Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalimantan Tengah selama Maret 2016 sebesar 96,42 persen, turun 0,13 persen dibandingkan bulan lalu. Hal ini disebabkan oleh menurunnya NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (2,01 persen), peternakan (0,78 persen), dan perikanan (0,63 persen).
Indeks harga yang diterima petani (It) turun 0,19 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik 0,48 persen.
NTP tertinggi terjadi pada subsektor perikanan sebesar 105,97 persen, sedangkan NTP terendah terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 87,86 persen.
NilaiTukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) sebesar 103,51 persen, turun 0,34 persen dibandingkan bulan lalu.
Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 123,94 atau naik 0,55 persen. Kenaikan indeks harga terutama berasal dari kelompok bahan makanan sebesar 1,03 persen dan perumahan sebesar 0,55 persen.
o. 04/04/62/Th. I, 2 Juni 2007
No. 03/04/62/Th.X,1 April 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)
Selama Februari 2016, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 96,42 Persen
1. Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan presentase perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani selama periode waktu tertentu. NTP berperan sebagai indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di wilayah pedesaan. NTP menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa baik yang dikonsumsi oleh rumahtangga maupun untuk kegiatan produksi. Sehingga, semakin tinggi NTP secara relatif semakin tinggi daya beli petani.
Sementara itu, Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, tanpa memperhitungkan pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga. Dengan demikian NTUP
proses produksi.
Dari hasil pemantauan harga penjualan komoditas hasil pertanian di tingkat produsen, biaya produksi, dan konsumsi rumahtangga terhadap barang/jasa di wilayah perdesaan selama Maret 2016 menunjukkan bahwa NTP Provinsi Kalimantan Tengah menurun 0,66 persen, yaitu dari 97,06 di Februari 2016 menjadi 96,42 di Maret 2016. Hal ini dipengaruhi oleh indeks harga yang diterima yang menurun 0,19 persen, namun indeks harga yang dibayar petani meningkat 0,48 persen.
1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Indeks harga yang diterima petani menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan oleh petani produsen. Dibandingkan bulan sebelumnya, indeks harga yang diterima petani menurun 0,19 persen selama Maret 2016. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh menurunnya indeks harga tiga subsektor meliputi tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,57 persen, peternakan sebesar 0,36 persen, dan perikanan sebesar 0,23 persen .
2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Indeks harga yang dibayar petani dipengaruhi oleh komponen pengeluaran rumahtangga terhadap fluktuasi harga barang dan jasa yang beredar di pasaran, baik untuk keperluan konsumsi maupun selama proses produksi. Indeks Harga yang dibayar petani selama Maret 2016 meningkat 0,48 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga dari seluruh subsektor meliputi tanaman pangan sebesar 0,53 persen, hortikultura sebesar 0,51 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,46 persen, peternakan sebesar 0,42 persen, dan perikanan sebesar 0,41 persen.
3. NTP Menurut Subsektor
Penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) sebesar 0,66 persen selama Maret 2016, secara umum dipengaruhi oleh penurunan nilai tukar tiga subsektor meliputi tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,01 persen, peternakan sebesar 0,78 persen, dan perikanan sebesar 0,63 persen. Penurunan NTP subsektor tanaman perkebunana rakyat terutama dipengaruhi oleh menurunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,57 persen, namun indeks harga yang dibayar petani meningkat 0,46 persen. Sedangkan pada subsektor peternakan, disamping lebih rendahnya indeks harga yang diterima dibandingkan indeks harga yang dibayar petani, juga dipengaruhi oleh menurunnya indeks harga ternak kecil sebesar 0,75 persen dan unggas sebesar 0,76 persen. Sementara pada subsektor perikanan, terutama disebabkan oleh menurunnya indeks harga ikan tangkap sebesar 0,37 persen.
Tabel 1
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Subsektor Februari-Maret 2016
Kelompok dan Sub kelompok Februari
2016
Maret
2016 Perubahan (%)
(1) (2) (3) (4)
1. Tanaman Pangan
a. Nilai Tukar Petani (NTPP) 100,26 100,46 0,20
b. Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) 102,77 103,22 0,44
c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 122,79 123,68 0,73
- Padi 123,48 124,24 0,61
- Palawija 110,78 113,99 2,89
d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 122,47 123,11 0,53
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,13 123,84 0,58
- Indeks BPPBM 119,48 119,82 0,29
2. Hortikultura
a. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 102,53 103,10 0,56
b. Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) 113,97 115,20 1,07
c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 123,65 124,98 1,08
- Sayur-sayuran 113,39 114,59 1,06
- Buah-buahan 126,76 128,20 1,13
- Tanaman Obat 141,75 139,95 -1,27
d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,60 121,22 0,51
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,78 123,51 0,59
- Indeks BPPBM 108,49 108,49 0,00
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
a. Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 89,66 87,86 -2,01
b. Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) 97,01 95,39 -1,67
c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 108,54 106,84 -1,57
- Tanaman Perkebunan Rakyat 108,54 106,84 -1,57
d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 121,06 121,61 0,46
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,09 123,74 0,53
- Indeks BPPBM 111,89 112,01 0,11
4. Peternakan
a. Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 98,29 97,53 -0,78
b. Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) 106,57 106,07 -0,47
c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 116,16 115,74 -0,36
- Ternak Besar 120,19 120,32 0,11
- Ternak Kecil 112,07 111,23 -0,75
- Unggas 113,42 112,56 -0,76
- Hasil Ternak 128,74 129,77 0,80
d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118,18 118,67 0,42
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,92 123,61 0,56
- Indeks BPPBM 109,00 109,12 0,11
5. Perikanan
a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 106,65 105,97 -0,63
b. Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) 113,68 113,12 -0,49
c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 129,46 129,17 -0,23
- Penangkapan 135,33 134,83 -0,37
- Budidaya 118,27 118,38 0,09
d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 121,39 121,89 0,41
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126,40 127,02 0,49
- Indeks BPPBM 113,88 114,18 0,26
Gabungan
a. Nilai Tukar Petani (NTP) 97,06 96,42 -0,66
b. Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) 103,87 103,51 -0,34
c. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 117,40 117,18 -0,19
d. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,95 121,53 0,48
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,26 123,94 0,55
Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) mengalami penurunan sebesar 0,34 persen, yakni dari 103,87 di Februari 2016 menjadi 103,51 di Maret 2016. Relatif lebih tingginya NTUP dibandingkan NTP yang hanya sebesar 96,42 selama Maret 2016, mengindikasikan bahwa secara umum tingkat pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga petani, termasuk peternak dan nelayan, berperan cukup signifikan dalam menurunkan nilai tukar di tingkat petani produsen dari waktu ke waktu.
Tabel 2
Inflasi/Deflasi Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Maret 2016
Kelompok Pengeluaran Maret
2015 Desember 2015 Februari 2016 Maret 2016 Inflasi Maret 2016 Laju Inflasi Tahun Kalender Inflasi Tahun ke Tahun [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]
Konsumsi Rumah Tangga 118,24 122,91 123,26 123,94 0,55 0,84 4,82
1 Bahan Makanan 120,28 126,35 127,14 128,46 1,03 1,67 6,80 2 Makanan Jadi 116,92 120,92 122,33 122,39 0,05 1,22 4,68 3 Perumahan 114,50 115,43 115,41 116,05 0,55 0,54 1,35
4 Sandang 114,23 119,19 119,76 119,99 0,19 0,67 5,04
5 Kesehatan 113,76 117,22 118,01 118,37 0,31 0,98 4,05 6 Pendidikan, Rekreasi , dan
Olahraga
111,11 112,72 113,35 113,52 0,15 0,71 2,17
7 Transportasi dan Komunikasi 121,29 126,69 123,22 123,02 -0,16 -2,90 1,42
5. Inflasi/Deflasi Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran
Perubahan indeks harga kebutuhan konsumsi rumahtangga di pedesaan pada hakekatnya secara umum mencerminkan tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi di wilayah pedesaan. Dilihat dari kelompok pengeluaran rumahtangga, selama Maret 2016 terjadi inflasi sebesar 0,55 persen. Kondisi ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga pengeluaran konsumsi rumahtangga pada kelompok bahan makanan sebesar 1,03 persen, perumahan sebesar 0,55 persen, dan kesehatan sebesar 0,33 persen. Pada bulan yang sama, terjadi penurunan indeks harga pengeluaran konsumsi rumahtangga pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,16 persen.
Tabel 3
Perkembangan Inflasi/Deflasi Bulanan di Pedesaan Maret 2015 - Maret 2016 Tahun Bulan Inflasi Pedesaan (%) Bulan Berjalan Laju Inflasi Tahun Kalender Inflasi Tahun ke Tahun (1) (2) (3) (4) (5) 2015 Maret 0,33 -0,20 7,37 April 0,38 0,18 7,38 Mei 0,97 1,15 7,76 Juni 0,57 1,73 6,96 Juli 0,38 2,11 6,75 Agustus 0,18 2,29 6,66 September -0,27 2,01 5,60 Oktober 0,20 2,21 5,83 November 0,43 2,65 2,59 Desember 0,55 0,84 4,82 2016 Januari 0,39 0,39 4,05 Februari -0,11 0,28 4,58 Maret 0,55 0,84 4,82
Selama setahun terakhir, tingkat inflasi yang cukup tinggi terjadi selama Mei-Juni 2015 masing-masing mencapai 0,97 persen dan 0,57 persen. Sedangkan selama Desember 2015 dan Maret 2016 terjadi inflasi yang relatif sama yakni masing-masing sebesar 0,55 persen. Sebaliknya, deflasi terjadi di September 2015 sebesar 0,27 persen dan Februari 2016 sebesar 0,11 persen.