• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Menurut Plat dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Menurut Plat dan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 memiliki dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Pada tahun itu, terjadi inflasi secara besar-besaran. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga secara terus menerus. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh konsumsi masyarakat yang terus meningkat dan ketidaklancaran distribusi barang yang menyebabkan krisis moneter karena faktor politik. Pada era itu, menurunnya mata uang rupiah mengakibatkan para pemilik modal kabur dari Indonesia. Perusahaan pun secara tidak sengaja ikut merasakan fenomena tersebut. Harga yang semakin hari semakin meningkat mengakibatkan berkurangnya konsumen diikuti oleh menurunnya mata uang rupiah yang mengakibatkan pemilik modal menarik investasi pada perusahaan-perusahaan. Dari kejadian diatas, banyak perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Menurut Plat dan Platt, 2006 (dalam Ellen dan Juniarti, 2013) financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan mengalami penyimpangan dan tekanan keuangan yang secara bertahap akan mengarah kepada kebangkrutan. Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dana untuk menjalankan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan tidak dapat dicapai yaitu profit, sebab dengan laba

(2)

yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aset yang dimiliki.

Perusahaan yang mengalami financial distress dapat dikarenakan faktor perusahaan yang disebut dengan agency cost. Agency cost merupakan suatu hubungan antara pihak principal (pemegang saham) dan pihak agen (manajemen). Pada suatu perusahaan, pemegang saham adalah investor pasif yang memberikan kewenangannya kepada manajemen perusahaan. Hubungan seperti ini biasanya memiliki tujuan yakni meningkatkan nilai perusahaan. Namun, karena pemegang saham hanya berfokus pada keuntungan dan manajemen berfokus pada kompensasi yang akan di dapat maka tujuan awal untuk meningkatkan nilai perusahaan tidak tercapai dan terjadilah agency cost. Akibat hubungan antara pihak principal dan pihak agen inilah yang perusahaan mengalami kegagalan. Ada empat mekanisme good corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan direksi dan dewan komisaris.

Menurut Seog, 2007 (dalam Ellen dan Juniarti, 2013) Good corporate governance saat ini diketahui sebagai sebuah sistem yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar untuk meningkatkan value-nya dan memperbaiki kinerja perusahaan. Secara umum istilah good corporate governance merupakan sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan (hard

(3)

definition) maupun ditinjau dari nilai-nilai yang terkandung dari mekanisme pengelolaan itu sendiri (soft definition).

Kepemilikan institusional adalah saham yang dimiliki oleh institusi dari keseluruhan saham yang beredar. Kepemilikan institusional ini akan mengurangi masalah keagenan karena pemegang saham oleh institusional akan membantu mengawasi perusahaan sehingga manajemen tidak akan bertindak merugikan pemegang saham (Triwahyuningtyas, 2012) sehingga kegagalan dalam perusahaan tidak akan pernah terjadi. Menurut Bodroastuti, 2009 (dalam Wayan dan Lely, 2014) Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Semakin besar kepemilikan institusional akan meningkatkan pemanfaatan aktiva perusahaan sehingga financial distress dapat diminimalisir.

Kepemilikan manajerial adalah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen sehingga dalam perusahaan manajemen memiliki dua peran yaitu yang menjalankan perusahaan serta berlaku sebagai investor. Kepemilikan manajerial diharapkan dapat menyatukan kepentingan pemegang sahamdan manajer sehingga mampu menurunkan potensi terjadinya financial distress (Yayanti dan Yanti, 2015). Sama halnya dengan pendapat Jensen dan Meckling, 1976 (dalam Maria, 2013) yang menyatakan kepemilikan saham oleh manajer dapat mensejajarkan kepentingan manajer dan pemegang saham karena dengan memiliki saham perusahaan manajer akan merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang

(4)

diambilnya, begitu pula jika terjadi kesalahan maka manajer juga akan menanggung kerugian sebagai salah satu konsekuensi kepemilikan saham.

Mekanisme corporate governance yang tidak kalah penting adalah anggota dewan. Didalam perusahaan, yang dikatakan anggota dewan diantaranya dewan komisaris independen dan dewan direksi. Dewan direksi memiliki tugas menentukan kebijakan yang akan diambil perusahaan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Menurut UU No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas pasal 1 (dalam Maria, 2013) direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Dewan komisaris independen memiliki tugas untuk mengawasi kebijakan yang dijalankan oleh dewan direksi. Menurut KNKG, 2006 (dalam Maria, 2013) komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.

Selain mekanisme corporate governance, terdapat faktor internal perusahaan yang dapat mempengaruhi financial distress yaitu firm size (ukuran perusahaan). Ukuran perusahaan menggambarkan banyaknya total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar akan mudah melakukan diversifikasi dan cenderung lebih kecil mengalami kebangkrutan

(5)

Rajan dan Zingales, 1995 (dalam Wayan dan Lely, 2014). Semakin besar total aset yang dimiliki perusahaan maka akan semakin kecil pula perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.

Dalam penelitian ini juga menyajikan tentang variabel kontrol diantaranya leverage, current ratio dan inventory turnover. Leverage adalah suatu pengukuran yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjang. Apabila perusahaan pembiayaannya lebih banyak berasal dari utang, maka dapat beresiko terjadinya financial distress dimasa mendatang akibat utang yang lebih besar daripada aset yang dimiliki. Menurut Harahap, 2009 (dalam Laurenzia dan Sufiyati, 2015) rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas.

Current ratio adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek (utang lancar) pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar (Okta, 2015). Berdasarkan penelitian Yuanita, 2010 (dalam Yanti dan Yanti, 2015) rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus dipenuhi atau kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

Penerapan good corporate governance dalam suatu perusahaan dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan perusahaan. Selain itu, ukuran perusahaan juga mampu untuk mendeteksi perusahaan tersebut dalam keadaan sehat atau tidak. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan diuji apakah corporate

(6)

governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan direksi dan dewan komisaris) dan firm size (ukuran perusahaan) dengan variabel kontrol (leverage dan current ratio) berpengaruh signifikan terhadap perusahaan yang mengalami financial distress.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Sastriana (2013), perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel dalam penelitian ini menggunakan good corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan direksi dan dewan komisaris) dan firm size sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan 5 variabel dari good corporate governance. Periode penelitian, penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2013-2015 sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan seluruh perusahaan yang tercatat di BEI kecuali perbankan pada periode 2009-2012.

Berdasarkan uraian diatas maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Good Corporate Governance dan Firm Size Terhadap Perusahaan yang Mengalami Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2015).”

1.2. Rumusan Masalah

a) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap perusahaan yang mengalami financial distress?

b) Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap perusahaan yang mengalami financial distress?

(7)

c) Apakah dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap perusahaan yang mengalami financial distress?

d) Apakah dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap perusahaan yang mengalami financial distress?

e) Apakah firm size berpengaruh terhadap signifikan perusahaan yang mengalami financial distress?

1.3. Tujuan Penelitian

a) Untuk menguji signifikansi pengaruh kepemilikan institusional terhadap perusahaan yang mengalami financial distress

b) Untuk menguji signifikansi pengaruh kepemilikan manajerial terhadap perusahaan yang mengalami financial distress

c) Untuk menguji signifikansi pengaruh dewan direksi terhadap perusahaan yang mengalami financial distress

d) Untuk menguji signifikansi pengaruh dewan komisaris terhadap perusahaan yang mengalami financial distress

e) Untuk menguji signifikansi pengaruh firm size terhadap perusahaan yang mengalami financial distress.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari penelitian diatas diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: a. Kontribusi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi mengenai pengaruh dari good corporate governance dan firm size terhadap financial distress

(8)

dengan variabel kontrol berupa leverage dan current ratio pada perusahaan yang terdaftar di BEI.

b. Kontribusi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan agar mengetahui sedini mungkin terhadap kondisi financial distress dengan mempertimbangkan adanya good corporate governance. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membahas pengaruh variabel independen yaitu good corporate governance ( kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan direksi dan dewan komisaris independen ) dan firm size dengan variabel kontrol yaitu leverage dan current ratio terhadap variabel dependen yaitu financial distress. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013 sampai dengan 2015.

Referensi

Dokumen terkait

output loadcell yang digunakan setelah dilakukan pengujian awal dapat dilihat pada

Hasil dari penelitian ini bersifat arahan desain, dalam upaya menghidupkan potensi Kampung Tua Tanjung Riau sebagai kawasan wisata bahari/maritim melalui

dalam negeri dan legitimasi internasional untuk memegang kenali secara efektif dan mengatur mandat gerakan reformasi. Selama tahap konsolidasi, proses reformasi

Dalam pengolahan data akademik masih secara konvensional dengan sistem pendataan yang sekarang dirasakan masih banyak kekurangan yang terjadi, dikarenakan sistem

Skripsi yang berjudul “ hubungan Antara Pola Asuh Authoritative Dengan Tingkat Disiplin Anak pada Anak TK BA Aisyiyah Mertasari Kecamatan Purwanegara Kabupaten

Nanofluids can be applied in the refrigeration system because it has the ability to improve the thermal conductivity of a working fluid, so the process of cooling and heating is

Permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah mengenai hubungan antara suku bunga Bank Indonesia, kurs dolar terhadap rupiah dan inflasi dengan menggunakan

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang