• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POSISI DAYA SAING LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS POSISI DAYA SAING LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)ANALISIS POSISI DAYA SAING LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. IFFA AULIA 11160920000069. PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M / 1442 H.

(2) ANALISIS POSISI DAYA SAING LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Oleh: Iffa Aulia 11160920000069. Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis. PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M / 1442 H.

(3)

(4)

(5) DAFTAR RIWAYAT HIDUP. DATA DIRI Nama Jenis Kelamin Tempat/Tanggal Lahir Kewarganegaraan Agama Alamat. No. Hp E-mail PENDIDIKAN FORMAL 2004-2010 2010-2013 2013-2016 2016-. : Iffa Aulia : Perempuan : Bogor, 11 April 1998 : Indonesia : Islam : Jl. H. Muhari No. 41A RT 02/01 Kel. Serua Kec. Bojongsari Kota Depok 16517 : 085156201660 : aulia.iffa24@gmail.com. : SDN Serua 02 : SMP PGRI 1 Ciputat : SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis. PENGALAMAN ORGANISASI 2013-2016 : Anggota Mading Furesion SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan PENGALAMAN KERJA 2019 : Karyawan Magang di Serua Farm 2019-2021 : Guru Privat Anak SD.

(6) KATA PENGANTAR. Bismillahirrahmaanirrahin Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang telah Allah berikan tetapi sedikit sekali yang dapat kita ingat. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Posisi Daya Saing Lada Indonesia di Pasar Internasional”. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan keluarga beliau serta semua kaum muslimin semoga kita selalu mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat serta diberikan syafa’at oleh beliau. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada: 1. Kedua orangtua, Bapak Ujang Sudrajat dan Mamah Siti Rukoyah terima kasih tak terhingga teruntuk kalian atas kasih sayang yang telah kalian berikan selama ini serta do’a yang selalu kalian panjatkan atas anak kalian ini, juga semangat yang tiada henti-hentinya diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. 2. Khairunnisa, Najwa Aulia, Farrah, Amel, Ratih dan bibi Siti Nurjannah yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi..

(7) 3. Bapak Akhmad Mahbubi, SP., M.M., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayaytullah Jakarta. 4. Ibu Lilis Imamah Ichdayati,M.Si dan Ibu Dewi Rohma Wati, SP. M.Si selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang tiada henti selalu memberikan banyak pengarahan dan bimbingannya disela-sela kesibukannya. 5. Bapak Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah bersedia memberikan waktunya beserta jajarannya. 6. Dosen pembimbing akademik, Ibu Eni Dwi Ningsih yang telah memberikan motivasi dan dukungan selama perjalanan akademik penulis di kampus. 7. Seluruh dosen dan staff Program Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu, pelajaran serta pengalaman selama penulis menjalani perkuliahan. 8. Anindya, Adelina, Indria Agita, Hanifah, Khodijah Oot, Tiffani, Fatma, Fida, Ratdin, Arum, Furqon, Rasid, Fares dan seluruh teman-teman Agribisnis 2016 kelas C yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah menemani proses studi penulis selama masa perkuliahan di UIN Jakarta. RickyBre Project, Karina, Ade, Anggi, Lia Bara, Dita, Suryani, Almh. Nabila, Kakak Irma dan Nadya yang telah memberikan masukan dan dukungan kepada penulis. Beserta 2PM, DAY6, GOT7, Stray Kids, tim voli Karasuno, tim voli perfektur Miyagi dan Tokyo, Survey Corps Eldia, Ushiwaka, Eren Yeager, Levi Ackerman, Kanaphan Puitrakul, Gawin Caskey, Paris Intarakomalyasut dan Prachaya. vii.

(8) Ruangroj yang selalu, memberikan inspirasi, motivasi, semangat dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. 9. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun, proses bimbingan, revisi, seminar dan ujian yang dilalui, menjadikan skripsi ini lebih sempurna. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.. Jakarta, Oktober 2021. Penulis. viii.

(9) RINGKASAN. IFFA AULIA, Analisis Posisi Daya Saing Lada Indonesia di Pasar Internasional. (Di bawah Bimbingan LILIS IMAMAH ICHDAYATI dan DEWI ROHMA WATI).. Subsektor perkebunan menjadi salah satu subsektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Lada menjadi komoditas d engan nilai ekspor yang relatif tinggi dibandingkan rempah-rempah lainnya, meskipun cenderung mengalami penurunan dalam nilai ekspornya. Penurunan volume ekspor lada di Indonesia terjadi karena banyak tantangan yang dihadapi untuk usahatani lada di Indonesia.Harga lada dunia yang cenderung mengalami penurunan dan semakin meningkatnya produksi dan kualitas lada negara pesaing juga membuat lada Indonesia mengalami kesulitan untuk meningkatkan volume dan nilai ekspor lada Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakananalisis Herfindahl Indeks (HI), Revealed Competitiveness Advantage (RCA), Export Dynamic Product (EPD), dan Trade Specialization Statistics (TSI). Penelitian ini menggunakan data periode 2010 hingga tahun 2019. Komoditas lada yang dianalisis yaitu berdasarkan HS-0904. Data yang digunakan merupakan data time series dan cross section. Hasil penelitian ini diketahui struktur pasar komoditas lada Indonesia di negara Amerika Serikat dan Jerman bersifat monopolistik dengan masing-masing memiliki nilai rata-rata HI sebesar 1506,63 dan 1424,99. Sedangkan di tiga negara tujuan ekspor utama lainnya yakni negara Vietnam, India dan Singapura struktur pasar komoditi lada Indonesia bersifat oligopoli dengan masing-masing memiliki nilai rata-rata HI sebesar 4323,74; 2907,48 dan 2655,99. Komoditi lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif di lima negara tujuan ekspor utama yaitu Vietnam, India, Amerika Serikat, Jerman dan Singapura dengan nilai rata-rata RCA seluruhnya lebih dari satu. Nilai rata-rata RCA tertinggi yaitu berada di negara Vietnam yakni sebesar 42,09 dan di negara Jerman yakni sebesar 32,57. Sedangkan tiga negara lainnya yaitu Amerika Serikat sebesar 9,71; Singapura sebesar 8,67; dan India sebesar 5,67. Posisi pasar komoditi lada di kedua negara tujuan ekspor utama yakni Vietnam dan India adalah pada posisi Falling Star. Sedangkan pada ketiga negara tujuan utama lada Indonesia lainnya yaitu Amerika Serikat, Jerman dan Singapura Nilai rata-rata berada pada posisi yang Retreat. Komoditi lada Indonesia di empat negara tujuan ekspor utama yakni Vietnam, Amerika Serikat, Jerman dan Singapura berada pada tahap kematangan dengan masing-masing memiliki nilai rata-rata TSI sebesar 0,82; 0,99; 0,97; dan 0,99. Sedangkan di negara India berada pada tahap Pertumbuhan dengan nilai rata-rata TSI sebesar 0,07..

(10) DAFTAR ISI. DAFTAR ISI.......................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1. 1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1. 1.2. Perumusan Masalah............................................................................ 11. 1.3. Tujuan Penelitian................................................................................ 11. 1.4. Manfaat penelitian .............................................................................. 13. 1.5. Batasan Penelitian .............................................................................. 14. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 14. 2.1. Deskripsi Lada.................................................................................... 14. 2.2. Teori Perdagangan Internasional........................................................ 16. 2.3. Struktur Pasar ..................................................................................... 21. 2.4. Daya Saing ......................................................................................... 25 2.4.1 2.4.2. Teori Keunggulan Komparatif Menurut David Ricardo ........ 27 Teori Keunggulan Kompetitif Menurut Michael J. Porter ..... 29. 2.5. Herfindahl Index (HI)......................................................................... 32. 2.6. Revealed Comparative Advantage (RCA) ......................................... 34. 2.7. Trade Specialization Statistics (TSI).................................................. 36. 2.8. Export Product Dynamic (EPD) ........................................................ 38. 2.9. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 40. 2.10 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 45 BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................... 47. 3.1. Waktu Penelitian ................................................................................ 47. 3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian ...................................................... 47.

(11) 3.3. Pembentukan Variabel Penelitian ...................................................... 48. 3.4. Metode Analisis Data ......................................................................... 50. BAB IV GAMBARAN UMUM....................................................................... 57 4.1. Sejarah Tanaman Lada di Indonesia ................................................... 57. 4.2. Pengolahan Pasca Panen Buah Lada................................................... 59. 4.3. Lada Indonesia .................................................................................... 62 4.3.1 4.3.2 4.3.3. Perkembambangan Luas Areal Lada di Indonesia ................. 62 Produksi Lada di Indonesia .................................................... 64 Harga Lada di Indonesia......................................................... 65. 4.4. Perdagangan Lada Indonesia di Dunia................................................ 67. 4.5. Negara Eksportir Lada ........................................................................ 70. 4.6. Negara Tujuan Ekspor Lada ndonesia ................................................ 72. BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 74. 5.1. Nilai Herfindahl Index Lada Indonesia............................................... 74 5.1.1 5.1.2 5.1.3 5.1.4 5.1.5. 5.2. Struktur Pasar Lada Indonesia di Vietnam ............................. 75 Struktur Pasar Lada Indonesia di India .................................. 77 Struktur Pasar Lada Indonesia di Amerika Serikat ................ 78 Struktur Pasar Lada Indonesia di Jerman ............................... 81 Struktur Pasar Lada Indonesia di Singapura .......................... 83. Keunggulan Komparatif Lada Indonesia ............................................ 85 5.2.1 5.2.2 5.2.3 5.2.4 5.2.5. Keunggulan Komparatif Keunggulan Komparatif Keunggulan Komparatif Keunggulan Komparatif Keunggulan Komparatif. Lada Indonesia di Vietnam............. 87 Lada Indonesia di India .................. 89 Lada Indonesia di Amerika Serikat 91 Lada Indonesia di Jerman ............... 92 Lada Indonesia di Singapura .......... 93. 5.3. Keunggulan Kompetitif Lada Indonesia ............................................. 94. 5.4. Posisi Spesialisasi Perdagangan Lada Indonesia .............................. 102 5.4.1. Posisi Spesialisasi Perdagangan Lada Indonesia di. Vietnam ................................................................................ 103 5.4.2 Posisi Spesialisasi Perdagangan Lada Indonesia di India ..... 104 5.4.3 Posisi Spesialisasi Perdagangan Lada Indonesia di Amerika Serikat ................................................................... 106 5.4.4 Posisi Spesialisasi Perdagangan Lada Indonesia di Jerman .. 107 5.4.5 Posisi Spesialisasi Perdagangan Lada Indonesia di Singapura ............................................................................. 108. xi.

(12) BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 110. 6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 110. 6.2. Saran.................................................................................................. 111. DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................... 113 LAMPIRAN....................................................................................................... 118. xii.

(13) DAFTAR TABEL. 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian 2014-2018. ........................................ 1 2. Nilai Ekspor Rempah-Rempah Indonesia 2014-2019. ........................................ 3 3. Volume dan Nilai Ekspor Lada Indonesia Tahun 2010 -2019. ............................ 7 4. Rata-Rata Harga Lada Dunia Tahun 2014-2018 ................................................. 8 5. Negara Sentra Produksi Lada Dunia Lada Tahun 2013-2017 ............................. 9 6. Nilai Indeks Herfindahl Suatu Industri.............................................................. 33 7. Matriks Posisi Pasar .......................................................................................... 36 8. Persamaan dan Perbedan Penelitian Terdahulu ................................................. 43 9. Variabel Penelitian ............................................................................................ 50 10. Luas Areal Lada Indonesia. ............................................................................. 62 11. Produksi Lada Indonesia. ................................................................................ 65 12. Perkembangan Harga Lada Domestik Periode Tahun 2010 -2019. ................. 66 13. Kode HS Lada ................................................................................................. 69 14. Nilai Herfindahl Indeks Lada Indonesia di Negara Tujuan Utama Ekspor..... 75 15. RCA Lada Indonesia ....................................................................................... 86 16. Nilai Impor Lada India .................................................................................... 90.

(14) DAFTAR GAMBAR. 1. Negara Pengekspor Lada Pada Tahun 2010-2019............................................... 4 2. Negara Importir Utama Lada Indonesia Tahun 2010-2019 (Ton). ..................... 5 3.Kurva Keseimbangan Internasional ................................................................... 18 4. Faktor-Faktor Dasar dalam Teori Diamond Porter ........................................... 30 5. Kuadran Posisi Dayasaing dengan Metode EPD............................................... 37 6. Kerangka Pemikiran Teori ................................................................................ 46 7. Nilai Ekspor Lada Negara Eksportir Utama Periode 2015-2019 (USD). ......... 70 8. Rata-rata Nilai Ekspor Negara Eksportir Utama Lada 2010-2019 ................... 71 9. Rata-Rata Pertumbuhan Nilai Ekspor Lada Indonesia tahun 2010-2019.......... 73 10. EPD Lada Indonesia ........................................................................................ 95 11. Posisi Spesialisasi Perdagangan Lada Indonesia........................................... 103.

(15) DAFTAR LAMPIRAN. 1. Rata-Rata Kontribusi Subsektor Pertanian Terhadap Total Nilai PDB Pertanian Tahun 2014-2018 ......................................................................... 119 2. Kontribusi Luas Tanaman Menghasilkan Lada Beberapa Negara di Dunia Tahun 2013-2017............................................................................ 119 3. Kontribusi Produksi Lada Beberapa Negara di Dunia Tahun 2013-2019 ...................................................................................................... 120 4. Hasil Perhitungan Herfindahl Index (HI) Lada Indonesia di Negara Tujuan Utama, 2010-2019 ............................................................................. 121 5. Hasil Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) Lada di Negara Tujuan Utama, 2010-2019 ................................................................. 122 6. Hasil Perhitungan Export Product Dynamic (EPD) Lada Indonesia di Negara Tujuan Utama, 2010-2019 ................................................................. 125 7. Hasil Perhitungan Trade Specialization Statistics (TSI) Lada Indonesia di Negara Tujuan Utama, 2010-2019 ................................................................. 128.

(16) BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam memacu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi masyarakat Indonesia mengingat bahwa Indonesia merupakan negara agraris. Sektor pertanian terdiri dari subsektor Tanaman. Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan. Perikanan. Subsektor perkebunan menjadi salah satu subsektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara melalui ekspor. Hal ini didukung dengan iklim di Indonesia yang cocok untuk memproduksi tanaman perkebunan seperti teh, kopi, karet, coklat, kelapa sawit dan rempah-rempah. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa subsektor perkebunan berperan cukup besar dalam menyumbang PDB Indonesia dari sektor pertanian. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian 2014-2018. Lapangan Usaha. a. b. c. d. e.. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian Tanaman pangan Tanaman Hortikultura Tanaman Perkebunan Peternakan. Nilai (miliar rupiah). Rata-rata pertumbuhan (%). 2014. 2015. 2016. 2017. 2018. 880.389,5. 906.805,5. 936.356,9. 969.773,9. 1.005.440,8. 3,48. 268.426,9. 280.018,8. 287.216,5. 293.858,0. 298.201,3. 2,14. 124.300,9. 127.110,0. 130.832,3. 135.647,0. 145.133,6. 4,20. 338.502,2. 345.164,9. 357.137,7. 373.054,0. 387.501,5. 3,92. 132.221,1. 136.936,4. 143.036,5. 148.357,1. 155.152,2. 4,42. 18.857,8. 19.452,2. 3,42. Jasa Pertanian 16.938,4 17.575,4 18.133,9 dan Perburuan Sumber : Badan Pusat Statistik (2019;16).

(17) Berdasarkan data yang tertera pada Tabel 1 diketahui bahwa PDB subsektor perkebunan sebesar 338.502,2 miliar rupiah pada tahun 2014 naik setiap tahunnya hingga menjadi sebesar 387.501,5 miliar rupiah pada tahun 2018. PDB subsektor perkebunan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,92% dimana subsektor perkebunan bearada pada urutan ketiga tertinggi setelah subsektor peternakan dengan rata-rata pertumbuhan 4,42% dan subsektor hortilkultura sebesar 4,20%. Nilai kontribusi subsektor perkebunan tertinggi dibandingkan dengan subsektor pertanian lainnya rata-rata sebesar 38,33% dari total PDB Pertanian sehingga hal ini menjadikan subsektor perkebunan sebagai subsektor unggulan untuk sektor pertanian. Perkebunan memiliki beberapa komoditas unggulan yang menjadi sumber pendapatan negara yang bernilai tinggi antara lain Kelapa Sawit, Kopi, Karet dan Rempah-rempah. Komoditas rempah-rempah menjadi salah satu komoditas unggulan dari subsektor perkebunan. Pusdatin Pertanian (2019:19) menyebutkan rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang beraroma dan berasa kuat yang digunakan dalam jumlah sedikit di makanan sebagai pengawet, obat herbal atau perasa makanan. Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen rempah dunia. Berbagai jenis rempah-rempah Indonesia banyak di perdagangkan di tingkat internasional. Pada Tabel 2 disajikan nilai ekspor lima komoditas ekspor rempahrempah Indonesia pada tahun 2014-2019.. 2.

(18) Tabel 2. Nilai Ekspor Rempah-Rempah Indonesia 2014-2019. Nilai (US Dollar). Jenis Lada Vanili Kayu manis Cengkeh Pala Sumber : ITC. Rata-rata pertumbuhan (%). 2014 330.032 8.512. 2015 559.242 17.718. 2016 441.353 70.859. 2017 244.112 90.579. 2018 156.823 74.031. 2019 150.551 69.610. 107.110. 104.052. 94.155. 148.076. 141.445. 133.734. 14. 33.834 46.484 122.393 107.927 (2018:1). 41.569 96.672. 28.928 120.362. 101.746 128.181. 111.537 159.236. 48 4. -7 71. Tabel 2 menunjukkan bahwa komoditas rempah-rempah yang memiliki ratarata pertumbuhan paling tinggi adalah komoditas vanili dengan rata-rata nilai pertumbuhan sebesar 71%, disusul oleh komoditas cengkeh dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 48% dan komoditas kayu manis sebesar 14%. Komoditas lada memiliki rata-rata pertumbuhan nilai ekspor paling rendah dibandingkan dengan komoditas rempah lainnya yaitu rata-rata pertumbuhan menurun sebesar 7% atau dengan rata-rata nilai ekspor mencapai USD 313.686 pada kurun waktu lima tahun dari 2014-2018. Lada tetap menjadi komoditas dengan nilai ekspor yang relatif tinggi dibandingkan rempah-rempah lainnya, meskipun cenderung mengalami penurunan dalam nilai ekspornya. Nilai rata-rata dari rempah lain hanya mencapai kurang dari USD 125.000. Hal ini membuat lada menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia yang memiliki potensi besar untuk diperdagangkan, baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, lada merupakan komoditas yang memiliki prospek perdagangan yang. cukup. besar.. Hal tersebut didukung oleh. semakin. berkembangnya industri makanan baik di dalam maupun luar negeri yang menggunakan bumbu dari lada dan industri kesehatan yang menggunakan lada. 3.

(19) sebagai obat serta meningkatnya minat masyarakat dalam menggunakan lada sebagai penyedap makanan. Menurut Fazzaria dkk. (2016:226), pada tahun 2013 pangsa pasar ekspor lada Indonesia adalah 18% dari total lada yang diperdagangkan di dunia dan permintaan lada dunia mencapai 400.000 ton pertahun dan meningkat sekitar 5-7% setiap tahunnya. Indonesia merupakan salah satu eksportir utama lada di dunia. Pada data Trademap (2019:1) negara-negara pengekspor lada terbesar pada tahun 2019 yaitu India, diikuti oleh China, disusul oleh Vietnam, Brasil, Spanyol, dan Indonesia yang menempati urutan ke-6 sebagai pengekspor lada tertinggi pada tahun 2019, berikut ditampilkan data ekspor negara ekportir utama lada dari tahun 2010-2019 pada Gambar 1.. Volume Ekspor Lada Negara Eksportir Utama (Ton). 500000 450000 400000. 350000 300000. 250000 200000 150000 100000 50000. 0 2010 Vietnam. 2011 India. 2012. 2013 China. 2014. 2015 Brazil. 2016. 2017. Spanyol. 2018. 2019. Indonesia. Gambar 1. Negara Pengekspor Lada Pada Tahun 2010-2019 Sumber : Trademap, 2019 (diolah). 4.

(20) Gambar 1 menunjukkan bahwa negara Vietnam, India, China, Spanyol dan Brazil memiliki tren yang positif sedangkan Indonesia memiliki tren yang negatif. India menjadi negara pengekspor lada terbesar sejak tahun 2010-2019 dengan volume ekspor sebesar 460.063 ton, disusul negara Vietnam dengan volume ekspor sebesar 266.919 ton. China menempati urutan ketiga setelah India dan Vietnam dengan volume ekspor lada sebesar 210.876 ton serta Indonesia berada di urutan 6 dengan volume ekspor sebesar 52.567 ton. Pada data Trademap (2019:1) negara-negara yang menjadi importir utama lada Indonesia pada tahun 2019 adalah Vietnam, India, Amerika Serikat, Jerman dan Singapura. Gambar 2 menampilkan data ekspor lada Indonesia ke lima negara. Volume Ekspor Lada Indonesia (Ton). tujuan utama dari tahun 2010-2019.. 30000. 25000. 20000. 15000. 10000. 5000. 0 2010. 2011. Vietnam. 2012 India. 2013. 2014 USA. 2015. 2016. Jerman. 2017. 2018. 2019. Singapura. Gambar 2. Negara Importir Utama Lada Indonesia Tahun 2010-2019 (Ton). Sumber : Trademap, 2019 (diolah). 5.

(21) Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa ekspor lada Indonesia ke negara India dan Jerman memiliki tren yang positif sedangkan ekspor lada Ind onesia ke negara Vietnam, Amerika Serikat, dan Singapura memiliki tren yang negatif. Pada tahun 2019 Vietnam menjadi negara importir lada Indonesia dengan volume impor sebesar 21.502 ton, disusul dengan India volume impor sebesar 6.252 ton, pada urutan ketiga Amerika Serikat dengan volume impor sebesar 4.936 ton, disusul oleh Jerman dan Singapura. Walaupun Vietnam dan India merupakan negara eksportir lada utama di dunia, kedua negara tersebut juga menjadi negara importir untuk lada Indonesia. Menurut Kurnianto dkk. (2016:62) sebagian negara eksportir tidak hanya mengandalkan produksi dalam negeri untuk pemenuhan permintaan lada, namun negara eksportir mengimpor lada untuk diekspor kembali ataupun digunakan untuk kebutuhan dalam negeri seperti Vietnam d an India. Menurut Hardiansyah dkk. (2015:85) prospek dan pengembangan pasar lada di pasar internasional sangat terbuka lebar karena lada Indonesia di pasar dunia sudah lama dikenal, baik lada putih maupun lada hitam. Terkenalnya lada Indonesia di pasar dunia yaitu karena lada Indonesia memiliki cita rasa dan aroma yang khas yang tidak dimiliki oleh komoditas lada yang di produksi oleh negara produsen lada yang lain. Lada Indonesia di pasar internasional banyak digunakan sebagai bahan baku yang penting dalam industri obat-obatan, farmasi, kosmetik, dan sebagai penyedap rasa. Lada juga merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki potensi dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perekonomian nasional yaitu sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja, bahan baku industri, dan untuk. 6.

(22) konsumsi langsung (Rivaie dan Pasandaran, 2014:341). Sebagian besar produksi lada Indonesia lebih berorientasi ekspor dan dipasarkan ke luar negeri sementara sisanya untuk memenuhi kebutuhan domestik.Volume dan nilai ekspor lada Indonesia pada periode tahun 2010-2019 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor Lada Indonesia Tahun 2010-2019. No. Tahun. Volume Ekspor Pertumbuhan (Ton) (%). 1. 2010 64.287 2. 2011 37.749 3. 2012 63.834 4. 2013 48.959 5. 2014 35.656 6. 2015 60.552 7. 2016 55.147 8. 2017 44.641 9. 2018 48.601 10. 2019 52.567 Rata-rata pertumbuhan (%). 23 -41 69 -23 -27 70 -9 -19 9 8 6. Nilai Ekspor (USD) 252.084 223.405 435.257 354.712 330.032 559.242 441.353 244.112 156.823 150.551. Pertumbuhan (%) 77 -11 95 -19 -7 69 -21 -45 -36 -4 10. Sumber : Trademap, 2019;1 (diolah). Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa volume ekspor lada selama periode 2010 sampai 2019 memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 10%. Komoditas lada menyumbangkan devisa negara paling rendah sebesar USD 150.551 pada tahun 2019 dan paling tinggi sebesar USD 559.242 pada tahun pada tahun 2015. Selama periode antara tahun 2010 sampai 2019 volume dan nilai ekspor lada berfluktuasi. Volume ekspor lada Indonesia memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 6% dan nilai ekspornya memilki rata-rata pertumbuhan sebesar 10% dari tahun 2010 sampai 2019. Meskipun mengalami kenaikan nilai ekspor pada periode tahun 2010-2019 namun dapat dilihat bahwa nilai ekspor lada Indonesia berfluktuasi dan cenderung. 7.

(23) mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan tersebut terjadi karena turunnya harga lada dunia yang ditampilkan pada data di Tabel 4. Tabel 4. Rata-Rata Harga Lada Dunia Tahun 2014-2018 Lada Hitam Pasar Vietnam Pasar India (USD/T) (USD/T) 2014 7.541 10.621 2015 8.750 9.749 2016 8.278 10.226 2017 4.490 7.955 2018 2.717 5.716 Sumber : Pusdatin, Kementan (2019;63) Tahun. Lada Putih Pasar New York (USD/T) 2.729 3.193 2.676 1.877 1.096. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa rata-rata harga lada di tiga pasar lelang dunia yaitu Vietnam, India, dan New York cenderung mengalami penurunan. Lada hitam banyak diperdagangkan di pasar Vietnam dan India sedangkan lada putih banyak dipasarkan di pasar New York. Rata-rata harga lada putih lebih murah dibandingkan rata-rata harga lada hitam. Pada tahun 2018 harga lada pada ketiga pasar tersebut sama-sama mengalami penurunan yang mengakibatkan turunnya nilai ekspor lada di Indonesia. Penurunan yang terjadi pada harga lada dunia diduga karena semakin meningkatnya produksi lada pada negara produsen lada dunia yang tercermin dari pertumbuhan produksi lada dunia yang lebih besar dibandingkan volume ekspor lada Indonesia (Susilowati, 2003:123). Terdapat lima negara yang memiliki luas tanaman menghasilkan lada terbesar di dunia. Lima negara tersebut secara total memberikan kontribusi kumulatif sebesar 83,49% terhadap total luas tanaman menghasilkan lada di dunia. Lima negara tersebut yaitu, Indonesia, India, Vietnam, Sri Lanka, dan Brasil. Negaranegara lainnya memberikan kontribusi. 16,51% terhadap total luas tanaman. 8.

(24) menghasilkan lada di dunia (Pusdatin Pertanian, 2019:31). Pada Tabel 5 disajikan data produksi dari negara sentra penghasil lada di dunia pada tahun 2013-2017. Tabel 5. Negara Sentra Produksi Lada Dunia Lada Tahun 2013-2017 No.. Negara. Produksi (Ton) 2013 2014 2015 2016 1. Vietnam 125.023 151.761 176.789 216.432 2. Indonesia 91.000 87.400 81.501 86.334 3. Bulgaria 65.523 67.311 67.819 71.576 4. India 53.000 51.000 65.000 55.000 5. Brasil 42.312 42.339 51.739 54.425 6. Lainnya 123.541 128.178 133.860 137.828 Dunia 500.399 527.989 576.708 621.595 Sumber : Pusdatin, Kementan (2019;62). 2017 252.576 87.029 54.820 72.000 79.371 144.671 690.467. Rata-rata (Ton) 184.516 86.653 65.410 59.200 54.037 133.616 583.432. Berdasarkan data FAO Tahun 2013-2017 yang disajikan dalam Pusdatin Pertanian (2019:62), sentra utama produksi lada di dunia berada di lima negara yaitu Vietnam, Indonesia, Bulgaria, India dan Brazil. Vietnam menempati urutan pertama sebagai negara produsen lada terbesar di dunia dengan rata-rata produksi 185 ribu ton atau berkontribusi sebesar 31,63% dan produksi lada Vietnam naik setiap tahunnya. Indonesia menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar 14,58% dengan jumlah volume produksi yang stagnan sejak tahun 2013 sampai 2017, tidak seperti produksi lada Vietnam yang mengalami kenaikan setiap tahunnya. Urutan ketiga ditempati oleh Bulgaria dengan produksi lada yang cenderung mengalami kenaikan dengan kontribusi sebesar 11,21%, diikuti oleh India (9,26%) dan Brasil (9,26%). Negara-negara lainnya memberikan kontribusi sebesar 22,90% terhadap total produksi lada di dunia (Pusdatin Pertanian, 2019:32). Penurunan volume ekspor lada di Indonesia terjadi karena sedikitnya nilai tambah berbasis bahan baku lada atau usaha industri hiliri yang belum berkembang meskipun pengembangan lada di Indonesia sangat potensial, masih banyak tantangan yang dihadapi untuk usahatani lada di Indonesia. Harga lada dunia yang 9.

(25) cenderung mengalami penurunan membuat nilai ekspor lada Indonesia ke dunia juga ikut mengalami penurunan. Semakin meningkatnya produksi dan kualitas lada negara pesaing juga membuat lada Indonesia mengalami kesulitan untuk meningkatkan volume dan nilai ekspor lada Indonesia. Menurut Kemala (2006:48) salah satu tantangan usahatani lada di Indonesia adalah terkait industri hilir (input faktor), industri olahan, industri jasa, keuangan serta pemasaran. Selain itu Indonesia juga mengekspor lada dalam bentuk butiran sebanyak 46% dimana lada butiran nilai jualnya lebih rendah dibandingkan dengan lada yang telah diolah seperti ditumbuk atau dihaluskan. Dampaknya, usahatani lada di Indonesia belum mampu memberikan nilai tambah yang optimal terhadap peningkatan pendapatan petani sehingga banyak petani lada yang beralih profesi agar mendapatkan pendapatan yang lebih baik. Tantangan lain yang dihadapi usahatani lada adalah mayoritas pengusaha lada di Indonesia merupakan perkebunan rakyat yang identik dengan pengelolaan yang tradisional (Damanik, 2001:113). Sehingga untuk meningkatkan kualitasnya perlu dilakukan peremajaan pada tanaman lada di Indonesia yang sebagian besar sudah tidak produktif lagi sehingga hasil panen yang dihasilkan tidak optimal kuantitas dan kualitasnya. Selain itu penyuluhan kepada petani lada harus lebih ditingkatkan dan dilakukan secara kontinyu agar petani lada dapat terus mengembangkan pengetahuan mengenai budidaya dan pengolahan pasca panen lada yang lebih baik. Juga adanya suatu lembaga keuangan yang dikhususkan untuk para petani lada akan sangat membantu para petani lada yang kesulitan dalam permodalan usaha taninya.. 10.

(26) Potensi dan peluang yang dimiliki lada Indonesia dapat mempengaruhi daya saing lada Indonesia dalam perdagangan Internasional, mengingat bahwa Indonesia merupakan produsen lada kedua di dunia dan eksportir lada keenam di dunia, namun terdapat tantangan yang dihadapi produk lada Indonesia dalam melakukan ekspor, sehingga untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing lada Indonesia perlu diketahui bagaimana posisi daya saingnya di pasar Internasional.. 1.2. Perumusan Masalah. Terkait dengan latar belakang tersebut maka relevan dilakukan penelitian mengenai “Analisis Posisi Daya Saing Lada Indonesia di Pasar Internasional” dengan pertanyaan penelitian : 1. Bagaimana struktur pasar lada Indonesia di pasar internasional? 2. Bagaimana potensi daya saing lada Indonesia, dilihat dari keunggulan komparatif lada Indonesia di pasar internasional? 3. Bagaimana potensi daya saing lada Indonesia, dilihat dari keunggulan kompetitif lada Indonesia di pasar Internasional? 4. Bagaimana posisi spesialisasi. perdagangan lada Indonesia di pasar. internasional? 1.3. Tujuan Penelitian. Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis struktur pasar lada Indonesia di pasar internasional.. 11.

(27) 2. Menganalisis potensi daya saing lada Indonesia, dilihat dari keunggulan komparatif lada Indonesia di pasar internasional. 3. Menganalisis potensi daya saing lada Indonesia, dilihat dari Keunggulan Kompetitif lada Indonesia di pasar Internasional. 4. Menganalisis posisi spesialisasi perdagangan lada Indonesia di pasar internasional. 1.4. Manfaat penelitian. Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai analisis posisi daya saing lada Indonesia di pasar internasional. Selain itu penelitian ini memiliki tujuan secara khusus, yaitu : 1. Secara praktisi, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : a. Pemerintah, diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi untuk merumuskan, menetapkan, dan mengimplementasikan kebijakan dalam rangka untuk mengembangkan perdagangan ekspor lada Indonesia. b. Penulis, diharapkan penelitian ini dapat memenuhi syarat untuk lulus strata satu di Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan referensi, perbandingan dan acuan untuk penelitian selanjutnya.. 12.

(28) 1.5. Batasan Penelitian. Batasan pada penelitian ini berfokus mengenai daya saing lada Indonesia di pasar internasional. Penelitian ini berfokus untuk melihat daya saing lada Indonesia di 5 negara importir utama lada Indonesia yaitu Vietnam, India, Amerika Serikat, Jerman, dan Singapura. Pengukuran posisi struktur pasar menggunakan analisis Herfindahl Indeks (HI). Keunggulan komparatif lada Indonesia di pasar internasional. dapat. dianalisis. dengan. menggunakan. metode. Revealed. Competitiveness Advantage (RCA), dan keunggulan kompetitif lada Indonesia dianalisis dengan menggunakan metode Export Dynamic Product (EPD). Posisi atau tahapan pertumbuhan lada Indonesia di pasar internasional dapat dianalisis dengan menggunakan Trade Specialization Statistics (TSI). Penelitian ini menggunakan data periode 2010 hingga tahun 2019. Komoditas lada yang dianalisis yaitu berdasarkan Harmonized System dengan kode 0904 dengan HS4digit dengan deskripsi produk lada dari genus Piper; buah dari genus Capsicum atau dari genus Pimenta yang dikeringkan atau dihancurkan atau ditumbuk. Data yang digunakan merupakan data time series dan cross section.. 13.

(29) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teori yang terdapat dalam penelitian ini merupakan teori-teori penunjang penelitian ini. Penulis berharap teori-teori yang tercantum dapat membantu penulis dalam melakukan penelitian sehingga dapat membandingkan antara realita yang ada dengan teori yang tersedia. 2.1. Deskripsi Lada. Menurut Suwarto (2013:21) lada disebut juga merica/sahang, mempunyai nama Latin Piper nigrum L, adalah sebuah tanaman yang kaya akan kandungan kimia, seperti minyak lada, minyak lemak dan juga pati. Lada bersifat sedikit pahit, pedas, hangat, dan antipiretik. Lada merupakan salah satu komoditas rempahrempah Indonesia yang sudah diperdagangkan sejak zaman Kerajaan Hindu Buddha. Lada termasuk famili Piperaceae yang terdiri atas 10-12 genera. Terdapat 1.400 spesies tanaman lada yang beraneka ragam bentuknya, mulai dari herba, semak, tanaman menjalar, hingga pohon. Tanaman ini berasal dari ordo Piperales, genus Piper. Lada digolongkan ke dalam subklas Dicotyledoneae. Akan tetapi, batangnya mempunyai karakter antara monocotyledoneae dan dicotyledoneae. Hal ini terlihat dari jaringan pembuluh pengangkut yang terletak pada lingkaran secara teratur.. Jaringan. pembuluh. demikian. umumnya. terdapat pada subklas. monocotyledoneae. Sedangkan pada tanaman biji belah biasanya letak jaringan ikat tidak teratur..

(30) Lada merupakan tanaman yang tumbuh pada ketinggian antara 0-1000 mdpl. Tanaman lada dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis dengan temperatur optimum 23°C sampai 30°C dan curah hujan sebesar 2000 hingga 4000 mm per tahun yang merata sepanjang tahun. Tanaman ini sangat baik ditanam pada lahan yang agak miring, subur secara fisik dan ekonomi dan dengan drainase yang baik serta mendapat sinar matahari yang cukup denan intensitas cahaya 50-70%. Lada membutuhkan rambatan dengan menggunakan tajar hidup atau tajar mati, serta memerlukan tanaman penutup tanah (Kardinan dkk., 2018:27) Lada (Piper nigrum L) termasuk keluarga Piperciae yang meliputi ratAmerika Serikatn jenis tanaman lada. Di Indonesia dijumpai sekitar 40 jenis lada. Jenis lada yang dikenal di daerah-daerah penghasil lada ialah Kerinci, Jambi, Bangka, dan Bulok Belantung. Lada Kerinci, Jambi, dan Bangka termasuk lada dengan buah besar tetapi tidak tahan penyakit busuk kaki, sedangkan lada Bulok Belantung buahnya kecil tetapi agak tahan terhadap penyakit tersebut. Selain itu, juga terdapat jenis Bengkayang dan Kucing di Kalimantan Barat (Kanisius, 1980:27-28). Pembibitan lada dapat dilakukan dengan cara menyemai biji lada yang sudah cukup tua (berwarna merah atau kuning) dan dengan cara stek cabang. Proses pemeliharaan tanaman lada terdiri dari penyiraman, penyulaman, pemberantasan tumbuhan pengganggu, mulching, pemupukan, pemangkasan ,dan pengendalian hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang paling sering menyerang tanaman lada adalah penyakit penggerek batang, penghisap buah, perusak bunga, penyakit busuk pangkal batang, penyakit kuning dan penyakit velvet (Kardinan et al, 2018:33).. 15.

(31) Menurut Purseglove et al (1981:10) tanaman lada dengan penanaman yang intensif menghasilkan 1 - 1,8 kg lada hijau per tanaman pada tahun ketiga. Nilai produktivitas ini naik menjadi 3,6 – 9,0 kg pada umur 4 hingga 7 tahun, lalu turun menjadi 2 kg per tahun pada umur 8 tahun hingga 12 sampai 15 tahun. Usia produktif tanaman lada yaitu hingga 10 sampai 15 tahun. Rata-rata harga lada di tiga pasar lelang dunia yaitu sebesar 6.355 USD/T untuk lada hitam di pasar Vietnam, 8.853 USD/T untuk lada hitam di pasar India dan 2.314 USD/T untuk lada putih di pasar New York. Sedangkan untuk harga lada Indonesia di pasar domestik mengikuti harga lada dari daerah sentra penghasil lada di Indonesia seperti Bangka Belitung, Kalimantan Timur dan Lampung (Pusdatin Pertanian, 2019:63). Berdasarkan perbedaaan waktu pemetikan dan proses pengolahannya dikenal dua jenis lada yaitu lada hitam dan lada putih. Lada hitam dan lada putih merupakan jenis lada yang sama akan tetapi memiliki perbedaan dalam waktu pemetikan, persyaratan bahan olah, cara pengolahan, waktu pengolahan, dan biaya pengolahan. Perbedaan kedua jenis lada ini juga terdapat dalam hal pengolahan lanjutan serta gradingnya yang sesuai dengan spesifikasi pasaran dunia (Nurdjannah, 2006:17). 2.2. Teori Perdagangan Internasional. Perdagangan internasional didefinisikan sebagai perdagangan yang di lakukan antar negara atau pemerintah dengan negara lain yang menjalani suatu hubungan perdagangan yang sesuai kesepakatan antar kedua belah pihak yang melakukan perdagangan internasional tersebut. Perdagangan internasional adalah perdagangan. 16.

(32) yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perseorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain (Setiawan dan Lestari, 2011:1). Menurut Salvatore (1997:6) teori perdagangan internasional menganalisa dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang diperoleh. Kebijakan perdagangan internasional membahas alasan-alasan serta pengaruh pembatasan perdagangan, serta hal-hal menyangkut proteksionisme baru. Pasar valuta asing merupakan kerangka kerja terjadinya pertukaran mata uang sebuah negara dengan mata uang negara lain, sementara neraca pembayaran mengukur penerimaan total negara-negara lainnya di dunia dan total pembayaran ke negaranegara lain tersebut. Teori. dan. kebijakan. perdagangan. internasional. merupakan. aspek. mikroekonomi ilmu ekonomi internasional karena berhubungan dengan masingmasing negara sebagai individu yang diperlakukan sebagai unit tunggal, serta berhubungan dengan harga relatif satu komoditas. Dilain pihak, karena neraca pembayaran berkaitan dengan total penerimaan dan pembayaran, sementara kebijakan penyesuaian mempengaruhi tingkat pendapatan nasional dan indeks harga umum, maka kedua hal ini menggambarkan aspek makroekonomi ilmu ekonomi internasional (Salvatore, 1997:6). Salvatore (1997:84) merumuskan model sederhana terjadinya perdagangan internasional sebagai berikut:. 17.

(33) Gambar 3.Kurva Keseimbangan Internasional Sumber : Salvatore (1997:84). Pada Gambar 3 menjelaskan secara teoritis, suatu negara (negara A) akan mengekspor suatu komoditas (misal komoditas lada) ke negara lain (negara B) apabila harga di dalam negeri atau domestik negara A (sebelum terjadi perdagangan internasional) relatif lebih rendah dari negara B. Struktur harga di negara A lebih rendah karena jumlah produk domestik lebih besar daripada konsumsi domestik sehingga di negara A terjadi kelebihan produksi (excess supply). Oleh karena itu, negara A mempunyai kesempatan untuk menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di lain pihak, negara B kekurangan supply karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga di negara B menjadi lebih tinggi, sehingga negara B lebih ingin membeli lada dari negara lain yang harganya lebih murah. Jika nantinya terjadi komunikasi antara kedua negara tersebut, maka akan terjadi perdagangan antar keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama. Setiawan dan Lestari ( 2011:13) menyebutkan bahwa setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tentu akan memperoleh manfaat bagi negara tersebut antara lain:. 18.

(34) 1. Meningkatkan hubungan persahabatan antar negara Perdagangan antar negara dapat mewujudkan hubungan persahabatan. Jika hubungan ini terjalin dengan baik, ia dapat meningkatkan hubungan persahabatan antar negara-negara tersebut. Mereka dapat semakin akrab dan saling membantu bilamana mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan. 2. Kebutuhan setiap negara dapat tercukupi Dengan perdagangan internasional, suatu negara yang masuk kekurangan dalam memproduksi suatu barang dapat dipenuhi dengan mengimpor barang dari negara yang mempunyai kelebihan hasil produksi. Sebaliknya negara yang mempunyai kelebihan hasil produksi barang dapat mengekspor barang tersebut ke negara yang kekurangan. Dengan demikain kebutuhan setiap negara dapat tercukupi. 3. Mendorong kegiatan produksi barang secara maksimal Salah satu tujuan suatu negara perdagangan internasional adalah memperluas pasar di luar negeri. Jika pasar luar negeri semakin luas, maka produksi dalam negara terdorong semakin meningkat. Dengan demikian, para pengAmerika Serikatha terdorong semakin menghasilkan barang produksi secara besar-besaran. 4. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Perdagangan antar negara memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efisien. Perdagangan luar negeri memungkinkan negara tersebut mengimpor mesin-mesin atau alat-alat modern untuk melaksanakan teknik produksi dan cara produksi yang lebih baik. Dengan demikian, teknologi yang lebih. 19.

(35) modern dapat meningkatkan produktivitas dan dapat mengadakan spesialisasi produksi. 5. Setiap negara dapat mengadakan spesialisasi produksi Perdagangan internasional dapat mendorong sumber daya alam, tenaga kerja modal dan keahlian secara maksimal setiap negara. Suatu negara yang memiliki produk unggulan, dapat bersaing dengan produk dari luar negeri. 6. Memperluas lapangan kerja Jika pasar luar negeri semakin meluas, maka barang atau jasa yang dihasilkan juga semakin bertambah. Peningkatan hasil produksi meningkatkan kebutuhan tenaga kerja bagi perushaan sehingga membukan kesempatan kerja baru dan mengurangi pengangguran. Menurut Setiawan dan Lestari (2011:11), faktor penyebab terjadinya perdagangan internasional sebagai berikut: 1. Revolusi informasi dan transportasi Ditandai dengan berkembangnya era informasi teknologi, pemakaian sistem berbasis komputer serta kemajuan dalam bidang informasi, penggunaan satelit serta digitalisasi pemrosesan data, berkembangnya peralatan komunikasi serta masih banyak lagi. 2. Interpendensi kebutuhan Masing-masing negara memiliki keunggulan serta kelebihan di masing-masing aspek, bisa ditinjau dari sumber daya alam, manusia, serta teknologi. Semuanya itu akan berdampak pada ketergantungan antar negara yang satu dengan yang lainnya.. 20.

(36) 3. Liberalisasi ekonomi Kebebasan dalam melakukan transaksi serta melakukan kerja sama memiliki implikasi bahwa masing-masing negara akan mencari peluang dengan berinteraksi melalui perdagangan antar negara. 4. Asas keunggulan komparatif Keunikan suatu negara tercermin dari apa yang dimiliki oleh negara tersebut yang tidak dimiliki oleh negara lain. Hal ini akan membuat negara memiliki keunggulan yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan bagi negara tersebut. 5. Kebutuhan devisa Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan devisa suatu negara. Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap negara harus memiliki cadangan devisa yang digunakan dalam melakukan pembangunan, salah satu sumber devisa adalah pemasukan dari perdagangan internasional. 2.3. Struktur Pasar Struktur pasar dijabarkan sebagai lingkungan persaingan dalam pasar untuk. sebuah produk atau jasa (Pappas dan Hirschey, 1995:98). Dalam konteks perdagangan internasional, pasar yang dimaksud adalah negara-negara di dunia dengan struktur pasar yang dijabarkan pada tingkat persaingan usaha untuk setiap barang dan jasa dari tiap belahan dunia. Dalam teori ekonomi, faktor jumlah (banyaknya) pembeli dan penjual dalam tataniaga dianggap memegang peranan sangat penting dalam menentukan struktur pasar (Stonier dan Hague, 1964:125). Struktur pasar umumnya dicirikan atas dasar empat karakteristik yang penting yaitu. 21.

(37) jumlah (banyak – sedikit) dan distribusi ukuran (besar – kecil) dari penjual dan pembeli yang aktif serta para pendatang potensial, tingkat diferensiasi produk, jumlah dan biaya, informasi tentang harga dan mutu produk, serta kondisi masuk dan keluar pasar (Pappas dan Hirschey, 1995:102). Berikut ini adalah macam macam struktur pasar dalam teori ekonomi (Stonier dan Hague, 1964:125-127): 1.. Pasar Persaingan Sempurna Persaingan sempurna (murni) terjadi ketika banyak pembeli dan penjual yang. saling bersaingan. Pembeli bersaing untuk mendapatkan barang dan penjual bersaing untuk mendapatkan pembeli. Karena jumlah penjual dan pembeli yang banyak itu maka masing-masing (baik penjual maupun pembeli) tidak mampu mempengaruhi dan menentukan harga yang terjadi (Mubyarto, 1989 : 182). Mereka adalah para pengambil harga (price taker) sebagaimana diperbandingkan dengan penentu harga. Menurut Mubyarto (1989 : 182), tidak adanya pengaruh terhadap harga ini memerlukan empat faktor, yaitu: Pertama adalah adanya sejumlah besar pembeli dan penjual. Dimana setiap perusahaan dalam industri memproduksi sebagian kecil dari keluaran industri dan setiap pelanggan hanya membeli sebagian kecil dari produk total. Kedua adalah homogenitas produk, dimana keluaran tiap perusahaan dipandang oleh para pelanggan sebagai produk yang pada dasarnya sama dengan keluaran setiap perusahaan lainnya dalam industri tersebut. Ketiga adalah kebebasan masuk dan keluar pasar. Dalam hal ini perusahaan-perusahaan tidak dibatasi untuk memasuki dan meninggalkan industri tersebut. Keempat adalah penyebaran informasi yang sempurna, dimana informasi tentang biaya, harga, mutu produk. 22.

(38) diketahui oleh semua pembeli dan penjual di pasar. Semua kondisi tersebut merupakan asumsi yang harus dipenuhi dalam pasar persaingan sempurna. Namun menurut Sukirno (2009 : 231) hal ini jarang terjadi dalam praktek pasar yang sebenarnya, yang ada adalah yang mendekati ciri-cirinya. 2.. Pasar Persaingan Monopolistis Menurut Sukirno (2009 : 297) pasar persaingan monopolistis dapat. didefiniskan sebagai suatu pasar dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak (differentiated. products). Pasar. monopolistis pada dasarnya adalah pasar yang berada di antara pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan monopoli dikarenakan pasar ini mengandung sebagian ciri-ciri dari persaingan sempurna dan sebagian lagi ciri-ciri dari pasar persaingan monopoli. Adapun ciri-ciri pasar persaingan monopolistis menurut Sukirno (2009 : 297), yaitu : 1) Terdapat banyak penjual, walaupun terdapat banyak penjual namun tidak sebanyak pada pasar persaingan sempurna dan ukuran perusahaan penjual relatif sama. 2) Barangnya berbeda corak. Produk pada pasar persaingan monopolistis berbeda corak (differentiated product) dan secara fisik mudah dibedakan antara produk dari perusahaan A dan produk dari perusahaan B. 3) Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan untuk mempengaruhi harga. Dikarenakan produk yang dihasilkan berbeda corak (differentiated product) maka perusahaan memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi harga meski pengaruh yang diberikan tidak sebesar pengaruh pada pasar persaingan monopoli. 4) Relatif mudah bagi perusahaan untuk keluar-masuk. Hal ini dikarenakan perusahaan membutuhkan. 23.

(39) modal yang relatif lebih besar daripada pasar persaingan sempurna dan perusahaan harus menghasilkan barang yang berbeda corak dengan pesaingnya. 5) Perusahaan harus aktif melakukan promosi penjualan. Hal ini dikarenakan adanya daya tarik yang berbeda bagi konsumen pada setiap produk yang disebabkan adanya perbedaan corak pada setiap produk. 3.. Pasar Persaingan Oligopoli Pasar persaingan oligopoli adalah pasar yang hanya terdiri dari hanya beberapa. produsen saja. Jika jumlah produsen dalam pasar tersebut hanya ada dua maka disebut pasar duopoli (Sukirno, 2009 : 314). Menurut Sukirno (2009 : 315), ciri-ciri pasar persaingan oligopoli adalah : 1) menghasilkan barang standar maupun barang berbeda corak. 2) Kekuasaan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya tangguh. Bila ada kerja sama diantara perusahaan di pasar ini maka kekuasaan menentukan harga sangat kuat sama seperti pada pasar monopoli. Namun bila tidak ada kerja sama diantara perusahaan maka kekuasaan menentukan harga sangat lemah. 3) Pada umumnya, perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi secara iklan. Promosi secara iklan dilakukan besar-besaran bagi perusahaan yang memiliki produk yang berbeda corak. Menurut Tiktik (2009: 25), perusahaan-perusahaan (dalam hal ini adalah negara) yang terlibat pada struktur pasar oligopoli memiliki perilaku yang saling berkaitan. Karena pasar oligopoli terdiri dari sedikit perusahaan (dalam hal ini adalah negara), masing-masing perusahaan harus mempertimbangkan efek kebijakannya pada perilaku pesaing. Semakin homogen (memiliki corak yang. 24.

(40) sama) produknya maka semakin tinggi tingkat saling ketergantungannya, begitu pula sebaliknya. 4.. Pasar Persaingan Monopoli Pasar persaingan monopoli menurut Sukirno (2009:266) adalah suatu bentuk. pasar dimana hanya terdapat satu perusahaan saja dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat dekat. Ciri-ciri pasar persaingan monopoli, yaitu: 1) Industri satu perusahaan. 2) Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip. 3) Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam industri. Sifat ini merupakan sebab utama yang menimbulkan perusahaan yang mempunyai kekuasaan monopoli. Beberapa hambatan untuk masuk ke pasar ini, mulai dari yang bersifat legal (dibatasi undang-undang), bersifat teknologi (teknologi yang digunakan sangat canggih) hingga bersifat modal (modal yang dibutuhkan sangat besar). 4) Dapat mempengaruhi penentuan harga. 5) Promosi iklan kurang diperlukan. Hal ini dikarenakan hanya ada satu penjual, jika konsumen ingin membeli produk tersebut maka hanya dapat membeli pada perusahaan tersebut saja dan tidak ada pilihan perusahaan lain (Sukirno, 2009 : 268). 2.4. Daya Saing. Terdapat berbagai definisi mengenai daya saing internasional suatu negara atau industri di suatu negara. Konsep tradisional mendasarkan daya saing internasional pada gagasan bahwa daya saing internasional tergantung pada pasokan tenaga kerja, modal dan sumber daya alam yang banyak dengan harga yang murah. Terdapat krtitik terhadap pandangan ini yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan langsung antara sumber daya yang dimilki dengan daya saing internasional sebuah. 25.

(41) negara. Sumber daya yang dimilki hanyalah merupakan salah satu faktor dari banyak faktor penentu yang dimiliki oleh suatu negara. Kenyataanya cukup banyak negara yang memiliki sumber daya yang melimpah tetapi memiliki perekonomian yang lemah, dan sebaliknya banyak negara yang tidak memiliki sumber daya yang melimpah tapi memiliki perekonomian yang kuat (Dhipayana, 2018:43). Pandangan lain mengatakan daya saing internasonal sebuah negara dapat di lihat dari pangsa pasar dunianya. Makin besar pangsa pasarnya maka semakin kuat juga daya saing internasionalnya. Kritik terhadap pandangan ini mengatakan bahwa hal tersebut merupakan salah satu indikator yang penting, hal ini seringkali salah arah karena pangsa pasar dunia dari sebuah negara dapat meningkat terlepas dari daya saing internasionalnya. Suatu negara mungkin dapat dengan mudah meningkatkan pangsa pasarnya karena harga produk ekspornya yang rendah akibat adanya subsidi pemerintah atau menurunkan harga ekspor di bawah biaya produksi, akan tetapi daya saing internasionalnya tidak selalu menguat (Dhipayana, 2018:44). Pandangan lain menyatakan bahwa daya saing ditentukan oleh harga produk, yang diakibatkan antara lain oleh upah nominal, tingkat kurs dan produktivitas tenaga kerja. Dengan tujuan untuk megukur daya saing harga, maka indeks-indeks harga ekspor, biaya produksi, dan harga konsumen atau perdagangan besar digunakan. Harga yang meningkat terlihat melemahkan daya saing internasional sebuah negara. Kritik terhadap pandangan ini menyerukan bahwa dalam kenyataanya terdapat kasus-kasus dimana negara dengan daya saing internasional yang kuat dapat meningkatkan harga produknya tanpa mempengaruhi daya saingnya. Pandangan selanjutnya menyatakan bahwa daya saing ditentukan oleh. 26.

(42) berbagai variabel, seperti kualitas produk dan proses, kenyamanan karena kemudahan dan kecepatan, ketepatan waktu, pemasaran, jasa dan diferensiasi pasar dan lain-lain. Akan tetapi, tidak ada bukti empiris yang menunjukkan kualitas, daya tahan, rancangan dan kepuasan konsumen mempunyai pengaruh terhadap daya saing, walaupun variabel ini sering digunakan untuk mengevaluasi daya saing bukan harga (Dhipayana, 2018:44). Menurut pandangan modern, daya saing irternasional dari sebuah industri nasional dapat didefinisikan sebaga industri yang memliki posisi pasar yang superior melalui laba yang tinggi dan pertumbunan yang konstan pada saat dibandingkan dengan pesaingnya. Sebuah negara tidak dapat memliki daya saing internasional sekedar karena memiliki satu atau dua industri yang berhasil akan tetapi membutuhkan sumber daya saing yang dapat diterapkan pada sejumlah industri. Sebuah negara selanjutnya, secara internasioanl kompetitif pada saat memiliki banyak industri dengan keunggulan kompetitif berdasarkan pada sumber daya saing domestik umum (Dhipayana, 2018:44-45). 2.4.1. Teori Keunggulan Komparatif Menurut David Ricardo. Ricardo mengembangkan konsep keunggulan komparatif dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political Economy and Taxation yang diterbitkan pada tahun 1817. Ricardo dalam penjelasannya menggunakan Portugal dan Inggris sebagai contoh. Meski tenaga kerja Portugal lebih produktif baik dalam produksi anggur maupun pakaian, Ricardo menunjukkan bahwa bila Inggris melakukan spesialisasi dalam produski dan ekspor pakaian sementara Portugal anggur, kedua. 27.

(43) negara mampu memperoleh tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada kondisi (autarki) sebelumnya. Spesialisasi produk suatu negara dalam komoditi tertentu dilandasi oleh “keunggulan komparatif” yang dimiliki negara tersebut. Keunggulan komparatif tersebut berasal dari perbedaan kemampuan teknologi antar negara. Berbeda dengan pandangan teori lain yang umumnya menyatakan bahwa perdagangan internasional tidak selalu mendatangkan keuntungan, Ricardo sebaliknya yakin bahwa semua negara akan memetik keuntungan dari perdagangan internasional. Keuntungan itu bahkan juga diperoleh oleh negara yang mempunyai kemampuan teknologi lebih rendah secara mutlak (absolut) di semua sektor ekonomi daripada negara dagangnya (Arifin dkk, 2007:18). Konsep keunggulan komparatif Ricardo dibangun dengan sejumlah asumsi yaitu: (i) dua negara masing-masing memproduksi dua jenis komoditi dengan hanya menggunakan satu faktor produksi, tenaga kerja; (ii) kedua komoditi yang diproduksi bersifat identik (homogen) baik antar industri maupun antar negara; (iii) komoditi tersebut juga dapat dipindahkan antar negara dengan biaya transportasi nol; (iv) tenaga kerja merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu negara, namun bersifat heterogen (tidak identik) antar negara; (v) tenaga kerja dapat bergerak antar industri dalam suatu negara namun tidak antar negara; (vi) pasar barang dan pasar tenaga kerja dikedua negara diasumsikan dalam kondisi persaingan sempurna; (vii) perusahaan-perusahaan dikedua negara diasumsikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan, sementara tujuan konsumen adalah memaksimalkan kepuasan (utility) (Arifin dkk, 2007:19).. 28.

(44) 2.4.2. Teori Keunggulan Kompetitif Menurut Michael J. Porter. Teori keunggulan kompetitif yang dikemukakan oleh Michael J. Porter yaitu menurutnya tidak ada korelasi langsung antara dua faktor produksi (sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya alam yang murah) yang dimiliki suatu negara, yang dimanfaatkan menjadi keunggulan daya saing dalam perdagangan internasional. Banyak negara di dunia yang jumlah sumber daya alamnya sangat bear yanng proporsional dengan luas negerinya, tetapi terbelakang dalam daya saing perdagangan internasional. Begitu juga dengan tingkat upah yang relatif murah daripada negara lain, justru berkolerasi erat dengan rendahnya motivasi bekerja yang keras dan berprestasi (Dhipayana, 2018:45). Porter memaparkan sebuah model yang menyatakan bahwa suatu lokasi pusat kegiatan (national home base) perusahaan-perusahaan sangat berpengaruh terhadap. daya. kompetisi. perusahaan-perusahaan. tersebut. dipersaingan. internasional. Home base ini menyediakan faktor-faktor dasar yang dapat mendorong ataupun sebaliknya menghambat daya kompetisi perusahaanperusahaan. Porter membedakan empat faktor dasar yang dimaksud yakni (i) faktor kondisi-kondisi, (ii) faktor permintaan domestik, (iii) faktor industri-industri pendukung, (iv) faktor strategi, struktur, dan persaingan perusahaan. Keempat faktor ini saling terkait. Karena keterkaitan empat faktor tersebut terlihat secara visual seperti bentuk diamond (Arifin dkk., 2007:53-54). Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.. 29.

(45) (iv) Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan (ii) Kondisi permintaan domestik. (i) Faktor kondisi-kondisi. (iii) Industri pemasok dan pendukung. Gambar 4. Faktor-Faktor Dasar dalam Teori Diamond Porter Sumber: Porter (1990:78). Faktor-fakor kondisi (i) umumnya merupakan kondisi awal dan dasar yang dimiliki oleh suatu negara. Negara tersebut dapat mengembangkan industri-industri tertentu dengan memanfaatkan kondisi dasar ini dengan optimal. Dalam kaitan ini kita mengenal kemudian istilah negara dengan biaya produksi rendah (low cost countries) atau pun negara agraris. Porter menekankan bahwa faktor kondisikondisi (i) ini tidak semuanya merupakan anugrah alam atau, warisan, namun sesuatu yang bisa berubah, dibangun, dan dikembangkan. Inisiatif- inisiatif politik, kemajuan teknologi, dan perubahan sosial menentukan kualitas faktor kondisikondisi di suatu negara. Faktor permintaan domestik (ii) adalah hal-hal yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan di suatu negara. Mereka berpengaruh terhadap kecepatan dan arah dari inovasi dan pengembangan produk. Menurut Porter, permintaan domestik sendiri dipengaruhi oleh tiga hal, yakni (a) komposisi dari keinginan dan kebutuhan konsumen, (b) jangkauan (scope) dan tingkat pertumbuhan pasar, dan (c) mekanisme yang menyalurkan keinginan dan. 30.

(46) kebutuhan konsumen domestik ke pasar internasional. Sebuah negara dapat mempunyai keunggulan di pasar atau industri terentu bila permintaan dometik memberi sinyal yang dini dan jelas kepada produsen dalam negeri tentang kecenderungan permintaan konsumen domestik. Umumnya pasar domestik lebih berpengaruh dan berperan dalam pengembangan kemampuan perusahaan untuk mengenal kebutuhan konsumen daripada pasar luar negeri (Arifin dkk, 2007:55). Faktor industri-industri pendukung (iii) adalah keberadaan atau pun sebaliknya ketiadaan industri-indusri pemasok dan pendukung yang kompetitif dalam persaingan internasional. Industri pemasok yang kompetitif secara intemasional akan memperkuat inovasi dan internasionalisasi industri utama pada fase perkembangan berikutnya. Sementara itu, industri pendukung adalah industri yang dapat memanfaatkan kegiatan bisnis tertentu secara bersama-sama dengan industri utama. Mereka juga bisa menjalin hubungan bisnis yang bersifat saling melengkapi dengan industri utama, seperti misalnya hubungan bisnis antraa perusahaan piranti lunak dan perusahaan piranti keras. Faktor strategi, struktur, dan persaingan perusahaan (iv) merujuk pada kondisi yang berpengaruh terhadap hal-hal yang terkait dengan bagaimana perusahaanperusahaan di suatu negara didirikan, diorganisasi, dan dijalankan, setra dengan karakteristik persaingan antar perusahaan di pasar domestik. Aspek-aspek budaya turut berpengaruh di sini. Struktur manajemen, budaya perusahaan, dan hubungan perusahaan berbeda-beda antar negara. Ini dapat memberikan keuntungan atau pun kerugian tersendiri bagi industri-industri tertentu (Arifin dkk, 2007: 55-56).. 31.

(47) 2.5. Herfindahl Indeks (HI). Analisis Herfindahl Index (HI) digunakan untuk mengetahui tingkat konsentrasi pasar suatu komoditi di pasar internasional maupun di negara tujuan. Hasibuan (1993) dalam Panorama (2016:54) menyebutkan bahwa analisis Herfindahl Indeks (HI) digunakan dengan tujuan untuk mengetahui struktur pasar komoditi tertentu di pasar internasional serta mengukur penguasaan pangsa pasar masing masing negara yang terlibat dalam perdagangan suatu komoditi tersebut. Panorama (2016:54-55) menjelaskan bahwa tahapan yang pertama yang dilakukan untuk menganalisis pangsa pasar dengan menggunakan Herfindahl Index adalah menghitung pangsa pasar setiap negara produsen suatu komoditi di pasar internasional melalui besaran nilai ekspor komoditi tersebut. Perhitungan pangsa pasar yang dilakukan menggunakan formula sebagai berikut : 𝑆𝑖𝑗 = Keterangan. 𝑋𝑖𝑗 ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙∙ (1) 𝑇𝑋𝑖. :. Sij. = Pangsa pasar komoditas i negara j di pasar internasional. Xij. = Nilai ekspor komoditas i negara j di pasar internasional. TX j. = Total nilai ekspor komoditas seluruh negara di pasar internasional Menurut Panorama (2016:55-56) hasil dari formula tersebut kemudian. digunakan untuk mengukur struktur pasar suatu negara dalam perdagangan suatu komoditas secara internasional, yaitu menggunakan formula Herfindahl Index sebagai berikut : 𝐻𝐼 = 𝑆𝑖𝑗12 + 𝑆𝑖𝑗22 + 𝑆𝑖𝑗32 + ⋯ 𝑆𝑖𝑗𝑛𝑛 ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ (2). 32.

(48) Keternagan. :. HI. = Nilai indeks herfindahl. Sij. = Pangsa pasar komoditas i negara j di pasar internasional. i. = Jenis komoditas. jn. = Jumlah negara eksportir komoditas j yang terlibat dalam perdagangan komoditas i dunia Nilai Herfindahl Index ini berkisar antara 0 hingga 1 (10.000 yang merupakan. kuadrat dari 100%). Jika nilai Herfindahl Index mendekati 0 menunjukkan bahwa struktur pasar industri yang bersangkutan cenderung ke pasar persaingan (competitive market), sementara jikai indeks bernilai lebih dari 1 atau (10.000) maka struktur pasar industri tersebut cenderung bersifat monopoli serta d istribusi pangsa pasar yang sangat tidak merata dalam suatu industri. Nilai Herfindahl Index (HI) dapat disimpulkan pada Tabel 6 berikut : Tabel 6. Nilai Indeks Herfindahl Suatu Industri Ciri-Ciri. Monopoli. HI Jumlah Produsen Hambatan Masuk Pasar Kekuatan Menentukan Harga Profit. HI=10.000. Efisiensi Informasi Pasar. Satu Sangat Tinggi Sangat Besar Berlebih Kurang Baik Sangat Terbatas. Persaingan Sempurna 2.500<HI<10.000 100<HI<1000 HI<100 Sangat Sedikit Beberapa Banyak Relatif Tinggi Tidak Ada Rendah Oligopoli. Monopolistik. Relatif. Sedikit. Tidak Ada. Agak Berlebihan. Normal. Normal. Kurang Baik. Cukup Baik. Baik. Terbatas. Cukup Terbuka. Terbuka. Sumber : Hasibuan (1993) dalam Panorama (2016:56). 33.

(49) 2.6. Revealed Comparative Advantage (RCA). RCA (Revealed Comparative Advantage) digunakan untuk menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif atau daya saing suatu komoditi dalam suatu negara. Perhitungan RCA (Revealed Comparative Advantage) sering digunakan untuk membandingkan kemampuan ekspor suatu komoditi dari negara tertentu dengan total ekspor dunia. Metode RCA (Revealed Comparative Advantage) didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif untuk produk tertentu yang dimiliki suatu wilayah apabila rasio nilai pangsa produk tersebut terhadap produk totalnya lebih besar daripada rasio pangsa produk terhadap produk total wilayah lain. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu negara tersebut yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia (Edwards dan Volker, (2001) dalam Krisnamurthi (2012:37). Melalui analisis perhitungan RCA (Revealed Comparative Advantage) posisi daya saing dan ekspor produk suatu negara dapat diketahui. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor dipasar dunia, dengan menghitung nilai pangsa produk ekspor suatu negara terhadap total ekspor ke luar negara yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor produk tersebut di dunia. (Edwards dan Volker (2001) dalam Krisnamurthi (2012:38). Penggunaan indeks RCA bertujuan untuk mengetahui posisi keunggulan bersaing dari komoditas suatu negara di pasar internasional dibandingkan dengan negara produsen lainnya. Perhitungan dengan metode RCA dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :. 34.

(50) 𝑅𝐶𝐴 =. 𝑋𝑖𝑗 ⁄𝑋𝑗 ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ (3) 𝑋𝑖𝑤 ⁄𝑋𝑤. Keterangan : RCA Xij Xj Xiw Xw w i j. = Nilai RCA = Nilai ekspor komoditi i dari negara j ke pasar internasional = Nilai total ekspor seluruh komoditas dari negara j ke pasar internasional = Nilai ekspor komoditi i dari seluruh negara ke pasar internasional = Nilai total ekspor seluruh komoditas dari seluruh negara ke pasar Internasional = Seluruh negara atau dunia = Jenis Komoditas =Negara-negara eksportir komoditas ke pasar internasional. Jika nilai RCA lebih besar dari satu (RCA > 1), maka negara tersebut mempunyai keunggulan komparatif dalam komoditi yang diekspor tersebut. Nilai RCA lebih besar dari satu, mempunyai arti rasio nilai ekspor komoditi tertentu terhadap produk ekspor total dari dari negara tersebut lebih besar daripada nilai rasio total ekspor komoditi tersebut ke dunia terhadap nilai total ekspor seluruh komoditi dunia. Keunggulan metode RCA adalah mudah menghitungnya dan relatif data sekunder tersedia, mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah sehingga kita dapat melihat keunggulan komparatif produk dari waktu ke waktu. Kelemahan metode RCA: 1.. Asusmsi bahwa suatu negara dianggap mengekspor semua komoditi. 2.. Indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung tersebut sudah optimal. 3.. Tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang berpotensi di masa yang akan datang.. 35.

(51) 2.7. Export Product Dynamic (EPD). Pendekatan export product dynamics (EPD) digunakan untuk mengidentifikasi daya saing/keunggulan kompetitif suatu produk, juga mengetahui apakah suatu produk tersebut merupakan produk dengan performa yang dinamis atau tidak. Walaupun beberapa produk bukan merupakan bagian yang besar pada ekspor suatu negara terdapat beberapa alasan untuk mengidentifikasi produk yang dinamis (pertumbuhannya cepat) dalam ekspor suatu negara. Jika pertumbuhannya diatas rata-rata secara kontinyu dalam jangka waktu yang panjang, produk ini dapat menjadi sumber pendapatan ekspor yang penting bagi negara tersebut (expanding dynamic). Selanjutnya, jika produk dinamis tersebut mempunyai karakteristik produksi yang spesifik hal ini juga menjadi informasi yang penting dalam kesempatan ekspor, dalam hubungannya dengan produk yang serupa. Dengan demikian. analisis. RCA akan saling. melengkapi. dengan analisis. EPD. (Krisnamurthi, 2012:39). Matriks posisi pasar pada metode EPD dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Matriks Posisi Pasar Share of Product in World Trade Share of country’s export in world trade. Rising (Dynamics). Falling (Stagnant). Rising (competitiveness). Rising Stars. Falling Stars. Falling (noncompetitiveness). Lost Opportunity. Retreat. Sumber: Esterhuizen (2006:114).. Posisi pasar ideal bertujuan untuk memperoleh pangsa ekspor tertinggi sebagai rising stars, ditandai dengan kondisi negara tersebut memperoleh pangsa pasar. 36.

(52) yang dinamis untuk produk-produk yang berkembang atau meningkat dengan cepat. Posisi ini merupakan posisi yang ideal. Lost opportunities merupakan kondisi ekspor suatu negara yang buruk dengan penurunan pangsa pasar yang tinggi pada produk yang dapat menjadi produk dinamis. Posisi lain dari pertumbuhan ekspor suatu negara dapat masuk ke dalam kelompok falling stars, yaitu kondisi yang lebih disukai daripada kelompok lost opportunities karena masih sedikit memiliki keunggulan meskipun terjadi penyusutan atau peluasan pasar yang sangat lambat. Sementara itu retreat merupakan kelompok dengan pertumbuhan ekspor yang sangat menurun atau stagnan. Kondisi ini tidak diinginkan pasar, tetapi bisa diharapkan apabila pegerakannya menjauh dari produk stagnan dan bergerak mendekati peningkatan produk dinamis (Krisnamurthi, 2012:39). Pada Gambar 5 menggambarkan empat kelompok posisi umum ekspor produk tertentu dari suatu negara berdasarkan posisi pangsa pasarnya di pasar ekspor dunia.. Y Lost Opportunity. Rising Star X. Retreat. Falling Star. Gambar 5. Kuadran Posisi Dayasaing dengan Metode EPD. Sumber: Esterhuizen (2006:114).. 37.

(53) 2.8. Trade Specialization Statistics (TSI). Trade Specialization Statistics (TSI) merupakan perbandingan antara selisih nilai bersih perdagangan dengan nilai total perdagangan dari suatu negara. Trade Specialization Statistics (TSI) digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu produk (Kemendag, 2013:1). Tambunan. (2004:124). menyebutkan. secara. implisit,. indeks. ini. mempertimbangkan sisi permintaan dan sisi penawaran (sejak ekspor dan impor) yang identik dengan penawaran domestik dan permintaan domestik, yakni ekspor suatu komoditas terjadi apabila ada kelebihan penawaran atas komoditas tersebut di pasar domestik. Secara matematika TSI dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝑇𝑆𝐼 =. (𝑋𝑖𝑗 − 𝑀𝑖𝑗 ) ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ (4) (𝑋𝑖𝑗 + 𝑀𝑖𝑗 ). Keterangan : Xij Mij. = Nilai ekspor komoditas j dari negara i = Nilai impor komoditas j dari negara i Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan ini memiliki kisaran nilai antara -1. sampai dengan +1. Jika nilainya positif diatas 0 sampai 1, maka komoditas suatu negara dapat dikategorikan sebagai eksportir. Sebaliknya, jika nilainya negatif atau dibawah 0 hinga -1 maka cenderung sebagai negara importir komoditas tersebut. Hubungan tingkat daya saing dengan spesialisasi perdagangan adalah apabila tingkat memungkinkan negara tersebut sebagai negara eksportir dan sebaliknya (Asmara dkk, 2014:29-30).. 38.

(54) Menurut Kemendag (2013:1) nilai TSI juga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan suatu komoditi dalam perdagangan yang terbagi kedalam lima tahap anatara lain: 1. Tahap Pengenalan Ketika suatu industri (forunner) disuatu negara (sebut A) mengekspor produkproduk baru dan industri pendatang belakangan (latercomer) di negara B impor produk-produk tersebut. Dalam tahap ini, nilai TSI dari industri latercomer ini adalah -1,00 sampai -0,50. 2. Tahap Substitusi Impor Nilai TSI naik antara -0,51 sampai 0,00 pada tahap ini idustri di negara B menunjukkan daya saing yang sangat rendah dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala ekonominya. Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang kurang bagus, desain produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan dalam negeri dengan kata lain, untuk komoditi tersebut pada tahap ini negara B lebih banyak mengimpor daripada mengekspor. 3. Tahap Pertumbuhan Nilai TSI naik antara 0,1 sampai 0,80 dan industri di negara B melakukan produksi dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya. Di pasar domestik, penawran untuk komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan.. 39.

(55) 4. Tahap Kematangan Nilai TSI berada pada kisaran 0,81 sampai 1,00 pada tahap ini produk yang bersangkutan sudah pada tahap standarisasi menyangkut teknologi yang dikandungnya. Pada tahap ini negara B merupakan negara ner eksporter. 5. Tahap Kembali Mengimpor Nilai TSI kembali menurun antara 1,00 sampai 0,00 pada tahap ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya dengan industri dari negara A dan produksinya dala negeri lebih sedikit dari permintaan dalam negeri.. 2.9. Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dilakukan sebelum penelitian ini dilakukan. Penelitian tersebut menjadi bahan dan rujukan untuk penulis dalam melakukan penelitian. Konsep-konsep dalam penelitian ini mengacu pada penelitian penelitian terdahulu. Dari penelitian terdahulu d iharapkan peneliti dapat melihat perbedaan antara penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian yang dijadikan acuan diantaranya: 1. Athiyah (2018) melakukan penelitian tentang daya saing lada Indonesia di pasar Asia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing lada Indonesia di pasar Asia dan perbandingannya dengan negara pesaing di pasar Asia, serta faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor lada Indonesia di pasar Asia.. Variabel dalam penelitian ini adalah GDP, nilai tukar riil, harga lada dan jarak ekonomi. Penelitian ini menggunakan alat analisis Constant Market Share Analysis (CMSA), Gravity Model, dan analisis regresi data panel berupa. 40.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis biaya-volume-laba merupakan suatu alat yang menyediakan informasi bagi manajemen mengenai hubungan antara biaya-biaya baik biaya tetap

Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini merupakan penelitian korelasi, yaitu upaya untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan terminal Pulogadung

Ketika negara kuat memutuskan untuk tidak mematok biaya dan menjadikannya insentif, maka biaya besar harus siap ditanggung oleh negara kuat, dalam hal ini adalah AS dan Eropa

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan dan menganalisa gambaran menyeluruh

DOMO tampil mewarnai tahun 2011 dengan rangkaian produk mutakhir yang selaras dengan gaya hidup moderen Anda.. Beragam fitur terbaru diimplementasikan pada deretan produk

Adanya peningkatan kemampuan problem solving dalam penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu yang menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan

Hasil pre-test dan post-test subjek penelitian sebagaimana gambar 1 di atas, menunjukkan bahwa seluruh anggota kelompok yang terdiri dari 8 siswa yang

Terdapat perbedaan yang bermakna pada pengetahuan ibu hamil sebelum dan setelah diberikan penyuluhan tentang anemia gizi besi dengan menggunakan media booklet dengan