• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan oleh Nurma Eny 151602946 Kepada PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Diajukan oleh Nurma Eny 151602946 Kepada PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN

DI TK ABA 2 PANGENREJO PURWOREJO

TESIS

untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajat sarjana S-2

Program Studi Magister Manajemen

Diajukan oleh

Nurma Eny

151602946

Kepada

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA

2017

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(2)

STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN

DI TK ABA 2 PANGENREJO PURWOREJO

TESIS

Telah Diseminarkan di Program Magister Manajemen Pendidikan S ekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha pada tanggal 11 Juni 2017

Oleh Nurma Eny

151602946

Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing 1 Dr. Wahyu Widayat, M.Ec ... .... Agustus 2017

Pembimbing II Dra. S ofiati, M.S i ... .... Agustus 2017

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Purworejo, Agustus 2017

Nurma Eny

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt. karena limpahan rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Strategi M eningkatkan Kualitas Layanan di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo” dapat terselesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat M agister M anajemen Pendidikan (M .M .Pd) Program M agister M anajemen Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha. Terselesainya tesis ini berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Dr. Wahyu Widayat, M . Ec selaku dosen pembimbing I dan Dra. Sofiati, M .Si selaku dosen pembimbing II atas izin, bimbingan, dan motivasi yang telah diberikan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

2. Drs. John Suprihanto, M IM , PH.D selaku Direktur M agister M anajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.

3. Seluruh dosen Pascasarjana M agister M anajemen STIE Widya Wiwaha atas ilmu, bimbingan, dan motivasi yang telah diberikan.

4. Pengurus atau penyelenggara TK, KB, dan TPA Aisyiyah Pangenrejo Purworejo dan Noor Aini YR, S.Pd.AUD selaku Kepala TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo yang telah memberikan izin mengadakan penelitian. 5. Seluruh guru TK ABA 2 Pangerejo Purworjo yang telah berkenan menjadi

kolabolator selama melaksanakan penelitian serta orang tua dan anak didik TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo.

6. Kepala dan staf TU TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo dan Program M agister STIE Widya Wiwaha atas bantuan yang telah diberikan.

7. Drs. Badrun M unir, suamiku serta anak-anakku Cintya Nurika Irma, M .Pd dan Aditya M ahatma Ramadhan, S.TP untuk kasih sayang, bimbingan, dan doa yang selalu dipanjatkan.

(5)

9. Semua pihak yang telah membantu dalam tesis ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Apabila tesis ini jauh dari sempurna disampaikan permohonan maaf setulus-tulusnya. Saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan tesis ini.

Purworejo, Agustus 2017

Nurma Eny

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(6)
(7)

BAB III M ETODE PENELITIAN... 39

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

B. Jenis Penelitian ... 39

C. Data dan Sumber Data ... 39

D. Teknik dan Pengumpulan Data ... 43

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

F. Teknik Keabsahan Data ... 44

G. Teknik Analisis Data ... 45

H. Prosedur Penelitian ... 46

BAB IV PEM BAHASAN ... 48

A. Deskripsi Data ... 48

1. Analisis Lingkungan Internal... 48

2. Analisis Lingkungan Eksternal ... 58

B. Pembahasan ... 63

1. Telaah Aspek Internal... 64

2. Telaah Aspek Eksternal ... . 85

3. Tingkat Pelayanan dan Kualitas Diri Pendidik TK ABA 2 ... . 92

4. Tingkat Kepuasan Orang Tua Terhadap Kualitas Pelayanan TK ABA 2 95

BAB V SIM PULAN DAN SARAN ... 101

A. Simpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAM PIRAN

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Analisis SWOT... 21 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Strategi untuk M eningkatkan Kualitas

Pelayanan di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo ... 38

Gambar 4.1 Perkembangan Perserta Didik TK ABA 2 Pangenrejo

Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014 – 2016/2017... 49

Gambar 4.2 Visitasi Akreditasi di TK ABA 2 Pangenrejo ... 60

Gambar 4.3 Kegiatan M agang Pendidik di TK M utiara Ibu Kabupaten

Purworejo ... 71

Gambar 4.4 Alasan Orang Tua M emilih Sekolah Anak Didik di TK

ABA 2 Pangenrejo Purworejo... 88

Gambar 4.5 Perbandingan Kuesioner Orang Tua dalam Indikator Kemudahan M emperoleh Kualitas Pelayanan di TK ABA 2

Pangenrejo Purworejo.. ...

STIE

99

Widya

Wiwaha

Jangan

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Daftar Pendidik TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo ... 52

Tabel 4.2 Rincian Biaya Anak Didik Baru TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo . 56

Tabel 4.3 Telaah Aspek Internal di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo... 64

Tabel 4.4 Rumus Gaji Berdasarkan Pengabdian Pendidik... 75

Tabel 4.5 Telaah Aspek Eksternal di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo ... 85

Tabel 4.6 M atriks SWOT... 91

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Pelaksanaan Kegiatan

Lampiran 2 Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Informan 1 Lampiran 3 Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Informan 2

Lampiran 4 Kuesioner Orang Tua Anak Didik TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo Lampiran 5 Instrumen Kualitas Pendidikan PAUD Berdasarkan Standar Pendidikan

dalam Peraturan M enteri No. 58 Tahun 2009

Lampiran 6 Kuesioner Pendidik TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo Lampiran 7 Dokumentasi

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo. Jenis penelitian ini adalah kualitatif studi kasus dengan bentuk penelitian adalah deskriptif. Sumber data penelitian ini berupa dokumen, hasil kuesioner, hasil wawancara, dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Selanjutnya, metode yang dipakai adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data menggunakan teori triangulasi. Teknik analisis data terdiri dari reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian diketahui bahwa: pertama, strategi SO, yakni: supervisi dari kepala sekolah dan pengawas, mengusahakan lembaga menjadi satu lokasi, meningkatkan komunikasi, profesi, dan KKG, meningkatkan profesionalisme guru, meningkatkan kualitas lulusan anak didik, dan meningkatkan standar penerimaan calon guru baru. Kedua, strategi WO, yaitu: meningkatkan sarana dan prasarana, peningkatan kualitas diri guru, program subsidi silang, dan peran masyarakat menjadi donatur tetap maupun tidak tetap.

Ketiga, strategi ST, yaitu: meningkatkan peran masyarakat, dibentuk paguyuban orang tua anak didik, meningkatkan kualitas pelayanan berkelanjutan. Keempat, strategi WT, yaitu: peningkatan kompetensi guru, peningkatan pelayanan dan kualitas lembaga pendidikan, dan peningkatkan komunikasi dan kegiatan dengan orang tua anak didik. Kelima, proses pembelajaran dan kepuasan diri pendidik tergolong baik. Keenam, tingkat kepuasan orang tua terhadap pelayanan kualitas pendidikan di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo dalam kategori tinggi.

Kata kunci: Kualitas Pelayanan, Pendidikan, PAUD, S WOT

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(12)

ABS TRACT

This study aims to describe and explain the strategies undertaken to improve service quality in TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo. The type of this research is qualitative case study with the research form is descriptive. Sources of research data in the form of documents, the results of questionnaires, interviews, and documentation. Sampling technique using purposive sampling. Furthermore, the method used is observation, interview, and documentation. The technique of data validity using triangulation theory. Data analysis techniques consist of data reduction, data presentation, and conclusion.

The results of the research are: Firstly, SO strategy, namely: supervision from headmaster and supervisor, to make the institution become one location, to improve communications, profession, and KKG, to improve teacher professionalism, to improve the quality of graduate students, and to raise the standard of acceptance of new teacher candidates . Second, the WO strategy, namely: improving facilities and infrastructure, improving the quality of self-teachers, cross-subsidy programs, and the role of society to be a permanent and non-permanent donors.

Third, the ST strategy, namely: improving the role of society, formed parent group of children, improve the quality of sustainable services. Fourth, the WT strategy, namely: improving teacher competence, improving services and quality of educational institutions, and enhancing communication and activities with parents of students. Fifth, the process of learning and self-satisfaction of educators are good. Sixth, the level of satisfaction of parents to the quality of education services in kindergarten ABA 2 Pangenrejo Purworejo in high category.

Keywords: Quality of Service, Education, Early Childhood Education, SWOT

       

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(13)

A.Latar Belakang

Taman Kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan pra sekolah yang diarahkan untuk mengintegrasikan pengetahuan dan praktik ibadah, mengembangkan motivasi dan sikap belajar, penguasaan keterampilan, dan pembentukan karakter pada anak. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 28 bahwa bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang terdapat di jalur formal yang harus memenuhi persyaratan dalam menyelenggarakan pendidikannya, seperti kurikulum yang berstruktur, tenaga pendidik, tata administrasi serta sarana dan prasarana. Pernyataan tersebut sejalan dengan visi TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo, yaitu: terwujudnya anak usia TK yang takwa, cerdas, terampil, mandiri, yang saleh dan salihah, berbakti kepada orang tua, berguna bagi nusa, bangsa dan negara serta memahami iman dan Islam yang benar.

Bukan hanya lembaga pendidikannya saja yang memiliki kualifikasi, tetapi pendidik dan tenaga kependidikan sebagai pondasi ketercapaian lembaga juga memiliki standar seperti dalam Peraturan Pemerintah Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No. 137 tahun 2014 pasal 24. Terdapat lima standar pendidik dan tenaga kependidikan PAUD. Pertama, pendidik anak usia dini merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran serta melakukan pembimbingan,

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(14)

pelatihan, pengasuhan dan perlindungan. Kedua, pendidik usia dini terdiri atas guru PAUD, guru pendamping, dan guru pendamping muda. Ketiga, tenaga kependidikan anak usia dini merupakan tenaga yang bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan dan atau program PAUD. Keempat, tenaga kependidikan terdiri dari pengawas TK/RA/BA, Pemilik KB/TPA/SPS, Kepala PAUD (TK/RA/BA/KB/TPA/SPS), tenaga administrasi, dan tenaga penunjang lainnya. Kelima, pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang dipersyaratkan, sehat jasmani, rohani/mental, dan sosial.

Kualitas program pendidikan di lembaga tidak hanya berkaitan dengan konsep-konsep yang cerdas, tetapi juga pendidik yang mempunyai kesanggupan dan keinginan untuk berprestasi. Tanpa pendidik yang cukup efektif maka program pendidikan yang dibangun di atas konsep-konsep yang cerdas serta dirancang dengan teliti pun tidak dapat berhasil (Sutisna, 2009: 45). Oleh sebab itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah menanamkan dan meningkatkan motivasi pada diri guru. Sumantri (2001: 53) berpendapat bahwa motivasi biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu pengertian yang melibatkan tiga

komponen yaitu (1) pemberi daya pada perilaku manusia (energizing), (2) pemberi arah pada perilaku manusia (directing), dan (3) bagaimana perilaku

itu dipertahankan (sustaining).

Pada tanggal 31 Desember 2015, negara-negara ASEAN menerapkan kebijakan M EA (M asyarakat Ekonomi ASEAN). Salah satu dampak yang akan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(15)

berpengaruh adalah dibidang pendidikan. Sebagian pendidik masih beranggapan hal tersebut menjadi ancaman. Wardani dan M intarsih (2015: 691) mengemukakan bahwa dalam menghadapi M EA, perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang baik terutama untuk menyiapkan kualitas siswa yang baik maka kualitas dan kapabilitas guru yang perlu dikembangkan dan diimplementasi bukan sebatas regional, tetapi tingkat nasional bahkan internasional dengan meningkatkan sumber daya manusia, penguatan kelembagaan, ketersediaan, dan kelayakan infrastruktur, regulasi yang mendukung iklim usaha, dukungan pemerintah, dan kepastian hukum.

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan tidak terlepas dari peran manjemen sumber daya manusia, salah satunya kepala sekolah. Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2005: 83). Kepala sekolah tidak hanya dituntut menguasai bidangnya tetapi diperlukan memiliki karakter yang unggul sebagai perwujudan adanya keharmonisan antara pikiran, kata, perbuatan dan aplikasi komunikasi dalam kemampuan berbahasa. Hal ini dapat diwujudkan apabila kepala sekolah memiliki 5 standar kompetensi yaitu: (1) kompetensi manajerial, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi supervisi, (4) kompetensi sosial dan (5) kompetensi kewirausahaan.

TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo juga memiliki kelebihan dengan adanya penambahan materi pembelajaran agama. Bukan hanya ditargetkan kepada anak

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(16)

didik, tetapi juga kepada orang tua anak didik diselenggarakan pengajian rutin. Hal ini untuk menumbuhkan rasa silaturahmi, keikutsertaan orang tua dalam kegiatan sekolah, dan juga menjadi suri tauladan bagi putra putrinya. Bukan hanya pengajian, tetapi berbagai kegiatan mengenai pengetahuan dan perkembangan anak didik juga telah dilakukan guna dapat diaplikasikan saat orang tua menjadi pendamping belajar anak didik di rumah. Selain itu, TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo tahun 2016 meraih juara 2 lembaga pendidikan tingkat Kabupaten Purworejo.

Kelebihan TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo tersebut memiliki daya tarik tersendiri, tetapi berdasarkan hasil wawancara dengan Noor Aini Yuni Rahayuningsih, S.Pd.AUD selaku kepala TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo diketahui bahwa motivasi pendidik di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo tergolong rendah. Hal ini berakibat berpengaruh pada aspek sikap, kualitas mengajar, dan prestasi yang tergolong rendah. Sikap disiplin belum diaplikasikan guru sebagai tauladan anak didik, misalnya kesepakatan waktu kehadiran yang sering dilanggar sehingga tidak jarang anak didik yang telah tiba di sekolah tidak disambut langsung oleh pendidik. Sebagian guru masih gagap teknologi sehingga diperlukan pembenahan karena berdampak pada kualitas mengajar. Pencapaian prestasi yang dimiliki pendidik juga belum tercapai disebabkan rendahnya rasa percaya diri untuk ikut serta dalam berbagai lomba.

Beberapa permasalahan di atas dapat diatasi kepala sekolah TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo dengan mendayagunakan sumber-sumber personal maupun material secara efektif dan efisien serta melalui penerapan 5 standar kompetensi

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(17)

kepala sekolah. Pada kompetensi manajerial, kepala sekolah telah menjalankan 16 perannya. Pertama, menyusun perencanaan sekolah. Kedua, mengembangkan organisasi sekolah sesuai kebutuhan. Ketiga, memimpin sekolah dalam mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal. Keempat, mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajaran yang efektif. Kelima, menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif. Keenam, mengelola guru dan staff dalam rangka pendayagunaan sumberdaya manusia secara optimal. Ketujuh, mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.

Kedelapan, mengelola hubungan sekolah dan masyarakat. Kesembilan, mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik. Kesepuluh, mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai arah dan tujuan pendidikan nasional. Kesebelas, mengelola keuangan sekolah yang akuntabel, transparan, dan efisien. Keduabelas, mengelola ketatausahaan sekolah. Ketigabelas, mengelola unit layanan khusus sekolah. Keempatbelas, mengelola sistem informasi sekolah. Kelimabelas, memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah. Keenambelas, melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat serta merencanakan tindak lanjutnya.

Selanjutnya, pada kompetensi kepribadian terkait dengan identifikasi kepribadian tiap pendidik sehingga dalam kepribadian kepemimpinan perlu adanya adaptasi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Gaya yang dipakai oleh

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(18)

seorang pemimpin satu dengan yang lain berlainan tergantung situasi dan kondisi kepemimpinannya. Sagala (2009: 126) mengemukakan bahwa Hipocrates dan Galenus mengikhtisarkan kepribadian menjadi empat macam cairan badan yang dominan, yaitu: 1) chole (empedu kering) berartitegangan, daya juang besar, dan optimistis, 2) melanchole (empedu hitam) berarti mudah kecewa, daya juang kecil, muram, dan pesimis. Phlegma (lendir) berarti tak suka terburu-buru, tak mudah dipengaruhi, setia. Sanguis (darah) berarti mudah berganti haluan dan ramah.

Tercapainya perencanaan perlu dilakukan dengan pembinaan dan penilaiam yang tercakup dalam kompetensi supervisi dilakukan dengan prosedur dan teknik yang tepat dalam monitoring, evaluasi, pelaporan program pendidikan, dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Selanjutnya, kompetensi sosial merupakan suatu kemampuan seorang kepala sekolah/guru dalam hal berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar (Depdiknas, 2007: 23).

Pada kompetensi kewirausahaan diungkapkan oleh Wahyudi (1996: 31)

bahwa dimensi kompetensi kewirausahaan kepala sekolah meliputi (1) menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah, (2) bekerja

keras untuk mencapai keberhasilan sekolah, (3) memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah, (4) pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(19)

menghadapi kendala yang dihadapi sekolah, dan (5) memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar siswa.

Selanjutnya, Kunandar (2009: 134) menambahkan bahwa terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam melakukan pembinaan profesionalisme guru. Pertama, kepala sekolah mendengarkan apa saja yang dikemukakan guru berupa kelemahan, kesulitan, kesalahan, masalah, dan apa saja yang dialami oleh guru. Kedua, kepala sekolah memperjelas mengenai apa yang dimaksud oleh guru. Ketiga, kepala sekolah mendorong guru agar ingin mengemukakan kembali mengenai sesuatu hal bila ada yang belum jelas. Keempat, kepala sekolah mencoba mengemukakan persepsinya mengenai apa yang dimaksud oleh guru.

Kelima, kepala sekolah dengan guru memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru. Keenam, kepala sekolah dan guru membangun kesepakata-kesepakatan mengenai tugas yang harus dilakukan masing-masing/bersama. Ketujuh, kepala sekolah mendemonstrasikan tampilan tertentu dengan maksud agar dapat diamati dan ditiru oleh guru. Kedelapan, kepala sekolah mengarahkan guru agar melakukan hal-hal tertentu. Kesembilan, kepala sekolah mengadakan penyesuaian-penyesuaian bersama dengan guru. Kesepuluh, kepala sekolah menggambarkan kondisi yang menguntungkan bagi pembinaan guru.

Penguasaan tehnologi informatika juga menjadi kendala yang belum dikuasai oleh sebagian guru. Kepala sekolah memiliki peran dalam ikut berpartisipasi dalam membina dan mengembangkan profesionalisme guru secara

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(20)

terprogram dan berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan strategi, salah satunya menggunakan pendekatan SWOT. Dalam dunia pendidikan analisis ini digunakan untuk mengevaluasi fungsi pengembangan kurikulum, perencanaan dan evaluasi, ketenagaan, keuangan, proses belajar mengajar, pelayanan kesiswaan, pengembangan iklim akademik, hubungan sekolah dengan masyarakat dan sebagainya dilibatkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Artati (2007) berjudul “Evaluasi Strategi Pemasaran Pada Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Cabang Sutoyo Semarang” disimpulkan bahwa setelah dilakukan analisis SWOT, Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Cabang Sutoyo Semarang mengembangkan beberapa produk, mengevaluasi harga, meningkatkan promosinya serta meningkatkan kualitas tentor dan pegawai administrasinya melalui program

Problem Solving dengan memberikan tambahan ilmu psikologi. Program tersebut dapat diterapkan bagi pendidik di TK.

Pada saat anak didik sudah mampu melaksanakan tugas gerak dan memiliki pemahaman tentang apa yang sudah dilakukannya, maka pada saat itu guru tidak harus memberikan tantangan, sebab anak didik telah belajar sesuatu yang sesuai dengan tujuan dan harapan guru. Sebagai penggantinya, pada saat itu guru dapat memberikan umpan balik (feedback) yaitu sebagai salah satu upaya mengobservasi anak didik berkaitan dengan bagaimana ia melakukan aktivitas serta apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa itu (Suherman, 1998: 124).

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(21)

B.Perumusan Masalah

Setelah dikemukakan latar belakang masalah tersebut, maka diidentifikasi adanya berbagai masalah yang berkaitan dengan strategi meningkatkan kualitas layanan TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo yang masih rendah.

C.Pertanyaan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimanakah strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan strategi-strategi untuk meningkatkan kualitas layanan di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis.

1. M anfaat Teoretis

Secara teoretis, manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ilmiah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai strategi dalam meningkatkan kualitas layanan TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat merangsang peneliti berikutnya

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(22)

mengkaji permasalahan strategi dalam meningkatkan kualitas layanan lembaga pendidikan dari berbagai aspek lain.

2. M anfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi pengurus yayasan, kepala sekolah, guru, dan orang tua anak didik di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo.

a. Pengurus Yayasan TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi pengurus yayasan TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo untuk dapat dilakukan tindak lanjut mengenai hambatan-hambatan peningkatan kualitas yang terjadi. Selain itu, komunikasi, monitoring, dan evaluasi dapat dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.

b. Kepala TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo

Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pribadi sebagai pimpinan untuk mengidentifikasi masukan, hambatan, dan evaluasi yang terjadi sehingga dapat ditindaklanjuti untuk dapat dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga terealisasi pencapaian kualitas sesuai yang tersurat dalam visi dan misi TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo berkolaborasi dengan pengurus yayasan, guru, dan orang tua anak didik.

c. Guru TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo

Guru dapat menyampaikan aspirasinya mengenai permasalahan-permasalahan yang dialami dan tindaklanjut yang diharapakan sehingga tercapai

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(23)

kolaborasi dalam merealisasikan peningkatan proses pembelajaran, khususnya motivasi, inovasi, dan prestasi guru TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo.

d. Orang Tua Anak Didik TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo

M onitoring dan penyampaian evaluasi bukan hanya dapat dilakukan oleh pengurus yayasan, kepala TK ataupun guru, tetapi orang tua anak didik juga berperan aktif ikut serta dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, perkembangan putra maupun putrinya, dan menyampaikan ragam masukan kepada pihak sekolah sehingga tercapai peningkatan kualitas dan harapan antara pihak sekolah dengan orang tua terhadap anak didik.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(24)

A. Tinjauan Pustaka

Pada bab ini akan dideskripsikan teori-teori yang relevan dengan penelitian yang berkaitan dengan (1) sumber daya manusia (SDM ), (2) kriteria kepala sekolah, (3) analisis SWOT, dan (4) Taman Kanak-kanak (TK).

1. S umber Daya Manusia (S DM)

M anajemen sumber daya manusia di lingkungan pendidikan meliputi guru, tenaga administrasi, dan pendukung yang terselenggara dalam sebuah organisasi sekolah yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Terdapat 4 fungsi manajemen dalam bidang SDM . Pertama, fungsi perencanaan meliputi pendefinisian tujuan organisasi, menetapkan sasaran yang hendak dicapai dalam organisasi dan melakukan pengembangan rencana strategis organisasi. Kedua, fungsi pengorganisasian adalah proses pengaturan karyawan dan sumber daya lainnya guna mendukung proses pencapaian rencana strategis dan tujuan. Ketiga, fungsi kepemimpinan bertujuan untuk mempengaruhi kebiasaan orang lain untuk mendukung pencapaian tujuan. Keempat, fungsi pengawasan yakni proses pemantauan semua aktivitas di dalam organisasi untuk memastikan seluruh aktivitas berjalan lancar sesuai rencana (Gunanto, 2015: 2). Selain itu, dalam sebuah organisasi perlu dipahami tiga faktor yang berpengaruhi dan saling berkaitan meliputi faktor individu, kelompok, dan organisasi.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(25)

a) Faktor Individu

Faktor individu meliputi kepribadian, nilai, sikap, emosi, mood serta motivasi. Pertama, kepribadian merupakan sekumpulan cara bagaimana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain yang digolongkan menjadi dua, yaitu (1) tipe kepribadian A dengan ciri-ciri bergerak cepat, tidak sabaran, tidak menyukai kesantaian, mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus, dan mempunyai obsesi untuk selalu sukses disetiap pekerjaan, dan (2) tipe kepribadian B dengan ciri-ciri sebagai seseorang yang tidak terburu-bur, rileks, dan santai dalam bekerja. Kedua, nilai merupakan keyakinan tentang segala sesuatu yang dianggap baik dan benar. Hofstede mengemukakan terdapat lima dimensi yang ada pada nilai meliuti rentang kekuasaan, individualisme dan kolektivisme, maskulinitas dan feminitas, penghindaran terhadap ketidakpastian, dan orientasi jangka pendek serta jangka panjang.

Ketiga, ada tiga komponen yang membangun sikap, yaitu (a) komponen kognitif yang berupa kepercayaan tentang sesuatu hal, (b) komponen afektif berupa bagaimana seseorang merasakan suatu hal, dan (c) komponen perilaku berupa keyakinan dan perasaan yang dimiliki individu. Keempat, emosi merupakan pikiran yang khas untuk mendorong serangkaian tindakan tertentu. Terdapat 5 komponen dasar dalam kecerdasan emosional yang diungkapkan oleh Robbins yakni pengenalan diri, penguasan diri, motivasi diri, empati, dan hubungan efektif. Kelima, mood adalah perasan yang tidak memrlukan rangsangan tertentu untuk memunculkannya seperti emosi.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(26)

Keenam, motivasi merupakan proses menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini berkaitan dengan teori keadilan yakni seseorang merasa puas atau tidak tergantung dari sejauh mana dia mearsakan keadilan yang meliputi tiga elemen. Elemen pertama yakni input, segala sesuatu yang berharga untuk memberikan sumbangan pada sebuah pekerjaan (pendidikan, pengalaman, ketrampilan, keahlian, dan jumlah jam kerja). Elemen kedua yakni outcome, segala sesuatu yang dirasakan sebagai hasil pekerjaan (gaji, upah, simbol status, dan kesempatan berprestasi). Elemen ketiga yakni comparison person, seseorang yang membandingkan antara input

dan outcome yang diperoleh.

b) Faktor Kelompok

Faktor kelompok meliputi komunikasi, kekuasaan dan politik, dinamika kelompok, konflik dan negoisasi serta kepemimpinan. Pada faktor ini, konflik menjadi sesuatu yang sering terjadi sehingga diperlukan cara mengatasi disesuaikan dengan kondisi yang terjadi. De Drey dan Geflan berpendapat bahwa konflik merupakan proses yang terjadi ketika individu atau kelompok menyadari perbedaan dan pertentangan diantara dirinya dan individu atau kelompok lain dengan kepentingan sumber daya, keyakinan, nilai, tindakan, dan lain sebagainya. Selain itu, proses konflik terdiri dari lima tahapan. Pertama, ketidaksesuaian atau pertentangan sosial dalam situasi yang memunculkan peluang konflik. Kedua, kesadaran dan personalisasi. Pada tahap ini pihak berkonflik mengambil keputusan mengenai konflik yang sedang terjadi.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(27)

Ketiga, tujuan sebagai dasar keputusan untuk bertindak. Keempat, perilaku sebagai proses interaksi dalam menyelesaikan konflik. Kelima, menciptakan hasil fungsional dan disfungsional. Selanjutnya, negoisasi merupakan proses antara dua pihak untuk menciptakan kesepakatan. Terdapat dua pendakatan dalam proses ini, yaitu distributive barganing dan integrative barganing. Distributive barganing

merupakan proses tawar menawar yang membagi sumber daya yang jumlahnya tetap sedangkan integrative barganing merupakan proses tawar menawar yang mencoba mencari solusi untuk menguntungkan kedua belah pihak. Oleh karena itu, proses pengambilan keputusan ini terbagi menjadi tiga, yaitu: (1) pengambilan keputusan rasional, (2) menggunakan upaya penyederhanaan, dan (3) intuisi.

c) Faktor Organisasi

Faktor organisasi meliputi kultur organisasi, praktik dan kebijakan manajemen sumber daya manusia, dan perubahan organisasi dan manajemen stress. Budaya atau kultur yang dibangun dalam sebuah organisasi dapat berpengaruh terhadap adaptasi ragam kultur sumber daya manusia di dalamnya. Pengelolaan dan tata aruran yang dibuat dalam sebuah organisasi juga menjadi pondasi mengenai sejauh apa perubahan akan terjadi. Apabila perubahan ini bertolak belakang dan tidak mampu diatasi oleh sumber daya manusia di dalamnya, secara tidak langsug ini akan mengakibatkan stress sehingga perlu dipikirkan pula oleh pimpinan agar hal ini dapat dicegah, misalnya dengan jam kerja dan tanggungjawab yang tidak berlebihan, diberikannya bonus bagi yang lembur, dan cara lain sebagainya.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(28)

2. Kriteria Kepala S ekolah

Seseorang dapat menjadi pemimpin dilingkungannya menandakan bahwa ia diberikan kepercayaan dan dianggap memiliki nilai lebih dibandingkan orang-orang disekelilingnya berdasarkan penilaian kepribadian, prestasi, dan lain sebagainya. Begitupun dengan kepala sekolah. Kepala sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala Sekolah adalah penanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan lainnya, pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana juga sebagai supervisor pada sekolah yang dipimpinnya. Jika dilihat dari syarat guru untuk menjadi kepala sekolah, dapat dikatakan sebagai jenjang karier dari jabatan fungsional guru. Apabila seorang guru memiliki kompetensi sebagai kepala sekolah dan telah memenuhi persyaratan atau tes tertentu maka guru tersebut dapat memperoleh jabatan kepala sekolah (M ulyasa, 2007: 24).

Selain itu, kepala sekolah harus memiliki 5 standar kompetensi yang telah dipaparkan dalam PERM ENDIKNAS No. 13 tahun 2007 meliputi kompetensi manajerial, kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi, kompetensi kewirausahaan, dan kompetensi sosial. Gunanto (2015: 2) menambahkan bahwa seorang pemimpin dituntut memiliki tiga peran. Pertama, peran interpersonal adalah peran sebagai figur pemimpin yang mampu menghadapi berbagai situasi dan mampu memotivasi bawahannya untuk berkinerja dengan baik serta peran penghubung antara internal organisasi dengan pihak-pihak luar organisasi. Kedua, peran informasional adalah pemimpin harus mampu menerima informasi dan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(29)

membagikan informasi kepada bawahannya. Ketiga, peran pembuat keputusan adalah pemimpin harus mampu menentukan keputusan yang diambil diantara berbagai macam alternatif pilihan tersedia.

Kategori perilaku pemimpin meliputi consideration dan initiating.

Consideraton adalah pemimpin bertindak dalam perilaku yang bersahabat dan sportif, menunjukkan perhatian pada bawahan dan memperhatikan kesejahteraaannya. Initiating adalah pemimpin mendefinisikan dan menstruktur peran bawahannya dan peranannya sendiri. Selain itu, seorang pemimpin juga perlu memiliki tiga perilaku-perilaku kepemimpinan yang efektif. Pertama, perilaku task oriented yakni pemimpin akan berkosentarasi pada fungsi-fungsi yang berorientasi pada tugas seperti perencanaan pekerjaan. Kedua, perilaku

relation oriented yakni pemimpin tidak mengorbankan kepedulian terhadap hubungan antara manusia. Ketiga, perilaku participave leadership yakni pemimpin memberikan pengawasan kelompok dibanding pengawasan tiap bawahan secara terpisah.

Selanjutnya, seorang pemimpin dapat dibedakan menjadi tiga jenis kepemimpinan meliputi kepemimpinan karismatik, kepemimpinan transaksional, dan kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan karakteristik dipandang sebagai sikap heroik dengan karakter memiliki visi, berani mengambil resiko, sensitif kepada kebutuhan bawahan, dan berperilaku luar biasa (berani, jujur, dan lain sebagainya). Kepemimpinan transaksional merupakan jenis kepemimpinan yang membimbing atau memotivasi dengan memperjelas peran dan tugas para bawahannya dengan ciri karakter memberikan penghargaan bersyarat, mencari

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(30)

penyimpangan yang dilakukan bawahan, melakukan tindakan jika standar pekerjaan tidak tercapai, dan menghindari tanggung jawab yang berlebihan. Kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang memberikan inspirasi pada bawahan untuk mengutamakan kepentingan bersama dan memiliki kemampuan mempengaruhi yang luar biasa dengan karakter pengaruh ideal, motivasi inspirasional, melakukan pemecahan masalah dengan cermat, dan memperlakukan karyawan dengan pendekatan personal.

Pemimpin juga perlu mengarahkan kepada bawahannya untuk proses pembelajaran yang terdiri dari 3 jenis. Pertama, classical conditioning. Seseorang akan memberikan tanggapan pada sebuah stimulus tertentu karena belajar. Respon pada stimulus dapat muncul karena individu dikondisikan untuk bereaksi dengan pembiasaan terus menerus. Kedua, operant conditioning. Seseorang akan berperilaku dengan mempertimbangkan segala akibat atau konsekuensi yang akan muncul, jika perilaku tersebut dilakukan oleh yang bersangkutan dengan perolehan ganjaran (reward) dan hukuman (punishment). Ketiga, social learning. Seorang individu akan mempelajari perilaku orang lain dan selanjutnya menirunya. Faktor lingkungan memberikan pengaruh yang sangat besar.

3. Analisis S WOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini di dasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimamalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan starategis selalu berkaitan dengan pengembangan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(31)

misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan perencanaan strategis harus menganalisis startegis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut analisis situasi. M odel

yang sangat populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2006: 19).

Keputusan pemasaran dibagi menjadi empat strategi yaitu produk, distribusi, promosi, dan strategi harga. Ini merupakan pengertian dari bauran pemasaran. Bauran pemasaran merupakan bauran dari empat strategi elemen yang memenuhi kebutuhan dan preferences dari pasar sasaran yang spesifik. Keempat klasifikasi itu berguna untuk pembelajaran dan analisa, mengingat bahwa bauran pemasaran merupakan kombinasi variable untuk meraih kesuksesan. Pertama, stretegi produk. Di dalam pemasaran, kata produk berarti lebih dari barang, servis maupun ide. Produk merupakan konsep merek yang dikaitkan dengan kepuasan semua konsumen terhadap kebutuhan yang berelasi pada barang, servis, ataupun ide.

Kedua, strategi distribusi. Pemasar mengembangkan strategi distribusi agar konsumen dapat menemukan produk mereka sesuai dengan jumlah yang diinginkan pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat. Teknologi juga merupakan channel pembuka baru bagi banyak industri. Ketiga, strategi promosi. Promosi adalah komunikasi yang menghubungkan antara penjual dan pembeli. Perusahaan dapat menggunakan berbagai cara untuk mengirimkan pesan tentang produk, jasa maupun ide. M ereka dapat mengkomunikasikan pesan secara langsung lewat sales atau juga secara tidak langsung lewat iklan dan promosi.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(32)

Keempat, strategi harga. Strategi harga berhubungan dengan metode untuk menggatur keuntungan dan penyesuaian harga. Salah satu faktor yang memengaruhi strategi harga pemasar adalah kompetisi (Kurtz, 2008, 48).

Selanjutnya, Fahmi (2014: 260) menambahkan untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT. Pertama, faktor eksternal. Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya opportunities and threats (O and T). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi-kondis yang terjadi di luar perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor ini mencakup lingkungan industri dan lingkungan bisnis makro, ekonomi, politik, hukum, teknologi, kependudukan, dan sosial budaya.

Kedua, faktor internal. Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strengths and weakness (S and W). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi yang terjadi dalam perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi terbentuknya pembuatan keputusan perusahaan. Faktor internal ini meliputi semua macam manajemen fungsional: pemasaran, keuangan, operasi, sumberdaya manusia, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen, dan budaya perusahaan. Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David, 2005: 47).

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(33)

Gambar 2.1 Analisis SWOT

Terdapat 4 analisis SWOT. Pertama, kekuatan (strenghts). Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar. Kedua, kelemahan (weakness). Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan,kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan perusahaan.

Ketiga, peluang (opportunities). Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan–kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang bagi perusahaan. Keempat, ancaman (threats).

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(34)

Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan

4. Taman Kanak-kanak (TK)

4.1 Definisi Taman Kanak-kanak (TK)

Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini (usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu: TK 0 (nol) Kecil (TK kecil) selama 1 (satu) tahun dan TK 0 (nol) Besar (TK besar) selama 1 (satu) tahun.

Umur rata-rata minimal kanak dapat belajar di sebuah taman kanak-kanak berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya yang sederajat, murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat. Di Indonesia, seseorang tidak diwajibkan untuk menempuh pendidikan di TK. Tujuan TK secara umum adalah membantu anak didik agar dapat mengenal

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(35)

dirinya dan lingkungan terdekatnya sehingga dapat menyesuaikan diri melalui tahap peralihan dari kehidupan di rumah ke kehidupan di sekolah dan masyarakat sekitar anak. Dalam proses peralihan ini, anak perlu memiliki berbagai kemampuan agar anak dapat beradaptasi dan berkembang secara optimal ketika memasuki lingkungan sekolah atau masyarakat.

4.2 Model Pembelajaran Taman Kanak-kanak (TK)

Pendekatan pembelajaran pada Taman Kanak-kanak (TK) hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berorientasi pada kebutuhan anak, bermain sambil belajar atau seraya bermain, kreatif dan inovatif. Pertama, berorientasi pada kebutuhan anak. Anak TK adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis yang meliputi intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.

Kedua, bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak-anak usia Taman Kanak-anak-kanak-anak. Untuk itu dalam memberikan pendidikan pada anak usia Taman Kanak-kanak harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga ia tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Selain menyenangkan, metode, materi dan media yang digunakan harus menarik perhatian serta mudah diikuti sehingga anak akan termotivasi untuk belajar. M elalui kegiatan

bermainanak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(36)

objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya.

Ketiga, kreatif dan Inovatif. Proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan secara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijadikan sebagai objek, tetapi juga dijadikan subyek dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak dirancang untuk membentuk perilaku dan mengembangkan kemampuan dasar yang ada dalam diri anak usia Taman Kanak-kanak, tetapi dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangannya. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak, seorang guru harus memahami dan menguasai metode pembelajaran yang digunakan. Dengan menguasai metode pembelajaran ini, diharapkan tujuan pendidikan yang diantaranya untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai- nilai agama dapat tercapai secara optimal.

5. S tandar Pencapaian Kualitas Layanan

Lembaga PAUD merupakan suatu lembaga pendidikan yang didirikan dengan berbagai pemenuhan terhadap beberapa macam persyaratan yang sesuai dengan sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat membentuk suatu lembaga PAUD menurut pada

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(37)

UU No. 20 tahun 2003 pasal 62 ayat 2 (Suyadi: 2011) antara lain: 1. tersedianya kurikulum, 2. adanya peserta didik/siswa/anak didik, 3. ketersediaan tenaga

kependidikan (guru dan staf), 4. adanya sarana prasarana yang mencukupi, 5. adanya pembiayaan pendidikan, dan 6. adanya sistem evaluasi.

Selanjutnya, untuk mencapai kualitas layanan pendidikan yang diinginkan, suatu lembaga PAUD harus mampu memenuhi standar pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah. M enurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005, standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lingkup standar nasional pendidikan menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 antara lain:standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi pendidik dan tenaga pendidik, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Pertama, standar isi. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu. Kedua, standar proses. Standar proses merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

Ketiga, standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(38)

pendidikan. Keempat, standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Kelima, standar sarana dan prasarana. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi dan berkreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Keenam, standar pengelolaan. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Ketujuh, standar pembiayaan. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu bulan. Kedelapan, standar penilaian pendidikan. Kedelapan, standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar anak didik.

Setelah menetapkan standar pendidikan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, maka pemerintah menetapkan standar pendidikan yang khusus bagi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam Peraturan M enteri No. 58 Tahun 2009. Standar PAUD merupakan bagian integral dari Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(39)

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang dirumuskan dengan mempertimbangkan karakteristik penyelenggaraan PAUD. Standar PAUD terdiri

atas empat kelompok, yaitu: (1) standar tingkat pencapaian perkembangan, (2) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (3) standar isi, proses, dan

penilaian, dan (4) standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Pertama, standar tingkat pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Tingkat perkembangan yang dicapai merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada setiap tahap perkembangannya, bukan merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan akademik. Kedua, standar pendidik dan tenaga kependidikan memuat kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan. Ketiga, standar isi, proses, dan penilaian meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program yang dilaksanakan secara terintegrasi atau terpadu sesuai dengan kebutuhan anak. Keempat, standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan mengatur persyaratan fasilitas, manajemen, pembiayaan, agar dapat menyelenggarakan PAUD yang baik.

6. Tingkat Kepuasan Orang Tua

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka (Kotler dan Keller: 2009). Pada dasarnya kepuasan pelanggan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(40)

dikonsumsinya (Gaspersz: 2005). Pertama, kebutuhan dan keinginan” yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan pelanggan ketika ia sedang mencoba melakukan transaksi dengan produsen/pemasok produk (perusahaan). Jika pada saat itu kebutuhan dan keinginannya besar, harapan dan ekspektasi pelanggan akan tinggi, demikian pula sebaliknya.

Kedua, pengalaman masa lalu (terdahulu) ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun pesaing-pesaingnya. Ketiga, pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan kualitas produk yang dibeli oleh pelanggan itu. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi pelanggan terutama pada produk-produk yang dirasakan berasio tinggi. Keempat, komunikasi melalui iklan dan pemasaran juga mempengaruhi persepsi pelanggan. Orang di bagian penjualan dan periklanan seyogyanya tidak membuat kampanye yang berlebihan melewati tingkat ekspektasi pelanggan. Kampanye yang berlebihan dan secara aktual tidak mampu memenuhi ekspektasi pelanggan akan mengakibatkan dampak negatif terhadap pelanggan tentang produk itu.

Ada beberapa metode yang bisa dipergunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya dan pelanggan pesaing. Kotler (2000) mengidentifikasi empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan. Pertama, sistem keluhan dan saran. Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan perlu menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya guna menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka. M edia yang digunakan bisa berupa kotak saran yang ditempatkan di

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(41)

lokasi-lokasi strategis, kartu komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa, website, dan sebagainya.

Kedua, ghost shopping. Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang untuk berpura-pura atau berperan sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing. M ereka diminta berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk atau jasa perusahaan. Ketiga, lost customer analysis. Sedapat mungkin perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan sedapat mungkin mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya.

Keempat, survei kepuasan pelanggan. Sebagian besar riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan metode survei, baik melalui telepon, pos, email, website, maupun wawancara langsung. M elalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan balikan secara langsung dari pelanggan serta memberikan kesan positif bahwa perusahaan memberi perhatian pada pelanggannya. Selanjutnya, Tjiptono (2006: 18) menambahkan pengukuran kepuasan dapat dilakukan dengan empat cara. Pertama, directly reported satisfaction. Pengukuran dilakukan secara langsung, melalui pertanyaan dengan skala sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas, dan sangat puas.

Kedua, derived dissatisfaction. Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yakni besarnya harapan pelanggan terhadap atribut tertentu dan besarnya yang mereka rasakan. Ketiga, problem analysis. Pelanggan yang dijadikan responden diminta mengungkapkan dua hal pokok. Pertama,

masalah-STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(42)

masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan kedua, saran-saran untuk melakukan perbaikan. Keempat, importance-performance analysis. Dalam teknik ini, responden diminta untuk merangking berbagai elemen (atribut) dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen tersebut. Selain itu, responden juga diminta untuk merangking seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen atau atribut tersebut.

Di era globalisasi sekarang ini, orang tua sebagai pelanggan atau konsumen pendidikan anak usia dini cukup cermat dan mulai mengerti cara memilih lembaga PAUD yang dianggap tepat bagi anak. Tren orang tua siswa dewasa ini ternyata tidak hanya melihat positioning sekolah unggulan, andalan, dan favorit sebagai satu-satunya pertimbangan untuk memutuskan bersekolah di lembaga tersebut. Pertimbangan positioning sekolah gaul dan bonafide ternyata menjadi fenomena baru dalam pemasaran lembaga PAUD (M ukminin: 2009). Oleh karena itu, sekolah dituntut untuk selalu melakukan inovasi-inovasi yang mengikuti perkembangan zaman.

Selanjutnya, Sopiatin (2010: 35) mengemukakan bahwa kepuasan siswa terhadap pembelajaran dapat dilihat dari 5 dimensi, yaitu: tangible, assurance, empathy, reliability, dan responsiveness. Pertama, tangible adalah dimensi fisik. Suatu jasa tidak dapat dicium dan tidak dapat diraba sehingga bukti fisik menjadi penting bagi pengukuran terhadap pelayanan. Tangible merupakanj kemampuan untuk memberi fasilitas fisik sekolah dan perlengkapan sekolah yang memadai. Kedua, assurance adalah dimensi jaminan kualitas yang berhubungan dengan perilaku staf pengajar atau guru dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(43)

kepada para siswa. Assurance mencangkup kompetensi, pengetahuan, keterampilan, dan kesopanan.

Ketiga, empathy adalah sikap guru dalam memebrikan pelayannan secara penuh hati seperti perhatian secara pribadi serta pemahaman bahwa setiap siswa memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda. Keempat, reliability adalah kualitas pelayanan yang menentukan kepuasan siswa. Keandalan berhubungan dengan kemampuan guru dalam mengajar yang bermutu sesuai dengan yang dijanjikan, konsisten serta sekolah mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan siswa. Kelima, responsiveness adalah kesediaan personil sekolah untuk mendengar dan mengatasi keluhan siswa yang berhubungan dengan masalah sekolah yang menyangkut masalah belajar mengajar ataupun masalah pribadi.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah hasil penelitian M ukhtar, Puspitasari, Purwanti dkk., Rosdina dkk., dan Suryantini. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh M ukhtar (2015) dalam Jurnal Magister Administrasi Pendidikan berjudul Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru pada SMP Negeri di Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh

Besar diketahui bahwa strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kemampuan guru melalui pembinaan kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Selain itu, strategi kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin guru, yaitu: a) menegakkan kedisiplinan guru, b) meningkatkan standar perilaku guru, dan c) melaksanakan semua peraturan.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(44)

Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi guru dilakukan dengan menciptakan situasi yang harmonis, memenuhi semua perlengkapan yang diperlukan serta memberikan penghargaan dan hukuman. Selanjutnya, strategi kepala sekolah dalam meningkatkan komitmen guru adalah mengadakan pelatihan, mendatangkan tutor ke sekolah dan memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan, menempatkan guru sesuai dengan bidangnya, dan mengadakan rapat setiap awal semester. Hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru adalah a) kurang tegas dalam menerapkan kebijakan, b) guru kurang motivasi dan domisili guru yang jauh, c) fasilitas sekolah yang belum memadai, d) rendahnya partisipasi warga lingkungan sekolah. Penelitian Puspitasari (2015) dalam Jurnal INFORMA berjudul Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru (Studi Kasus Smk

Batik 1 Surakarta) diketahui bahwa perencanaan yang dilakukan Kepala SM K Batik 1 Surakarta dalam meningkatkan kinerja guru. Perencanaan peningkatan kinerja guru yang dilakukan oleh kepala SM K Batik 1 Surakarta adalah berdasarkan visi, misi, tujuan sekolah, dan kebutuhan sekolah. Dalam merencanakan peningkatan kinerja guru kepala sekolah SM K Batik 1 Surakarta melibatkan seluruh unsur civitas akademika sekolah termasuk guru. Perencanaan peningkatan kinerja guru dilakukan dalam rapat kerja yang diadakan pada awal tahun pelajaran dan awal semester dan dijabarkan dalam rencana strategis dan rencana operasional sekolah.

Selanjutnya, penelitian Purwanti, dkk. (2014) dalam Jurnal Ilmiah Didaktika yang berjudul Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(45)

Kompetensi Guru Pada SMP Negeri 2 Simeulue Timur disimpulkan bahwa program kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru pada SM P Negeri 2 Simeulue Timur diimplementasikan dalam pemberdayaan guru-guru. Program pemberdayaan guru-guru diharapkan dapat mengikutsertakan guru dalam pengambilan keputusan sekolah dan juga melatih guru-guru untuk bertanggungjawab dalam pengembangan sekolah. Kepala sekolah dalam merumuskan programnya mengikutsertakan semua guru dan staf sekolah.

Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru SM P Negeri 2 Simeulue Timur telah dilakukan oleh kepala sekolah melalui beberapa

upaya antara lain melalui pembinaan pelatihan-pelatihan keterampilan terhadap guru-guru, pemberian motivasi dan pembinaan disiplin tenaga kependidikan. Selain itu, strategi yang telah dilakukan oleh kepala sekolah yaitu diselenggarakannya musyawarah guru mata pelajaran (M GM P) yang dilakukan rutin beberapa kali dalam satu semester, kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru-guru untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, guru-guru diarahkan untuk mengikuti seminar/workshop.

Penelitian Rosdina,dkk. (2015) berjudul Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru Pada SD Negeri 2 Lambheu Kabupaten

Aceh Besar dalam Jurnal Administrasi Pendidikan disimpulkan bahwa Perumusan kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan kemampuan guru-guru telah membuat aturan-aturan tertulis maupun lisan sesuai visi misi sekolah dengan melibatkan guru, sasaran sekolah dan kepala sekolah merumuskan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kemampuan guru seperti KKG. Strategi kepala

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(46)

sekolah sebagai pemimpin dalam meningkatkan tanggung jawab guru-guru dengan melibatkan semua guru dan memberikan contoh langsung. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru adalah keinginannya meningkatkan prestasi sekolah supaya punya prestasi yang lebih baik di tingkat Aceh dan nasional.

Selanjutnya, penelitian Suryantini (2016) berjudul Peningkatan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Melalui Supervisi Kelompok di Sekolah Dasar dalam Jurnal Managemen Pendidikan diketahui bahwa langkah-langkah pelaksanaan supervisi manajerial guna meningkatkan kompetensi supervisi kepala sekolah di Gugus II Bima UPTD Dikpora Kecamatan Serengan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 dilakukan sebagai berikut: supervisi manajerial dilakukan melalui prosedur berbentuk siklus yang terdiri dari tiga tahap, yaitu: tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap pertemuan balikan.

Penerapan supervisi manajerial metode kelompok dapat meningkatkan kompetensi supervisi kepala di Gugus II Bima UPTD Dikpora Kecamatan Serengan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penilaian yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal. Tingkat ketercapaian pada kondisi awal baru mencapai 33.33% dari skor ideal. Pada akhir tindakan Siklus I, tingkat ketercapaian mengalami peningkatan menjadi 52.92% dari ideal. Kemudian pada akhir tindakan Siklus II meningkat menjadi 73.75% dari skor ideal.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(47)

B.Kerangka Berpikir

Telaah strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo diawali dengan melakukan observasi dan wawancara dengan Noor Aini YR. S.Pd.AUD selaku kepala sekolah dan Endang Wijiati, S.Pd.AUD sebagai perwakilan dari guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala TK diketahui terdapat kendala mengenai budaya guru di lingkungan kerja yang masih rendah minat, motivasi, kinerja, dan prestasi. Salah satu contohnya adalah terkait kehadiran guru yang sering terlambat datang ke sekolah. Tiap guru mendapat jadwal piket untuk menyambut kehadiran anak didik pada pukul 06.30 wib. s.d. 07.00 wib. diawal pelaksaan guru sering terlambat hadir dengan beragam alasan seperti mengurus anak berangkat sekolah, lama menunggu angkutan umum, dan lain sebagainya.

Bukan dengan sikap memarahi maupun menegur dihadapan guru atau anak didik tetapi cara mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memberikan motivasi melalui penghargaan berupa insentif bagi guru piket. Selain itu, peningkatan profesionalisme juga diberikan kepada guru dengan mendampingi anak didik mengikuti lomba, mengikutsertakan guru berbagai lomba maupun pelatihan-pelatihan. Kepercayaan diri guru juga dibangun dengan membiasakan guru berlatih berbicara dan menjadi panitia dalam kegiatan TK seperti dalam rapat rutin antara guru maupun yayasaan secara bergilir guru menyanpaikan evaluasi, argumen maupun permasalahana-permasalahan yang dihadapi untuk dapat ditindaklanjuti.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(48)

Pertanyaan yang diajukan kepada kepala TK terkait (a) kondisi lingkungan kerja, (b) hubungan komunikasi serta kerja sama antara yayasan, masyarakat, pemerintah, guru, orang tua atau wali, dan anak didik, (c) sarana fisik sekolah, (d) kurikulum, materi pembelajaran, dan proses belajar, (e) administrasi dan keuangan sekolah, dan (f) peningkatan prestasi kerja. Selanjutnya, pertanyaan yang diajukan pada perwakilan guru yang diwawancarai mengenai (1) kondisi guru, (2) gaya kepemimpinan pimpinan, (3) hubungan komunikasi dan kerja sama antara yayasan, masyarakat, pemerintah, guru, orang tua atau wali, dan anak didik, (4) kendala yang dihadapi dalam proses mengajar, (5) penghargaan, (6) upaya meningkatkan kualitas diri, dan (7) harapan guru untuk pngurus, kepala sekolah, guru, pemerintah, masyarakat, orang tua maupun anak didik.

Selain melakukan wawancara, dilakukan pula pengisian kuesioner yang diisi oleh seluruh guru TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo yang berjumlah 9 orang dan orang tua atau wali anak didik dari kelas A2 dengan jumlah 19 orang. Kuesioner yang ditujukkan kepada guru hampir sama dengan pertanyaan wawancara yang dilakukan pada perwakilan guru sedangkan kuesioner kepada orang tua atau wali anak didik terkait pemerolehan jawaban tentang kualitas pelayanan yang diberikan TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo terhadap orang tua atau wali dan anak didik. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh jawaban lebih umum mengenai permasalahan yang diteliti. Selain itu, dokumentasi juga ikut berperan menguatkan pernyataan dari hasil data yang telah diperoleh.

Selanjutnya, data-data tersebut dianalisis melalui teknik analisis data yang dikembangkan oleh M iles & Huberman meliputi reduksi data, sajian data, dan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(49)

penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data dilakukan dengan wawancara terhadap informan yang dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Setelah melakukan reduksi data, dilanjutkan dengan melakukan penyajian data yang disimpulkan sementara berkaitan dengan strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo dengan menggunakan pendekatan SWOT. Pendekatan SWOT

digunakan untuk menelaah kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo sebagai lembaga pendidikan anak usia dini.

Data-data yang telah direduksi dan disajikan lalu dilakukan penarikan kesimpulan yang mampu membahas pembahasan permasalahan. Apabila simpulan dirasa kurang, dilakukan kembali pengumpulan data yang telah terfokus sehingga diperoleh pendukung kesimpuan yang dikembangkan dan dilakukan pendalaman data. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dilanjutkan dengan menyimpulkan untuk menjawab permasalahan mengenai strategi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam meningkatkan kualitas layanan di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo dengan menggunakan pendekatan SWOT. Adapun alur kerangka pemikiran yang bertujuan mengarahkan jalannya penelitian ini agar mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian diuraikan sebagai berikut.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(50)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Strategi untuk M eningkatkan Kualitas Layanan di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo

Strategi meningkatkan kualitas layanan di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo.

2. Aspek Kelemahan 

Telaah aspek eksternal. 1. Aspek Peluang 2. Aspek Ancaman

Analisis Data

Analisis aspek peluang: dukungan pemerintah daerah dalam melengkapi sarana dan prasarana, tuntutan masyarakat terhadap lulusan yang berkualitas, dan dukungan orang tua maupun masyarakat TK tinggi. Analisis aspek ancaman: lembaga pendidikan sejenis dan persaingan harga dengan lembaga lain. Analisis aspek kekuatan: sifat lingkungan kerja,

sarana dan prasarana baik, peningkatan kemampuan mengajar guru, aktif mengikuti pelatihan, peningkatan prestasi kerja, pemberian penghargaan, penerimaan calon guru, dan sekolah ber islam. Analisis aspek kelemahan: rendahnya motivasi SDM, pembiayaan, lingkungan di area TK, latar pendidikan dan pekerjaan orang tua, dan partisipasi orang tua.

Relevansi strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Strategi untuk Meningkatkan Kualitas Layanan                  di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo
Tabel 3.2
Gambar 4.1 Perkembangan Peserta Didik TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo                         Tahun Ajaran 2013/2014 – 2016/2017
Tabel 4.1 Daftar Pendidik di TK ABA 2 Pangenrejo Purworejo
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan yang dilaksanakan selama Kuliah Kerja Nyata dilaksanakan di Kelurahan Baran, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang sesuai dengan perencanaan program yang

Fasa-123 hasil proses pelelehan terbentuk Fasa-211 yang cukup besar, telah dilakukan pada penelitian berikutnya [16], dalam hal ini diperoleh angka 20,9 % Fasa-211. Namun demikian,

Persentase Perkara yang Diselesaikan melalui Mediasi 100% 100% 100% 100% 100% Program Peningkatan Manajemen Peradilan Umum Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Kajian dengan tema identik juga ditulis oleh Margono Slamet dengan judul “Peranan Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Dalam Pembangunan Pedesaan dan Perubahan Sosial.” 18

Di dalam menunjang sasaran strategis meningkatnya penataan pegawai yang sesuai kompetensi dan kebutuhan organisasi, dengan indikator kinerja utama yaitu persentase

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Strategi bauran pemasaran yang dilakukan rumah makan mie lethek Mbah Mendes Jl. Sarirejo, Depok Maguwoharjo Sleman,

Disimpulkan bahwa restorasi mengunakan bahan tumpatan glass ionomer cement lebih signifikan dalam mempengaruhi perubahan pH saliva dibandingkan dengan bahan tumpatan

 backwash: masukkan air bersih ke output filter C melalui ke output filter C melalui pompa dan buang air kotor yang keluar dari input Filter A, pompa dan buang air kotor yang