• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pengertian ISPA - BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA An. R PADA KASUS INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI RUANG CEMPAKA RSUD dr. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pengertian ISPA - BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA An. R PADA KASUS INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI RUANG CEMPAKA RSUD dr. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A Pengertian ISPA

Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dan

terbanyak menimbulkan akibat dan kematian (Gouzali, 2011). ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dimana penderita yang terkena serangan infeksi ini sangat menderita, apa lagi bila udara lembab,

dingin atau cuaca terlalu panas. (Saydam, 2011). Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung

selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti sinus, ruang telinga tengah, dan pleura (Habeahan, 2009).

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan

penyakit ini mengenai bagian atas atau bawah secara stimulasi dan berurutan (Nelsen 2000). Menurut Depkes, (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah

bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Dengan

pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari

(2)

rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan

proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

Dari pengertian – pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah penyakit infeksi yang mengenai saluran pernafasan bagian atas dan bawah yang disebabkan oleh masuknya

kuman berupa virus, bakteri, atipikal (atipikal plasma) atau aspirasi substansi asing yang menyerang organ pernafasan.

B Klasifikasi

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002)

a. ISPA ringan

Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk

pilek dan sesak. b. ISPA sedang

ISPA sedang apabila timbul gejala gejala sesak napas, suhu tubuh lebih

dari 39 0 C dan bila bernapas mengeluarkan suara seperti mengorok. c. ISPA berat

(3)

Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):

a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan 1) Pneumonia Berat

Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih.

2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)

Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah

atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:

a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai

kurang dari ½ volume yang biasa diminum) b) Kejang

c) Kesadaran menurun d) Stridor

e) Wheezing

(4)

b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun 1) Pneumonia Berat

Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat

diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).

2) Pneumonia Sedang

Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:

a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih

b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih. 3) Bukan Pneumonia

Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak

ada napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :

a) Tidak bisa minum b) Kejang

c) Kesadaran menurun

(5)

C Anatomi Fisiologi a. Anatomi

Gambar.2.1 alat saluran pernafasan pada manusia

sumber www.psychologymania.com

Bagian – bagian dari saluran pernafasan : Saluran Pernafasan bagian atas :

1. Hidung

Hidung adalah bengunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Masing–masing

rongga di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping hidung) anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian farings (nasofarings). Masing–masing rongga hidung dibagi menjadi bagian

(6)

2. Farings

Farings dapat dibagi menjadi nasofarings, terletak di bawah dasar

tenggorokan, belakang dan atas palatum molle; orofarings, di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah dan

laringofarings, di belakang larings. Tuba Eustaschii bermuara pada nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani. Bila tidak sama, telinga terasa

sakit. Misalnya naik pesawat terbang. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan.

3. Larings

Laring (kotak suara) bukan hanya jalan udara dari farings ke saluran napas lainnya, namun juga menghasilkan besar suara yang dipakai

berbicara dan bernyanyi. Larings dutunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid, yang

khas pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang rawan krikoid, yang berhubungan dengan trakea. 4. Trakea

Trakea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dan panjang 10–12 cm, meluas dari laring sampai ke puncak paru, tempat bercabang

(7)

goblet menghasilkan mukus dan silia berfungsi menyapu partikel yang berhasil lolos dari saringan di hidung, ke arah faring untuk

kemudian ditelan atau diludahkan atau dibatukkan. Potongan melintang trakea khas berbentuk huruf D.

5. Cabang Tenggorokan

Merupakan lanjutan dari trakea ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke IV dan ke V. Mempunyai struktur

yang sama dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan kebawah dan ke samping ke arah

tampuk paru – paru.

Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan

lebih ramping dari pada bronkus kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih

kecil disebut bronkiolus (bronkhioli). Pada bronkhioli tidak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkhioli terdapat gelembung paru, gelambung hawa atau alveoli.

Saluran pernafasan bagian bawah : 1. Paru – paru

Paru – paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung – gelembung (gelembung hawa+alveoli), gelembung hawa alveoli ini terdiri dari sel – sel epitel dan endotel, jika

(8)

b. Fisiologi

Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar

yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskann udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari

oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.

Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas

dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari

darah, oksigen menembus membran, di ambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan dari jantung di pompakan ke seluruh tubuh.

Di paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus

(9)

D Etiologi

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran

nafas. Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian

rumah. Pencemaran udara dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap kejadian ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan untuk memasak. Dalam hal ini misalnya bahan bakar kayu. Selain itu, asap rokok yang

ditimbulkan dari salah satu atau lebih anggota yang mempunyai kebiasaan merokok juga menimbulkan resiko terhadap terjadinya ISPA (Depkes RI,

2002).

Menurut Notoatmodjo (2007), ventilasi rumah dibedakan menjadi dua yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Ventilasi alamiah yaitu

dimana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, dan lubang-lubang pada dinding.

Ventilasi alamiah tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Ventilasi buatan yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara

misalnya kipas angin dan mesin penghisap udara. Namun alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Ventilasi rumah yang kurang

(10)

E Faktor resiko

Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :

a. Faktor Demografi

Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :

1) Jenis kelamin

Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, lakilakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki

merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara.

2) Usia

Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah

tangga yang memasak sambil menggendong anaknya. 3) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala

dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat

(11)

b. Faktor Biologis

Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):

1) Status gizi

Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau

terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup.

Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk

kedalam tubuh. 2) Faktor rumah

Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):

a) Bahan bangunan

1) Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting

disini adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram

air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu

(12)

2) Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis,

lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau papan.

Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.

3) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng

cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang

tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes

(13)

4) Lain-lain (tiang, kaso dan reng)

Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum

di pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu

merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk

kaso tersebut ditutup dengan kayu. b) Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh

penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti kadar

CO2 (karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses

penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen

(14)

c) Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang

dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang

nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam

akhirnya dapat merusakan mata. c. Faktor Polusi

Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu (Lamsidi, 2003) :

1) Cerobong asap

Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong

tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke

bak air akan mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh media

Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa menyerap racun

(15)

dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak, bahan bakar untuk memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah bahan bakar

kayu atau sejenisnya seperti arang. 2) Kebiasaan merokok

Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein, acetilen, benzol dehide,

urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut akan beresiko terserang

ISPA.

d. Faktor timbulnya penyakit

Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom dikutip

dari Effendy (2004) menyebutkan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehat

atau tidaknya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya membuat

ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi polusi asap maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada orang yang terkena penyakit ISPA

(16)

kesehatannya sedikit demi sedikit akan membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

F Patofisiologi

Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembusksn udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa oksidasi dari dalam tubuh.

Virus, bakteri dan mikoplasma terinspirasi melalui hidung terjadi edema dan fasodilatasi pada mukosa. Infiltrat sel monokuler menyertai, yang dalam

1-2 hari, menjadi polimorfonuklear perubahan struktural dan fungsional silia mangakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat epitel superfisial mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak sekali,

mula – mula encer, kemudian mengental dan berupa prurlen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernafasan atas, termasuk oklusi dan kelainan

rongga sinus.

Organisme streptokokus dan difteria merupakan agen bakteri utama yang mampu menyebabkan penyakit faring primer bahkan pada kasus

tonsilofaringitis akut, sebagian besar penyakit berasal dari nonbakteri. Walaupun ada banyak hal yang tumpang tindih, nenerapa mikroorganisme

(17)

pernafasan atas dan bawah sebagai bagian dari gambaran klinis umum yang melibatkan organ lain. Virus Sinisial Pernafasan (VSP) merupakan penyebab

utama bronkhielitis. Virus para influenza menyebabkan sindrom croup.

Adenovirus penyebab penyakit faringitis dan demam

faringokonjungtifitis dan koksakivirus A dan B menyebabkan penyakit nasofaring, sedangkan mikoplasma menyebabkan penyakit bronkhiolitis, pnemoni, bronkitis, faringotosilitis, maningitis dan atitis media (Wong’s et al

2001)

G Gambaran Klinis

Gambaran klinis menurut (Wong’s 1996, Nelson 2000)

a. Demam (Umur 6 bulan – 3 tahun) pada bayi baru lahir tidak ada

b. Anoreksia c. Muntah

d. Diare

e. Nyeri Abdomen f. Sumbatan Nasal

g. Keluaran Nasal h. Batuk

(18)

H Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut Betz dan souwden (2000) :

a. Pemeriksaan Radiologi (foto torak) adalah untuk mengetahui penyebab dan mendiagnosa secara tepat

b. Pemeriksaan RSV adalah untuk mendiagnosis RSV (Respiratori

Sinisial Virus)

c. Gas Darah Arteri yaitu untuk mengkaji perubahan pada sistem saluran

pernafasan kandungan oksigen dalam darah d. Jumlah sel darah putih normal atau meningkat b. Pemeriksaan Diagnostik

Pengkajian terutama pada jalan nafas:

Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman,

usaha serta irama dari pernafasan. 1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.

2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya

dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.

(19)

5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas

wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman

2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai

dengan adanya thrombositopenia

(20)

I Penatalaksanaan

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang

benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik

dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA). Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik

untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula

petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA .

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut

(Smeltzer & Bare, 2002) :

a. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak

dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan

mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak

menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas

(21)

b. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai

berikut :

1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding

dada kedalam (chest indrawing).

2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa

disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan

pneumonia. c. Pengobatan

1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik

parenteral, oksigendan sebagainya.

2) Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila

penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin

prokain.

3) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan

perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila

(22)

dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar

getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama

10 hari.

d. Perawatan di rumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya

yang menderita ISPA.

1) Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4

kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.

Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

2) Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap

(23)

3) Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi

berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

4) Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu

mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

5) Lain-lain

a) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.

b) Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.

c) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.

d) Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk

maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

(24)

J Komplikasi

Adapun komplikasi menurut Dedi Prasityao (2007) adalah

1. Meningitis 2. OMA

3. Mastoiditis 4. Kematian

K Pencegahan

Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:

a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik

Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita

atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA.

Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna,

banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang

cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena

dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin

meningkat, sehingga dapat mencegah virus/bakteri penyakit yang akan

masuk ke tubuh kita.

b. Imunisasi

Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun

orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita

(25)

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan

mengurangi polusi asap dapur/asap rokok yang ada di dalam rumah,

sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa

menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat

memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat

bagi manusia.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri

yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui

udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini

biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol

(anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni

Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran

(26)

L Pathway

Virus bakteri atipikal bayi lebih umur

(mikoplasma) aspirasi substansi asing

Aspirasi mekonium

Terhirup bersama udara melalui hidung penurunan daya tahan tubuh

Infeksi berlanjut proses imflamasi

Edema dan fasodilatasi

Obstruksi jalan nafas

Muntah, sukar menelan Resiko gagal

tumbang

Resiko infeksi

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

(27)

M Fokus intervensi

Menurut Whaley & Wong’s (1995) fokus intervensi anak pada kasus ISPA

adalah sebagai berikut :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis,

imflamasi, peningkatan sekresi dan nyeri Tujuan : Jalan nafas tetap bersih

Pernafasan dalam batas normal

Intervensi :

a. Pastikan masukan cairan yang adekuat untuk mengencerkan sekresi

b. Bantu anak dalam batuk efektif

c. Buang mukus yang terakumulasi, hisap bila perlu

Beri nebulaizer dengan larutan dan alat yang sesuai ketentuan

d. Lakukan perkusi, fibrasi dan drainase postural e. Kolaborasi pemberian obat bronkodilator

2. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh Tujuan : anak menunjukan penurunan gejala infeksi

Intervensi :

a. Pertahankan lingkungan aseptik dengan dengan menggunakan kateter penghisap steril dan tekhnik mencuci tangan yang baik

b. Isolasi anak sesuai indikasi c. Kolaborasi pemberian antibiotik d. Anjurkan fisioterapi dada yang baik

(28)

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan mual muntah

Tujuan : Tidak ada mual muntah Berat badan ideal

Intervensi :

a. Timbang berat badan setiap hari

b. Jelaskan pentingnya makan minum yang adekuat

c. Jaga kebersihan mulut

d. Berikan ASI sesering mungkin

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk produktif Tujuan : masalah gangguan pola tidur teratasi

Intervensi :

a. Kaji kebiasaan istirahat

b. Kaji kebiasaan tidur dan gengguan pola tidur

(29)

5. Resiko gagal tumbang

Tujuan : pasien menunjukan tanda-tanda perkembangan fisik dan

emosional sesuai dengan standart test DDST Intervensi :

a. Ajarkan orang tua stimulasi yang sesuai untuk mendukung tumbuh kembang

b. Bantu anak dalam memberikan respon yang bermakna pada

lingkungan

c. Atur jadwal anak untuk menstimulasi

d. Identifikasi tujuan perkembangan yang ingin dicapai secara spesifik. 6. Hipertermi

Tujuan : suhu tubuh pasien dalam batas normal

Intervensi :

a. Monitor suhu sesering mungkin

b. Monitor tanda-tanda vital c. Selimuti pasien

d. Kompres pada lipat paha dan aksila

Gambar

Gambar 2.2 pathways ISPA menurut (Wong’s et al 2001)

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang Tahun

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara sedang berkembang.. ISPA menyebabkan empat dari 15

Skripsi berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)” ini telah diuji dan disahkan oleh Fakultas

Skripsi berjudul “Analisis Faktor -faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Sekunder pada Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ” ini telah diuji dan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “ Analisis Model Epidemik SEIRS pada Penyebaran Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di

Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.. • ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan

Laporan skripsi dengan judul “ Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Metode Certainty Factor Berbasis Web ” telah dilaksanakan dengan

Menurut WHO (2007), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum