• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUPAHAN DI TOKO PINTAR 3 PASAR BANDARJO UNGARAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGUPAHAN DI TOKO PINTAR 3 PASAR BANDARJO UNGARAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUPAHAN DI TOKO PINTAR 3 PASAR BANDARJO

UNGARAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum

Oleh:

Diena Surianas Tutie

NIM : 21413038

FAKULTAS SYARI’AH

PROGRAM STUDI HUKUM

EKONOMI SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

“Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang

ketakutan.”

(Dr. H. C Ary Ginanjar Agustian)

“Anda cuma bisa hidup sekali saja di dunia ini, tetapi jika anda hidup dengan benar, sekali saja sudah cukup.”

(Dr. H. C Ary Ginanjar Agustian)

“Do‟a dapat mengubah energi negatif menjadi energi positif.”

(Dr. H. C Ary Ginanjar Agustian)

“165 ( 1 Hati – 6 Prinsip –5 Langkah )”

“165 ( 1 Ihsan – 6 Iman –5 Rukun Islam )”

“165 ( Tanggal 1 – bulan 6 –45 Tahun lahir Pancasila )”

“165 adalah manusia Religius Cinta Allah dan Nasionalisme cinta NKRI”

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk :

1. ALLAH SUBHANAHU WATA‟ALA Yang telah memberikan jalan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak (Sumarno Atmojo) dan Ibu (Lafifa Widiastuti) tercinta yang selalu dan

selalu memberikan do‟a, inspirasi, motivasi, dorongan, perhatian, serta bantuan di setiap langkah saya jua berjuta kasih sayangnya.

3. Bapak (alm) Sudiman dan Ibu Eko Ratna Wati, orang tua kandung saya yang

telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, begitu juga dengan

untaian – untaian doa di setiap langkah saya, meski tidak tinggal bersama doa

(8)

Kata Pengantar

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada kehadirat Allah SWT,

karena berkat rahmat – Nya penulisan sekripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai

dengan yag di harapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang

telah diberikan oleh – Nya, sehingga penulis dapat menyusun penulisan sekripsi

ini.

Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi, kekasih, spirit

perubahan Rasulullah SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat –

sahabatnya, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan.

Penulisan Sekripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan

guan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H), Fakultas Syari‟ah, Jurusan Hukum

Ekonomi Syari‟ah yang berjudul : “Pengupahan di Toko Pintar 3 Pasar Bandarjo

Ungaran dalam Perspektif Hukum Islam”. Penulis mengakui bahwa dalam

menyusun penulisan sekripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan

dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang

setinggi – tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata – kata,

namun perlu kiranya penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN

Salatiga.

3. Ibu Heni Satar Nurhaida, SH., M. Si, selaku Ketua Program Studi Hukum

(9)

4. Ibu Heni Satar Nurhaida, SH. M. Si, Selaku dosen pembimbing yang

selalu memberikan saran pengarahan dan masukan berkaitan dengan

penulisan sekripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai dengan

yang diharapkan.

5. Ibu Luthfiana Zahriani, M. H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN

Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan sekripsi,

sehingga penulisan sekripsi ini bisa saya selesaikan.

6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi

Fakultas Syari‟ah yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang selalu memeberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini

tanpa halangan apapun.

7. Sahabat – sahabatku selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga

Maulina, Intan, Aeni, mbak Yayan, Diana, Azizah, Anida yang selalu

memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

8. Upin (Tugini) dia adalah sahabat saya, bapak saya, ibu saya, kakak saya,

yang selalu berjalan selangkah di depan saya, yang setiap hari setiap saat

selalu membantu dan mendorong saya untuk cepat-cepat menyelesaikan

sekripsi ini.

9. Riyana, Ihah, Oviana, Okah, Mahfud, Surti teman seperjuangan di PA

Sahal Suhail yang selalu saya repoti apapun itu.

10.Sahabat – sahabat, adik – adik, serta seluruh keluarga besar di LKSA PA

(10)

bahwa saya disini tidak sendirian, masih ada kalian disetiap langkah

perjalanan hidup saya.

11.Teman – teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2013 di IAIN

Salatiga yang telah banyak memberikan cerita selama menempuh

pendidikan di IAIN Salatiga.

12.Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun

memberikan kontribusi hebat dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan

yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa

mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya, Amiin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan sekripsi ini masih jauh dari

sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisisnya,

sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan penulisan sekripsi ini, sehingga mudah dipahami.

Akhirnya penulis berharap semoga sekripsi ini bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, 17 September 2018

(11)

ABSTRAK

Diena Surianas Tutie. 2018. Pengupahan di Toko Pintar 03 Pasar Bandarjo

Ungaran dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi. Fakultas Syari‟ah.

Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri

Salatiga. Pembimbing: Heni Satar Nur Haida, S. H., M. Si.

Kata Kunci: Pengupahan, Perspektif Hukum Islam.

Manusia dalam hidupnya selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, kebutuhan hidup sangatlah bervariasi sedikit atau banyak itu relatif. Perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu mengalami perubahan yang pesat terutama dibidang kewirausahaan. Upah merupakan komponen penting dalam ketenegakerjaan, upah diterima pekerja atas imbalan jasa kerja yang dilakukan oleh pihak lain. Upah adalah hal yang paling utama dalam ketenagakerjaan karena orang bekerja adalah untuk mendapatkan upah yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengupahan di Toko pintar 3 ini membuat penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pelaksanaan pengupahan di toko pintar 3 pasar bandarjo ungaran, bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pengupahan di toko pintar 3 pasar bandarjo ungaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengupahan di toko pintar 3 pasar bandarjo ungaran, dan untuk mengetahui tinjauan hukum islam dalam pelaksanaan pengupahan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan metode pengumpulan data, observasi, wawancara, dokumentasi. Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh secara langsung di

lapangan. dan juga dengan cara meneliti bahan – bahan perpustakaan yang

merupakan data pendukung untuk penelitian ini.

Berdasarkan penelitian yang diperoleh, penulis menyimpulkan bahwa Pelaksanaan pembayaran upah di Toko Pintar 3 Pasar Bandarjo Ungaran merupakan sistem pengupahan yang kebijakannya berdasar kesepakatan sepihak yaitu keputusan dari pemilik sedangkan karyawan hanya menerima saja. Dimana gaji mereka dibawah UMR, karena di toko tersebut para karyawan di gaji atau diberi upah sebesar 1.600.000 sedangkan ketentuan Gubernur Jawa Tengah adalah 1.900.000. Pelaksanaan upah secara akad sudah menjalankannya secara benar namun, dalam hal penentuan jumlah upah masih jauh dari ketentuan Islam yang mengharuskan prinsip suka sama suka atau ridho. Sehingga karyawan hanya menerima apa yang sudah di tetapkan oleh pemilik toko. Dan juga dalam Islam dianjurkan untuk membayar jasa seorang karyawan atau pekerja sesuai dengan pekerjaannya.

(12)

DAFTAR ISI

E. Penegasan Penelitian ... 6

F. Tinjauan Pustaka ... 7

G. Metode Penelitian ... 9

H. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengupahan ... 13

B. Macam – macam upah atau pengupahan ... 15

C. Teori Pengupahan ... 25

D. Pengupahan menurut Hukum Islam ... 27

E. Besaran Upah dalam Hukum Islam ... 41

(13)

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi tempat penelitian ... 44

B. Bentuk – bentuk pelaksanaan pengupahan ... 51

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN DI TOKO PINTAR 3 PASAR BANDARJO UNGARAN ... 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia dalam hidupnya selalu berusaha untuk memenuhi

kebutuhannya. Kebutuhan hidup sangatlah bervariasi, sedikit atau

banyak adalah relatif tergantung pada kemampuan atau daya beli

seseorang. Perkembangan perekonomian di Indonesia dari waktu ke waktu

mengalami perubahan yang sangat pesat. Terutama didalam dunia

kewirausahaan yang mulai menunjukkan perkembangan dan kemajuannya.

Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu

yang baru atau kreatif dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam

memberikan nilai lebih. Salah satu factor berkembangnya suatu usaha itu

adalah para karyawan atau pekerja yang bekerja disebuah perusahaan atau

industry (Sanusi, 1994).

Upah merupakan komponen penting dalam ketenagakerjaan,

yaitu sebagai salah satu unsur dalam pelaksanaan hubungan kerja,

yang mempunyai peranan strategi dalam pelaksanaan hubungan

industrial. Upah diterima pekerja atas imbalan jasa kerja yang dilakukan

bagi pihak lain, sehingga upah pada dasarnya harus sebanding dengan

kontribusi yang diberikan pekerja dalam memproduksi barang atau jasa

(15)

Persoalan-persolan ketenagakerjaan di Indonesia merupakan

masalah nasional yang sangat kompleks. Namun masalah pengupahan

menjadi masalah utama dalam ketenagakerjaan. Upah merupakan

komponen penting dalam ketenagakerjaan, yaitu sebagai salah satu unsur

dalam pelaksanaan hubungan kerja, yang mempunyai peranan strategi

dalam pelaksanaan hubungan industrial. Upah diterima pekerja atas

imbalan jasa kerja yang dilakukan bagi pihak lain, sehingga upah pada

dasarnya harus sebanding dengan kontribusi yang diberikan pekerja dalam

memproduksi barang atau jasa tertentu.

Menurut Mursi(1999: 33) upah merupakan imbalan finansial

langsung yang dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam kerja,

jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang

diberikan.Konsep upah biasanya dihubungkandengan proses pembayaran

bagi tenaga kerja lepas.

Pekerjaan adalah sarana untuk mencapai rezeki dan kelayakan

hidup. Pekerjaan manusia adalah tugas rasio (akal) dan fisik. Jika manusia

tidak bekerja maka ia tidak bisa memenuhi tugas hidupnya. Manusia harus

menggunakan akalnya untuk berpikir dan menjadikan pemikiran sebagai

pedoman dalam kehidupan.

Penetapan besarnya upah yang diberikan oleh pengusaha

kepada pekerja tergantung kepada kesepakatan yang telah dibuat

(16)

dalam pemberian upah. Didalam syariat Islam upah atau bisa disebut sewa

menggunakan akad ijarah, yang artinya yaitu pemilikan jasa dari seorang

ajir (orang yang dikontrak tenaganya) oleh musta‟jir (orang yang

mengontrak tenaga).

Ijarah merupakan transaksi terhadap jasa tertentu yang disertai

dengan kompensasi. Kompensai atas imbalan tersebut berupa al – ujrah

(upah) (Al- jaziry, 2004: 76), dan Upah / gaji yang diberikan kepada

pekerja harus jelas dan bisa diketahui.

Upah merupakan hal yang paling utama dalam

ketenagakerjaan, karena tujuan orang bekerja adalah untuk mendapatkan

upah yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Toko pintar 3adalah sebuah tempat yang di dalamnya terjadi

kegiatan perdagangan dengan jenis benda yang khusus menjualkan

berbagai perlengkapan kebutuhan manusia sehari-hari, misalnya sembako

yang macamnya seperti: beras, telur, minyak, dll. Sesungguhnya hampir

sama dengan "kedai" atau "warung". Akan tetapi pada perkembangan

istilah, kedai dan warung cenderung bersifat tradisional dan sederhana,

dan warung umumnya dikaitkan dengan tempat penjualan makanan dan

minuman. Secara bangunan fisik, Toko pintar 3lebih terkesan mewah dan

modern dalam bangunannya daripada warung. Toko pintar 3juga lebih

modern dalam hal barang-barang yang dijual dan proses transaksinya,

dalam islam juga mengatur tentang pemberian upah yang harus diberikan

(17)

diberikan dalam bentuk materi atau uang, akan tetapi untuk kalangan

pekerja toko atau warung mereka biasanya diberikan upah dalam bentuk

uang atau materi. Seperti firman Allah SWT sebagai berikut:

َََع ُ هاللَّ َٙشََٞسَف اُ٘يََْعا ِوُقَٗ ِحَدبَٖهشىاَٗ ِتَْٞغْىا ٌِِىبَع َٰٚىِإ َُُّٗدَشُزَسَٗ ۖ ٍَُُِْْ٘ؤَُْىاَٗ ُُٔىُ٘سَسَٗ ٌُْنَي

َُُ٘يََْعَر ٌُْزُْْم بََِث ٌُْنُئِّجََُْٞف

Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Kesimpulan dari surat diatas yaitu, segala sesuatu yang kita

kerjakan pasti akan dimintai pertanggungjawaban olehNya, baik itu

perbuatan yang baik maupun perbuatan yang tidak baik. Lakukanlah hal

yang bermanfaat untuk diri kita sendiri dan orang lain.

Dalam hadist juga dijelaskan ketentuan memberi upah kepada para pekerja

ُُٔقَشَع هفِجَٝ َُْأ َوْجَق َُٓشْجَأ َشِٞجَلأا اُ٘طْعَأ

Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.”

(HR. Ibnu Majah, shahih).

Maksud hadits ini adalah bersegera menunaikan hak si pekerja

setelah selesainya pekerjaan, begitu juga bisa dimaksud jika telah ada

kesepakatan pemberian gaji setiap bulan.

dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk membahas dan

(18)

B. RUMUSAN MASALAH

Setelah mengurai latar belakang, maka ada beberapa masalah yang

harus peneliti identifikasi sebagi masalah yang terkait dengan penelitian

ini yaitu :

1. Bagaimana Pelaksanaan Pengupahan di Toko pintar 3 Pasar Bandarjo

Ungaran ?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pengupahan di Toko

pintar 3 Pasar Bandarjo Ungaran ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan fokus penelitian yang telah teruraikan, maka tujuan

dari penulisan ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Pengupahan di Toko pintar 3 Pasar

Bandarjo Ungaran ?

2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pengupahan di

Toko pintar 3 Pasar Bandarjo Ungaran ?

D. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan yang diinginkan dari penulis ini, maka hasil

dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dari segi teoritis dan

praktis berupa :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian yang lebih lanjut bagi

(19)

Hukum Islam mengenai Pelaksanaan Pengupahan di Toko pintar

3Pasar Bandarjo Ungaran.

2. Manfaat Praktik

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pembuka pengetahuan

bagi masyarakat dalam pelaksanaan Pengupahan di Toko pintar 3

Pasar Bandarjo Ungaran, serta menjadikan bahan pertimbangan dan

masukan bagi pihak terkait dalam mengambil langkah-langkah

pelaksanaan Pengupahan.

E. PENEGASAN PENELITIAN

Agar tidak terjadi salah pengertian dalam pemahaman penelitian

yang akan peneliti ini, maka dipandang perlu untuk menjelaskan beberapa

istilah yang ada hubungannya dengan judul peneliti yaitu :

1. Pengupahan

Upah merupakan imbalan finansial langsung yang

dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah

barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang

diberikan (Kadarisman, 2012).

Konsep Upah biasanya dihubungkan dengan proses

pembayaran tenaga lepas. upah ditentukan oleh jenjang posisi

yang ditetapkan berdasarkan asumsi bahwa tugas-tugas dan

tanggung jawab setiap kerja yang berbeda jenjangnya, tidak

(20)

bertolak dari asumsi bahwa beban kerja dan tanggungjawabnya

relatif sama bobotnya beban tersebut telah tersedia dalam

deskripsi pekerjaan.

2. Hukum Islam

Hukum Islam yaitu rangkaian yang terdiri dari kata

“Hukum” dan kata “Islam”Hukum yaitu sepakat peraturan tentang tinglah laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat itu

berlaku dan mengikat unntuk anggotanya. Hukum Islam yaitu

peraturan berdasarkan wahyu Allah SWT dan Rasuluallah SAW

tentang tingkah laku manusia yang diakui dan diyakini serta

mengikat untuk semua yang beragam Islam (Syarifudin, 1997:4-5).

F. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini tidak mengulang atau duplikasi dari penelitian yang

ada, karena penelitian yang penulis teliti ini mendiskripsikan tentang

Pengupahan yang di Tinjau dari Hukum Islam.

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan

perbandingan bagi peneliti ini antara lain yaitu terdapat beberapa

penelitian yang membahas tentang Pengupahan.

Pertama, skripsi yang berjudul “Pengupahan Karyawan Dalam

Perspektif Fiqh Muamalah (Stusi Kasus Pada Home Industri Pulo Kali

Bata Jakarta Selatan)” disusun oleh Zulkairin Hadi Syam, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tahun 2011. Dalam

(21)

memenuhi perspektif fiqh muamalah mulai dari akad awalnya hingga

kelayakan upah yang diberikan.

Kedua, skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap

Pelaksanaan Pembayaran Upah bagi Pengrajin Tas Anyaman di Desa

Sukoreno Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo.” Disusun oleh

Muhammad Latief Fakhrudin. Dalam skripsi tersebut menjelaskan bahwa

dalam kerjasama ini terdapat beberapa kekurangan yang berawal dari

kurang jelasnya akad perjanjian yang dilaksanakan, sehingga salah satu

pihak sering mengingkari isi perjanjian.

Ketiga, Skripsi yang berjudul “Sistem Pemberian Upah Pegawai

PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera “Bringin Life” dalam Tinjauan

Hukum Islam.” Disusun oleh Agus Tri Hendra Jatmika. Dalam skripsi

tersebut berisi tentang sistem pemberian upah bagi karyawan PT. Asuransi

Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera “Bringin Life” yang didasarkan pada prosentase perolehan nasabah.

Keempat, skripsi yang berjudul “Upah bagi Pekerja borongan

tersebut telah memenuhi kriteria Prinsip Keadilan Islam terhadap Sistem

Upah di Desa Pekajangan Kabupaten Pekalongan.” Disusun oleh Muhammad Nadzif. Dalam skripsi tersebut berisi tentang sistem

pengupahan bagi pekerja borongan di Koperasi Batik Desa Pekajangan

Kabupaten Pekalongan.

(22)

Asrori. Skripsi tersebut yang berisi tentang sistem pengupahan pekerja

borongan bagi buruh yang dikaitkan dengan UMR Kabupaten Kediri

Tahun 1997.

G. METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah suatu cara untuk melakukan sesuatu

dengan menggunakan pikiran untuk mencapai sebuah tujuan dengan cara

mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai pada

penyusunan laporan (Cholid, 2003:1).

Penelitian sendiri merupakan suatu aktifitas ilmiah yang memiliki

tujuan dan berarah. Maka data dan informasi yang di dapatkan dalam

penelitian harus sesuai dengan persoalan yang nyata. Maka dalam hal ini

peneliti menggunakan jenis penelitian yang sesuai agar dapat memperoleh

hasil yang maksimal, adalah sebagai berikut :

1. Jenis penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)

yang lokasinya di Toko pintar 3 Pasar Bandarjo Ungaran dengan

pendekatan yuridis empiris. Penelitian yuridis empiris adalah suatu

jenis pendekatan hukum sosiologis dan dapat pula disebut sebagai

penelitian lapangan yaitu yang mengkaji tentang hukum yang berlaku

dan apa yang terjadi dalam masyarakat (Bambang, 2002:15). Atau

dengan dengan kata lain adalah suatu penelitian yang dilakukan

dengan keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di

(23)

dibutuhkan. Setelah data-data yang dibutuhkan telah muncul maka

menuju ke identifikasi masalah dan menuju pada penyelesaian

masalah.

2. Sumber data

Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang digunakan oleh

peneliti yang terdiri dari :

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengambilan data langsung

pada objek sebagai sumber informasi yang dicari (Abuddin

Nata,2000:39). Adapun sumber data primer adalah hasil

wawancara dan observasi tentang pelaksanaan pengupahan di Toko

Pintar 3 Pasar Bandarjo.

b. Data sekunder data yang diperoleh secara tidak langsung dari

subjek penelitinya, yaitu di ambil dari undang – undang, buku–

buku, artikel, dan sumber lainnya yang memiliki hubungan dengan

permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

3. Metode pengumpulan data

Pada bagian ini peneliti mendapatkan data yang akurat karena

dilakukan dengan mengumpulkan sumber data baik data primer dan

sekunder, yang disesuaikan dengan pendekatan penelitian. Teknik

(24)

a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja,

sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala – gejala

psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Joko

Subagyo,1991:231) dalam hal ini penulis melakukan pengamatan

langsung di Toko pintar 3 Pasar Bandarjo.

b. Interview atau wawancara

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu

(Moloeng,2000:148). Sedangkan jenis interview atau wawancara

yang digunakan oleh penulis adalah jenis pedoman interview

yang tidak terstruktur, yakni pedoman wawancara yang hanya

memuat garis– garis besar pertanyaan yang akan diajukan

(Suharsini Arikunto,1997:231) dalam hal ini penulis bertanya

langsung kepada pemilik dan karyawan di Toko Pintar 3 Pasar

Bandarjo.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal – hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

agenda, dan sebagainya (Suharsini Arikunto,1997:206). Dalam

hal ini penulis memperoleh data dari buku – buku, literatur yang

berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, dan juga

(25)

Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data mengenai

informasi Pelaksanaan Pengupahan di Toko pintar 3 Pasar Bandarejo

Ungaran.

H. SISTEMATIKA PENELITIAN

Untuk memberikan kemudahan dalam penyusunan laporan

penelitian ini, maka penulisan sekripsi ini disusun dengan sistematika

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, telaah

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan teori yang terdiri dari Pengertian upah secara umum,

macam-macam upah, teori pengupahan, pengupahan menurut

undang-undang ketenagakerjaan, dan pengupahan menurut

hukum Islam.

BAB IIIHasil Penelitian dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi Tempat

Penelitian, Pelaksanan pengupahan di Toko pintar 3 Pasar

Bandarjo Ungaran.

BAB IV Pembahasan tentang sistem pengupahan di Tinjau dari Hukum

Islam.

BAB V Penutup yang berisi kesimpulan yang memuat semua kesimpulan

dari semua pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dan

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pengupahan Secara Umum

Di Indonesia kata upah biasa digunakan dalam konteks hubungan

antara pengusaha dengan pekerjanya. Upah sendiri mempunyai pengertian

yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu, “Uang dan lain sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar

tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu (Pusat bahasa

DepDikNas, 2005: 1250). Sedangkan dalam Ensiklopedi Indonesia

menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan upah yaitu pembayaran yang

diterima oleh buruh untuk jasa yang telah diberikannya (Syadily, 1984:

3718).

Menurut ekonomi konvensional, ada yang membedakan

pembayaran tenaga kerja pada dua pengertian, yakni gaji dan upah. Istilah

gaji biasa digunakan pada instansi pemerintah dan istilah upah biasanya

digunakan untuk perusahaan swasta (Winarni, dkk, 2006: 16).

Idris Ahmad berpendapat bahwa upah adalah mengambil manfaat

tenaga orang lain dengan jalan memberi ganti menurut syarat-syarat

tertentu (Suhendi, 2005: 115). Nurimansyah Haribuan mendefinisikan

bahwa upah adalah segala macam bentuk penghasilan yang diterma buruh

(pekerja) baik berupa uang ataupun barang dalam jangka waktu tertentu

pada suatu kegiatan ekonomi (Asikin, 1997: 80). Dari penjelasan diatas

(27)

imbalan yang wujudnya dapat diberikan dalam berbagai macam bentuk,

yang diberikan oleh seseorang atau lembaga atau instansi atas usaha, kerja,

dan prestasi kerja yang di berikan selama ini.

Upah yang diberikan kepada seseorang harus sebanding dengan

kegiatan atau jasa yang telah diberikan, cukup juga bermanfaat bagi

pemenuhan kebutuhan hidup yang wajar. Dalam hal ini baik karena

perbedaan tingkat kebutuhan dan kemampuan seseorang ataupun karena

faktor lingkungan dan sebagainya (Kartasaputra, 1994: 94).

Menurut pernyataan Prof. Benham : Upah dapat didefinisikan

dengan sejumlah uang dibayar oleh orang yang memberikan pekerjaan

kepada seorang pekerja atas jasanya sesuai dengan perjanjian (Afzalur,

1995: 361). Sedangkan menurut Sadono Sutikno pengupahan yaitu

pembayaran kepada pekerja-pekerja kasar yang pekeraannya selalu

berpindah-pindah, misal pekerjaan pertania, tukang kayu, tukang batu, dan

buruh kasar (Sukirno, 1994: 354).

Menurut Afzalur Rahman upah adalah harga dari tenaga yang

dibayar atas jasanya dalam produksi (Rahman, 1995: 361). Penjelasan

menurut Hendri Anto tentang upah yaitu kompensasi atas jasa yang

diberikan seorang tenaga kerja, dan perampasan terhadap upah adalah

perbuatan buruk yang nantinya akan mendapat ancaman dari Allah SWT

(Anto, 2003: 227). Ada lagi upah menurut UU kecelakaan tahun 1974 No.

(28)

diterima oleh buruh atau pekerja sebagai ganti pekerjaan atau jasanya

(Ranupandojo, dkk, 1984: 128-129).

Menurut Endang Dyah Widyastuti upah yaitu suatu penghargaan

atau balas jasa yang diberikan pengusaha kepada karyawannya atas

pekerjaan atau jasa-jasa yang telah dilakukan utuk perusahaan dalam

kurun waktu tertentu. Upah yaitu pembayaran kerja untuk waktu jangka

pendek, dan upah diberikan untuk para pekerja yang terlibat langsung

dengan produksi maupun yang tidak langsung (Widyastuti, 2002: 121).

Sesuai dengan hadist:

أ ُٔقَشَع هفِجَٝ َُْأ َوْجَق َُٓشْجَأ َشِٞجَلأا اُ٘طْع

Artinya : berikanlah kepada karyawanmu upah sebelum kering

keringatnya.(H.R ibnu majah)

Dari penjelasan hadist diatas bahwa setiap pekerjaan yang

dilakukan oleh seseorang apabila pekerjaan itu telah selesai maka,

segeralah untuk memberikan imbalan jasa atau upahnya janganlah

menundanya.

B. Macam- macam upah atau pengupahan

Macam-macam upah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu:

1. Upah yang sepadan (ujrah al-misli)

Ujrah al-misli yaitu upah yang sepadan dengan kerjanya serta

sepadan dengan jenis pekerjaannya, sesuai dengan jumlah nilai

(29)

pemberi kerja dan yang menerima kerja (pekerja) pada saat

transaksi pembelian jasa, maka dengan itu untuk menentukan tarif

upah atas kedua belah pihak yang melakukan transaksi pembeli

jasa, tetapi belum menentukan upah yang disepakati maka mereka

harus menentukan upah yang wajar dengan pekerjaannya atau upah

yang dalam situasi normal biasa diberlakukan dan sepadan dengan

tingkat jenis pekerjaan tersebut. Tujuan ditentukan tarif upah yang

sepadan yaitu untuk menjaga kepentingan kedua belah pihak, baik

penjual jasa maupun pemberi jasa, dan menghindarkan adanya

unsur eksploitasi didalam transaksi-transaksi dengan demikian,

melalui tarif upah yang sepadan, setiap perselisihan yang terjadi

dalam transaksi jual beli jasa akan dapat terselesaikan secara adil

(Salim, 1999: 99-100).

2. Upah yang telah disebutkan ( ujrah al-musamma)

Upah yang disebut (ujrah al-musamma) syaratnya ketika

disebutkan harus disertai adanya kerelaan (diterima) kedua belah

pihak yang sedang melakukan transaksi terhadap upah tersebut.

Oleh karena itu pihak musta‟jir tidak boleh dipaksa untuk

membayar lebih besar dari apa yang telah disebutkan, sebagaimana

pihak ajir juga tidak boleh dipaksa untuk mendapatkan lebih kecil

dari apa yang telah disebutkan, melainkan upah tersebut

(30)

Apabila upah tersebut disebutkan pada saat transaksi, maka

upah itu merupakan upah yang disebutkan (ajrun musamma).

Namun apabila belum disebutkan, ataupun terjadi perselisihan

terhadap upah yang telah disebutkan, maka upahnya bisa

dibedakan upah yang sepadan(ajrun misli) (An-Nabhani,

1996:103).

Macam-macam upah yang diberikan kepada para pekerjanya

biasanya ditentukan oleh sistem atau kebijakan yang diterapkan

dalam perusahaan atau tempat usaha itu sendiri. Namun setelah

terjadinya perkembangan dalam bidang Muamalah pada saat ini,

maka jenisnya pun sangat banyak diantaranya:

1. Upah perbuatan taat

Menurut mazhab Hanafi, menyewa seseorang untuk shalat,

puasa, haji, membaca Al-Qur‟an, maupun adzan tidak

diperbolehkan, dan hukumnya haram dalam mengambil upah

atas jasa pekerjaan itu. Kartena perbuatan yang tergolong

taqarrub apabila berlangsung, pahalanya jatuh kepada si pelaku,

oleh karena itu tidak boleh mengambil upah dari orang lain

untuk pekerjaan itu (Sabiq, 2006: 21).

2. Upah mengajarkan Al-Qur‟an

Pada saat ini beberapa fuqaha menyatakan bahwa boleh

mengambil upah dari pengajaran Al-Qur‟an dan ilmu-ilmu

(31)

penunjang kehidupan mereka dan kehidupan orang-orang yang

berada dalam tanggungan para guru tersebut. Dan waktu mereka

juga tersita atau berkurang untuk kepentingan pengajaran

Al-Qur‟an dan ilmu-ilmu syari‟ah tersebut, maka dari itu

diperbolehkan untuk memberikan kepada mereka sesuatu

imbalan dari pengajaran ini (Sabiq, 2006: 22).

3. Upah sewa-menyewa tanah

Diperbolehkan menyewakan tanah dan disyaratkan

menjelaskan kegunaan tanah yang akan disewa, jenis apa yang

akan ditanam ditanah tersebut, kecuali jika orang yang akan

menyewakan mengizinkan untuk ditanami apa saja yang

dikehendaki. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka ijarah

dinyatakan fasid (tidak sah) (Sabiq, 2006: 30).

4. Upah sewa-menyewa kendaraan

Boleh menyewakan kendaraan, baik hewan atau kendaraan

lainnya, dengan syarat dijelaskan tempo waktunya, atau

tempatnya. Disyaratkan pula kegunaan penyewaan untuk

mengangkut barang atau untuk ditunggangi, apa yang diangkut

dan siapa yang menunggangi (Syafe‟i, 2004: 133).

5. Upah sewa-menyewa rumah

Menyewakan rumah adalah untuk tempat tinggal oleh

(32)

menyewakannya kembali, diperbolehkan syarat pihak penyewa

tidak merusak bangunan yang akan disewanya. Selain itu pihak

penyewa mempunyai kewajiban untuk memelihara rumah

tersebut, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di lingkungan

masyarakat (Suhwaradi, 1994: 56).

6. Upah pembekaman

Usaha bekam tidaklah haram, karena Nabi Saw. Pernah

berbekam dan beliau memberikan imbalan kepada tukang

bekam itu, sebagaimana dalam hadis. Jika sekiranya haram,

tentu beliau tidak akan memberikan upah kepadanya (Sabiq,

2006: 24).

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad Bin

Yazid Telah menceritakan kepada kami Muhammad Bin Ishaq

(33)

Abdurrahman Bin Ya'qub dari seorang lelaki Quraisy dari Bani

Sahm dari seorang lelaki di antara mereka yang disebut

Majidah dia berkata; aku bertengkar dengan seorang budak

lelaki di Makkah, kemudian dia menggigit dan memutuskan

telingaku -atau- aku menggigit dan memutuskan telinga, maka

ketika Abu Bakar datang kepada kami untuk melaksanakan haji,

kami mengajukan perkara itu kepadanya, maka dia menjawab;

"Bawalah keduanya kepada Umar Bin Al Khaththab, jika orang

yang melukai mencapai untuk dilaksanakan qishash, maka

hendaklah dia mengqishashnya." Dia berkata; maka ketika kami

sudah tiba dihadapan Umar Bin Al Khaththab, dia memandang

kami dan berkata; "Ya, sudah sampai batas untuk dilakukan

qishash, panggilkanlah untukku tukang bekam." Maka ketika

dia menyebut tukang bekam dia berkata; "Adapun aku

mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Aku telah memberikan seorang hamba sahaya kepada bibiku

dari pihak ibu dengan harapan semoga Allah memberkahinya

dengannya, dan aku telah melarangnya agar jangan sampai

menjadikannya sebagai tukang bekam, tukang jagal hewan atau

tukang emas." Telah menceritakan kepada kami Ya'qub telah

menceritakan kepada kami bapakku dari Ibnu Ishaq dia

(34)

Majidah As Sahmi bahwa dia berkata; "Abu Bakar berangkat

haji kepada kami pada masa kekhilafahannya, " kemudian dia

menyebutkan hadits

.

7. Upah menyusui anak

Dalam Al-Qur‟an sudah disebutkan bahwa

diperbolehkannya memberikan upah bagi orang yang

menyusukan anak, sebagaimana yang tercantum dalam surat

Al-Baqarah ayat 233.

ٌُْزَْٞرآ بٍَ ٌُْزَْهيَس اَرِإ ٌُْنَْٞيَع َحبَُْج َلََف ٌُْمَد َلََْٗأ اُ٘عِظْشَزْسَر َُْأ ٌُْرْدَسَأ ُِْإَٗ

ِفُٗشْعََْىبِث

Artinya: dan jika kamu ingin anakmu disusukan ke oleh

orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu

memberikan pembayaran menurut yang patut(surat Al-Baqarah

ayat 233) .

8. Perburuhan

Disamping sewa-menyewa barang, sebagaimana yang telah

diuraikan diatas, maka ada pula beberapa persewaan tenaga

yang lazim disebut perburuhan. Buruh adalah orang yang

menyewakan tenaganya kepada orang lain untuk dikaryakan

berdasarkan kemampuannya dalam suatu pekerjaan (Ya‟qub, 1984: 325).

(35)
(36)

mereka. Saat saya mendapatkan keduanya sedang tidur, saya berdiri disamping kepala mereka karena saya tidak ingin menganggu tidur keduanya sampai mereka bangun. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa saya melakukan hal itu hanya karena mengharapkan rahmatMu dan takut akan azabMu, maka geserkanlah (batu itu), maka bergeserlah sepertiga bagian batu itu. Laki-laki kedua berkata: Ya Allah, Engkau mengetahui saya pernah menyewa seseorang untuk bekerja suatu pekerjaan padaku, dia datang meminta upahnya ketika aku sedang marah dan aku membentaknya, lalu dia pergi dan meninggalkan upahnya. Maka upahnya itu saya kumpulkan dan saya kembangkan sampai melimpah ruah hasilnya. Ketika dia datang hendak mengambil upah tersebut, aku serahkan semuanya beserta perkembangbiakan hasilnya. Sekiranya saya mau, cukup saya berikan upahnya aslinya saja. Engkau Maha Tahu, bahwa aku melakukan hal itu hanya karena mengharapkan rahmatMu dan takut akan azabMu, maka geserkanlah (batu itu). Maka bergeserlah sepertiga bagian lagi batu itu. Orang ketiga berkata: Engkau mengetahui saya pernah tertarik kepada seorang wanita, maka saya beri harga dan bayar dia, namun ketika aku telah membayar upah dan ia menyerahkan dirinya, serta merta aku membatalkannya tanpa meminta uang sepersenpun dari yang aku serahkan padanya. Engkau Maha Tahu, bahwa aku melakukan hal itu hanya karena mengharapkan rahmatMu dan takut akan azabMu, maka geserkanlah (batu itu), maka batu tersebut hilang dari mulut gua semuanya. Dan mereka keluar sambil berpelukan." Abdullah berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Bahr telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Qatadah, Abdullah berkata dari Anas lalu menyebutkan sama. Telah menceritakan kepada kami Bahz telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Qatadah dari Anas bahwa ada tiga orang yang pergi lalu menyebutkan secara makna, berkata bapakku dan dia tidak memarfu'kannya.

9. Upah borong

Upah borong yaitu penempatan upah yang didasarkan pada

hasil yang didapatnya dan tidak terikat pada waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Misal, tukang bordir yang

(37)

Dan biasanya dikerjakan secara bersama-sama atau

berkelompok.

10. Upah harian

Upah harian yaitu upah yang diberikankepada pekerja yang

bekerja atas lamanya atau berapa jam pekerja itu melakukan

pekerjaan atau tugasnya. Biasanya jam kerjanya dari pagi

sampai sore, misal tukang cuci dan bersih-bersih rumah yang

bekerja tanpa tidur dirumah majikan atau juragannya.

11. Upah bulanan atau gaji

Yaitu upah yang diberikan kepada para pekerja dibagian

kantor, administrasi yang biasa pekerjaannya membutuhkan

ketelitian dan keterampilan yang cukup baik, maka dari itu gaji

mereka biasanya lebih besar daripada gaji pekerja yang berada

di bidang produksi.

12. Upah Nominal

Upah nominal yaitu sejumlah uang yang dibayarkan secara

tunai kepada seorang pekerja yang berhak sebagai imbalan atas

jasanya dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian

kerja.

13. Upah Minimum

Upah minimum yaitu upah yang terendah yang akan

(38)

bekerja di tempat usahanya. Upah minimum ini biasanya

ditentukan oleh pemerintah baik dari provinsi, kabupaten,

maupun kota. Dan upah ini kadang kadang berbeda setiap

tahunnya sesuai dengan tujuan ditetapkannya upah tersebut.

14. Upah Wajar

Upah wajar yaitu upah yang secara relatif di nilai cukup

wajar oleh penguasaha atau pemilik usaha dan pekerja sebagai

imbalan atas jasa-jasa pada pengusaha (Asikin, 2006: 89-91).

Faktor-faktor yang mempengaruhi upah wajar diantaranya:

a. Kondisi ekonomi negara secara umumnya.

b. Nilai upah rata-rata didaerah mana pengusaha ituberoperasi.

c. Posisi usaha dilihat dari struktur ekonomi.

d. Undang-undang yang mengatur tentang upah dan jam kerja.

e. Ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam usaha tersebut.

f. Standar hidup dari para pekerja itu sendiri.

Upah yang wajar inilah yang diharapkan oleh para pekerja,

bukan upah hidup, mengingat upah hidup umumnya sulit untuk

dilaksanakan pemberiannya karena pengusaha-pengusaha

umumnya belum berkembang baik, dan belum kuat untuk

permodalannya (Kartasapoetra, 1986: 102).

C. Teori Pengupahan

1. Menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional, upah yaitu sebagai

(39)

untuk suatu pekerjaan / jasa yang telah dan akan dilakukan serta

fungsinya sebagai kelangsungan kehidupan yang layak bagi

kemanusiaan dan produksi (Yusuf, 2015: 248).

2. Menurut Ibnu Khaldun harga barang terdiri dari tiga elemen utama

yaitu gaji atau upah, keuntungan, dan cukai. Ketiga elemen ini

diperoleh dari masyarakat. Menurut ibnu Khaldun, nilai atau harga

suatu barang sama dengan kuantiti bagi buruh yang terlibat dalam

pengeluaran barangyang berkenaan. Harga buruh merupakan asas

kepada penentuan harga suatu barang dan harga buruh itu sendiri

ditetapkan oleh mekanisme permintaan dan penawaran pasar (Chapra,

2001: 125).

3. Menurut Adam Smith sebagaimana dikutip oleh Mannan, bahwa upah

bisa di pandang dari dua segi, yaitu moneter dan yang tidak moneter.

Jumlah uang yang diperoleh seorang pekerja selama jangka waktu

yang ditentukan, misal satu bulan, satu minggu, atau sehari, mengacu

pada upah nominal tenaga kerja atau karyawan. Sesungguhnya upah

dari seorang pekerja tergantung pada beberapa faktor. Seperti jumlah

upah berupa uang, daya beli uang dan seterusnya. Diterima oleh

seorang pekerja karena pekerjaannya. “pekerja kaya atau miskin, diberi imbalan baik atau buruk sebanding dengan harga nyata atau bukan

harga nominal atas jerih payahnya” (Mannan, 1992: 116).

(40)

oleh Islahi, upah yang setara adalah upah yang secara bebas diserahkan

pada kekuatan permintaan dan penawaran pasar, tanpa interview

pemerintah. Tetapi ketika upah berjalan tidak wajar, misalnya pekerja

menuntut upah yang terlalu tinggi, sehingga merugikan perusahaan

atau perusahaan memberikan upah secara sewenang-wenang, maka

pemerintah berhak untuk menetapkan upah (interview). Hal tersebut

bermaksud untuk menjaga kepentingan kedua belah pihak (employer

and employed), yakni sama-sama menerima ketetapan yang ada. Akan

tetapi jika terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, maka mereka

harus sepakat tentang besarnya upah yang telah ditentukan pemerintah.

( Islah, 1997: 99).

D. Pengupahan menurut Hukum Islam

1. Upah menurut hukum Islam

Upah dalam bahasa Arab disebut Al-ujrah. Dari segi bahasa

al-ujru yang berarti „iwad (ganti) kata “al-ujrah” atau “al-ujru” yang

menurut bahasa berarti al-iwad (ganti), dengan kata lain imbalan yang

diberikan sebagai upah atau ganti suatu perbuatan yang telah

dilakukan (Karim, 1997: 29).

Pengertian upah dalam kamus bahasa Indonesia adalah uang dan

sebagainya yang dibayarkan sebagai imbalan jasa atau sebagai

pembalasan jasa atau sebagai pembayaran tenaga yang sudah

dilakukan untuk mengerjakan sesuatu (Depdik, 2000: 1108).

(41)

Dasar yang membolehkan upah yaitu dalam firman Allah dan

Artinya: apakah mereka yang membagi-bagi rahmat tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain bebrapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagain yang lain. Dan rahmat tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

Ayat diatas menjelaskan tentang penganugerahan rahmat Allah apalagi pemberian waktu, semata-mata adalah wewenang Allah, bukan manusia. Allah telah membagi bagi-bagi sarana penghidupan manusia dalam kehidupan dunia, karena mereka tidak melakukannya sendiri dan Allah telah meninggikan sebagian mereka dalam harta benda, ilmu, kekuatan, dan lain-lain atas sebagian yang lain, sehingga mereka dapat saling

tolong-menolong dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Karena itu masing-masing saling

membutuhkan dalam mencari dan mengatur

kehidupannya. Dan rahmat Allah baik dari apa yang mereka kumpulkan walau seluruh kekayaan dan kekuasaan duniawi, sehingga mereka dapat meraih kebahagiaan duniawi dan ukhrawi (Quraish Shihab, 2000: 561).

2) Surat Ath-Thalaq ayat 6

هَُِٕسُ٘جُأ هُُِٕ٘رآَف ٌُْنَى َِْعَظْسَأ ُِْئَف

(42)

هُِإ ۖ ُْٓشِجْؤَزْسا ِذَثَأ بَٝ بََُٕاَذْحِإ ْذَىبَق

bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. Berkatalah dia

Artinya: adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka, dan Allah tidak menyukai oramng-orang yang zalim.

Upah atau gaji harus dibayarkan sebagaimana yang

disyaratkan Allah dalam al-qur‟an surat Ali Imran

bahwa setiap orang yang bekerja harus dihargai dan di

berikan imbalan sesuai dengan pekerjaannya. Dan tidak

memberikan upah bagi para pekerja adalah suatu

kezaliman yang tidak disukai Allah.

b. Landasan Sunnah

Sedangkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam

(43)

Memusuhi tiga golongan di hari kiamat yang salah satu

golongan tersebut adalah orang yang tidak membayar upah

pekerja.

Begitu juga dalam hadis yang diriwayatkan oleh

ibnu majah bahwa pemberian upah diberikan kepada

pekerja sebelum kering keringatnya.

Pemberian upah atas tukang bekam dibolehkan,

sehingga mengupah atas jasa pengobatan pun juga

diperbolehkan. Sebagaimana dalam hadis yang

diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu „Abbas.

3. Rukun dan Syarat Upah

Rukun adalah unsur unsur yang membentuk sesuatu,

sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut

yang membentuknya. Misalnya gedung terbentuk karena adanya

unsur-unsur yang membentuknya, yaitu pondasi, tiang, lantai,

dinsing, atap dan seterusnya. Dalam konsep Islam, unsur-unsur

yang membentuk sesuatu itu disebut rukun (Anwar, 2007:95).

Ahli-ahli kitab madzhab Hanafi, mengungkapkan bahwa

rukun akad hanyalah ijab dan qabul saja, mereka menyatakan

bahwa tidak mungkin ada akad tanpa adanya para pihak yang

membuatnya dan tanpa adanya obyek akad. Perbedaan dengan

(44)

Adapun menurut Jumhur Ulama, rukun Ijarah ada 4

(empat), yaitu:

a. Aqid (orang yang berakad)

Adalah orang yang melakukan akad sewa-menyewa atau

upah-mengupah. Orang yang memberikan upah dan yang

menyewakan disebut mu‟jir dan yang menerima upah untuk

melakukan sesuatu dan yang menyewa sesuatu disebut

musta‟jir (Suhendi, 2002: 117).

Karena begitu pentingnya kecakapan bertindak itu sebagai

persyaratan untuk melakukan sesuatu akad, maka golongan

Syafi‟iyah dan Hambilah menambahkan bahwa mereka yang melakukan akad itu harus orang yang sudah dewasa dan tidak

cukup hanya sekedar mumayyiz saja (Anwar, 2007: 95).

b. Sigat

Pernyataan kehendak yang lazimnya disebut sigat akad (sigatul

„aqd), tediri atas ijab dan qabul. Dalam hukum Islam, ijab dan

qabul dapat melalui:

1) Ucapan

2) Utusan dan tulisan

3) Isyarat

4) Secara diam-diam

5) Dengan diam-diam

(45)

Syarat-syaratnya sama dengan syarat ijab dan qabul pada jual

beli, hanya saja ijab dan abul dalam ijarah harus menyebutkan

masa atau waktu yang ditentukan.

c. Upah (ujrah)

Yaitu sesuatu yang diberikan kepada musta‟jir atas jasa

yang telah diberikan atau diambil manfaatnya oleh mu‟jir. Dengan syarat hendaknya :

1) Sudah jelas atau sudah diketahui jumlahnya. Karena itu

ijarah tidak sah dengan upah yang belum diketahui.

2) Pegawai khusus seperti seorang hakim tidak boleh

mengambil uang dari pekerjaannya, karena dia sudah

mendapatkan gaji khusus dari pemerintah. Jika dia

mengambil gaji dari pekerjaannya berarti dia mendapat

gaki 2 kali dengan hanya mengerjakan satu pekerjaan

saja.

3) Uang sewa harus diserahkan bersamaan dengan

penerimaan barang yang disewa. Jika lengkap manfaat

yang disewa, maka uang sewanya harus lengkap

(Rawwas, 2005: 178). Yaitu, manfaat dan pembayaran

(uang) sewa yang menjadi obyek sewa-menyewa.

4) Manfaat

(46)

karena itu, jenis pekerjaannya harus dijelaskan,

sehingga tidak kabur. Karena transaksi ujrah yang

masih kabur hukumnya adalah fasid ( Chairuman dan

dkk, 1994: 157).

4. Syarat Upah (ujrah)

Dalam hukum Islam mengatur sejumlah persyaratan yang

berkaitan dengan upah (ujrah) yaitu sebagai berikut:

a. Upah harus dilakukan dengan cara-cara musyawarah dan

konsultasi terbuka, sehingga dapat terwujudkan di dalam diri

setiap individu pelaku ekonomi, rasa kewajiban moral yang

tinggi dan dedikasi yang loyal terhadap kepentingan umum

(Salim, 1999: 99-100).

b. Upah harus berupa malm mutaqawwim dan upah tersebut harus

dinyatakan secara jelas (Mas‟adi, 2002: 186). Konkrit, dan dengan menyebutkan kriteria-kriterianya.

Karena upah merupakan pembayaran atas nilai manfaat, nilai

tersebut disyaratkan harus diketahui dengan jelas (Hasan, 1990:

231).

c. Upah harus berbeda dengan jenis obyeknya. Mengupah suatu

pekerjaan dengan pekerjaan yang serupa, termasuk dalam

mengupah yang tidak memenuhi persyaratan. Karena itu

hukumnya tidak sah, dan dapat mengantarkan pada praktik

(47)

sayuran dan upahnya berupa bahan masakan atau sayuran

tersebut.

d. Upah perjajian persewaan hendaknya tidak berupa manfaat dari

jenis sesuatu yang dijadikan perjanjian. Dan tidak sah pula

membantu seseorang dengan upah membantu orang lain.

Masalah terbesar yaitu tidak sah karena persamaan manfaat.

Maka masing-masing tidak sah tersebut berkewajiban

mengeluarkan upah atau ongkos sepantasnya setelah

menggunakan tenaga seseorang tersebut (Zuhaili, 2011: 391).

e. Berupa harta tetap yang diketahui (Syafei, 2001: 129)

Jika manfaat itu tidak jelas dan menyebabkan perselisihan,

maka akadnya tidak sah karena ketidakjelasan menghalangi

penyerahan dan penerimaan sehingga tidak tercapai akad yang

dimaksud. Kejelasan objek akad (manfaat) terwujud dengan

penjelasan, tempat manfaat, masa waktu, dan penjelasan, objek

kerja dalam penyewaan para pekerja.

1) Penjelasan tempat waktu

Disyaratkan bahwa manfaat itu dapat dirasakan, ada

harganya, dan dapat diketahui

2) Penjelasan waktu

Ulama Hanafiyah tidak mensyaratkan untuk

(48)

mensyaratkannya, sebab apabila tidak dibatasi hal itu dapat

menyebabkan ketidak tahuan waktu yang wajib dipenuhi.

Di dalam buku kaerangan Wahbah Zuhaili

Safi‟iiyah sangat ketat dalam mensyaratkan waktu. Dan bila pekerjaan tersebut sudah tidak jelas, maka hukumnya tidak

sah (An-Nabhani, 1996:88)

3) Penjelasan jenis pekerjaan

Penjelasan tentang jenis pekerjaan sangat penting dan

diperlukan ketika menyewa orang untuk bekerja sehingga

tidak terjadi kesalahan atau salah paham.

4) Penjelasan waktu kerja

Tentang batasan wkatu kerja sangat bergantung pada

pekerjaan dan kesepakatan dalam akad.

Syarat-syarat pokok dalam Al-Qur‟an maupun as-Sunnah

mengenai hal pengupahan adalah para musta‟jir harus

memberi upajh kepada mu‟ajir sepenuhnya atas jasa yang

diberikan, kemudian mu‟ajir harus melakukan pekerjaan

dengan sebaik-baiknya, kegagalan dalam memenuhi

syarat-syarat ini dianggap sebagai kegagalan moral baik dari pihak

musta‟jir maupun mu‟ajir dan ini harus dipertanggung

jawabkan kepada Tuhan (Haroen, 2000:236).

(49)

Pandangan orang tentang tingkat tinggi rendahnya upah

boleh dikatakan tidak berubah, yaitu asal mencukupi. Namun arti

mencukupi sangat relatif dan tergantung sudut pandang yang

digunakan. Sisi lain dari mencukupi adalah kewajaran. Berapa

sebenarnya tingkat upah yang wajar? Dalam sejarah pemikiran

ekonomi dikenal dengan berbagai madzhab yang masing-masing

mempunyai konsep sendiri-sendiri tentang upah wajar (Arfida,

2003: 149).

Upah didefinisikan sebagai balas jasa yang adil dan layak

diberikan kepada para pekerja atas jasa-jasanya dalam mencapai

tujuan organisasi. Upah merupakan imbalan finansial langsung

yang diberikan kepada karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah

barang yang dihasilkan atau banyak pelayanan yang diberikan

(Rivai, 2009: 758).

Bekerja bukanlah masalah kuantitas tapi kualitas

penggunaan waktu dengan keberkahan margin keuntungan. Dari

sini, semakin efektif seseorang memanfaatkan waktunya untuk

kepentingan Allah, dirinya dan perusahaan akan semakin mahal

kompensasinya yang dapat diberikan atas pemanfaatan waktu

tersebut (Dep. Pengembangan bisnis syari‟ah, 2011: 16).

Adakalanya perbedaan upah itu sangta mencolok sekali.

(50)

bisa mencapai suatu kehidupan yang sangat mewah. Akan tetapi

yang penting untuk dianalisa disini yaitu faktor-faktor yang

menyebabkan adanya perbedaan upah tersebut. Adapun

faktor-faktor yang menjadi sumber dari perbedaan upah yaitu (Sukirno,

1997: 310).

a. Perbedaan jenis pekerjaan

Kegiatan ekonomi meliputi berbagai jenis pekerjaan.

Diantara jenis pekerjaan tersebut, ada pekerjaan yang

ringan dan snagat mudah. Tetapi ada pula pekerjaan yang

harus dikerjakan dengan mengeluarkan tenaga yang besar.

b. Perbedaan kemmpuan, keahlian, dan pendidikan

kemampuan, keahlian, dan keterampilan para pekerja

didalam suatu jenis pekerjaan sangatlah berbeda. Ada

sebagian pekerja yang mempunyai kemampuan fisik dan

mental yang lebih baik dari segolongan pekerja lainnya.

Secara lahiriah, sebagian pekerja mempunyai kepandaian,

ketekunan, dan ketelitian yang lebih baik. Sifat tersebut

menyebabkan mereka mempunyai produktifitas yang lebih

tinggi (Sasono, 1994: 26).

c. Ketidaksempurnaan dalam mobiitas tenaga kerja

Dalam teori seringkali diumpamakan bahwa terdapat

mobilitas faktor-faktor produksi, termasuk juga mobilitas

(51)

perumpamaan ini berarti: kalau ada pasar tenaga kerja

terjadi perbedaan upah, maka para pekerja akan mengalir

kepasar tenaga kerja yang upahnya lebih tinggi

(Simanjuntak, 1998: 52).

Perbedaan tingkat upah juga bisa ditimbulkan

karena perbedaan keuntungan yang tidak berupa uang.

Perbedaan biaya latihan pun sering menyebabkan adanya

perbedaan tingkat upah. Perbedaan tingkat upah juga bisa

disebabkan oleh keterlambatan atau juga ketidaktahuan.

Tetapi dalam beberapa hal, hukum Islam mengakui adanya

perbadaan upah diantara tingkat kerjaan.

Hal ini karena adanya perbedaan kemampuan serta bakat

yang dapat mengakibatkan perbedaan penghasilan, dan

hasil material. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT

dalam Al-qur‟an surat An-Nisa‟ ayat 32:

“dan jangan kamu iri hati terhadap apa yang di karuniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. Karena bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para (wanita) pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah karunia-Nya. Sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa‟:32)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat

upah diakibatkan karena perbedaan bakat, kesanggupan dan

(52)

pekerja tanpa memperhatikan upah mereka. Sedangkan para pekerja

juga tidak boleh mengekploitir pengusaha melalui serikat buruh.

Mereka juga harus melaksanakan tugas pekerjaan mereka dengan tulus

dan jujur.

Selain itu, pengupahan dalam konteks Islam terdapat perbedaan

yang sangat mencolok dengan pengupahan orang-orang kapitalis.

Pengusaha-pengusaha kapitalis menerapkan upah kepada karyawannya

tanpa memperhatikan atas pertimbangan kebutuhan hidup

karyawannya. Sedangkan dalam Islam, upah menjadi sorotan yang

menjadi perhatian demi keberlangsungan kesejahteraan karyawannya.

6. Pembatalan dan berakhirnya Ijarah

Adapun jumhur ulama dalam hal ini mengatakan bahwa akad

al-ijarah itu bersifat mengikat kecuali ada cacat atau barang itu tidak

boleh dimanfaatkan. Akibat perbedaan itu dapat diamati dalam

kasus apabila sesorang meninggal dunia. Menurut ulama

Hanafiyah, apabila salah seorang meninggal dunia maka akad

al-ijarah batal, karena manfaat tidak boleh diwariskan. Namun,

jumhur ulama mengata (al-maal). Oleh karena itu kematian salah

satu pihak yang berakad tidak membatalkan akad al-ijarah.

Berakhirnya ijarah menurut pendapat Al-Kasani, akad ijarah

berakhir apabila ada hal-hal diantaranya:

a. Tenggangnya waktu yang disepakati dalam akad ijarah

(53)

atau kios itu dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila

yang disewa itu jasa seseorang maka orang tersebut berhak

menerima upahnya.

b. Wafatnya salah seorang yang berakad.

c. Apabila ada halangan dari salah satu pihak, seperti ruko atau

kios yang disewakan ternyata dalam pengawasan bank terkait

hutang, maka akad ijarahnya batal.

d. Obyek al-ijarah hilang atau musnah seperti ruko atau kiosnya

terbakar (Al-Kasani, 1970: 208).

e. Rusaknya barang yang diupahkan, seperti bahan baju yang

diupahkan untuk dijahit.

f. Telah terpenuhinya manfaat yang diakadkan sesuai dengan

masa yang telah ditentukan dan selesainya pekerjaan.

Akad ijarah berakhir dikutip dari Sohari dan Ru‟fah apabila

ada hal-hal berikut:

1) Terjadinya cacat pada barang sewaan.

2) Rusaknya barang yang disewakan, seperti ruko atau kios

menjadi runtuh dan sebagainya.

3) Rusaknya barang yang diupahkan (ma‟jur „alaih), seperti baju

yang diupahkan untuk dijahit.

4) Terpenuhinya manfaat yang diadakan, berakhirnya masa yang

(54)

5) Menurut Hanafiyah, boleh fasakh ijarah dari salah satu pihak

seperti yang menyewa toko untuk dagang kemudian

dagangannya ada yang mencuri, maka ia dibolehkan

mem-fasakh-kan sewaan itu (Sahrani, : 125).

Pendapat M. Ali Hasan, akad ijarah berakhir apabila:

a) Obyek hilang atau musnah seperti ruko kios terbakar.

b) Habis tenggang waktu yang disepakati.

Menurut Madzab Hanafi, yang diuraikan oleh Sohari bahwa

akad berakhir apabila salah seorang meninggal dunia.

E. Besaran Upah dalam Hukum Islam

Standart kelayakan upah adalah pengupahan yang dikenal dengan

upah minimum, sedangkan dalam Islam tidak menyebut sistem dan

besaran upah yang layak untuk diberikan, tetapi Islam memberi gambaran

umum bagaimana etika tata cara dalam sistem ekonomi khususnya

memberi upah kepada yang berhak. Rambu-rambu pengupahn dalam islam

ada 2 yaitu adil dan layak, adil bermakna jelas dan sebanding lurus

berimbang. Sedangkan layak berarti cukup pangan, sandang, papan serta

sesuai dengan keadaan ekonomi saat itu.

Dalam islam, besaran upah ditetapkan oleh kesepakatan antara

pengusaha dan pekerja. Kedua belah pihak memiliki kebebasan untuk

menetapkan jumlah upah, serta bebas menetapkan syarat dan cara

pembayaran upah tersebut. Asalkan saling rela dan tidak merugikan salah

(55)

Tingkat upah minimum dalam islam harus cukuo memenuhi

kebutuhan dasar pekerja yaitu pangan, sandang, dan papan. Menurut

Sadeq menjelaskan bahwa ada dua faktor yang harus diperhatikan dalam

menentukan upah, yaitu faktor primer dan faktor sekunder. Fkator primer

adalah kebutuhan dasar, beban kerja dan kondisi pekerjaan. Faktor

sekunder adalah memperlakukan pekerja sebagai saudara (Mardani, : 91).

F. Aturan Penetapan UMR

Upah Minimum Regional (UMR) adalah upah minimum yang

berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi. Dahulu upah

Minimum Provinsi dikenal dengan istilah Upah Minimum Regional

Tingkat I. Dasar hukum penetapan UMP adalah peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum.

UMP ditetapkan oleh gubernur dengan memperhatikan rekomendasi

Dewan Pengupahan Provinsi.

Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang

panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah yang terdiri dari birokrat,

akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim

survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang

dibuthkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survei di sejumlah

kota dalam provinsi tersebut. Diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak.

Pasal 94 Undang-Undang (UU) no. 13 tahun 2003 tentang tenaga

(56)

Upah Minimum. Besarnya gaji pokok sekurang kurangnya harus sebesar

(57)

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tentang Toko Pintar 3 Pasar Bandarjo Ungaran

Pasar Bandarjo Ungaran merupakan salah satu pusat perekonomian

terpenting di Kabupaten Semarang, yaitu sebagai salah satu pusat

perbelanjaan tradisional bagi sebagian besar mesyarakat Kabupaten

Semarang. Seiring dengan meningkatnya tuntutan pemenuhan kebutuhan

masyarakat Kabuoaten Semarang, maka Pasar Bandarjo Ungaran turut

mengalami perkembangan dari perbelanjaan tradisional ke arah

perdagangan modern terbukti dengan terdapatnya komplek pertokoan atau

plaza modern yang ikut melengkapi kawasan perniagaan tersebut.

Sebagai salah satu pusat kegiatan perekonomian, maka aktivitas

utama yang terjadi adalah perdagangan. Pasar Bandarjo Ungaran

memberikan segala kebiutuhan yang diperlukan di masyarakat. Segala

aktivitas yang berlajan di Pasar Bandarjo Ungaran antara lain adalah :

1. Aktivitas perdagangan yang meliputi barang kebutuhan primer sehari –

hari.

2. Aktivitas perdagangan untuk kebutuhan barang sekunder seperti

kebutuhan rumah tangga, pakaian jadi, alat-alat elektronik serta serta

kebutuhan lainnya didapati terjadi pada plaza/komplek pertokoan yang

(58)

Pasar Bandarejo Ungaran berdiri pada tahun 1987. Pasar Bandarejo

Ungaran terletak di Jalan Gatot Subroto, desa Bandarejo Kecamatan

Ungaran Barat. Jalan Gatot Subroto merupakan jalan arah Semarang-Solo.

Letaknya yang strategis dan kondisi bangunan yang memadai menjadikan

pasar ini cepat berkembang menjadi Pasar Bandarejo Ungaran didatangi

oleh para pegunjung.

Adapun batas – batas Pasar Bandarejo Ungaran sebagai berikut :

a. Sebelah utara dibatasi dengan perkampungan

b. Sebelah selatan dibatasi dengan perumahan

c. Sebelah barat dibatasi dengan jalan arteri Semarang-Solo

d. Sebelah Timur dibatasi dengan perkampungan

Pasar Bandarejo Ungaran mempunyai luas pasar mencapai 8.580 m2

dengan terdapat berbagai 160 blok kios dan 789 blok los beserta fasilitas

umum di dalamnya seperti mushola, kamar mandi, dan tempat parkir.

1. Gambaran Umum tentang Toko Pintar 3 di Pasar Bandarejo Ungaran

Di dalam sebuah pasar yang notabenenya sebagai tempat

terjadinya transaksi jual beli, dan tentunya banyak sekali macam-macam

barang dagangan yang di jual di pasar tersebut. Adapun yang berjualan

bermacam-macam. Seperti kios buah, kios pakaian, kios jajanan atau toko

kelontong lainnnya.

Di Toko Pintar 3 merupakan toko yang sangat dikenal di

Referensi

Dokumen terkait

TRIMs adalah perjanjian tentang aturan-aturan investasi yang menyangkut atau berkaitan dengan perdagangan. 57 Kesepakatan TRIMs dimaksudkan untuk mengurangi atau

Apabila saat hari libur resmi atau saat hari istirahat maka upah lembr diberikan untuk 7 jam pertama dibayar 2 kali upah sejam (Wawancara Saptono, Besaran Upah Kerja Lembur,

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, Penulis dapat diberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “KAJIAN TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN

4 Muhammad Sood, 2012, Hukum Perdagangan Internaional, (Jakarta : Rajawali Pers), h.. dampak pada produk dalam negeri tetapi juga untuk produk dari luar negeri atau

Suami bertanggungjawab untuk menyediakan tempat tinggal bagi keluarganya. Dengan kemampuanya para suami TKW ini, mereka dapat membangun rumah meski hanya sederhana yang penting

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Motivasi, Persepsi Dan Konsumsi Minuman Energi Serbuk Di Kalangan Karyawan Bagian Produksi PT Kurnia Adijaya Mandiri

Terutama yang harus diteliti adalah a Bagaimana Si pengarang memperoleh mata pencahariannya; sejauh apakah menerima bantuan dari pengayom, atau dari masyarakat secara langsung atau dari

Praktek pengupahan pada buruh Serikat Pekerja Putra Melayu belum sesuai menurut tinjauan ekonomi Islam karena tidak sesuai dengan perjanjian awal dimana upah akan diberikan setelah