• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal No24 Thn14 Juni2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "jurnal No24 Thn14 Juni2015"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung Jawab Ir. Suwandi Supatra, MT.

Pemimpin Redaksi Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris Redaksi Rosmawati Situmorang

Dewan Editor Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A. Prof. Dr. Theresia K. Brahim Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.

Dr. Elika Dwi Murwani, M.M. Etiwati, S.Pd., M.M. Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.

Alamat Redaksi :

Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470 Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968

(3)

Jurnal Pendidikan Penabur

Nomor 24/Tahun ke-14/Juni 2015

ISSN: 1412-2588

Daftar Isi, i

Pengantar Redaksi, ii - v

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar Drama Dengan Metode Investigasi Kelompok,

Yohanes Paiman, 1-26

Peran Role Playing Berbasis Komputer Pada Kesiapan Belajar Anak Usia Prasekolah 4-5 Tahun

Dilihat Dari Kematangan Emosional, Felucia Hendriette, 27-48

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Dasar,

Fransiska, 49-58

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud Bagi Perkembangan Karakter Siswa Melalui

Pendidikan Kristen, Maria Evvy Yanti, 59-72

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar, Hilda Karli, 73-91

Penggunaan Fun Multiplication Beads Untuk Meningkatkan Kemampuan Perkalian Siswa,

Sih Retno Hastuti, 92-101

Tantangan Pendidikan Nasional Indonesia di Era AFTA 2015, Kumalasari Onggobawono,

102-110

Isu Mutakhir: Ujian Nasional Berbasis Komputer, Mudarwan, 111-114

(4)

Pengantar Redaksi

etika peserta didik menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran, berbagai penelitian dilakukan untuk memahami bagaimana sebenarnya manusia belajar. Hasil penelitian itu dipergunakan mengembangkan pendekatan, strategi, metode, dan teknik membelajarkan sehingga memudahkan pemelajar memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipelajarinya. Berdasarkan kajian psikologi, para ahli mengemukakan teori belajar mulai dari teori behavioursme, kognitivisme, konstruktivisme, dan konektivisme serta berbagai teori belajar lainnya. Semua teori itu pada hakikatnya menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi sesuai dengan paradigma setiap teori.

Dilihat dari kronologinya, teori itu dapat dikenali sebagai teori lama, baru, dan mutakhir. Akan tetapi, pada hakikatnya kebenaran dan penggunaan teori tidaklah semata-mata ditentukan oleh waktu teori itu ditemukan. Sebagai contoh, teori behaviorisme yang muncul jauh sebelum teori belajar lainnya tidaklah berarti teori itu tidak berlaku dan tidak dipakai lagi sekarang. Untuk keperluan pembelajaran tertentu, teori itu lebih tepat dipergunakan daripada teori lainnya. Misalnya, pembelajaran yang bertujuan untuk memperolah kemampuan mekanistik, teori pembelajaran berdasarkan behaviorisme paling sesuai. Sedangkan untuk kemampuan yang bersifat kreatif/inovatif, pembelajaran yang berbasis teori kognitivisme dan konstruktivisme lebih efektif. Dengan demikian, desain pembelajaran dibuat berdasarkan dan ditentukan oleh tujuan pembelajaran, karakteristik pemelajar, serta lingkungan belajar.

Di samping memperoleh kemampuan yang dikehendaki, pengalaman belajar diharapkan dapat menambah keterampilan pemelajar belajar sehingga pada waktunya dapat menjadikannya pemelajar mandiri sepanjang hayatnya. Dalam kaitannya dengan pengalaman belajar, berbagai gagasan juga berkembang. Edgar Dale

(1900–1985) misalnya mengemukakan Cone of Experience berdasarkan

kajiannya atas berbagai desain pembelajaran dan proses belajar. Cone of Experience mengungkapkan perbedaan retensi atau kemampuan mengingat manusia melalui pengalaman yang berbeda. Manusia mengingat 10% dari membaca (membaca buku pelajaran), 20% dari mendengar (penjelasan atau ceramah), 30% dari melihat (gambar), 50% dari mendengar dan melihat (pameran), 70% dari mengatakan dan menulis (pembicara, pemapar), serta 90% dari melakukan sesuatu (praktek, pemeran peran). Gambaran ini kemudian mengembangkan teori belajar aktif, belajar dengan/sambil berbuat, belajar berdasarkan pengalaman, belajar kontekstual dan berbagai teori lainnya yang menekankan keaktifan pemelajar secara utuh. Berbagai strategi pembelajaran dikembangkan oleh pembelajar agar pemelajar berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, misalnya dengan model pembelajaran simulasi/bermain peran, pembelajaran berbasis

(5)

masalah, pembelajaran kooperatif atau kolaboratif, dan pembelajaran berbasis proyek.

Dalam hubungannya dengan pengalaman belajar ini juga, jauh Sebelum Masehi, Kong Hu Chu (Confucius) yang hidup 551 – 479 Sebelum Masehi, berpendapat, apa yang hanya didengar akan cepat dilupakan, apa yang hanya dilihat akan diingat, tetapi apa yang dikerjakan akan dipahami. Pendapat ini menunjukkan keaktifan pemelajar menentukan keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran secara verbalisme (hanya mendengar) sangat tidak efektif dibandingkan dengan secara aktif menggunakan berbagai indera manusia. Pendapat lain berkaitan dengan pentingnya keaktifan mental dan fisik pemelajar terlihat dari pendapat Siberman yang mengatakan bahwa seseorang akan lupa kalau hanya mendengar; mengingat sedikit apa yang didengar dan dilihat; mulai memahami kalau mendengar, melihat, dan mendiskusikan; memperoleh pengetahuan dan keterampilan kalau mendengar, melihat, mendiskusikan, dan melakukan; serta akan menguasai kalau mengajarkannya kepada orang lain.

Teori belajar dan membelajarkan menunjukkan pengalaman kong-krit tidak hanya memudahkan, tetapi memotivasi pemelajar belajar dan menambah rasa ingin tahu secara terus menerus serta membuat belajar menjadi kegiatan menyenangkan. Berbagai teori dan pendapat seperti yang telah diungkapkan juga mendorong penggunaan alat peraga serta media dalam proses pembelajaran. Terlebih-lebih perkembangan cepat teknologi informasi dan komunikasi (TIK), mendorong lembaga pendi-dikan memanfaatka berbagai produk TIK dalam proses pembelajaran, mulai dari yang sederhana sampai paling canggih. Tidak sedikit orang berpendapat bahwa semakin canggih TIK yang diterapkan, semakin meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.

Penelitian penggunaan TIK dalam pembelajaran, ternyata membuktikan media pembelajaran bukanlah penentu hasil dan mutu pembelajaran. Media pembelajaran secanggih apapun ‘hanya’ berfung-si mengantarkan pesan (bahan pelajaran) kepada pemelajar. Sebagai pengangkut dan pengantar, media tidak dapat mengubah bahan pelajar-an ypelajar-ang salah menjadi benar, ypelajar-ang acak-acakpelajar-an menjadi sistematis, yang membosankan menjadi menarik. Karakter dan cara pengemasan bahan pelajaran, karakter pemelajar, serta lingkungan pembelajaran juga merupakan faktor penentu yang perlu diperhatikan pembelajar. Dengan demikian, bukan kecanggihan media yang menentukan, tetapi bagaimana pembelajar kreatif menggunakan media yang ada (sesederhana apa pun) sehingga membuat proses pembelajaran dapat memudahkan pemelajar aktif, tertarik, dan termotivasi belajar.

(6)

Harga produk TIK yang semakin murah membuat beberapa negara menerapkan Program Satu Laptop Untuk Setiap Anak (One Laptop Per Child/OLPC) seperti di Peru, Spanyol, dan Cina. Belakangan ini di Indonesia sejumlah sekolah juga menerapkan program ini. Akan tetapi penelitian UNESCO dan Inter-american Development Bank (2010 - 2012) di berbagai negera sedang berkembang menyimpulkan antara lain prog-ram penggunaan komputer untuk setiap anak (a) secara drastis mening-katkan kesempatan bagi anak menggunakan komputer, (b) tidak ada bukti meningkatkan kemampuan matematika dan bahasa anak secara signifikan, dan (c) dapat meningkatkan pengetahuan kognitif anak.

Setiap disiplin ilmu terus berkembang termasuk pendekatan, strate-gi, metode, dan teknik belajar dan membelajarkan. Dalam kenyataannya jarang terdapat karakteristik pemelajar sepenuhnya homogen tetapi berada pada rentang heterogen. Di lain pihak, keberhasilan pembelajaran diukur dengan standar tertentu: standar lembaga pendidikan, standar wilayah, atau standar nasional. Dengan demikian apabila karakteristik masukan (pemelajar, sarana dan prasarana, dan pembelajar) bervariasi sedangkan kualitas hasil pembelajaran terstandar maka kegiatan dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi yang ada dan tidak dapat diseragamkan. Berarti, pembelajar perlu jeli dan kreatif merancang dan mengembangkan pendekatan, strategi, metode, atau teknik pembelajaran.

Mengacu pada pemikiran perlunya merancang dan menggunakan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang bervariasi, pembelajar dalam hal ini guru di sekolah mengatasi berbagai masalah pembelajaran dengan memodifikasi atau mengembangkan proses pembelajaran. Sebagai contoh, guru melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan strategi dan metode pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Pengalaman membelajarkan mendorong guru kreatif mengembangkan berbagai alternatif mengatasi masalah pembelajaran.

Jurnal Pendidikan Penabur Edisi Juni 2015 memuat hasil penelitian berkaitan dengan proses pembelajaran terkait dengan startegi dan

metode pembelajaran seperti Peran Role Playing Berbasis Komputer

(7)

dapat dipergunakan memudahkan dan memotivasi siswa belajar. Oleh karena itu, media paling efektif bukanlah selalu media berteknologi tinggi, tetapi media yang ada di ruang belajar atau di sekolah. Kalau yang ada, hanya papan tulis maka papan tulislah yang terbaik. Persoalannya bagaiman guru dapat mempergunakan papan tulis sehingga membuat siswa aktif dan termotivasi belajar.

Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengubah karakter dan dalam Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pembentukan karakter peserta didik itu terlihat jelas. Akan tetapi, dari waktu ke waktu pembentukan karakter manusia Indonesia itu masih menjadi masalah terlihat dari maraknya berbagai masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-sehari termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Umat Kristen tentu terpanggil memberikan pemikiran dan ikut melaksanakan pendidikan karakter bangsa Indonesia. Tulisan berjudul Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud Menurut 1 Tawarikh 28:1-10 Bagi Perkembangan Karakter Siswa Melalui Pendidikan Kristen merupakan kajian yang mencerahkan bagaimana pendidikan karakter dapat dilakukan dalam proses pembelajaran.

Ketekunan, kesabaran, kejujuran, serta percaya diri merupakan sejumlah unsur kepribadian yang perlu dimiliki siswa khususnya dalam mengikuti setiap kegiatan evaluasi. Penggunaan ujian/tes berbasis komputer merupakan salah satu teknik untuk menuntut siswa berperilaku tekun dan sabar dalam belajar serta teliti, cermat, dan percaya diri dalam mengerjakan soal-soal ujian. Ujian berbasis komputer yang diterapkan di sejumlah sekolah dalam Ujian Nasional (UN) tahun 2015 yang lalu terbukti membantu penyelenggaraan UN, sungguhpun juga tidak terlepas dari berbagai kelemahan dan masalah sebagaimana diangkat sebagai isu mutakhir dalam Edisi ini. Dengan semakin merambahnya penggunaan TIK dalam berbagai kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan, tidak dapat dipungkiri bahwa TIK perlu diperkenalkan kepada siswa sedini mungkin dan dilatih menggunakannya sehingga terampil dan terdidik dalam memanfaatkan TIK untuk memecahkan berbagai masalah belajar.

Pengalaman empiris menunjukkan, TIK dapat mempermudah proses dan mengatasi berbagai masalah pembelajaran. Untuk berbagai kegiatan pembelajaran, TIK dapat menggantikan fungsi guru, namun peranan guru tidak pernah sepenuhnya dapat digantikan oleh TIK. Bahkan di negara yang sudah berteknologi maju sekali pun, siswa masih mengharapkan interaksi langsung dengan guru dan TIK diperlakukan sebagai pendukung pembelajaran. Apalagi untuk pendidikan dasar, siswa masih sangat memerlukan sentuhan emosi guru khususnya dalam mengembangkan kepribadian mereka. Bagaimana guru berfungsi sehingga patut digugu dan ditiru, manjadi

bahasan dalam membicarakan buku Guru Gokil, Murid Unyu. Pendapat

dalam mengkaji isi buku ini menggambarkan besarnya harapan peranan guru dalam membentuk kepribadian siswa dan tidak dapat digantikan dengan TIK. Karena kegokil-lan bukti nyata bahwa seorang guru telah-sedang-akan terus belajar sepanjang hayat. Selamat belajar.

(8)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar Drama

Dengan Metode Investigasi Kelompok

Yohanes Paiman E-mail : yopai057@gmail.com SMPK BPK PENABUR Cirebon

Penelitian

B

Abstrak

elajar drama sering tidak menarik dan membosankan bagi siswa sehingga partisipasi mereka kurang dan hasil belajarnya pun rendah karena guru menerapkan metode pembelajaran yang kurang tepat. Penelitian ini mencoba membuat belajar drama menyenangkan siswa sehingga partisipasi mereka meningkat dan dan hasil belajar mereka bertambah baik. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan dengan menerapkan metode investigasi kelompok di kelas 9A SMPK PENABUR Cirebon. Setelah melalui dua siklus, PTK ini dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar mereka. Mengacu pada hasil PTK ini disimpulkan, metode investigasi kelompok dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar serta meningkatkan hasil belajar. Agar metode investigasi kelompok dapat efektif, penelitian ini memberikan sejumlah saran kepada guru yang akan melaksanakannya.

Kata-kata kunci: model pembelajaran, metode pembelajaran, partisipasi belajar, hasil belajar, metode investigasi kelompok.

Improving Learning Participation and Achievement in Drama Class by Group Investigation Method

Abstract

The students often find learning drama dull and boring that make them perform low participation and poor learning achievement due to unappropriate method practiced by the teacher. This classroom action research (CAR) tried to imrove the quality of learning process and learning achievement in drama class by employing group investigation at Grade 9 A of SMPK PENABUR, Cirebon. Having completing two cycles, the CAR could improve the students’ learning participation and learning achievement in the drama class. Referring to the favourable result, this CAR concluded, the group investigation method is effective to improve the students’ learning participation and learning achievement. To succeed the implementation of the group investigation method, the teachers are provided with a number of suggestions.

(9)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Pendahuluan

Partisipasi siswa kelas 9A dalam tugas

menyu-sun naskah drama sebagai tugas tambahan untuk memperdalam pemahamannya tentang drama belumlah optimal dan kurang antusias. Kondisi ini nyata dari belum maksimalnya pengumpulan tugas siswa sesuai jadwal yang disepakati bersama. Dari 30 siswa, diperoleh data pengum-pulan tugas dengan gelombang pengumpengum-pulan tugas seperti berikut: 13, 4, dan 1 siswa sehingga akhirnya terdata sejumlah 18 siswa. Sampai tanggal 19 Maret 2015 (waktu yang disepakati bersama), masih ada 12 orang belum juga mengumpulkan tugas. Kondisi ini berdampak pada kurang maksimalnya perolehan nilai tes mereka dan menjadi kendala guru untuk meng-analisis, merancang tindak lanjut pembelajaran. Kondisi perilaku siswa demikian terjadi karena siswa merasa kebingungan dalam memilih, memilah jenis drama, dan bagaimana cara menyusunnya. Rasa bingung itu terjadi karena siswa kurang memahami seluk-beluk drama secara jelas serta kurang bertanya pada guru. Informasi ini penulis peroleh melalui wawancara dengan beberapa siswa yang masih belum mengumpulkan tugasnya. Mereka juga berkomentar, guru agak cepat dan dominan dalam tampil dan menjelaskan materi pelajaran. Kondisi ini mengurangi keterlibatan siswa dalam belajar, kurang mengalami sesuatu, dan tidak membangun konsepnya. Guru cenderung melakukan transfer of knowledge. Di luar itu, juga disadari siswa, tugas mereka memang banyak, sementara itu mereka kurang cermat dalam mengelola waktu masing-masing.

Berdasarkan kondisi dan temuan itu, guru perlu mengurangi dominansi diri dalam proses pembelajaran dan harus memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk membangun konsepnya. Untuk mewujudkan hal ini dan memperbaiki situasi, maka diusulkan penerapan metode investigasi kelompok (Group Investi-gation) dalam pembelajaran berikutnya. Dalam menerapkan metode ini, siswa dibagi menjadi tujuh kelompok. Setiap kelompok terdiri atas sekitar empat orang dan masing-masing menunjuk ketua, sekretaris, penyaji, dan anggota. Kelompok ditugasi mendalami materi

drama secara undian. Masing-masing memba-has, mendalami, merumuskan konsep, dan menyiapkan presentasi untuk forum kelas. Penyaji wakil kelompok menjadi juru bicara kelompok dan menyajikan paparan rumusan materi yang disiapkan. Kelompok lain atau forum kelas menyimaknya sebagai wawasan barunya, serta menanggapinya. Begitu terus bergulir, sampai kelompok dan materi terakhir disajikan lengkap. Mereka aktif, penuh parti-sipasi belajar, dan rela berbagi kepada semua rekannya. Mereka membagi dan menyerap informasi dari hasil kerja kelompok dan presentasi anggota kelompok lain. Di sini terbangun sikap sosial, solidaritas, dan partisipasi belajar bersama.

Metode investigasi kelompok memberikan peluang partisipasi penuh kepada siswa untuk berkreasi, membangun konsep, memilih, dan mendalami jenis-jenis materi drama. Tugas diberikan, disepakati waktu pengumpulannya, lalu dibuat, dan dikumpulkan serentak tepat waktu. Tes formatif diberikan dan siswa mengerjakannya dengan benar karena sudah paham. Nilainya bagus. Kedua tugas diselesai-kan dengan benar dan tepat waktu. Dengan demikian, guru dapat segera melakukan refleksi, menganaslisis hasilnya untuk diperbandingkan dengan perolehan nilai sebelumnya, serta sebagai bahan merancang kegiatan pembelajar-an selpembelajar-anjutnya.

Melalui perjalanan proses tersebut diharapkan, target waktu belajar, target partisipasi siswa, dan target prestasi hasil belajar siswa dapat dipenuhi, diwujudkan, bahkan ditingkatkan efisiensi, efektivitas, kualitas, maupun produktivitasnya.

Rumusan Masalah

(10)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

cocok untuk penggalakan partisipasi belajar ini adalah investigasi kelompok.

Berdasakan kondisi itu, maka dirumuskan masalah sebagai berikut, “Mampukah penerap-an metode investigasi kelompok meningkatkpenerap-an partisipasi dan prestasi belajar drama bagi siswa di kelas 9A SMPK PENABUR Cirebon?”

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini hendak mewujudkan tujuan berikut. Pertama, meningkatkan partisipasi siswa

dalam belajar drama. Kedua, meningkatkan

prestasi hasil belajar siswa. Ketiga, mendeteksi seberapa jauh efektivitas peran dan dampak metode belajar investigasi kelompok dalam

menolong kesulitan belajar siswa. Keempat,

membangun mutu proses belajar yang berdampak pada peningkatan mutu siswa, mutu guru, mutu sekolah/lembaga, dan mutu pendidikan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini hendak mewujudkan manfaat teoretik maupun manfaat praktis. Manfaat teroretik penelitian ini adalah, bahwa penelitian ini merupakan suatu upaya untuk meningkat-kan kemampuan siswa dalam belajar drama dan menulis naskah drama. Bahkan di luar itu, penelitian ini juga sangat bermanfaat bagi beberapa pihak, seperti: siswa, guru, sekolah/ lembaga, pengembangan proses belajar, maupun orangtua/pemercaya sekolah.

Bagi siswa, penerapan metode investigasi kelompok mengondisikan siswa lebih senang dalam belajar dan membangun konsep drama; siswa lebih partisipatif dalam belajar dan membangun konsep; siswa lebih berhasil dalam prestasi belajarnya; dan siswa dapat membang-un karakter lebih dinamis dan berdampak.

Bagi guru, penerapan metode itu mengondi-sikan guru mampu menolong dan mengangkat kesulitan belajar siswa dalam belajar drama; guru semakin berpengalaman membangun suasana belajar yang bernuansa PAIKEM GEMBROT (pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, banyak curah pendapat dan berbobot ); guru semakin berpengalaman dalam melakukan perubahan paradigma belajar, dengan menerapkan model

dan metode pembelajaran yang tepat, produktif, efektif, variatif, dan berkualitas; dan guru semakin berpengalaman dalam melakukan PTK dan menuangkannya dalam karya tulis.

Bagi sekolah/lembaga, penerapan metode tepat seperti itu mengondisikan sekolah semakin tampil berkualitas melalui terbangunnya kualitas siswa, kualitas guru, dan pembelajaran; sekolah semakin memiliki kultur ilmiah; dan masyarakat pemercaya sekolah semakin banyak/luas.

Bagi pengembangan proses belajar siswa, penerapan metode itu mengondisikan pembel-ajaran semakin dinamis, produktif, progresif, berkualitas; guru dan siswa semakin mudah bersinergi dalam membangun PBM bermutu.

Bagi orang tua/pemercaya sekolah, lembaga pendidikan bermutu mengondisikan orangtua semakin percaya pada sekolah; orangtua rela dan semangat mendukung upaya memajukan sekolah.

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan metode pembelajaran yang inovatif dan kritis. Guru menjadi lebih kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis naskah drama. Dengan demikian, terwujud pembel-ajaran lebih menarik dan menyenangkan.

Selain itu, penggunaan metode investigasi kelompok dalam pembelajaran menulis naskah drama dapat menepis anggapan siswa bahwa pembelajaran menulis naskah drama itu sulit, membosankan, dan tidak menyenangkan. Siswa diharapkan dapat lebih terampil menulis naskah drama karena adanya variasi metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan minat mereka dalam pembelajaran menulis naskah drama.

Kajian Pustaka

Metode Pembelajaran Ceramah bervariasi

(11)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

memperbandingkan penerapan dua metode; yaitu metode dan model pembelajaran ceramah bervariasi dan investigasi kelompok. Metode ceramah bervariasi adalah varian metode ceramah. Metode ceramah beresensi menyajikan ide dalam segala bentuk, variasi, dan gaya penyajian penyaji (W James Popham 1992: 80). Pada sumber lain disebut, ceramah adalah berbicara/berpidato di depan banyak pendengar untuk menyampaikan suatu hal, seperti pengetahuan (Harimurti Kridalaksana 1999: 185). Tokoh pendidikan yang lain menyebut, bahwa ceramah digunakan untuk menyampai-kan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada siswa di kelas. Umumnya, siswa hanya mengikuti secara satu arah (one way communica-tion). Pada saat guru menerapkan metode ceramah bervariasi, guru cenderung melakukan

transfer of knowledge (transfer ilmu pengetahuan kepada murid). Guru aktif, murid pasif. Guru berbicara, murid menyimak. Komunikasi yang dibangun searah saja; yaitu guru-murid. Agar suasana dapat berjalan kondusif, guru memberikan variasi dengan sesekali/banyak kali melontarkan pertanyaan untuk memancing respon, pendalaman, partisipasi, dan keaktifan murid. Dengan demikian dapat dipahami, metode ceramah bervariasi merupakan metode lontar ilmu kepada murid diselingi pertanyaan untuk mengaktifkan murid. Metode ini sering disebut juga metode kuliah bagi dosen di perguruan tinggi. (W James Popham 1992: 69-84).

Metode Pembelajaran Investigasi Kelompok

Pada kesempatan selanjutnya, penulis juga menggunakan metode investigasi kelompok untuk memperbandingkannya dengan metode ceramah bervariasi dalam hal proses, dampak, hasil yang diperoleh dalam pembelajaran, serta kemampuan metode ini dalam mengatasi persoalan belajar drama siswa.

Dewey (1916) dalam Hendy Hermawan (2006: 27) menegaskan, keseluruhan kehidupan sekolah harus ditata/diorganisasikan sebagai miniatur kehidupan demokrasi, karena suasana kelas merupakan analogi kehidupan masyara-kat. Dengan demikian guru perlu berusaha mewujudkan suasana kelas seperti suasana kehidupan masyarakat itu (Joyce dan Weil, 1986:

228 dalam Hendy Hermawan (2006:27). Untuk itu, siswa perlu mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan sistem sosial melalui pengalaman dan pembelajaran bermasyarakat, demi kemajuan masyarakat itu. Sharan (1992) mengembangkan model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok. Model ini bermaksud membina sikap tanggung jawab dan bekerja sama dalam kelompok, serta membina sikap saling menghargai pendapat anggota kelompok, dan pada ujungnya membiasakan untuk berani mengemukakan pendapat.

Model investigasi kelompok ini menganut

langkah-langkah berikut. Pertama, guru

membagi kelas menjadi beberapa kelompok heterogen, lalu kelompok membentuk pengurus kelompok yang terdiri dari ketua, sekretaris, penyaji, dan anggota. Kedua, guru menjelaskan maksud, prosedur belajar dalam investigasi

kelompok. Ketiga, guru memanggil para ketua

kelompok untuk mengambil undian materi tugas yang berbeda untuk didiskusikan dalam kelompok dan disusun sistematika materi dan rencana paparannya di depan forum kelas nanti.

Keempat, setiap kelompok bekerja secara kooperatif dalam kelompoknya menyiapkan paparan materi presentasi. Kelima, setelah selesai, setiap kelompok tampil melalui juru bicaranya menyampaikan paparan hasil diskusinya; kelompok lain menyimak dan menanggapinya. Urutan maju presentasi diundi antarkelompok. Keenam, jika terjadi ketepatan sajian konsep, guru memberikan penguatan; sedangkan jika terjadi kekurangtepatan konsep, guru memberikan klarifikasi.

Model pembelajaran ini memberikan kesem-patan siswa untuk banyak berpartisipasi, berinteraksi dalam membangun gagasan. Semakin partisipasi belajar siswa tinggi, penguasaan konsep dan materi pembelajaran semakin dalam dan luas pula. Ini menguntung-kan siswa ketika mereka menghadapi tes. Hasilnya pasti baik dan memuaskan.

Penentu Sukses Belajar Siswa

(12)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

faktor penyaji atau cara seorang guru mengelola proses pembelajaran (Hendy Hermawan, 2006: v). Gaya, sikap, teknik pendekatan menarik yang guru suguhkan dalam melayani siswa memberikan dampak semangat belajar tinggi. Dinamika belajar terbangun. Belajar tidak capek

dan tidak membosankan. Ketiga, faktor metode

pembelajaran yang diterapkan guru. Pilihan metode yang cocok dan disukai siswa menjadi sumber kekuatan dan energi belajar tersendiri.

Keempat, faktor kebermanfaatan materi pembelajaran itu bagi siswa dan kehidupannya. Semakin sebuah materi pembelajaran dinilai tinggi manfaatnya bagi hidup siswa kelak, maka semangat belajar siswa semakin tumbuh dan dinamis. Keterlibatan siswa dalam belajar semakin nyata.

Berkaitan dengan hal tersebut, guru dalam mengajar hendaknya mampu membantu siswa memperoleh ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana dan ruang untuk mengekspresi-kan diri, berbagai cara belajar bagaimana belajar, sehingga siswa mampu meningkatkan kemampuannya untuk belajar lebih mudah dan lebih efektif di masa depan. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus memiliki makna deskriptif, keterkinian, prospektif, dan berorientasi ke masa depan (Hendy Hermawan, 2006: 3). Kondisi ini pasti mampu mendukung siswa sukses dan berprestasi dalam belajar.

Penentu Kualitas Belajar Siswa

Kualitas belajar siswa dipengaruhi banyak faktor. Pertama, faktor minat belajar siswa. Minat yang positif, stabil, bersumber dari intern siswa sangat mempengaruhi kinerja belajar yang berdampak pada belajar efektif dan produktif.

Kedua, faktor guru dan gayapenyajiannya. Ketokohan, semangat, kegigihan, kejuangan, kemurnian, kebapakan/keibuan, ketulusan, dan kesetiaan seorang guru dalam mengajar akan sangat dirasakan siswa dalam seluruh aspek kehidupannya. Jasanya akan dikenangnya sepanjang masa, bahkan akan diceritakan kepada saudara dan keturunannya. Ketiga, faktor metode pembelajaran. Metode yang enak dan menantang akan mengondisikan belajar siswa dalam ambang semangat dan prestasi tinggi.

Keempat, faktor kondisi lingkungan yang kondusif. Lingkungan kelas, luar kelas, bahkan

kultur tertentu sekolah akan sangat menopang ketenangan dan kenyamanan belajar siswa. Kondisi ini mendukung teraihnya prestasi tinggi siswa. Kelima, faktor sinergi antarpihak dan sarana. Kesamaan visi, kebutuhan, langkah, cita-cita, dan persepsi tentang pemanfaatan dan optimalisasi sarana pendidikan menjadi bekal tersendiri bagi niat untuk membangun mutu belajar siswa. Untuk itu, kondisi seperti ini harus dijaga dan diwujudkan terus (Suyanto 2013: 79-111).

Drama

Pada bagian ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan drama yaitu tujuan belajar, istilah, definisi/pengertian, sumber ide untuk menulis, struktur teks, unsur intrinsik,.urutan pentas, syarat pentas, urutan/langkah menulis teks, struktur alur, jenis, menilai teks, dan menilai pementasan. Tujuan belajar drama meliputi: memahami konsep lengkap tentang drama; terampil menulis naskah drama; terampil berpentas drama; menilai naskah drama; menilai pementasan drama.

Istilah-istilah drama meliputi: sandiwara (sandi : rahasia, warah : ajaran ); teater (pemen-tasan); fragmen ( cuplikan pentas kehidupan ); tonil (Belanda: toneel, artinya : tontonan) (Adhy Asmara 1979 : 9-12). Ketiga, definisi drama dapat dinyatakan seperti: pementasan/pemanggung-an karya fiksi berupa dialog-monolog (Sumiati Budiman 1987:49); pementasan karya fiksi berupa dialog-monolog dan akting tokoh diiringi musik yang sesuai, kostum yang pas, dekorasi panggung/latar yang cocok, untuk menyampa-ikan sebuah konflik dan pesan (Laelasari 2006 :73-74);.seni yang mempertunjukkan pekerti manusia dengan perbuatan dan dialog-monolog (Soetarno 1976 : 20).

Sumber ide untuk menulis naskah drama berasal dari: karya imajinasi pengarang (asli-fiksi); parafrase ( ubah bentuk/tampilan ) karya lain ; dari cerpen ke drama; bahan buku harian (

diary ) penga rang; modifikasi naskah drama lain; mengubah skenario cerita film (E Kosasih 2008: 117-122; 131-137)..

(13)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

membangun alur; deskripsi perilaku tokoh (laku-an/akting); paparan latar (tempat, waktu, suasa-na, iringan musik); dan improvisasi pemain.

Unsur intrinsik drama meliputi: tema, amanat/pesan cerita-pementasan, dialog-monolog, akting/tata laku, latar/panggung plus iringan musik, tata lampu, dekorasi, alur/plot/ jaringan cerita, kostum/tata rias tokoh/karakte-risasi tokoh, improvisasi tokoh (Adhy Asmara 1979: 53-67).

Urutan/struktur pementasan drama: prolog, adegan dan babak, dan epilog.

Syarat pementasan drama meliputi: ada

repertoire, ada sutradara, ada pemain, ada latar/ panggung, ada kostum pemain, ada dekorasi, iringan musik, ada sarana pendukung lain, ada penonton (Soetarno 1976: 20).

Urutan langkah menulis naskah drama/

repertoire: ada/punya tema; ada pesan yang akan disampaikan; merancang plot/skenario cerita; memilih tokoh/pembeber tema-skenario; meran-cang tata laku-akting tokoh; mulai menulis judul, deskripsi tokoh dan wataknya, latar awal, dialog-monolog dilengkapi; dan akting tokoh, latar antara, latar musik, tata lampu, suasana; membaca naskah dan mengeditnya (Nurhadi 2007: 147-152)..

Urutan/struktur alur drama meliputi: introduksi, perkenalan, tampilan masalah, konflik, konflik merumit, klimaks, antiklimaks, peleraian, penyelesaian/konklusi (Soetarno 1976: 21)..

Jenis dan bentuk drama meliputi: tragedi, komedi, trage-komedi, opera/operet, tablo-panto-mime, eketoprak, ludur, lenong, sendratari, dagelan, dan wayang (Adhy Asmara 1979 : 50-52), ( Sumiati Budiman 1987:50-52), (Soetarno 1976 : 21-23), (Laelasari 2006 :74-77).. Menilai naskah drama mengarah pada elemen: struktur teks, tata tulis, bahasa, dialog-monolog, lukisan akting, latar awal-tengah-antara, tema-amanat/pesan, originalitas, asas nilai manfaat teks, kejelasan alur dan pesan (Nurhadi 2007: 161-166)..

Menilai pementasan drama mengarah pada elemen: ketepatan pilihan tokoh dan karakter (ka-rakterisasi), ketepatan pembabaran alur/plot; originalitas dan kemenarikan pementasan., kesesu aian kostum, iringan musik/suasana/ dekorasi, improvisasi tokoh/kesigapan tokoh

dalam berperan, dialog-monolog tokoh/bahasa tokoh, akting/perilaku/tata laku tokoh, kesesua-ian dialog-monolog dengan akting tokoh, nilai manfaat tema pementasan (Rendra 1976: 7-95), (Nurhadi 2007: 187-194).

Metode Penelitian Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Kristen PENABUR Cirebon, Jalan Dr. Ciptomangunkusumo Nomor 24, Cirebon. Sekolah ini berada di tengah kota dan di lingkungan bisnis, pendidikan, dan perkantoran. Sekolah yang berdiri pada tanggal 1 Agustus 1951 ini telah melahirkan ribuan alumni yang tersebar di seantero Nusantara dengan pilihan tugas dan karier masing-masing. Subjek penelitian adalah siswa kelas 9 A yang termasuk kelas unggulan dengan jumlah murid sebanyak 30 orang; terdiri atas 13 siswi dan 17 siswa. Mayoritas siswa keturunan China, yaitu sebanyak 26 orang, keturunan Jawa dua orang, dan keturunan Batak dua orang.

Prosedur dan Siklus Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untuk memperbaiki kompetensi, partisipasi, dan prestasi siswa dalam belajar dan menulis teks drama dengan menggunakan metode investigasi kelompok. PTK merupakan suatu proses yang

menunjukkan siklus-siklus kegiatan

berkelanjutan dan berulang-ulang. Banyaknya siklus bergantung kepada hasil dan pencapaian kompetensi siswa yang diharapkan setelah diproses dengan metode PTK. Minimal siklusnya dua kali. Kalau hasil dan kompetensi siswa sudah tercapai pada dua tahapan siklus, PTK dianggap sudah tuntas. Jika dua kali siklus belum tuntas, dilanjutkan ke siklus tiga. Begitu seterusnya. Siklus maksimal tiga atau empat.

Proses PTK terdiri atas empat tahap; yaitu: perencanaan, pelaksanaan/tindakan, peng-amatan, dan refleksi. Berikut jabarannya.

Perencanaan

(14)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas 9A. Metode ini digunakan untuk satu kali pertemuan dalam dua jam pelajaran. Pada tahap ini, penulis menyiapkan bahan-bahan seperti: Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa; perangkat pengumpulan data, seperti lembar observasi dan alat tes siswa; melakukan koordinasi dengan teman sejawat dan murid untuk membantu pelaksanaan penelitian ini.

Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam satu kali pertemuan kelas, dua jam pelajaran dengan prosedur kerja sebagai berikut: guru menyampaikan salam pagi dan mengabsen siswa; guru mengatur tempat duduk siswa dan mendorong diwujudkannya kebersihan/K-3 kelas; guru mengajak siswa memahami standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yang hendak diwujudkan bersama hari ini; guru menjelaskan prosedur belajar hari ini: pembukaan, pemahaman SK, KD, tujuan pembelajaran, pembentukan kelompok, pengun-dian materi diskusi dan presentasi, presentasi kelompok, tanggapan teman, tanya jawab ( klari-fikasi dan penguatan ), penutup (tes, analisis hasil tes), pemberian tugas rumah; pemben-tukan kelompok, ketua, presenter/juru bicara, dan anggota; pengundian dan pembagian materi heterogen; diskusi kelompok; presentasi wakil-wakil kelompok, teman dan forum lain menyi-mak dan menanggapinya dengan baik; tanya jawab/tanggapan; tes formatif; analisis hasil tes; guru memberikan ulasan umum tentang belajar menulis teks drama dengan metode investigasi kelompok; dan guru memberikan tugas rumah siswa untuk penajaman pemahaman.

Pengamatan

Sasaran pengamatan dalam proses penelitian ini adalah kinerja guru di dalam menerapkan metode investigasi kelompok untuk meningkat-kan kompetensi siswa belajar menulis teks drama, dan perilaku siswa dalam proses belajar dan melakukan diskusi kelompok, mempresen-tasikan hasilnya, dan di dalam siswa memberi-kan tanggapan-tanggapan atau pertanyaan.

Refleksi

Penulis melakukan refleksi berdasarkan hasil observasi guru, teman sejawat, siswa atas kinerja guru dan perilaku belajar siswa dalam proses belajar mengajar serta perolehan nilai siswa selama proses pembelajaran. Hasil observasi serta perolehan nilai siswa penulis gunakan sebagai dasar perbaikan pembelajaran pada siklus kedua. Refleksi tersebut penulis fokuskan pada masalah utama penelitian, yaitu: cara guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode investigasi kelompok, dan pencapaian hasil belajar siswa setelah guru menerapkan metode investigasi kelompok dalam pembelajarannya.

Apabila perolehan nilai sebagian besar siswa (yaitu 85%) belum mencapai standar KKM sekolah (yaitu 85), maka dikategorikan pembel-ajaran belum tuntas atau gagal. Untuk itu perlu dilakukan pengulangan pembelajaran dengan perbaikan pada aspek tertentu. Aspek tersebut berdasarkan temuan dan telaah guru selama proses pembelajaran yang lalu berlangsung.

Misi umum penelitian ini adalah mening-katkan partisipasi dan prestasi belajar siswa dalam belajar drama dan menulis naskah drama dengan menggunakan metode investigasi kelompok di kelas 9A. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk mencapai KKM sekolah sebesar 85. Apabila nilai sebagian besar siswa (sejumlah 85 %) belum mencapai standar KKM sekolah, maka pembelajarannya haruslah diulang dengan siklus berikutnya. Siklus berikut itu harus menerapkan perbaikan pada beberapa aspek hasil telaah dan temuan selama proses pembelajaran sebelumnya berlangsung. Penerapan desain dan siklus pembelajaran di atas dapat kita cermati pada Gambar 1.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaku-kan dengan tes dan observasi.

Tes

(15)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

drama yaitu siswa (a) mampu memahami konsep drama secara utuh dan komprehensif, (b) terampil menulis naskah drama, (c) terampil bermain/berpentas drama, (d) terampil menilai naskah drama, dan (e) terampil menilai pementasan drama.

Tes diberikan dua kali, yaitu pada siklus 1 dan 2. Bentuk tes adalah pilihan ganda agar segera diketahui hasil, perkembangan, dan perbandingannya. Dengan demikian, analisis dan kesimpulan penerapan metode baru dalam pembelajaran bersiklus itu dapat terbaca.

Observasi

Observasi dilakukan guru sejawat dan siswa terhadap guru dan siswa pada kedua siklus yang dilakukan. Guru pengamat mengobservasi kinerja guru dalam menerapkan metode investigasi kelompok dan perilaku belajar siswa dalam memberikan partisipasi belajar drama. Siswa pengamat mengamati kinerja guru dalam menerapkan metode investigasi kelompok dan perilaku belajar siswa temannya dalam memberikan partisipasi belajar drama.

Melalui hasil pengamatan kedua pihak, maka kinerja guru menerapkan metode investi-gasi kelompok dan perilaku belajar siswa dalam memberikan partisipasi belajar drama dapat

dicermati bagaimana perkembangan dan kemajuan kompetensinya.

Teknik Analisis Data

Sesuai dengan teknik pengumpulan data, maka ada dua macam data yang dianalisis dalam penelitian ini.

Nilai siswa

Nilai ini merupakan potret kemampuan siswa dalam belajar drama, sebelum dan setelah penerapan metode investigasi kelompok. Nilai siswa ini ada dua macam; yaitu hasil pos tes pada siklus 1 dan 2. Nilainya berupa nilai kuantitatif. Dengan nilai itu dapat dikaji (a) berapa siswa yang meraih KKM, dan yang belum KKM, (b) bagaimana tingkat ketuntasan belajar kelasnya, (c) bagaimana perkembangan kemajuan antara siklus pembelajaran kesatu dan kedua setelah penerapan metode investigasi kelompok dalam belajar drama, (d) soal tes nomor mana saja yang masih merupakan kesulitan siswa, dan (e) kalau nilai tes jelek/tak memenuhi standar, apa langkah berikut.

Hasil observasi

Lembar hasil observasi guru/teman sejawat dan siswa terhadap kinerja guru dan perilaku belajar Permasalahan

Permasalahan baru hasil refleksi

Apabila permasalahan belum terselesaikan

Siklus 1

Siklus 2

Perencanaan tindakan 1

Pelaksanaan tindakan 1

Pengamatan/ Pengumpulan Data 3 Pengamatan/

Pengumpulan Data 1

Pelaksanaan tindakan 2 Refleksi 1

Perencanaan tindakan 2

Refleksi 2 Pengamatan/

Pengumpulan Data 2

Dilanjutkan ke siklus

berikutnya/S3

>

>

>

>

<

<

>

>

<

<

>

>

(16)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

siswa dalam menerapkan metode investigasi kelompok dalam belajar drama ini berupa nilai kuantitatif. Data kondisinya digunakan untuk menelaah dan menghubungkan data kondisi satu dan lainnya, untuk akhirnya disimpulkan. Kinerja guru dalam menerapkan metode investigasi kelompok diobservasi dan dinilai oleh teman sejawat dan siswanya. Sedangkan perilaku belajar siswa dalam memberikan partisipasi belajar drama dengan metode investigasi kelompok diobservasi dan dinilai oleh guru peneliti, guru observer/teman sejawat, dan siswa/temannya sendiri.

Hasil Penelitian

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus 1

Pada siklus pembelajaran kesatu ini telah dilakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berikut ini uraiannya.

Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyiapkan dan menyu-sun RPP siklus 1; menghubungi guru/teman sejawat, yaitu rekan guru Bahasa Indonesia, untuk mengobservasi kinerja dirinya, mengob-servasi perilaku belajar siswa, dan membantu

pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas 9A, atas izin Kepala Sekolah; menghu-bungi dua orang siswa, siswa berkarakter, berwawasan, dan loyal, untuk menjadi tenaga observer saat pembelajaran dilakukan, guna mengobservasi kinerja guru dan perilaku belajar temannya; meminta seorang tenaga karyawan, yang menguasai fotografi, untuk mendokumen-tasikan kegiatan pembelajaran ini; menetapkan hari Kamis, 16 April 2015 jam ke-6-7, pukul 10.30-12.10 adalah hari pembelajaran siklus 1 di kelas 9A bagi penerapan metode ceramah bervariasi untuk meningkatkan kompetensi dan partisipasi belajar siswa dalam belajar drama dan menulis teks drama; dan akhirnya, menyiapkan perangkat pendukung pembelajaran.

Pelaksanaan

Pada tahap ini penulis melakukan aneka kegiatan di kelas 9A berupa: menyampaikan salam pagi dan mengabsen siswa; mengatur tempat duduk siswa dan mengelola K-3 kelas; mengajak siswa memahami standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yang hendak diwujudkan bersama hari ini; menjelaskan prosedur belajar hari ini; memberikan apersepsi uantuk merangsang kesiapan belajar; menjelaskan materi dengan metode ceramah bervariasi; memberikan

Tabel 1: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1

No Aspek Penilaian dalam Observasi

Rentang Skor

Keterangan Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa V

2 Minat dan Semangat Belajar V

3 Minat Bertanya V

4 Semangat Mencatat Materi

Pelajaran

V

5 Keterlibatan dalam Pelajaran V

6 Konsentrasi Belajar V

7 Partisipasi Siswa dalam

Pembelajaran

V

8 Hasil Prestasi Studi Siswa V

(17)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

kesempatan siswa untuk bertanya materi pelajar-an; memberikan postes; mengajak siswa meng-analisis tes dan hasilnya; memberikan tugas rumah siswa untuk penajaman dan pengayaan konsep; akhirnya menutup pertemuan hari itu.

Pengamatan

Pada tahap ini penulis mengamati perilaku belajar siswa, hasil postes, dan hasil observasi dari dirinya, observer guru sejawat, maupun siswa. Hasilnya sebagai berikut.

1. Pengamatan guru atas perilaku belajar siswa

Sambil mengajar guru mengamati, bahwa kondisi perilaku belajar siswa tenang, memperhatikan pembelajaran, mencatat rangkuman penjelasan, tidak bertanya, namun hasil postesnya ternyata ada sembi-lan orang tidak KKM; atau 30 % tidak KKM.

2. Pengamatan Teman Sejawat tentang

perilaku belajar siswa

Teman Sejawat menilai perilaku belajar siswa sebagai baik, partisipasi belajar siswa dan prestasi studinya baik, 8 item pengamatan yang dinilai semua baik. Deskripsinya terlihat pada Tabel 1.

3. Pengamatan Siswa tentang perilaku siswa/

temannya

Dua orang siswa mengamati perilaku belajar temannya sebagai cukup baik dan

Tabel 2 a: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1

No Aspek Penilaian dalam Observasi

Rentang Skor

Keterangan Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya v

4 Semangat Mencatat Materi

Pelajaran

v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v

6 Konsentrasi Belajar v

7 Partisipasi Siswa dalam

Pembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek 4 2 2

kondusif. Ini nyata dari penilaian amat baik 1 poin, baik 8 poin, sedang 5 poin, dan kurang 2 poin, sebagaimana terlihat pada Tabel 2 a dan 2 b.

4. Pengamatan Teman Sejawat tentang kinerja guru.

Teman sejawat mengamati, murid tenang, perhatian baik, kurang bertanya/pasif, partisipasi siswa baik, hasil prestasi baik. Sedangkan penampilan guru dinilai cukup kondusif, piawai dalam mengelola kelas, menyenangkan siswa, menarik.

Teman Sejawat menilai kinerja guru sebagai baik dalam kedelapan item pengamatan. Deskripsinya terlihat pada Tabel 3. 5. Pengamatan Siswa tentang kinerja guru.

Dua orang siswa menilai kinerja guru seba-gai amat baik 5 poin, baik 10 poin, sedang 1 poin, sebagaimana terlihat pada Tabel 4a dan 4b.

6. Hasil postes siswa

Hasil postes siswa terlihat pada Tabel 5.

Refleksi

(18)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Tabel 2 b: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1

No Aspek Penilaian dalam Observasi

Rentang Skor

Keterangan Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya v v

4 Semangat Mencatat Materi

Pelajaran

v v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v 1

6 Konsentrasi Belajar 4 3

7 Partisipasi Siswa dalam

Pembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek 4 2 2

Tabel 3: Lembar Observasi Teman Sejawat pada Siklus 1

No Aspek Penilaian dalam Observasi

Rentang Skor

Keterangan Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Pengarahan Guru v

2 Metode yang Digunakan Guru v

3 Penyajian Materi Guru dan

Sistematikanya

v

4 Kecakapan dan Keterlibatan

Guru Menangani Tanggapan dan Penuntasan Pembelajaran

v

5 Kepiawaian Guru dalam

Menghidupkan Kelas

v

6 Penguasaan/Managemen

Kelas

v

7 Partisipasi Siswa dalam

Pembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

(19)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Tabel 4 a: Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus 1

No Aspek Penilaian dalam Observasi

Rentang Skor

Keterangan Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Pengarahan Guru v

2 Metode yang Digunakan Guru v

3 Penyajian Materi Guru dan

Sistematikanya v

4 Kecakapan dan Keterlibatan

Guru Menangani Tanggapan dan Penuntasan Pembelajaran

v

5 Kepiawaian Guru dalam

Menghidupkan Kelas v

6 Penguasaan/Managemen

Kelas v

7 Partisipasi Siswa dalam

Pembelajaran v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek pengamatan 3 4 1

Tabel 4 b: Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus 1

No Aspek Penilaian dalam Observasi

Rentang Skor

Keterangan Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Pengarahan Guru v

2 Metode yang Digunakan Guru v v

3 Penyajian Materi Guru dan

Sistematikanya

v

V

4 Kecakapan dan Keterlibatan

Guru Menangani Tanggapan dan Penuntasan Pembelajaran

v

5 Kepiawaian Guru dalam

Menghidupkan Kelas V

6 Penguasaan/Managemen

Kelas

v

2 6

7 Partisipasi Siswa dalam

Pembelajaran v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

(20)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

T abel 5: Hasil Postes pada Siklus 1 No Nama Siswa Nilai Keterangan

1 Siswa 1 95 K K M = 85

2 Siswa 2 95

3 Siswa 3 80 Nilai 100 = 2

4 Siswa 4 90 Nilai 95 = 2

5 Siswa 5 85 Nilai 90 = 10

6 Siswa 6 100 Nilai 85 = 7

7 Siswa 7 75 Nilai 80 = 6

8 Siswa 8 85 Nilai 75 = 1

9 Siswa 9 90 Nilai 70 = 1

10 Siswa 10 80 Nilai 0 = 1

11 Siswa 11 90

12 Siswa 12 90

13 Siswa 13 90

14 Siswa 14 90

15 Siswa 15 90

16 Siswa 16 80

17 Siswa 17 85

18 Siswa 18 80

19 Siswa 19 80

20 Siswa 20 85

21 Siswa 21 80

22 Siswa 22 0 Sakit/tidak tuntas

23 Siswa 23 85

24 Siswa 24 100

25 Siswa 25 80

26 Siswa 26 90

27 Siswa 27 70

28 Siswa 28 90

29 Siswa 29 90

30 Siswa 30 85

Jumlah tu ntas/tak tuntas

21/ 9 siswa

Tuntas: 21(70%) Tidak tuntas:

9 (30%)

tersedia dan dibagikan kepada siswa. Pelaksanaan dan sarana pendukung telah dioperasikan optimal. RPP yang disiapkan telah dipraktikkan dalam pembelajaran. Guru menjelaskan materi pembelajaran secara sistematis dengan LCD, peluang siswa bertanya disediakan, walaupun tak direspon seorang pun, kondisi kelas sangat kondusif, tenang, nyaman untuk memahami dan membangun konsep.

Hasil observasi guru sejawat pun positif dan sejalan dengan renungan di atas. Kinerja guru baik, perilaku belajar siswa cukup baik. Pendapat dan pemahaman ini juga didukung oleh hasil observasi dua orang siswa. Kinerja guru baik dan perilaku belajar siswa pun baik. Hampir semuanya positif.

Perencanaan dan pelaksanaan pembel-ajaran yang optimal tersebut ternyata belum menghasilkan partisipasi belajar siswa dan prestasi belajar yang optimal. Ini ternyata dari tidak satu pun siswa bertanya, menanggapi, memberikan klarifikasi materi pelajaran saat terjadi proses belajar mengajar. Siswa pasif dan diam. Awalnya guru bangga karena merasa upaya penjelasannya dapat ditangkap jelas oleh siswa. Rasa bangga yang berujung agak kecewa. Kecewa karena ternyata hasil tesnya (Tabel 5) tidak optimal. Ada 9 siswa tidak mencapai KKM sekolah, yaitu 85. Dari 30 siswa hanya 21 siswa mencapai KKM. Ini berarti hanya 70% siswa kelas itu tuntas belajar drama. Syarat tuntas belajar kelas adalah 85%. Ini berarti bahwa pembelajaran pada siklus 1 bermasalah.

(21)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

konsep materi guru. Inilah persoalan yang terjadi.

Dari kajian dan refleksi di atas, maka dapat disimpulkan, siklus pembelajaran kesatu mengalami masalah: guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi pelajaran, guru melibatkan siswa dalam belajar namun tidak direspon positif murid, guru terlalu mendominasi komunikasi pembelajaran, sapaan guru tak berjawab menandai kepasifan siswa dan tanda tanya atas kualitas pemahaman murid terhadap materi pelajaran. Atas dasar semua itu, pembelajaran harus dilanjutkan ke siklus kedua dengan memperbaiki kinerja guru dan perilaku belajar siswa. Pilihan jitu untuk memperbaiki kondisi adalah menerapkan metode atau model pembelajaran investigasi kelompok dalam siklus pembelajaran kedua. Alasan pemilihan metode adalah, bahwa metode ini mampu mengeks-plorasi partisipasi dan demokrasi dalam belajar siswa, sehingga berdampak pada peningkatan prestasi siswa.

Siklus 2

Pada siklus pembelajaran kedua ini dilakukan

kegiatan perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi. Berikut uraiannya.

Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyiapkan beberapa hal berikut : menyusun RPP siklus 2 dengan revisi; menghubungi guru/teman sejawat untuk mengobservasi dirinya dan murid, serta membantu pelaksanaan kegiatan di kelas 9A, atas izin Kepala Sekolah; menghubungi dua siswa untuk menjadi tenaga observer saat pembelajaran dilakukan, serta meminta seorang Tenaga TU untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran ini; menetapkan hari Jumat, 17 April 2015, jam ke-8-9, pukul 12.10-13.30 adalah hari pembelajaran siklus 2 di kelas 9A bagi penerapan metode investigasi kelompok untuk meningkatkan kompetensi, partisipasi, dan prestasi belajar siswa dalam belajar drama dan menulis naskah drama; dan terakhir, menyiap-kan perangkat pendukung pembelajaran.

Pelaksanaan

Pada tahap ini penulis melakukan proses pembelajaran di kelas 9A berupa kegiatan: guru

menyam-paikan salam pagi, mengabsen siswa, mengatur piket kelas/mengelola K3 untuk membersihkan kelas agar nyaman digunakan untuk belajar; guru mengatur tempat duduk siswa agar mereka nyaman belajar; guru mengajak siswa memahami standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yang hendak diwujudkan bersama hari ini; guru menjelaskan prosedur belajar hari ini: pembukaan, pemahaman SK, KD, tujuan pembelajaran, pembentukan kelompok, pengundian materi diskusi, penyiapan bahan presentasi kelompok, presentasi kelompok, tanggapan teman, tanya jawab ( klarifikasi dan penguatan ), penutup (tes, analisis hasil tes), pemberian tugas rumah untuk menguatkan pemahaman konsep tentang drama dan penyusunan naskah drama; pembentukan kelompok diskusi, ketua, sekretaris, dan presenter/juru bicara kelompok, anggota; yaitu sebanyak tujuh kelompok, yang terdiri dari:

1. Kelompok Kesatu, dengan juru bicara AP

2. Kelompok Kedua., dengan juru bicara CLG

3. Kelompok Ketiga, dengan juru bicara MTS.

4. Kelompok Keempat, dengan juru bicara FTS.

5. Kelompok Kelima, dengan juru bicara JFK.

6. Kelompok Keenam, dengan juru bicara

HHW.

7. Kelompok Ketujuh, dengan juru bicara CSB.

Selesai membentuk kelompok dan personalnya, guru melakukan pengundian dan pembagian materi heterogen; memandu diskusi kelompok; mengundi urutan presentasi materi belajar yang disiapkan; memoderatori presentasi wakil-wakil kelompok, teman dan forum lain menyimak dan menanggapinya dengan baik; memandu tanya jawab untuk penguatan pemahaman konsep drama; memberikan tes formatif/postes; melakukan analisis hasil tes dan kesan pesan forum; guru memberikan ulasan umum tentang belajar drama dan menulis naskah drama dengan metode investigasi kelompok; guru memberikan tugas rumah siswa untuk penguatan konsep penyusunan naskah drama; dan akhirnya, guru menutup pertemuan hari ini.

Pengamatan

(22)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

dari observer guru sejawat maupun siswa. Hasilnya sebagai berikut.

1. Pengamatan guru atas perilaku belajar siswa Sambil mengajar guru mengamati, bahwa kondisi perilaku siswa dalam diskusi kelompok cukup aktif berpendapat, cukup hidup, dan dinamis memperhatikan dan merespon presentasi teman kelompok lain, bertanya kepada siswa presenter, yang pada ujungnya berdampak hasil postesnya ternyata 93,3% mencapai KKM.

Para presenter telah dapat mewakili kelompoknya menyampaikan paparan materi drama dengan baik, berani, tenang, lancar, serta mampu menjawab pertanyaan atau tanggapan kelompok lain. Ada 11 siswa penanya dengan 17 pertanyaan, penguatan, dan tanggapan. Mereka itu adalah: Penanya 1 ( 1 pertanyaan), Penanya kedua (1 pertanyaan), Penanya ketiga (3 pertanyaan), Penanya keempat (2 pertanya-an), Penanya kelima (1 pertanyapertanya-an), Penanya keenam (4 pertanyaan), Penanya ketujuh (1 pertanyaan), Penanya kedelapan (1 pertanyaan), Penanya kesembilan (1 pertanyaan), Penanya kesepuluh (1 nyaan), dan Penanya kesebelas (1 perta-nyaan). Lintas bicara antarpihak telah terjadi cukup semarak dan hidup, menarik, dan menyenangkan, berkesan, serta ingin diulang pada kesempatan lain. Data itu menandai, bahwa partisipasi siswa dalam diskusi internal cukup hidup dan aktif, juga dalam forum diskusi kelas. Ini dapat dinikmati saat guru keliling ke setiap kelompok ketika mereka mendiskusikan materi bagian kelompoknya, maupun saat memoderatori penampilan wakil kelompok dalam diskusi kelas yang lebih luas. 2. Hasil postes siswa

Hasil postes siswa terdeskripsi disajikan pada Tabel 6.

3. Hasil observasi guru sejawat dan siswa

a. Observasi guru sejawat terhadap guru Penampilan guru dinilai sangat kondusif, piawai dalam mengelola kelas, menyenangkan siswa, memotivasi kelas sehingga kelas hidup. Lima dari delapan aspek penilaian dinyatakan amat baik.

T abel 6: Hasil Postes pada Siklus 2 No Nama Siswa Nilai Keterangan

1 Siswa 1 100 K K M = 85

2 Siswa 2 100

3 Siswa 3 100 Nilai 100 = 20

4 Siswa 4 100 Nilai 95 = 5

5 Siswa 5 100 Nilai 90 = 3

6 Siswa 6 100 Nilai 80 = 1

7 Siswa 7 80 Nilai 80 = 1

8 Siswa 8 100 Nilai 0 =

9 Siswa 9 100

10 Siswa 10 95

11 Siswa 11 100

12 Siswa 12 100

13 Siswa 13 100

14 Siswa 14 100

15 Siswa 15 100

16 Siswa 16 100

17 Siswa 17 95

18 Siswa 18 100

19 Siswa 19 90

20 Siswa 20 100

21 Siswa 21 90

22 Siswa 22 0 Sakit/tidak tuntas

23 Siswa 23 95

24 Siswa 24 100

25 Siswa 25 95

26 Siswa 26 95

27 Siswa 27 90

28 Siswa 28 100

29 Siswa 29 100

30 Siswa 30 100

Jumlah tu ntas/tak tuntas

28/2or-ang

Tu ntas: 28 (93,3%) Tidak tuntas:

(23)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Tiga item dinilai baik. Tabel 7 deskripsi hasil observasinya.

b. Observasi guru sejawat terhadap

perilaku belajar siswa

Teman Sejawat mengamati siswa, bahwa mereka aktif berdiskusi dan berpartisipasi membangun ide, baik dalam diskusi kelompok maupun dalam forum kelas, hasil prestasi belajarnya amat baik. Lima dari delapan aspek penilaian dinyatakan amat baik, sedangkan tiga aspeknya baik. Tabel 8 berisi deskripsi hasil observasinya.

c. Observasi siswa terhadap kinerja Guru

Dua orang siswa, Siswi 1 dan Siswa 2 diminta turut mengobservasi kegiatan gurunya dalam mengajar dengan metode investigasi kelompok. Mereka menilai, bahwa proses ke-giatan pembelajaran berjalan lancar, kondusif, menyenangkan, memotivasi siswa belajar dan bergagasan. Siswi 1 menilai tiga dari delapan aspek kegiatan guru dinilai amat baik; lima item dinilai baik. Sedangkan S2 menilai dua item amat

Tabel 7: Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus 2

No Aspek Penilaian dalam Observasi

Rentang Skor

Keterangan Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Pengarahan Guru v

2 Metode yang Digunakan Guru v

3 Penyajian Materi Guru dan

Sistematikanya

v

4 Kecakapan dan Keterlibatan

Guru Menangani Tanggapan dan Penuntasan Pembelajaran

v

5 Kepiawaian Guru dalam

Menghidupkan Kelas

v

6 Penguasaan/Managemen

Kelas

v

7 Partisipasi Siswa dalam

Pembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek pengamatan 5 3

baik dan 6 item baik sebagaimana terlihat pada pada tabel 9a dan 9b. 4. Observasi siswa terhadap perilaku belajar

siswa

Dua orang siswa, Siswi 1 dan Siswa 2, turut mengobservasi kegiatan temannya dalam belajar dan diskusi. Mereka menilai, bahwa kegiatan temannya aktif, partisipatif, kondusif, senang, bahkan terlihat nyaman. Kedua siswa mengamati dan menilai bahwa kedelapan aspek pembelajaran siswa dinilainya amat baik 5 poin, baik 10 poin, dan sedang 1 poin. Deskripsi kondisi hasil pengamatan mereka itu tertera pada tabel 10a dan 10b.

Refleksi

(24)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

dibagikan kepada siswa. Pelaksanaan dan sarana pendukung telah dioperasikan optimal. RPP yang disiapkan telah dipraktikkan dalam pembelajaran. Guru menjelaskan dan menegas-kan prosedur dan teknis belajar pada siklus 2

ini secara serius agar pembelajaran berjalan efektif, sistematis, mencapai tujuan optimal, peluang siswa bertanya disediakan, baik dalam internal kelompok maupun forum kelas agar kelas menjadi hidup; kondisi kelas sangat

Tabel 8: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 2

No Aspek Penilaian dalam Observasi

Rentang Skor

Keterangan Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya V

4 Semangat Mencatat Materi

Pelajaran

v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v

6 Konsentrasi Belajar v

7 Partisipasi Siswa dalam

Pembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek 5 3

Tabel 9a: Lembar Observasi Siswa atas Kinerja Guru pada Siklus 2

No Aspek Penilaian dalam Observasi

Rentang Skor

Keterangan Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya v

4 Semangat Mencatat Materi

Pelajaran

v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v

6 Konsentrasi Belajar v

7 Partisipasi Siswa dalam

Pembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

(25)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Tabel 10b: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 2

No Aspek Penilaian dalam Observasi

Rentang Skor

Keterangan Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya v

4 Semangat Mencatat Materi

Pelajaran

v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v

6 Konsentrasi Belajar v

7 Partisipasi Siswa dalam

Pembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek 2 6

kondusif, dinamis, kerjasama terba-ngun baik, nyaman untuk memahami dan membangun konsep.

Hasil observasi guru sejawat positif dan sejalan dengan renungan di atas. Kinerja guru

baik, perilaku belajar siswa baik. Pendapat dan pemahaman ini juga didukung oleh hasil observasi dua orang siswa. Kinerja guru baik dan perilaku belajar siswa pun baik. Semuanya positif.

Tabel 9b: Lembar Observasi Siswa atas Kinerja Guru pada Siklus 2

No Aspek Penilaian dalam Observasi

Rentang Skor

Keterangan Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya v

4 Semangat Mencatat Materi

Pelajaran

v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v

6 Konsentrasi Belajar v

7 Partisipasi Siswa dalam

Pembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

(26)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Perencanaan dan pelaksanaan pembel-ajaran yang optimal tersebut ternyata mampu menghasilkan partisipasi belajar siswa dan prestasi belajar yang optimal. Ini ternyata dari adanya 11 siswa bertanya, menanggapi, membe-rikan klarifikasi materi pelajaran saat terjadi proses belajar mengajar. Siswa aktif dan dinamis. Guru bangga karena merasa perubahan metode dan strategi pembelajaran yang dilakukan menjadikan siswa nyaman belajar, berkomu-nikasi baik, dan bersama-sama membangun konsep tentang drama. Rasa bangga itu berujung puas dan bangga lagi. Dinyatakan demikian karena ternyata partisipasi belajar siswa berubah dan meningkat, bahkan hasil tesnya optimal. Dua puluh delapan siswa dari 30 siswa mencapai KKM sekolah, yaitu 85. Persentase KKM 93,3%. Dua puluh dari 30 siswa memper-oleh nilai 10/maksimal. Ini berarti terjadi perubahan luar biasa dari siklus 1 ke siklus 2.

Berdasarkan hasil investigasi guru terhadap siswa setelah membahas soal tes diperoleh beberapa masukan berikut. Model pembelajaran seperti ini enak, bagus, dan perlu diulang lagi pada pokok pelajaran berikutnya. Banyak siswa dapat atau terpaksa harus ikut aktif dalam bergagasan. Tetapi bagus dan bermanfaat. Perlu dikembangkan terus.

Dari kajian dan refleksi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa siklus pembelajaran kedua mengalami peningkatan signifikan dan berhasil. Kinerja guru dan perilaku belajar siswa berubah ke arah yang lebih baik dan bermakna. Untuk itu siklusnya berhenti di sini.

Pembahasan Hasil Penelitian

Berikut ini, penulis hendak menghubungkan rumusan masalah, tujuan penelitian, temuan fakta dan data penelitian (tes maupun observasi), dan kajian teori untuk menyimpulkan sebuah konsep. Rumusan masalah penelitian ini adalah: “Mampukah penerapan metode inves-tigasi kelompok meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar drama bagi siswa di kelas 9A

SMPK PENABUR Cirebon?”Rumusan masalah

ini dijabarkan ke dalam empattujuan penelitian berikut. Pertama, mening-katkan partisipasi siswa dalam belajar drama. Kedua, mening-katkan prestasi hasil belajar siswa. Ketiga,

mendeteksi seberapa jauh efektivitas peran dan dampak metode belajar Group Investigation dalam

menolong kesulitan belajar siswa. Keempat,

membangun mutu proses belajar yang berdam-pak pada peningkatan mutu siswa, mutu guru, mutu sekolah/lembaga, dan mutu pendidikan.

Tabel 10a: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 2

No Aspek Penilaian dalam Observasi

Rentang Skor

Keterangan Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya v

4 Semangat Mencatat Materi

Pelajaran

v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v

6 Konsentrasi Belajar v

7 Partisipasi Siswa dalam

Pembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

(27)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

berarti bahwa ada hubungan linear-logis antara pilihan metode pada kajian teori/pustaka

dengan rumusan masalah penelitian ini. Kedua,

dengan pilihan dan terapan metode pembelajaran yang pas, partisipasi studi siswa membaik. Partisipasi pada siklus 1 yang kurang diminati nol, sedangkan partisipasi pada siklus 2 berupa 11 siswa penanggap dengan 17 produksi tanggapan. Ini membuktikan tercapainya tujuan-kesatu penelitian ini dan tampak jelas pada Gambar 2.

Ketiga, perolehan nilai siswa sebagai wujud meterai kompetensi belajar siswa mengalami perubahan variatif dan signifikan. Ini menunjuk-kan, bahwa pilihan metode pembelajaran dapat mendongkrak minat belajar dan prestasi siswa, serta mendukung pewujudan tujuan-kedua penelitian ini. Kondisi ini dapat dicermati pada Gambar 3 yang menunjukkan KKM meningkat dari 70% menjadi 93.3%, melebihi KKM standar sebesar 85%.

Pada siklus 1, siswa ber-KKM sebanyak 21 orang, tidak KKM sebanyak 9 orang. Pada siklus 2, siswa ber-KKM sebanyak 28 orang, tidak KKM sebanyak 2 orang. Jumlah siswa tidak KKM menurun, dan meningkatkan jumlah siswa ber-KKM. Jumlah siswa yang mengalami pening-katan poin nilai 27 orang, yang stagnan/jenuh 3 orang. Dua orang stagnan karena perolehan nilai pada siklus 1-2 sudah maksimal; yaitu 100. Satu orang stagnan karena sakit dan tidak ikut proses belajar dan postes (Tabel 12).

Hasil postes mereka juga menunjukkan perkembangan dan peningkatan signifikan. Ini membuktikan, bahwa pemberlakuan metode baru pada siklus 2 tepat dan produktif. Kalau diperbandingkan peraihan nilai dan jumlah kedua siklus, maka terlihat seperti Tabel 13.

Dari data tabel itu dapat dikatakan, bahwa rentang variasi perolehan nilai pada siklus 1 lebih banyak daripada pada siklus 2. Perbandingannya adalah 8:5. Rentang panjangnya menunjukkan toleransi terhadap perolehan nilai di bawah KKM tinggi, sedangkan rentang pendeknya menun-jukkan perolehan nilai di atas KKM tinggi pula. Perubahan rentang variasi nilai dari siklus 1 ke siklus 2 menunjukkan terjadinya perbaikan kualitas pemahaman dan pembelajaran siswa. Pemeroleh nilai ideal semakin banyak, sedang-Sesuai kajian pustaka, metode investigasi

kelompok diplih karena metode ini mampu membangun sikap tanggung jawab dan kerjasa-ma dalam kelompok, serta membina sikap saling menghargai pendapat anggota kelompok, dan pada ujungnya membiasakan untuk berani mengemukakan pendapat. Kecuali itu, model ini juga memberikan kesempatan siswa untuk banyak berpartisipasi, berinteraksi dalam membangun gagasan. Semakin partisipasi belajar siswa tinggi, penguasaan konsep dan materi pembelajaran semakin dalam dan luas pula. Kondisi ini berdampak positif dan produktif pada peningkatan prestasi siswa

sebagaimana terlihat pada Tabel 11.

Data Tabel 11 menunjukkan, pertama,

pilihan metode pembelajaran memberikan aneka dampak pada kehidupan, nurani, perasaan, sikap, partisipasi, dan prestasi belajar siswa. Ini

0

11

0 2 4 6 8 10 12

Siklus 1 Siklus 2

Gambar 2: Partisipan Belajar dan Penanya

70

93.3

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

KKM RPP Ceramah Bervariasi

KKM Investigasi Kelompok

(28)

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Tabel 11 : Relasi dan Dampak Multiaspek dalam Dua SiKlus

No Relasi Multiaspek Siklus 1 Siklus 2 Kondisi Perubahan Kesimpulan

1 Terapan metode Ceramah

Bervariasi

Investigasi Kelompok

100 % berubah Perlu berubah &

bermanfaat

2 Partisipasi Studi 0 penanggap 11

penang-gap/17 tanggapan

37 % Partisipasi studi

signifikan

d. Tidak sesuai KKM e. % KKM kelas (85%)

a.7 siswa nilai naik b.naik 100%

6 Alur komunikasi Harus

kon-sern satu

7 Tekanan Belajar Tinggi (16

siswa)

ber-Siswa kelas ini kurang tahan tekanan

8 Kebebasan Belajar

Rendah/ke-na komando

9 Kinerja Guru-Murid Guru

ditun-tut banyak,

10 Kajian Observer

Guru-Siswa pada Peneliti

11 Kajian Observer

Gambar

Gambar 1: Alur Siklus Pembelajaran
Tabel 1: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1
Tabel 2 a: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1
Tabel 3: Lembar Observasi Teman Sejawat pada Siklus 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Escape mortality of trawl caught Baltic cod ( Gadus morhua ) — the effect of water temperature, fish size and codend catch.. Petri

With tearful eyes Della had counted the money she had saved for Jim’s Christmas present for the tenth time 87 cents.. Then suddenly she had a

Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat

Skripsi ini berjudul ’Upaya Meningkatkan Hasil Matematika Melalui Model Pembelajaran PAKEM Siswa Kelas IV Semester 2 SDN Kalibalik 01 Tahun 2011/2012.’ Tugas

alat yang digunakan untuk memungut hasil tanaman Menjelaskan fungsi dari alat pemungut hasil dan contoh alat pemungut hasil.. Mengamati alat-alat yang digunakan untuk memungut

Hasil pengamatan dan skoring penilaiankesesuaian lahan di Ketapang menunjukkan bahwa perairan tersebut sangat sesuai untuk budidaya rumput laut kecuali pada stasiun

self-regulated learning dalam matematika. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa self- regulated learning memiliki peran penting dalam meningkatkan prestasi akademik

Sistem informasi akuntansi dalam suatu perusahaan mempunyai manfaat dan peranan yang sangat penting dalam tercapainya tujuan perusahaan, dengan adanya sistem informasi yang baik maka