PENGUPAHAN DI TOKO PINTAR 3 PASAR BANDARJO
UNGARAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum
Oleh:
Diena Surianas Tutie
NIM : 21413038
FAKULTAS SYARI’AH
PROGRAM STUDI HUKUM
EKONOMI SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
MOTTO
“Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang
ketakutan.”
(Dr. H. C Ary Ginanjar Agustian)
“Anda cuma bisa hidup sekali saja di dunia ini, tetapi jika anda hidup dengan benar, sekali saja sudah cukup.”
(Dr. H. C Ary Ginanjar Agustian)
“Do‟a dapat mengubah energi negatif menjadi energi positif.”
(Dr. H. C Ary Ginanjar Agustian)
“165 ( 1 Hati – 6 Prinsip –5 Langkah )”
“165 ( 1 Ihsan – 6 Iman –5 Rukun Islam )”
“165 ( Tanggal 1 – bulan 6 –45 Tahun lahir Pancasila )”
“165 adalah manusia Religius Cinta Allah dan Nasionalisme cinta NKRI”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
1. ALLAH SUBHANAHU WATA‟ALA Yang telah memberikan jalan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak (Sumarno Atmojo) dan Ibu (Lafifa Widiastuti) tercinta yang selalu dan
selalu memberikan do‟a, inspirasi, motivasi, dorongan, perhatian, serta bantuan di setiap langkah saya jua berjuta kasih sayangnya.
3. Bapak (alm) Sudiman dan Ibu Eko Ratna Wati, orang tua kandung saya yang
telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, begitu juga dengan
untaian – untaian doa di setiap langkah saya, meski tidak tinggal bersama doa
Kata Pengantar
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat – Nya penulisan sekripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai
dengan yag di harapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang
telah diberikan oleh – Nya, sehingga penulis dapat menyusun penulisan sekripsi
ini.
Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi, kekasih, spirit
perubahan Rasulullah SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat –
sahabatnya, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan.
Penulisan Sekripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan
guan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H), Fakultas Syari‟ah, Jurusan Hukum
Ekonomi Syari‟ah yang berjudul : “Pengupahan di Toko Pintar 3 Pasar Bandarjo
Ungaran dalam Perspektif Hukum Islam”. Penulis mengakui bahwa dalam
menyusun penulisan sekripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang
setinggi – tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata – kata,
namun perlu kiranya penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN
Salatiga.
3. Ibu Heni Satar Nurhaida, SH., M. Si, selaku Ketua Program Studi Hukum
4. Ibu Heni Satar Nurhaida, SH. M. Si, Selaku dosen pembimbing yang
selalu memberikan saran pengarahan dan masukan berkaitan dengan
penulisan sekripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai dengan
yang diharapkan.
5. Ibu Luthfiana Zahriani, M. H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN
Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan sekripsi,
sehingga penulisan sekripsi ini bisa saya selesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi
Fakultas Syari‟ah yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang selalu memeberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini
tanpa halangan apapun.
7. Sahabat – sahabatku selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga
Maulina, Intan, Aeni, mbak Yayan, Diana, Azizah, Anida yang selalu
memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi.
8. Upin (Tugini) dia adalah sahabat saya, bapak saya, ibu saya, kakak saya,
yang selalu berjalan selangkah di depan saya, yang setiap hari setiap saat
selalu membantu dan mendorong saya untuk cepat-cepat menyelesaikan
sekripsi ini.
9. Riyana, Ihah, Oviana, Okah, Mahfud, Surti teman seperjuangan di PA
Sahal Suhail yang selalu saya repoti apapun itu.
10.Sahabat – sahabat, adik – adik, serta seluruh keluarga besar di LKSA PA
bahwa saya disini tidak sendirian, masih ada kalian disetiap langkah
perjalanan hidup saya.
11.Teman – teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2013 di IAIN
Salatiga yang telah banyak memberikan cerita selama menempuh
pendidikan di IAIN Salatiga.
12.Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun
memberikan kontribusi hebat dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa
mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya, Amiin.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan sekripsi ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisisnya,
sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan sekripsi ini, sehingga mudah dipahami.
Akhirnya penulis berharap semoga sekripsi ini bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Salatiga, 17 September 2018
ABSTRAK
Diena Surianas Tutie. 2018. Pengupahan di Toko Pintar 03 Pasar Bandarjo
Ungaran dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi. Fakultas Syari‟ah.
Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Heni Satar Nur Haida, S. H., M. Si.
Kata Kunci: Pengupahan, Perspektif Hukum Islam.
Manusia dalam hidupnya selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, kebutuhan hidup sangatlah bervariasi sedikit atau banyak itu relatif. Perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu mengalami perubahan yang pesat terutama dibidang kewirausahaan. Upah merupakan komponen penting dalam ketenegakerjaan, upah diterima pekerja atas imbalan jasa kerja yang dilakukan oleh pihak lain. Upah adalah hal yang paling utama dalam ketenagakerjaan karena orang bekerja adalah untuk mendapatkan upah yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengupahan di Toko pintar 3 ini membuat penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pelaksanaan pengupahan di toko pintar 3 pasar bandarjo ungaran, bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pengupahan di toko pintar 3 pasar bandarjo ungaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengupahan di toko pintar 3 pasar bandarjo ungaran, dan untuk mengetahui tinjauan hukum islam dalam pelaksanaan pengupahan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan metode pengumpulan data, observasi, wawancara, dokumentasi. Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh secara langsung di
lapangan. dan juga dengan cara meneliti bahan – bahan perpustakaan yang
merupakan data pendukung untuk penelitian ini.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh, penulis menyimpulkan bahwa Pelaksanaan pembayaran upah di Toko Pintar 3 Pasar Bandarjo Ungaran merupakan sistem pengupahan yang kebijakannya berdasar kesepakatan sepihak yaitu keputusan dari pemilik sedangkan karyawan hanya menerima saja. Dimana gaji mereka dibawah UMR, karena di toko tersebut para karyawan di gaji atau diberi upah sebesar 1.600.000 sedangkan ketentuan Gubernur Jawa Tengah adalah 1.900.000. Pelaksanaan upah secara akad sudah menjalankannya secara benar namun, dalam hal penentuan jumlah upah masih jauh dari ketentuan Islam yang mengharuskan prinsip suka sama suka atau ridho. Sehingga karyawan hanya menerima apa yang sudah di tetapkan oleh pemilik toko. Dan juga dalam Islam dianjurkan untuk membayar jasa seorang karyawan atau pekerja sesuai dengan pekerjaannya.
DAFTAR ISI
E. Penegasan Penelitian ... 6
F. Tinjauan Pustaka ... 7
G. Metode Penelitian ... 9
H. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengupahan ... 13
B. Macam – macam upah atau pengupahan ... 15
C. Teori Pengupahan ... 25
D. Pengupahan menurut Hukum Islam ... 27
E. Besaran Upah dalam Hukum Islam ... 41
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi tempat penelitian ... 44
B. Bentuk – bentuk pelaksanaan pengupahan ... 51
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN DI TOKO PINTAR 3 PASAR BANDARJO UNGARAN ... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia dalam hidupnya selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan hidup sangatlah bervariasi, sedikit atau
banyak adalah relatif tergantung pada kemampuan atau daya beli
seseorang. Perkembangan perekonomian di Indonesia dari waktu ke waktu
mengalami perubahan yang sangat pesat. Terutama didalam dunia
kewirausahaan yang mulai menunjukkan perkembangan dan kemajuannya.
Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu
yang baru atau kreatif dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam
memberikan nilai lebih. Salah satu factor berkembangnya suatu usaha itu
adalah para karyawan atau pekerja yang bekerja disebuah perusahaan atau
industry (Sanusi, 1994).
Upah merupakan komponen penting dalam ketenagakerjaan,
yaitu sebagai salah satu unsur dalam pelaksanaan hubungan kerja,
yang mempunyai peranan strategi dalam pelaksanaan hubungan
industrial. Upah diterima pekerja atas imbalan jasa kerja yang dilakukan
bagi pihak lain, sehingga upah pada dasarnya harus sebanding dengan
kontribusi yang diberikan pekerja dalam memproduksi barang atau jasa
Persoalan-persolan ketenagakerjaan di Indonesia merupakan
masalah nasional yang sangat kompleks. Namun masalah pengupahan
menjadi masalah utama dalam ketenagakerjaan. Upah merupakan
komponen penting dalam ketenagakerjaan, yaitu sebagai salah satu unsur
dalam pelaksanaan hubungan kerja, yang mempunyai peranan strategi
dalam pelaksanaan hubungan industrial. Upah diterima pekerja atas
imbalan jasa kerja yang dilakukan bagi pihak lain, sehingga upah pada
dasarnya harus sebanding dengan kontribusi yang diberikan pekerja dalam
memproduksi barang atau jasa tertentu.
Menurut Mursi(1999: 33) upah merupakan imbalan finansial
langsung yang dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam kerja,
jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang
diberikan.Konsep upah biasanya dihubungkandengan proses pembayaran
bagi tenaga kerja lepas.
Pekerjaan adalah sarana untuk mencapai rezeki dan kelayakan
hidup. Pekerjaan manusia adalah tugas rasio (akal) dan fisik. Jika manusia
tidak bekerja maka ia tidak bisa memenuhi tugas hidupnya. Manusia harus
menggunakan akalnya untuk berpikir dan menjadikan pemikiran sebagai
pedoman dalam kehidupan.
Penetapan besarnya upah yang diberikan oleh pengusaha
kepada pekerja tergantung kepada kesepakatan yang telah dibuat
dalam pemberian upah. Didalam syariat Islam upah atau bisa disebut sewa
menggunakan akad ijarah, yang artinya yaitu pemilikan jasa dari seorang
ajir (orang yang dikontrak tenaganya) oleh musta‟jir (orang yang
mengontrak tenaga).
Ijarah merupakan transaksi terhadap jasa tertentu yang disertai
dengan kompensasi. Kompensai atas imbalan tersebut berupa al – ujrah
(upah) (Al- jaziry, 2004: 76), dan Upah / gaji yang diberikan kepada
pekerja harus jelas dan bisa diketahui.
Upah merupakan hal yang paling utama dalam
ketenagakerjaan, karena tujuan orang bekerja adalah untuk mendapatkan
upah yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Toko pintar 3adalah sebuah tempat yang di dalamnya terjadi
kegiatan perdagangan dengan jenis benda yang khusus menjualkan
berbagai perlengkapan kebutuhan manusia sehari-hari, misalnya sembako
yang macamnya seperti: beras, telur, minyak, dll. Sesungguhnya hampir
sama dengan "kedai" atau "warung". Akan tetapi pada perkembangan
istilah, kedai dan warung cenderung bersifat tradisional dan sederhana,
dan warung umumnya dikaitkan dengan tempat penjualan makanan dan
minuman. Secara bangunan fisik, Toko pintar 3lebih terkesan mewah dan
modern dalam bangunannya daripada warung. Toko pintar 3juga lebih
modern dalam hal barang-barang yang dijual dan proses transaksinya,
dalam islam juga mengatur tentang pemberian upah yang harus diberikan
diberikan dalam bentuk materi atau uang, akan tetapi untuk kalangan
pekerja toko atau warung mereka biasanya diberikan upah dalam bentuk
uang atau materi. Seperti firman Allah SWT sebagai berikut:
َََع ُ هاللَّ َٙشََٞسَف اُ٘يََْعا ِوُقَٗ ِحَدبَٖهشىاَٗ ِتَْٞغْىا ٌِِىبَع َٰٚىِإ َُُّٗدَشُزَسَٗ ۖ ٍَُُِْْ٘ؤَُْىاَٗ ُُٔىُ٘سَسَٗ ٌُْنَي
َُُ٘يََْعَر ٌُْزُْْم بََِث ٌُْنُئِّجََُْٞف
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Kesimpulan dari surat diatas yaitu, segala sesuatu yang kita
kerjakan pasti akan dimintai pertanggungjawaban olehNya, baik itu
perbuatan yang baik maupun perbuatan yang tidak baik. Lakukanlah hal
yang bermanfaat untuk diri kita sendiri dan orang lain.
Dalam hadist juga dijelaskan ketentuan memberi upah kepada para pekerja
ُُٔقَشَع هفِجَٝ َُْأ َوْجَق َُٓشْجَأ َشِٞجَلأا اُ٘طْعَأ
“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.”
(HR. Ibnu Majah, shahih).
Maksud hadits ini adalah bersegera menunaikan hak si pekerja
setelah selesainya pekerjaan, begitu juga bisa dimaksud jika telah ada
kesepakatan pemberian gaji setiap bulan.
dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk membahas dan
B. RUMUSAN MASALAH
Setelah mengurai latar belakang, maka ada beberapa masalah yang
harus peneliti identifikasi sebagi masalah yang terkait dengan penelitian
ini yaitu :
1. Bagaimana Pelaksanaan Pengupahan di Toko pintar 3 Pasar Bandarjo
Ungaran ?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pengupahan di Toko
pintar 3 Pasar Bandarjo Ungaran ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan fokus penelitian yang telah teruraikan, maka tujuan
dari penulisan ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Pengupahan di Toko pintar 3 Pasar
Bandarjo Ungaran ?
2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pengupahan di
Toko pintar 3 Pasar Bandarjo Ungaran ?
D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan yang diinginkan dari penulis ini, maka hasil
dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dari segi teoritis dan
praktis berupa :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian yang lebih lanjut bagi
Hukum Islam mengenai Pelaksanaan Pengupahan di Toko pintar
3Pasar Bandarjo Ungaran.
2. Manfaat Praktik
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pembuka pengetahuan
bagi masyarakat dalam pelaksanaan Pengupahan di Toko pintar 3
Pasar Bandarjo Ungaran, serta menjadikan bahan pertimbangan dan
masukan bagi pihak terkait dalam mengambil langkah-langkah
pelaksanaan Pengupahan.
E. PENEGASAN PENELITIAN
Agar tidak terjadi salah pengertian dalam pemahaman penelitian
yang akan peneliti ini, maka dipandang perlu untuk menjelaskan beberapa
istilah yang ada hubungannya dengan judul peneliti yaitu :
1. Pengupahan
Upah merupakan imbalan finansial langsung yang
dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah
barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang
diberikan (Kadarisman, 2012).
Konsep Upah biasanya dihubungkan dengan proses
pembayaran tenaga lepas. upah ditentukan oleh jenjang posisi
yang ditetapkan berdasarkan asumsi bahwa tugas-tugas dan
tanggung jawab setiap kerja yang berbeda jenjangnya, tidak
bertolak dari asumsi bahwa beban kerja dan tanggungjawabnya
relatif sama bobotnya beban tersebut telah tersedia dalam
deskripsi pekerjaan.
2. Hukum Islam
Hukum Islam yaitu rangkaian yang terdiri dari kata
“Hukum” dan kata “Islam”Hukum yaitu sepakat peraturan tentang tinglah laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat itu
berlaku dan mengikat unntuk anggotanya. Hukum Islam yaitu
peraturan berdasarkan wahyu Allah SWT dan Rasuluallah SAW
tentang tingkah laku manusia yang diakui dan diyakini serta
mengikat untuk semua yang beragam Islam (Syarifudin, 1997:4-5).
F. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini tidak mengulang atau duplikasi dari penelitian yang
ada, karena penelitian yang penulis teliti ini mendiskripsikan tentang
Pengupahan yang di Tinjau dari Hukum Islam.
Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan
perbandingan bagi peneliti ini antara lain yaitu terdapat beberapa
penelitian yang membahas tentang Pengupahan.
Pertama, skripsi yang berjudul “Pengupahan Karyawan Dalam
Perspektif Fiqh Muamalah (Stusi Kasus Pada Home Industri Pulo Kali
Bata Jakarta Selatan)” disusun oleh Zulkairin Hadi Syam, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tahun 2011. Dalam
memenuhi perspektif fiqh muamalah mulai dari akad awalnya hingga
kelayakan upah yang diberikan.
Kedua, skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap
Pelaksanaan Pembayaran Upah bagi Pengrajin Tas Anyaman di Desa
Sukoreno Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo.” Disusun oleh
Muhammad Latief Fakhrudin. Dalam skripsi tersebut menjelaskan bahwa
dalam kerjasama ini terdapat beberapa kekurangan yang berawal dari
kurang jelasnya akad perjanjian yang dilaksanakan, sehingga salah satu
pihak sering mengingkari isi perjanjian.
Ketiga, Skripsi yang berjudul “Sistem Pemberian Upah Pegawai
PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera “Bringin Life” dalam Tinjauan
Hukum Islam.” Disusun oleh Agus Tri Hendra Jatmika. Dalam skripsi
tersebut berisi tentang sistem pemberian upah bagi karyawan PT. Asuransi
Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera “Bringin Life” yang didasarkan pada prosentase perolehan nasabah.
Keempat, skripsi yang berjudul “Upah bagi Pekerja borongan
tersebut telah memenuhi kriteria Prinsip Keadilan Islam terhadap Sistem
Upah di Desa Pekajangan Kabupaten Pekalongan.” Disusun oleh Muhammad Nadzif. Dalam skripsi tersebut berisi tentang sistem
pengupahan bagi pekerja borongan di Koperasi Batik Desa Pekajangan
Kabupaten Pekalongan.
Asrori. Skripsi tersebut yang berisi tentang sistem pengupahan pekerja
borongan bagi buruh yang dikaitkan dengan UMR Kabupaten Kediri
Tahun 1997.
G. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian adalah suatu cara untuk melakukan sesuatu
dengan menggunakan pikiran untuk mencapai sebuah tujuan dengan cara
mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai pada
penyusunan laporan (Cholid, 2003:1).
Penelitian sendiri merupakan suatu aktifitas ilmiah yang memiliki
tujuan dan berarah. Maka data dan informasi yang di dapatkan dalam
penelitian harus sesuai dengan persoalan yang nyata. Maka dalam hal ini
peneliti menggunakan jenis penelitian yang sesuai agar dapat memperoleh
hasil yang maksimal, adalah sebagai berikut :
1. Jenis penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)
yang lokasinya di Toko pintar 3 Pasar Bandarjo Ungaran dengan
pendekatan yuridis empiris. Penelitian yuridis empiris adalah suatu
jenis pendekatan hukum sosiologis dan dapat pula disebut sebagai
penelitian lapangan yaitu yang mengkaji tentang hukum yang berlaku
dan apa yang terjadi dalam masyarakat (Bambang, 2002:15). Atau
dengan dengan kata lain adalah suatu penelitian yang dilakukan
dengan keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di
dibutuhkan. Setelah data-data yang dibutuhkan telah muncul maka
menuju ke identifikasi masalah dan menuju pada penyelesaian
masalah.
2. Sumber data
Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang digunakan oleh
peneliti yang terdiri dari :
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan menggunakan alat pengambilan data langsung
pada objek sebagai sumber informasi yang dicari (Abuddin
Nata,2000:39). Adapun sumber data primer adalah hasil
wawancara dan observasi tentang pelaksanaan pengupahan di Toko
Pintar 3 Pasar Bandarjo.
b. Data sekunder data yang diperoleh secara tidak langsung dari
subjek penelitinya, yaitu di ambil dari undang – undang, buku–
buku, artikel, dan sumber lainnya yang memiliki hubungan dengan
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.
3. Metode pengumpulan data
Pada bagian ini peneliti mendapatkan data yang akurat karena
dilakukan dengan mengumpulkan sumber data baik data primer dan
sekunder, yang disesuaikan dengan pendekatan penelitian. Teknik
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala – gejala
psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Joko
Subagyo,1991:231) dalam hal ini penulis melakukan pengamatan
langsung di Toko pintar 3 Pasar Bandarjo.
b. Interview atau wawancara
Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu
(Moloeng,2000:148). Sedangkan jenis interview atau wawancara
yang digunakan oleh penulis adalah jenis pedoman interview
yang tidak terstruktur, yakni pedoman wawancara yang hanya
memuat garis– garis besar pertanyaan yang akan diajukan
(Suharsini Arikunto,1997:231) dalam hal ini penulis bertanya
langsung kepada pemilik dan karyawan di Toko Pintar 3 Pasar
Bandarjo.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal – hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
agenda, dan sebagainya (Suharsini Arikunto,1997:206). Dalam
hal ini penulis memperoleh data dari buku – buku, literatur yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, dan juga
Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data mengenai
informasi Pelaksanaan Pengupahan di Toko pintar 3 Pasar Bandarejo
Ungaran.
H. SISTEMATIKA PENELITIAN
Untuk memberikan kemudahan dalam penyusunan laporan
penelitian ini, maka penulisan sekripsi ini disusun dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, telaah
pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori yang terdiri dari Pengertian upah secara umum,
macam-macam upah, teori pengupahan, pengupahan menurut
undang-undang ketenagakerjaan, dan pengupahan menurut
hukum Islam.
BAB IIIHasil Penelitian dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi Tempat
Penelitian, Pelaksanan pengupahan di Toko pintar 3 Pasar
Bandarjo Ungaran.
BAB IV Pembahasan tentang sistem pengupahan di Tinjau dari Hukum
Islam.
BAB V Penutup yang berisi kesimpulan yang memuat semua kesimpulan
dari semua pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pengupahan Secara Umum
Di Indonesia kata upah biasa digunakan dalam konteks hubungan
antara pengusaha dengan pekerjanya. Upah sendiri mempunyai pengertian
yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu, “Uang dan lain sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar
tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu (Pusat bahasa
DepDikNas, 2005: 1250). Sedangkan dalam Ensiklopedi Indonesia
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan upah yaitu pembayaran yang
diterima oleh buruh untuk jasa yang telah diberikannya (Syadily, 1984:
3718).
Menurut ekonomi konvensional, ada yang membedakan
pembayaran tenaga kerja pada dua pengertian, yakni gaji dan upah. Istilah
gaji biasa digunakan pada instansi pemerintah dan istilah upah biasanya
digunakan untuk perusahaan swasta (Winarni, dkk, 2006: 16).
Idris Ahmad berpendapat bahwa upah adalah mengambil manfaat
tenaga orang lain dengan jalan memberi ganti menurut syarat-syarat
tertentu (Suhendi, 2005: 115). Nurimansyah Haribuan mendefinisikan
bahwa upah adalah segala macam bentuk penghasilan yang diterma buruh
(pekerja) baik berupa uang ataupun barang dalam jangka waktu tertentu
pada suatu kegiatan ekonomi (Asikin, 1997: 80). Dari penjelasan diatas
imbalan yang wujudnya dapat diberikan dalam berbagai macam bentuk,
yang diberikan oleh seseorang atau lembaga atau instansi atas usaha, kerja,
dan prestasi kerja yang di berikan selama ini.
Upah yang diberikan kepada seseorang harus sebanding dengan
kegiatan atau jasa yang telah diberikan, cukup juga bermanfaat bagi
pemenuhan kebutuhan hidup yang wajar. Dalam hal ini baik karena
perbedaan tingkat kebutuhan dan kemampuan seseorang ataupun karena
faktor lingkungan dan sebagainya (Kartasaputra, 1994: 94).
Menurut pernyataan Prof. Benham : Upah dapat didefinisikan
dengan sejumlah uang dibayar oleh orang yang memberikan pekerjaan
kepada seorang pekerja atas jasanya sesuai dengan perjanjian (Afzalur,
1995: 361). Sedangkan menurut Sadono Sutikno pengupahan yaitu
pembayaran kepada pekerja-pekerja kasar yang pekeraannya selalu
berpindah-pindah, misal pekerjaan pertania, tukang kayu, tukang batu, dan
buruh kasar (Sukirno, 1994: 354).
Menurut Afzalur Rahman upah adalah harga dari tenaga yang
dibayar atas jasanya dalam produksi (Rahman, 1995: 361). Penjelasan
menurut Hendri Anto tentang upah yaitu kompensasi atas jasa yang
diberikan seorang tenaga kerja, dan perampasan terhadap upah adalah
perbuatan buruk yang nantinya akan mendapat ancaman dari Allah SWT
(Anto, 2003: 227). Ada lagi upah menurut UU kecelakaan tahun 1974 No.
diterima oleh buruh atau pekerja sebagai ganti pekerjaan atau jasanya
(Ranupandojo, dkk, 1984: 128-129).
Menurut Endang Dyah Widyastuti upah yaitu suatu penghargaan
atau balas jasa yang diberikan pengusaha kepada karyawannya atas
pekerjaan atau jasa-jasa yang telah dilakukan utuk perusahaan dalam
kurun waktu tertentu. Upah yaitu pembayaran kerja untuk waktu jangka
pendek, dan upah diberikan untuk para pekerja yang terlibat langsung
dengan produksi maupun yang tidak langsung (Widyastuti, 2002: 121).
Sesuai dengan hadist:
أ ُٔقَشَع هفِجَٝ َُْأ َوْجَق َُٓشْجَأ َشِٞجَلأا اُ٘طْع
Artinya : berikanlah kepada karyawanmu upah sebelum kering
keringatnya.(H.R ibnu majah)
Dari penjelasan hadist diatas bahwa setiap pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang apabila pekerjaan itu telah selesai maka,
segeralah untuk memberikan imbalan jasa atau upahnya janganlah
menundanya.
B. Macam- macam upah atau pengupahan
Macam-macam upah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu:
1. Upah yang sepadan (ujrah al-misli)
Ujrah al-misli yaitu upah yang sepadan dengan kerjanya serta
sepadan dengan jenis pekerjaannya, sesuai dengan jumlah nilai
pemberi kerja dan yang menerima kerja (pekerja) pada saat
transaksi pembelian jasa, maka dengan itu untuk menentukan tarif
upah atas kedua belah pihak yang melakukan transaksi pembeli
jasa, tetapi belum menentukan upah yang disepakati maka mereka
harus menentukan upah yang wajar dengan pekerjaannya atau upah
yang dalam situasi normal biasa diberlakukan dan sepadan dengan
tingkat jenis pekerjaan tersebut. Tujuan ditentukan tarif upah yang
sepadan yaitu untuk menjaga kepentingan kedua belah pihak, baik
penjual jasa maupun pemberi jasa, dan menghindarkan adanya
unsur eksploitasi didalam transaksi-transaksi dengan demikian,
melalui tarif upah yang sepadan, setiap perselisihan yang terjadi
dalam transaksi jual beli jasa akan dapat terselesaikan secara adil
(Salim, 1999: 99-100).
2. Upah yang telah disebutkan ( ujrah al-musamma)
Upah yang disebut (ujrah al-musamma) syaratnya ketika
disebutkan harus disertai adanya kerelaan (diterima) kedua belah
pihak yang sedang melakukan transaksi terhadap upah tersebut.
Oleh karena itu pihak musta‟jir tidak boleh dipaksa untuk
membayar lebih besar dari apa yang telah disebutkan, sebagaimana
pihak ajir juga tidak boleh dipaksa untuk mendapatkan lebih kecil
dari apa yang telah disebutkan, melainkan upah tersebut
Apabila upah tersebut disebutkan pada saat transaksi, maka
upah itu merupakan upah yang disebutkan (ajrun musamma).
Namun apabila belum disebutkan, ataupun terjadi perselisihan
terhadap upah yang telah disebutkan, maka upahnya bisa
dibedakan upah yang sepadan(ajrun misli) (An-Nabhani,
1996:103).
Macam-macam upah yang diberikan kepada para pekerjanya
biasanya ditentukan oleh sistem atau kebijakan yang diterapkan
dalam perusahaan atau tempat usaha itu sendiri. Namun setelah
terjadinya perkembangan dalam bidang Muamalah pada saat ini,
maka jenisnya pun sangat banyak diantaranya:
1. Upah perbuatan taat
Menurut mazhab Hanafi, menyewa seseorang untuk shalat,
puasa, haji, membaca Al-Qur‟an, maupun adzan tidak
diperbolehkan, dan hukumnya haram dalam mengambil upah
atas jasa pekerjaan itu. Kartena perbuatan yang tergolong
taqarrub apabila berlangsung, pahalanya jatuh kepada si pelaku,
oleh karena itu tidak boleh mengambil upah dari orang lain
untuk pekerjaan itu (Sabiq, 2006: 21).
2. Upah mengajarkan Al-Qur‟an
Pada saat ini beberapa fuqaha menyatakan bahwa boleh
mengambil upah dari pengajaran Al-Qur‟an dan ilmu-ilmu
penunjang kehidupan mereka dan kehidupan orang-orang yang
berada dalam tanggungan para guru tersebut. Dan waktu mereka
juga tersita atau berkurang untuk kepentingan pengajaran
Al-Qur‟an dan ilmu-ilmu syari‟ah tersebut, maka dari itu
diperbolehkan untuk memberikan kepada mereka sesuatu
imbalan dari pengajaran ini (Sabiq, 2006: 22).
3. Upah sewa-menyewa tanah
Diperbolehkan menyewakan tanah dan disyaratkan
menjelaskan kegunaan tanah yang akan disewa, jenis apa yang
akan ditanam ditanah tersebut, kecuali jika orang yang akan
menyewakan mengizinkan untuk ditanami apa saja yang
dikehendaki. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka ijarah
dinyatakan fasid (tidak sah) (Sabiq, 2006: 30).
4. Upah sewa-menyewa kendaraan
Boleh menyewakan kendaraan, baik hewan atau kendaraan
lainnya, dengan syarat dijelaskan tempo waktunya, atau
tempatnya. Disyaratkan pula kegunaan penyewaan untuk
mengangkut barang atau untuk ditunggangi, apa yang diangkut
dan siapa yang menunggangi (Syafe‟i, 2004: 133).
5. Upah sewa-menyewa rumah
Menyewakan rumah adalah untuk tempat tinggal oleh
menyewakannya kembali, diperbolehkan syarat pihak penyewa
tidak merusak bangunan yang akan disewanya. Selain itu pihak
penyewa mempunyai kewajiban untuk memelihara rumah
tersebut, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di lingkungan
masyarakat (Suhwaradi, 1994: 56).
6. Upah pembekaman
Usaha bekam tidaklah haram, karena Nabi Saw. Pernah
berbekam dan beliau memberikan imbalan kepada tukang
bekam itu, sebagaimana dalam hadis. Jika sekiranya haram,
tentu beliau tidak akan memberikan upah kepadanya (Sabiq,
2006: 24).
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad Bin
Yazid Telah menceritakan kepada kami Muhammad Bin Ishaq
Abdurrahman Bin Ya'qub dari seorang lelaki Quraisy dari Bani
Sahm dari seorang lelaki di antara mereka yang disebut
Majidah dia berkata; aku bertengkar dengan seorang budak
lelaki di Makkah, kemudian dia menggigit dan memutuskan
telingaku -atau- aku menggigit dan memutuskan telinga, maka
ketika Abu Bakar datang kepada kami untuk melaksanakan haji,
kami mengajukan perkara itu kepadanya, maka dia menjawab;
"Bawalah keduanya kepada Umar Bin Al Khaththab, jika orang
yang melukai mencapai untuk dilaksanakan qishash, maka
hendaklah dia mengqishashnya." Dia berkata; maka ketika kami
sudah tiba dihadapan Umar Bin Al Khaththab, dia memandang
kami dan berkata; "Ya, sudah sampai batas untuk dilakukan
qishash, panggilkanlah untukku tukang bekam." Maka ketika
dia menyebut tukang bekam dia berkata; "Adapun aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Aku telah memberikan seorang hamba sahaya kepada bibiku
dari pihak ibu dengan harapan semoga Allah memberkahinya
dengannya, dan aku telah melarangnya agar jangan sampai
menjadikannya sebagai tukang bekam, tukang jagal hewan atau
tukang emas." Telah menceritakan kepada kami Ya'qub telah
menceritakan kepada kami bapakku dari Ibnu Ishaq dia
Majidah As Sahmi bahwa dia berkata; "Abu Bakar berangkat
haji kepada kami pada masa kekhilafahannya, " kemudian dia
menyebutkan hadits
.
7. Upah menyusui anak
Dalam Al-Qur‟an sudah disebutkan bahwa
diperbolehkannya memberikan upah bagi orang yang
menyusukan anak, sebagaimana yang tercantum dalam surat
Al-Baqarah ayat 233.
ٌُْزَْٞرآ بٍَ ٌُْزَْهيَس اَرِإ ٌُْنَْٞيَع َحبَُْج َلََف ٌُْمَد َلََْٗأ اُ٘عِظْشَزْسَر َُْأ ٌُْرْدَسَأ ُِْإَٗ
ِفُٗشْعََْىبِث
Artinya: dan jika kamu ingin anakmu disusukan ke oleh
orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut(surat Al-Baqarah
ayat 233) .
8. Perburuhan
Disamping sewa-menyewa barang, sebagaimana yang telah
diuraikan diatas, maka ada pula beberapa persewaan tenaga
yang lazim disebut perburuhan. Buruh adalah orang yang
menyewakan tenaganya kepada orang lain untuk dikaryakan
berdasarkan kemampuannya dalam suatu pekerjaan (Ya‟qub, 1984: 325).
mereka. Saat saya mendapatkan keduanya sedang tidur, saya berdiri disamping kepala mereka karena saya tidak ingin menganggu tidur keduanya sampai mereka bangun. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa saya melakukan hal itu hanya karena mengharapkan rahmatMu dan takut akan azabMu, maka geserkanlah (batu itu), maka bergeserlah sepertiga bagian batu itu. Laki-laki kedua berkata: Ya Allah, Engkau mengetahui saya pernah menyewa seseorang untuk bekerja suatu pekerjaan padaku, dia datang meminta upahnya ketika aku sedang marah dan aku membentaknya, lalu dia pergi dan meninggalkan upahnya. Maka upahnya itu saya kumpulkan dan saya kembangkan sampai melimpah ruah hasilnya. Ketika dia datang hendak mengambil upah tersebut, aku serahkan semuanya beserta perkembangbiakan hasilnya. Sekiranya saya mau, cukup saya berikan upahnya aslinya saja. Engkau Maha Tahu, bahwa aku melakukan hal itu hanya karena mengharapkan rahmatMu dan takut akan azabMu, maka geserkanlah (batu itu). Maka bergeserlah sepertiga bagian lagi batu itu. Orang ketiga berkata: Engkau mengetahui saya pernah tertarik kepada seorang wanita, maka saya beri harga dan bayar dia, namun ketika aku telah membayar upah dan ia menyerahkan dirinya, serta merta aku membatalkannya tanpa meminta uang sepersenpun dari yang aku serahkan padanya. Engkau Maha Tahu, bahwa aku melakukan hal itu hanya karena mengharapkan rahmatMu dan takut akan azabMu, maka geserkanlah (batu itu), maka batu tersebut hilang dari mulut gua semuanya. Dan mereka keluar sambil berpelukan." Abdullah berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Bahr telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Qatadah, Abdullah berkata dari Anas lalu menyebutkan sama. Telah menceritakan kepada kami Bahz telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Qatadah dari Anas bahwa ada tiga orang yang pergi lalu menyebutkan secara makna, berkata bapakku dan dia tidak memarfu'kannya.
9. Upah borong
Upah borong yaitu penempatan upah yang didasarkan pada
hasil yang didapatnya dan tidak terikat pada waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Misal, tukang bordir yang
Dan biasanya dikerjakan secara bersama-sama atau
berkelompok.
10. Upah harian
Upah harian yaitu upah yang diberikankepada pekerja yang
bekerja atas lamanya atau berapa jam pekerja itu melakukan
pekerjaan atau tugasnya. Biasanya jam kerjanya dari pagi
sampai sore, misal tukang cuci dan bersih-bersih rumah yang
bekerja tanpa tidur dirumah majikan atau juragannya.
11. Upah bulanan atau gaji
Yaitu upah yang diberikan kepada para pekerja dibagian
kantor, administrasi yang biasa pekerjaannya membutuhkan
ketelitian dan keterampilan yang cukup baik, maka dari itu gaji
mereka biasanya lebih besar daripada gaji pekerja yang berada
di bidang produksi.
12. Upah Nominal
Upah nominal yaitu sejumlah uang yang dibayarkan secara
tunai kepada seorang pekerja yang berhak sebagai imbalan atas
jasanya dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian
kerja.
13. Upah Minimum
Upah minimum yaitu upah yang terendah yang akan
bekerja di tempat usahanya. Upah minimum ini biasanya
ditentukan oleh pemerintah baik dari provinsi, kabupaten,
maupun kota. Dan upah ini kadang kadang berbeda setiap
tahunnya sesuai dengan tujuan ditetapkannya upah tersebut.
14. Upah Wajar
Upah wajar yaitu upah yang secara relatif di nilai cukup
wajar oleh penguasaha atau pemilik usaha dan pekerja sebagai
imbalan atas jasa-jasa pada pengusaha (Asikin, 2006: 89-91).
Faktor-faktor yang mempengaruhi upah wajar diantaranya:
a. Kondisi ekonomi negara secara umumnya.
b. Nilai upah rata-rata didaerah mana pengusaha ituberoperasi.
c. Posisi usaha dilihat dari struktur ekonomi.
d. Undang-undang yang mengatur tentang upah dan jam kerja.
e. Ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam usaha tersebut.
f. Standar hidup dari para pekerja itu sendiri.
Upah yang wajar inilah yang diharapkan oleh para pekerja,
bukan upah hidup, mengingat upah hidup umumnya sulit untuk
dilaksanakan pemberiannya karena pengusaha-pengusaha
umumnya belum berkembang baik, dan belum kuat untuk
permodalannya (Kartasapoetra, 1986: 102).
C. Teori Pengupahan
1. Menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional, upah yaitu sebagai
untuk suatu pekerjaan / jasa yang telah dan akan dilakukan serta
fungsinya sebagai kelangsungan kehidupan yang layak bagi
kemanusiaan dan produksi (Yusuf, 2015: 248).
2. Menurut Ibnu Khaldun harga barang terdiri dari tiga elemen utama
yaitu gaji atau upah, keuntungan, dan cukai. Ketiga elemen ini
diperoleh dari masyarakat. Menurut ibnu Khaldun, nilai atau harga
suatu barang sama dengan kuantiti bagi buruh yang terlibat dalam
pengeluaran barangyang berkenaan. Harga buruh merupakan asas
kepada penentuan harga suatu barang dan harga buruh itu sendiri
ditetapkan oleh mekanisme permintaan dan penawaran pasar (Chapra,
2001: 125).
3. Menurut Adam Smith sebagaimana dikutip oleh Mannan, bahwa upah
bisa di pandang dari dua segi, yaitu moneter dan yang tidak moneter.
Jumlah uang yang diperoleh seorang pekerja selama jangka waktu
yang ditentukan, misal satu bulan, satu minggu, atau sehari, mengacu
pada upah nominal tenaga kerja atau karyawan. Sesungguhnya upah
dari seorang pekerja tergantung pada beberapa faktor. Seperti jumlah
upah berupa uang, daya beli uang dan seterusnya. Diterima oleh
seorang pekerja karena pekerjaannya. “pekerja kaya atau miskin, diberi imbalan baik atau buruk sebanding dengan harga nyata atau bukan
harga nominal atas jerih payahnya” (Mannan, 1992: 116).
oleh Islahi, upah yang setara adalah upah yang secara bebas diserahkan
pada kekuatan permintaan dan penawaran pasar, tanpa interview
pemerintah. Tetapi ketika upah berjalan tidak wajar, misalnya pekerja
menuntut upah yang terlalu tinggi, sehingga merugikan perusahaan
atau perusahaan memberikan upah secara sewenang-wenang, maka
pemerintah berhak untuk menetapkan upah (interview). Hal tersebut
bermaksud untuk menjaga kepentingan kedua belah pihak (employer
and employed), yakni sama-sama menerima ketetapan yang ada. Akan
tetapi jika terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, maka mereka
harus sepakat tentang besarnya upah yang telah ditentukan pemerintah.
( Islah, 1997: 99).
D. Pengupahan menurut Hukum Islam
1. Upah menurut hukum Islam
Upah dalam bahasa Arab disebut Al-ujrah. Dari segi bahasa
al-ujru yang berarti „iwad (ganti) kata “al-ujrah” atau “al-ujru” yang
menurut bahasa berarti al-iwad (ganti), dengan kata lain imbalan yang
diberikan sebagai upah atau ganti suatu perbuatan yang telah
dilakukan (Karim, 1997: 29).
Pengertian upah dalam kamus bahasa Indonesia adalah uang dan
sebagainya yang dibayarkan sebagai imbalan jasa atau sebagai
pembalasan jasa atau sebagai pembayaran tenaga yang sudah
dilakukan untuk mengerjakan sesuatu (Depdik, 2000: 1108).
Dasar yang membolehkan upah yaitu dalam firman Allah dan
Artinya: apakah mereka yang membagi-bagi rahmat tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain bebrapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagain yang lain. Dan rahmat tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Ayat diatas menjelaskan tentang penganugerahan rahmat Allah apalagi pemberian waktu, semata-mata adalah wewenang Allah, bukan manusia. Allah telah membagi bagi-bagi sarana penghidupan manusia dalam kehidupan dunia, karena mereka tidak melakukannya sendiri dan Allah telah meninggikan sebagian mereka dalam harta benda, ilmu, kekuatan, dan lain-lain atas sebagian yang lain, sehingga mereka dapat saling
tolong-menolong dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Karena itu masing-masing saling
membutuhkan dalam mencari dan mengatur
kehidupannya. Dan rahmat Allah baik dari apa yang mereka kumpulkan walau seluruh kekayaan dan kekuasaan duniawi, sehingga mereka dapat meraih kebahagiaan duniawi dan ukhrawi (Quraish Shihab, 2000: 561).
2) Surat Ath-Thalaq ayat 6
هَُِٕسُ٘جُأ هُُِٕ٘رآَف ٌُْنَى َِْعَظْسَأ ُِْئَف
هُِإ ۖ ُْٓشِجْؤَزْسا ِذَثَأ بَٝ بََُٕاَذْحِإ ْذَىبَق
bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. Berkatalah diaArtinya: adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka, dan Allah tidak menyukai oramng-orang yang zalim.
Upah atau gaji harus dibayarkan sebagaimana yang
disyaratkan Allah dalam al-qur‟an surat Ali Imran
bahwa setiap orang yang bekerja harus dihargai dan di
berikan imbalan sesuai dengan pekerjaannya. Dan tidak
memberikan upah bagi para pekerja adalah suatu
kezaliman yang tidak disukai Allah.
b. Landasan Sunnah
Sedangkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Memusuhi tiga golongan di hari kiamat yang salah satu
golongan tersebut adalah orang yang tidak membayar upah
pekerja.
Begitu juga dalam hadis yang diriwayatkan oleh
ibnu majah bahwa pemberian upah diberikan kepada
pekerja sebelum kering keringatnya.
Pemberian upah atas tukang bekam dibolehkan,
sehingga mengupah atas jasa pengobatan pun juga
diperbolehkan. Sebagaimana dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu „Abbas.
3. Rukun dan Syarat Upah
Rukun adalah unsur unsur yang membentuk sesuatu,
sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut
yang membentuknya. Misalnya gedung terbentuk karena adanya
unsur-unsur yang membentuknya, yaitu pondasi, tiang, lantai,
dinsing, atap dan seterusnya. Dalam konsep Islam, unsur-unsur
yang membentuk sesuatu itu disebut rukun (Anwar, 2007:95).
Ahli-ahli kitab madzhab Hanafi, mengungkapkan bahwa
rukun akad hanyalah ijab dan qabul saja, mereka menyatakan
bahwa tidak mungkin ada akad tanpa adanya para pihak yang
membuatnya dan tanpa adanya obyek akad. Perbedaan dengan
Adapun menurut Jumhur Ulama, rukun Ijarah ada 4
(empat), yaitu:
a. Aqid (orang yang berakad)
Adalah orang yang melakukan akad sewa-menyewa atau
upah-mengupah. Orang yang memberikan upah dan yang
menyewakan disebut mu‟jir dan yang menerima upah untuk
melakukan sesuatu dan yang menyewa sesuatu disebut
musta‟jir (Suhendi, 2002: 117).
Karena begitu pentingnya kecakapan bertindak itu sebagai
persyaratan untuk melakukan sesuatu akad, maka golongan
Syafi‟iyah dan Hambilah menambahkan bahwa mereka yang melakukan akad itu harus orang yang sudah dewasa dan tidak
cukup hanya sekedar mumayyiz saja (Anwar, 2007: 95).
b. Sigat
Pernyataan kehendak yang lazimnya disebut sigat akad (sigatul
„aqd), tediri atas ijab dan qabul. Dalam hukum Islam, ijab dan
qabul dapat melalui:
1) Ucapan
2) Utusan dan tulisan
3) Isyarat
4) Secara diam-diam
5) Dengan diam-diam
Syarat-syaratnya sama dengan syarat ijab dan qabul pada jual
beli, hanya saja ijab dan abul dalam ijarah harus menyebutkan
masa atau waktu yang ditentukan.
c. Upah (ujrah)
Yaitu sesuatu yang diberikan kepada musta‟jir atas jasa
yang telah diberikan atau diambil manfaatnya oleh mu‟jir. Dengan syarat hendaknya :
1) Sudah jelas atau sudah diketahui jumlahnya. Karena itu
ijarah tidak sah dengan upah yang belum diketahui.
2) Pegawai khusus seperti seorang hakim tidak boleh
mengambil uang dari pekerjaannya, karena dia sudah
mendapatkan gaji khusus dari pemerintah. Jika dia
mengambil gaji dari pekerjaannya berarti dia mendapat
gaki 2 kali dengan hanya mengerjakan satu pekerjaan
saja.
3) Uang sewa harus diserahkan bersamaan dengan
penerimaan barang yang disewa. Jika lengkap manfaat
yang disewa, maka uang sewanya harus lengkap
(Rawwas, 2005: 178). Yaitu, manfaat dan pembayaran
(uang) sewa yang menjadi obyek sewa-menyewa.
4) Manfaat
karena itu, jenis pekerjaannya harus dijelaskan,
sehingga tidak kabur. Karena transaksi ujrah yang
masih kabur hukumnya adalah fasid ( Chairuman dan
dkk, 1994: 157).
4. Syarat Upah (ujrah)
Dalam hukum Islam mengatur sejumlah persyaratan yang
berkaitan dengan upah (ujrah) yaitu sebagai berikut:
a. Upah harus dilakukan dengan cara-cara musyawarah dan
konsultasi terbuka, sehingga dapat terwujudkan di dalam diri
setiap individu pelaku ekonomi, rasa kewajiban moral yang
tinggi dan dedikasi yang loyal terhadap kepentingan umum
(Salim, 1999: 99-100).
b. Upah harus berupa malm mutaqawwim dan upah tersebut harus
dinyatakan secara jelas (Mas‟adi, 2002: 186). Konkrit, dan dengan menyebutkan kriteria-kriterianya.
Karena upah merupakan pembayaran atas nilai manfaat, nilai
tersebut disyaratkan harus diketahui dengan jelas (Hasan, 1990:
231).
c. Upah harus berbeda dengan jenis obyeknya. Mengupah suatu
pekerjaan dengan pekerjaan yang serupa, termasuk dalam
mengupah yang tidak memenuhi persyaratan. Karena itu
hukumnya tidak sah, dan dapat mengantarkan pada praktik
sayuran dan upahnya berupa bahan masakan atau sayuran
tersebut.
d. Upah perjajian persewaan hendaknya tidak berupa manfaat dari
jenis sesuatu yang dijadikan perjanjian. Dan tidak sah pula
membantu seseorang dengan upah membantu orang lain.
Masalah terbesar yaitu tidak sah karena persamaan manfaat.
Maka masing-masing tidak sah tersebut berkewajiban
mengeluarkan upah atau ongkos sepantasnya setelah
menggunakan tenaga seseorang tersebut (Zuhaili, 2011: 391).
e. Berupa harta tetap yang diketahui (Syafei, 2001: 129)
Jika manfaat itu tidak jelas dan menyebabkan perselisihan,
maka akadnya tidak sah karena ketidakjelasan menghalangi
penyerahan dan penerimaan sehingga tidak tercapai akad yang
dimaksud. Kejelasan objek akad (manfaat) terwujud dengan
penjelasan, tempat manfaat, masa waktu, dan penjelasan, objek
kerja dalam penyewaan para pekerja.
1) Penjelasan tempat waktu
Disyaratkan bahwa manfaat itu dapat dirasakan, ada
harganya, dan dapat diketahui
2) Penjelasan waktu
Ulama Hanafiyah tidak mensyaratkan untuk
mensyaratkannya, sebab apabila tidak dibatasi hal itu dapat
menyebabkan ketidak tahuan waktu yang wajib dipenuhi.
Di dalam buku kaerangan Wahbah Zuhaili
Safi‟iiyah sangat ketat dalam mensyaratkan waktu. Dan bila pekerjaan tersebut sudah tidak jelas, maka hukumnya tidak
sah (An-Nabhani, 1996:88)
3) Penjelasan jenis pekerjaan
Penjelasan tentang jenis pekerjaan sangat penting dan
diperlukan ketika menyewa orang untuk bekerja sehingga
tidak terjadi kesalahan atau salah paham.
4) Penjelasan waktu kerja
Tentang batasan wkatu kerja sangat bergantung pada
pekerjaan dan kesepakatan dalam akad.
Syarat-syarat pokok dalam Al-Qur‟an maupun as-Sunnah
mengenai hal pengupahan adalah para musta‟jir harus
memberi upajh kepada mu‟ajir sepenuhnya atas jasa yang
diberikan, kemudian mu‟ajir harus melakukan pekerjaan
dengan sebaik-baiknya, kegagalan dalam memenuhi
syarat-syarat ini dianggap sebagai kegagalan moral baik dari pihak
musta‟jir maupun mu‟ajir dan ini harus dipertanggung
jawabkan kepada Tuhan (Haroen, 2000:236).
Pandangan orang tentang tingkat tinggi rendahnya upah
boleh dikatakan tidak berubah, yaitu asal mencukupi. Namun arti
mencukupi sangat relatif dan tergantung sudut pandang yang
digunakan. Sisi lain dari mencukupi adalah kewajaran. Berapa
sebenarnya tingkat upah yang wajar? Dalam sejarah pemikiran
ekonomi dikenal dengan berbagai madzhab yang masing-masing
mempunyai konsep sendiri-sendiri tentang upah wajar (Arfida,
2003: 149).
Upah didefinisikan sebagai balas jasa yang adil dan layak
diberikan kepada para pekerja atas jasa-jasanya dalam mencapai
tujuan organisasi. Upah merupakan imbalan finansial langsung
yang diberikan kepada karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah
barang yang dihasilkan atau banyak pelayanan yang diberikan
(Rivai, 2009: 758).
Bekerja bukanlah masalah kuantitas tapi kualitas
penggunaan waktu dengan keberkahan margin keuntungan. Dari
sini, semakin efektif seseorang memanfaatkan waktunya untuk
kepentingan Allah, dirinya dan perusahaan akan semakin mahal
kompensasinya yang dapat diberikan atas pemanfaatan waktu
tersebut (Dep. Pengembangan bisnis syari‟ah, 2011: 16).
Adakalanya perbedaan upah itu sangta mencolok sekali.
bisa mencapai suatu kehidupan yang sangat mewah. Akan tetapi
yang penting untuk dianalisa disini yaitu faktor-faktor yang
menyebabkan adanya perbedaan upah tersebut. Adapun
faktor-faktor yang menjadi sumber dari perbedaan upah yaitu (Sukirno,
1997: 310).
a. Perbedaan jenis pekerjaan
Kegiatan ekonomi meliputi berbagai jenis pekerjaan.
Diantara jenis pekerjaan tersebut, ada pekerjaan yang
ringan dan snagat mudah. Tetapi ada pula pekerjaan yang
harus dikerjakan dengan mengeluarkan tenaga yang besar.
b. Perbedaan kemmpuan, keahlian, dan pendidikan
kemampuan, keahlian, dan keterampilan para pekerja
didalam suatu jenis pekerjaan sangatlah berbeda. Ada
sebagian pekerja yang mempunyai kemampuan fisik dan
mental yang lebih baik dari segolongan pekerja lainnya.
Secara lahiriah, sebagian pekerja mempunyai kepandaian,
ketekunan, dan ketelitian yang lebih baik. Sifat tersebut
menyebabkan mereka mempunyai produktifitas yang lebih
tinggi (Sasono, 1994: 26).
c. Ketidaksempurnaan dalam mobiitas tenaga kerja
Dalam teori seringkali diumpamakan bahwa terdapat
mobilitas faktor-faktor produksi, termasuk juga mobilitas
perumpamaan ini berarti: kalau ada pasar tenaga kerja
terjadi perbedaan upah, maka para pekerja akan mengalir
kepasar tenaga kerja yang upahnya lebih tinggi
(Simanjuntak, 1998: 52).
Perbedaan tingkat upah juga bisa ditimbulkan
karena perbedaan keuntungan yang tidak berupa uang.
Perbedaan biaya latihan pun sering menyebabkan adanya
perbedaan tingkat upah. Perbedaan tingkat upah juga bisa
disebabkan oleh keterlambatan atau juga ketidaktahuan.
Tetapi dalam beberapa hal, hukum Islam mengakui adanya
perbadaan upah diantara tingkat kerjaan.
Hal ini karena adanya perbedaan kemampuan serta bakat
yang dapat mengakibatkan perbedaan penghasilan, dan
hasil material. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT
dalam Al-qur‟an surat An-Nisa‟ ayat 32:
“dan jangan kamu iri hati terhadap apa yang di karuniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. Karena bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para (wanita) pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah karunia-Nya. Sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa‟:32)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat
upah diakibatkan karena perbedaan bakat, kesanggupan dan
pekerja tanpa memperhatikan upah mereka. Sedangkan para pekerja
juga tidak boleh mengekploitir pengusaha melalui serikat buruh.
Mereka juga harus melaksanakan tugas pekerjaan mereka dengan tulus
dan jujur.
Selain itu, pengupahan dalam konteks Islam terdapat perbedaan
yang sangat mencolok dengan pengupahan orang-orang kapitalis.
Pengusaha-pengusaha kapitalis menerapkan upah kepada karyawannya
tanpa memperhatikan atas pertimbangan kebutuhan hidup
karyawannya. Sedangkan dalam Islam, upah menjadi sorotan yang
menjadi perhatian demi keberlangsungan kesejahteraan karyawannya.
6. Pembatalan dan berakhirnya Ijarah
Adapun jumhur ulama dalam hal ini mengatakan bahwa akad
al-ijarah itu bersifat mengikat kecuali ada cacat atau barang itu tidak
boleh dimanfaatkan. Akibat perbedaan itu dapat diamati dalam
kasus apabila sesorang meninggal dunia. Menurut ulama
Hanafiyah, apabila salah seorang meninggal dunia maka akad
al-ijarah batal, karena manfaat tidak boleh diwariskan. Namun,
jumhur ulama mengata (al-maal). Oleh karena itu kematian salah
satu pihak yang berakad tidak membatalkan akad al-ijarah.
Berakhirnya ijarah menurut pendapat Al-Kasani, akad ijarah
berakhir apabila ada hal-hal diantaranya:
a. Tenggangnya waktu yang disepakati dalam akad ijarah
atau kios itu dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila
yang disewa itu jasa seseorang maka orang tersebut berhak
menerima upahnya.
b. Wafatnya salah seorang yang berakad.
c. Apabila ada halangan dari salah satu pihak, seperti ruko atau
kios yang disewakan ternyata dalam pengawasan bank terkait
hutang, maka akad ijarahnya batal.
d. Obyek al-ijarah hilang atau musnah seperti ruko atau kiosnya
terbakar (Al-Kasani, 1970: 208).
e. Rusaknya barang yang diupahkan, seperti bahan baju yang
diupahkan untuk dijahit.
f. Telah terpenuhinya manfaat yang diakadkan sesuai dengan
masa yang telah ditentukan dan selesainya pekerjaan.
Akad ijarah berakhir dikutip dari Sohari dan Ru‟fah apabila
ada hal-hal berikut:
1) Terjadinya cacat pada barang sewaan.
2) Rusaknya barang yang disewakan, seperti ruko atau kios
menjadi runtuh dan sebagainya.
3) Rusaknya barang yang diupahkan (ma‟jur „alaih), seperti baju
yang diupahkan untuk dijahit.
4) Terpenuhinya manfaat yang diadakan, berakhirnya masa yang
5) Menurut Hanafiyah, boleh fasakh ijarah dari salah satu pihak
seperti yang menyewa toko untuk dagang kemudian
dagangannya ada yang mencuri, maka ia dibolehkan
mem-fasakh-kan sewaan itu (Sahrani, : 125).
Pendapat M. Ali Hasan, akad ijarah berakhir apabila:
a) Obyek hilang atau musnah seperti ruko kios terbakar.
b) Habis tenggang waktu yang disepakati.
Menurut Madzab Hanafi, yang diuraikan oleh Sohari bahwa
akad berakhir apabila salah seorang meninggal dunia.
E. Besaran Upah dalam Hukum Islam
Standart kelayakan upah adalah pengupahan yang dikenal dengan
upah minimum, sedangkan dalam Islam tidak menyebut sistem dan
besaran upah yang layak untuk diberikan, tetapi Islam memberi gambaran
umum bagaimana etika tata cara dalam sistem ekonomi khususnya
memberi upah kepada yang berhak. Rambu-rambu pengupahn dalam islam
ada 2 yaitu adil dan layak, adil bermakna jelas dan sebanding lurus
berimbang. Sedangkan layak berarti cukup pangan, sandang, papan serta
sesuai dengan keadaan ekonomi saat itu.
Dalam islam, besaran upah ditetapkan oleh kesepakatan antara
pengusaha dan pekerja. Kedua belah pihak memiliki kebebasan untuk
menetapkan jumlah upah, serta bebas menetapkan syarat dan cara
pembayaran upah tersebut. Asalkan saling rela dan tidak merugikan salah
Tingkat upah minimum dalam islam harus cukuo memenuhi
kebutuhan dasar pekerja yaitu pangan, sandang, dan papan. Menurut
Sadeq menjelaskan bahwa ada dua faktor yang harus diperhatikan dalam
menentukan upah, yaitu faktor primer dan faktor sekunder. Fkator primer
adalah kebutuhan dasar, beban kerja dan kondisi pekerjaan. Faktor
sekunder adalah memperlakukan pekerja sebagai saudara (Mardani, : 91).
F. Aturan Penetapan UMR
Upah Minimum Regional (UMR) adalah upah minimum yang
berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi. Dahulu upah
Minimum Provinsi dikenal dengan istilah Upah Minimum Regional
Tingkat I. Dasar hukum penetapan UMP adalah peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum.
UMP ditetapkan oleh gubernur dengan memperhatikan rekomendasi
Dewan Pengupahan Provinsi.
Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang
panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah yang terdiri dari birokrat,
akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim
survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang
dibuthkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survei di sejumlah
kota dalam provinsi tersebut. Diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak.
Pasal 94 Undang-Undang (UU) no. 13 tahun 2003 tentang tenaga
Upah Minimum. Besarnya gaji pokok sekurang kurangnya harus sebesar
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang Toko Pintar 3 Pasar Bandarjo Ungaran
Pasar Bandarjo Ungaran merupakan salah satu pusat perekonomian
terpenting di Kabupaten Semarang, yaitu sebagai salah satu pusat
perbelanjaan tradisional bagi sebagian besar mesyarakat Kabupaten
Semarang. Seiring dengan meningkatnya tuntutan pemenuhan kebutuhan
masyarakat Kabuoaten Semarang, maka Pasar Bandarjo Ungaran turut
mengalami perkembangan dari perbelanjaan tradisional ke arah
perdagangan modern terbukti dengan terdapatnya komplek pertokoan atau
plaza modern yang ikut melengkapi kawasan perniagaan tersebut.
Sebagai salah satu pusat kegiatan perekonomian, maka aktivitas
utama yang terjadi adalah perdagangan. Pasar Bandarjo Ungaran
memberikan segala kebiutuhan yang diperlukan di masyarakat. Segala
aktivitas yang berlajan di Pasar Bandarjo Ungaran antara lain adalah :
1. Aktivitas perdagangan yang meliputi barang kebutuhan primer sehari –
hari.
2. Aktivitas perdagangan untuk kebutuhan barang sekunder seperti
kebutuhan rumah tangga, pakaian jadi, alat-alat elektronik serta serta
kebutuhan lainnya didapati terjadi pada plaza/komplek pertokoan yang
Pasar Bandarejo Ungaran berdiri pada tahun 1987. Pasar Bandarejo
Ungaran terletak di Jalan Gatot Subroto, desa Bandarejo Kecamatan
Ungaran Barat. Jalan Gatot Subroto merupakan jalan arah Semarang-Solo.
Letaknya yang strategis dan kondisi bangunan yang memadai menjadikan
pasar ini cepat berkembang menjadi Pasar Bandarejo Ungaran didatangi
oleh para pegunjung.
Adapun batas – batas Pasar Bandarejo Ungaran sebagai berikut :
a. Sebelah utara dibatasi dengan perkampungan
b. Sebelah selatan dibatasi dengan perumahan
c. Sebelah barat dibatasi dengan jalan arteri Semarang-Solo
d. Sebelah Timur dibatasi dengan perkampungan
Pasar Bandarejo Ungaran mempunyai luas pasar mencapai 8.580 m2
dengan terdapat berbagai 160 blok kios dan 789 blok los beserta fasilitas
umum di dalamnya seperti mushola, kamar mandi, dan tempat parkir.
1. Gambaran Umum tentang Toko Pintar 3 di Pasar Bandarejo Ungaran
Di dalam sebuah pasar yang notabenenya sebagai tempat
terjadinya transaksi jual beli, dan tentunya banyak sekali macam-macam
barang dagangan yang di jual di pasar tersebut. Adapun yang berjualan
bermacam-macam. Seperti kios buah, kios pakaian, kios jajanan atau toko
kelontong lainnnya.
Di Toko Pintar 3 merupakan toko yang sangat dikenal di