• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalimantan Tengah selama Juli 2017 sebesar 96,48 persen, turun 0,71 persen dibandingkan NTP bulan Juni 2017. Hal ini disebabkan oleh penurunan NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,84 persen), tanaman pangan (0,27 persen), dan hortikultura (0,14 persen). Sementara NTP subsektor perikanan dan peternakan masing-masing naik 0,27 persen dan 0,12 persen.

 Indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik 0,48 persen, namun indeks harga yang diterima petani (It) turun 0,43 persen.

 NTP tertinggi terjadi pada subsektor perikanan sebesar 107,38 persen, sedangkan NTP terendah terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 89,96 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) sebesar 103,87 persen, turun 0,55 persen dibandingkan Juni 2017 yang sebesar 104,42 persen.

 Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 128,21 atau terjadi inflasi 0,43 persen di wilayah perdesaan. Peningkatan indeks harga terjadi pada semua kelompok pengeluaran.

o. 04/04/62/Th. I, 2 Juni 2007

No. 03/08/62/Th.XI, 1 Agustus 2017

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

(NTP)

Selama Juli 2017, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 96,48 Persen, Terjadi Inflasi di Wilayah Perdesaan sebesar 0,43 Persen.

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Dari hasil pemantauan harga penjualan komoditas hasil pertanian di tingkat produsen, biaya produksi, dan konsumsi rumahtangga terhadap barang atau jasa di wilayah perdesaan selama Juli 2017 menunjukkan bahwa NTP Provinsi Kalimantan Tengah menurun 0,71 persen, yaitu dari 97,19 di Juni 2017 menjadi 96,48 di Juli 2017. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,48 persen, namun indeks harga yang diterima petani merosot sebesar 0,43 persen. Disisi lain, penurunan NTP juga dipengaruhi oleh menurunnya nilai tukar pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,84 persen, tanaman pangan sebesar 0,27 persen, dan hortikultura sebesar 0,14 persen. Sementara itu, terjadi peningkatan nilai tukar pada subsektor perikanan sebesar 0,27 persen dan peternakan sebesar 0,12 persen.

(2)

Grafik 1

Perkembangan NTP dan Indeks Harga yang Diterima/Dibayar Petani Juli 2016 – Juli 2017

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) mencerminkan tingkat harga komoditas hasil produksi pertanian yang dihasilkan petani selama periode waktu tertentu. Selama Juli 2017, indeks harga yang diterima petani menurun sebesar 0,43 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh melemahnya It pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,89 persen. Sedangkan subsektor lainnya mengalami kenaikan yakni perikanan sebesar 0,65 persen, peternakan sebesar 0,52 persen, serta tanaman pangan dan hortikultura masing-masing sebesar 0,26 persen. 3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi oleh komponen seluruh pengeluaran rumahtangga terhadap fluktuasi harga barang dan jasa, baik untuk keperluan konsumsi maupun produksi hasil pertanian. Indeks harga yang dibayar petani selama Juli 2017 meningkat 0,48 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya Ib pada seluruh subsektor meliputi tanaman pangan sebesar 0,64 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,47 persen, hortikultura sebesar 0,41 persen, peternakan sebesar 0,38 persen, dan perikanan sebesar 0,30 persen. 4. NTP Menurut Subsektor

Besarnya nilai tukar hasil produksi di tingkat petani produsen, memiliki korelasi positif terhadap perubahan indeks harga pada kelompok komoditas yang dicakup dalam lima subsektor meliputi tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan. Oleh karenanya, NTP subsektor mengindikasikan seberapa kuat daya tukar hasil produksi pada subsektor tertentu terhadap tingkat harga di pasaran, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun biaya produksi

90,00 100,00 110,00 120,00 130,00 It Ib NTP

(3)

Tabel 1

NTP Menurut Subsektor dan Perkembangannya Juni – Juli 2017

Kelompok dan Sub Kelompok Juni 2017 Juli 2017 Perubahan (%) (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan

a. Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) 95,63 95,36 -0,27 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 96,48 96,21 -0,27 c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 121,70 121,96 0,26

- Padi 122,49 122,88 0,39

- Palawija 108,14 106,18 -1,96

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 127,26 127,90 0,64

- Indeks Konsumsi RumahTangga 127,51 128,15 0,64

- Indeks BPPBM 126,15 126,76 0,61

2. Hortikultura

a. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 104,84 104,70 -0,14 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 118,41 118,72 0,31 c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 130,90 131,16 0,26

- Sayur-sayuran 114,51 116,52 2,01

- Buah-buahan 136,31 135,98 -0,33

- Tanaman Obat 137,45 137,89 0,44

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 124,86 125,27 0,41

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,44 127,93 0,49

- Indeks BPPBM 110,55 110,48 -0,07

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 91,80 89,96 -1,84 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 100,19 98,40 -1,79 c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 114,71 112,82 -1,89

- Tanaman Perkebunan Rakyat 114,71 112,82 -1,89

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 124,95 125,42 0,47

- Indeks Konsumsi RumahTangga 127,28 127,81 0,53

- Indeks BPPBM 114,49 114,66 0,17

4. Peternakan

a. Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 99,62 99,74 0,12 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 108,65 109,21 0,56 c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 121,53 122,05 0,52

- Ternak Besar 123,73 123,38 -0,35

- Ternak Kecil 117,46 117,10 -0,36

- Unggas 119,50 121,50 2,00

- Hasil Ternak 138,66 140,19 1,53

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 122,00 122,38 0,38

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,25 127,86 0,61

(4)

Kelompok dan Sub Kelompok Juni 2017 Juli 2017 Perubahan (%) (1) (2) (3) (4) 5. Perikanan

a. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 107,11 107,38 0,27 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 117,89 118,30 0,41 c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 132,78 133,43 0,65

- Penangkapan 139,40 140,31 0,91

- Budidaya 120,15 120,31 0,16

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 123,96 124,26 0,30

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131,52 131,92 0,40

- Indeks BPPBM 112,63 112,78 0,15

5.1 Perikanan Tangkap a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 112,82 113,27 0,45 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 124,64 125,23 0,59 c. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) 139,40 140,31 0,91

- Penangkapan Perairan Umum 138,59 137,08 -1,51

- Penangkapan Laut 139,82 141,94 2,12

d. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 123,56 123,87 0,31

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131,45 131,85 0,40

- Indeks BPPBM 111,85 112,04 0,19

5.2 Perikanan Budidaya a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 96,35 96,26 -0,09 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 105,30 105,36 0,06 c. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 120,15 120,31 0,16

- Budidaya Air Tawar 120,44 120,49 0,05

- Budidaya Air Payau 116,17 117,90 1,73

d. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 124,71 124,99 0,28

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131,65 132,06 0,41

- Indeks BPPBM 114,11 114,20 0,09

Gabungan (Provinsi KalimantanTengah) a. Nilai Tukar Petani (NTP) 97,19 96,48 -0,71 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) 104,42 103,87 -0,55 c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 121,53 121,10 -0,43 d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 125,04 125,52 0,48

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,66 128,21 0,55

- Indeks BPPBM 116,38 116,59 0,21

Penurunan nilai tukar pada subsektor tanaman perkebunan rakyat selama Juli 2017 disebabkan oleh menurunnya indeks harga kelompok tanaman perkebunan rakyat seperti karet dan sawit sebesar 1,84 persen. Sementara penurunan nilai tukar pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh merosotnya indeks harga pada kelompok palawija sebesar 1,96 persen, sedangkan kelompok padi meningkat sebesar 0,39 persen. Pada subsektor hortikultura, penurunan nilai tukar terutama terjadi pada kelompok buah-buahan sebesar 0,33 persen. Sementara kelompok sayur-sayuran dan tanaman obat meningkat masing-masing sebesar 2,01 persen dan 0,44 persen.

(5)

Pada bulan yang sama, terjadi kenaikan nilai tukar pada subsektor perikanan yang dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga kelompok perikanan tangkap sebesar 0,91 persen dan kelompok budidaya sebesar 0,16 persen. Kenaikan nilai tukar pada subsektor peternakan terutama dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga kelompok unggas dan hasil ternak masing-masing sebesar 2,00 persen dan 1,53 persen. Sementara indeks harga kelompok ternak kecil dan ternak besar mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,36 persen dan 0,35 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

5. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

Sebagaimana halnya dengan Nilai Tukar Petani (NTP), nilai tukar usaha rumahtangga pertanian juga mengalami penurunan sebesar 0,55 persen, yakni dari 104,42 di Juni 2017 menjadi 103,87 di Juli 2017. Secara garis besar, nilai tukar pada NTUP cenderung lebih tinggi dibandingkan NTP pada periode waktu yang sama. Selama Juli 2017, NTUP mencapai 103,87 persen sedangkan NTP hanya sebesar 96,48 persen. Hal ini mengindikasikan adanya kecenderungan daya tukar hasil produksi rumahtangga petani, termasuk peternak dan nelayan, masih tergerus oleh lebih tingginya indeks harga barang dan jasa untuk kebutuhan konsumsi dan produksi.

Tabel 2

Inflasi/Deflasi Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Juli 2017

Kelompok Pengeluaran Juli 2016 Des 2016 Juni 2017 Juli 2017 Inflasi Juli 2017 Laju Inflasi Kumulatif Tahun 2017 Inflasi Tahun ke Tahun [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

Konsumsi Rumah Tangga 125,42 126,45 127,66 128,21 0,43 1,39 2,22

1 Bahan Makanan 130,29 130,84 130,22 130,97 0,58 0,10 0,52

2 Makanan Jadi, Minuman,

Rokok, dan Tembakau 126,41 128,30 129,59 129,91 0,25 1,25 2,77

3 Perumahan 117,94 118,87 124,82 124,99 0,14 5,15 5,98

4 Sandang 121,10 123,03 125,99 126,46 0,37 2,79 4,43

5 Kesehatan 119,67 122,80 126,27 126,41 0,11 2,94 5,63

6 Pendidikan, Rekreasi, dan

Olah raga 114,18 115,01 115,97 116,86 0,77 1,61 2,35

7 Transportasi, Komunikasi,

dan Jasa Keuangan 118,00 118,38 120,40 121,20 0,66 2,38 2,71

6. Inflasi/Deflasi Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran

Tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi di wilayah perdesaan, mencerminkan perubahan indeks harga kebutuhan konsumsi rumahtangga petani produsen yang secara umum terjadi di wilayah perdesaan. Dilihat dari kelompok pengeluaran rumahtangga, terjadi inflasi sebesar 0,43 persen selama Juli 2017. Tingkat inflasi tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga konsumsi

(6)

rumahtangga pada semua kelompok pengeluaran meliputi pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,77 persen), transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,66 persen), bahan makanan (0,58 persen), sandang (0,37 persen), serta makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,25 persen). Kenaikan indeks harga kelompok pengeluaran lainnya masing-masing di bawah 0,20 persen.

Laju inflasi sebesar 1,39 persen terutama juga masih dikendalikan oleh kelompok pengeluaran untuk perumahan (5,15 persen), kesehatan (2,94 persen), dan sandang (2,79 persen). Sementara itu, inflasi tahun ke tahun sebesar 2,22 persen dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga seluruh kelompok pengeluaran meliputi perumahan (5,98 persen), kesehatan (5,63 persen), sandang (4,43 persen), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (2,77 persen), transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (2,71 persen), pendidikan, rekreasi, dan olahraga (2,35 persen), serta bahan makanan (0,52 persen).

Tabel 3

Perkembangan Inflasi/Deflasi Bulanan di Perdesaan Juli 2016 – Juli 2017

Tahun Bulan Inflasi Bulanan Laju Inflasi Tahun Kalender Inflasi Tahun ke Tahun (1) (2) (3) (4) (5) 2016 Juli 0,91 2,04 3,67 Agustus -0,39 1,64 3,08 September 0,19 1,84 3,57 Oktober -0,65 1,18 2,69 November 0,41 1,59 2,68 Desember 1,27 2,88 2,88 2017 Januari 0,86 0,86 3,36 Februari -0,63 0,23 2,82 Maret 0,47 0,70 2,74 April -0,45 0,25 2,70 Mei 0,13 0,37 2,40 Juni 0,58 0,96 2,71 Juli 0,43 1,39 2,22

Selama periode Juli 2016 sampai dengan Juli 2017, tingkat inflasi tertinggi terjadi di Desember 2016 sebesar 1,27 persen dan terendah di Mei 2017 sebesar 0,13 persen. Sebaliknya, tingkat deflasi tertinggi terjadi di Oktober 2016 sebesar 0,65 persen dan terendah di Agustus 2016 sebesar 0,39 persen. Sementara itu, rata-rata laju inflasi tahun kalender Januari hingga Juni 2017 masih di bawah 1,00 persen dan mengalami peningkatan di Juli 2017 sebesar 1,39 persen. Berdasarkan inflasi tahun ke tahun, rata-rata inflasi triwulan IV tahun 2016 mencapai 2,75 persen atau lebih rendah dibandingkan triwulan III yang sebesar 3,44 persen. Memasuki triwulan I hingga triwulan II tahun 2017, rata-rata tingkat inflasi berfluktuatif antara 2,61 persen sampai dengan 2,97 persen.

Referensi

Dokumen terkait

Konsumsi Rumah Tangga, yaitu, subkelompok Bahan Makanan naik sebesar 0,02 persen, subkelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau turun sebesar 0,05 persen,

Pengembangan delivery channel baru yang disediakan Artajasa adalah untuk memperluas channel yang dapat digunakan pelanggan dalam melakukan transaksi elektronis

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi

Hasil pengolahan data dari perhitungan regresi linier juga menerangkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan namun positif antara kecerdasan emosional

pabean, melakukan pengawasan pemasukan dan pengeluaran barang di Tempat Penimbunan Berikat dan Tempat Penimbunan Pabean, melakukan pelayanan dan pengawasan

Jurnal al-Idārah | 14 Strategi manajemen SDM Islami dalam meningkatkan kinerja karyawan di CV Adeeva Group Besuk Wirowongso Jember dapat meningkatkan kinerja karyawannya

Kecenderungan kedua iklim ekstrim tersebut mengindikasikan bahwa pembangunan pertanian dalam delapan tahun ke depan akan dihadapkan pada masalah iklim ekstrim El Nino dan La

Di antara konsep integrasi keilmuan berdasarkan paradigma keilmuan yang dikembangkan oleh beberapa UIN di Indonesia yang penulis kaji dalam tulisan ini adalah