beberapa alasan penulis memilih Penelitian Tindakan Kelas yaitu: a. Melalui PTK, guru akan menjadi tanggap dan peka terhadap segala
sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran di kelasnya.
16 1. Subyek Penelitian
a. Subyek
Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas V MI Darul Ulum Karangasem Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali dengan jumlah keseluruhan 22 siswa yaitu laki–laki 10 dan 12 siswa perempuan.
b. Lokasi
Tempat penelitian ini di laksanakan di MI Darul Ulum Karangasem Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
c. Waktu
Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 08 Mei 2018 sampai dengan selesai.
2. Langkah – Langkah Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksankan melalui proses berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu :
a. Merencanakan b. Melakukan Tindakan c. Mengamati
17
Keempat tahap tersebut merupakan satu siklus atau daur sehingga setiap tahap akan terulang kembali. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang di lakukan belum berhasil memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru. Setelah siklus ini berlangsung beberapa kali, barangkali perbaikan yang di inginkan sudah terjadi. Dalam hal ini, daur PTK dengan tujuan yang direncanakan sudah berakhir, namun akan muncul masalah atau kerisauan baru dari guru. Masalah ini akan kembali di pecahkan mengikuti daur PTK (Aqib, 2017: 56)
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM , PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan pemantapan rasional dari tindakan mereka yang melaksankan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.
PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
18
isi atau situasi pembelajaran yang lebih efektif sehingga profesionalisme mereka berkembang.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru.
19
Gambar 1: Model tahapan-tahapan pelaksanaan PTK (Arikunto, 2006: 16)
1. Identifikasi Masalah a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk merancang kegiatan pembelajaran IPA dengan materi perubahan penampakan bumi dan benda langit, kegiatan ini meliputi : 1) Mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan cara observasi
dan wawancara.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3) Menyiapkan sumber belajar dan media yang akan digunakan
dalam pembelajaran.
20 b. Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dan menerapkan apa yang telah direncanakan. Penerapan pembelajaran sesuai dengan scenario pembelajaran yang tertulis pada RPP dan tahap perencanaan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung, tindakan ini untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah melaksanakn pembelajaran dengan menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: pendahuluan, inti, dan penutup.
c. Observasi
Pada tahap ini, peneliti mengamati proses pembelajaran dari awal sampai akhir dengan menggunakan lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa mampu menyerap konsentrasi secara maksimal atau tidak serta untuk mengetahui aktivitas siswa ketika proses kegiatan belajar-mengajar.
d. Refleksi
21
dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk mengkaji kekurangan yang muncul dalam pelaksanaan siklus pertama.
3. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
a. Pedoman observasi
Pedoman observasi disusun untuk memantau situasi saat proses pembelajaran berlangsung dan untuk mengukur perkembangan yang telah tercapai dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa.
b. Soal tes tertulis
Soal tes tertulis digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai yang bisa menggambarkan pencapaian target kompetensi dalam mata pelajaran IPA materi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.
c. Lembar Observasi
22
kesimpulan pelaksanaan pembelajaran pada siklus tersebut yang akan direfleksikan pada siklus berikutnya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Observasi
Observasi adalah suatu pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung untuk memperoleh data yang konkret. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Selain itu, peneliti melakukan pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario pembelajaran dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.
b. Dokumentasi
23 c. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang lebih rinci untuk melengkapi data hasil observasi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara memiliki sifat yaitu berupa metode penunjang dalam terlaksananya suatu penelitian. 5. Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu sebesar 65. Oleh karena itu, setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya atau mencapai KKM 65 jika nilai yang
diperoleh siswa ≥ 65. Sebaliknya, jika siswa dikatakan belum tuntas
belajarnya atau belum mencapai KKM jika nilai yang diperoleh siswa
65.
Adapun indikator keberhasilan yang dirumuskan adalah hasil belajar siswa dikatakan berhasil apabila 75% dari jumlah siswa telah tuntas. (Mulyasa, 2008: 256).
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
a. Menghitung nilai rata-rata kelas
M =
24 = Jumlah nilai semua siswa N = jumlah siswa
b. Menghitung untuk ketuntasan belajar
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar, digunakan rumus sebagai berikut:
p = x 100%
Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya (Aqib, dkk, 2014: 39-41).
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dalam pembahasan penelitian ini, sistematika yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, indikator penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
25
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
Berisi: gambaran umum lokasi penelitian dan subjek penelitian, deskripsi pelaksanaan siklus I dan deskripsi pelaksanaan siklus II.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi : hasil penelitian dan pembahasan.
BAB V PENUTUP
26
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Kajian Teori
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang reletif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru mentapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan – tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional (Susanto, 2013: 5).
27
berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa. (Susanto , 2013: 6)
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Dalam hal ini, Gagne dan Briggs mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Lebih jauh dalam hubungannya dengan hasil belajar Gagne dan Briggs mengemukakan adanya lima kemampuan yang diperoleh seseorang sebagai hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, strategi, kognitif, informasi verbal, keterampilan motoric dan sikap. Keterampilan intelektual adalah suatu kemampuan yang membuat seseorang menjadi kompeten terhadap sesuatu sehingga ia dapat mengklasifikasi, mengidentifikasi, mendemonstrasikan dan menggeneralisasikan suatu gejala (Sam‟s, 2010: 33-34).
a. Macam – macam Hasil Belajar
Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan diatas meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pemahaman Konsep
28
siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.
Menurut Dorothy J. Skeel dalam Nursid Sumaatmadja (2005: 2-3), konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Jadi, konsep ini merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian.
2) Keterampilan Proses
Usman dan Setiyawati (1993: 77) mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan social yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.
3) Sikap
Menurut Lange dalam Azwar (1998: 3), sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik.
29
individu maupun objek – objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang.
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukkan kualitas hasil belajar (Baharudin dan wahyuni , 2007: 19).
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor – faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
2) Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor – faktor endogen, faktor – faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial. 2. IPA
a. Pengertian IPA
30
akibatnya. Cabang ilmu yang termasuk anggota rumpun IPA saat ini antara lain Biologi, Fisika, IPA, Astronomi / Astrofisika, dan Geologi.
IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya dua hal berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan factual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah. ( Wisudawati dan Sulistiyowati, 2014: 22).
Sebenarnya tidaklah mudah mendefinisikan apakah IPA itu. Ada yang mendefinisikan bahwa “IPA” merupakan ilmu yang sistematis
dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes di dalam bukunya “Science in Education” menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus.
31
Jadi dapatlah disetujui bahwa IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus yaitu melakukan observasi ekperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu secara demikian ini terkenal dengan nama metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya merupakan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Metode ilmiah inilah merupakan dasar metode yang digunakan dalam IPA (Abdullah dan Rahma, 1992: 18).
b. Cara Berpikir IPA
Cara berpikir IPA meliputi : 1)Percaya (Believe)
Kecenderungan para ilmuwan melakukan penilitian terhadap masalah gejala alam dimotivasi oleh kepercayaan bahawa hokum alam dalam dapat di konstruksi dari observasi dan diterangkan dengan pemikiran dan penalaran.
2)Rasa Ingin tahu (curiosity)
Kepercayaan bahwa alam dapat dimengerti didorong oleh rasa ingin tahu untuk menemukannya.
3)Imajinasi (Imagination)
32
4) Penalaran (Reasonin)
Penalaran setingkat dengan imajinnasi. Para ilmuan juga mengandalkan penalaran dalam memecahkan masalh gejala alam. 5)Koreksi Diri (Self examination)
Pemikiran ilmiah adalah sesuatu yang lebih tinggi daripada sekedar suatu usaha untuk mengerti tentang alam. Pemikiran ilmiah juga merupakan sarana untuk memahamidirinya,unruk melihat seberapa jauh para ahli sampai pada kesimpulan tentang alam.
c. Kegiatan Manusia yang Dapat Mempengaruhi Permukaan Bumi. Manusia melakukan berbagai kegiatan untuk
melangsungkan hidupnya. Berbagai kegiatan manusia tersebut dapat
merubah keadaan permukaan bumi. Perubahan dapat bersifat positif.
Namun, dapat pula bersifat negative (Maryanto dan Purwanto, 2009:
178).
1) Perubahan Permukaan Bumi Akibat Kegiatan Pertanian
Tanah adalah sumber daya alam yang dapat diolah. Di atas tanah
dapat dikembangbiakkan tumbuhan dan hewan. Di atas tanah,
manusia melakukan kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian
bertujuan untuk menghasilkan bahan pangan, sandang, papan,
dan lain-lain.
Berkaitan dengan usaha membudidayakan tanah,
33
a) Pembukaan Hutan
Pembukaan hutan dilakukan untuk memperoleh lahan
pertanian. Namun, pembukaan hutan yang berlebihan dan
tidak bertanggung jawab dapat menyebabkan:
i. Lahan/tanah gundul
ii. Lahan gersang karena ditinggalkan, dan lain-lain.
b) Perkebunan
Jumlah penduduk selalu bertambah sehingga
kebutuhannya juga meningkat. Contohnya kebutuhan
pangan. Peningkatan kebutuhan pangan tidak diikuti dengan
peningkatan lahan pertanian. Lahan pertanian justru makin
berkurang. Banyak lahan pertanian yang dibangun
perumahan, pabrik maupun gedung perkantoran. Keadaan
ini mendorong pembukaan lahan baru untuk pertanian dan
perkebunan. Hutan menjadi sasaran dalam pembukaan
lahan untuk perkebunan dan pertanian (Priyono dan
Martini, 2009: 148).
c) Pengolahan Tanah
Beberapa kegiatan pengolahan tanah yang dapat
menyebabkan perubahan permukaan bumi antara lain:
i.Pembajakan lahan dengan mesin traktor.
ii.Pengolahan lahan miring menjadi berteras-teras
34
d) Waduk dan Bendungan
Waduk atau bendungan adalah daratan yang dibuat
cekungan besar kemudian diisi air. Waduk berfungsi untuk mengaliri lahan-lahan pertanian, PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), dan perikanan. Waduk ini juga berfungsi sebagai penampung air hujan (Winarti dkk, 2009: 106). 2) Perubahan Permukaan Bumi Akibat Kegiatan Pembangunan
Sejak manusia ada, kegiatan pembangunan berlangsung terusmenerus. Mula-mula manusia hanya
membangun rumah tempat tinggal. Lama-kelamaan
dibangun pula berbagai sarana dan prasarana yang
memudahkan kehidupan manusia. Misalnya jalan,
jembatan, rel KA, dan lain-lain.
Kegiatan pembangunan dapat merubah permukaan
bumi. Di antaranya adalah:
a) Mengubah lahan persawahan menjadi bangunan pabrik,
perumahan, dan lain-lain.
b) Mengubah lahan persawahan untuk jalan tol.
c) Mengubah permukiman dan persawahan menjadi
waduk;
d) Membabat hutan di lereng bukit untuk lahan
35
e) Penimbunan pantai (reklamasi) untuk lahan
permukiman.
3) Perubahan Permukaan Bumi Akibat Kegiatan Pertambangan Pertambangan adalah kegiatan pengambilan hasil-hasil
tambang atau mineral dari permukaan maupun dari dalam perut
bumi.
Penggalian bahan tambang menyebabkan perubahan
permukaan bumi. Karena pengambilan bahan tambang ini dengan cara membuka lapisan permukaan bumi. Penggalian bahan tambang harus dilakukan dengan perhitungan yang baik. Daratan yang semula subur dapat menjadi tandus akibat kegiatan penambangan ini (Maryanto dan Purwanto, 2009: 179). Berbagai bentuk kegiatan pertambangan turut mengubah permukaan bumi, misalnya:
a) Kegiatan penggalian yang dilakukan untuk mengambil
mineral di dalam perut bumi.
b) Kegiatan pengeboran baik di daratan maupun di lautan untuk
mengambil minyak dan gas bumi.
c) Kegiatan pengolahan bahan tambang.
36
Kebutuhan manusia tidak terbatas, manusia selalu berusaha agar kebetuhan tersebut terpenuhi. Di alam tersedia berbagai bahan kebutuhan manusia yang disebut sumber daya alam.
Sumber daya alam dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, sangat disayangkan terkadang manusia inilah yang dapat mengubah permukaan bumi.
1. Pembakaran Hutan
Akhir-akhir ini manusia banyak melakukan pembakaran hutan untuk dijadikan lahan pertanian, pemukiman penduduk, dan untuk industri. Kawasan hutan yang dijadikan lahan pertanian biasanya berubah menjadi tanah tandus dan gersang. Hal ini karena setelah panen biasanya ladang ini akan ditinggalkan. Sistem perladangan seperti ini disebut perladangan berpindah. Akhirnya hutan yang dahulu menghijau menjadi tanah tandus dan gersang.
Selain untuk lahan pertanian, biasanya pembakaran hutan bertujuan untuk membangun pemukiman penduduk dan mendirikan pabrik.
2. Penebangan Hutan secara Liar
37
Penebangan liar di Indonesia dimulai di Kalimantan pada awal tahun 1990-an. Akhirnya penebangan liar ini meluas sampai Sumatra dan Sulawesi. Penebangan liar ini membuat hutan di Indonesia rusak. Proses penebnagn hutan secara liar ini disebut penggundulan hutan.
Pepohonan sangat penting bagi kehidupan di Bumi. Jadi, penebangan pohon harus dilakukan secara hati-hati dan disertai dengan usaha melestarikannya. Penebangan hutan harus disertai dengan penanaman kembali benih-benih pohon yang telah ditebang. Melalui cara ini kelestarian hutan tetap terjaga.
Penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadinya perubahan permukaan bumi. Hutan ini akan berubah menjadi lahan tandus dan gersang. Selain itu, penggundulan hutan juga berdampak pada kehidupan makhluk hidup. Penggundulan hutan telah membunuh ratusan spesies tumbuhan dan hewan. Banyaknya pohon yang ditebangi menyebabkan hewan-hewan hutan kehilangan makanan dan tempat berlindung
3. Penambangan
38
Penambangan terbuka adalah penambangan yang dilakukan di permukaan bumi. Beberapa bahan tambangn seperti tembaga, besi, batu bara, kapur dan alumunium sering ditemukan di permukaan bumi. Oleh karena itu, untuk mengambilnya tidak perlu menggali. Kegiatan ini mengubah bentuk permukaan bumi menjadi lubang-lubang bekas penambangan.
Bahan tambang lainnya digali dari terowongan yang berada ratusan meter di bawah permukaan tanah. Cara ini disebut penambangan bawah tanah. Penambangan ini lebih sulit daripada penambangan di permukaan. para penambang menggali sebuah lubang menuju kedalam tanah dan mengambil bijih. Pengambilan bijih ini menggunakan bora tau bahan peledak sebelum diangkut ke permukaan. Kegiatan ini menimbulkan tanah berongga. Tanah yang berongga menyebabkan tanah kurang kuat sehingga bisa runtuh.
Selain penambangan terbuka dan penambangan bawah tanah, ada juga cara lainnya yaitu pengerukan. Pengerukan merupakan cara lain yang digunakan untuk mengumpulkan logam-logam yang terendap di dalam batuan di dasar sungai atau sumber air lainnya (Azmiyawaty, 2008: 162-165).
4. Pembangunan jalan
39
canggih. Alat tersebut dibuat untuk memudahkan pekerjaan manusia, contohnya kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor dibuat sebagai alat transportasi.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda dapat menyebabkan kemacetan. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan pelebaran jalan. Pelebaran jalan atau pembangunan jalan baru dapat menyebabkan lahan pertanian beralih fungsi (Rositawaty dan Muharam, 2008: 138).
a. Pengaruh Positif
1) Dibidang pertanian dapat meningkatkan hasil pangan 2) Mudahnya jalur transportasi karena pembangunan jalan. 3) Terpenuhinya kebutuhan tempat tinggal.
b. Pengaruh Negatif
1) Menyebabkan kerusakan hutan dan berkurangnya persediaan air tanah.
2) Hilangnya daerah resapan air
3) Hutan yang rusak menyebabkan tanah menjadi tandus
4) Terjadinya erosi, tanah longsor, dan banjir bandang (Kholil dan Prowida, 2009: 180).
3. Metode Problem Based Learning
40
adalah yang otentik dan diselesaikan secara berkelompok atau dalam tim yang berbasis sosial dan kontekstual. Siswa mengandalkan pengetahuan mereka tentatang masalah, mengidentifikasi “informasi yang mereka
butuhkan untuk memecahkan masalah dan strategi yang akan mereka gunakan untuk memecahkan masalah”.
Pembelajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran aktif dan kolaboratif, serta berpusat kepada peserta didik, sehingga mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah secara mandiri. Pembelajaran berbasis masalah dapat dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. Misalnya, peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan sendiri, dan menyelesaikan masalah tersebut di bawah bimbingan fasilitator atau pendidik (Suyadi, 2013: 130).
Aspek terpenting dalam pembelajaran berbasis masalah adalah bahwa pembelajaran dimulai dengan permasalahan, dari permasalahan tersebut akan menentukan arah pembelajaran dalam kelompok. Dengan membuat permasalahan sebagai tumpuan pembelajaran, peserta didik di dorong untuk mencari informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan.
41
pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar; (3) terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok; dan (4) siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
Kekurangan metode PBL yaitu (1) PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pembelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah/(2) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan pembagian tugas.
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemapuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan actual siswa, untuk merangsang kemampuan bepikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, dan demokratis.
Problem based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan (Shoimin, 2014: 130-132) .
42
1) Learning is student Centered proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstrukvisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2) Authentic Problem form the organizing focus for learning masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah otentk sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti. 3) New information is acquired trough self directed learning dalam
proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
4) Learning occurs in small group agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksaanakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.
43
b. Langkah – Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.).
3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, dan pemecahan masalah.
4) Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses – proses yang mereka gunakan (Shoimin, 2014: 131).
4. Media Visual
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟, atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media
44
keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2011: 91). Secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan, antara lain :
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
45
Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui observasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.
Bentuk visual berupa (a) gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b) diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi material; (c) peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi; (d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran atau kecendurungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau angka-angka (Arsyad, 2011: 91).
46
televise, percetakan dan produksi. Pesan – pesan visual sangat efektif dalam memperjelas informasi, bahkan lebih jauh lagi dapat mempengaruhi sikap seseorang, membentuk opini masyarakat dan lain – lain (Sanaky, 2013: 114).
Pada beberapa penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa pengajaran akan lebih efektif apabila objek dan kejadian yang menjadi bahan pengajaran dapat divisualisasikan secara realistic menyerupai keadaan yang sebenarnya, namun tidak berarti bahwa media harus selalu mempunyai keadaaan yang sebenarnya. Sebagai contoh adalah model. Artinya, sekalipun model merupakan gambaran nyata dari objek dalam bentuk tiga dimensi tidak dapat dikatakan realistic sepenuhnya. Namun, demikian, model sebagai media pembelajaran dapat memberi makna terhadap isi pesan dari keadaan yang sebenarnya.
a. Pesan Visual dan Proses Pembelajaran
Kemampuan menerima pesan visual mencakup kemampuan “membaca pesan visual” secara tepat, memahami makna yang terkandung
47
b. Belajar dari Pesan Visual
Belajar dari pesan visual memerlukan keterampilan, karena dengan melihat pesan visual tidak dengan sendirinya seseorang akan mampu belajar daripadanya. Itulah sebabnya pembelajaran harus dibimbing agar dapat menerima dan menyimak pesan – pesan visual secara tepat.
c. Menyimak Pesan Visual
Pesan visual yang disajikan dan diterima oleh pembelajar diengaruhi oleh bebrapa faktor. Ada dua faktor yang sangat penting, yaitu perkembangan usia anak dan latar belakan budaya yang dianutnya serta pengalamannya.
5. PTK
a. Hakikat PTK
Secara harfiah, penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classroom Action Research, yang berarti Action Research (penelitian dengan tindakan) yang dilakukan di kelas
Seorang ahli di bidang ini, yaitu (Arikunto, 2006: ) yang menjelaskan pengertian PTK secara lebih sistematis.
1) Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati.
48
3) Kelas adalah tempat dimana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Suyadi, 2010: 17-18).
b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
PTK mempunyai karakter tersendiri jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian lain pada umumnya. Beberapa karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1) Guru merasa bahwa ada permasalahan yang mendesak untuk segera diselesaikan di dalam kelasnya. Guru menyadari bahwa ada sesuatu dalam praktik pembelajarannya yang harus dibenahi, dan ia dipanggil untuk memperbaiki persoalan tersebut.
49
3) Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di dalam “kelas” sehingga fokus perhatian adalah proses pembelajaran antara guru dan siswa melalui interaksi.
4) PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara terus menerus. PTK dilakukan secara berkelanjutan dari siklus yang satu ke siklus yang lain, maka akan ditemukan model pembelajaran yang terbaik (Suyadi, 2010:29).
B. Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti harus memiliki keterkaitan dengan penelitian lain yang dilakukan sebelumnya. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1.Penelitian tentang Kajian PBL
a. Penelitian yang dilakukan oleh Nazwandi (2013) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA dengan
Strategi Problem Based Learning di Kelas IV SD”. Penelitian ini
dilakukan di SDN 19 Nanggalo, Padang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, prestasi siswa pada siklus I adalah 73,83% dan ini meningkat menjadi 82,15% pada siklus II. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi Problem Based Learning meningkatkan prestasi siswa di kelas IV SD N 19 Nanggalo Padang belajar.
b. Penelitian Siwantara (2013) dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
50
menunjukkan terjadi peningkatan persentase skor rata-rata aktivitas belajar IPA sebesar 13,9% dari 57,4 pada siklus I menjadi 71,3 pada siklus II. Selain itu peningkatan skor rata-rata hasil belajar IPA sebesar 30% dari 66,33 pada siklus I menjadi 81,67 pada siklus II. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar dan hasil belajar siswa meningkat.
2. Penelitian tentang Kajian Media Visual
a. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) berjudul“Penggunaan Media Pembelajaran Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
51
b. Penelitian oleh Azizah (2015) dengan judul:” peningkatan kualitas pembelajaran IPA melalui model problem based learning berbantuan
media visual pada siswa kelas VB SDN Gisikdrono 03 Semarang”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, keterampilan guru mengalami peningkatan disetiap siklus. siklus I memperoleh skor 27 dengan kategori cukup (60%), meningkat menjadi 33 kategori baik (73,33%) pada siklus II. Pada pelaksanaan tindakan siklus III menunjukkan adanya peningkatan dengan perolehan skor 40, termasuk dalam kategori sangat baik (88,89%). Dari data tersebut dapatdisimpulkan keterampilan guru telah mencapai indikator keberhasilan. Melalui model Problem Based Learning berbantuan media visual di kelas VB SDN Gisikdrono 03 Semarang, aktivitas siswa mengalami peningkatan di setiap siklus, siklus I memperoleh totalskor 22,6 dengan kategori cukup, meningkat menjadi 26,3 kategori baik padasiklus II, dan meningkat menjadi 31,5 dengan kategori baik pada siklus III. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa keterampilan guru dan aktivitas siswa meningkat.
c. Penelitian oleh Hasanudin (2015) dengan judul :”Penggunaan media visual untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPS kelas III di MI Miftahul Hidayah Pondok Gede Bekasi”. Hasil
52
dilihat melalui siklus yang telak dilaksanakan. Pada siklus I hasil belajar siswa sebesar 63,25% sedangkan pada siklus II mencapai 86%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 22,75%. Peningkatan hasil belajar tersebut diikuti dengan pencapaian KKM. Pada siklus I siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 11 siswa atau 55% sedangkan pada siklus II seluruh siswa atau sebanyak 100% siswa mencapai KKM, peningkatan nilai tersebut membuktikan adanya peningkatan hasil belajar siswa melalui media visual di MI Miftahul Hidayah di Kota Bekasi.
Berdasarkan temuan penelitian diatas menunjukkan bahwa penggunaan metode Problem Based Learning dan media visual dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan demikian penelitian tersebut dapat dijadikan pendukung untuk melaksanakan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti dengan judul “Peningkatan
53
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Karangasem
Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Karangasem merupakan manifestasi dari semua amal bakti dari seluruh masyarakat umat islam di desa karangasem wonosegoro boyolali yang didirikan pada tahun 1952 dan di bangun secara swadaya masyarakat dengan luas tanah 1847 m2 dan luas bangunan 694 m2.
Tentang status Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Karangasem adalah disamakan dan sudah mendapat piagam dari departemen agama nomor WK/I.c/943/Pgm/MI/78 serta telah terakreditasi pada tahun 2009 dengan nomor SK.KW.11.4/4/PP.03.2/623.9.81/2006 dengan peringkat BAIK (B), dan dilanjutkan akreditasi yang kedua yaitu tahun 2014 dengan predikat BAIK (B).
Adapun yang menjadi latar belakang berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Karangasem tersebut ialah :
a. Dalam rangka ikut mencerdaskan anak bangsa
b. Dalam ranmgka untuk ikut mengembangkan ajaran islam lewat pendidikan yang berciri khas dibawah naungan departemen Agama.
c. Dalam rangka pengkaderan gebnerasi islam. 1. Letak Geografis
54
Adapun wilayah Sebagai berikut :
a) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Jaragan Kabupaten Boyolali.
b) Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kelurahan Karangjati Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali
c) Sebalah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kelurahan Seworan Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali.
d) Sebelah Timur : Berbatasan dengan dengan wilayah Kelurahan Wonosegoro, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali.
Untuk menampung Siswa belajar Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum memiliki gedung sendiri yang dibangun diatas tanah seluas 1847 m².
2. Sarana Dan Prasarana
Dalam upaya untuk menunjang tujuan pendidikan pada Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Karangasem, Diperlukan Sarana dan prasarana yang memadai serta pemanfaatannya secara optimal. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Karangasem antara lain:
a) 6 Ruang teori / Kelas b) 1 ruang Kepala Sekolah c) 1 Ruang tata usaha d) 1 ruang guru e) 1 Ruang tamu
f) 2 Kamar mandi guru/WC Guru g) 2 Kamar mandi siswa / WC siswa h) 1 Ruang perpustakaan
55
Sarana yang dimiliki Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Karangasem Kabupaten Boyolali, selain ruangan sebagaimana tersebut diatas ditambah peralatan olahraga, sarana ibadah, dan alat administrasi seperti Komputer, Laptop, printer, Mesin persensi /finger. Printer, Dll.
3. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa a. Keadaan Guru dan Karyawan
56
Tabel 3.1 Data Guru
No Nama Jabatan Tempat tanggal lahir L/p
1 Drs. Ali Mahmud Kep. Sek Boyolali, 06-11-1952 L 2 Muntatiah, S. Pd I Guru Kelas Boyolali, 17-10-1966 P 3 Kibtiyah, A. Ma Guru Kelas Boyolali, 27-05-1965 P 4 Saiful Bahri, S. Pd I Guru Mapel Boyolali, 10-01-1981 L
5 Abdul Rois, S. Pd I Guru Kelas Boyolali, 31-03-1980 L 6 Imron, S. Pd I Guru Mapel Boyolali, 27-07-1977 L 7 Siti Qomsiyatun, A. Ma Guru Kelas Boyolali, 20-08-1977 P 8 Mutmainnah, A. Ma Guru Mapel Boyolali, 02-05-1984 P 9 Linda Sawalina, A. Ma Guru Mapel Boyolali, 17-09-1977 P
10 Musta’in, S. Pd I Guru Kelas Boyolali, 11-12-1982 L
b. Keadaan Siswa