• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Dalam dokumen jurnal No24 Thn14 Juni2015 (Halaman 80-90)

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Hilda Karli

Email: temasain@gmail.com Universitas Terbuka UPBJJ Bandung

Opini

S

Abstrak

iswa sekolah dasar masih pada tahap berpikir kongkrit, sehingga mengalami kesulitan memahami konsep yang bersifat abstrak. Akan tetapi tidak jarang guru kurang memahami karakteristik siswa yang demikian dan langsung menyajikan bahan pelajaran yang abstrak. Akibatnya, siswa mengalami kesulitan belajar dan cepat lupa konsep abstrak yang dipelajarinya. Tulisan ini membahas peran media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar dalam mengatasi kesulitan siswa mempelajari konsep abstrak secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam setiap mata pelajaran. Setelah melalui berbagai kajian, tulisan ini berkesimpulan sebaiknya guru SD menggunakan media pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan pembelajaran. Keberhasilan penggunaan media pembelajaran tergantung pada ketepatan guru merencanakan, mengelola, dan memanfaatkannya untuk meningkatkan proses dan capaian pembelajaran. Pada akhir tulisan ini, disampaikan bagaimana cara guru memilih dan menggunakan media pembelajaran.

Kata-kata kunci: belajar, pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, konsep kongkrit, konsep abstrak, karakteristik siswa SD

Utilization of Instructional Media at Primary School Absctact

The primary school children are still at the level of thinking concretely and find difficulties to understand abstract concept. However, in practice the teachers often neglect the children’s characteristics of that age and directly present the abstract concepts without using appropriate learning resources available in the instructional environment. Consequently, the students find difficulties to understand the instructional materials and forget them easily. This article discusses how appropriate instructional media can be used both by the teacher and the children to learn abstract concepts in an active, creative, effective, as well as joyful instructional process of all subjects. After a thorough discussion, the article concludes that the primary school teacher should use various instructional media selectively based on the characteristics of each subject and the instructional objective. The effectiveness of any instructional media much depends on how appropriately the teacher plans, manages, and utilizes them to improve instructional process and outcome. At the end of the article, the teachers are provided with some considerations in selecting and using instructional media.

Keywords: learning, instruction, instructional media, concrete concept, abstract concept, primary school children’s characteristics

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Pendahuluan

Kita akan segera hadapi Era Millenium dengan perubahan pada aspek sosial, budaya, politik dan tidak terkecuali pendidikan. Menganti- sipasi keadaan tersebut diadakan berbagai perubahan, salah satunyakurikulum. Kurikulum yang terdiri atas tujuan, metode, sumber belajar, dan proses pembelajaran merupakan kunci keberhasilan dalam mempersiapkan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan zaman yaitu berpikir kreatif, kritis, beriman, bertang- gungjawab, mandiri, dan terampil. Salah satu paradigma yang harus disesuaikan dengan keadaan zaman adalah sumber belajar selain pendidik dan proses pembelajarannya di kelas. Sumber belajar menurut Mulyasa (2011:48), segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan pada siswa dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, sumber belajar salah satu komponen pendukung terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswa. Komponen sumber belajar mencakup pesan/bahan pelajaran, alat dan bahan yang digunakan, sumber daya manusia, metode/ prosedur dan lingkungan sekitar. Alat bantu yang digunakan guru saat mengajar di kelas disebut media pembelajaran. Dalam konteks ini, difokuskan pada sumber belajar yang berupa media pembelajaran.

Dalam interaksi pembelajaran, guru menyampaikan pesan ajaran berupa materi pembelajaran kepada anak melalaui media pembelajaran. Penggunaan media pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyam- paian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Menurut Ausubel, proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Guru harus dapat mengem- bangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar, akan bermanfaat kalau

mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung, lebih efektif lagi kalau guru menggu- nakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, atau ilustrasi. Siswa SD dengan usia antara 7-12 tahun memiliki perkem-bangan intelektual tahap operasional kongkret, sebab berpikir logikanya didasarkan atas manipulasi fisik dari obyek. Dengan kata lain, penggunaan media dalam pembelajaran di SD sangat diperlukan. Dengan menggunakan media pembelajaran tersebut, siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan dengan meli- hat secara nyata berdasarkan fakta yang jelas.

Sementara itu, melalui pengamatan penulis terhadap proses pembelajaran matematika yang dilakukan guru di SD ditemukan, pada umumnya guru juga kurang tepat memaknai sebuah konsep. Hal tersebut dapat dilihat dari ilustrasi yang disajikan guru ketika mengenalkan konsep. Hampir semua guru tidak menyadari bahwa ilustrasi yang dibuatnya tersebut tidak selaras dengan makna sebuah konsep. Hasil pengamatan juga memperlihat- kan, sebagian besar guru dalam menjelaskan sebuah konsep dilakukan secara abstrak dan tidak mempertimbangkan pola berpikir siswa yang masih dalam tahap berpikir konkrit. Guru juga lebih menekankan cara mengerjakan suatu masalah dan tidak melakukan penekanan pada penanaman makna. Pengamatan pada pembelajaran IPA, guru menyampaikan sebuah konsep dengan ceramah dan latihan soal saja tanpa melibatkan siswa pada pembuktian sebuah konsep dengan melakukan sebuah percobaan. Siswa hanya mendapat informasi dari buku bahan ajar dan guru saat menjelaskan secara verbal. Pembelajaran IPS pun sama, guru tidak pernah menunjukkan kepada siswa keadaan sesungguhnya lingkungan atau keadaan sosial yang terjadi di sekitar. Siswa belajar sebuah konsep dengan mendengarkan, mencatat, menulis dan ulangan saja. Dari hasil observasi di lapanga,penulis menilai bahwa guru kurang terampil dan kreatif dalam pemanfaatan dan pengembangan media/alat peraga.Guru saat mengajar cenderung bersikap memberitahu, mengajari, melatih, seperti mendrill untuk menyelesaikan soal, menanyakan fakta, dan mementingkan hasil dari pada proses. Guru memuji siswa jika yang bersangkutan

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

dapat menjawab soal dengan baik dan sebalik- nya memarahi siswa jika salah menjawab. Juga, guru mengajarkan materi secara urut halaman per halaman tanpa membahas keterkaitan antar konsep atau masalah serta sangat tergantung pada buku teks.

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dilaksanakan setiap hari, merupakan kehidupan dari suatu kelas. Guru dan peserta didik saling terkait dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan oleh guru. Keberhasilan kegiatan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru, karena guru merupakan pengelola tunggal di kelas. Oleh karena itu, bila siswa kurang bisa menunjukan keterampilan dalam suatu mata pelajaran, tuduhan kekurangberhasilan juga tertuju kepada guru. Siswa adalah subjek yang menerima pelajaran. Ada siswa pandai, kurang pandai, dan tidak pandai. Setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, sosial, dan lain-lain yang sifatnya khusus (Arikunto 2009:296). Siswa yang pandai akan lebih mudah menerima materi pembelajaran dibandingkan dengan siswa yang kurang pandai dan yang tidak pandai. Belum lagi perbedaan bakat, emosional, dan sosial. Siswa yang berbakat, emosi stabil, dan lingkungan sosial yang baik akan lebih mudah mengikuti proses pembel- ajaran dibandingkan dengan siswa yang tidak berbakat, emosi tidak stabil, dan anak yang berasal dari lingkungan sosial yang buruk. Perbedaan karakteristik ini menuntut guru bersikap arif menyikapinya. Oleh karena itu, media pembelajaran merupakan salah satu faktor penting untuk dimanfaatkan dalam proses pembelajaran mengembangkan SDM sesuai kebutuhan zaman.

Perumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang dikaji dalam tulisan ini ialah sebagai berikut.

1. Apakah memang suatu keharusan meng-

ajar di SD dengan menggunakan media pembelajaran?

2. Mengapa setiap mata pelajaran di SD

sebaiknya menggunakan media pembel- ajaran?

3. Bagaimana merencanakan penggunaan

media pembelajaran di kelas?

Tinjauan Pustaka

Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah bagian dari sumber belajar yang menurut Sudjana dan Rivai (2009: 78 ) suatu daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar baik langsung maupun tidak langsung, sebagian atau keseluruhan.Komponen sumber belajar terdiri atas (a) pesan: informasi yang akan disampaikan pada orang dalam bentuk ide, fakta, makna, dan data seperti materi pelajaran IPA, IPS, dan Matematika; (b) orang : pelaku yang bertindak sebagai penyalur atau penyimpan pesan seperti guru, siswa, nara sumber, tokoh/ahli; (c) bahan: barang yang berisi pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan. Kadang barang tersebut sudah siap disajikan seperti buku bahan ajar, majalah, video, tape recorder, film; (d) alat : barang yang digunakan untuk meyampaikan pesan yang terdapat dalam bahan seperti OHP, TV, radio, proyektor film, komputer; (e) teknik : prosedur atau langkah tertentu dalam menggunakan bahan, alat dan bahan, tata tempat dalam menyampaikan pesan seperti : simulasi, demosntrasi, paraktek, kerja kelompok, bermain peran, bermain, studi lapangan, bertanya; dan (f) latar : lingkungan di mana pesan diterima oleh anak seperti lingkungan fisik (kelas, perpustakaan, halaman bermain, lapangan olahraga, laboratorium) dan lingkungan non fisik (penerangan, sirkulasi udara).(Warsita 2008; 209-210).

Media adalah bentuk jamak dari ‘medium’ yang berasal dari bahasa Latin yang berarti perantara. Pengertian media pembelajaran menurut Latuheru (1988: 14), media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, dengan maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini siswa atau warga belajar). Dengan perkataan lain, media pembelajaran merupakan alat bantu untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima. Media pembelajaran merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar dapat terjalin. Sudrajat (2011: 20)

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

mengemukakan media berfungsi amtara lain (a) mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa , (b) melampaui batasan ruang kelas, (c) memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan (d) media menghasilkan keseragaman pengamatan, (e) media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit , dan realistis, (f) media membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar, (g) media memberikan pengalaman yang integral/ menyeluruh dari yang kongkrit sampai dengan abstrak, dan (h) membantu mengatasi hambatan yang terjadi saat pembelajaran di dalam kelas.

Hamalik (2011: 15) mengemukakan, pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajar- an pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembel- ajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Mulyasa (2011 : 26) mengemu- kakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar (a) dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan mening-katkan proses dan hasil belajar; (b) dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya, dan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya; (c) dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; (d) dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang berbagai peristiwa di lingkungan mereka; serta (e) memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungan.

Media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran di kelas antara guru dan siswa . Pesan materi pembelajaran yang akan disampaikan guru dapat diterima oleh semua siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dengan satu pandangan karena pikiran siswa di arahkan pada satu media. Penggunaan media

kongkrit akan mempermudah siswa untuk memaknai materi pembelajaran. Proses interaksi belajar mengajar akan terjalin baik antara siswa dan guru. Jika materi pembelajaran tersebut diminati siswa maka motivasi belajar siswa akan meningkat.

Leshin, dkk (dalam Arsyad, 2002: 79-101) mengelompokkan media pembelajaran ke dalam 5 jenis: (a) media berbasis manusia merupakan media yang digunakan untuk mengirim dan mengkomunikasikan peran atau informasi; (b) media pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, buku kerja atau latihan, jurnal, majalah, dan lembar lepas; (c) media berbasis visual (image) dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar karena memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata; (d) media berbasis audiovisual yaitu media visual yang menggabungkan penggunaan suara dan gambar; dan (e) media berbasis komputer yaitu media yang dalam menggunakannya memakai komputer.

Ada berbagai jenis media pembelajaran seperti manusia, cetakan, visual, audio- visual,dan komputer. Semua jenis media pembelajaran ini mempunyai kekurangan dan kelebihan. Guru sebaiknya cermat dalam memilih jenis media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Prinsip pemilihan jenis media harus tepat guna, artinya media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai siswa. Selain itu,berdaya guna dan bervariasi, artinya media pembelajaran yang digunakan mampu mendorong sikap aktif dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Sebuah contoh, guru akan membelajarkan aspek berbicara pada pelajaran bahasa Indonesia, akan lebih tepat menggunakan manusia (teman, guru, orang tua, nara sumber, dll) sebagai medianya.Praktek berbicara langsung dengan teman, guru, atau nara sumber sesuai topik sesuai dengan tujuan pembelajaran akan sangat bermakna bagi siswa . Penggunaan media dapat digunakan 1 atau lebih jenis sekaligus dalam prosesnya di kelas. Misalnya, apersepsi, untuk

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

memotivasi siswa, menggunakan media audiovisual, sehingga siswa dapat melihat langsung proses berbicara dan komponen apa saja yang diperlukan saat berbicara. Jika memungkinkan kondisianak dan sekolah diakhir pembelajaran ada proyek secara kelompok merekam wawancara seorang siswa dengan nara sumber yang dipilih lalu ditayangkan pada teman di kelas. Dalam hal ini media yang digunakan berbasis komputer. Jadi dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia ada 3 jenis media yang digunakan yaitu manusia, audiovisual dan komputer.

Dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, siswa dengan media atau siswa dengan siswa selalu terjadi interaksi. Proses interaksi tersebut akan memberikan pengalaman bermakna bagi penerima pesan yaitu anak sebagai pembelajar. Menurut Dale (dalam Tim PPPPTK Matematika. 2008) ada 9 jenjang bagaimana pengalaman dapat diterima siswa ketika belajar. Pengalaman belajar yang dikenal dengan istilah cone of experience ditunjukkan seperti pada Gambar.

Dari gambar dapat disimpulkan, peng- alaman yang dapat memberikan sumber belajar tersebut bersifat kongkrit ke abstrak mulai dari pengalaman langsung. siswa terlibat langsung

verbal visual rekaman radio gambar hidup. pameran televisi karyawisata dramatisasi pengamatan pengalaman langsung

Gambar Pengalaman Belajar Menurut Dale

menggunakan indra dan semua anggota tubuhnya serta kemampuan berpikir.

Prestasi belajar siswa merupakan peru- bahan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Berikut ini diperlihatkan Tabel kaitan media pembelajaran dengan proses penilaian ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Muhibbin Syah, 2010:148-150).

Media pembelajaran yang digunakan saat proses belajar mengajar sudah tepat, tetapi jika guru mengabaikan 3 aspek penilaian yang harus dikuasai oleh siswa yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan perilaku) dan psikomotor (keterampilan atau tindakan), proses pembelajaran tersebut akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu, guru harus cermat dalam menentukan aspek penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung. Bukan hanya sekedar latihan atau ulangan secara tertulis saja yang menjadi penilaian tetapi aspek lain perlu diperhatikan seperti saat siswa melakukan kegiatan dan bagaimana sikap siswa dalam keseharian di kelas. Menjadikan anak utuh artinya seimbang antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor dan perlu memperhatikan bagaimana pengalaman bermakna dapat diterima siswa dengan baik melalui 9 tahapan mulai dari pengalaman nyata (melakukan kegiatan) sampai ceramah (verbal visual) dikaitkan dengan media pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan media perlu dipersiapkan, diorganisasikan, dilakukan, dan dipantau. Pada saat persiapan, guru memilih jenis media apa yang sesuai dengan karakter perkembangan siswa dan mata pelajaran serta tujuan pembelajaran, sehingga penggunaan media itu tepat guna dan berdaya guna. Siswa SD masih membutuhkan bantuan benda kongkrit serta praktek langsung agar menjadi sebuah pengalaman bagi dirinya. Guru perlu mengorganisasikan media pembelajaran yang dipilih tadi apakah dibuat sendiri atau dibuat oleh siswa , dipinjam atau dibeli. Guru juga perlu

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Tabel 1: Aspek Penilaian Kognitif, Afektif dan Psikomotor

Aspek Indikator Penilaian

A. Kognitif

1. Pengamatan Dapat menunjukan

Dapat membandingkan Dapat menghubungkan

Tes lisan Tes tertulis Observasi

2. Ingatan Dapat menyebutkan

Dapat menunjukan kembali

Tes lisan Tes tertulis Observasi

3. Pemahaman Dapat menjelaskan

Dapat mendefiniskan sendiri secara lisan

Tes lisan Tes Tertulis

4. Penerapan Dapat memberikan contoh

Dapat menggunakan secara tepat

Tes tertulis Pemberian tugas Observasi

5. Analisis (pemeriksaan

dan pemilihan secara teliti) Dapat menguraikan Dapat mengklasifikasikan Tes Tertulis Pemberian tugas 6. Sintesis (membuat

panduan baru yang utuh)

Dapat menghubungkan Dapat menyimpulkan

Dapat menggeneralisasikan (prinsip)

Tes Tertulis Pemberian tugas

B. Afektif

1. Penerimaan Menunjukkan sikap menerima

Menunjukkan sikap menolak

Tes tertulis Tes skala sikap Observasi

2. Sambutan Kesediaan berpartisipasi/terlibat

Kesediaan memanfaatkan

Tes skala sikap Pemberian tugas Observasi

3. Apresiasi (sikap

menghargai)

Menganggap penting dan bermanfaat Menganggap indah dan harmonis mengagumi

Tes skala sikap Pemberian tugas Observasi

4. Internalisasi

(pendalaman)

Mengakui dan menyakini mengingkari

Tes skala sikap Pemberian tugas ekspresif (sikap) dan proyektif (ramalan) 5. Karakteristik (penghayatan)

Melembagakan atau meniadakan menjelmakan dalam pribadi atau perilaku sehari-hari

Pemberian tugas ekspresif dan proyektif Observasi

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

C. Psikomotor

1. Keterampilan bergerak

dan bertindak

Mengkoordinasikan gerakan mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya

Observasi Tes lisan

2. Kecakapan ekspresif

verbal dan non verbal

Mengucapkan

Membuat mimik dan gerakan jasmani

Tes lisan Observasi Tes tindakan merencanakan bagaimana media itu dipakai

dalam peroses pembelajaran di kelas.Untuk kelancaran penggunaannya, guru hendaknya mengujicobakan dulu media tersebut sebelum proses pelaksanaan di kelas dengan memperhatikan kondisi kelas misalnya cahaya, udara, dan ruangan. Selanjutnya, guru mengajak siswa melakukan kegiatan dengan media pembelajaran melalui prosedur yang telah disiapkan guru. Ketika pelaksanaan, guru memantau siswa dengan melakukan penilaian sesuai aspeknya (kognitif, afektif atau psikomotor). Selanjutnya guru akan memantau dan mengevaluasi penggunaan jenis media pembelajaran yang sudah dilakukan saat mengajar dengan melihat kelemahan yang perlu diperbaiki dan keuntungan apa saja yang diterima siswa belajar menggunakan bantuan media tadi. Hal ini berguna untuk guru saat menentukan jenis media pembelajaran pada materi yang sama di tahun ajaran mendatang lebih baik.

Teori Belajar

Teori belajar kognitif yang mendasari pentingnya siswa SD menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas adalah teori belajar dari Piaget, Bruner dan Ausubel. Menurut Piaget setiap siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya secara bertahap. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu yang keberhasil- annya tergantung pada perkembangan tahap sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, sensori motor(dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun). Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata lain

mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.

Kedua, pra-operasional (kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun). Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembang- an bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dengannya.

Ketiga, operasi konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun). Pada tahap ini anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindra. Anak mampu berpikir secara operasi kongkrit sudah menguasai sebuah pelajaran penting melalui alat indranya. Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, namun mengetahui berbuat kesalahan.

Keempat, operasi formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun). Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif

pemecahan masalah. Mereka dapat

mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-

Dalam dokumen jurnal No24 Thn14 Juni2015 (Halaman 80-90)