• Tidak ada hasil yang ditemukan

JALAN PANJANG PENATAAN KEMBALI KEBIJAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JALAN PANJANG PENATAAN KEMBALI KEBIJAKAN"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

JALAN PANJANG PENATAAN KEMBALI

KEBIJAKAN KEHUTANAN DI INDONESIA

CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN

STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA

(2)

JALAN PANJANG PENATAAN KEMBALI KEBIJAKAN KEHUTANAN DI INDONESIA Catatan Proses Penyusunan Rancangan Strategi Nasional REDD+ Indonesia

@ UN-REDD, FAO, UNDP, & UNEP All rightS reserved published in 2011

Penulis

Rio Ismail Rini Astuti

Editor

Abdul Wahib Situmorang Mahcfudh

Laksmi Banowati

Nanda Febriani Munandar

Desain Sampul dan Isi Tugas Suprianto

Foto

UN-REDD Programme Indonesia

-888-999-00-6-5

Isi buku ini tidak mencerminkan posisi UN-REDD Programme Indonesia.

UN-REDD Programme Indonesia adalah program kerjasama antara

pemerintah Indonesia (Kementerian Kehutanan) dengan UNDP, FAO, dan UNEP. Program ini bertujuan membantu pemerintah Indonesia dalam menyiapkan diri menyongsong implementasi mekanisme REDD+ (REDD+ Readiness).

Sekretariat: Gedung Manggala Wanabakti Ruang 525C, Blok IV, 5th Floor Jl. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 1070 Telp. 62-21-57951505, 57902950, 5703246 Ext. 5246 Faks. 62-21-5746748

(3)

Kata Pengantar

P

roses penyusunan Stranas REDD+ telah m enandai era baru

dalam penataan kem bali kebijakan pengelolaan kehutanan di

Indonesia. Stranas REDD+ diharapkan bisa m enjawab tantangan

perlunya perubahan menyeluruh (integrated reform) terhadap tata kelola sektor pem bangunan berbasis lahan (land use base sectors) seperti sektor kehutanan, pertanian, dan pertam bangan. Mengapa

demikian, karena kesalahan dalam tata kelola selama ini tidak hanya

m em berikan kontribusi pada peningkatan em isi gas rum ah kaca

seca r a glob a l, t et a p i ju ga t ela h m em u n cu lka n b en ca n a d a n

pem iskinan di sejum lah tem pat di wilayah Indonesia.

Selain itu, pengembangan Stranas REDD+ juga sudah menandai

adan ya kem ajuan dalam pen dekatan pen gem ban gan kebijakan

p u blik yan g lebih m em ber ikan t em p at p ad a p ar t isip asi at au

keterlibatan aktif wakil-wakil publik. Desain pengembangan stranas

ya n g d id a s a r k a n p a d a p r in s ip in k lu s ivit a s , t r a n s p a r a n s i,

kredibilitas, dan in stitusion alitas m erupakan desain yan g lebih

adaptif terhadap kepentingan publik. Tidak bisa dim ungkiri m asih

banyak kekurangan dalam proses pengem bangan Stranas REDD+,

tetapi san gat ban yak pelajaran pen tin g ten tan g kelebih an dan

efektivitas proses ini yang perlu dipaham i, bahkan diadaptasi oleh

banyak pihak untuk kepentingan sejenis.

Dalam konteks itulah buku ini ditulis dan dihadirkan kepada

(4)

Peny usunan Rancangan Stranas REDD+ Indonesia. Buku ini juga m erupakan rekam an proses perjalan an pen gem ban gan Stran as

REDD+ sejak pembentukan Tim Pengarah, Tim Pelaksana, dan Tim

Penulis Stranas hingga Bappenas m enyerahkan draf akhir Stranas

ke Satgas REDD+ yang dibentuk Presiden pada Septem ber 20 10 .

Tidak seluruh fakta dan situasi bisa dihadirkan secara utuh di

dalam buku ini. Nam un, penggam baran di dalam nya diharapkan

bisa m em berikan inform asi lebih kom prehensif m engenai proses

perjalanan Stranas REDD+ yang sejak awal sudah sarat dengan

tarik-m enarik berbagai kepentingan yang berskala global m aupun

berskala nasional dan lokal atau subnasional.

Seluruh tem uan yang dihasilkan penulis m erupakan penilaian

yan g bersifat in depen den dan obyektif. Sebagai sebuah an alisis

terhadap proses yan g belum selesai, buku in i diharapkan akan

m em icu perdebatan lebih lanjut tentang konsep dan im plem entasi

kebijakan REDD+ di Indonesia. Ini bukan merupakan satu-satunya

jawaban yang berfungsi seperti obat penyem buh rasa sakit kepala,

tetapi palin g tidak akan berfun gsi sebagai “cerm in ” yan g bisa

m en u n ju kkan seper ti apa seben ar n ya pr oses per u bah an yan g

sed a n g t er ja d i d a la m p en gem b a n ga n keb ija ka n p en gelola a n

kehutanan di Indonesia.

J akarta, J anuari 20 12

LUKITA DINARSYAH TUWO

(5)

Ka ta P e n ga n ta r iii

Glo s a riu m ix

Rin gka s a n Eks e ku tif 1

B a b 1. P e n d a h u lu a n 9

1.1 Latar Belakang 9

1.1.1 Prinsip Inklusivitas 11

1.1.2 Prinsip Transparansi 11

1.1.3 Prinsip Kredibilitas 11

1.1.4 Prinsip Institusionalitas 11

1.2 Tujuan Buku Ini 12

1.3 Ruang Lingkup 13

1.4 Outline Buku 14

B a b 2 . P rin s ip D a s a r P e n yu s u n a n S tra te gi N a s io n a l RED D + 15

2.1 Mengapa Diperlukan Sejum lah Prinsip Dasar 15

2.2 Em pat Prinsip Dasar dan Indikator Pem enuhan 16

2.2.1 Prinsip Inklusivitas 16

2.2.2 Prinsip Transparansi 18

2.2.3 Prinsip Kredibilitas 19

2.2.4 Prinsip Institusionalitas 20

2.3 Prasyarat Keberhasilan Im plem entasi Prinsip Dasar 22

(6)

B a b 3 . P e ru m u s a n D ra f S tra te gi N a s io n a l RED D + 25

3.1 Tahapan Prapenyusunan Dokum en Stranas REDD+ 25

3.1.1 Proses dan Hasil 25

3.1.2 Analisis terhadap Proses dan Hasil pada Tahapan

Prapenyusunan Dokum en Stranas REDD+ 30

3.2 Tahap Penyusunan Draf Stranas REDD+ 32

3.2.1 Proses dan Hasil 32

3.2.2 Analisis terhadap Proses Penyusunan Draf Stranas REDD+ 39

B a b 4 . Ko n s u lta s i P u b lik 43

4.1 Konsultasi Regional 43

4.1 .1 Prakonsultasi 43

4.1.2 Proses Konsultasi Regional 50

4.2 Konsultasi Ahli di Tingkat Nasional 72

4.2.1 Proses dan Hasil 72

4.2.2 Analisis terhadap Proses Konsultasi Ahli 74

4.3 Konsultasi Ahli di Tingkat Internasional 74

4.3.1 Proses dan Hasil 74

4.3.2 Proses dan Hasil Masukan Para Pihak 75

4.3.3 Analisis terhadap Proses Konsultasi Ahli 77

4.4 Pertem uan Konsultasi Nasional Stranas REDD+ 77

4.4.1 Proses dan Hasil 77

4.4.2 Analisis terhadap Proses Konsultasi Nasional 80

4.5 Masukan Tertulis Para Pihak 80

4.5.1 Masukan UNODC 81

4.5.2 Masukan AMAN 81

4.5.3 Masukan CIFOR 82

4.5.4 Masukan Burung Indonesia 82

4. 5.5 Masukan J aringan Masyarakat Sipil 82

4.5.6 Masukan Kem enterian Kehutanan 8 3

(7)

Bab 5. Pe n ye le s aian Ran can gan Akh ir Strate gi N as io n al RED D + 87

5.1 Tahap Revisi Draf Akhir 8 7

5.2 Keputusan tentang Hasil Rum usan Akhir Stranas REDD+ 91

5.3 Analisis terhadap Penyelesaian Draf Akhir Stranas 92

5.3.1 Pem enuhan Prinsip Inklusivitas 92

5.3.2 Pem enuhan Prinsip Transparansi 93

5.3.3 Pem enuhan Prinsip Kredibilitas 93

B a b 6 . P e m b e la ja ra n ( Le s s o n s Le a r n e d ) 95

6.1 Pentingnya Mekanism e Kesiapan Dini (Preparedness M echanism ) 95

6.2 Proses yang Inklusif Mem butuhkan Waktu 96

6.3 Diperlukan m ekanism e Pelibatan yang Ram ah

terhadap Pihak yang Rentan 97

6.4 Partisipasi yang Hakiki Mem erlukan Mekanism e

Um pan Balik (Feedback M echanism ) 97

6.5 Proses Perum usan Kebijakan Lebih Mudah Mendapatkan

Dukungan Apabila Berpijak pada Data dan Pengalam an 99

6.6 Diperlukan Rum usan Kebijakan REDD+ yang Kom prehensif

dan Integral 99

6.7 Kom unikasi yang Efektif Mem butuhkan Proses

yang Bersifat Resiprokal 10 0

6.8 Pentingnya Sistem Pendukung (Support Sy stem )

dalam Proses Perum usan Kebijakan 10 1

(8)
(9)

Glosarium

AFD Agence Francaise de Developpem ent

AMAN Aliansi Masyarakat Adat Nusantara

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Bappeda Badan Perencanaan Pem bangunan Daerah

Bappenas Badan Perencanaan Pem bangunan Nasional

CI Conservation International

CIFOR Center for International Forestry Research

CSF Civil Society Forum

CSO Civil Society Organisation

FPIC Free, Prior, and Inform ed Consent

GRK Gas Rum ah Kaca

GTZ Gesellschaft für Technische Zusam m enarbeit

HTI Hutan Tanam an Industri

ICEL Indonesia Centre for Environm ental Law

ICRAF World Agroforestry Centre / International Centre for Research

in Agroforestry

Kem enhut Kem enterian Kehutanan

Kem entan Kem enterian Pertanian

LoI Letter of Intent

MRV Measurem ent, Reporting and Verification

Pem da Pem erintah Daerah

RAD REDD+ Rencana Aksi Daerah Reducing Em issions from Deforestation and Forest Degradation in Developing Countries Plus

(10)

RAN REDD+ Rencana Aksi Nasional Reducing Em issions from Deforestation and Forest Degradation in Developing Countries Plus

REDD+ Reducing Em issions from Deforestation and Forest Degradation

in Developing Countries Plus

REL Reference Em issions Levels

RL Reference Levels

RPJ MN Rencana Pem bangunan J angka Menengah Nasional

RPJ PN Rencana Pem bangunan J angka Panjang Nasional

Satgas Satuan Tugas

Stranas Strategi Nasional

TNC The Nature Conservancy

UKP4 Un it Ker ja Pr esid en Bid an g Pen gawasan d an Pen gen d alian Pem bangunan

UN-REDD United Nations Collaborative Program m e on Reducing Em issions fr om Defor est a t ion a n d For est Degr a d a t ion in Develop in g Countries

UNDP United Nations Developm ent Program m e

UNEP United Nations Environm ent Program m e

UNESCO United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organisation

UNODC United Nations Office on Drugs and Crim e

(11)

Ringkasan Eksekutif

1. Latar Belakang

I n d on esia d ia n gga p m em iliki p er a n st r a t egis b a ik d a la m negosiasi REDD+ di tingkat internasional m aupun tahap penyiapan im p lem en t asi REDD+ d i t in gkat n asion al d an r egion al. Posisi strategis Indonesia ini dikukuhkan dengan komitmen politik Presiden Indonesia Susilo Bam bang Yudhoyono untuk m enurunkan em isi gas rumah kaca (GRK) sebesar 26% dengan pembiayaan sendiri atau 41% dengan bantuan internasional pada 20 20 dari tingkat em isi Business as Usual (BAU). Sektor kehutanan m elalui im plem entasi REDD+ diperkirakan akan berkontribusi 14% dari total target pengurangan em isi GRK sebesar 26%.

Kom it m en p olit ik in i kem u d ia n d im a n ifest a sika n d a la m tin dakan aksi an tara lain berupa pen yusun an Strategi Nasion al (Stran as) REDD+ yan g akan m en jadi payun g bagi im plem en tasi kebijakan nasional REDD+ di Indonesia. Proses perum usan Stranas REDD+ in i kem udian m en dapatkan per cepatan setelah adan ya kesep akatan an tar a Pem er in tah In d on esia d an Nor wegia yan g tertuang dalam surat niat (Letter of In ten t) m engenai kerja sam a penurunan em isi GRK dari deforestasi dan degradasi hutan yang ditandatangani pada 26 Mei 20 10 .

(12)

Bu ku in i m er u p a ka n u p a ya m en d oku m en t a sika n p r oses p en yu su n a n St r a n a s REDD+ I n d on esia , t er u t a m a m en gen a i d in am ika d an ar gu m en tasi d alam pr oses pem bah asan m au pu n pengam bilan keputusan. Ruang lingkup pendokum entasian proses ini m encakup fase awal di m ana Bappenas m endapatkan m andat untuk m enyusun Stranas REDD+ hingga serah terim a Rancangan Stranas dari Bappenas kepada Satuan Tugas (Satgas) REDD+.

2. Prinsip Dasar Penyusunan Stranas REDD+

Proses penyusunan draf stranas REDD+ didasarkan pada em pat prinsip dasar, yaitu prinsip inklusivitas, transparansi, kredibilitas, dan in stitusion alitas. Prin sip in klusivitas m em iliki m akn a bahwa proses perum usan Stranas REDD+ telah m elibatkan para pihak baik yang akan m engim plem entasikan kebijakan ini m aupun yang akan t er ken a d a m p a k im p lem en t a si keb ija ka n REDD+ b a ik seca r a langsung m aupun tidak langsung. Proses pelibatan ini dilakukan m e la lu i u p a ya - u p a ya k o n s u lt a s i p u b lik d a n p e n ja n gk a u a n kom unikasi.

Prin sip tran sparan si dim akn ai sebagai proses yan g diwarn ai keterbukaan, kejujuran, dan kejelasan. Dalam arti bahwa seluruh aspek kebijakan pu blik m u lai d ar i tin gkat per en can aan h in gga p elaksan aan d an evalu asi d isam p aikan kep ad a p u blik d en gan terbuka, jujur, dan sangat jelas tanpa ada yang ditutup-tutupi atau disam arkan secara sen gaja. Prin sip tran sparan si juga berm akn a bahwa publik m em iliki akses untuk m elihat tahapan atau m em antau perkem bangan proses pem buatan kebijakan.

(13)

Pr in sip in stitusion alitas m en gacu pada pem ah am an bah wa proses pengem bangan Stranas REDD+ dilakukan m elalui pende-k a t a n ya n g m e n ga r a h p a d a p r o s e s p e le m b a ga a n id e - id e , pengetahuan, nilai-nilai, dasar hukum , sum ber daya, struktur, dan m ekanism e keorganisasian yang m enggam barkan enam aspek dasar, ya it u ket er a t u r a n , ot on om i, a d a p t a b ilit a s, kom p r eh en sivit a s, koherensi, dan fungsionalitas.

Im plem entasi keem pat prinsip dasar ini di dalam proses penyu-sunan Stranas REDD+ m ensyaratkan beberapa hal, antara lain:

• Konsultasi yang intensif dengan para pihak yang bertanggung jawab dalam im plem entasi Stranas REDD+.

• Kon su lt asi lan gsu n g d en gan p ar a p ih ak yan g akan t er ken a dam pak dari kebijakan REDD+ m aupun para pihak yang terkait.

• Ket er libat an kelem bagaan at au or an g-or an g yan g m em iliki r e p u t a s i t e r p e r ca ya d a la m a r t ia n p e n ga la m a n m a u p u n kem am puan akadem ik.

• Proses yang bersifat inklusif dan transparan sejak awal hingga draf Stranas REDD+ m enjadi kebijakan publik.

• Mekanism e kom unikasi yang m em ungkinkan para pihak atau

pu blik m en getah u i (feed ba ck m echa n ism) d an m em ber ikan t a n gga p a n t e r h a d a p s u b s t a n s i m a u p u n s e lu r u h t a h a p a n perum usan Stranas.

• Kesediaan sem ua pihak untuk m em buka dan m enganalisis secara transparan dan kom prehensif m engenai berbagai m asalah dan kepentingan-kepentingan dalam pengelolaan sektor kehutanan.

• Ad an ya str u ktu r or gan isasi/ lem baga yan g efektif m ewad ah i berbagai kepentingan yang bersifat m ultisektor dan m ultilevel.

3. Tahapan dan Hasil Proses Penyusunan Stranas REDD+

(14)

DIAGRAM 1. PROSES PENYUSUNAN STRANAS REDD+

Rancangan Stranas REDD+ Executive Summary

(15)

1) Tahapan Prapenyusunan dan Penyusunan Stranas

Tahapan in i diawali den gan keputusan Men teri Koordin ator Bidang Ekonom i yang m em berikan m andat kepada Bappenas untuk m engoordinasikan proses penyusunan Stranas REDD+. Bappenas lalu m em ben t u k Tim Pen yu su n St r an as yan g t er d ir i d ar i Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Dengan dukungan dan fasilitasi UN-REDD Program m e In don esia, Tim Pen garah dan Tim Pelaksan a m em bentuk Tim Penulis untuk m enyusun rancangan stranas dan m elakukan berbagai konsultasi publik untuk m enghim pun m asukan terhadap penyem purnaan rancangan Stranas.

2) Tahapan Konsultasi Publik

( a ) Ko n s u lta s i Re gio n a l

Rancangan Stranas dikonsultasikan kepada sejum lah pihak di tingkat regional, nasional, m aupun para ahli di tingkat nasional dan internasional. Proses konsultasi publik di tingkat regional dilakukan di 6 wilayah regional, yaitu di Yogyakarta (J awa), Mataram (Bali, NTB, NTT, dan Maluku), Palangkaraya (Kalim antan), Banda Aceh/ Sum atera I (Aceh, Sum bar, Sum ut, dan Bengkulu), J am bi/ Sum atera II (Riau, J am bi, Sum sel, dan Lam pung), dan J ayapura (Papua dan Papua Barat).

( b) Ke p e s e rta a n

Secar a keselu r u h an p r oses kon su ltasi r egion al d iiku ti 38 7 peserta, terdiri dari unsur pem erintah (46%), unsur CSO (42%), akadem isi (9%), dan kalangan swasta (3%). Dari 163 peserta yang m ewakili CSO, 14% m erupakan wakil dari m asyarakat adat dan 1% berasal dari lem baga/ sektor yang fokus pada persoalan perem puan dan lingkungan.

(16)

( c) P e rs e p s i P e s e rta Ko n s u lta s i Re gio n a l

Hasil jajak pendapat para peserta yang dilakukan UN-REDD Pr ogr am m e In d on esia m en u n ju kkan , r ata-r ata 90 % p eser ta d i masing-masing konsultasi regional mengaku mengalami peningkatan pem aham an setelah m engikuti konsultasi publik tentang REDD+. Hasil wawancara juga m enunjukkan, beberapa tokoh kunci di sem ua tem pat m enganggap m odel konsultasi m engenai REDD+ beberapa langkah lebih m aju dibandingkan dengan kegiatan sejenis.

Salah satu aspek yang dianggap m aju adalah keterbukaan dalam proses perdebatan dan kesediaan pem erintah untuk m engakui dan m em beberkan data atau in form asi m en gen ai kon disi hutan dan kebijakan kehutanan yang am buradul. J uga kesediaan m elakukan koreksi atau perbaikan kebijakan. Mayoritas peserta m alah berpen-dapat bahwa konsultasi publik m erupakan pendekatan yang efektif untuk m em bahas berbagai m asalah dan m enentukan keputusan atau Stranas pengem bangan REDD+.

Sebagian besar peserta, terutam a kalangan NGO, berpendapat bahwa sebagai sebuah rancangan strategi, dokum en Stranas REDD+ sangat relevan dengan kebutuhan m ereka di daerah m asing-m asing. Hanya sedikit yang m engatakan kurang baik atau sangat tidak baik. H a l in i m e r u p a k a n p e r k e m b a n ga n ya n g s a n ga t b a ik d a n m enunjukkan bahwa Stranas REDD+ telah dibangun berdasarkan konteks persoalan yang terjadi di sejumlah wilayah. Selain itu, Stranas REDD+ telah m em buka ruang kom unikasi yang lebih baik antara pem erintah dan para pihak, terutam a dengan kalangan NGO.

3) Isu-isu Penting dalam Proses Konsultasi Regional

Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa catatan penting yang dapat menjadi sumber perbaikan proses konsultasi di masa yang akan datang, yaitu:

• Akses dini peserta konsultasi terhadap m ateri konsultasi.

(17)

• Pemilihan peserta konsultasi harus dilakukan dengan proses yang hati-hati, fair, dan terbuka.

• J am in an atas akses per em puan un tuk ter libat dalam pr oses perum usan kebijakan m engenai REDD+.

• Meka n is m e p er s ia p a n ( p r ep a r ed n es s m ech a n is m ) u n t u k m em berikan pem bekalan kepada para pihak yan g ren tan dan m em iliki akses yang rendah terhadap inform asi.

4) Konsultasi dengan Para Ahli

Proses kon sultasi juga dilaksan akan di tin gkat n asion al dan dengan para ahli, baik di tingkat nasional maupun internasional, yang kem udian m en jadi bahan dasar revisi dan pen yem purn aan draf Stranas REDD+. Selain m elalui proses konsultasi secara langsung, Tim Penyusun Stranas juga m elakukan konsultasi dan perm intaan m asukan secara tertulis kepada kem enterian terkait dan CSO.

4. Tahapan Penyelesaian Draf Stranas REDD+

Pada 18 Novem ber 20 10 , Bappenas m enyerahkan dengan resm i Rancangan Stranas REDD+ kepada Satgas REDD+ yang diketuai oleh Kuntoro Mangkusubroto dari UKP4. Proses lebih lanjut m engenai status draf term asukan proses penyem purnaan ditentukan di tingkat Satgas.

5. Pembelajaran (Lessons Learned)

Ber iku t in i beber apa pem belajar an yan g dapat ditar ik dar i proses-proses yan g telah terjadi, berupa pen tin gn ya m ekan ism e kesiapan dini (preparedness m echanism):

• Proses yang inklusif m em butuhkan waktu.

• Diperlukan m ekan ism e pelibatan yan g ram ah terhadap pihak yang rentan.

(18)

• P r os es p er u m u s a n keb ija ka n leb ih m u d a h m en d a p a t ka n dukungan apabila berpijak pada data dan pengalam an.

• Diperlukan rum usan kebijakan REDD+ yang kom prehensif dan

integral.

• Kom un ikasi yan g efektif m em butuh kan proses yan g bersifat

reciprocal.

• Pentingnya sistem pendukung (support sy stem ) dalam proses perum usan kebijakan.

6. Penutup

(19)

Bab I.

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Indonesia sejak beberapa tahun terakhir sudah mengembangkan berbagai strategi pen guran gan em isi gas rum ah kaca (GRK) dari deforestasi dan degradasi hutan. Beberapa kebijakan telah dilakukan, terutam a sejak ditetapkannya Bali Action Plan yang m em andatkan pengem bangan proses penyiapan im plem entasi Program R educing E m is s io n s f r o m Def o r es t a t io n a n d Fo r es t Deg r a d a t io n in Dev elopin g Coun tries Plus (REDD+) yang m encakup pelaksanaan

dem on stration activ ities dan pengem bangan perangkat kebijakan

(readin ess phase). Sebagai n egara den gan tutupan hutan terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan Kongo serta laju deforestasi kedua tertinggi setelah Brazil, Indonesia dianggap m em iliki peran strategis baik dalam negosiasi REDD+ di tingkat internasional m aupun tahap penyiapan im plem entasi REDD+ di tingkat nasional dan regional.

(20)

Proses perum usan Stranas REDD+ ini kem udian m endapatkan percepatan setelah adanya kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dan Norwegia yan g tertuan g dalam surat n iat (Letter of In ten t)

m engenai kerja sam a penurunan em isi GRK dari deforestasi dan degradasi hutan yang ditandatangani pada 26 Mei 20 10 . Proses ini m erupakan m om entum yang tepat untuk m elakukan pem benahan terhadap berbagai aspek yang terkait dengan pengelolaan hutan dan b eb er a p a sekt or la in n ya ya n g t er ka it d en ga n d efor est a si d a n degradasi hutan.

Di tingkat nasional, Pem erintah Indonesia berharap agar proses pengem bangan Stranas REDD+ m enjadi suatu proses yang dikelola berdasarkan prinsip inklusif, transparan, kredibel, dan terinstitusi-onalisasi. Dengan kata lain, proses pengem bangan Stranas REDD+ dapat m elalui proses yang berjenjang di tingkat nasional m aupun s u b n a s ion a l d en ga n m elib a t ka n p a r a p ih a k a t a u p em a n gku kepen tin gan yan g berkepen tin gan dan terkait den gan REDD+ di Indonesia.

Keterlibatan para pem angku kepentingan dalam proses peru-m usan kebijakan akan peru-m enuperu-m buhkan rasa percaya para pihak, ter-utam a an tara pem erin tah dan m asyarakat, sehin gga m en guran gi risiko kon flik dan kegagalan im plem en tasi kebijakan m en gen ai REDD+ di In don esia. Keper cayaan par a pih ak ter h adap pr oses p er u m u sa n keb ija ka n ju ga a ka n m en gu a t ka n legit im a si d a n kredibilitas produk kebijakan yang dihasilkan.

(21)

1.1.1 Prinsip Inklusivitas

In klusif m em iliki m akn a bah wa proses perum usan Stran as R E DD+ in i m e lib a t k a n p a r a p ih a k , b a ik ya n g a k a n m engim plem entasikannya m aupun para pihak yang akan terkena dam pak secara langsung m aupun tidak langsung. Proses pelibatan ini sering kali dilakukan m elalui upaya-upaya konsultasi publik.

1.1.2 Prinsip Transparansi

Dalam konteks pengem bangan Stranas REDD+, prinsip trans-paransi dimaknai sebagai prinsip keterbukaan, dimana terdapat akses publik untuk m elihat tahapan dan m em antau perkem -bangan proses pem buatan kebijakan (Issai, 20 0 0 ). Pr in sip tr an spar an si dapat diwujudkan dengan penyediaan m ekanism e pelaporan publik yang tepat waktu, relevan, inform atif, dan jelas.

1.1.3 Prinsip Kredibilitas

Pr in sip kr ed ibilit as m er u p akan p r in sip yan g m en gan d u n g p em ah am an bah wa p r oses p en gem ban gan Str an as m er u p akan proses yang dikelola oleh orang-orang m aupun kelem bagaan yang kredibel dan dengan proses atau pendekatan yang dapat dipercaya. Hal ini penting untuk m enum buhkan kepercayaan dan penerim aan para pihak publik terhadap proses pen yusun an Stran as sehin gga Stranas REDD+ yang terbentuk m endapatkan legitim asi penuh dari para pihak bahkan publik pada um um nya.

1.1.4 Prinsip Institusionalitas

(22)

Dalam konteks seperti ini, pencatatan atau dokum entasi tentang p r oses p en yu su n a n St r a n a s REDD+ m en ja d i p en t in g u n t u k dilakukan. Penulisan buku ini merupakan inisiatif yang baru pertama kali dilakukan terkait dengan pendokum entasian proses penyusunan kebijakan n asion al m en gen ai REDD+. Oleh karen a itu, buku in i dih arapkan akan m em berikan pem belajaran kepada para pih ak bagaimana membangun kebijakan berskala nasional yang melibatkan banyak pihak m elalui proses yang transparan, inklusif, dan kredibel. Selain itu, buku in i juga berisi pem belajaran ten tan g bagaim an a seharusn ya pem erin tah berkom un ikasi kepada m asyarakat, civ il s o ciet y o r g a n iz a t io n ( CSO) , ka la n ga n p en gu s a h a , d a n ju ga sebaliknya.

Lebih dari itu, buku in i diharapkan juga dapat m em berikan pem belajaran ten tan g sebuah proses perum usan kebijakan yan g mempertemukan berbagai kepentingan atau aspirasi yang bersumber pada keragam an karakteristik sosio-ekologi bahkan ekonom i politik yang m elatarbelakangi tiap-tiap pihak.

1.2 Tujuan Buku Ini

Buku ini bertujuan menggambarkan tahapan proses penyusunan Str an as REDD+ d an u n tu k m elih at sejau h m an a im plem en tasi prinsip inklusivitas, transparansi, kredibilitas, dan institusionalitas diimplementasikan dalam proses penyusunan Stranas REDD+. Buku in i ju ga b e r t u ju a n m e n d o k u m e n t a s ik a n b e r b a ga i b e n t u k pem belajaran positif m aupun n egatif selam a proses pen yusun an Stranas REDD+. Di sam ping m em berikan gam baran dan inform asi lengkap kepada para pihak m engenai proses perum usan kebijakan yang partisipatif, transparan, kredibel, dan terinstitusionalisasi.

(23)

Secara garis besar, tujuan pendokumentasian proses penyusunan Stranas REDD+ di Indonesia adalah untuk:

1) Mendokumentasikan pengetahuan dan pengalaman dalam proses pen yusun an sebuah kebijakan den gan car a yan g efektif dan m udah ditan gkap sehin gga dapat m en in gkatkan kualitas dan dam pak positif dari sebuah proses penyusunan kebijakan.

2) M e m p e r ce p a t a d o p s i p r o s e s p e r u m u s a n k e b ija k a n ya n g m e n ga r u s u t a m a k a n p r in s ip in k lu s ivit a s , t r a n s p a r a n s i, kredibilitas, dan institusionalitas sehingga dapat diadaptasi pada konteks situasi dan lokasi yang berbeda.

3) M e n d o k u m e n t a s ik a n p e m b e la ja r a n t e n t a n g b a ga im a n a mengembangkan proses komunikasi yang efektif di tengah-tengah keragam an karakteristik sosio-ekologi bahkan ekonom i politik yan g m elatarbelakan gi para pihak yan g terlibat dalam proses penyusunan sebuah kebijakan.

1.3 Ruang Lingkup

(24)

1.4 Outline Buku

Buku ini terdiri dari ringkasan eksekutif, tujuh bab utam a, dan lam piran.

Bab I m erupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan buku proses, ruang lingkup, dan outlin e buku. Bab II m en deskripsikan keem pat prin sip utam a yan g dipakai

sebagai dasar dalam proses penyusunan Stranas REDD+. Bab ini juga m enjelaskan kenapa keem pat prinsip ini vital sebagai wujud perum usan kebijakan yan g berdasarkan pada aplikasi konsep good governance dan kontekstualitas keem pat prinsip ini dalam lingkup REDD+.

Bab III m en ggam bar kan tah apan pr oses per tam a pen yu su n an Stranas REDD+. Bab ini m em berikan inform asi m engenai p e m b e n t u k a n Tim P e n yu s u n St r a n a s R E DD+ d a n penyusunan draf awal Stranas REDD+ serta isu-isu krusial yang m uncul dalam proses.

Bab IV m e n gga m b a r ka n r a n gka ia n ko n s u lt a s i p u b lik ya n g dilaksanakan dalam rangka m engonsultasikan draf Stranas kepada publik secara lebih luas dan isu-isu krusial serta analisis terhadap proses yang terjadi.

Bab V m en jelaskan m en gen ai tah ap p en yelesaian d r af akh ir Stranas REDD+ dan dinam ika dari proses yang terjadi di dalam n ya h in gga Bappen as m en yerah kan draf Stran as kepada Satgas REDD+ pada 17 Novem ber 20 10 .

Bab VI m en d oku m en t a sika n d a n m en sa r ika n p em b ela ja r a n

(lesson s learn ed) yang diperoleh dari proses penyusunan Stranas REDD+.

(25)

Bab II.

Prinsip Dasar Penyusunan

Strategi Nasional REDD+

2.1 Mengapa Diperlukan Sejumlah Prinsip Dasar

Dalam berbagai diskusi mengenai Stranas REDD+, banyak pihak berharap bahwa REDD+ dapat m em percepat upaya m enekan laju d efor est asi d an d egr ad asi h u t an . Selain it u , ju ga m em ber ikan kon t r ibu si t er h ad ap p en gen t asan r akyat d ar i kem iskin an bagi m asyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Lebih dari itu, REDD+ bahkan diharapkan dapat m em berikan jam inan yang lebih tegas terhadap upaya pelestarian hutan dan keanekaragam an hayati.

Walau dem ikian, tidak sedikit pihak m enyatakan kekhawatiran bahwa REDD+ akan m enyebabkan ketidakadilan dan kem iskinan bagi m asyarakat adat dan lokal yang selam a ini m enggantungkan hidup m ereka pada hutan. Kekhawatiran ini sangat wajar m engingat pengelolaan hutan pada m asa lalu sering kali m enegasikan hak-hak sosial ekonom i dan ekologi m asyarakat adat atau m asyarakat yang tinggal di dalam m aupun di luar kawasan hutan. Kebijakan penge-lolaan hutan dinilai masih menegasikan hak masyarakat yang terlibat pada proses pengam bilan keputusan m engenai sum ber daya hutan.

(26)

ekonom i saja, tetapi juga m enjadi suatu proses yang benar-benar m e lib a t k a n b a n ya k p ih a k s e h in gga p a d a gilir a n n ya a k a n m en ghasilkan kebijakan dan sistem kelem bagaan yan g m em iliki legitim asi kuat, berfungsi efektif, dan m udah diim plem entasikan.

Un t u k m em a st ika n h a l in i, Ba p p en a s sela ku koor d in a t or p en yu su n an Str an as REDD+ m en gaju kan em p at p r in sip d asar pen yusun an Stran as REDD+ , yaitu: (1) prin sip in klusivitas, (2) p r in sip t r a n sp a r a n si, (3) p r in sip kr ed ib ilit a s, d a n (4 ) p r in sip in stitusion alitas. Keem pat pr in sip in i din ilai akan m em ber ikan p an d u an bah kan jam in an yan g jelas bah wa p r oses p er u m u san m a u p u n s u b s t a n s i St r a n a s R E DD+ b e n a r - b e n a r a k a n m en geten gah kan dim en si par tisipasi, keter bukaan , kem udah an akses, kontrol publik, dan keadilan bagi sem ua pihak. J uga bisa m em b er ika n kejela sa n d a n kep a st ia n t er h a d a p h a k-h a k a t a u kepentingan-kepentingan para pihak dalam kebijakan pengelolaan hutan di Indonesia.

Subbab berikutnya akan m enjelaskan secara lebih m endetail m engenai pengertian dan ukuran-ukuran yang bisa dipakai untuk m enunjukkan tiap-tiap prinsip.

2.2 Empat Prinsip Dasar dan Indikator Pemenuhan

2.2.1 Prinsip Inklusivitas

1. P e n ge rtia n P rin s ip In klu s ivita s

Dalam konteks penyusunan Stranas REDD+, inklusif m em iliki m akna bahwa proses perum usan Stranas REDD+ telah m elibatkan para pih ak baik yan g akan m en gim plem en tasikan kebijakan in i m aupun yang akan terkena dam pak im plem entasi kebijakan REDD+ baik secara langsung m aupun tidak langsung. Proses pelibatan ini dilakukan m elalui upaya-upaya konsultasi publik dan penjangkauan kom unikasi.

(27)

dengan keputusan yang dibuat (LGSP, 2009). Sedangkan dalam konteks penjangkauan komunikasi, inklusif berarti bahwa publik bisa mengakses informasi dan menyatakan ekspresi kepentingannya secara langsung, terbuka, dan dengan cara yang mudah.

2 . In d ika to r P rin s ip In klu s ivita s

Prinsip inklusivitas dapat ditunjukkan dengan ukuran-ukuran sebagai berikut:

a) Ke t e r wa kila n d a n ke t e r lib a t a n p a r a p ih a k d a la m p r o s e s pengam bilan keputusan dan perum usan draf Stranas REDD+:

• Keterlibatan para pihak yang m em iliki kepentingan langsung den gan Stran as REDD+ (an tara lain : m asyarakat, pem da/ SKPD, Bappen as, Kem en ter ian Keh u tan an , Kem en ter ian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan kalangan pengusaha).

• Keter libatan par a pih ak yan g tid ak m em iliki keter kaitan langsung, tetapi memiliki kepentingan dan perhatian terhadap Stranas REDD+ (antara lain organisasi m asyarakat sipil, para akadem isi, dan para pewarta).

• Keterwakilan dan keterlibatan kelom pok ren tan / m in oritas dalam proses pengam bilan keputusan dan perum usan draf Stranas REDD+:

- Keterwakilan dan keterlibatan kelom pok perem puan.

- Keterwakilan dan keterlibatan m asyarakat adat.

- Keterlibatan kelom pok m asyarakat lainnya yang tinggal di dalam hutan atau di sekitar hutan atau kelom pok yang sangat bergantung pada ekosistem hutan.

b) Proses pem ilihan/ penentuan wakil dari para pihak secara fair

(adil) dan inklusif:

• Identifikasi dini dan fair terhadap para pihak.

(28)

• Keterlibatan representasi dari para pihak dalam m enentukan perwakilan m ereka.

c) Terdapat langkah-langkah penyiapan peserta untuk memudahkan p elibatan p ar a p ih ak d alam p r oses p en gam bilan kep u tu san m a u p u n p en yu su n a n d r a f St r a n a s REDD+ (p r ep a r ed n ess m echanism ):

• Terdapat proses pertem uan awal yang dilakukan oleh CSO

ataupun Pemerintah daerah untuk mempersiapkan para pihak di daerah m engikuti proses-proses konsultasi publik.

d) Proses konsultasi dilakukan dengan m etode dan m ekanism e yang sederhana, bersahabat, dan tidak m em arjinalkan pihak tertentu:

• Tersedianya inform asi dasar secara dini dan m udah didapat atau dijangkau pihak-pihak yang rentan/ m inoritas posisinya.

• Proses konsultasi m enggunakan bahasa atau sim bol-sim bol yang m udah dim engerti oleh pihak-pihak tertentu.

• Tersedia penjelasan m em adai terhadap istilah-istilah, idiom , definisi, atau pengertian-pengertian ilm iah dan teknis yang berasal dari istilah asing atau kata-kata yang sulit dim engerti.

2.2.2 Prinsip Transparansi

1. P e n ge rtia n P rin s ip Tra n s p a ra n s i

(29)

2 . In d ika to r P rin s ip Tra n s p a ra n s i

Prinsip transparansi dapat ditunjukkan dengan ukuran-ukuran sebagai berikut:

a) Penyediaan laporan publik yang bisa diakses oleh publik, tepat waktu, dan jelas yan g m en jelaskan kem ajuan dan h asil dar i tahapan pem buatan Stranas:

• Penyediaan inform asi dasar atau laporan dan m ateri yang bisa d iakses oleh pu blik, baik m elalu i m ed ia m assa, w ebsit e,

m a ilin g list, atau d i tem pat-tem pat kh u su s atau m elalu i saluran kom unikasi yang m udah dijangkau publik.

• Peserta konsultasi publik mendapatkan draf Stranas sejak dini dan dengan tenggat yang m encukupi untuk m em pelajarinya sebelum m engikuti konsultasi.

b) Ketersediaan/ kelengkapan inform asi dasar tentang isu REDD+: • Terdapat penjelasan lengkap m engenai aspek teknis/scientific issu es t er ka it d en ga n REDD+ ya n g d a p a t a t a u m u d a h dim engerti oleh peserta konsultasi.

• Kon su ltasi dilaku kan den gan m en ggu n akan bah asa yan g m udah dim engerti oleh seluruh peserta konsultasi, terutam a m asyarakat adat, perem puan, dan kelom pok rentan lainnya . c) Terdapat m ekanism e um pan balik (feedback m echan ism) yang jelas, terukur, dan tepat waktu atas m asukan publik atau para pihak terhadap proses m aupun hasil konsultasi publik:

• Ter d ap at t an ggap an r esm i d ar i p en yelen ggar a t er h ad ap m asukan dan tanggapan yang diperoleh dari hasil konsultasi publik.

(30)

2.2.3 Prinsip Kredibilitas

1. P e n ge rtia n P rin s ip Kre d ib ilita s

Kr ed ibilitas ad alah pr in sip yan g m en gan d u n g pem ah am an bahwa proses pengem bangan Stranas REDD+ m erupakan proses yan g dikelola oleh kelem bagaan atau oran g-oran g yan g m em iliki reputasi, dan dilakukan dengan pendekatan yang inklusif, transparan, dan benar atau dapat dipercaya. Perum usan kebijakan REDD+ juga m en gan d u n g p en ger tian bah wa baik su bstan si m au p u n p r oses perumusannya didasarkan pada mandat atau legalitas yang jelas serta didu ku n g den gan in for m asi, data, fakta yan g ben ar , dan dapat diper tan ggun gjawabkan atau dapat diver ifikasi keben ar an atau keabsahannya.

2 . In d ika to r P rin s ip Kre d ib ilita s

Prinsip ini ditunjukkan dengan ukuran-ukuran sebagai berikut:

a) Men ggu n akan d ata, in for m asi, atau fakta yan g aku r at atau

reliable, dapat dipercaya (trustw orthiness), m udah diakses dan dicek kembali, serta terbuka terhadap masukan semua pihak pada sem ua tataran.

b) Proses pengem bangan Stranas m elibatkan para ahli, akadem isi, dan para pihak yang m engalam i dan m em aham i konsep m aupun r ealitas m asalah d an kepen tin gan -kepen tin gan yan g ter kait dengan REDD+.

c) Tanggapan dan m asukan atau aspirasi para pihak dibahas secara m en d alam ser t a d icat at , d ip er t im ban gkan d an d iakom od ir didalam rum usan Stranas REDD+.

(31)

2.2.4 Prinsip Institusionalitas

1. P e n ge rtia n P rin s ip In s titu s io n a lita s

Pr in sip in stitusion alitas m en gacu pada pem ah am an bah wa proses pengembangan Stranas REDD+ dilakukan dengan pendekatan yang mengarah pada proses pelembagaan ide-ide, pengetahuan, nilai-n ilai, dasar hukum , sum ber daya, serta struktur danilai-n m ekanilai-n ism e keor gan isasian yan g m en ggam bar kan en am asp ek d asar , yaitu keteraturan, otonom i, adaptabilitas, kom prehensivitas, koherensi, dan fungsionalitas.

Dalam pengertian ini, proses pelem bagaan kebijakan REDD+ dipandang sebagai bagian yang kontinu dari berbagai gagasan atau pr oses pen ataan pen gelolaan kebijakan keh u tan an yan g su d ah berjalan sebelum adanya Letter of In ten t (LoI) antara Pem erintah RI d an Nor wegia beber apa waktu lalu . J u ga m er u pakan u paya m en gin t egr a sika n d a n m em b a n gu n kesesu a ia n a n t a r b er b a ga i gagasan, kepentingan, dan kelem bagaan yang berbeda-beda untuk m engefektifkan pelaksanaan kebijakan REDD+ di Indonesia.

2 . In d ika to r P rin s ip In s titu s io n a lita s

Pr in sip in stitu sion alitas d apat d itu n ju kan d en gan u ku r an -ukuran sebagai berikut:

a) Keteraturan: m engacu pada pem aham an bahwa pelem bagaan REDD+ dilakukan dengan proses yang teratur, sistem ik, m udah dikontrol, dan m elalui penahapan yang jelas.

b) Fun gsion al: m en gacu pada pem aham an bahwa pelem bagaan REDD+ ber sifat fu n gsion al, d alam ar t i m ewad ah i ber bagai kepentingan yang terkait dengan pengem bangan strategi REDD+

c) Ot on om i: m en gacu p ad a p em ah am an bah wa p elem bagaan REDD+:

(32)

• Mengakui otonomi dan kewenangan berbagai lembaga lainnya yang sudah diatur atau ditetapkan undang-undang

• Mengintegrasikan m odel atau pendekatan dan kewenangan

tersebut ke dalam kelem bagaan REDD+

• Menghargai berbagai keberagaman kepentingan dalam proses pengam bilan keputusan tentang Stranas, kelem bagaan, dan pem biayaan REDD+

d) Adaptasi: mengacu pada pemahaman bahwa proses maupun hasil d a n k e le m b a ga a n R E DD+ m a m p u b e r a d a p t a s i d e n ga n perubahan-perubahan lingkungan serta bersifat terbuka untuk penyempurnaan baik secara parsial maupun perubahan mendasar sesuai kebutuhan dan kapasitas sum ber daya.

e) Kom p r eh en sif: m en ga cu p a d a p em a h a m a n b a h wa m u a t a n su b st a n si st r a t egi m a u p u n kelem b a ga a n REDD+ h a r u sla h kom plet dan integral. Dalam artian m em uat gam baran tentang:

• Kondisi hutan dan lahan

• Faktor-faktor yang m em engaruhi deforestasi dan degradasi, baik itu m enyangkut ketidakseim bangan penggunaan ruang, problem kelem bagaan, gov ern an ce, dan ekonom i

• Apa dan bagaim ana strategi yang harus dikem bangkan untuk m en jawab m asalah yan g ada serta bagaim an a keterkaitan antarkeduanya.

• Apa dan bagaim ana struktur dan m ekanism e kelem bagaan/ keorganisasian kebijakan REDD+ .

f) Koherensi: mengacu pada pemahaman bahwa tiap-tiap pihak dan subsistem di dalam keseluruhan sistem dan proses pengembangan REDD+ m em iliki koherensi atau keterkaitan erat antara satu dan lainnya .

2.3 Prasyarat Keberhasilan Implementasi Prinsip Dasar

(33)

1. Prinsip inklusivitas m ensyarakatkan adanya:

a) Konsultasi yang intensif dengan para pihak yang bertanggung jawab dalam im plem entasi Stranas REDD+, adalah sektor-sektor terkait seperti Kem en terian Kehutan an , Pertan ian , Pertambangan, Pekerjaan Umum, Lingkungan Hidup, pemda, dan din as-din as terkait di level subn asion al baik provin si m aupun kabupaten.

b) Konsultasi langsung dengan para pihak yang akan terkena dampak dari kebijakan REDD+, antara lain adalah masyarakat adat atau m asyarakat yang tinggal di dalam m aupun di sekitar hutan, dan para pem egang konsesi penggunaan hutan.

c) Kon sultasi lan gsun g den gan para pihak yan g relevan dan terkait secara tidak langsung dengan kebijakan ini, antara lain organisasi masyarakat sipil, para akademisi, dan para pewarta.

2. Pr in sip t r an sp ar an si m em p er syar at kan ad an ya p en yed iaan inform asi dasar yang jelas dan kom prehensif serta m ekanism e pelaporan publik yang tepat waktu, relevan, dan m udah diakses oleh siapa pun.

3. Prinsip kredibilitas m ensyaratkan adanya:

a) Keterlibatan kelem bagaan atau orang-orang yang m em iliki r ep u t a si t er p er ca ya d a la m a r t ia n p en ga la m a n m a u p u n kem am puan akadem ik.

b) Proses yang bersifat inklusif dan transparan sejak awal hingga draf Stranas REDD+ m enjadi kebijakan publik.

c) Mekanism e input dan output inform asi atau kom unikasi yang m em ungkinkan para pihak atau publik m engetahui dan m em -ber ikan t an ggap an t er h ad ap su bst an si m au p u n selu r u h tahapan perum usan Stranas.

4. Prinsip institusionalitas m ensyaratkan:

a) Ket er libat an secar a in t en sif p ih ak-p ih ak yan g m ewakili ker agam an gagasan , kepen tin gan , d an pen galam an yan g terkait dengan proses pengelolaan sektor kehutanan.

(34)

m asalah dan kepen tin gan -kepen tin gan dalam pen gelolaan sektor kehutanan.

c) Adanya m ediasi yang baik untuk m em pertem ukan berbagai asp ir asi kep en t in gan m au p u n m od el p en gelolaan yan g berbeda.

d) Adanya struktur organisasi/ lem baga yang efektif m ewadahi berbagai kepentingan yang bersifat multisektor dan multilevel.

(35)

P

enyusunan draf Stranas REDD+ dilakukan m elalui proses yang cukup pan jan g dan den gan berdasarkan pada prin sip-prin sip yang telah dijelaskan pada Bab II. Dengan m engacu kepada keem pat p r in sip t er sebu t , p en yu su n an St r an as REDD+ d im u lai d en gan p e m b e n t u ka n Tim P e n yu s u n , d ila n ju t ka n d e n ga n s e ju m la h pertem uan awal, penulisan draf, serta konsultasi di tingkat pusat dan daerah. Keseluruhan proses yan g dilaksan akan ditam pilkan pada Grafik 1..

Secara um um tahapan proses penyusunan yang dilakukan sejak J uli hingga Novem ber 20 10 dapat dibagi dalam tiga bagian pokok, yaitu tahapan pra-penyusunan dan penyusunan dokum en Stranas yang akan dibahas dalam bab ini; tahapan konsultasi publik yang akan dibahas dalam Bab IV; dan tahapan penyelesaian draf Stranas yang akan dibahas dalam Bab V.

3.1 Tahapan Prapenyusunan Dokumen Stranas REDD+

3.1.2 Proses dan Hasil

Ta h a p p r a p en yu su n a n d oku m en St r a n a s REDD+ d im u la i sem en jak Kem en ter ian Koor d in ator (Kem en ko) Per ekon om ian m em b er ika n t u ga s d a n kewen a n ga n kep a d a Ba p p en a s u n t u k m en goordin asi pen yusun an Stran as REDD+. Sejalan den gan itu, Kem enko Ekonom i juga m em berikan m andat kepada Kem enterian Kehutan an un tuk m elakukan proses pem ilihan wilayah prioritas pelaksanaan REDD+ dan m andat kepada UKP4 untuk m erum uskan kelem bagaan dan sistem pendanaan untuk REDD+.

Bab III.

Perumusan Draf

(36)

GRAFIK 1. TAHAPAN PROSES PENYUSUNAN STRANAS REDD+

Rancangan Stranas REDD+ Executive Summary

(37)

Bappenas dengan dukungan Kemenhut, Kementerian Pertanian, dan UN-REDD Programme Indonesia melakukan beberapa kali rapat konsultasi dengan para pihak. Pada pertem uan 22 J uli 20 10 akhirnya diputuskan untuk m em bentuk Tim Penyusun Stranas REDD+, yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah bertugas m em an tau proses pen yusun an Stran as REDD+ dan m em berikan arahan kepada Tim Pelaksana terkait dengan proses pengintegrasian Stranas REDD+ dengan kebijakan pem erintah di sektor yang lain. Tim P e n ga r a h d ik e t u a i o le h Wa k il M e n t e r i P e r e n ca n a a n Pem bangunan Nasional/ Wakil Kepala Bappenas dan beranggotakan sejum lah pejabat eselon 1 di sektor terkait (lihat Tabel 1).

Ketua

Wakil Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Sekretaris

Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas

Anggota:

• Direktur Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan;

• Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Kementerian Kehutanan;

• Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan; • Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perlindungan Hutan Kementerian Kehutanan; • Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan; • Staf Ahli Bidang Kemitraan Kementerian Kehutanan;

• Staf Ahli Bidang Lingkungan Kementerian Kehutanan;

• Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian;

• Deputi Bidang Penginderaan Jauh, Lembaga Penerbangan, dan Antariksa Nasional;

• Deputi Bidang Survei Dasar Sumber Daya Alam Badan Koordinasi Pemetaan dan Survei Nasional; • Direktur Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum;

• Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup;

• Direktur Jenderal Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; • Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri;

• Deputi I, Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan;

• Penasehat Presiden Bidang Perubahan Iklim/Kepala Sekretariat Dewan Nasional Perubahan Iklim.

(38)

Tim Pelaksan a bertugas m enyusun kon sep awal Stran as dan m elakukan kon sultasi den gan para pem an gku kepen tin gan , lalu m engintegrasikannya di dalam draf Stranas yang sedang disusun. Tim p en yu su n kem u d ian m en gon su ltasikan d r af secar a in ten s dengan Tim Pengarah.

Tim Pelaksana terdiri dari pejabat eselon II dari kem enterian terkait dan perwakilan organisasi m asyarakat sipil (CSO) m encakup organ isasi n on pem erin tah di tin gkat in tern asion al (INGOs) dan organisasi nonpem erintah di tingkat nasional (NGOs) (lihat Tabel 2). Sebaliknya, tidak ada inform asi yang jelas m engenai bagaim ana komposisi dan proses kerja tim Kemenhut yang bertugas menentukan

Ketua

Direktur Konservasi dan Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas

Sekretaris

Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Kementerian Kehutanan

Anggota:

• Direktur Bina Rencana dan Pemanfaatan Hutan Produksi Kementerian Kehutanan; • Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

Kementerian Kehutanan;

• Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian Kementerian Pertanian;

• Direktur Budidaya Tanaman Tahunan Kementerian Pertanian;

• Kepala Pusat Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional;

• Kepala Pusat Pemetaan Dasar Rupabumi dan Tata Ruang Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional;

• Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas; • Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian PPN/Bappenas; • Hariadi Kartodihardjo, Institut Pertanian Bogor;

(39)

wilayah prioritas pelaksan aan REDD+ m aupun tim UKP4 yan g bertan ggun g jawab m erum uskan aspek kelem bagaan dan sistem pendanaan untuk REDD+.

Tim Pela ksa n a d a n Tim Pen ga r a h kem u d ia n m em b en t u k Sekretariat Bersam a un tuk pen yusun an Stran as REDD+ den gan dukungan secara finansial dari UN-REDD Program m e Indonesia. Seluruh operasional proses penyusunan Stranas REDD+ juga didanai oleh UN-REDD Pr ogr a m m e In d on esia . Sela in it u , UN-REDD P r o gr a m m e I n d o n e s ia d e n ga n p e r s e t u ju a n Tim P e la k s a n a m em bentuk Tim Penulis Stranas REDD+ yang bertugas m enulis draf naskah Stranas dengan mengacu pada outline yang telah disusun oleh Tim Pelaksan a. Kean ggotaan Tim Pen ulis disusun dari berbagai unsur yang mewakili sektor kehutanan, pertanian, serta aspek hukum dan terdiri dari perwakilan Bappenas, Kem enhut, Kem entan, UNDP, ICEL, dan didukung oleh sejum lah tenaga ahli yang dikontrak untuk m em bantu m enuliskan draf Stranas.

TABEL 3. SUSUNAN TIM PENULIS DOKUMEN STRANAS DAN TIM PENULIS PROSES

(40)

Selain itu, diben tuk juga Tim Pen ulis Proses, yan g bertugas m enulis seluruh proses dan pem belajaran yang dapat diam bil dari p en yu su n an St r an as, m u lai d ar i t ah ap an awal h in gga St r an as diserahkan oleh Bappenas kepada Satgas REDD+ (lihat Tabel 3). Tim Penulis Proses bekerja secara paralel dengan Tim Penulis dokum en Stranas.

3.1.2 Analisis terhadap Proses dan Hasil pada Tahapan Prapenyusunan Dokumen Stranas REDD+

3.1.2.1 Pemenuhan Prinsip Inklusivitas

Tahapan prapenyusunan dokum en stranas adalah tahapan yang s a n ga t p en d ek. Akt ivit a s t er p en t in g ya n g d ila ku ka n a d a la h pem ben tukan Tim Pen garah dan Tim Pelaksan a serta pen yiapan

outline Stranas. Sem ua proses ini praktis berlangsung secara internal dan ekslusif tanpa keterlibatan wakil pemangku kepentingan lainnya. Seluruh Tim Pengarah pun berasal dari unsur pem erintah tanpa ada unsur CSO atau kalangan ahli/ akademisi. Dengan alokasi waktu yang s a n ga t t e r b a t a s , p e n d e k a t a n s e p e r t i in i t e n t u s a ja m a k in m e m p e r m u d a h s in e r gi d a n k o o r d in a s i a n t a r k e le m b a ga a n pemerintah maupun sinergi antarkebijakan pada tiap-tiap sektor atau kem enterian terkait.

Meski dem ikian, pendekatan ini juga m engundang kritik karena tidak sejalan dengan m akna m ultipihak yang terkandung di dalam p r in sip in klu sif yan g d iar u su t am akan oleh Bap p en as. Disebu t d em ikian kar en a p r oses yan g eksklu sif sep er ti itu ju str u telah m em batasi akses publik untuk terlibat dalam penentuan kebijakan m engenai isu atau m asalah yang berpengaruh terhadap kehidupan orang banyak.

(41)

pr oses pen gam bilan keputusan . Esen si pr in sip in klusivitas dan m ultipihak lebih terlihat walaupun sangat disadari bahwa kom posisi Tim Pelaksana belum m em asukkan kelom pok yang rentan posisinya dalam pengelolaan kehutanan, yaitu kelom pok perem puan.

3.1.2.2 Pemenuhan Prinsip Transparansi

Tahapan prapenyusunan draf Stranas REDD+ m erupakan m ata rantai yang belum m em enuhi kriteria prinsip transparansi. Publikasi hanya dilakukan secara singkat dan tidak intensif di dalam w ebsite

UN Indonesia dan tidak disinggung sam a sekali didalam w ebsite

Bappenas. Karena itu, tidak banyak pihak yang m engetahui apa latar belakang dan bagaimana Stranas REDD+ dipersiapkan. Keterbatasan ini kem udian diatasi dengan cara m eningkatkan intensitas kom uni-kasi dengan pihak-pihak yang dinilai penting untuk dimintai pendapat.

3.1.2.3 Pemenuhan Prinsip Kredibilitas

P e n e m p a t a n o r a n g- o r a n g ya n g m e m ilik i k e a h lia n d a n pengalam an di berbagai sektor yang terkait relevan dengan REDD+ di dalam struktur Tim Pengarah, Tim Pelaksana, dan Tim Penulis m en un jukkan adan ya pem en uh an pr in sip kr edibilitas. Mer eka a d a la h o r a n g- o r a n g ya n g m e m ilik i k o m p e t e n s i d a n s a n ga t m em ah am i r ealitas d an kon teks situ asi m asalah keh u tan an d i Indonesia.

(42)

3.1.2.4 Pemenuhan Prinsip Institusionalitas

Pada tahapan ini proses penyusunan stranas telah menghadirkan beberapa kelem bagaan yan g m em iliki kredibilitas dan kapasitas memadai. Meski demikian, ada beberapa aspek mendasar yang belum dilakukan berdasarkan dengan prinsip institusionalitas. Pertam a, ketidaklengkapan unsur para pihak di dalam struktur Tim Pengarah justru dapat m engham bat proses integrasi nilai, pem aham an, dan kep en t in gan d alam p elem bagaan d an im p lem en t asi kebijakan REDD+. Hal ini kem udian berakibat tak terakom odasinya sejum lah isu m endasar yang terkait dengan kepentingan para pihak sehingga bisa m enurunkan tingkat kepercayaan para pihak terhadap proses perum usan m aupun im plem entasi Stranas REDD+.

Kedua, integrasi dan kohesi antarelem en penting dalam proses pelem bagaan REDD+ tidak terbangun sejak dini. Ini disebabkan oleh adanya pem isahan proses pengem bangan atau perum usan dokum en Stranas yang dijalankan oleh Bappenas dengan proses penentuan wilayah prioritas yang ditangani oleh Kem enhut m aupun dengan proses pen gem ban gan sistem kelem bagaan dan pen dan aan yan g dijalankan oleh UKP4.

3.2 Tahap Penyusunan Draf Stranas REDD+

3.2.1 Proses dan Hasil

1. P e m b a h a s a n d a n P e n u lis a n D ra f N o l Ve rs i 2 Agu s tu s 2 0 10

Tah ap pen u lisan r an can gan Str an as REDD+ d im u lai sejak p er t em u a n Tim Pen u lis p a d a 2 Agu st u s 2 0 10 . Per t em u a n in i m elahirkan draf awal (draf 0 ) yang m em iliki 9 bagian utam a (lihat box 1). Draf in i disem purnakan terus-m en erus oleh Tim Pen ulis, kem udian dipresentasikan di depan Tim Pelaksana pada tanggal 19 Agustus 20 10 di Hotel Arya Duta.

(43)

1) Pendahuluan yang berisi latar belakang penyusunan Stranas REDD+ antara lain adalah komitmen politik Presiden Indonesia untuk menurunkan emisi sebesar 26% pada 2020, penandatanganan surat niat antara Indonesia dengan Norwegia yang menjadi salah satu momentum perumusan Stranas REDD+ dan keinginan Indonesia untuk memperbaiki tata kelola hutan menjadi lebih berkelanjutan.

2) Pengertian. Pada bab ini dibahas beberapa definisi utama yang akan dipakai secara terus menerus dalam Stranas misalnya definisi hutan, deforestasi, degradasi dll.

3) Visi dan tujuan yaitu tercapainya penurunan emisi GRK dan peningkatan simpanan karbon yang berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kualitas sumber daya alam hayati

4) Dasar hukum yang terkait dan relevan dengan isu REDD+

5) Prasyarat REDD+ yang menjelaskan mengenai ruang lingkup dan time frame Stranas REDD+ 6) Analisa kondisi dan permasalahan yang mengidentifikasi 6 hal utama penyebab deforestasi di

Indonesia yaitu: persoalan tata ruang, lemahnya tata kelola hutan, lemahnya kapasitas unit manajemen hutan, governance dan persoalan kemiskinan.

7) Strategi utama yang terdiri dari penguatan kondisi pemungkin dan strategi penyempurnaan pembangunan sektor pengelolaan hutan.

8) Program utama untuk implementasi REDD+.

9) Monitoring dan Evaluasi yang menjelaskan kerangka monitoring dan evaluasi implementasi Stranas REDD+.

BOX 1: OUTLINE UTAMA DRAF 0 STRANAS REDD+ PER 19 AGUSTUS 2010

a) Struktur dan Substansi Dokum en

Dokum en Stranas REDD+ diharapkan m em iliki rum usan yang jelas dan terukur mengenai tujuan, ruang lingkup, jangka waktu (tim e fram e), serta keran gka logis (logfram e) yan g dilen gkapi den gan

(44)

b) Posisi Stranas terhadap RAN GRK

Dalam pr oses per tem u an m u n cu l per tan yaan d ar i peser ta, ap akah Str an as REDD+ m er u p akan bagian d ar i Ren can a Aksi Nasional Pengurangan Em isi Gas Rum ah Kaca (RAN GRK). J ika im plem entasi REDD+ di Indonesia m erupakan bagian dari skem a upaya pengurangan em isi sebesar 26% dengan sukarela atau 41% dengan bantuan luar negeri pada 20 20 , sebaiknya Stranas REDD+ merupakan bagian tak terpisahkan dari RAN GRK. Dengan demikian, secara substansi Stranas REDD+ harus terkait dengan RAN GRK.

Di lain pihak, terdapat anggapan bahwa m em asukkan Stranas REDD+ sebagai bagian dari RAN GRK justru akan m em perberat beban m itigasi yang harus ditanggung oleh Indonesia. J ika hal ini terjadi, Indonesia dengan sendirinya harus m em biayai pelaksanaan REDD+ dengan dana yang bersum ber dari APBN. Dalam pertem uan ini disarankan agar REDD+ didesain sebagai aktivitas pengurangan em isi GRK yang khusus didanai dari bantuan luar negeri (term asuk dalam 41% target pen guran gan em isi GRK den gan ban tuan luar negeri) dan bukan dari pem biayaan sukarela Indonesia.

c) Penggunaan R eference Em issions Lev els (R EL) atau

R eference Lev els (R L) dalam Stranas REDD+

Tim Penulis m em perdebatkan soal penggunaan REL atau RL d alam d oku m en St r an as. Sesu ai kesep akat an d alam n egosiasi REDD+ di tin gkat in tern asion al, RL digun akan sebagai baselin e

penentuan tingkat em isi referensi dalam pengem bangan REDD+. RL terkait tidak hanya dengan aktivitas yang berkaitan dengan karbon

(45)

d) Keterbukaan Inform asi Mengenai Angka Deforestasi Nasional

Angka deforestasi m erupakan salah satu poin perdebatan yang krusial di tingkat Tim Penulis. Masalahnya adalah angka defo-restasi tidak hanya berm akna hitung-hitungan angka yang tidak bersifat transparan, tetapi juga sesuatu yang berimplikasi politik. Tim Penulis m elihat ada keen ggan an secara politik di tin gkat n asion al un tuk m engakui angka deforestasi di Indonesia yang cukup tinggi. Bagi Tim Penulis, jika angka tersebut tidak diakui, proses penentuan tingkat em isi referensi m enjadi tidak transparan dan pada gilirannya akan m em u n cu lkan ban yak kesalah an d alam r u m u san st r at egi d an im plem entasi Transparansi juga diperlukan terutam a karena tingkat em isi referensi ini akan didiskusikan dengan para pihak di tingkat subnasional (provinsi, kabupaten, kota).

e) Konsultasi yang Melibatkan Multipihak

Tim Penulis berpandangan bahwa draf Stranas harus benar-benar dikonsultasikan dengan publik. Karenanya, diingatkan dua hal pen tin g yan g terkait den gan kon sultasi. Pertam a, sebuah proses kon sultasi publik dalam pen yusun an kebijakan yan g m ultipihak m em butuhkan waktu yang cukup lam a. Kedua, agar dialokasikan waktu yan g cukup un tuk m en disem in asi atau m en distribusikan in form asi kepada para pihak. J uga waktu yan g cukup bagi calon p e s e r t a k o n s u lt a s i p u b lik u n t u k m e m b a ca d a n k e m u d ia n m em berikan respons atau um pan balik. J ika waktu yang tersedia sem pit, proses pen yediaan in form asi in i harus dilakukan secara sangat dini dan intensif.

f) Persoalan yang Terkait dengan Aspek Hukum

(46)

Sela in it u , d ip er lu ka n id en t ifika si keb u t u h a n -keb u t u h a n p er a t u r a n p er u n d a n ga n ya n g b elu m a d a . Misa ln ya p er a t u r a n perun dan gan un tuk m em perkuat KPH -KPH yan g akan diben tuk dalam rangka m engiplem entasikan REDD+. Di sam ping perlunya harm onisasi peraturan perundangan yang berdasarkan pada sebuah kerangka yang disebut “Sustain able Forest M an agem en t Frien dly Legislation Fram ew ork”.

Asp ek lain n ya yan g d ian ggap p en t in g ad alah m en jad ikan REDD+ sebagai m om entum untuk m em benahi penegakan hukum pada sektor kehutanan di Indonesia.

g) Isu Tenurial dan Hak Masyarakat Adat

Salah satu isu krusial yang muncul adalah pentingnya pengakuan hak m asyarakat adat sebagai salah satu syarat sukses im plem entasi Str an as REDD+ . Selain itu , Str an as REDD+ d ih ar ap kan d ap at mengakomodasi prinsip Free Prior Inform ed Consent (FPIC) sebagai jam inan terhadap akses dan kontrol m asyarakat adat dalam proses pengam bilan keputusan.

2 . P e m b a h a s a n d a n P e n u lis a n D ra f S a tu Ve rs i 2 6 Agu s tu s 2 0 10

Pad a 24 Agu stu s 20 10 m elaku kan p er tem u an d en gan Tim Pelaksan a d i Bappen as u n tu k m em bah as m asu kan lebih lan ju t terhadap draf nol Stranas REDD+. Ada beberapa isu krusial yang m uncul dalam pertem uan ini, antara lain:

a) Perlunya Review Para Ahli terhadap Draf Stranas REDD+

Agar p r oses p en yu su n an Str an as REDD+ lebih sem p u r n a, diusulkan agar m elibatkan para ahli REDD+ di tin gkat n asion al m aupun internasional. Para ahli dianggap penting diundang dalam suatu proses konsultasi untuk m em berikan tanggapan dan rev iew

(47)

b) Ben efit Sharin g

Str an as REDD+ p er lu m em bah as d an m em ber ikan u su lan p et u n ju k t ekn is m en gen a i m eka n ism e b en efit sh a r in g d a la m pengelolaan REDD+. Mengapa demikian, karena mekanisme benefit s h a r in g ya n g f a ir d a n a d il m er u p a ka n sa la h sa t u p r a sya r a t terlaksananya REDD+ dengan baik.

c) Posisi Stranas dengan Kebijakan Pem bangunan yang Lain

Salah satu usulan yang kuat adalah perlunya penjelasan lebih rin ci m en gen ai hubun gan an tara Stran as REDD+ den gan aturan keb ija ka n ya n g la in , m isa ln ya r en ca n a p em b a n gu n a n ja n gka m en en ga h (RP J M) r en ca n a st r a t egi n a sion a l keh u t a n a n d a n pertanian, dan tentunya rencana tata ruang nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota.

1) Kata Pengantar dari Wakil Menteri PPN. 2) Ringkasan Eksekutif.

3) Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, visi dan tujuan Stranas REDD+, dasar hukum, ruang lingkup Stranas, dan pengertian atau definisi.

4) Bab II Analisis kondisi dan permasalahan yang mendeskripsikan emisi dari sektor penggunaan lahan dan kehutanan di Indonesia. Selain itu, bab ini juga menggrafikkan kondisi deforestasi dan degradasi hutan serta penyebab utamanya. Bab II ditutup dengan penjelasan mengenai kondisi kesiapan implementasi REDD+ di Indonesia.

5) Bab III Strategi nasional REDD+ yang menjabarkan tiga strategi utama pelaksanaan REDD+ di Indonesia yaitu: strategi pemenuhan prasyarat, strategi pemenuhan kondisi pemungkin, dan strategi reformasi pembangunan sektor.

6) Bab IV berisi penjelasan mengenai pembangunan sistem MRV.

7) Bab V merupakan penjelasan sistem pengadministrasian dan pengarusutamaan Stranas dan RAN REDD+ pada kebijakan pembangunan.

8) Bab terakhir adalah penutup.

(48)

Berdasarkan m asukan yang diperoleh dari pertem uan ini, Tim Penulis m em perbaiki draf nol Stranas m enjadi draf 1 Stranas yang dikeluarkan pada tanggal 26 Agustus 20 10 (lihat box 2). Dalam draf 1 versi 26 Agustus 20 10 ada beberapa tam bahan rum usan, yaitu:

• Ba b t er sen d ir i ya n g m en gu r a ika n seca r a leb ih t er st r u kt u r m engenai sistem MRV REDD+ di Indonesia.

• Pen jelasan m en gen ai m ekan ism e pen gar u su tam aan Str an as REDD+ d a la m Ren ca n a P em b a n gu n a n J a n gka Men en ga h Nasional (RPJ MN) dan Rencana Pem bangunan J angka Panjang Nasional (RPJ PN) dan kebijakan pem bangunan yang lain.

3 . P e m b a h a s a n d a n P e n u lis a n D ra f 1 Ve rs i 2 3 S e p te m b e r 2 0 10

Terdapat dua pertem uan lain yang diselenggarakan Bappenas dan UN-REDD Program m e Indonesia untuk m engonsultasikan draf 1 Stran as versi 26 Agustus 20 10 den gan para pihak. Pertem uan pertam a adalah pertem uan dengan Civ il Society Forum for Clim ate Justice (CSF) yang diselenggarakan pada tanggal 27 Agustus 20 10 . Lalu per tem uan den gan Kem en ter ian Keh utan an , Kem en ter ian Pertan ian , dan Dewan Nasion al Perubahan Iklim (DNPI) pada 7 Septem ber 20 10 .

Ada beberapa isu krusial yang m uncul pada kedua pertem uan ini, antara lain isu safeguard m echan ism , com plain t m echan ism ,

penjabaran FPIC dalam Stranas, definisi hutan, dan faktor-faktor penyebab utam a deforestasi dan degradasi.

Selain m elalui proses konsultasi, Bappenas selaku koordinator penyusunan Stranas REDD+ juga menghimpun masukan tertulis dari b e b e r a p a k e m e n t e r ia n , s e p e r t i Ke m e n t e r ia n Ke h u t a n a n , Kem en ter ian Per tan ian , Per tam ban gan , Peker jaan Um u m , d an Kem enterian Keuangan. J uga dari beberapa lem baga riset yang fokus pada isu kehutanan seperti ICRAF, CIFOR, dll.

(49)

utam a antara draf 1 Stranas REDD+ versi 23 Septem ber 20 10 dengan ver si sebelu m n ya t er let ak p ad a Bab V yan g sebelu m n ya ber isi pengarusutam aan REDD+ dalam kebijakan pem bangunan, diganti d en gan p en jelasan m en gen ai t ah ap an p elaksan aan REDD+ d i In d on esia. Dr af St r an as ver si 23 Sep t em ber 20 10 in ilah yan g kem udian dicetak dan dijadikan bahan dasar untuk proses konsultasi publik yang lebih luas.

3.2.2 Analisis terhadap Proses Penyusunan Draf Stranas REDD+

3.2.2.1 Pemenuhan Prinsip Inklusivitas

Catatan proses penyusunan draf 0 (nol) dan draf 1 (satu) Stranas REDD+ versi 26 Agustus dan versi 23 Septem ber 20 10 m enunjukkan bah wa p r oses p en yu su n an d oku m en St r an as t elah m elibat kan perwakilan para pihak m elalui pertem uan -pertem uan kon sultasi m aupun pem berian m asukan secara tertulis. Ini m enunjukkan ada

1) Kata Pengantar dari Wakil Menteri PPN. 2) Ringkasan Eksekutif.

3) Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, visi dan tujuan Stranas REDD+, dasar hukum, ruang lingkup Stranas, dan pengertian atau definisi.

4) Bab II Analisis kondisi dan permasalahan yang mendeskripsikan emisi dari sektor penggunaan lahan dan kehutanan di Indonesia. Selain itu, bab ini juga menggambarkan kondisi deforestasi dan degradasi hutan serta penyebab utamanya. Bab II ditutup dengan penjelasan mengenai kondisi kesiapan implementasi REDD+ di Indonesia.

5) Bab III Strategi nasional REDD+ yang menjabarkan tiga strategi utama pelaksanaan REDD+ di Indonesia yaitu: strategi pemenuhan prasyarat, strategi pemenuhan kondisi pemungkin, dan strategi reformasi pembangunan sektor.

6) Bab IV berisi penjelasan mengenai pembangunan sistem MRV.

7) Bab V merupakan penjelasan tahapan pelaksanaan REDD+ di Indonesia yang berisi penyusunan Stranas dan RAN REDD+ serta bagaimana menumbuhkan kesiapan dan pelaksanaan tindakan awal.

8) Bab terakhir adalah penutup.

(50)

u p a ya u n t u k m en er a p ka n p r in sip in klu sivit a s d a la m p r oses penyusunan.

Sungguh pun dem ikian, proses ini dinilai oleh beberapa pihak m asih bersifat eksklusif karen a belum m elibatkan para pihak di tin gkat subn asion al (pr ovin si, kabupaten , kota). In i dibuktikan dengan m unculnya resistensi dari sebagian pem angku kepentingan di Aceh, J am bi, Palangkaraya, Palu, dan Papua ketika draf 1 Stranas versi 23 Septem ber dipresentasikan dalam konsultasi regional (lihat bagian dari laporan ini yang m enguraikan hasil konsultasi publik di tujuh wilayah region).

3.2.2.2 Pemenuhan Prinsip Transparansi

UNREDD Pr ogr am m e In don esia dalam situ sn ya www.u n -r e d d .o -r .id t e la h m e m u b lik a s ik a n s e ca -r a b e -r k a la k e m a ju a n penyusunan draf Stranas REDD+ dalam versi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Pelaporan secara berkala m elalui situs seperti ini t e n t u s a ja b e lu m m e m a d a i k a r e n a t id a k s e m u a p e m a n gk u k e p e n t in ga n m e m ilik i a k s e s k e ja r in ga n in t e r n e t . N a m u n , perkem ban gan in i m en un jukkan ada upaya un tuk m ewujudkan prinsip transparansi dalam proses penyusunan draf Stranas REDD+.

3.2.2.3 Pemenuhan Prinsip Kredibilitas

(51)

3.2.2.4 Pemenuhan Prinsip Institusionalitas

(52)
(53)

Bab IV.

Konsultasi Publik

K

on sultasi publik m erupakan salah satu tah apan terpen tin g dalam pengem bangan Stranas REDD+. Proses ini dilakukan tidak sekedar m em enuhi persyaratan form al, tetapi lebih jauh dari itu adalah karena m asalah deforestasi dan degradasi adalah m asalah yang sangat terkait dengan keberlanjutan kehidupan sem ua orang. Oleh karena itu, konsultasi publik untuk kebijakan REDD+ harus m elibatkan publik.

Konsultasi ini dilakukan dalam tiga tingkatan, yaitu konsultasi d i tin gkat r egion al, n asion al, d an in ter n asion al. Kon su ltasi in i bertujuan m endapat m asukan dari para pihak di tingkat subnasional m engenai tiga aspek dasar, yaitu penyebab deforestasi dan degradasi di tiap-tiap provinsi, tingkat em isi referensi di tiap-tiap provinsi, dan strategi pelaksanaan REDD+ di Indonesia.

Berikut in i diuraikan bagaim an a proses dan hasil kon sultasi publik pada tiga tingkatan tersebut.

4.1 Konsultasi Regional

4.1.1 Prakonsultasi

(54)

t ekn is t er ka it p ela ksa n a a n kon su lt a si, d a n p r oses p er t em u a n persiapan prakonsultasi (preparedn ess). .

1. Penentuan Wilayah dan Metode Pendekatan Konsultasi

Penentuan wilayah konsultasi publik di tingkat subnasional dida-sarkan pada pertim ban gan keterbatasan waktu dan pen dan aan . Selain itu, juga karena adanya kesam aan ciri atau karakteristik hutan dan ekosistem di sejum lah provinsi dan kabupaten kota di setiap wilayah regional. Sem ula banyak usulan kalangan CSO dan jajaran pemerintah pada tingkat subnasional agar konsultasi publik diperluas ke tingkat provinsi dan kabupaten/ kota. Namun, usulan ini tidak bisa dipenuhi Bappenas dan UN-REDD Program m e Indonesia dengan pertim bangan keterbatasan waktu dan pem biayaan. Wilayah konsu-ltasi publik tersebut m encakup 7 wilayah regional (lihat Tabel 4) sebagai berikut:

TABEL 4. WILAYAH KONSULTASI REGIONAL

PROVINSI YANG TERCAKUP REGIONAL

Jawa

Mataram

Sumatera I Kalimantan

Sulawesi

Papua Sumatera II

DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah

Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali, dan Maluku

DI Aceh, Lampung, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah

Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat

Papua dan Papua Barat

Gambar

GRAFIK 1. TAHAPAN PROSES PENYUSUNAN STRANAS REDD+
GRAFIK 2. KOMPOSISI PESERTA KONSULTASI PUBLIK DI TUJUH REGIONAL
GRAFIK 3. KOMPOSISI PESERTA BERDASARKAN JENIS KELAMIN
GRAFIK 5. KOMPOSISI PESERTA KONSULTASI REGIONAL JAWABERDASARKAN JENIS KELAMIN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Pelaksanaan Seleksi Sederhana pada Jasa Konsultan Kegiatan Belanja Jasa Konsultan Pengawasan Rehabilitasi / Pemeliharaan Marka Jalan (Lelang Ulang)

2.3 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan

kecerdasan linguistik memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa. dengan kecerdasan interpersonal, dan siswa dengan kecerdasan matematis-logis

[r]

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima

Pada sistem kontrol ini menggunakan metode logika fuzzy agar mendapatkan kendali yang meminimalisir tingkat error posisi dan mempersingkat waktu respon serta

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan; Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan

Dalam perancangan perangkat lunak SMS Gateway Server Untuk Pemesanan Kamar ini, penulis merancang beberapa keyword agar sistem dapat mengenali pola isi SMS yang