• Tidak ada hasil yang ditemukan

Melalui Pendidikan Kristen

Dalam dokumen jurnal No24 Thn14 Juni2015 (Halaman 66-72)

Maria Evvy Yanti Email: meykalibato@gmail.com SMAK BPK PENABUR Cianjur

Penelitian

P

Abstrak

enelitian ini bertujuan untuk menemukan esensi pengajaran dari 1 Tawarikh 28:1-10 bagi pendidikan karakter siswa. Materi ini merupakan orasi yang diucapkan Daud di hadapan seluruh umat Israel termasuk Salomo. Orasi ini sarat dengan pengajaran perilaku untuk mempraktikkan ketaatan, ketekunan memlihara serta melakukan kehendak Allah. Metodologi penelitian yang digunakan mengadopsi pendekatan kualitatif yang meliputi pendekatan analsis struktur, kritik teks, kritik bentuk dan analisis refleksi teologis dari materi I Tawarikh 28:1-10. Hasil penelitian ini menunjukkan implementasi dari orasi dalam I Tawarikh 28;1-10 untuk menumbuhkan karakter melalui peran nilai-nilai ilahi Allah yaitu ketaatan dan ketekunan hidup menurut kehendak-Nya. Penelitian ini menyarankan supaya praktik kehidupan umat berpusat pada pengajaran kebenaran Allah yang terjadi dalam proses pembentukan karakter kristiani. Selain itu menciptakan pendidikan yang berfokus pada ajaran Allah, menabur benih-benih nilai hidup, menabur benih di hati sendiri dan orang lain, menabur iman, ilmu dan pelayanan.

Kata-kata kunci : implementasi, orasi, ketaatan, ketekunan

Implementation of Theological Reflection of David’s Oration for Student’s Character Building Through Christian Education

Abstract

The research is intended to find out the essence of teaching by David in I Chronicles 28:1-10 for student’s character education. This material is an oration delivered by David in front of all Israel people including Salomo. The oration is full of behavior teaching to practice obedience and the persistence of dairy God’s will. Research methodology used in this research adopts qualitative approach including : structure analysis, text criticism, form criticism and analysis of theological reflection of I Chronicles 28:1-10. The result of this research show the implementation of the oration (I Chronicles 28:1-10) to develop the characters through values in God, like obedience and persistence in life based on God’s will. This research suggests that the practise of human life should be centered on God’s truth teaching which happens in the process of Christian characters formation. Besides it should create an education which focuses on God’s teaching, sow the seeds of life value, both for ourselves and others, faith, knowledge and service.

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

Pendahuluan

Menurut UUD 1945 Pasal 1 ayat 3 ’Negara Indonesia adalah Negara Hukum’. Berdasarkan kalimat tersebut sudah seharusnya supremasi hukum di Indonesia ditegakkan. Namun, feno- mena yang terjadi saat ini ternyata aparat penegak hukum di Indonesia sedang diuji untuk menyingkapkan kejahatan korupsi yang semakin marak terjadi.

Tingginya dugaan dan kasus korupsi serta melibatkan berbagai oknum aparatur negara menimbulkan pertanyaan besar. Mengapa terjadi demikian, seharusnya aparatur negara yang berfungsi mencegah dan memberantas tindakan korupsi malah ikut terlibat dalam perbuatan korupsi. Selain tindakan korupsi, perubahan arus hidup manusia yang cepat dapat membawa dampak pada perubahan gaya kehidupan mereka. Demikian pula meningkat- nya kekerasan di hampir segala bidang kehidupan yang hampir semua bermuara pada penindasan dan kekerasan secara fisik ataupun berupa tekanan-tekanan, stigma, perlakuan tidak adil. Bahkan bagi mereka yang tidak dapat menyikapi masa-masa sulit tersebut dengan bijaksana, melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain.

Kekerasan dalam kehidupan masyarakat menciptakan krisis nilai dan kepercayaan yang merebak di mana-mana. Berbagai kecurangan tanpa disadari telah dianggap sebagai hal yang biasa dilakukan. Ironisnya ada banyak orang pandai dan cerdas di masyarakat masa kini namun kondisi yang terjadi tetap jauh dari yang diharapkan. Fenomena ini merupakan salah satu bukti yang memperlihatkan kecenderungan masyarakat kita yang masih memandang segi kognitif di atas segalanya. Padahal keunggulan dalam segi kognitif tanpa diimbangi keunggulan dalam bidang karakter akan menjadi suatu kombinasi yang membahayakan bagi masa

depan kehidupan bangsa.1

Situasi perkembangan zaman semakin mengkhawatirkan dan mengancam kehidupan umat manusia. Thomas Lickona menggambar- kan situasi jaman ini dengan penjelasannya bahwa orang-orang pada masa ini demikian cerdasnya dalam membedakan hal yang benar

dan salah, namun demikian ia tetap memilih untuk melakukan yang salah.2 Situasi zaman

ini berhadapan dengan kehancuran nilai-nilai moral dan merebaknya ketidakadilan. Budaya kekerasan menjadi salah satu cirinya. Berbagai fenomena tersebut dapat merembes ke dalam berbagai bidang kehidupan salah satunya pendidikan. Kasus kekerasan, kecurangan, pelecehan seksual dan berbagai kasus lainnya pun muncul di dalam lembaga yang diharapkan menghasilkan generasi penerus bangsa.

Situasi lain berhubungan dengan praktik kurikulum di sekolah-sekolah masih mengun- dang problematika. Praktik kurikulum pendi- dikan Indonesia memfokuskan murid supaya sukses ujian nasional atau meraih Indeks Presta- si Kumulatif (IPK) yang tinggi. Penanaman nilai- nilai hidup yang menjunjung tinggi ketaatan kepada Allah kurang diperhatikan dalam pembelajaran di sekolah. Pemerintah mengklaim keberhasilan para pelajar dalam olimpiade dunia sebagai cerminan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini menjadikan pemerintah silau pada prestasi secara kognitif saja.

Fenomena yang terjadi adalah isu bahwa peserta didik hanya pintar secara intelektual tetapi kurang berhasil dalam kualitas hidupnya. Di lingkup pendidikan, kasus narkoba dan budaya menyontek tetap berkembang dengan terjadinya penyelewengan dalam soal ujian nasional di beberapa tempat.3 Banyak orang

pandai, tetapi moralitasnya tidak baik sehingga melakukan tindak korupsi, tidak jujur, kurang menghargai orang lain , dan tidak bertanggung jawab.

Komunitas pendidikan di Indonesia tidak luput dari serangkaian kasus plagiarisme. Menurut berita di harian Tribune dituliskan bahwa dosen lebih suka menjiplak tahun 2013 ada 808 kasus plagiarisme. Masih banyak dosen yang melakukan plagiarisme untuk membeuat karya ilmiah atau makalah yang dipublikasikan pada jurnal ilmiah, nasional atau internasional. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen DIKTI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Djoko Santoso, saat dikonfirmasi tentang hal tersebut, mengakui masih adanya proposal krusial dalam proses sertifikasi dosen. Salah satunya adalah masih adanya plagiarisme. Menurut data Kemen-

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

dikbud plagiat pada proses sertifikasi dosen mencapai 808 kasus pada tahun 2013. Kasus- kasus yang ditemui Kemendikbud antara lain pemalsuan dokumen karya ilmiah, jurnal rakitan, jurnal bodong, artikel sisipan, label akreditasi palsu, nama pengarang sisipan, buku lama tapi sampul baru dan nama pengarang berbeda. Djoko menghimbau dan memberikan peringatan kepada universitas dan Perguruan Tinggi untuk tidak coba-coba melakukan tindakan plagiarisme karena Kemendikbud

memiliki data yang lengkap.4 Salah satu

penyebab suburnya plagiarisme adalah karena tekanan dalam proses belajar mengajar yang lebih menekankan pada pencapaian nilai angka hasil belajar pada rapor, transkrip nilai dan ijazah. Hal ini hampir tidak memperdulikan integritas dan proses pendewasaan serta perkembangan tanggung jawab peserta didik. Seorang guru besar Filsafat Etika Politik STFT

Widya Sasana Malang mengatakan:

“Plagiarisme adalah tindakan pencurian kreativitas intelektual yang meredupkan citra rasa kreatif, ilmiah dan rusaknya bangunan

nurani, kejujuran dan cinta kebenaran”.5

Maraknya plagiarisme merupakan tantangan bagi pendidikan Kristen untuk mempertegas proses pendidikan yang berintegritas dan jujur sesuai dengan kehendak Allah.

Kurangnya perhatian pada nilai-nilai moral dan religius dalam sistem pendidikan Indonesia disertai dengan terjadinya kekerasan antarpelajar. Tawuran antarpelajar, pemalakan, pelecehan seksual, lemah secara mental, ditemukannya narkoba di sekolah dan akhir- akhir ini banyak muncul kasus siswa melakukan bunuh diri. Berbagai rumusan disusun untuk mencari akar permasalahan kekerasan di kalangan pelajar ini. Salah satu asumsi adalah lemahnya lembaga pendidikan dalam membentuk individu menjadi pribadi dewasa dan bertanggung jawab. Guru dianggap gagal membentuk karakter pelajar yang cerdas secara intelektual, sehat secara moral dan berkarakter yang berpadanan pada citra ilahi Allah

Berpijak pada fenomena yang terjadi, penulis merasa perlu melakukan pengkajian dari sudut pandang teologi sebagai salah satu sumbangan pemikiran. Usaha-usaha yang

dilakukan dengan menganalisa teks 1 Tawarikh (selanjutnya disingkat dengan Taw.) 28:1-10 sebagai salah satu pengajaran untuk memberikan sumbangsih terhadap situasi yang terjadi.

Pembahasan

Struktur dan Analisis Teks 1 Tawarikh 28:1- 10

Bagian teks 1 Taw. 28:1-10 sebagai narasi yang disebut dengan royal speeches yang disajikan dalam bentuk orasi sesuai dengan konteks Tawarikh. Tokoh Daud dan Salomo dituliskan sebagai pemeran utama dan tokoh pahlawan dalam Tawarikh.6 Karya 1 Taw. 28:1-10 sebagai

bagian dari kumpulan karya yang menampilkan tokoh Daud dan Salomo yang telah berhasil membangun kejayaan Israel baik dalam bidang kultus dan pemerintahan. Welhausen menuliskan peranan Daud yang dinyatakan menurut pemberitaan Tawarikh sebagai pendiri bait suci, ibadah publik, raja, pahlawan pasukan militer, pemimpin kelompok imam dan kaum Lewi.7 Mereka adalah raja-raja Israel yang dipilih

dan diteguhkan Allah. Seorang raja dan kerajaan Israel merupakan institusi penting bagi sejarah Israel. Pendapat ini dinyatakan juga menurut Wellhausen yang disadur oleh Gerbrandt yaitu, ‘The history of Israel reached its highest point in the monarchy’.8

Karya 1 Taw.28:1-10 merupakan orasi Daud yang memiliki dua bagian sastra, yaitu pernyataan dan argumen yang berhubungan

dengan maksud perkataan yang disampaikan.9

Sementara pandangan modern mengatakan lebih banyak lagi unsur-unsur dalam orasi yang memiliki fungsi retorik meliputi bagian akar perkataan dan bagian lain yang memuat penjelasan yang melibatkan emosi dari orang yang berorasi.10 Pada bagian ini Daud, Salomo

dan jemaah memiliki kedudukan bukan hanya sebagai pembuat pernyataan-pernyataan saja. Tetapi upacara yang dilakukan diyakini berada dalam pendengaran Allah. Apa yang dikatakan Daud di hadapan jemaah merupakan bagian untuk menjalankan apa yang diperintahkan Allah. Bagian yang menjadi refleksi kita adalah relevansi dari orasi Daud dalam 1 Taw. 28:1-10 bagi umat melalui panggilan gereja dalam

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

pendidikan Kristen yang meliputi aspek pengertian, peran pendidikan, para pelaku pendidikan, isi dan kurikulum pendidikan nilai- nilai Kristiani yang dapat dipraktikkan.

Penulis Tawarikh secara teliti menuliskan aspek-aspek tulisan sejarah dengan mencantumkan berbagai cerita sejarah Israel yang telah terjadi dan disampaikan pada situasi

maisng-masing11. Sementara Japhet menuliskan

pandangannya dengan kalimat, “Taking all this

consideration the best definition of Chronicles is that of a history written not by a mere historian but by an author who is fully aware of this task.”12 Pemberitaan

1 Taw. 28:1-10 sebagai salah satu contoh pengulangan sejarah Israel yang telah tercatat pada sumber-sumber tulisan lainnya (karya sejarah Deuteronomistis) dan berisi orasi Daud di hadapan jemaat Yerusalem. Melalui pemberitaan ini, karya keselamatan dinyatakan Allah kepada umat sebagai anugerah yang dijalin melalui pola hidup taat kepada Allah dengan memelihara dan melakukan perintah- Nya. Hal tersebut dapat diaktualisasikan dengan memelihara kehidupan iman kepada Allah secara murni melalui pelaksanaan ibadah. Terciptanya pola kehidupan iman kepada Allah menciptakan kehidupan umat, dari pemimpin sampai pada rakyat biasa, bergantung pada kepemimpinan Allah. Otoritas Allah yang dinyatakan melalui perintah dan peraturan-

Supaya tetap mendiami negeri Rencana membuat tempat ibadah /perhentian untuk Tuhan

Bertekunlah melakukan segala perintah Tuhan Peliharalah dan tuntuntutlah segala perintah Tuhan

Hubungan yang baik dengan Allah Salomo

Kekudusan dalam pembangunan Pembesar Jerusalem (Kepala)

Daud berkata

Gambar 1: Orasi Daud dalam 1 Taw. 28: 1-10

Supaya kekal kerajaanmu dan mendapat perkenan Allah peraturan bagi semua umat menjadi dasar bagi keberlangsungan berbagai aspek kehidupan mereka.

Analisis Teks 1 Tawarikh 28:1-10

Narasi 1 Taw. 28:1-10 sebagai bagian unit literal dari 28:1-29:30 yang menjelaskan mengenai tindakan Daud ketika mengumpulkan semua pembesar Israel di Yerusalem untuk merencanakan pembangunan Bait Allah. Bagian ini merupakan salah satu orasi Daud yang dikategorikan sebagai pidato kenegaraan dengan latar belakang cerita kerajaan Israel Raya yang dipimpin Daud. Usaha yang dilakukan penulis untuk menjelaskan bagian orasi Daud dalam 1 Taw. 28:1-10 dilakukan melalui struktur semantik teks seperti terlihat pada Gambar 1.

Dengan memperhatikan struktur 1 Taw. 28:1-10, bagian orasi Daud diawali dengan perkataannya setelah mengumpulkan para pembesar di Yerusalem. Bagian ini ditandai dengan kata kerja (dia berkata) pada ayat 2. Perkataan Daud ini dialamatkan kepada dua pendengar, yaitu kelompok pembesar di Israel (ayat 1) yang disebutkan Daud dan alamat yang lain yaitu kepada Salomo.

Penulis atau redaktur Tawarikh menggunakan setting istana Daud dengan perangkat pemerintahannya sebagai raja Israel. Perkataan Daud tersebut merupakan pidato

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

kenegaraan yang resmi disampaikan di hadapan para pembesar Yerusalem. Terdapat penjelasan secara detail mengenai kelompok pembesar Yerusalem yang berkumpul pada saat mendengar pidato Daud tersebut. Penulis atau redaktur menerangkan secara detail bahwa kelompok ini mendapatkan pengaruh konsep Persia pada bagian struktur pegawai istana13.

Isi pidato Daud yang ditujukan kepada kelompok pembesar Yerusalem memberikan pokok penting mengenai rencana Daud dan konsekuensi untuk melaksanakan rencana tersebut (ayat 1-8). Kemudian penulis atau redaktur menuliskan kembali pokok penting maksud perkataan Daud dan konsekuensinya kepada Salomo sebagai seorang yang dipilih untuk melaksanakan pembangunan bait Allah (ayat 9-10). Tema utama nats ini adalah maksud

Daud mendirikan rumah perhentian14 untuk

tabut perjanjian Tuhan sebagai tumpuan kaki- Nya. Kehadiran Allah diyakini berada di tempat perhentian-Nya (bait-Nya) yaitu di antara umat- Nya akan dapat terwujud apabila mereka memelihara, menuntut dan bertekun melakukan segala perintah Allah. Konsekuensi logis hidup taat kepada perintah Allah yang telah hadir di tengah umat adalah kesejahteraan dan kejayaan kerajaan Israel selama-lamanya (ayat 6), tetap mendiami negeri yang diberikan Allah selama- lamanya (ayat 8) dan mendapat perkenanan Allah (ayat 9).

Analisis Bentuk Teks 1 Tawarikh 28: 1-10

Bentuk sastra 1 Tawarikh 28:1-10 merupakan jenis sastra laporan yang mengandung narasi berupa orasi yaitu pidato atau perkataan langsung yang disampaikan seseorang atau pemimpin mengenai suatu hal di hadapan orang banyak. Terdapat beberapa kriteria mengenai perkataan raja dalam Tawarikh, yaitu: perkataan langsung dari seorang raja di hadapan jemaah, bukan bagian dari percakapan, dan isi perkataannya sesuai dengan kerangka pikiran yang disampaikan dan memiliki keunikan

dalam pemberitaan Tawarikh15. Berdasarkan

penelitiannya, Thronveit menuliskan pandang- an Braun bahwa terdapat 26 perkataan raja yang mengalami analisis, penterjemahan dan peredaksian di antaranya 1Taw. 28:2-1016.

Pada bentuk sastra ini terdapat kesejajaran penggunakan kalimat perintah dalam bentuk orasi dari perkataan raja. Kalimat yang dipergunakan bersifat retrospeksi terhadap sejarah dan mengacu pada situasi mendesak. Perkataan raja dalam Tawarikh memberi perhatian pada kultus dan objek-objeknya khususnya bait Allah. Penggambaran karakter formal dalam orasi ini yaitu dirancang bagi kelompok pendengar khusus dengan menggunakan kalimat perintah atau yang sejajar untuk memperkenalkan inti dari perkataan ketika menyampaikan restropeksi sejarah tersebut17.

Pesan Teologis Orasi Daud Menurut 1 Tawarikh 28 : 1-10

Orasi Daud yang tercatat dalam 1 Taw. 28:1-10 dilakukan di hadapan semua pemimpin Yerusalem termasuk Salomo yang diproyeksikan sebagai Raja Israel menggantikan Daud. Hal ini mengindikasikan, Daud menyampaikan suatu pengajaran yang penting baik bagi para pemimpin pemerintah maupun rakyatnya.

Penggambaran Daud sebagai raja Israel melalui orasinya dalam 1 Taw. 28:1-10 memiliki tinjauan teologis berdasarkan konteksnya. Pesan teologis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Menempatkan Allah dalam posisi utama

dengan menghadirkan otoritas-Nya dalam kehidupan manusia. Di hadapan para pembesar dan pemimpin Israel, Daud membuka orasinya dengan menempatkan Allah pada posisi utama. Daud memberikan pengajaran bagaimana memulai suatu langkah kehidupan dengan menghadirkan Allah dalam kehidupan manusia. Pembangunan tempat untuk Tabut Perjanjian Allah menurut tinjauan teologi sebagai simbol kehadiran Allah yang berintervensi dalam sejarah Israel. Allah sebagai sumber kehidupan manusia akan terus hadir dan manusia menyembah-Nya dalam kekudusan.

2. Menjaga kekudusan dan hubungan yang

baik dengan Allah dalam praktik kehidupan umat. Pembangunan tempat kultus bagi Allah dilakukan dalam kekudusan, hal ini tidak berarti bahwa mereka yang memimpin

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

pembangunan adalah orang kudus. Daud digambarkan sebagai orang yang begitu menjaga kekudusan Allah. Kesalahan yang seharus tidak dilakukannya membuatnya tidak layak untuk menunaikan tugas dari Allah. Walaupun demikian, Daud tetap menunaikan tanggung jawabnya dengan benar di hadapan Allah. Aktualisasi pembangunan bait Allah dilakukan oleh mereka yang menjalin hubungan yang baik dengan-Nya. Relasi ini digambarkan dalam hubungan kedekatan seorang bapa dengan anaknya.

3. Kehadiran Allah di tengah umat dapat terus

terpelihara apabila mereka bertekun, memelihara, menuntut dan melakukan segala perintah-Nya dalam ketaatan. Ketaatan kepada Allah dilakukan di bawah kepemimpinan seorang yang adalah pilihan Allah. Ia adalah yang menghadir- kan kuasa dan otoritas Allah di antara umat-Nya. Karya Allah diyatakan dalam 1 Taw.28 : 5, “Dan dari antara anak-anakku sekalian banyak anak telah dikaruniakan Tuhan kepadaku Ia telah memilih anakku Salomo untuk duduk di atas tahta pemerintah Tuhan atas Israel”. Bagian ini merupakan rangkaian orasi Daud di hadapan bangsa Israel sehingga peristiwa ini melibatkan semua umat. Perkataan ini mengarah kepada pernyataan kerajaan Allah yang hadir di tengah-tengah kehidupan bangsa Israel yang dilegitima- sikan kepada Salomo. Perhatian ayat ini adalah pemilihan Allah atas Salomo yang digambarkan oleh penulis Tawarikh sebagai karya ilahi Allah. Legitimasi Allah atas Salomo menunjukkan kedaulatan Allah atas pemerintahan Daud. Ia memadukan pemerintahan Allah dalam setiap hal yang dilakukannya. Jacob M. Myers menuliskan bahwa kisah pemilihan Salomo menjadi raja Israel merupakan kisah pengalihan takhta kerajaan Israel yang bersifat religius18. Tema pemilihan dinasti

Daud untuk menjadi pemimpin bangsa Israel merupakan pemenuhan janji Allah kepadanya. Hubungan yang erat antara Allah dengan keturunan Daud dinyatakan melalui perjanjian yang mengikat dan

menunjukkan partisipasi Allah dalam pemerintahannya. Ketekunan memelihara dan melakukan segala perintah Allah untuk mengokohkan kehidupan umat. Konsep perintah dan peraturan Allah dalam kehidupan Israel dipraktikkan melalui tanggung jawab pemimpin terpilih. Penegakkan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat merupakan bagian dari tugas dan tanggung jawab pemimpin Allah. Pengakuan Allah sebagai pemimpin tertinggi yang menyatakan otoritasnya di hadapan umat merupakan dasar terlaksananya kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat. Upaya membangun kehidupan atas dasar perjanjian yang kudus dengan Allah merupakan bagian dari pelaksanaan perintah-Nya. Ketika konsep perjanjian “Aku Allahmu dan engkau umat-Ku” dipraktikkan dalam kehidupan umat, saat itulah umat tunduk pada otoritas Allah sehingga apapun yang dikerjakan merepresentasikan kehendak-Nya. Konsep bertekun melakukan perintah Allah dapat diartikan sebagai kemampuan bertahan untuk melakukan sesuatu secara aktif perintah-perintah tersebut.

4. Kesejahteraan, kedamaian, dan kebaha-

giaan dialami umat melalui otoritas ilahi Allah yang hadir di tengah kehidupan yang diresponi dengan praktik kultus. Hal ini dilakukan melalui ketekunan memelihara dan melaksanakan perintah Allah. Hidup dalam ketaatan kepada perintah Allah membuahkan kehidupan yang sejahtera, damai, dan bahagia. Israel akan tetap mendiami negeri yang diberikan Allah dan mewariskannya sampai selama-lamanya, kerajaannya akan tetap kokoh sampai selama-lamanya dan mereka mendapat perkenanan Allah.

Relevansi Orasi Daud Menurut I Tawarikh 28:1-10 Bagi Umat Melalui Pendidikan Kristen

Bidang pendidikan memerlukan para pemimpin yang tidak hanya berorientasi pada kepentingan pribadinya tetapi memiliki kepekaan dan sikap terhadap kesejahteraan bagi sesamanya. Kebijakan yang diambil dalam bidang

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini dilakukan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan berperilaku yang menunjukkan ketaatan kepada Allah.

Pola pendidikan yang menempatkan ketaatan kepada Allah adalah pendidikan yang tidak semata-mata menekankan sisi kognitif untuk menghasilkan lulusan yang nantinya hanya menjadi manusia yang berkualitas secara ilmu. Akan tetapi, mereka juga menjadi individu yang berperilaku benar di hadapan Allah yaitu mengasihi Allah dan sesama secara bertanggung jawab. Hal ini dapat terwujud apabila para pemimpin di negara tercinta ini membangun integritas atas dasar relasi yang benar dengan Allah. Konsepsi dasar keimanan kepada Allah dapat menumbuhkan keteladanan bagi para siswa yang tidak hanya berkualitas dalam pengetahuan tetapi juga menjadi pribadi yang beriman kepada Allah dalam aspek kemanusiaannya.

Tujuan Pendidikan Kristen

Dalam dokumen jurnal No24 Thn14 Juni2015 (Halaman 66-72)