• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Kemampuan Perkalian Siswa

Dalam dokumen jurnal No24 Thn14 Juni2015 (Halaman 99-103)

Sih Retno Hastuti

Email: sihretno.hastuti@gmail.com SDK 11 BPK PENABUR Jakarta

Opini

P

Abstrak

eserta didik kelas 2 SD mengalami kesulitan dalam penguasaan konsep perkalian dasar, yaitu perkalian 2 bilangan satu angka dan perkalian dengan bilangan 10, pada pelajaran Matematika. Padahal, penguasaan konsep perkalian merupakan hal yang penting karena di kelas 3 peserta didik belajar materi pembagian. Salah satu faktor penyebab anak mengalami kesulitan dalam menguasai konsep perkalian adalah pembelajaran yang kurang menarik dan guru tidak menggunakan alat peraga. Tulisan ini membahas bagaimana pembuatan dan penggunaan alat peraga Fun Multiplication Beads dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas 2 SD dalam penguasaan materi perkalian pada pelajaran Matematika. Media ini sangat menarik karena menggunakan metode permainan. Mengingat pentingnya penguasaan kemampuan perkalian dasar bagi peserta didik kelas 2, tulisan ini menyarankan kepada Guru SD dan orang tua

untuk menggunakan alat peraga Fun Multiplication Beadsdalam pelajaran Matematika untuk

melengkapi metode pembelajaran yang telah dilakukan di kelas.

Kata-kata kunci: perkalian, alat peraga, media, Fun Multiplication Beads, penguasaan matematika

Usage of Fun Beads Multiplication to Improve Student’s Multiplication Ability Abstract

The students of Grade 2 in Primary Schools often find difficulties in understanding of basic multiplication particularly the multiplication of 2 and 10. The problem arises as the teacher does not apply the appropriate methods and use teaching aids. This article discusses how Fun Multiplication Beads can be made and used by the teacher to facilitate the students to understand the basic multiplication. The students find learning as a fun because they are learning through playing. This article recommends the teacher to apply this method to motivate the students to learn mathematic concepts joyfully.

Penggunaan Fun Multiplication Beads

Pendahuluan

Pelajaran perkalian mulai diberikan di kelas 2 SD semester 2. Perkalian, khususnya perkalian dasar, yaitu perkalian 2 bilangan satu angka dan perkalian dengan bilangan 10 merupakan topik krusial dalam pelajaran Matematika SD. Perkalian lain yang lebih tinggi tingkatannya dapat dicapai secara lebih mudah bila peserta didik paham dan hafal perkalian dasar. Demikian pula dengan pembagian yang akan mulai diajarkan di kelas 3, akan dapat dengan mudah dipahami peserta didik, bila mereka paham dan hafal perkalian dasar.

Hingga saat ini banyak peserta didik mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran perkalian. Mereka tidak paham dan terampil perkalian dasar (perkalian dua bilangan satu angka). Akibatnya, pelajaran perkalian dan pembagian lanjut di kelas berikutnya mengalami kesulitan. Sementara perkalian dan pembagian harus dikuasai peserta didik sejak dini karena selalu terkait dengan pelajaran Matematika di kelas berikutnya bahkan hingga jenjang yang lebih tinggi.

Hal ini dialami sendiri oleh anak penulis ketika ia duduk di kelas 2 SD. Ia mengalami kesulitan dalam perkalian 2 bilangan satu angka dan perkalian dengan bilangan 10 sehingga akhirnya penulis membuatkan tabel perkalian 1 – 10 dan menempelkannya di tempat yang mudah dilihat. Hal tersebut dimaksudkan agar ia dapat mudah menghafalkan perkalian dasar dan perkalian dengan bilangan 10 karena sering melihat tabel perkalian tersebut. Namun, ternyata anak penulis tidak mengalami kemajuan dalam penguasaan perkalian dasar. Metode hafalan tidak menolong anak penulis memahami konsep dan terampil dalam perka- lian dasar dan perkalian dengan bilangan 10.

Kesulitan siswa memahami konsep perkalian dasar dan perkalian dengan bilangan 10 disebabkan antara lain: metode ini kurang menarik, belum menggunakan metode berhitung yang mempermudah siswa belajar perkalian, tidak mengajarkan konsep pembelajaran perkalian itu sendiri, pembelajaran lebih didominasi oleh guru, dan guru mengajar dengan menerangkan kemudian memberikan tugas. Guru juga belum menggunakan alat

peraga yang memadai sehingga pembelajaran menjadi monoton dan verbalistik.

Ingatan siswa sangat terbebani mengha- falkan pengertian dan mereka merasa terpaksa sehingga pembelajaran terasa sangat membosankan. Hal ini tentu sangat berten- tangan dengan dunia mereka, yaitu bermain.

Menurut Papalia (2008), seorang ahli perkembangan manusia, dunia anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indera tubuh, mengeksplorasi dunia sekitar, menemukan seperti apa dunia ini dan diri mere- ka sendiri. Lewat bermain, anak mempelajari hal baru, kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya. Lewat bermain pun, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan berin- teraksi dengan orang lain akan berkembang juga. Oleh karena itu, penulis merancang alat

peraga Fun Multiplication Beads. Fun

Multiplication Beads adalah alat peraga yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan peserta didik mulai kelas 2 SD dalam menguasai konsep perkalian dasar dan perkalian dengan bilangan 10. Media ini sangat menarik bagi anak

karena menggunakan metode permainanyang

menyentuh dunia anak. Anak akan mudah

paham dan mengingat perkalian dasar dan perkalian dengan bilangan 10 karena mereka mempelajarinya sambil bermain.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang timbul, antara lain:

1. Bagaimana alat peraga Fun Multiplication

Beads dapat meningkatkan kemampuan peserta didik kelas 2 SD dalam perkalian dasar dan perkalian dengan bilangan 10?

2. Bagaimana tahapan pembuatan alat peraga

Fun Multiplication Beads?

3. Bagaimana cara menggunakan alat peraga

Fun Multiplication Beads?

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tulisan ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal berikut.

1. Bagaimana alat peragaFun Multiplication

Penggunaan Fun Multiplication Beads

peserta didik kelas 2 SD dalam perkalian dasar dan perkalian dengan bilangan 10.

2. Tahapan pembuatan alat peraga Fun

Multiplication Beads.

3. Cara menggunakan alat peraga Fun

Multiplication Beads.

Manfaat

Alat peraga Fun Multiplication Beads dapat

bermanfaat untuk menambah wawasan guru SD tentang pemanfaatan dan pengembangan media/alat peraga pelajaran Matematika untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas profesionalnya sebagai pembimbing peserta didik di sekolah.

Pembahasan

Perkalian dalam Pelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi komunikasi dan informasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan Matematika. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak dini (Depdiknas, 2006).

Mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2006):

1. Memahami konsep Matematika, menjelas-

kan keterkaitan antarkonsep dan meng- aplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran dalam pola dan

sifat, melakukan manipulasi Matematika, dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah, meran- cang model Matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan

simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan

Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari tujuan pelajaran Matematika tersebut, memahami konsep Matematika merupakan tujuan yang harus dicapai lebih dulu agar tujuan berikutnya lebih mudah dicapai. Konsep-konsep Matematika yang harus dipahami di Sekolah Dasar meliputi aspek bilangan, geometri, dan pengolahan data. (Depdiknas, 2006). Pada aspek bilangan terdapat konsep operasi perkalian bilangan cacah yang harus dipahami peserta didik SD kelas 2.

Untuk mencapai pemahaman konsep operasi perkalian bilangan cacah bukan hal yang mudah. Sampai sekarang ini, banyak peserta didik yang masih mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran perkalian. Mereka tidak paham dan hafal perkalian dasar (perkalian dua bilangan satu angka), sehingga perkalian berikutnya terasa semakin sulit dan akhirnya dibenci dan ditakuti (Raharjo, 2009: 5).

Menurut Raharjo (2009: 5) cara mengajar peserta didik supaya terampil perkalian dasar masih menjadi masalah di lapangan. Masalah yang dimaksud adalah peserta didik sulit memahami dan sulit diajak terampil perkalian dasar (perkalian dua bilangan satu angka). Kesalahan ini kemudian dibebankan kepada guru kelas 2. Hal yang sama berlaku pada pembagian dasar kelas 2. Akibatnya pelajaran perkalian dan pembagian tingkat lanjut di kelas berikutnya mengalami kesulitan. Sementara itu, perkalian dan pembagian harus dikuasai peserta didik sejak dini karena selalu terkait dengan pelajaran Matematika di kelas berikutnya bahkan jenjang yang lebih tinggi.

Banyak siswa mengalami kesulitan dalam perkalian dasar karena permasalahan dari dalam diri siswa sendiri dan berasal dari guru. Masalah dari siswa, di antaranya belum paham operasi hitung perkalian dan siswa hanya menghafal cara-cara tanpa memahami makna

Penggunaan Fun Multiplication Beads

dan manfaat materi yang dipelajari. Masalah dari guru, di antaranya: tidak menggunakan alat peraga yang relevan dalam pembelajaran, hanya menggunakan gambar, guru menggunakan pendekatan yang tidak tepat, kurang menanamkan konsep dalam setiap materi pelajaran, dan guru tidak memperhatikan tahap dalam proses belajar, tapi langsung memberikan penyelesaian soal.

Alat Peraga dalam Pelajaran Matematika

Salah satu cara bagi Guru SD untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam perkalian dasar dan perkalian dengan bilangan 10 adalah dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Untuk itu, penulis merancang alat peraga Fun Multiplication Beads. Olehkarena, pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek konkret. Untuk memahami konsep abstrak, anak memerlukan benda konkret sebagai perantara atau visualisasinya. Selanjutnya, konsep abstrak yang baru dipahami peserta didik itu akan melekat dan tahan lama bila peserta didik belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti, bukan hanya mengingat fakta. Dengan menggunakan alat peraga maka terjadi hal-hal berikut.

1. Proses belajar mengajar termotivasi. Baik

siswa maupun guru, dan terutama siswa, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik dan karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran Matematika.

2. Konsep abstrak Matematika tersajikan

dalam bentuk konkret dan karena itu dapat dipahami dan dimengerti, dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.

3. Hubungan antara konsep abstrak

Matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami.

4. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan

dalam bentuk konkret, yaitu dalam bentuk model Matematik yang dapat dipakai sebagai objek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru bertambah banyak. (Suherman, 2003:7). Alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung ciri-ciri konsep yang dipelajari (Sudjana, 2005:90). Alat peraga dalam

proses pembelajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Alat bantu pembelajaran adalah perlengkapan yang menyajikan satuan-satuan pengetahuan melalui stimulasi pendengaran, penglihatan atau keduanya untuk membantu pembelajaran (Kochhar, 2008:214).

Manfaat alat peraga, menurut Suherman (1994:274), di antaranya adalah membantu guru

dalam (a) memberi penjelasan konsep, (b) merumuskan atau membentuk konsep, (c) melatih siswa dalam keterampilan, (d) memberi penguatan konsep pada siswa, (e) melatih siswa dalam pemecahan masalah, (f) melatih siswa dalam pengukuran, dan (g) mendorong siswa

untuk berfikir kritis dan analitik.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Higgins dan Suydam tahun 1976 (Suherman, 1994:273) memberikan hasil bahwa secara umum alat peraga berfungsi efektif dalam memotivasi belajar siswa dan terdapat perbandingan 6 : 1 antara pengajaran yang menggunakan alat peraga dengan yang tidak menggunakannya.

Pemahaman siswa tentang konsep Matematika tidak akan terlepas dari kehidupan nyata yang mereka hadapi sehari-hari. Selain siswa akan benar-benar paham tentang konsep yang dimaksud, mereka akan mampu berkreasi dalam mengaplikasikan konsep Matematika pada kehidupan nyata. Menurut J. Bruner ( dalam Hudojo Herman, 1998), penjelasan konsep Matematika dimulai dengan benda sesungguhnya (enactive), diteruskan dengan gambar benda (iconic), dan dilanjutkan dengan penggunaan simbol (symbolic).

Hudoyo (1998) menyatakan, belajar Matematika merupakan proses membangun/ mengkonstruksi konsep dan prinsip, tidak sekedar penggrojokan yang terkesan pasif dan statis, namun belajar itu harus aktif dan dinamis. Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivis, yaitu suatu pandangan dalam mengajar dan belajar di mana siswa membangun sendiri arti dari pengalamannya dan interaksi dengan orang lain, sedangkan tugas guru adalah memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Sedangkan menurut Piaget taraf berpikir anak seusia SD adalah masih kongkret operasional. Artinya, untuk memahami suatu konsep siswa

Penggunaan Fun Multiplication Beads

masih harus diberikan kegiatan yang berhubungan dengan benda atau kejadian nyata yang dapat diterima akal mereka. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dalam belajar Matematika pengalaman belajar siswa sangatlah penting. Pengalaman tersebut akan membentuk pemahaman apabila ditunjang dengan alat bantu belajar, agar pemahaman Matematika tersebut menjadi kongkret.

Diharapkan alat bantu belajar atau alat peraga Fun Multiplication Beads dapat memberi- kan pengalaman belajar yang bermakna, mengaktifkan dan menyenangkan siswa.

Gambar 1: Fun Multiplication Beads

Alat Peraga Fun Multiplication Beads

Dalam dokumen jurnal No24 Thn14 Juni2015 (Halaman 99-103)