Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA)
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin
Perhitungan Poros
• Poros merupakan bag yg sangat penting dari mesin
• Fungsi Poros :
– Meneruskan Tenaga ke poros yang lan – Meneruskan Putaran keporos yang lain
• Macam_macam Poros : ada 3
– Poros Transmisi : poros yang menerima beban lentur, puntir atau kedua-duanya. Daya diruskan melalui : kopling, roda gigi, puli sabukatau sproket rantai
– Poros Spindel : Beban utamanya adalah puntiran. Contohnya adalah poros yang ada pada mesin bubut. Syarat bahan yang digunakan harus mempunyai deformasi yang kecil
– Gandar : adalah poros yang murni menerima beban lentur,
contohnya adalah poros yang digunakan pada gerobak barang.
Gandar ada yang berputar atau yang benar-benar diam
Lanjutan
• Bentuk poros ada 3 macam : poros lurus, poros engkol, poros luwes (agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah)
A. Hal-hal penting dalam Perencanaan Poros a) Kekuatan Poros
b) Kekakuan poros c) Putaran kritis
d) Korosi
e) Bahan Poros
Lanjutan
• Kekuatan Poros
– Beban Poros adalahpuntir, lentur atau kombinasi, beban tarikatau tekan (spt pada as baling-baling)
– Pengaruh konsentrasi : poros bertangga, alur pasak
– Poros harus direncanakan untuk menerima beban-beban external tsb
• Kekakuan Poros
– Bahan poros walaupun kuat tetapi bila defleksi lentur atau puntir tinggi menyebabkan ketidak telitian. Maka kekakuan poros
harus diperhatikan dalam perancangan
• Putaran Kritis
– Jika putaran mesin dinaikan sampai nilai tertentu maka akan terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran tsb disebut putaran kritis. Didalam design putaran operasional mesin harus dibawah putaran kritis
Lanjutan
• Korosi
– Bahan tahan korosi harus dipilih untuk bahan poros atau melakukan perlindungan terhadap bahan poros yang digunakan, mis dg coating
• Bahan Poros
– Bahan S-C (Steel Construction) ; baja yang
ddioksidasikan dg ferrosilikon dan di cor :
kadar karbon terjamin
Lanjutan
• Baja Karbon untuk Konstruksi Mesin dan Baja Batang yang difinis dingin untuk
poros
Standar dan macam
Lambang Perlakuan Panas
Kekuatan Tarik (kg/mm2)
Keterangan
Baja Karbon Konstruksi Mesin
(JIS G 4501)
S30C S35C S40C S45C S50C S55C
Penormalan Idem
Idem Idem Idem idem
48 52 55 58 62 66 Batang Baja
yang difinis Dingin
S35C-D S45C-D S55C-D
53 60 72
Ditarik dingin, digerinda, dibubut atau gabungan hal-hal tsb
Lanjutan
• Poros-Poros yang digunakan untuk
putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari baja paduan spt : baja khrom nikel, baja khrom nikel molibden dll
• Baja paduan umumnya sangat mahal, maka tidak selalu dianjurkan untuk
penggunaan logam jenis-jenis ini.
Penggantinya menggunakan baja SF
dimana kekuatannya dijamin
Lanjutan
Standar dan Macam Lambang Perlakuan Panas Kekuatan Tarik
(kg/mm2) Baja Khrom Nikel
(JIS G 4102)
SNC 2 SNC 3 SNC 21 SNC 22
- -
Pengerasan kulit Pengerasan Kulit
85 95 80 100 Baja Khrom Nikel Molibden
(JIS G 4103)
SNCM 1 SNCM 2 SNCM 7 SNCM 8 SNCM 22 SNCM 23 SNCM25
- - - -
Pengeran kulit Pengerasan Kulit Pengerasan Kulit
85 95 100 105 90 100 120 Baja Khrom
(JIS G 4104)
SCr 3 SCr 4 SCr 5 SCr 21 SCr 22
- - -
Pengerasan kulit Pengerasan Kulit
90 95 100
80 85 Baja Khrom Molibden
(JIS G 4105)
SCM 2 SCM 3 SCM 4 SCM 5 SCM21 SCM22 SCM 23
- - - -
Pengerasan Kulit Pengerasan Kulit Pengerasan Kulit
85 95 100 105 85 95 100
Baja Paduan Untuk Poros
Lanjutan Poros
Kelas Lambang Pemakaian Utama
Perlakuan Panas
Batas Mulur (kg/mm2)
Kekuata n Tarik (kg/mm2) Kelas 1 A SFA 55A Poros
Pengikut
Penormala n atau
celup dingin
28 55
B SFA 55B Kelas 2 A SFA 60A
Gandar yang
digerakan dan poros pengikut
30 60
B SFA 60B Kelas 3
A SFA 65A Celup
dingin dan pelunakan
35 65
B SFA 65B
Kelas 4
A SFAQA Celup
dingin dan pelunakan pd bag tertentu
30 60
B SFAQB
Lanjutan Poros
• Umumnya baja diklasifikasikan
berdasarkan Kandungan Karbonnya
Golongan Kadar C (%) Baja Lunak
Baja Liat
Baja Agak Keras Baja Keras
Baja Sangat Keras
- 0.15
- 0.2 – 0.3
- 0.3 – 0.5
- 0.5 – 0.8
- 0.8 – 1.2
Lanjutan Poros
Nama Standar Jepang
(JIS)
Standar Amerika (AISI), Engrish(BS ) dan Jerman DIN
Baja karbon konstruksi mesin
S25C S30C S40C S45C S50C S55C
AISI 1025, BS060A25 AISI 1030, BS060A30
AISI 1035, BS060A35, DIN C35 AISI 1045, BS060A45, DIN C45,CK45 AISI 1050, BS060A50, DIN St50.11 AISI 1055, BS060A55
Baja Tempa SF 40,45,50,55 ASTM A105-73
Baja Nikel Khrom SNC
SNC22
BS 653M31 BS En36 Baja Nikel Khrom molibden SNCM 1
SNCM 2 SNCM 7 SNCM 8 SNCM22 SNCM23 SNCM25
AISI 4337 BS830M31
AISI 8645,BS En100D
AISI 4340, BS817M40, 816M40 AISI 4315
AISI 4320, BS En325 BS En39B
Baja Khrom Scr 3
SCr 4 SCr 5 SCr21 SCr22
AISI 5135, BS530A36 AISI 5140,BS 530A40 AISI 5145
AISI 5115 AISI 5120
Baja khrom molibden SCM 2
SCM3 SCM4 SCM5
AISI 4130, DIN 34CrMo4 AISI 4135, BS708A37
AISI 4140, BS708M40, DIN42CrMo4 AISI 4145, DIN50CrMo4
Diagram Perencanaan Poros dengan Beban Puntir Murni
Mulai
1. Daya yang ditransmisikan P(kW), putaran poros (rpm)
2. Faktor koreksi
3. Daya Rencana Pd (kW)
A
Lanjutan
A
4. Momen Puntir Rencana T (kg.mm)
Bahan Poros, perlakuan panas, kekuatan tarik σB
(kg/mm2),apakah poros bertangga atau beralur pasak, faktor keamanan
sf1, sf2
Tegangan geser yang diijinjan τa (kg/mm2)
B F
Lanjutan
B
7. Faktor koreksi untuk momen puntir KT, Faktor
lenturan Cb
8. Diameter poros ds (mm)
9. Jari-jari filet dari poros bertangga r (mm) Ukuran
pasak dan alur pasak Menggunakan Tabel
C D
F
Lanjutan
C
10. Faktor konsentrasi tegangan pada poros bertangga β , pada pasak α
Melihat Gambar
12. α 𝑎𝑡𝑎𝑢 βτ𝑎.𝑠𝑓2 ∶
𝐶𝑏 𝐾𝑇 τ
<
D
≥
E
Lanjutan
E
13. Diameter poros ds (mm), Bahan poros, Perlakuan panas, jari-jari filet dari poros
bertangga, ukuran pasak dan alur pasak
STOP
END
Lanjutan
Daya yang ditransmisikan fc
Daya rata-rata yang diperlukan Daya maksimum yang diperlukan Daya Normal
1.2 – 2.0 0.8 – 1.2 1.0 – 1.5 Tabel. Faktor koreksi daya yang ditransmisikan fc
𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 𝑃 (𝑘𝑊)
𝑃𝑑 =
𝑇 1000
2𝜋𝑛1 60 102
𝑇 = 9.74 𝑥 105 𝑃𝑑 𝑛1
Daya Rencana
Torsi Rencana (kg.mm)
Lanjutan
• Torsi rencana bila dibebankan pada poros dengan diameter ds, maka tegangan geser yang terjadi adalah τ (kg/mm2)
• Tegangan geser yang diijinkan τ
adihitung atas dasar batas kelelahan puntir yang
besarnya diambil 40% dari batas kelelahan tarik yg besarnya kira-kira 45% dari kekuatan tarik σ
B(kg/mm2), jadi besarnya adalah 18%
dari kekuatan tarik σ
B, sesuai dg standar ASME.
𝜏 = 𝑇
𝜋. 𝑑𝑠3ൗ 16
= 5.1 𝑇 𝑑𝑠3
Lanjutan
• Untuk nilai 18 %, maka faktor keamananya diambil 1/0.18 = 5.6, nilai digunakan untuk bahan SF dan 6 untuk bahan SC. Faktor keamanan ini diberi notasi sf1.
• Untuk memberikan faktor keamanan pada poros bertangga atau beralur pasak akibat konsentrasi tegangan maka ditambahkan faktor keamanan
kedua sf2. Besarnya sf2 menurut JIS adalah 1.3 s/d 3.0 dan besarnya τa dapat dihitung :
𝜏
𝑎= 𝜎
𝐵𝑠𝑓
1× 𝑠𝑓
2Lanjutan
• Faktor koreksi untuk momen puntir (Kt) perlu dipertimbangkan dan besarnya adalah 1 s/d 3 tergantung kondisi beban external
• Faktor koreksi untuk momen lentur juga
dipertimbangkan dan besarnya diambil antara 1.0 s/d 2.3 tergantung ada/tidaknya lenturan yang terjadi pada sistem, dan diameter poros yang direncanakan dihitung dengan persamaan sbb :
𝑑𝑠 = 5.1
𝜏𝑎 × 𝐾𝑡 × 𝐶𝑏 × 𝑇
0.33
Ukuran Utama pada Poros
ukuran nom.
pasak
Ukuran stdr b, b1 dan
b2
Ukuran Stdr h C l Ukura
n standa
r t1
Ukuran standar t2 r1 dan r2 Referensi
P.prism atis, pasak luncur
Pasak tirus
Pasak prismat
is
Pasak luncur
Pasak tirus
Diameter poros yang dapat
dipakai
2x2 2 2
0.16- 0.25
6.20 1.2 1.0 0.5
0.08-0.16
Lebih dari 6 - 8
3 x 3 3 3 6-36 1.8 1.4 0.9 Lebih dari 8-10
4 x 4 4 4 8-45 2.5 1.8 1.2 Lebih dari 10 -12
5 x 5 5 5 2.3
0.25- 0.40
10-56 3.0 1.7
0.16-0.25
Lebih dari 12 - 17
6 x 6 6 6 14-70 3.5 2.6 2.2 Lebih dari 17 - 22
7 x 7 7 7 7.2 16-80 4.0 3.0 3.5 3.0 Lebih dari 20 - 25
8 x 7 8 7 18-90 4.0 3.3 2.4 Lebih dari 22 -30
10 x 8 10 8
0.40- 0.60
22-110 5.0 3.3 2.4
0.25-0.40
Lebih dari 30-38
12 x 8 12 8 28x140 5.0 3.3 2.4 Lebih dari 38 - 44
14 x 9 14 9 36x160 5.5 3.8 2.9 Lbih dari 44 - 50
15 - 10 15 10 10.2 40 -
180 5.0 5.0 5.5 5.0 Lebih dari 50 - 55
16 x 10 16 10 45 -
180 6.0 4.3 3.4 Lebih dari 50 -58
18 x 11 18 11 50 -
200 7.0 4.4 3.4 Lebih dari 58 - 65
Ukuran diameter bahan yang ada di pasaran (mm)
Penentuan Faktor konsentrasi tegangan akibat alur pasak
(α)
Penentuan faktor konsentrasi tegangan akibat poros bertangga (β)
Contoh Aplikasi
• Tentukan diameter sebuah poros bulat untuk
meneruskan daya 10 (kW) pada rpm 1450 (rpm).
Disamping beban puntir, diperkirakan pula akan dikenakannya beban lentur. Poros bekerja pada
beban maksimal. Sebuah alur pasak perlu dibuat, dan dalam sehari akan bekerja selama 8 jam dengan
tumbukan ringan. Bahan diambil baja batang difinis dingin S30C-D
• Solusi
– P = 10 kW, n1 = 1450 rpm – Fc = 1
– Pd = 1.0 x 10 = 10 kW (Daya rencana) – T =9.74 × 10
5 101450
= 6717 𝑘𝑔. 𝑚𝑚
Lanjutan contoh
– S30C-D, 𝜎𝑏 = 58 𝑘𝑔/𝑚𝑚2, sf1 = 6.0 dan sf2 = 2.0 (standar JIS) – 𝜏𝑎 = 58
6.0 ×2.0 = 4.83 𝑘𝑔/𝑚𝑚2 (tegangan geser yang diijinkan dari bahan yang digunakan)
– Cb = 2.0 Kt = 1.5 (dilihat pada Tabel) – 𝑑𝑠 = 5.1
4.83 × 2.0 × 1.5 × 6717 0.33 = 27.7 𝑚𝑚
– Diameter poros ds = 28 mm (lihat ukuran poros yang ada)
– Dianggap diameter bagian yang menjadi tempat bantalan adalah
= 30 mm
– Jari-jari filet =(30 -28)/2 = 1.0 mm
– Alurpasak 8 x 4 x filet 0.4 ( besar dari JIS)
– Konsentrasi tegangan pada poros bertangga adalah :
– 0.4/28 = 0.034, 30/28 = 1.07, β = 1.37 ( β dilihat digambar) – Konsentrasi tegangan pada poros dengan alur pasak adalah – 0.4/28 = 0.014, α = 2.8 makaα>β (α dilihat digambar)
Lanjutan Contoh
– Dari persamaan untuk tegangan geser aktual – 𝜏 = 5.1 × 6717
28 3 = 1.56 𝑘𝑔
𝑚𝑚2 (tegangan geser akibat beban external)
– 4.83 x 2.0/2.8 = 3.45 (kg/mm2) (kekuatan internal bahan) – 1.56 x 2.0 x 1.5 = 4.86 (Beban external akibat puntiran) – 𝜏𝑎 × 𝑠𝑓2
𝛼 <𝜏 × 𝐶𝑏 × 𝐾𝑡 (Proses pengujian kekuatan poros)
– Berarti diameter poros belum memenuhi syarat JIS harus diulang perhitungannya dengan menaikan diameter ds menjadi = 31.5 mm, dan mengambil diameter untuk tempat bantalan = 35 mm.
– Jari-jari filet (35 -31.5)/2 = 1.75 mm
– Alur pasak 10 x 4.5 x 0.6 (0.6 besardari JIS)
– Konsentrasi tegangan dari poros bertangga adalah – 1.75/31.5 = 0.056, 35/31.5 = 1.11, β = 1.30
– Konsentrasi tegangan dari poros dengan alur pasak adalah : – 0.6/31.5 = 0.019, α = 2.7 α>β
Lanjutan
• τ = 5.1 x 6717/(31.5) 3 = 1.10 (kg/mm 2 )
• 4.83 x 2.0/2.7 = 3.58 kg/mm 2 .
• 1.10 x 2 x 1.5 = 3.3 kg/mm 2 .
• Maka τ a xsf 2 /α > τ x C b x K t artinya baik
• Ds = 31.5 mm: s30C-D
• Diameter poros : ds1 = 31.5 dan ds2 35
• Jari-jari filet : 1.75 mm
• Pasak : 10 x 8
• Alur pasak : 10 x 4.5 x 0.6
Perencanaan Poros dengan Beban Lentur Murni
• Contoh dari poros yang menerima beban murni berupa lenturan adalah Gandar. Beban yang diterima oleh satu gandar adalah setengah dari beban total dikurangi berat gandar dan roda. M1 adalah momen lentur pada dudukan roda dapat
dihitung. Bahan mempunyai tegangan lentur yang diijinkan σ
a(kg/mm2), Momen tahanan lentur dari poros dengan diameter d
s(mm) adalah Z = (π/32) d
s3(mm
3)
• Ada hubungan antara momen lentur (M
1), momen tahanan lentur (Z) dan tegangan lentur yang
diijinkan σ
aLanjutan
• Dimana σ
a≥
𝑀1𝑍
=
𝜋𝑀132 𝑑3
=
10.2 𝑀1𝑑𝑠 3
• 𝑑
𝑠=
10.2𝜎𝑎
𝑀
1 1/3rumus yang digunakan untuk menghitung diameter poros akibat beban lentur.
• Dalam perhitungan diameter gandar pengaruh gerak dinamis harus diperhitungkan baik yang sifatnya mendatar atau yang tegak dan besarnya beban dinamis ini harus ditambahkn pada beban statis. Gandar yang digerakan oleh suatu
penggerak mula juga mendapat beban puntir yang mana akan melibatkan faktor m, yang dapat
dijelaskan dalam tabel sbb:
Faktor Tegangan Pada Gandar
Dimensi Poros Gandar
Persamaan Yang Digunakan
• 𝑀 1 = 𝑗 − 𝑔 𝑊 Τ 4 (Momen karena beban statis pada as roda)
• 𝑀 2 = 𝛼 𝑣 𝑀 1 (α v dilihat di tabel)
• 𝑃 = 𝛼 𝐿 𝑊
• 𝑄 0 = 𝑃 ൗ ℎ 𝑗
• 𝑅 0 = 𝑃 ℎ + 𝑟 /𝑔
• 𝑀 3 = Pr + 𝑄 0 𝑎 + 𝑙 − 𝑅 0 ሾ ሿ
𝑎 + 𝑙 −
𝑗 − 𝑔 /2
Alur Perencanaan Poros dengan Beban
Lentur Murni
Lanjutan
• α
h: Beban tambahan krn get horisontal/beban statis
• M
1: Momen pada tumpuan roda krn beban statis (kg.mm)
• M
2: Momen pada tumpuan roda karena gaya vertikal tambahan (kg.mm)
• M
3: Momen lentur pada naf tumpuan roda sebelah dalam karena beban horisontal (kg mm)
• P : beban horisontal (kg)
• Q
0: Beban pada bantalan karena beban horisontal (kg)
• R
0: Beban pada telapak roda karena beban
horisontal (kg)
Lanjutan
• W : Beban statis pada satu gandar (kg)
• g : Jarak telapak roda (mm)
• j : Jarak bantalan radial (mm)
• h : Tinggi titik berat (mm)
• v : Kecepatan kerja maksimum (km/jam)
• r : Jari-jari telapak roda (mm)
• α v : Beban tambahan krn get
vertikal/beban statis
Tabel untuk faktor akibat getaran baik horisontal
atau vertikal
Perhitungan diameter Poros
• 𝑑 𝑠 ≥ 10.2
𝜎
𝑤𝑏𝑚 𝑀 1 + 𝑀 2 + 𝑀 3 1/3
• Setelah d s dihitung, maka tegangan lentur aktual σ b (kg/mm2) yang terjadi pada
dudukan roda dapat dihitung, selanjutnya bila 𝜎
𝑤𝑏𝜎
𝑏≥ 1maka :
• 𝜎 𝑏 = 10.2 𝑚 𝑀
1+ 𝑀
2+ 𝑀
3𝑑
𝑠 3Contoh Aplikasi
• Sebuah kereta tambang beratnya 2.6 ton memakai 2 gandar dengan 4 roda. Gandar tersebut tetap, dan beratnya sendiri adalah 950 kg. Lebar rel 610 mm dan jarak tumpuan pd gandar dengan penampang
persegi adalah 420 mm. Berapakah diameter gandar yang harus diambil pada bantalan kerucutyang
dipasang pada jarak 285 mm dari tengah gandar.
• Solusi : Beban pada gandar adalah (950 + 2600)/2 = 1775 kg
• Panjang lengan momen pada bantalan rol kerucut adalah :(610/2) – 285 = 20 mm. Besarnya momen lentur :
• M = (1775/2) x 20 = 17750 kg.mm
Gambar skematis dari kereta
tambang.
Lanjutan
• Jika bahan yang dipakai S45C, maka σ B = 58 kg/mm2. Jika faktor keamanan untuk beban statis diambil 6 dan faktor perkalian untuk beban dinamis diambil 4, sehingga seluruhnya menjadi 6 x 4 = 24, maka σ a = 58/24 = 2.4 kg/mm2
• Dari persamaan yang ada
• 𝑑 𝑠 = 10.2
2.4 𝑥 17750 1/3 = 42.3 𝑚𝑚 =
45 𝑚𝑚
Perencanaan Poros dengan beban Puntir dan Lentur
• Pada umumnya poros menerukan daya dan putaran melalui sabuk, roda gigi dan rantai, sehingga poros menerima beban puntir dan lentur sekaligus.
• Tegangan geser yang terjadi : τ = T/Z p dan tegangan normal σ = M/Z
• Tegangan geser maksimum dapat dihitng dengan persamaan :
– 𝜏
𝑚𝑎𝑥=
𝜎2 + 4 𝜏22
Lanjutan
• Untuk poros bulat dan pejal maka :
– 𝜎 =
32 𝑀𝜋 𝑑𝑠3
– 𝜏 =
16 𝑇𝜋 𝑑𝑠3
• Sehingga τ max = 5.1
𝑑
𝑠3𝑀 2 + 𝑇 2
• Ada faktor koreksi untuk Momen lentur yaitu K m dimana nilainya (1.5 s/d 3)
sedangkan faktor koreksi untuk Torsi yaitu
K t dimana nilainya (1 s/d 3)
Lanjutan
• Maka : τ
max=
5.1𝑑𝑠3
𝐾
𝑚𝑀
2+ 𝐾
𝑡𝑇
2• 𝑑
𝑠=
5.1Τ
𝜏𝑎𝐾
𝑚𝑀
2+ 𝐾
𝑡𝑇
2 1/3• Perhitungan Defleksi karena Puntiran
• 𝜃 = 584
𝑇𝑙𝐺 𝑑𝑠4
dimana G = 8.3 x 10
3kg/mm
2• Perhitungan defleksi karena lendutan :
• 𝑦 = 3.23 𝑥 10
−4 𝐹 𝑙12𝑙22𝑑𝑠4 𝑙
• 𝑁
𝑐= 52700
𝑑𝑠2𝑙1 𝑙2
𝑙 𝑊
Perencanaan Poros dengan Beban Lentur
dan Puntir
Contoh Soal
• Sebuah poros ditumpu oleh 2 buah bantalan pada jarak 1 m. Dua buah puli sabuk V dipasang pada jarak 300 mm dan 200 mm dari masing-masing bantalan, dimana gaya mendatar dan gaya tegak pada sabuk V adalah seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 1.6. Hitunglah diameter poros yang diperlukan untuk menerukan daya sebesar
18 kW pada 300 rpm. Bahan poros diambil S40C.
Jika defleksi puntiran dibatasi sampai 1 derajat, berapa besar diameter poros yang dipandang
cukup?. Jika berat puli sabuk 1 adalah 25 kg, puli sabuk 2 adalah 20 kg dg masa jenis = 7860 kg/m
3. Berapa kecepatan kritis poros? Apakah poros
dalam contoh ini cukup aman
Gambar Diagram Gaya-gaya
pada Poros
Gambar Diagram Momen
Jawaban
• P = 18 kW, n1 = 300 rpm
• f
c= 1.4
• P
d= 1.4 x 18 = 25.2 kW
• T = 9.74 x 10
5x 25.2/300 = 81820 kg.mm
• Beban seperti yang diperlihatkan pada gambar
• H
1= 215 kg V
1= 403 kg
• H
2= 270 kg V
2= 35 kg
• RH
1=
215 𝑥 700 + 270 𝑥 2001000
= 205 kg
• RH
2= (215 + 270) – 205 = 280 kg
Lanjutan
• Rv
1=
403 ×700+35 ×2001000
= 289 kg
• Rv
2= (403 + 35) -289 = 149 kg
• Menggambarkan diagram momen lentur
• Dari diagram momen lentur, harga-harga momen lentur horisontal dan vertikal pada posisi puli 1 dan puli 2 adalah :
• MH
1= 205 × 300 = 61500 kg.mm
• MH
2= 280 × 200 = 56000 kg.mm
• MH
3= 289 × 300 = 86700 kg.mm
• MH
4= 149 × 200 = 29800 kg.mm
Lanjutan
• Momen Lentur Gabungan
• MR1 = 615002 + 867002 = 1 06300 kg.mm
• MR2 = 560002 + 298002 = 63400 kg.mm
• Bahan Poros s30C, σB = 55 kg/mm2
• Poros harus diberi tangga sedikit pada tempat puli, puli ditetapkan dengan pasak.
• Sf1 = 6.0, sf2 = 2.0
• τba = 55/(6.0 x 2.0) = 4.58 kg/mm2
• Km = 2.0, Kt = 1.5
• Menghitung Diameter Poros.
• ds = 5.1
4.58 2.0 × 106300 2 + 1.5 × 81820 2 Τ
1 3
= 64.9 = 65 mm
Lanjutan
• Konsentrasi tegangan alur pasak adalah lebih besar dari pada di tangga poros, dari tabel yang ada, alur pasak adalah :
• 18 x 6 x 1.0 (1.0 jari2 filet)
• 1.0/65 = 0.015 dari gambar α = 2.85
• τ =
16𝜋 × 653
2.0 × 106300
2+ 1.5 × 81820
2= 4.55 kg/mm
2• Jika τ
ax sf
2dibandingkan dengan τ x α, 4.58 x 2 < 4.55 x 2.85, maka diameter dinaikan menjadi 75 mm dan
didapatkan alur pasak 20 x 7 x 1.0, 1/75 = 0.013, α = 2.86
• τ =
16𝜋 × 753
× 244967 = 2.96 kg/mm2
• 4.58 x 2 > 2.96 x 2.86 ( desain baik)
Lanjutan
• Perhitungan Defleksi Puntiran
• G = 8.3 x 103 (kg/mm2)
• 𝜃 = 584 81820 ×1000
8.3 × 103× 754 = 0.18𝑜
• 0.18o < 0.25o
• Bantalan yang digunakan pada kedua ujung poros dianggap tipis.
Gaya resultan dari komponen horisontal yang bersangkutan : 485 kg, pada titik pusat gaya : 300 + 270
485 × 500 = 584 𝑚𝑚, 1000 − 584 = 416 𝑚𝑚. Gaya resultan dari komponen vertikal adalah 438 kg.
Karena gaya ini lebih kecil dari komponen horisontal maka diabaikan.
• Perhitungan defleksi lentur dari persamaan yang ada :
• y = 3.23 x 10−4 × 485 × 5842 × 4162
754 × 1000 = 0.29 mm
• y/l = 0.29/1 = 0.29 mm/m
• 0.29 < (10.3 – 0.35)
• Berat benda yang berputar : W1 = 25 kg, W2 = 20 kg
• Berat poros : Ws = (π/4) x 7.52 × 100 × 7.86
1000 = 34.7 𝑘𝑔
Lanjutan
• Setengah dari berat tersebut dianggap bekerja ditengah poros sebagai beban terpusat
• Kecepatan kritis dari masing benda yang berputar adalah :
• Nc1 = 52700
752300 ×700
1000
25
= 8930 rpm
• Nc2 = 52700
752800 ×200
1000
20
= 13000 rpm
• Nc3 = 52700
752500 ×500
1000
17.35