• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Komunikasi Mahasiswa IAIN Jember Dalam Interaksi Virtual dan Faktual.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pola Komunikasi Mahasiswa IAIN Jember Dalam Interaksi Virtual dan Faktual."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia dalam mempertahankan kehidupannya selalu membutuhkan komunikasi baik itu kepada diri sendiri, orang lain maupun masyarakat luas. Bahkan, hampir tidak mungkin jika terdapat seseorang yang dapat menjalani kehidupannya tanpa adanya proses komunikasi. Karena memang pada dasarnya manusia diutus di muka bumi ini untuk menjalankan fungsinya sebagai pembawa amanah atau khalifah. Komunikasi sendiri merupakan suatu hubungan kontak langsung maupun tidak langsung antar manusia, baik itu individu, maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya. 1

Pada kenyataannya komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia.

Dengan berkomunikasi berarti telah melakukan suatu hubungan, karena manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri- sendiri melainkan saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan individu yang satu dan lainnya dapat dilakukan dengan berkomunikasi. Dengan berkomunikasi manusia mencoba pula melaksanakan kewajibannya. 2 Menurut Pawit M. Yusup, komunikasi dalam lingkungan sosial terbilang cukup rumit seperti kondisi sosial.

1 H.A.W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), cet. ke-2, h. 26.

2 Toto Tasmora, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaga Media Pratama, 1997), cet. ke-2, h. 6.

(2)

Namun uniknya, lanjutnya, karena manusia itu mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dan berbagi informasi, atau kemampuan menggunakan lambang-lambang komunikasi, maka ikatan-ikatan interaksinya dengan orang lain pun dapat direkat. Terjadinya suatu kelompok dalam lingkungan masyarakat sosial sedikit banyak karena andil komunikasi dan proses berbagi informasi. Sebagai contoh adalah keluarga. Keluarga diawali oleh peristiwa komunikasi. Dimulai dari kontak pandang, kemudian menaksir, dilanjutkan melamar, dan akhirnya terjadilah ikatan perkawinan. Semuanya dilakukan dengan komunikasi dan pertukaran informasi.3

Dalam setiap peristiwa komunikasi, tidak terlepas dari unsur-unsur komunikasi. A.W. Widjaya dalam bukunya Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, mengatakan bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri atas sumber (orang, lembaga, buku, dokumen, dan lain sebagainya), komunikator (orang, kelompok, surat kabar, radio, televisi, film, dan lain-lain), pesan (dapat melalui lisan, tatap muka langsung), saluran media umum dan media massa (media umum seperti radio, OHP, dan lain-lain, sedangkan media massa seperti pers, radio, film, dan televisi), komunikan (orang, kelompok atau negara), efek atau pengaruh (perbedaan antara apa yang dirasakan atau apa yang dipikirkan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan).4 Efek atau pengaruh inilah yang menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu proses komunikasi.

3 Pawit M. Yusup, Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), cet. ke-1, h. 22.

4 A. W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1997), cet.

ke-3, h. 13.

(3)

Perlu disadari bahwa peran komunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan bersosialisasi, bahkan dalam proses interaksi dengan sesama.

Karena proses interaksi pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu kepada penerima pesan. Dengan kehadiran teknologi informasi saat ini, khususnya internet dan alat-alat komunikasi canggih lainnya, orang secara relatif bebas berinteraksi dengan siapa pun tanpa harus bertatap muka, bahkan proses komunikasinya pun dapat berlangsung pada waktu yang bersamaan, atau bahkan dapat tidak secara bersamaan dalam satu waktu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi dan komunikasi yang awalnya berjalan sendiri-sendiri, kini telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ketika kedua komponen ini menjadi satu, terjadilah suatu era yang perkembangannya sudah tidak dapat dibendung lagi. Di satu sisi ia dapat mempermudah hubungan antar manusia sehingga perkembangannya menjadi lebih merata dan cepat. Namun di sisi lain, ia dapat menimbulkan dimensi perubahan yang berakibat pada perubahan struktur kelembagaan masyarakat dan perilaku serta pandangan budaya. Era komunikasi global telah diramalkan oleh beberapa futurolog. Pertama Alvin Toffler (1960) dalam bukunya The Third Wave (gelombang ketiga). Alvin Toffler membagi peradaban manusia ke dalam tiga gelombang. Gelombang pertama, era pertanian tradisional (5000 bc-1600 ac). Gelombang kedua, era industri (1600-1950), dan gelombang ketiga, era informasi (1950-sekarang). Era

(4)

pertanian tradisonal ditandai oleh penggunaan energi yang dapat diperbaharui (renewable) berupa energi hewan dan manusia.

Era industri ditandai oleh penggunaan energi yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable) seperti batu-bara, minyak bumi, tenaga nuklir.

Pada era industri, tingkat mobilitas dan komunikasi antar manusia berkembang pesat, namun masih dibatasi oleh jarak dan waktu. Pada era informasi yang berkembang adalah komunikasi pikiran/gagasan manusia.

Penggunaan energi menjadi efisien karena telah diterapkan teknologi komputer. Mobilitas fisik manusia sangat tinggi namun yang lebih cepat adalah mobilitas pikiran/ide antara manusia yang telah melewati dan mengalahkan jarak dan waktu. ujung dari era informasi adalah bersatunya teknologi komputer dan teknologi komunikasi yang sekarang tengah dihadapi. Perubahan yang diramalkan oleh para futurolog tersebut merubah pranata-pranata sosial dan sikap hidup berbagai bangsa di dunia.

Perubahan yang mendasar sesungguhnya adalah apa yang oleh Naisbitt dalam bukunya Megatrends telah dibayangkan sebagai perubahan dari institutional help menjadi self help. Artinya fungsi-fungsi kelembagaan telah diambil oleh individu-individu yang menggunakan perangkat teknologi komunikasi untuk saling berhubungan. Kalau sebelumnya individu-individu saling berhubungan melalui lembaga-lembaga seperti operater maupun dalam skala yang lebih luas departemen atau negara, kini, melalui internet dan

(5)

email, individu-individu dapat saling berhubungan melewati batas wilayah dan negara.5

Suatu titik terang yang bermula pada suatu kesederhanaan pada kehidupan manusia yang bernama teknologi, telah menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk mempermudah semua aspek kehidupan. Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa terlepas dari teknologi. Konsumsi masyarakat akan teknologi menjadikan dunia teknologi semakin lama semakin canggih.

Komunikasi yang dulunya memerlukan waktu yang lama dalam penyampaiannya, kini dengan teknologi segalanya menjadi sangat dekat dan tanpa jarak. Awalnya teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia. Lahir dari pemikiran manusia yang berusaha untuk mempermudah kegiatan-kegiatannya yang kemudian diterapkan dalam kehidupan. Kini teknologi telah berkembang pesat dan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman sehingga terjadi pengalihan fungsi teknologi.

Contohnya pada salah satu fasilitas canggih pada masa ini yang dibahas yaitu mengenai Hp yang lebih dikenal dengan sebutan handphone.

Beberapa tahun yang lalu handphone hanya dimiliki oleh kalangan kelas menengah atas yang memang benar-benar membutuhkan itu untuk kelancaran pekerjaannya. Seiring berjalannya waktu handphone bisa dimiliki oleh semua kalangan. Baik yang sangat membutuhkan maupun yang kurang membutuhkan. Karena sekarang handphone dilengkapi dengan beberapa fitur yang membuat handphone memiliki beberapa fungsi selain menelepon atau

5 Ishadi SK, Prospek Bisnis Informasi di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 48.

(6)

saling berkirim pesan singkat. Handphone kini bukan lagi sekadar alat untuk berkomunikasi, tetapi juga sebagai gaya hidup, penampilan, tren dan prestise.

Namun demikian, pada sisi yang lain handphone juga mempunyai dampak yang tidak begitu baik. Di antaranya, banyak waktu yang bisa terbuang jika penggunaanya tidak dilakukan dengan benar. Misalnya para pelajar lebih asyik bermain handphone daripada melakukan hal- hal lain yang lebih bermanfaat seperti belajar, berolahraga, maupun berkarya. Karena asyiknya bermain handphone, para remaja lupa akan kewajibannya sebagai seorang pelajar yaitu belajar. Hal ini tentu akan mempengaruhi nilainya di sekolah.

Biasanya di kalangan remaja handphone digunakan untuk mengakses internet karena di dalam handphone yang terbaru terdapat fitur web. Situs- situs yang sering dibuka oleh para kalangan remaja misalnya Facebook, Twitter, WhatsApp, Black Berry Messanger (BBM), dan sebagainya.

Pemakaian terus menerus dapat menimbulkan ketergantungan. Selain fitur internet, kegemaran para remaja untuk mengirimkan sms secara beruntun atau biasa disebut sms- an juga dapat mempengaruhi nilai para remaja. Kegemaran tersebut sangat asyik sehingga dapat menyita waktu para remaja untuk belajar dan mengerjakan tugas rumah. Apalagi game yang terdapat pada handphone. Hal ini tentu akan berpengaruh kepada nilai ulangan sekolah para remaja. Karena asyiknya bermain mereka lupa akan kewajibannya belajar. Sehingga saat ulangan tiba, kalangan remaja sering mengandalkan teman- teman. Bila mereka tidak bisa mengerjakan ulangan karena tidak belajar, dengan terpaksa para remaja menyalahgunakan

(7)

handphone untuk menanyakan jawaban kepada teman- temannya di lain sekolah.

Keberadaan handphone bisa berdampak pada terlalu bergesernya nilai- nilai kesederhanaan ke dalam nilai- nilai hedonisme (pola hidup yang lebih suka mengikuti dengan keadaan saat ini) dan konsumerisme (gaya hidup konsumtif). Hal ini dikarenakan tindakan konsumsi dilakukan setiap hari oleh siapapun itu, yang bertujuan untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran, dalam arti terpenuhi berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan pokok maupun sekunder, barang mewah maupun kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.6 Tingkat konsumsi memberikan gambaran tingkat kemakmuran seseorang atau masyarakat. Kemakmuran disini diartikan semakin tinggi tingkat konsumsi seseorang maka semakin makmur, sebaliknya, semakin rendah tingkat konsumsi seseorang berarti semakin miskin. Namun, Thornstein Veblen menolak dengan tegas bahwa manusia melakukan konsumsi untuk memaksimalkan kepuasannya.

Menurutnya, ciri manusia modern adalah keinginannya untuk membuktikan keunggulannya terhadap sesama masyarakat. Khususnya, golongan kaya tidak lagi mengkonsumsi barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, melainkan untuk menaikkan gengsinya dalam masyarakat. Untuk itu, Veblen mengajukan istilah “conspicuous consumption”, yaitu konsumsi untuk pamer.

6 Michael James, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, (Jakarta: Ghalia, 2001), hal. 51.

(8)

Sedang golongan masyarakat yang lebih sederhana terdorong untuk meniru pola konsumsi yang mewah seperti yang dipamerkan oleh orang kaya.7

Saat ini handphone dapat dikatakan sudah masuk dalam daftar kebutuhan penting bagi manusia. Hampir setiap individu memerlukannya untuk bisa saling berkomunikasi secara realtime. Bahkan, dunia handphone bukan hanya dunia untuk berkomunikasi, namun berbagi, mencipta dan menghibur dengan suara, tulisan, gambar, musik dan video. Di samping harga yang ditawarkan cukup terjangkau, berbagai fitur handphone juga diberikan sebagai penunjang majunya teknologi. Dengan semakin berkembangnya teknologi, perangkat handphone semakin lengkap mulai dari game, mp3, kamera, radio, dan koneksi internet. Bahkan sekarang muncul teknologi baru untuk melengkapi komponen yaitu 3G, dimana generasi ini telah merambah ke layanan internet secara wireless.8

Teknologi ini, telah merambah ke akses secara permanent Web, Video interaktif, dengan kualitas suara yang sangat baik sekualitas CD Audio Player hingga ke teknologi kamera video yang diintegrasikan dalam telepon seluler.

Penggunaan handphone yang semakin berkembang di kalangan remaja ini, menimbulkan berbagai macam perubahan sikap dan perilaku di kalangan remaja itu sendiri. Remaja lebih memilih untuk berkomunikasi dengan teman-teman yang berada di dalam satu komunitas pengguna handphone daripada berkomunikasi dengan teman yang ada di sebelahnya. Beberapa

7 T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hal. 111.

8 Dwi Budicahyanto, Membangun Aplikasi Handphone dengan MobileFbus dan Visual Basic, (Yogyakarta: Andi, 2004), hal. 1.

(9)

kalangan berpendapat bahwa pengguna handphone ini, “menjadikan teman yang jauh menjadi dekat dan teman yang dekat menjadi jauh”.9

Fenomena tersebut tentunya tidak lepas dari pengaruh teknologi itu sendiri. Karena di atas semuanya, terdapat ambivalensi yang meningkat tentang apa itu manusia dan apa itu teknologi (dalam hal ini disebut mesin).

Istilah interface dalam penggunaan yang umum, digunakan untuk menempatkan manusia-komputer dan antara komputer-komputer. Menurut pakar sosiologi/sejarah Amerika Bruce Malish, yang mengepalai program ilmu sastra dan sosial di MIT mengatakan “kita tidak dapat lagi berpikir manusia, tanpa mesin”. Bahkan, bagi penulis Amerika Scott Bukatman, yang terpesona oleh ekspresi-ekspresi kultural perubahan teknologi, bahasa dan ekspresi maya mewakili pengejawantahan yang sebenarnya dari kultur media.10 Cyberspace (ruang maya) merupakan hasil perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dimana realitasnya adalah virtual, maya dan menjadi sebuah metafor budaya manusia. Cyberspace hanya nyata secara virtual dimana waktu dan materialitas dihilangkan. 11 Dalam dunia cyberspace, seorang cybernot dapat melihat dan bergerak bebas-menelusuri dunianya yang tergabung dengan sebuah komunitas, yang disebut sebagai komunitas virtual. Tentunya manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi

9 Anonim, Pengaruh Penggunaan Handphone Terhadap Pola Interaksi Studi Kasus Remaja di Kelurahan Murante Kota Palopo,

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2001/skripsi%20komplet.docx?sequence

=4 diakses tanggal 22 Juni 2015 jam 06.59.

10Asa Briggs dan Peter Burke, Sejarah Sosial Media dari Gutenberg sampai Internet, (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2006), 391.

11 Situs Wordpress.com, “Ruang Maya (Cyberspace) Sebagai Medan Demokratisasi Baru”, https://lingko.wordpress.com diakses pada tanggal 22 Juni 2015 09:45.

(10)

secara berkesinambungan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam komunitas tersebut.

Sebagai masyarakat abad 21, manusia dapat merasakan bahwa perkembangan teknologi membawa banyak perubahan, tidak hanya terjadi pada masyarakat saat Revolusi Industri saja. Namun, mulai dari kecanggihan transportasi seperti MRT, MonoRail, pesawat jet, mobil listrik, telah mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam menggunakan alat transportasi.

Hal yang paling terasa adalah bagaimana kecanggihan teknologi muncul dalam masyarakat yang didukung dengan internet yang kemudian berkembang dan mempengaruhi sistem komunikasi masyarakat saat ini. Dari perkembangan jaringan, perkembangan perangkat dan jejaring sosial yang muncul di dalam perkembangan teknologi, secara otomatis hal ini juga mengubah bagaimana masyarakat bertindak, dan berkomunikasi dengan sesama di dunia nyata.

Berbagai kemudahan yang disediakan oleh cyberspace secara tidak langsung mempengaruhi gaya hidup manusia. Teknologi yang sejatinya diciptakan untuk memudahkan kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, justru mendorong manusia untuk merubah gaya hidupnya, dari sebelumnya serba manual dan sederhana ke gaya hidup instan dan praktis. Hal ini akan mempengaruhi pola berpikir, gaya hidup bahkan intensitas interaksi faktual (nyata) sehari-hari.

Berdasarkan fenomena di atas, dapatlah disajikan bahwa masyarakat menggunakan kemudahan teknologi sebagai gaya hidup terutama pada

(11)

kalangan mahasiswa. Sebab saat ini, hampir tidak ada seseorang atau mahasiswa yang tidak memiliki perangkat teknologi (handphone). Urgensi dari penelitian ini adalah karena peneliti melihat berbagai hal yang layak dijadikan pertimbangan; pertama jika dilihat dari sisi perkembangan teknologi saat ini yang memungkinkan seseorang dapat berkomunikasi dengan seseorang lainnya tanpa harus bertatap muka, maka hal ini menjadi semacam suatu konsensus sosial bahwa berkomunikasi tidaklah harus bertatap muka, kedua, bisa jadi dengan adanya jejaring sosial tersebut, mampu membentuk karakter seseorang yang pada mulanya pasif dalam berkomunikasi secara face to face menjadi seseorang yang aktif dalam dunia virtual, begitu juga sebaliknya.

Namun, beberapa pertimbangan di atas sepenuhnya belum mendapat perhatian khusus dalam dunia penelitian. Sehingga menjadi penting untuk menelisik bagaimanakah sebenarnya pola komunikasi yang terjadi dalam komunikasi virtual dan faktualnya (komunikasi nyata) sehari-hari, terutama di kalangan mahasiswa. Dalam studi penelitian ini, peneliti berfokus pada analisis deskriptif pola komunikasi mahasiswa IAIN Jember. Oleh karena itu peneliti memilih judul : Pola Komunikasi Mahasiswa IAIN Jember Dalam Interaksi Virtual dan Faktual.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan fokus penelitian sebagai berikut:

(12)

1. Bagaimana pola komunikasi mahasiswa IAIN Jember dalam interaksi virtual

2. Bagaimana pola komunikasi mahasiswa IAIN Jember dalam interaksi faktual?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui, memahami, mendeskripsikan, serta menganalisis pola komunikasi mahasiswa IAIN Jember dalam interaksi virtual

2. Untuk mengetahui, memahami, mendeskripsikan, serta menganalisis pola komunikasi mahasiswa IAIN Jember dalam interaksi faktual.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian.

Adapun manfaat dalam penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi studi komunikasi dan informasi yang akhir-akhir ini makin banyak memperoleh kajian dari berbagai disiplin ilmu baik melalui kajian teoritis maupun melalui kajian riset di bidang terapan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat merefleksikan bagaimana pola komunikasi mahasiswa IAIN Jember dalam interaksi virtual dan faktual melalui, dan tidak kalah pentingnya bahwa penelitian ini dapat

(13)

memperkaya hasil penelitian pada ilmu komunikasi tentang pola hubungan komunikasi virtual dengan interaksi faktual, yang kemudian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman serta mengurangi sifat konsumerisme terhadap terpaan teknologi yang akhirnya dapat menjauhkan diri dari realitas sosial.

3. Manfaat Lembaga

Dengan adanya riset ini diharapkan dapat menjadi kontribusi atau sumbangan pemikiran bagi diskursus keilmuan studi Komunikasi dan Penyiaran Islam serta dapat dijadikan pertimbangan bagi kajian lebih lanjut.

E. Definisi Istilah

Untuk menghindari kekeliruan penafsiran terhadap variabel, kata dan istilah teknis yang terdapat dalam judul, maka peneliti merasa perlu untuk mencantumkan definisi istilah dalam skripsi ini. Judul penelitian ini adalah Pola Komunikasi Mahasiswa IAIN Jember Dalam Interaksi Virtual dan Faktual, dengan definisi istilah sebagai berikut:

1. Pola

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pola mempunyai arti gambar yang dipakai untuk contoh batik, corak batik atau tenun, ragi atau suri, potongan kertas yang dipakai sebagai contoh dalam membuat baju, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap.12 Maksud pola dalam penelitian ini adalah bagaimana komunikasi virtual mahasiswa

12 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Bahasa, 2007), 884-885.

(14)

dapat mempunyai pengaruh atau mampu membentuk suatu pola terhadap intensitas interaksi dalam sehari-hari.

2. Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa Inggris “communication” yang mempunyai akar kata dari bahasa Latin “comunicare” yang memiliki tiga kemungkinan arti kata, yaitu membuat suatu menjadi umum, saling memberi sesuatu sebagai hadiah, dan membangun pertahanan bersama.

Sedangkan pengertian komunikasi secara epistemologi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang berinteraksi dengan orang lain melalui ucapan, tulisan, gerak tubuh da penyiaran.13 Menurut Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses hal dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah perilaku. Jadi dalam komunikasi, menurutnya ada sebuah proses pengoperan (pemrosesan)ide, gagasan, lambang, dan di dalam proses itu melibatkan orang lain.14 Dalam formulasinya Harold D. Laswell, komunikasi biasa disebut who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (lewat saluran mana), to whom (kepada siapa), with what effect (efek apa yang diharapkan).15

3. Mahasiswa

Pendidikan tinggi sebagai lembaga pendidikan jenjang terakhir dari pendidikan formal, mengemban peran yang penting dalam ketatanegaraan suatu bangsa. Sebab pendidikan suatu bangsa berpusat pada lingkungan

13 Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran (Jakarta: Kencana, 2007), 1-3.

14 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 26.

15 Ibid., 27.

(15)

perguruan tinggi. Tentu saja dalam hal ini sumber daya manusia di dalamnya memerankan peran penting. Salah satunya adalah mahasiswa.

Kata mahasiswa dibentuk dari dua kata dasar yaitu “maha” dan “siswa”.

Maha berarti besar atau agung, sedangkan siswa berarti orang yang sedang belajar. Kombinasi dua kata ini menunjuk pada suatu kelebihan tertentu bagi penyandangnya. Di dalam PP No. 30 tentang Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu, yaitu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

Dengan demikian mahasiswa adalah anggota dari suatu masyarakat tertentu yang merupakan “elit” intelektual dengan tanggung jawab terhadap ilmu dan masyarakat yang melekat pada dirinya, sesuai dengan

“tridarma” lembaga tempat ia bernaung. Mahasiswa juga merupakan anggota masyarakat yang berada pada tataran “elit” karena kelebihan yang dimilikinya yang mempunyai kekhasan fungsi, peran, dan tanggung jawab.

Dari identitas dirinya tersebut, mahasiswa mempunyai tanggung jawab intelektual, tanggung jawab sosial, dan tanggung jawab moral.16 Oleh karena itu, peneliti sengaja memilih mahasiswa sebagai subjek penelitian.

Disamping besarnya tanggung jawabnya sebagai masyarakat yang “melek”

16 M. Salim, “Peran Mahasiswa”, http://peran-mahasiswa.blogspot.sg/2010/06/peran-sebagai- mahasiswa.html?m=1 diakses pada tanggal 28 Juni 2015 20:00.

(16)

akan informasi, ia juga harus dapat memanfaatkan perkembangan teknologi dengan sebaiknya agar tidak membawa pengaruh buruk terhadap masyarakat sekitar, khususnya dalam hal berinteraksi dengan sesamanya.

Sedangkan peneliti sengaja memilih mahasiswa prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam dikarenakan mereka sudah mengenal dan bergelut bahkan memiliki kecakapan dalam bidang jurnalistik (dalam hal ini media massa), bidang publik (memiliki kecakapan dalam master ceremony (MC), presenter komunikasi media, dan lain-lain), bidang retorika (memiliki kecakapan dalam public speaking, berorasi, berdakwah, kampanye, dan lain-lain).

4. Interaksi Virtual

Kamus-kamus mendefinisikan virtual dalam kehidupan sehari-hari sebagai “hal yang serupa, namun sebenarnya tidak sama”. Namun menurut Rob Shields, secara filosofis, virtual menangkap kegiatan dan objek alamiah yang ada namun tidak berwujud, tidak “konkret”. Virtual adalah sesuatu yang nyata namun konkret.17 Istilah virtual mempunyai arti (secara) nyata.18 Namun, secara umum arti virtual adalah tidak nyata atau maya. Jadi interaksi atau yang biasa disebut dengan komunikasi virtual (virtual communication) adalah komunikasi (proses penyampaian dan penerimaan pesan) menggunakan atau melalui cyber space (ruang maya)

17 Rob Shields, Virtual Sebuah Pengantar Komprehensif, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), cet. ke-1, hal. 2.

18 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia., 1262.

(17)

yang bersifat interaktif.19 Komunikasi virtual tidak dapat lepas dari sebuah media internet yang digunakan sebagai alat komunikasi. Dalam hal ini terlihat adanya peralihan gaya atau kebiasaan manusia dalam berkomunikasi menyampaikan informasi dengan sesamanya.

Dapat dikatakan seperti itu, karena saat ini manusia tidak perlu lagi berkomunikasi pada waktu, dan tempat yang sama. Oleh karena itu, melalui komunikasi virtual saat ini, sangat memungkinkan hambatan- hambatan yang ada terdahulu seperti jarak, waktu, biaya, serta kesulitan lainnya dapat teratasi. Karena internet sebagai media komunikasi virtual tidak terbatas ruangnya sehingga masyarakat luas dapat menyampaikan informasi kemana dan kepada siapa saja. Dalam komunikasi virtual ini, memungkinkan seseorang berinteraksi tetapi pada kenyataannya mereka tidak berada secara wujud di tempat tersebut. Penggunaan istilah komunikasi virtual ini untuk memperjelas bahwa penelitian ini memfokuskan pada bagaimana pola yang terjadi antara komunikasi virtual masyarakat khususnya kalangan mahasiswa dengan intensitas interaksi sehari-harinya.

5. Interaksi Faktual

Istilah interaksi pada umumnya merujuk pada kekuatan, jarak, derajat, dan lain sebagainya.20 Sedangkan interaksi merupakan suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek

19 Situs Wordpress.com, “Komunikasi Virtual”, https://komunitasvirtual.wordpress.com diakses pada tanggal 22 Juni 2015 10:05.

20 Situs Wikipedia, “Intensitas”, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Intensitas diakses pada tanggal 27 Juni 2015 10:08.

(18)

satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah pada sebab-akibat.21 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), interaksi berarti suatu hal yang saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi, antarhubungan.22 Faktual mempunyai arti berdasarkan kenyataan, mengandung kebenaran.23 Jadi yang dimaksud dengan interaksi faktual dalam penelitian ini adalah bagaimana mahasiswa berinteraksi faktual (nyata) dengan mahasiswa lainnya.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara-cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Pada dasarnya metode penelitian merupakan metode ilmiah (scientific method). Metode ilmiah adalah cara penerapan terhadap prinsip-prinsip logis dalam penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Metode penelitian ini juga sering disebut pendekatan, karena pendekatan penelitian pada dasarnya merupakan keseluruhan cara serta kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian, mulai memilih masalah sampai penulisan laporan.24

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yang bermaksud mempelajari secara intensif tentang latar belakang,

21 Situs Wikipedia “Interaksi”, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Interaksi diakses pada tanggal 27 Juni 2015 10:10.

22 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia., 438.

23 Situs KBBI online, “faktual”, http://kbbi.web.id/faktual diakses pada tanggal 15 Agustus 2015 21:40.

24 Toto Syatori Nasehuddin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 37-38.

(19)

keadaan sekarang, dan interaksi suatu kelompok, individu, lembaga, dan masyarakat. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya pelaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.25 Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian kualitatif yaitu untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam- dalamnya.26 Penelitian ini berupaya untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pola komunikasi mahasiswa IAIN Jember dalam interaksi virtual dan interaksi faktual serta menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan secara deskriptif dan mendalam. Peneliti berharap dapat mendeskripsikan bagaimana hasil dari pola komunikasi mahasiswa IAIN Jember dalam interaksi virtual dan interaksi faktual.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat sumber data berada. Sumber data atau lokasi penelitian dianggap sebagai suatu populasi sehingga dapat diambil sampelnya sebagai objek yang diteliti. Adapun lokasi penelitian

25 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), 6.

26 Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Realation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana Prenda Media Group, 2011), 56-57.

(20)

yang dipilih oleh peneliti adalah IAIN Jember yang beralamatkan di Jl.

Mataram No. 1 Mangli Jember.

3. Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang dimaksud dengan sumber data adalah subjek darimana data-data dapat diperoleh. Sumber data dapat berupa benda gerak, atau proses sesuatu. Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian. Untuk memperoleh informasi tentang jawaban penelitian diperlukan data. Adapun data yang dimaksud adalah sejumlah fakta atau keterangan yang digunakan sebagai sumber atau bahan dalam mengambil keputusan. Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Data Kepustakaan

Yaitu sumber data yang diperoleh dari berbagai sumber literatur yang ada relevansinya dengan penulisan, untuk menjawab masalah- masalah yang telah dipaparkan dalam bentuk pertanyaan dalam rumusan masalah di atas seperti buku ilmiah, makalah, koran, atau majalah.

b. Data Empiris

Yaitu data yang digali dan diperoleh dari lapangan yaitu kalangan mahasiswa. Dalam menentukan subjek penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilam sample sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling mengetahui tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai

(21)

penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajah objek atau situasi sosial yang diteliti.27 Sesuai dengan judul penelitian maka peneliti akan mengambil informan yang akan diteliti yaitu, mahasiswa IAIN Jember.

4. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:

a. Teknik Interview (wawancara)

Wawancara (interview) merupakan salah satu metode pengumpulan bahan berita (data atau fakta). Pelaksanaannya bisa dilakukan secara langsung bertatap muka (face to face) dengan orang yang diwawancarai (interviewee), atau secara tidak langsung seperti melalui telefon, internet, atau surat (wawancara tertulis termasuk lewat e-mail dan sms).28 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang (pejabat dsb) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi.29 Sedangkan menurut Sudarwan Danim, wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan antara dua orang atau lebih secara langsung yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk

27Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), 207.

28 Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009). 35.

29 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 1270.

(22)

dijawab. 30 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara untuk menggali data yang ada hubungannya dengan faktor- faktor pola hubungan komunikasi virtual terhadap intensitas interaksi aktual. Peneliti melakukan wawancara dengan mahasiswa IAIN Jember.

b. Teknik Observasi

Menurut Hadi, pengamatan (observasi) merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistemik terhadap suatu gejala yang tampak pada suatu objek peneliti.31 Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi terus terang. Jadi, peneliti dalam pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, sedang melakukan penelitian. Sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir aktivitas peneliti.

c. Teknik Dokumentasi

Selain dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara, teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi yaitu studi literatur dan dokumenter. Teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti.32 Dalam arti lain teknik dokumentasi adalah upaya pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis. Benda-benda tersebut dapat berupa

30 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perfektif Rancangan Penelitian, 212.

31 Andi Prastowo, 248.

32 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), 140-141.

(23)

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lenger, agenda, dan sebagainya.33

5. Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif deskriptif yaitu data yang diperoleh, dipilih, dan disusun secara sistematis kemudian dianalisa dengan menggunakan berbagai ketentuan atau peraturan. Untuk menguji kebenaran dan kejujuran subjek dalam mengungkap realitas menurut apa yang dialami, dirasakan, atau dibayangkan perlu menggunakan metode pengecekan data dengan analisis triangulasi. Teknik pengolahan data terdiri dari beberapa alur kegiatan yang terjadi bersamaan, yaitu:

a. Reduksi data: proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan lapangan.

b. Penyajian data: adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Penarikan kesimpulan: adalah pembuktian kembali yang dilakukan untuk mencari pembenaran dan persetujuan sehingga validitas dapat tercapai.34 Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, dalam analisis data ini peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

33 Mundir, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 186.

34 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 244.

(24)

6. Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data untuk menguji kredibilitas atau keabsahan data. Menurut Kriyantono, 35 triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber data lainnya) yang tersedia. Peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian. Cara pengecekan dengan triangulasi sumber yaitu peneliti akan memeriksa data yang telah diperoleh dari satu sumber data dengan beberapa sumber data lainnya.

7. Tahap-Tahap Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah menguraikan rencana pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.36 Tahapan yang perlu dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. Tahapan-tahapan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pra Lapangan

Dalam tahap awal ini, terdapat enam langkah yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Rencana penelitian ini diawali dengan pengajuan judul, menyusun matriks penelitian yang kemudian dikonsultasikan pada dosen

35 Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Realation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, 72.

36 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: STAIN Jember Press, 2014), 48.

(25)

pembimbing dan berlanjut dengan penyusunan proposal hingga seminar proposal.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Lokasi penelitian yang akan diteliti adalah mahasiswa IAIN Jember yang beralamatkan di Jl. Mataram No. 1 Mangli Jember.

c. Mengurus Perizinan

Mengurus perizinan dilakukan sebelum dimulainya penelitian.

d. Menjajaki dan Menilai Lapangan

Tahap ini merupakan pengenalan awal terhadap kondisi lapangan dan juga sebagai bekal permulaan penelitian yang akan dilakukan.

e. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Pada tahap ini peneliti memilih informan yang sesuai dengan judul yaitu mahasiswa IAIN Jember.

f. Mempersiapkan Perlengkapan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti sebelum terjun ke lapangan pasti membutuhkan perlengkapan yang sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah dipilih (observasi, interview, dan dokumentasi). Perlengkapan yang dibutuhkan seperti mempersiapkan pertanyaan sebagai pegangan sementara, alat perekam, dan semacamnya yang dapat digunakan peneliti untuk membantu mendapatkan informasi.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

(26)

Setelah menyelesaikan tahapan-tahapan pada tahap pra lapangan, peneliti dapat mengawali dan memulai penelitian sesuai rancangan penelitian yang telah disusun sebelumnya.37 Peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa metode yaitu, wawancara, observasi, dan dokumentasi.

3. Tahap Analisis Data

Setelah kegiatan penelitian selesai, peneliti mulai menyusun langkah-langkah berikutnya, yaitu menyusun kerangka laporan hasil penelitian dengan menganalisis data yang telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing karena mungkin masih ada yang perlu direvisi untuk mencapai hasil penelitian yang maksimal. Laporan yang selesai, sudah siap untuk dipertanggung jawabkan di depan penguji yang kemudian digandakan untuk diserahkan kepada pihak terkait.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini dimaksudkan untuk mamberikan gambaran secara singkat terhadap isi proposal, sehingga lebih memudahkan dalam meninjau dan menangapi isinya keseluruhan. Agar pembahasan ini tersusun secara sistematik, maka disajikan sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I :membahas tentang pendahuluan, terdiri dari latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

37 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ibid 127-148.

(27)

Bab II :membahas tentang kajian pustaka yang terdiri dari penelitian terdahulu dan kajian teori. Hal ini dilakukan agar mendapat gambaran umum mengenai pembahasan skripsi.

Bab III :membahas tentang metode penelitian yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, tahap-tahap penelitian.

Bab IV :membahas tentang penyajian data dan analisis, terdiri dari gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis, pembahasan temuan.

Bab V :membahas tentang penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran- saran. Pada bagian akhir juga akan dicantumkan daftar pustaka, dan beberapa lampiran seperti foto, matrik penelitian, denah, surat ijin penelitian, dan biodata penulis.

(28)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

Untuk melakukan penelitian dan analisis terhadap Pola Komunikasi Mahasiswa IAIN Jember Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Dalam Interaksi Virtual dan Faktual, maka peneliti melihat beberapa hasil penelitian yang berupa skripsi dan buku-buku pendukung. Berikut beberapa hasil penelitian komunikasi yang berkaitan dengan penelitian ini:

Penelitian yang dilakukan oleh Taufik Hidayat, tentang “Pola Komunikasi di Pondok Pesantren Al-Zaytun Desa Mekarjaya Haurgeulis Kabupaten Indramayu”. Penelitian ini membahas tentang komunikasi yang berfokus kepada pola komunikasi yang dilakukan ke luar dan pola komunikasi ke dalam. Dalam penelitian ini lebih mengedepankan model- model komunikasi dalam berinteraksi antara senior dengan junior, antara santri sebaya, santri putra dan putri, santri mukim dengan santri kalong, Kyai dan santri, dan antara Kyai dan Nyai.1 Letak kesamaan dengan penelitian yang akan peneliti teliti adalah sama-sama mengkaji tentang objek pola komunikasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada pembahasan subjek yang diteliti, jika peneliti terdahulu lebih berfokus pada sistem atau kesetaraan dalam organisasi, tetapi yang akan peneliti teliti lebih berfokus pada

1 Taufiq Hidayat, Pola Komunikasi di Pondok Pesantren Al-Zaytun Desa Mekarjaya Haurgeulis Kabupaten Indramayu, (Yogyakarta: Skripsi UIN Sunan Kalijaga, 2001).

(29)

komunikasi mahasiswa secara antar pribadi, dalam artian komunikasi sesama mahasiswa.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Muzawwir Kholiq, tentang “Pola Komunikasi Organisasi (Studi Kasus Pola Komunikasi Antara Pimpinan dan Karyawan di Radio Kota Perak Yogyakarta)”. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada seberapa pentingkah komunikasi dijadikan alat penyambung informasi serta interaksi yang disajikan perusahaan PTDI Radio Kota Perak Yogyakarta dengan berlandaskan pada teori-teori komunikasi yang dilihat dari rumusan paradigmatic komunikasi model Harold Lasswell.2 Namun, letak perbedaannya, peneliti tersebut lebih menekankan kepada pola komunikaksi terstruktur pada sebuah lembaga media penyiaran. Sedangkan dalam kajian peneliti sendiri membahas dan meneliti tentang bagaimanakah pola komunikasi mahasiswa IAIN Jember dalam interaksi virtual dan faktualnya.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Dian Eti Pangastiti, tentang “Pola Komunikasi Masyarakat Islam dan Kristen di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember Tahun 2011”. Penelitian ini membahas tentang pola komunikasi yang terjadi antar dua agama yang berbeda dalam menjalani kehidupannya sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan dalam suatu masyarakat. 3 Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pola komunikasi yang dibangun antara masyarakat Islam dan Kristen di Desa

2 Muzawwir Kholiq, Pola Komunikasi Organisasi (Studi Kasus Pola Komunikasi Antara Pimpinan dan Karyawan di Radio Kota Perak Yogyakarta), (Yogyakarta: Skripsi UIN Sunan Kalijaga, 2010).

3 Dian Eti Pangastiti, Pola Komunikasi Masyarakat Islam dan Kristen di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember Tahun 2011, (Jember: Skripsi STAIN Jember, 2011).

(30)

Sumberejo adalah pola inklusif (terbuka) dan eksklusif (tertutup). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama mengkaji tentang pola komunikasi. Namun, penelitian sebelumnya lebih menitikberatkan pada bagaimana masyarakat yang mempunyai perbedaan keyakinan tersebut menjalin suatu hubungan. Sedangkan dalam penelitian peneliti lebih menitikberatkan pada bagiamana pola komunikasi mahasiswa IAIN Jember dalam berkomunikasi virtual dan faktual.

Penelitian keempat yang dilakukan oleh Meria Octavianti pada tahun 2010 tentang “Pola Komunikasi Keluarga di Bantaran Sungai Cikapundung dikaji dari Sudut Pandang Interaksionisme Simbolik Komunikasi dalam Keluarga.”4 Dalam penelitian tersebut membahas tentang bagaimana pola komunikasi yang dibangun dalam sebuah keluarga. Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwasannya dalam sebuah keluarga yang diteliti tersebut mempunyai dua bentuk pola komunikasi. Yang pertama adalah pola komunikasi pembagian yang tidak seimbang, dimana dalam komunikasi ini satu orang mendominasi yang lain karena satu orang nampak lebih ahli daripada lainnya, dan juga biasanya orang seperti ini adalah orang yang lebih dalam mendapatkan pendapatan untuk keluarga tersebut, yakni figur bapak.

Pola yang kedua yaitu pola komunikasi kesamaan, dimana masing-masing pihak berkedudukan sama, saling percaya dan masing masing pihak terbuka terhadap ide-ide, pendapat serta kepercayaan pada orang lain. Letak kesamaan dengan peneliti teliti adalah sama-sama mengkaji tentang pola

4 Meria Octavianti, Pola Komunikasi Keluarga di Bantaran Sungai Cikapundung dikaji dari Sudut Pandang Interaksionisme Simbolik Komunikasi dalam Keluarga, (penelitian 2010).

(31)

komunikasi. Namun, pada penelitian ini lebih menikberatkan pada subjek mahasiswa bukan sebuah keluarga.

Dari beberapa penelitian tentang pola komunikasi yang peneliti temukan ternyata mengenai pembahasan Pola Komunikasi Mahasiswa IAIN Jember dalam Interaksi Virtual dan Faktual belum pernah ada yang melakukan penelitian dengan tema yang sama, namun dari keempat penelitian di atas terdapat kesamaan alur tetapi obyek dari penelitian ini jelas berbeda satu dengan yang lain karena dalam penelitian peneliti lebih menitik beratkan pada bagaimana komunikasi virtual mahasiswa IAIN Jember dapat membentuk suatu pola hubungan dengan interaksinya sehari-hari (faktual).

B. Kajian Teori 1. Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis komunikasi berasal dari perkataan latin

“communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis”

yang berarti sama, sama dalam hal ini maksudnya adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.5 Sedangkan secara istilah komunikasi adalah proses atau tindakan menyampaikan pesan (message) dari pengirim (sender) ke penerima (receiver) melalui suatu medium (channel) yang biasanya mengalami gangguan (noise). Dalam definisi

5 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), cet. ke-2, hal. 30.

(32)

ini, komunikasi haruslah bersifat intentional (disengaja) serta membawa perubahan.6

Komunikasi merupakan inti dari semua hubungan sosial, apabila orang telah mengadakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut dapat dapat mempererat atau mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila muncul. Karena manusia sebagai makhluk individu maupun sosial yang memiliki dorongan rasa ingin tahu maka salah satu sarananya adalah komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia. Dalam pepatah asing telah disebutkan: “Nature gave us two ears and only one mouth, so that we could listen twice as much as we speak”. Yang mempunyai maksud untuk lebih banyak mendengarkan daripada berbicara (komunikasi).7

Komunikasi berarti memberikan sesuatu kepada orang lain dengan kontak tertentu atau dengan menggunakan suatu alat atau media. Banyak komunikasi terjadi dan berlangsung tetapi kadang- kadang tidak tercapai kepada sasaran tentang apa yang dikomunikasikan. Dimungkinkan adanya komunikasi yang baik antara pemberi pesan dan penerima pesan jika terjalin persesuaian diantara keduanya. Kegiatan komunikasi yang dilakukan manusia, seringkali

6 Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2007), cet. ke-2, hal. 2.

7 H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. ke- 5, hal. 5.

(33)

dengan tanpa pikir sebenarnya merupakan kegiatan yang pokok dalam kehidupan bermasyarakat atau sebagaimana dinyatakan oleh seorang tokoh komunikasi bahwa: “Communication is human existen and social proccess”.

Melalui komunikasi orang dapat mempengaruhi dan mengubah sikap atau tingkah laku orang lain, membentuk suatu konsensus, yang dikenal sebagai pendapat umum, dan kelompok. Dari komunikasi memungkinkan adanya suatu ide, tersebar dan dihayati orang, dituntut ataupun ditolak orang, berhasil atau gagalnya suatu proyek dan program pembangunan, dan lain-lain.8 Pada saat ini komunikasi lebih banyak dipahami sebagai cara berhubungan, komunikasi yang dipahami dengan cara demikian merupakan pengertian komunikasi dalam arti sempit. Selain sebagai proses interaksi dalam berhubungan dengan orang lain, komunikasi juga diartikan sebagai sarana dalam memberikan arah akan sesuatu yang diharapkan antara komunikator dan komunikan.

Adapun pengertian komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses interaksi yang dilakukan mahasiswa IAIN Jember dalam interaksi virtual dan interaksi faktual (dalam kehidupan sehari-harinya). Kegiatan komunikasi yang dilakukan mahasiswa dalam berinteraksi virtual dan faktual akan dilihat melalui pemikiran Mc Luhan dalam teorinya yakni Determinisme Teknologi yang

8 Ibid, hal. 6.

(34)

intinya menyatakan bahwa seiring dengan ditemukan dan berkembangnya teknologi komunikasi telah lebih banyak mengubah kehidupan manusia lebih dari apa isi pesan yang disampaikan. Dan dengan hal tersebut, manusia semakin didominasi oleh teknologi komunikasi yang diciptakannya sendiri. Teknologi komunikasi bukan hanya dikontrol oleh manusia namun justru manusia yang telah dikontrol oleh teknologi komunikasi.

b. Pola Komunikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pola mempunyai arti sistem atau cara kerja.9 Adapun istilah sistem secara umum adalah suatu bentuk kesatuan yang terdiri dari beberapa unsur atau elemen yang berinteraksi sesuai alur kerja untuk melaksanakan suatu proses pekerjaan guna mencapai tujuan bersama yang sudah ditetapkan.10 Menurut Nurhasanah, pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.11

Pola komunikasi adalah suatu sistem penyampaian pesan melalui lambang (symbol) tertentu, yang mengandung arti, serta sistem

9 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Bahasa, 2007), hal. 884.

10 Bambang Wakidi, Pengertian Sistem Beserta Uraiannya,

http://googleweblight.com/?lite_url=http://goklatenjualango.blogspot.com/2013/05/pengertian- atau-definisi-serta-arti-dari-sistem-dan-penjelasan-system-serta-contoh-kegunaan-atau-fungsi- sistem-secara-umum.html?m%3D1&ei=gPLH5vWe&lc=id- diakses pada tanggal 30 Juli 2015.

11 Nurhasanah, Pola Komunikasi, http://digilib.upnjatim.ac.id/files/disk1/3/jiptupn-gdl-

nurhasanah-140-3-babii.pdf diakses pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 15.11.

(35)

penciptaan makna untuk mengubah tingkah laku individu yang lain.

Oleh karena itu penggunaan pola komunikasi mempengaruhi efektivitas proses komunikasi. Dalam efektivitas komunikasi dikemukakan tentang pentingnya kontak sosial bagi manusia dan masyarakat. Dalam melakukan kontak atau hubungan yang beraneka ragam dilakukan dengan cara dan gaya yang berbeda-beda pula, dan kontak yang paling menonjol disini dikaitkan dengan perilaku.12

Menurut Abede Pareno, teori yang mengkaji tentang pola komunikasi secara jelas belum pernah menjadi kajian oleh para ilmuan, akan tetapi model komunikasi pernah disinggung oleh Soreno dan Mortense yang mendefinisikan model komunikasi sebagai deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk komunikasi.13 Artinya model komunikasi muncul sebagai bagian dari adanya interaksi komunikasi yang dilakukan individu maupun kelompok.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pola komunikasi antar pribadi, yakni komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.

Setiap manusia mempunyai perbedaan dalam mengaktualisasikan komunikasi. Oleh karena itu, dalam komunikasi dikenal pola-pola tertentu sebagai manifestasi perilaku manusia dalam bekomunikasi.

Jika ditinjau dari pola yang dilakukan, ada beberapa jenis yang dapat dikemukakan. Joseph A. Devito membagi pola komunikasi menjadi

12 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), cet. ke- 2, hal. 4.

13 Sam Abede Pareno, Kuliah Komunikasi, (Surabaya: Papyrus, 2002), hal. 22.

(36)

empat, yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan komunikasi massa. Namun di Indonesia sendiri telah berkembang beberapa pola komunikasi, yaitu komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa.14

Komunikasi dengan diri sendiri dapat terjadi karena seseorang menginterpretasikan sebuah objek dan dipikirkannya. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses komunikasi secara tatap muka yang dilakukan antara dua orang atau lebih. Hal ini seperti yang pernah dikatakan R. Wayne Pace (1979), “Interpersonal communication involving two or more in a face to face setting.”

Menurut sifatnya, komunikasi antarpribasi dibedakan menjadi dua, yakni komunikasi diadik (dyadic communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group communication). Komunikasi diadik merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka yang dilakukan melalui tiga bentuk, percakapan, wawancara dan dialog. Adapun komunikasi kelompok kecil merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama lain.

Komunikasi kelompok merupakan suatu proses komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara

14 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 28.

(37)

kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar dan bertatap muka.

Komunikasi ini juga berlangsung (continue) dan dapat dibedakan sumber dan penerima pesan. Selain itu, komunikasi ini sangat terbatas sehingga umpan baliknya juga tidak leluasa karena waktu terbatas dan khalayak relatif besar. Pesan yang disampaikan pun sudah terencana (dipersiapkan). Meskipun mempunyai kesamaan dengan komunikasi kelompok (dalam artian khalayak yang banyak), komunikasi massa menggunakan media massa sebagai bentuk komunikasi kepada khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim dengan pesan secara serentak dan sesaat.

Sedangkan yang dimaksud dengan pola komunikasi dalam penelitian ini adalah lebih kepada pola komunikasi mahasiswa secara antar pribadi.

c. Bentuk komunikasi

Komunikasi dalam bentuknya dibagi menjadi:

1) Komunikasi Interpersonal atau dapat disebut juga dengan komunikasi antarpersona atau antar pribadi merupakan komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain (komunikator dengan komunikan).

2) Komunikasi Kelompok merupakan komunikasi yang berlangsung antara seseorang (komunikator) dengan lebih dari dua orang (komunikan) di suatu tempat tertentu.

(38)

3) Komunikasi massa merupakan suatu proses komunikasi atau penyebaran pesan oleh komunikator melalui media massa yang diterima secara serempak oleh khalayak sasaran dengan tujuan menimbulkan efek tertentu.15 Sedangkan karakteristik media massa antara lain:

a. Pesan-pesan yang disampaikan terbuka untuk umum.

b. Komunikasi bersifat heterogen, baik latar belakang pendidikan, asal daerah, agama yang berbeda, serta kepentingan yang berbeda.

c. Media massa juga menimbulkan keserempakan kontak dengan sejumlah besar anggota masyarakat dalam jarak yang jauh dari komunikator.

d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat interpersonal dan non pribadi.

Adapun yang dimaksud dengan bentuk komunikasi dalam penelitian ini adalah komunikasi mahasiswa dengan mahasiswa lain dalam interaksi virtualnya (melalui media massa) dan juga interaksi dalam kehidupan sehari-hari (faktual).

d. Karakteristik Komunikasi

Berdasarkan sifat, sifat komunikasi dapat disimpulkan menjadi empat dimensi sebagai rujukan terhadap praktek komunikasi, yakni:

15 Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), cet. ke-1, hal. 53.

(39)

1) Tatap Muka (face to face) merupakan dimensi yang paling efektif dalam berkomunikasi, dalam artian komunikator dan komunikan dapat mengetahui psikologi dua arah. Dalam situasi komunikasi tatap muka komunikator dapat melihat dan mengkaji dari isi pesan komunikan secara langsung. Karena itu, komunikasi tatap muka sering kali disebut juga komunikasi langsung (direct communication). Komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga.16

2) Bermedia merupakan komunikasi dimana komunikator hanya sebagai informan tanpa mengetahui jelas sisi psikologi komunikan.

Mediated Communication adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya, dan atau banyak jumlahnya.

Dalam berkomunikasi bermedia atau yang dapat disebut juga berkomunikasi tak langsung (indirect communication) seorang komunikator dituntut untuk lebih matang dalam perencanaan dan persiapannya sehingga ia merasa bahwa komunikasinya itu akan berhasil.17

3) Verbal merupakan komunikasi dimana penggunaan bahasa yang sekiranya mampu dipahami oleh komunikan secara langsung tanpa isyarat atau simbol yang diperankan.

16 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), cet.

ke-5, hal. 7.

17 Ibid, hal. 10.

(40)

4) Non Verbal merupakan komunikasi dimana penggunaan bahasa yang tanpa diiringi pembicaraan tetapi diperankan dengan menggunakan simbol dan isyarat yang dipahami komunikan.

Sedangkan yang dimaksud bentuk komunikasi dalam penelitian ini adalah semua bentuk yang telah disebutkan di atas, baik itu bentuk tatap muka dalam kehidupan sehari-hari (faktual) maupun bermedia (interaksi virtual).

e. Proses Komunikasi

Komunikasi dapat dikatakan sebagai proses penyampaian atau penyaluran pesan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) yang dikehendaki. Dalam hal ini proses komunikasi tergolong melalui dua sisi, yaitu:

1) Primer, merupakan suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media.

2) Sekunder, merupakan suatu proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.18

Dalam proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau komponen. Faktor-faktor atau unsur yang dimaksud antara lain meliputi komunikator, komunikan, pesan (isi, bentuk, dan cara penyampaian), saluran atau media yang digunakan untuk

18 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja Karya, 1984), hal. 14.

(41)

menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang ditimbulkan dan situasi atau kondisi yang ada ketika komunikasi berlangsung.19

1. Komunikator

Pengirim pesan (komunikator) adalah manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Komunikator jika dilihat dari sisi jumlahnya terdiri dari satu orang, banyak orang (lebih dari satu), dan massa.

2. Komunikan

Penerima pesan (komunikan) ialah manusia berakal budi yang menerima apa yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan pada umumnya merupakan publik yang bersifat anonim (tidak saling mengenal). Pesan antara komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling bergantian.

3. Pesan

Pesan dalam komunikasi dapat bersifat abstrak dan kongkrit. Pesan merupakan isi pernyataan yang disampaikan oleh sumber atau komunikator kepada komunikan. Pesan juga dapat disampaikan secara verbal atau non-verbal sebagaimana yang telah disampaikan.

Beberapa komponen pesan yang harus diperhatikan yaitu, bentuk pesan, makna pesan, serta penyajian pesan.

19 Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), cet. ke-1, hal. 5.

(42)

4. Saluran (media)

Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan dalam memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Cara memindahkan pesan biasanya berlangsung dalam dua cara, yaitu tatap muka (face to face) dan melalui media atau alat tertentu seperti teknologi informasi, dan lain-lain.

5. Hasil (feedback)

Terdapat dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yaitu umpan balik langsung (immediated feedback) dan tidak langsung (delayed feedback). Umpan balik langsung terjadi ketika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau ada kemungkinan dapat berbicara langsung. Dalam artian antara komunikator dan komunikator terjadi kontak langsung yang memungkinkan mereka mengadakan reaksi langsung satu sama lain. Sedangkan umpan balik secara tidak langsung terjadi ketika komunikator dan komunikan tidak mengalami kontak langsung yang memungkinkan mereka dapat saling mengadakan reaksi langsung satu sama lain. Misalnya, dalam letter to the editor/surat pembaca/pembaca menulis. Umpan balik merupakan bahan yang direfleksikan kepada sumber/komunikan setelah dipertimbangkan dalam waktu tertentu sebelum dikirimkan.20

20 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), cet. ke-2, hal. 109.

(43)

2. Internet

Di tengah kecenderungan yang mengarah pada dominasi media massa oleh kartel kecil yang terdiri atas konglomerasi korporasi raksasa, muncul teknologi dan kesadaran baru akan pentingnya suara-suara yang berbeda. Teknologi dan kesadaran ini semakin membuka peluang akan munculnya berita yang lebih segar dan lebih beragam. Sepanjang sejarah pertelevisian, pesawat TV dirancang sedemikian rupa agar harganya murah meriah. Sebaliknya perangkat siaran televisi justru luar biasa mahalnya. Kini dengan adanya teknologi baru yang semakin terjangkau, struktur distribusi isi tradisional dapat diubah total.21

Lebih dari lima orang Amerika dewasa menggunakan internet di rumah, kantor, maupun sekolah, dan di atas 10% menggunakannya setiap hari. Dari karakteristik jenis kelamin hampir sama banyaknya lelaki dan perempuan yang menggunakan web (situs). Lantas, bagaimana orang- orang menggunakan internet? Electronic mail merupakan aktivitas mereka dalam internet. Situs juga menjadikan sumber informasi untuk hiburan dan informasi perjalanan wisata. Pengguna internet menggantungkan pada situs untuk memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna internet mengakses situs untuk mendapatkan berita terbaru setiap minggunya.22 Secara garis besar bahwa perkembangan teknologi mempengaruhi sekaligus mendominasi seluruh aspek kehidupan

21 Danny Schechter, Matinya Media Perjuangan Menyelamatkan Demokrasi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), hal. 5.

22 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012), hal. 149.

Referensi

Dokumen terkait

Kesamaan penting yang terdapat dalam dua definisi ini adalah bahwa anak yang mengalami kesulitan belajar mempunyai masalah penting dalam kemampuan pembelajaran akademis, yang mana

Pemberian motivasi biasanya akan diikuti dengan peningkatan produktivitas kerja dan disiplin kerja yang baik sebagai pendorong bagi karyawan untuk tetap bekerja pada

disebut DNA. Sintesis adalah proses pembuatan bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh organisme untuk semua aktivitas sel-selnya, sedangkan respirasi seluler adalah

Segala puji hanyalah milik Allah SWT semata yang telah memperkenankan penulis menyelesaikan penelitian dan menuangkan hasilnya dalam bentuk tesis yang berjudul “ Model Investasi

1) Membentuk siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 5 orang. 2) Memberikan tugas berupa pertanyaan yang berhubungan dengan dunia nyata atau riil sesuai dengan materi

Berdasarkan penjelasan di atas dan dengan melihat pentingnya pelanggan bagi kelangsungan usaha, maka yang menjadi msalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana

Pilot pesawat yang sedang terbang dengan ketinggian 350 m melihat sebuah kapal nelayan yang sedang berlayar.. Apabila sudut depresi pilot terhadap kapal sebesar 30 0

Karena itu peneliti ingin meneliti tentang kelengkapan dari persyaratan berobat rawat jalan bagi pasien BPJS karena apabila selalu tidak lengkap maka akan menghambat