• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN AJAR AKUNTANSI MANAJEMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN AJAR AKUNTANSI MANAJEMEN"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN AJAR

AKUNTANSI MANAJEMEN

 Cost Volume Profit Analysis,

A Managerial Planning Tool.

 Tactical Decision Making

 Capital Investment Decision

 Inventory Management

 Quality Cost And Productivity

Measurement, Reporting, and Control

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2014

Dr. Cornelius Rantelangi, SE., MM., Ak., CA., BKP

(2)

Cost Volume Profit Analysis

A Managerial Planing Tool

(

HUBUNGAN BIAYA - VOLUME – LABA)

TUJUAN MEMPELAJARI

Setelah menyelesaikan bab ini anda akan mampu:

1. Menghitung break even dengan memakai pendekatan persamaan biasa, ratio contribution

margin dan drafik.

2. Menghitung ratio contribution margin dan menggunakannya dalam perhitungan break

even dalam rupiah dan unit.

3. Membuat grafik biaya = volume - laba.

Menggunakan break even untuk perencanaan dan pengambilan keputusan.

A. PERENCANAAN LABA

Tujuan utama dari suatu perusahaan ialah untuk memperoleh laba. Besarnya laba dipengaruhi oleh jumlah biaya dan hasil penjualan. Jumlah hasil penjualan dipengaruhi oleh kuantitas (volume) dan harga barang yang dijual. Karena harga dianggap tetap atau konstan maka ada hubungan antara biaya - volume terhadap laba. Karena tujuan utama perusahaan untuk memperoleh laba maka manajemen perusahaan mutlak membuat perencanaan laba baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Manajemen membuat perencanaan laba didasarkan atas analisa hubungan biaya - volume dan laba. manajemen mengambil keputusan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan volume misalnya kuputusan mengenai jenis produk, pemanfaatkan kapasitas yang tersedia, strategi pemasaran harga jual dan sebagainya. Alat manajemen-untuk merencanakan laba adalah analisa break even dan analisa biaya - volume - laba..

B. PENGERTIAN BREAK EVEN

Break even atau pulang pokok adalah satu keadaan dimana hasil penjualan sama

dengan biaya atau suatu keadaan yang menunjukkan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dalam hal pulang pokok berarti hasil penjualan - biaya sama dengan nol atau hasil penjualan sama dengan biaya. Break even point atau titik pulang pokok adalah suatu titik yang menunjukkan bahwa jumlah biaya sama dengan hasil penjualan.

(3)

DASAR ANGGAPAN ANALISA PULANG POKOK DAN ANALISA BIAYA-VOLUME-LABA

Sewaktu menyusun perencanaan laba maka sudah ditetapkan suatu penaksiran terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi analisa pulang pokok dan analisa biaya - volume - laba artinya sudah ditetapkan suatu anggapan. Adapun dasar anggapan itu adalah sebagai berikut: 1. Harga jual per unit tidak berubah (konstan) pada berbagai volume penjualan.

2. Semua biaya dapat digolongkan menjadi dua elemen yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 3. Harga dari sumber-sumber ekonomi yang dimasukkan (digunakan dalam proses produksi,

pemasaran dan administrasi konstan).

4. Kapasitas produksi yang dimiliki tidak berubah. 5. Tingkat efisiensi dan produktivitas tidak berubah.

6. Apabila barang yang dijual lebih dari satu macam, komposisi volume penjualan tetap. C. PENDEKATAN BREAK EVEN

Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam analisa break even, yaitu:  Pendekatan persamaan biasa.

Pendekatan persamaan biasa untuk menghitung break even adalah pendekatan yang sederhana dan mudah dikerjakan dengan pada rumus:

Penjualan = Biaya Tetap + Biaya Variabel + Laba, karena penjualan berak even, laba = 0, maka:

Hasih Penjualan adalah volume (kuantitas) barang yang dijual dikali dengan harga jual per satuan.

Contoh:

PT. Sari Rasa memproduksi dan menjual tegel putih dengan harga jual per keping Rp 1.500,- Jumlah biaya tetap Rp 5.000.000 dan biaya variabel per keping Rp 1.000,- Berapa keping yang harus dijual supaya break even.

Penyelesaian:

Misalkan volume penjualan supaya break even = keping. Masukkan ke dalam rumus: x 1500 = 5.000.000 + ( x 1000)

1500 = 5.000.000 + 1000 1500 - 1000 = 5.000.000

500 = 5.000.000 HASIL PENJUALAN

(4)

= 10.000

Penjualan break even (unit) = 10.000 keping. Hasil penjualan break even = 10.000 x Rp 1.500

= Rp 15.000.000 Pembuktian : Hasil penjualan: 10.000 x Rp 1.500 = Rp 15.000.000 Biaya: Tetap = Rp 5.000.000 Variabel: 10.000 x Rp 1.000 = Rp 10.000.000 = Rp 15.000.000 Laba = = Rp 0

Bagaimana dengan pemakaian persamaan biasa untuk perencanaan laba dapat dijelaskan dengan pemberian contoh:

PT. Taufan merencanakan laba pada periode enam bulan mendatang Rp 8.000.000,- Data biaya sebagai berikut:

Biaya variabel per kg Rp 5.000,- Jumlah biaya tetap Rp 10.000.000,- Harga jual per kg Rp 8.000,-

Berapa hasil penjualan supaya laba yang direncanakan dapat tercapai.

Penyelesaian:

Misalkan volume (kuantitas) penjualan supaya laba yang direncanakan dapat tercapai adalah kg. Langkah selanjutnya masukkan ke dalam persamaan dengan rumus:

HASIL PENJUALAN = BIAYA TETAP + BIAYA VARIABEL + LABA YANG DIRENCANAKAN Perhitungan: x 8.000 = 10.000.000 + ( x x 5.000) + 8.000.000 8.000 = 10.000.000 + 5.000x + 8.000.000 8.000 - 5000 = 18.000.000 3.000 = 18.000.000 = 6.000

(5)

Volume penjualan agar laba yang direncanakan dapat tercapai: 6000 kg. Hasil penjualan agar laba yang direncanakan dapat tercapai adalah sebesar Rp 30.000.000 (6.000 x Rp 5.000,-) Pembuktian: Hasil penjualan: 6.000 x Rp 8.000 = Rp 48.000.000 Biaya Tetap = Rp 10.000.000 Variabel: 6.000 x Rp 5.000 = Rp 30.000.000 = Rp 40.000.000 L a b a = Rp 8.000.000

 Pendekatan contribution margin (marginal income)

Break even dapat dihitung dengan pendekatan contribution margin (marginal income).

Contribution margin adalah sumbangan laba yang digunakan untuk menutupi biaya tetap

atau batas pendapatan yang akan digunakan untuk keperluan biaya tetap.

Rumus:

CONTRIBUTION MARGIN = PENJUALAN - BIAYA VARIABEL

Keadaan break even dalam rupiah:

CONTRIBUTION MARGIN = BIAYA TETAP

atau

PENJUALAN - BIAYA VARIABEL = BIAYA TETAP

atau atau

(6)

atau

Keterangan :

Biaya tetap disingkat BT (total) Biaya Variabel disingkat BV / unit Penjualan disingkat P / unit Maka :

Keadaan BE dalam unit :

Cara lain menghitung B E dalam rupiah

Contribution margin ratio :

B E dalam unit

(7)

Untuk dapat memahami analisa break even ini diperlukan memberikan contoh dan penyelesaian.

Manajemen PT. Kilat menginginkan berapa hasil dan volume penjualan yang harus dicapai agar dapat mencapai pulang pokok (break even). Data yang diberikan :

Biaya variable per bungkus Rp. 500,- Jumlah biaya tetap Rp. 21.000.000,- Harga jual per bungkus Rp. 1.250,-

Perhitungan :

Penjualan per kg Rp. 1.250,- Biaya variable per kg Rp. 500,-

Contribution margin ratio = ]

B E (Rp) = = = = 21.000.000 x B E (Rp) = Rp. 35.000.000 B E (Bungkus) = = 28.000 bungkus Cara lain menghitung :

B E (Rp) = = 21.000.000 x = Rp. 35.000.000 B E (bungkus) = = 28.000 bungkus Pembuktian Penjualan: 28.000 x Rp. 1.250 = Rp 35.000.000,- Biaya variable : 28.000 x Rp. 500 = Rp 14.000.000,- Contribution margin = Rp 21.000.000,-

Jumlah biaya tetap = Rp 21.000.000,- Laba = Rp 0,-

(8)

Analisa BE adalah alat bantu manajemen untuk perencanaan laba. Untuk itu perlu diberikan contoh.

Manajemen PT. Kilat merencanakan laba Rp. 15.000.000. Data lain sama seperti contoh yang telah disajikan di atas.

Perhitungan

Pakailah rumus ini :

PENJUALAN = Penjualan = = =36.000.000 x = Rp 60.000.000 B E (bungkus) = = 48.000 bungkus Pembuktian: Penjualan: 48.000 x Rp 1.250 = Rp 60.000.000,- Biaya Variabel : 48.000 x Rp 500 = Rp 24.000.000,- Contribution margin = Rp 36.000.000,-

Jumlah biaya tetap = Rp 21.000.000,- Laba yang direncanakan = Rp 15.000.000,-

D. BREAK EVENT POINT

Pada perusahaan yang menjual barang dengan harga jual relative tinggi dan persaingan sangat ketat maka analisa break even dalam unit sangat diperlukan.

Contoh :

PT. Timor memproduksi mobil sedan merk Timor. Harga jual per unit Rp. 35.000.000,-. Biaya variable per unit Rp. 20.000.000,-. Jumlah biaya per tahun Rp.75.000.000.000,- Kapasitas normal per tahun 10.000 unit.

(9)

Penyelesaian

Dengan table berikut dapat diketahui pad volume penjualan, berapa unit dapat diketahui

break even per unit mobil sedan.

Keterangan 1000 (unit) 2000 (unit) 3000 (unit) 4000 (unit) 5000 (unit) 6000 (unit) 7000 (unit) 8000 (unit) 9000 (unit) 10.000 (unit)

Penjualan per unit Biaya Variabel per unit

35 20 35 20 35 20 35 20 35 20 35 20 35 20 35 20 35 20 35 20

Biaya ter per unit

15 75 15 37,5 15 25 15 18,75 15 15 15 12,5 15 10,71 15 9,38 15 8,32 15 7,5 Lab per unit (60) (22,5) (10) (3,75) 0 2,5 4,29 5,62 6,37 7,5

Pada volume penjualan 5.000 unit maka tercapai break even per unit.

Pembuktian:

Penjualan: 5.000 x Rp 35.000.000 = Rp 175.000.000.000,- Biaya veriabel: 5.000 x Rp 20.000.000 = Rp 100.000.000.000,-

Contribution margin = Rp 75.000.000.000,-

Jumlah biaya tetap = Rp 75.000.000.000,- L a b a = Rp 0,-  Pendekatan dengan grafik

Break even dapat dihitung dengan grafik. Caranya adalah sebagai berikut:

1. Tarik garis mendatar (horizontal) merupakan garis kuantitas (volume) penjualan. 2. Tarik garis tegak (vertikal) yang memotong garis horizontal pada titik 0 dan

membentuk sudut 90 derajat. Garis ini merupakan garis biaya/hasil penjualan. 3. Tarik garis hasil penjualan yang persis ditengah sudut.

4. Tarik garis biaya tetap yang sejajar dengan garis mendatar.

5. Tarik garis jumlah biaya dari titik permulaan garis biaya tetap. Selisih jumlah biaya dikurangi biaya tetap adalah biaya variabel.

Contoh:

PT. Bali memproduksi dan menjual sepatu olahraga. Harga -jual per pasang Rp 3.000,- Kapasitas produksi normal 6000 pasang. Jumlah biaya tetap Rp 3.000.000,- Biaya variabel per pasang Rp 2.000,-

(10)

Biaya/Penjualan (dalam Rp 000.000)

(dalam ribuan pasang) Model lain dapat digambarkan sebagai berikut :

Biaya/penjualan (dalam Rp 000.000) (dalam ribuan pasang) Penjelasan:

Apabila kapasitas normal dapat tercapai dan sepatu tersebut dapat semuanya terjual: Penjualan maksimum: 6.000 x Rp 3.000 = Rp 18.000.000 Biaya maksimum : Biaya Tetap = Rp 3.000.000 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 P TB TB V 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 BEP P TB BV V

(11)

Biaya Variabel: 6.000 x Rp 2.000 = Rp 12.000.000

= Rp 15.000.000 Laba maksimum Rp 3.000.000 Pada grafik telah terlihat titik break even 3.000 pasang. Penjualan Rp 9.000.000 dan jumlah biaya Rp 9.000.000. Benarkah grafik itu?

Pembuktian: Penjualan 3.000 x Rp 3.000 = Rp 9.000.000 Biaya: Tetap = Rp 3.000.000 Variabel: 3.000 x Rp 2.000 = Rp 6.000.000 Laba =Rp 9.000.000 =Rp 0

E. PERUBAHAN PADA BREAK EVEN

Di muka telah disebutkan dasar anggapan pada perhitungan break even. Namun kenyataan menunjukkan bahwa segala sesuatu itu tidak selamanya konstan (tetap) ada kalanya berubah. Perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi break even akan merubah break even dalam rupiah maupun dalam unit. Faktor-faktor perubahan itu adalah:

 Perubahan harga jual per unit.

Faktor-faktor yang lain tetap, yang berubah hanyalah harga jual per unit. Perubahan ini dapat disebabkan karena persaingan, yang memaksa perusahaan menurunkan hargajual agar dapat mempertahankan volume penjualan.

Contoh:

PT. Mekar Menyajikan data tahun 1995 sebagai berikut:

Penjualan per unit Rp 5.000.000,- Biaya variabel per unit Rp 3.000.000,- Jumlah biaya tetap Rp 400.000.000,- Manajemen mengadakan survey dan berkesimpulan bahwatahun 1996 harga jual harus diturunkan dari Rp 5.000.000 menjadi Rp 4.000.000 per unit disebabkan para saingan yang mulai menUrunkan harga. Penurunan harga jual ini dilakukan agar dapat mempertahankan langganan atau volume penjualan (2.000 unit).

(12)

Penyelesaian:

B E sebelum penurunan harga. =

=Rp 1.000.000.000 = 200 unit

B E setelah menurunkan harga =

=Rp 1.600.000.000 = 400 unit

Dengan menurunkan harga jual ini maka break even dalam rupiah dan unit akan naik.

 Perubahan Komposisi barang yang dijual

Perubahan ini terjadi karena perubahan selera konsumen PT. Citra Rasa memproduksi empat jenis produk. Data produk, volume dan harga penjualan, dan biaya tahun 1995.

Jenis Produk Volume Penjualan (Bungkus) Harga Jual Per Bungkus (Rp) Biaya Variaberl Per Bungkus (Rp) Roti coklat Roti keju Roti manis Roti tawar 4.000 6.000 3.000 2.000 3.000 2.500 1.500 1.000 1.500 1.250 1.000 500

Menurut pendapat bagian pemasaran akan terjadi perubahan selera konsumen dan berakibat terhadap komposisi penjualan tahun 1996

Komposisi penjualan yang diperkirakan adalah :

Jenis Produk Volume Penjualan (bungkus) Roti coklat Roti keju Roti manis Roti tawar 4.000 6.000 3.000 2.000 Jumlah 15.000

(13)

Biaya variabel , harga jual per bungkus setiap jenis roti tidak berubah dan biaya tetap berjumlah Rp 10.000.000,- juga tidak berubah

Penyelesaian: Tahun 1995 Jenis Produk Volume Penjualan (Rp) Jumlah Biaya Variabel (Rp) Contribution Margin (Rp) % Roti coklat Roti keju Roti manis Roti tawar 12.000.000 15.000.000 4.500.000 2.000.000 6.000.000 7.500.000 3.000.000 1.000.000 6.000.000 7.500.000 1.500.000 1.000.000 50 50 33,3 50 Jumlah 33.500.000 17.500.000 16.000.000 47,76 B E = = Rp 20.938.023,45 Tahun 1996 Jenis Produk Volume Penjualan (Rp) Jumlah Biaya Variabel (Rp) Contribution Margin (Rp) % Roti coklat Roti keju Roti manis Roti tawar 9.000.000 5.000.000 6.000.000 6.000.000 4.500.000 2.500.000 4.000.000 3.000.000 4.500.000 2.500.000 2.000.000 3.000.000 50 50 33,3 50 Jumlah 26.000.000 14.000.000 12.000.000 46,15 B E = = Rp 21.668.472,37

(14)

 Perubahan biaya tetap

Dengan adanya perubahan biaya tetap akan mengakibatkan perubahan break even. Dapatdirumuskan sebagai berikut :

PERUBAHAN

BREAK EVEN =

Contoh :

PT. Mawar menyajikan data sebagai berikut :

Penjualan per ton Rp 5.000.000,- Biaya variabel per ton Rp 4.000.000,- Biaya tetap Rp 100.000.000 Pada tahun yang akan dating biaya tetap akan bertambah menjadi Rp 120.000.000,- Penyelesaian :

Perubahan biaya tetap Rp 20.000.000,-

Contribution margin ratio =

=

Break even =

= Rp. 100.000.000,- Pembuktian :

B E sebelum kenaikan biaya tetap :

= = Rp 500.000.000,- B E setelah kenaikan biaya tetap :

= =Rp 600.000.000,- Rp 100.000.000,-

F. ANALISA BIAYA – VOLUME – LABA

Setelah daripada analisa break even, manajemen dapat memakai analisa biaya-volume-laba untuk merencanakan laba. Analisa biaya – volume – laba dengan menggunakan grafik.

(15)

1. Tariklah garis mendatar dan pada garis itu tentukan volume penjualan mulai dari 0 sampai dengan kapasitas normal.

2. Tariklah garis tegak lurus yang memotong garis mendatar pada titik nol sehingga membentuk dua sudut masing-masing 90%.

3. Tentukan jumlah kerugian sebesar jumlah biaya tetap pada garis tegak lurus dari titik nol ke bawah.

4. Tentukan jumlah laba maksimal apabila semua barang terjual (kapasitas) normal pada garis tegak lurus dari titik nol ke atas.

5. Gambarkan segi empat dengan menghubungkan ujung-ujung garis.

6. Tariklah garis dari ujung kiri (titik maksimal kerugian) ke ujung sebelah kanan (laba maksimum) yang memotong garis datar (volume) sehingga dapat diketahui titik break even volume penjualan.

Contoh :

PT. Minahasa memiliki kapasitas normal 100.000 bungkus dengan jumlah biaya tetap : Rp 5.000.000,- Biaya variabel per bungkus Rp 125,- dan harga per bungkus Rp 200,- B E (bungkus) = = 40.000 bungkus B E (rupiah) = = Rp 8.000.000,-

Andaikan perusahaan mengingikan laba Rp 4.000.000,- berapa volume penjualan.

Daerah laba 7,5 7 6 5 4 3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 -5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Daerah rugi Volume (dalam (0000 bungkus) BEP

(16)

Perhitungan

Volume penjualan = = 72.000 bungkus.

Apabila perusahaan menjual 20.000 bungkus maka kerugian:

= 20.000 x Rp 200 – (Rp 5.000.000 + 20. 000 x Rp 75) = Rp 4.000.000 – Rp 6.500.000

= Rp 2.500.000,- G. PENGGUNAAN BREAK EVEN

Analisa break even digunakan manajemen untuk perencanaan dan di terapakan sesuai dengan keperluan antara lain:

 Batas keamanan (margin of safety).

Manajemen perusahaan sangat perlu mengetahui batas keamanan

(margin of safety) dari penjualan. Dengan mengetahui margin of safety merupakan isyarat bagi manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan dalam rangka meningkatkan penjualan. Rumus: RATIO BATAS = % KEAMANAN karenaB E = Maka: BUDGET PENJUALAN – x 100% RATIO BATAS KEAMANAN =

(17)

Contoh:

PT. berdikari membuat budget penjualan tahun 19xy sebesar 5.000 unit @ Rp 1.00.000,- Biaya tetap berjumlah Rp 120.000.000,- dan biaya variabel per unit Rp 40.00,-

Penyelesaian:

Ratio batas keamanan (margin of safety ratio) 5.000 x 100.000- = x 100% = x 100% = 60%

Ratio batas keamanan 60% hal ini berarti paling tinggi 60% dari budget penjualan tidak tercapai atau realisasi penjualan paling rendah 40% dari budget penjualan sehingga tidak rugi dan tidak laba.

Bukti: Realisasi penjualan: = (100% - 60%) (5.000) (Rp 100.000) =Rp 200.000.000,- Biaya variabel= 40% x 5.000 x Rp 40.000 =Rp 80.000.000,- Contribution margin =Rp 120.000.000,- Biaya Tetap =Rp 120.000.000,- Laba =Rp 0,-

Dengan demikian maka :

B E (rupiah) = (100% - RATIO BATAS) x BUDGET PENJUALAN ( KEAMANAN)

Apabila dalam contoh tersebut di atas realisasi ratio batas keamanan lebih besar dari 60% maka pasti perusahaan menderita rugi dan sebaliknya bila realisasi ratio batas keamanan

(18)

lebih kecil dari 60% misalnya 50% maka pasti perusahaan memperoleh laba. Hal ini dapat dibuktikan sendiri.

 Titik terendah menutup perusahan (shut down point).

Dalam keadan perusahaan rugi, manajemen mempertimbangkan untuk menutup atau meneruskan perusahaan. Masalahnya adalah pada batas penjualan berapa titik terendah agar perusahaan ditutup.

Untuk dondisi yang demikian maka di kemukakan rumus :

SHUT DOWN POINT =

Maka untuk keperluan analisa, manajemen harus tahu benar mengenai data: harga jual per unit, biaya variabel per unit, jumlahnya biaya tetap yang terdiri dari biaya tetap tunai (out of pocket) dan biaya tetap tidak tunai (sunk cost)

Contoh :

Manajemen PT. Mawar mempertimbangkan apakah perusahaan di tutup atau diteruskan, karena perusahaan menderita kerugian perusahaan menyajikan data sebagai berikut

Harga per unit Rp 1.000.000,- Biaya variabel per unit Rp 800.000,- Biaya tetap : - Tunai Rp 20.000.000,-

- Tidak tunai Rp 40.000.000,- Realisasi volume penjualan Rp 120 unit

Perhitungan :

Apakah perusahaan rugi dapat diadakan perhitungan sebagai berikut : Penjualan (120 x Rp 1.000.000) =Rp 120.000.000 Biaya variabel (120 x Rp 800.000) =Rp 96.000.000 – Contribution margin =Rp 24.000.000 Biaya tetap : - Tunai Rp 20.000.000 - Tidak tunai Rp 40.000.000 Rugi Rp 60.0000.000 Rp 36.000.0000

(19)

Ditinjau dari perhitungan tersebutperusahaan sebaikanya ditutup. Akan tetapi ada kalahnya manajemen ada pertimbangan lain misalnya tanggung jawab terhadap karyawan dan prospek yang akan dating, maka dibuatlah perhitungan shut down point Perhitungan :

Karena biaya yang dikeluarkan perusahaan adalah biaya yang memerlukan uang tunai yaitu biaya variabel dan biaya tetap tunai, dengan demikian dapat dihitungkan.

Shut down point =

= 100 unit

Maka batas ditutupnya perubahaan, minimal volume penjualan sebesar 100 unit. Karena volume penjualan (120 unit) masih lebih besar dari batras penutupan perusahaan maka perusahaan diteuskan walaupun menderita.

 Perluasan Pabrik

Dengan mempertimbangkan kenaikan permintaan, manajemen mengadakan perluasan pabrik. Hal ini berarti menambah kapasitas yang menaikan biaya tetap. Dengan perluasan pabrik di targetkan pula untuk menambah laba.

Contoh ;

PT.ulin merencanakn perluasan pabrik berhubung jumlah permintaan produk yang dihasilkan semakin meningkat.

Di sajikan data sebagai berikut :

Penjualan per bulan 500 unit Harga jual per unit Rp. 500.000,- Biaya variabel per unit Rp. 300.000,- Biaya tetap per bulan Rp. 70.000.000,- Dengan pelaksanaan perluasan pabrik akan terjadi : Kapasitas per bulan 800 unit

Tambahan biaya per bulan Rp.30.000.000,- Tambahan laba per bulan Rp.10.000.000,- Perhitungan :

B E (rupiah) sebelum perluasan

(20)

B E (rupiah) setelah perluasan = = Rp 275.000.000,-

Laba maksimum sebelum perluasan :

Penjualan 500 x Rp 500.000 = Rp. 250.000.000,- Biaya variabel 500 x Rp.300.000 = Rp. 150.000.00,-

Contribution margin = Rp. 100.000.000,-

Biaya tetap = Rp. 70.000.000,- Laba = Rp. 30.000.000,- Laba maksimum sesudah perluasan :

Penjualan 800 x Rp. 500.000 = Rp. 400.000.000,- Biaya variabel 800 x Rp. 300.000 = Rp. 240.000.000,-

Contribution margin = Rp. 160.000.000,-

Biaya tetap = Rp. 100.000.000,- Laba = Rp. 60.000.000,-  Memilih produk yang paling menguntungkan.

Manajemen perusahaan terdorong untuk mengambil keputusan memilih yang menguntungkan apabila permintaan akan produk yang dihasilkan lebih besar dari pada kapasitas produksi perusahaan dan perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk dengan menggunakan fasilitas yang sama.

Contoh :

Manajemen PT. Sentosa terdorong untuk memilih salah satu produk yang dihasilkan, karena jumlah permintaan setiap jenis produk lebih besar daripada kapasitas yang ada Produk yang dihasilkan ialah tegel abu-abu dan paping blcck. Perusahaan menyajikan data sebagai berikut :

Tegel Abu-Abu Papink block Kapasitas normal pe bulan 30.000 keping 15.000 keping Biaya variabel per keping Rp 400,- Rp 600,- Harga jual per keping Rp 1.000,- Rp 1.500,- Biaya tetap per bulan Rp 9.000.000,-

(21)

Keterangan Tegal Abu-abu Paping Black

Penjualan per keeping Rp 1.000 Rp 1.500 Biaya variabel per keeping Rp 400 Rp 600

contribution margin

per keping

Biaya tetap per keeping

Rp Rp 600 300 Rp Rp 900 600

Laba per keeping Rp 300 Rp 300

Contribution margin per bulan Rp 18.000.000 Rp 13.500.000

B E (dalam rupiah) =

= Rp 15.000.000 Rp 15.000.000

B E (dalam rupiah) = 15.000 keping 10.000 keping Dengan memperhatikan perhitungan tersebut di atas hendaknya berhati-hati mengambil keputusan.

Petunjuk yang dipakai untuk memilih adalah produk yang menghasilkan total

contribution margin yang paling besar yaitu tegel abu-abu. Jadi yang di pilih ialah

memproduksi tegel abu-abu.

 Perencanaan laba setelah pajak penghasilan

Pada halaman sebelumnya telah disajikan perencanaan laba, akan tetapi belum dimasukkan potongan pajak penghasilan. Maka dengan demikian diperlukan suatu rumus :

Volume penjualan =

Laba setelah Pajak Penghasilan

= Laba Sebelum pajak penghasilan – pajak (%)

Pajak Penghasilan = …..% x laba sebelum pajak penghasilan untuk memudahkan pembuatan rumus maka diperlukan simbol-simbol. Biaya tetap singkat BT , laba

(22)

sebelum pajak penghasilan disingka dan laba sesudah pajak penghasilan disingkat

dan pajak penghasilan disingkat T, Penjualan per unit disingkat P dan Biaya

Variabel disingkat BV, maka :

= – ( %T) = (1-%T) = Volume penjualan = VOLUME PENJUALAN Contoh :

PT. pembangunan merencanakan laba sesudah pajak penghasilan Rp 1.500.000 Data disajikan sebagai berikut :

Penjualan Per unit Rp 400.000,- Biaya variabel per unit Rp 300.000,- Jumlah biaya tetap Rp 8.000.000,- Jumlah penghasilan 15% Perhitungan : Volume penjualan = = = 180 unit Pembuktian : Penjualan 180 x Rp 400.000 = Rp 72.000.000 Biaya Variabel 180 x Rp 300.000 = Rp 54.000.000 Tetap = Rp 8.000.000 = Rp 62.000.000

(23)

Laba ……… = Rp 10.000.000 Pajak penghasilan 15%x Rp 10.000.000 = Rp 1.500.000 Laba sesudah Pajak penghasilan = Rp 8.500.000

RANGKUMAN

Analisa break even dan analisa hubungan biaya – volume – laba merupakan alat manajemen untuk perencanaan dan pengambilan keputusan.

Analisa break even dapat digunakan untuk perencanaan laba, pengambilan keputsan memilih salah satu produk yang lebih menguntungkan. Dalam analisa break even di gunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan persamaan biasa contribution margin dan pendekatan grafik. Break even dapat berubah karena perubahan harga jual per unit, perubahan komposisi barang yang di jual perubahan biaya tetap.

Analisa biaya – volume – laba dapat di gunakan untuk menghitung break even dengan membuat grafik. Penggunaan break even lainnya adalah menghitung batas keamanan,

shut down point, perluasan pabrik dan pemilihan produk dan perencanaan laba setelah

(24)

Tactical Decision Making

(Pembuatan Keputusan Taktis)

1. PENGERTIAN PEMBUATAN KEPUTUSAN TAKTIS

Pembuatan keputusan taktus adalah pembuatan keputusan yang didasarkan pada pemilihan diantra beberapa alternatif dengan pertimbangan waktu yang segera dan tinjuan yang terbatas. Pertimbangan ini cenderung bersifat jangka pendek. Sebagai contoh, suatu perusahaan sedang mempertimbangkan untuk menghasilkan atau memproduksi suatu komponen, bukan membeli komponen tersebut dari pemasok luar. Tujuan jangka pendek pertimbangan tersebut adalah dalam rangka menurunkan biaya pembuatan produk. Keputusan taktis sering kali disebut tindakan bersekala kecil (small-scale actions) untuk tujuan yang lebih besar.

Tujuan keseluruhan pembuatan keputusan strategis (strategic decision making) adalah memilih di antara beberapa alternatif strategi, sehingga keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang akan dapat dicapai. Pembuatan keputusan taktis seharusnya mendukung tujuan keseluruhan tersebut, meskipun tujuan langsungnya adalah bersifat jangka pendek (misalnya menerima satu pesanan khusus untuk meningkatkan laba) atau berskala kecil (memproduksi sendiri daripada membeli komponen). Untuk menunjukkan contoh tentang perusahaan yang membuat keputusan taktis yang sesuai dengan tujuan strategisnya, misalkan suatu hotel sedang mengalami kesulitan karena harus menanggung beban biaya yang tinggi.

A. Model Pembuatan Keputusan Taktis

Enam langkah yang menggambarkan tentang proses pembuatan keputusan yang direkomendasi, yaitu:

1. Mengidentifikasi masalah;

2. Mengidentifikasi setiap alternatif sebagai solusi yang tepat atas masalah tersebut; mengeliminasi alternatif yang secara nyata tidak layak;

3. Mengidentifikasi biaya dan manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif yang layak, relevan, serta mengeliminasi yang tidak relevan dari pertimbangan;

4. Menjumlahkan biaya dan manfaat yang relevan dari masing-masing alternatif; 5. Menilai faktor-faktor kualitatif; dan

(25)

Keenam langkah tersebut menjelaskan mengenai model pembuatan keputusan yang sederhana.

PERAGA 10.1

Model Pembuatan Keputusan Taktis

Langkah 1 Mengidentifikasi masalah. Kekurangan kapasitas gudang dan produksi

Langkah 2 Mengidentifikasi alternatif. 1. Membangun fasilitas baru. 2. Menyewa fasilitas lebih besar. 3. Menyewa fasilitas tambahan. 4. Menyewa gudang.

5. Membeli komponen dan mengosongkan gudang. Langkah 3 Mengidentifikasi biaya dan

manfaat yang berhubungan dengan setiap alternatif.

Alternatif 4:

Biaya produksi variabel= Rp345.000.000 Sewa gudang = Rp135.000.000

Alternatif 5:

Harga beli komponen = Rp460.000.000 Langkah 4 Membandingkan biaya dan

manfaat relevan untuk setiap alternatif.

Alternatif 4 = Rp480.000.000 Alternatif 5 = Rp460.000.000 Biaya diferensial = Rp 20.000.000 Langkah 5 Menilai faktor-faktor kualitatif. 1. Kualitas pemasok eksternal.

2. Reliabilitas pemasok eksternal. 3. Stabilitas harga.

4. Hubungan ketenagakerjaan dan citra perusahaan.

Langkah 6 Membuat keputusan. Melanjutkan untuk memproduksi komponen secara internal dan menyewa gudang

Langkah I: Mengidentifikasi Masalah. Langkah pertama adalah mengidentifikasi dan

merumuskan masalah yang spesifik. Sebagai contoh, semua anggota tim manajemen mengakui adanya kebutuhan ruang tambahan untuk pergudangan, perkantoran, dan produksi.

Langkah 2: Mengidentifikasi Alternatif. Langkah kedua adalah membuat daftar dan

(26)

1. Membangun fasilitas sendiri dengan kapasitas yang cukup untuk mengatasi kebutuhan saat ini dan yang dapat diperkirakan.

2. Menyewa fasilitas yang lebih besar dan menyewakan fasilitas yang ada saat ini. 3. Menyewa fasilitas tambahan yang mirip dengan fasilitas yang ada saat ini.

4. Menyewa tambahan ruang yang akan dimanfaatkan sebagai gudang, sehingga dapat menyediakan ruang untuk perluasan produksi.

5. Membeli komponen dari pihak eksternal serta memanfaatkan ruang yang tersedia (yang sebelumnya digunakan untuk memproduksi komponen tersebut).

Langkah 3: Mengidentifikasi Biaya dan Manfaat yang Berkaitan dengan Setiap Alternatif.

Pada langkah ketiga dilakukan identifikasi terhadap biaya dan manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif yang layak.

Bahan baku Rp 130.000.000 Tenaga kerja langsung 150.000.000 Overhead variabel 65.000.000 Biaya produksi variabel total Rp 345.000.000

Langkah 4: Membandingkan Biaya dan Manfaat yang Relevan untuk Setiap Alternatif yang

Layak. Biaya diferensial adalah sebesar Rp20.000.000 (Rp480.000.000 - Rp460.000.000) untuk keunggulan alternatif 5.

Langkah 5: Menilai Faktor-Faktor Kualitatit Pertimbangan terhadap aspek kuantitatif (biaya

dan manfaat) yang berhubungan dengan berbagai alternatif tidak cukup untuk digunakan sebagai dasar dalam pembuatan keputusan. Faktor-faktor kualitatif dapat secara signifikan memengaruhi keputusan manajer.

Langkah 6: Membuat Keputusan. Segera setelah semua biaya dan manfaat yang relevan

untuk setiap alternatif selesai dinilai dan faktor-faktor kualitatif dipertimbangkan, maka dapat segera dibuat keputusan.

B. Definisi Biaya Relevan

Biaya relevan (relevant cost) merupakan biaya masa depan (future cost) yang berbeda di antara berbagai alternatif (differ across alternatives). Semua keputusan berhubungan dengan masa depan. Oleh karena itu, hanya biaya masa depan yang relevan dengan pembuatan

(27)

keputusan. Untuk menjadi relevan, suatu biaya tidak hanya harus merupakan biaya masa depan, tetapi juga harus berbeda di antara berbagai alternatif. Apabila biaya masa depan jumlahnya sama untuk berbagai alternatif, maka biaya tersebut tidak memiliki dampak terhadap pembuatan keputusan.

Ilustrasi Biaya Relevan: contoh alternatif pembuatan keputusan untuk

membuat-atau-membeli (make-or-buy alternatWes) yang terjadi pada PT Sejahtera. Diasumsikan bahwa biaya tenaga kerja langsung yang digunakan untuk memproduksi suatu komponen adalah Rp150.000.000 per tahun (berdasarkan volume normal). biaya tenaga kerja langsung adalah berbeda di antara kedua alternatif (Rp 150.000.000 untuk alternatif memproduksi dan Rp0 untuk alternatif membeli) Biaya tenaga kerja langsung terkini untuk aktivitas normal adalah sebesar Rp150.000.000. Biaya masa lalu ini digunakan sebagai dasar untuk membuat estimasi biaya tahun berikutnya.

Ilustrasi Biaya Masa Lalu yang Tidak Relevan. PT Sejahtera menggunakan mesin untuk

memproduksi suatu komponen. Mesin tersebut dibeli 5 tahun yang lalu dan telah didepresiasi dengan tarif sebesar Rp125.000.000 per tahun. contoh ini, diasumsikan bahwa nilai sisa mesin adalah nol. Karena Biaya tersebut akan selalu sama pada setiap alternatif dan oleh karena itu selalu tidak relevan. Dalam pemilihan di antara dua alternatif, biaya perolehan mesin yang digunakan untuk memproduksi komponen serta depresiasi yang terkait bukan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan.

Ilustrasi Biaya Masa Depan yang Tidak Relevan. Biaya sewa seluruh pabrik adalah

sebesar Rp340.000.000, alokasi sebesar Rp12.000.000 dari biaya tersebut. Pembayaran sewa merupakan biaya masa depan karena sewa harus dibayar setiap tahun selama lima tahun ke depan Contoh ini menggambarkan tentang pentingnya mengidentifikasi alokasi biaya tetap bersama. Alokasi biaya tetap bersama dapat secara tepat diklasifikasi sebagai tidak relevan apabila setiap pilihan tidak memengaruhi besarnya biaya. Satu-satunya yang diperlukan hanya realokasi biaya tetap bersama tersebut kepada objek biaya atau segmen biaya yang lebih sedikit. Selanjutnya perlu dicermati tiga contoh biaya produksi komponen untuk mengetahui hal-hal yang relevan dalam membuat keputusan mempertahankan-atau-menghentikan (keep-or-drop decision) aktivitas produksi ang terjadi apabila produksi dilanjutkan, tetapi tidak akan terjadi apabila produksi dihentikan.

Apabila manfaat masa depan berbeda di antara berbagai alternatif, maka manfaat tersebut merupakan manfaat yang relevan dan harus disertakan dalam analisis.

(28)

C. Etika dalam Pembuatan Keputusan Taktis

Dalam pembuatan keputusan taktis, hal yang berhubungan dengan masalah etika dan kemungkinan adanya pengorbanan tujuan jangka panjang untuk kepentingan manfaat jangka pendek perlu mendapat perhatian ketika keputusan akan diimplementasikan. Biaya relevan berguna dalam pembuatan keputusan taktis-keputusan yang memiliki pertimbangan segera atau tujuan terbatas. Visi, misi, dan tujuan perusahaan harus selalu dikomunikasikan secara konsisten kepada seluruh anggota organisasi perusahaan. Pelanggan akan melihat inkonsistensi tersebut sebagai suatu bentuk pelanggaran etika. Dengan demikian, beberapa masalah etika dapat dihindari secara sederhana dengan menggunakan akal sehat dan tidak hanya memfokuskan semata-mata pada pertimbangan jangka pendek dan mengorbankan pertimbangan jangka panjang.

2. RELEVANSI, PERILAKU BIAYA, DAN MODEL PENGGUNAAN SUMBER DAYA AKTIVITAS

Bahwa perubahan dalam penawaran dan permintaan sumber daya aktivitas harus dipertimbangkan ketika menilai suatu relevansi. Apabila perubahan permintaan dan penawaran sumber daya di antara alternatif mengakibatkan terjadinya perubahan pengeluaran atau belanja sumber daya, maka perubahan belanja sumber daya merupakan biaya relevan yang harus dipertimbangkan dalam menilai keunggulan relatif di antara kedua alternatif. Model penggunaan sumber daya aktivitas memiliki tiga kategori sumber daya: (1) sumber daya diperoleh karena digunakan dan diperlukan, (2) sumber daya diperoleh di muka sebelum digunakan (untuk satu periode atau jangka pendek), dan (3) sumber daya diperoleh di muka (untuk beberapa periode). Setiap kategori tersebut berguna untuk mengidentifikasi biaya relevan dan oleh karena itu memudahkan analisis biaya relevan.

A. Sumber Daya Diperoleh karena Digunakan dan Diperlukan

Beberapa sumber daya dapat dengan mudah dibeli dalam jumlah seperlunya dan pada saat digunakan. Sebagai contoh, listrik yang digunakan untuk pemanas yang merebus buah dalam produksi selai merupakan sumber daya yang diperoleh karena digunakan dan dibutuhkan. Jenis pengeluaran atau belanja sumber daya ini biasanya disebut sebagai biaya variabel. Kuncinya adalah bahwa jumlah sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan sama dengan jumlah sumber daya yang ditawarkan. Model penggunaan sumber daya aktivitas memiliki tiga kategori sumber daya: (1) sumber daya diperoleh karena digunakan dan diperlukan, (2)

(29)

sumber daya diperoleh di muka sebelum digunakan (untuk satu periode atau jangka pendek), dan (3) sumber daya diperoleh di muka (untuk beberapa periode)

B. Sumber Daya Diperoleh di Muka-Satu Periode

Sumber daya yang diperoleh sebelum penggunaan melalui kontrak biasanya diperoleh dalam jumlah kasar. Kategori ini sering kali menggambarkan pengeluaran atau belanja sumber daya yang berkaitan dengan penggajian organisasi dan tenaga kerja kontrak. Pengertian implisitnya adalah bahwa organisasi akan mempertahankan tingkat tenaga kerja meskipun mungkin terdapat penurunan sementara atas kuantitas dari aktivitas yang digunakan. Hal ini berarti bahwa suatu aktivitas memiliki kapasitas tidak terpakai. Perubahan pengeluaran atau belanja sumber daya dapat terjadi dalam dua cara: (1) permintaan sumber daya melebihi penawaran (meningkatkan belanja sumber daya), dan (2) permintaan sumber daya turun secara permanen dan penawaran melebihi permintaan sehingga kapasitas aktivitas berkurang (penurunan belanja sumber daya).

C. Sumber Daya Diperoleh di Muka-Multiperiode

Sumber daya sering kali diperoleh di muka untuk kebutuhan produksi selama beberapa periode sebelum tingkat kebutuhan sumber daya diketahui. Contohnya, perusahaan menyewa atau membeli gedung. Pembelian kapasitas aktivitas multi periode sering kali dilakukan melalui pembayaran kas di muka. Dalam kasus ini, beban tahunan mungkin diakui, tetapi tidak ada belanja sumber daya tambahan yang diperlukan. Belanja sumber daya di muka merupakan biaya terbenam, dengan demikian tidak akan pemah menjadi biaya relevan. Belanja sumber daya periodik, seperti menyewa, pada dasarnya tidak tergantung pada penggunaan sumber daya. Bahkan apabila pengurangan permanen atas penggunaan aktivitas terjadi, akan sulit untuk mengurangi belanja sumber daya karna adanya berbagai komitmen kontraktual formal

(30)

PERAGA 10.2

Model pengunaan Sumber daya Aktivitas an penilaiaan Relavansi

Kategori Sumber Daya Hubungan permintaan dan

penawaran relavansi Diperoleh karena digunakan dan diperlukan Penawaran= permintaan 1. Permintaan berubah 2. Permintaan konstan 1. Relavan 2. Tidak relevan Diperoleh dimuka (satu

periodem atau jangka pendek)

Penawaran - permintaan = kapiasitas tidak terpakai

1. Peningkatan permintaan < kapasitas tidak terpakai

2. Peningkatan permintaan > kapasitass tidak terpakai

3. Penurunan permintaan (permanen) a. Penurunan kapasitas aktivitas b. Tidak ada perubahan kapasitas

aktivitas 1. Tidak relevan 2. Relevan a. Relevan b. Tidak relevan Diperoleh dimuka (multiperiode)

Penawaran - permintaan = kapasitas tidak terpakai

1. Peningkatan permintaan < kapasitas tidak terpakai

2. Penurunan permintaan (pemanen) 3. Peningkatan permintaan > kapasitas

tidak terpakai

1. Tidak relevan 2. Relevan 3. Keputusan

modal

3. APLIKASI BIAYA RELEVAN

Penentuan biaya relevan sangat bermanfaat dalam memecahkan berbagai jenis permasalahan. Secara tradisional, penerapan biaya relevan meliputi keputusan untuk membuat atau membeli suatu komponen.

 Keputusan Membuat atau Membeli

Manajer seringkali diharapkan dengan keputusan apakah harus membuat atau membeli komponen-kmponen yang digunakan dalam suatu proses produksi. Manajemen seharusnya secara periodik perlu mengevaluasi keputusan masa lalu yang berkaitan dengan aktivitas produksi. Evaluasi secara periodik bukan merupakan satu-satunya sumber dalam pembuatan

(31)

Permasalahan dan alternatif yang layak dipertimbangkan perlu diidentifikasi. Apabila kisaran waktu untuk pembuatan keputusan hanya satu periode, maka tidak perlu memperhatikan elemen biaya yang terjadi berulang secara periodik. Penentuan biaya relevan sangat berguna untuk membuat analisis jangka pendek. Secara sederhana perusahaan hanya perlu mengidentifikasi biaya- biaya yang relevan saja, kemudian menjumlahkan dan pada akhrinya menetapkan pilihan (dengan asumsi tidak ada maslah kualitatif) proses mengindentifikasi biaya.

 Keputusan Mempertahankan atau Menghentikan

Seorang manajer seringkali harus membuat keputusan apakah suatu segmen, seperti produk, harus dipertahanakan atau dihentikan. Laporan segmen yang disusun atas dasar

variabel costing menyediakan informasi yang berharga untuk membuat keputusan

mempertahankan atau mengentikan

Peningkatan profitabilitas lini produk melalui pengematan biaya juga tidak layak dilakukan.

 Mempertahnkan atau Menghentikan dengan Berbagai Dampak Komplementer  Mempertahankan Atau Menghentikan Dengan Penggunaan Alternatif Fasilitas

Para manajer sering kali tidak memiliki seluruh informasi yang diperlukan untik membuat keputusan terbaik. Manajer mendapat manfaat dari pengumpulan seluruh informasi yang tersedia sebelum membuat keputusan akhir. Manajer dapat mengambil manfaat dari input- input yang diberikan orang lain yang memahami masalah tersebut. Dengan melukan hal ini sejumlah informasi dan solusi yang layak dapat dikembangkan. Hasilnya adalah pembuatan keputusan yang lebih baik.

 Keputusan pesanan- khusus

Dibeberapa negara yang telah memiliki undang-undang tetang diskriminasi harga mensyaratkan bahwa perusahaan harus menjual produk yang identik dengan harga sama kepada pelanggan yang berbeda dipasar yang sama. Keputusan pesanan memfokuskan pada pertanyaan apakah pesanan harga khusunya ketika perusahaan harus diterima atau ditolak. Pesanan seperti ini seringkali menarik, khususnya ketika perusahaan beroprasi dibawah kapasitass produksi maksimum.

(32)

 Keptusan untuk Menjual atau Memproses Lebih Lanjut

Produk bersama memiliki proses produksi dan biaya produksi yang sama sampai titik pisah

tersebut, proses produksi dan biaya produksi sudah mulai dapat dibedakan. Produk bersama seringkali dijual pada titik pisah. Namun kadang kala akan lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk memproses lebih lanjut suatu produk bersama setelah titik pisah.

4. KEPUTUSAN BAURAN PRODUK

Banyak perusahaan memiliki keleluasaan dalam memilih bauran produk mereka karena

keputusan bauran produk dapat berdampak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

setiap alternatif bauran produk menghasilkan bauran tingkat laba yang berbeda. Seorang manajer harus memilih alternatif yang akan memaksimalkan laba total.

 Sumber Daya Dengan Satu Batasan  Sumber Daya dengan Banyak Batasan

Sumber Daya dengan satu batasan adalah tidak realistis. Semua organisasi akan mengahadapi berbagai batasan. Misalnya: keterbatasan bahan baku, keterbatasan input tenaga kerja, keterbatasan permintaan setiap produk, dan seterusnya. Solusi terhadap maslaah produk dengan banyak batasan jauh lebih rumit dan memerlukan penggunaan teknik matematika khusus yang dikenal sebagai pemograman linier (linier

programming)

Pemrograman linier adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari solusi optimal diantara berbagai solusi yang layak dipertimbangkan. Teori pemorgaman linier memungkinkan diabaikan berbagai solusi. Pada kenyataan, meskipun terdapat sejumlah solusi. Pada kenyataannya meskipun terdapat sejumlah solusi yang akan dieliminasi, akan tetapi pada akhirnya akan dihasilkan solusi tertentu paling tepat.

5. PENETAPAN HARGA

Salah satu keputusan paling sulit yang dihadapi oleh perusahaan adalah menegenai penetapan harga. Bagian ini Bagian ini akan menjelaskan dampak biaya terhadap harga dan peran akuntan dalam pengumpulan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan harga.

(33)

penjualan pokok a h operasi Laba istrasi ad biaya dan penjualan biaya arg min  baku bahan biaya operasi laba istrasi ad dan penjualan biaya overhead Biaya langsung ja tenaga biaya    min ker

 Penetapan Harga Berbasis Biaya

Permintaan adalah salah satu sisi dari persamaan penetapan harga, sedangkan penawaran adalah sisi lainnya. Oleh karena pendapatan harus dapat menutup biaya perusahaan untuk menghasilkan laba, maka banyak perusahaan menetapkan biaya terlebih dulu dalam rangka menetapkan harga. Perusahaan menghitung biaya produl dan kemudian menambah dengan laba yang diinginkan. Pendekatan ini tdak berbelit-belit dan biasanya terdapat beberapa basis biaya atau dasar biaya (cost base) dan markup. Markup adalah presentase yang ditambahkan pada basis biaya. Markup tersebut termasuk diantaranya adalah laba yang diinginkan dan disetiap biaya yang tidak termasuk dalam basis biaya.

Markup harga pokok penjualan=

Markup bahan =

Contoh: PT Revina Raya yang dimiliki dan dikelola oleh elvira merakit dan menyiapkan

komputer sesuai spesifikasi yang diminta oleh pelanggan. Biaya komponen dan bahan baku langsung lainnya dengan mudah dapat ditelusuri. Biaya tenaga kerja langsung juga mudah ditelusuri kesetiap pekerjaan secara rata-rata, perakit menerima Rp 12.000 per jam dan perusahaan membayar tunjangan sekitar 25 persen dari upah tersebut. Pada tahun lalu, PT Revina Raya mengerjakan 650 pekerjaan yang rata-rata memerlukan 5 jam per pekerjaan. Biaya overhed yang terjadi atas utilitas, peralatan kecil, penataan ruangan, dan lain lain-lain mencapai jumlah Rp. 80.000.000. Laporan laba rugi PT Revina Raya untuk tahun lalu adalah sebagai berikut.

Pendapatan Rp.856.500.000

Harga pokok penjualan:

Bahan langsung Rp.585.000.000 Tenaga kerja langsung 48.750.000

Overhead 80.000.000 Rp.713.000.000

Laba kotor

Rp.142.750.000 Biaya administrasi dan penjualan 25.000.000

(34)

penjualan pokok a h operasi Laba istrasi ad biaya dan penjualan biaya arg min 

Markup harga pokok penjualan=

= 00 . 750 . 713 . 000 . 750 . 117 000 . 000 . 25 Rp Rp Rp  = 0,20

Markup berdasarkan harga pokok penjualan adalah sebesar 20 persen.

 Perhitungan Biaya Target dan Penetapan Harga

Perhitungan biaya target (target costing) adalah suatu metode penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan harga (harga target) yang pelanggan bersedia membayarnya. Pada umumnya perusahaan menetapkan suatu harga produk baru sebagai penjumlahan dari biaya dan laba yang diinginkan. Logikanya adalah bahwa perusahaan harus menghasilkan pendapatan yang cukup untuk dapat menutup semua biaya dan menghasilkan laba. Menurut Peter Drucker, “Hal tersebut adalah benar, tetapi tidak relevan. Pelanggan tidak melihat hal tersebut sebagai pekerjaan mereka untuk menjamin pabrikan mendapat laba. Satu-satunya cara yang baik untuk menetapkan harga adalah dengan mengetahui berapa yang ingin dibayar oleh pasar.

Contoh PT Ravina Raya di atas. Elvira menemukan bahwa perusahaan asuransi tidak akan mempertimbangkan setiap penawaran di atas Rp100.000.000. Sementara itu, penawaran berbasis biaya adalah sebesar Rp137.280.000. Bahan baku sebesar Rp100.000.000 dan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp9.000.000. Apabila Elvira mengurangi kapasitas hard-disk menjadi 1,5 GB dan menggunakan drive yang lebih lambat, maka ia dapat menghemat biaya sebesar Rp25.000.000. Dengan menggunakan monitor yang sedikit lebih mahal (kenaikan sebesar Rp20.000) yang tidak membutuhkan pemasangan screen-saver software akan dapat menghemat sebesar Rp30.000 per software komputer dan 15 menit jam tenaga kerja langsung (Rp15.000 per jam) untuk memasang

software tersebut. Penurunan bersihnya adalah sebesar Rp13.750 [(Rp30.000 + Rp3.750)

- Rp20.0001 untuk setiap 100 unit komputer. Sejauh ini, Elvira telah melakukan perhitungan biaya sebagai berikut.

Bahan baku (Rp100.000.000 - Rp25.000.000) Rp.75.000.000 Tenaga kerja langsung (100 x 5,75 jam x Rp15.000) 8.625.000 Total biaya

(35)

Kemungkinan pembebanan overhead untuk pekerjaan ini akan mencapai Rp4.313.000 (50 persen dari biaya tenaga kerja langsung). Dengan demikian, biaya untuk pekerjaan ini akan menjadi Rp87.938.000 (Rp4.313.000 + Rp83.625.000). Hal ini belum semua biaya tercakup dan masih terdapat biaya administrasi dan laba yang diinginkan. Apabila diberlakukan markup standar sebesar 20 persen, maka penawaran tersebut akan menjadi Rp105.526.000.

 Aspek Hukum Penetapan Harga

Prinsip dasar yang melandasi sebagian besar peraturan tentang penetapan harga adalah bahwa persaingan merupakan hal yang baik dan harus selalu didorong. Penetapan Harga Predator. Praktik pengaturan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya dengan tujuan untuk merugikan pesaing dan mengeliminasi persaingan disebut penetapan harga predator (predatory pricing). Penting untuk diperhatikan bahwa penetapan harga di bawah biaya tidak selalu merupakan harga predator. Perusahaan sering kali menetapkan harga suatu barang di bawah biaya-misalnya harga khusus di toko-toko grosir. Harga predator dalam pasar internasional disebut dumping dan ini terjadi ketika perusahaan menjual produknya di negara lain dengan harga di bawah biaya.

Hal yang terpenting, Undang-Undang Robinson-Patman memungkinkan diskriminasi harga pada kondisi-kondisi tertentu, yaitu: (1) apabila kondisi persaingan memang menuntut demikian, dan (2) apabila biaya memungkinkan harga yang lebih rendah. Jelaslah bahwa kondisi kedua ini penting bagi para akuntan, karena harga lebih rendah yang ditawarkan kepada pelanggan harus dijustifikasi melalui penghematan biaya yang dapat diidentifikasi. Selain itu, besarnya diskon yang diberikan paling sedikit harus sama dengan jumlah biaya yang dihemat. Oleh karena biaya pengiriman kepada pelanggan yang jaraknya dekat jauh lebih sedikit dibandingkan dengan biaya pengiriman kepada pelanggan yang jauh, maka pelanggan yang dekat membayar biaya kirim istimewa (phantom freight). Alokasi biaya mengakibatkan perhitungan biaya menjadi sulit. Menjustifikasikan diskon kuantitas.

Dalam perhitungan biaya diferensial, perusahaan harus dapat membuat lclasifikasi pelanggan berdasarkan biaya rata-rata penjualan kepada pelanggan dan kemudian mengenakan seluruh pelanggan dalam setiap kelompok dengan suatu harga yang dapat dijustifikasi dengan biaya.

(36)

 Keadilan dan Penetapan Harga

Standar masyarakat mengenai keadilan memiliki dampak penting terhadap harga. Sebagai contoh, apakah toko-toko mainan harus menaikkan harga kereta luncur sehari setelah hujan salju yang lebat? Mereka dapat melakukannya, tetapi pada umumnya mereka tidak melakukannya. Para pelanggan percaya bahwa kenaikan harga pada saat seperti itu adalah tidak adil. Apakah keengganan toko-toko tersebut untuk menaikkan harga dalam situasi seperti ini karena rasa keadilan atau karena pertimbangan kepentingan jangka panjang, akibatnya adalah sama. Eksploitasi harga (price gouging) terjadi ketika perusahaan dengan kekuatan pasar menghargai produknya sangat tinggi.

Mudah untuk melihat bahwa biaya sebagai justifikasi harga menjadi dasar bagi masyarakat untuk menilai mengenai standar keadilan. Etika dibangun di atas rasa keadilan. Jadi, perilaku yang tidak etis dalam penetapan harga adalah berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan keuntungan secara tidak adil dari pelanggan. Kenaikan harga yang berkaitan dengan biaya merupakan alasan terbaik terhadap perlawanan yang akan dilakukan oleh para pelanggan.

Daftar Istilah

1. Diskriminasi harga (price discrimination) adalah pengenaan harga yang berbeda-beda kepada beberapa pelanggan atas produk-produk yang pada dasarnya sama.

2. Dumping adalah praktik pengaturan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya dengan tujuan untuk merugikan pesaing dan mengeliminasi persaingan. Dumping memiliki pengertian yang sama dengan predatory pricing, tetapi khusus terjadi di pasar internasional.

3. Eksploitasi harga (price gouging) adalah penetapan harga produk yang sangat tinggi karena perusahaan memiliki kekuatan pasar.

4. Batasan (constraints) adalah kondisi perusahaan ketika menghadapi keterbatasan sumber daya dan permintaan dalam suatu pemilihan bauran yang optimal.

5. Batasan nonnegativitas (nonnegativity constraints) adalah kondisi perusahaan ketika menghadapi keterbatasan sumber daya dan permintaan dalam suatu pemilihan bauran yang optimal dan secara sederhana mencerminkan bahwa produk dalam jumlah negatif tidak mungkin diproduksi.

6. Keputusan bauran produk (product mix decision) adalah keputusan yang berhubungan dengan pemilihan bauran produk dalam suatu suatu proses produksi bersama (joint

production process) atau proses bersama (joint process) yang dapat berdampak

signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

7. Keputusan membuat-atau-membeli (make-or-buy decisions) adalah pembuatan keputusan yang berhubungan dengan pemilihan di antara alternatif untuk membuat atau membeli komponen-komponen yang digunakan dalam suatu proses produksi.

8. Keputusan mempertahankan-atau-menghentikan (keep-or-drop decisions) adalah pembuatan keputusan yang berhubungan dengan pemilihan di antara alternatif untuk

(37)

mempertahankan atau menghentikan suatu segmen, seperti lini produk.

9. Keputusan menjual atau memproses lebih lanjut (sell or process further decision) adalah pembuatan keputusan yang berhubungan dengan pemilihan di antara alternatif untuk menjual atau memproses lebih lanjut produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi bersama (joint production process) atau proses bersama (joint process).

10. Keputusan pesanan khusus (special-order decisions) adalah pembuatan keputusan yang berhubungan dengan pemilihan di antara alternatif untuk menerima atau menolak suatu pesanan dari pelanggan dengan suatu harga khusus (di bawah harga normal).

11. Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah biaya yang terjadi sebagai akibat atas hilangnya peluang pasar.

12. Biaya relevan (relevant cost) adalah biaya masa depan (future cost) yang berbeda di antara berbagai alternatif (differ across alternatives).

13. Biaya target (target costing) adalah suatu metode penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan harga (harga target) yang pelanggan bersedia untuk membayarnya.

14. Markup adalah persentase yang ditambahkan pada basis biaya pada proses penetapan harga (pricing).

15. Pembuatan keputusan taktis (tactical decision making) adalah pembuatan keputusan yang didasarkan atas pemilihan di antara beberapa alternatif dengan pertimbangan waktu yang segera dan tinjauan yang terbatas.

16. Pembuatan keputusan strategis (strategic decision making) adalah pembuatan keputusan untuk memilih di antara beberapa alternatif strategi, sehingga keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang akan dapat dicapai.

17. Pemrograman linear (linear programming) adalah suatu metode pendekatan algoritma yang digunakan untuk mencari solusi optimal di antara berbagai solusi yang layak dipertimbangkan.

18. Penentuan biaya berdasarkan harga (price-driven costing) adalah metode penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan harga (price-driven). Dengan kata lain, price-driven costing memiliki pengertian yang sama dengan target costing.

19. Penetapan harga predator (predatory pricing) adalah praktik pengaturan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya dengan tujuan untuk merugikan pesaing dan mengeliminasi persaingan.

20. Phantom freight adalah biaya kirim istimewa yang terjadi karena produk dikirim kepada pelanggan yang jaraknya sangat dekat.

21. Produk bersama (joint product) adalah beberapa jenis produk yang dihasilkan dalam suatu proses produksi bersama (joint production process) atau proses bersama (joint process).

22. Seperangkat batasan (constraint set) adalah semua keterbatasan yang dihadapi perusahaan dalam usahanya untuk memilih bauran yang optimal.

23. Seperangkat solusi yang layak (feasible set of solutions) adalah kumpulan semua solusi yang layak yang dimiliki perusahaan ketika perusahaan memilih bauran yang optimal. 24. Solusi layak (feasible solution) adalah solusi yang dapat mengatasi keterbatasan yang

terdapat dalam model pemrograman linear.

25. Solusi optimal (optimal solution) adalah pilihan solusi terbaik di antara berbagai kemungkinan solusi yang tersedia bagi perusahaan karena dapat memaksimalkan perolehan margin kontribusi total.

26. Tindakan berskala kecil (small-scale actions) adalah istilah lain untuk pembuatan keputusan taktis yang dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang lebih besar. 27. Titik pisah (split-off point) adalah tahapan dalam suatu proses proses produksi bersama

(joint production process) atau proses bersama (joint process) pada saat beberapa produk

(38)

CAPITAL INVESTMENT DECISIONS (PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENANAMAN MODAL)

A. PENDAHULUAN

Jenis pengambilan keputusan yang penting bagi manajemen, di samping penentuan harga jual, adalah pengambilan keputusan dalam penanaman modal (investment decision). Permasalahan yang dijumpai manajemen dalam pengambilan keputusan penanaman modal adalah menentukan usulan investasi dana atau penanaman modal yang dapat menghasilkan laba bagi perusahaan pada masa yang akan datang. Masalah penanaman modal erat kaitannya dengan masalah penyusutan anggaran modal (capital budgeting) karena anggaran modal disusun berdasarkan pada proyek-proyek penanaman modal yang diputuskan oleh manajemen untuk dilaksanakan.

Pengambilan keputusan penanaman modal penting bagi manajemen, karena penanaman modal berkaitan dengan (1) keterikatan sumber dana perusahaan dalam jumlah relatif besar, (2) jangka waktu investasi relatif lama, (3) masa yang akan datang yang penuh ketidakpastian. Oleh karena itu, diperlukan kecermatan manajemen dalam mengambil keputusan penanaman modal.

B. JENIS PENANAMAN MODAL

Ditinjau dari tujuannya, penanaman modal dapat digolongkan menjadi: 1. Penanaman modal yang tidak menghasilkan laba.

2. Penanaman modal yang menghasilkan laba.

Penanaman modal yang tidak menghasilkan laba pada umumnya dilakukan oleh

perusahaan, karena peraturan pemerintah yang menghendaki demikian atau karena persyaratan kontrak yang telah disepakati. Penanaman modal tersebut harus dilakukan oleh perusahaan meskipun tidak menghasilkan laba bagi perusahaan. Misalnya karena peraturan pemerintah, perusahaan harus membuat sarana pengolahan air limbah agar tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan. Contoh lain untuk penanaman modal yang tidak menghasilkan laba, adalah adanya persyaratan kontrak agar perusahaan „real estate’ menyediakan fasilitas: jalan, tempat ibadah, taman dan yang lain di lokasi perumahan. Jenis penanaman modal yang demikian tidak perlu dibuat evaluasi mengenai perlu tidaknya investasi tersebut.

(39)

Penanaman modal yang menghasilkan laba dapat dikelompokkan menjadi dua macam,

yaitu (1) labanya sulit diukur, dan (2) labanya dapat diukur. Contoh jenis penanaman modal yang menghasilkan laba tetapi labanya sulit diukur antara lain: penanaman modal untuk riset dan pengembangan perusahaan, biaya pendidikan dan latihan karyawan, biaya promosi produk perusahaan. Sedangkan contoh penanaman modal yang labanya dapat diukur meliputi: penggantian atau pemilihan peralatan, membeli atau menyewa aktiva yang akan digunakan dalam usaha, dan penanaman modal dalam ekspansi (perluasan usaha).

Pembahasan di dalam bab ini akan dititikberatkan pada jenis penanaman modal yang menghasilkan laba, khususnya yang labanya dapat diukur. Masalah pokok dalam pengambilan keputusan penanaman modal berkaitan dengan penentuan suatu usulan investasi atau beberapa alternatif usulan investasi untuk dilaksanakan. Sebelum mengambil keputusan, manajemen harus melakukan penilaian mengenai layak atau tidaknya investasi yang bersangkutan.

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan oleh manajemen utnuk menilai suatu investasi, antara lain dari aspek ekonomi yang berkaitan dengan pengeluaran (outlay)modal dan penerimaan (proceed) sebagai hasil dari modal yang diinvestasikan. Di sampint itu, karena penanaman modal berkaitan dengan penggunaan uang dalam jangka waktu relatif lama, manajemen harus pula mempertimbangkan nilai waktu uang (time value of money) dalam menilai investasi.

C. KONSEP NILAI SEKARANG

Nilai waktu uang, seperti yang telah dikemukakan, merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam penilaian investasi. Perusahaan akan lebih senang menerima sejumlah uang sekarang daripada menerimanya satu atau beberapa tahun kemudian. Alasannya, penerimaan sejumlah uang sekarang dapat segera diinvestasikan sehingga menghasilkan laba, daripada jika diterima satu atau beberapa tahun yang akan datang. Di samping itu, penerimaan uang sekarang sifatnya lebih pasti daripada dimasa yang akan datang yang penuh ketidakpastian. Oleh karena itu, sejumlah uang pada waktu sekarang nilainya berbeda dengan pada waktu yang akan datang. Perbedaan tersebut disebabkan adanya nilai waktu dari uang.

Pengeluaran uang pada waktu sekarang sebagai penanaman modal, diharapkan akan menghasilkan penerimaan uang pada waktu-waktu yang akan datang selama masa investasi, yang nilainya tentu saja berbeda karena adanya nilai waktu uang. Oleh karena itu, agar penilaian investasi dapat dilakukan dengan cermat, uang yang diterima selama masa investasi

(40)

tersebut harus dihitung berdasarkan nilai sekarang (present value atau PV). Sehingga dalam hal ini, uang yang diterima selama masa investasi mempunyai dua macam nilai, yaitu nilai sekarang dan nilai yang akan datang. Nilai yang akan datang adalah yang yang diterima pada waktu yang akan datang selama masa investasi, yang dihitung berdasarkan nilai pada waktu uang tersebut diterima.

D. METODE PENILAIAN INVESTASI

Penilaian investasi berkaitan dengan pengambilan keputusan manajemen mengenai layak tidaknya suatu usulan investasi untuk dilaksanakan. Metode yang dapat diguankan manajemen untuk menilai usulan investasi adalah sebagai berikut:

1. Payback

2. Average return on investment 3. Net present value

4. Discounted Payback Period 5. Internal rate of return

6. Modifiend internal rate of return 7. Profitability index

8. Economic value added

E. METODE PAYBACK

Metode ini, sering pula disebut metode payout atau payoff, menghitung jangka waktu yang diperlukan untuk menutup modal yang diinvestasikan. Jangka waktu tersebut dihitung dengan cara membagi jumlah modal yang diinvestasikan dengan aliran kas yang diperoleh dari operasi per tahun (annual cash flow form operations). Aliran kas tersebut berupa penghematan tunai (cash savings) per tahun atau berupa laba tunai (laba bersih setelah pajak ditambah depresiasi) per tahun. Perhitungan periode payback dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Periode Payback =

Contoh 1.

Perusahaan mempertimbangkan untuk memebeli sebuah mesin A seharga Rp50.000.0000,00. Dari penggunaan mesin tersebut diperkirakan dapat menghasilkan laba tunai rata-rata per tahun sebesar Rp12.500.000,00. Berdasarkan data tersebut, perhitungan periode payback adalah sebagai berikut:

(41)

Periode Payback = = 4tahun

Kriteria untuk meniliai layak dilaksanakan atau tidak pembelian mesin A, ditentukan dengan cara membandingkan antara periode payback hasil perhitungan tersebut di atas, dengan periode payback yang dikehendaki manajemen. Misalnya periode payback yang dikehendaki manajemen adalah 5 tahun, maka rencana pembelian mesin tersebut dapat dilaksanakan.

Contoh 2.

Suatu usulan investasi senilai Rp100.000.000,00 diperkirakan dapat menghasilkan laba tunai selama enam tahun berturut-turut sebagai berikut: Rp25.000.000,00; Rp25.000.000,00; Rp20.000.000; Rp20.000,00; Rp15.000.000,00 dan Rp10.000.000,00. Berdasarkan data tersebut perhitungan periode payback adalah sebagai berikut:

Tahun Laba Tunai Investasi yang

Ditutup Periode Payback

1 2 3 4 5 6 Rp25.000.000,00 25.000.000,00 20.000.000,00 20.000.000,00 15.000.000,00 10.000.000,00 Rp25.000.000,00 25.000.000,00 20.000.000,00 20.000.000,00 10.000.000,00 (a) 1 tahun 1 tahun 1 tahun 1 tahun 8 bulan (b) Rp100.000.000,00 4 tahun 8 bulan (a) Rp100.000.000,00 – (Rp25.000.000,00 + Rp25.000.000,00 + Rp20.000.000,00 + Rp20.000.000,00) (b) x 12 bulan

Jika terdapat dua alternatif usulan investasi maka kriteria penilaiannya adalah usulan investasi yang diterima adalah menghasilkan periode payback yang paling kecil. Artinya, meskipun kemungkinan usulan investasi yang ditolak mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar daripada keuntungan yang dihasilkan oleh usulan investasi yang diterima, namun investasi yang ditolak tersebut memiliki peirode payback yang lebih lama daripada investasi yang diterima.

Referensi

Dokumen terkait

• Jangan mengguncang atau membenturkan kartrid cetak bekas. Bila dilakukan, toner yang tersisa dapat tumpah. • Toner tidak berbahaya bagi tubuh manusia. Jika toner menempel di

Mantawa (dalam kotak jingga) nilai impedansi akustik relatif kecil (defleksi kekiri) kemudian diapit dengan nilai impedansi akusik yang besar di atas dan bawah atau pada

SHUNHPEDQJDQ GDUL QLVDQ QLVDQ GHQJDQ SROD KLDV VHGHUKDQD 3HPDNDLDQ QLVDQ GHQJDQ PRWLI KLDV PHZDK GLWHPXNDQ SDGD NRPSOHNV PDNDP 5DWX 1DKULV\DK 'L NRPSOHNV PDNDP LQL MXJD EDKNDQ

Salah satu cara untuk mempromosikan potensi pariwisata pada suatu daerah yaitu dengan membuat website penyedia informasi pariwisata yang dapat diakses menggunakan jaringan

Berdasarkan hasil observasi, analisa, desain, pembuatan kode hingga tahapan implementasi perancangan sistem buku kasus berbasis web di SMK Multi Media Mandiri,

PEMILIHAN MODEL SEMIVARIOGRAM TERBAIK PADA DATA SPATIAL DENGAN APLIKASI METODE PROGRAM LINIER (Studi Kasus : Data Kejadian Gempa di Wilayah Pesisir Bengkulu). Fachri Faisal

kemudian set DTC ABS hydaulic Unit. Memeriksa Memeriksakerjanya A kerjanya ABS Hydraulic BS Hydraulic Unit Unit a. Periksa Periksa apakah apakah seluruh seluruh komponen

ang bata ay isang mamamayang Pilipino kung isa sa magulang nito ay Pilipino saan mang bansa siya