KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan
Alhamdulillahirabbil'Alamin
serta
mengucapkan puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Buku Laporan Evaluasi
Penyelenggaraan Perizinan Tahun 2012.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan buku ini, mulai dari tahap
pengumpulan data sampai pengolahan data dan sampai penerbitan buku
ini. Tahun 2012 merupakan tahun ke-4 (empat) Penerbitan Buku Laporan
Evaluasi Penyelenggaraan Perizinan, yang telah dimulai sejak tahun 2009.
Besar harapan kami apa yang tertuang dalam buku Laporan Evaluasi
Penyelenggaraan Perizinan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, semoga
Allah SWT menyertai kita semua.
Bandung, Februari 2013
Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
Provinsi Jawa Barat
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. MAKSUD 1
C. TUJUAN 2
D. RUANG LINGKUP 2
BAB 2. SEKILAS TENTANG BPPT 3
A. LATAR BELAKANG 3
B. DASAR HUKUM 4
C. STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA 6
D. PRODUK UNGGULAN BPPT 9
BAB 3. PENYELENGGARAAN PERIZINAN 11
A. KEWENANGAN 11
B. PELAKSANAAN 12
C. TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN 18
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 20
A. GAMBARAN UMUM PENYELENGGARAAN 20
B. PENYELENGARAAN PERIZINAN MENURUT BIDANG 25
1. Perhubungan 25
2. Ketenagakerjaan 28
3. ESDM 31
4. Kesehatan 34
5. Penataan Ruang (Kimrum) 37
6. Binamarga 39
8. Peternakan 43
9. Perikanan 47
10.PSDA 49
11.Komunikasi dan Informasi 51
12.Kehutanan 53
13.Perindustrian dan Perdagangan 53
14.Perkebunan 54
15.Pendidikan 55
16.Lingkungan Hidup 55
17.Sosial 56
C. INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT 57
D. TINGKAT PENGADUAN MASYARAKAT 61
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 63
A. KESIMPULAN 63
DAFTAR TABEL
3.1. Jenis Izin/Non Izin yang dikelola oleh BPPT Tahun 2012 dan Jumlah Perizinan Sesuai Pergub No. 49 Tahun 2011 13 3.2. Jenis Izin yang Dikelola BPPT Tahun 2011 14 3.3. Jenis Non Izin yang Dikelola di BPPT Tahun 2011 16 4.1. Perkembangan Jumlah dan Jenis Perizinan Tahun 2009, 2010,
2011 dan 2012 22
4.2. Durasi Rata-Rata Tertimbang Tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 23 4.3. Jumlah Permohonan Perizinan Tahun 2012 23 4.4. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Pemohon Perizinan 25 4.5. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perhubungan Tahun 2012 26 4.6. Persentase Sebaran Wilayah Aktivitas Usaha Bidang
Perhubungan Tahun 2012 28
4.7. Rekapitulasi Perizinan Bidang Nakertrans Tahun 2012 28 4.8. Persentase Negara Asal Tenaga Kerja Asing Kewenangan
Provinsi Jawa Barat 29
4.9. Persentase Jabatan Tenaga Kerja Asing Kewenangan Provinsi
Jawa Barat 30
4.10. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Ketenagakerjaan 31 4.11. Rekapitulasi Perizinan Bidang ESDM Tahun 2012 31 4.12. Persentase Jenis Sumur Untuk Usaha Pada Bidang ESDM 33 4.13. Persentase Jenis Pemanfaatan Sumur Untuk Usaha Pada Bidang
ESDM 33
4.14. Persentase Zona Konservasi Untuk Usaha Pada Bidang ESDM 34 4.15. Rekapitulasi Perizinan Bidang Kesehatan Tahun 2012 35
4.16. Persentase Jenis Alat kesehatan yang Didistribusikan di Jawa
Barat Tahun 2012 36
4.17. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Kesehatan Tahun
2012 37
4.18. Rekapitulasi Perizinan Bidang Penataan Ruang Tahun 2012 38 4.19. Persentase Sebaran Wilayah Bidang Penataan Ruang Tahun
2012 39
4.20. Rekapitulasi Perizinan Bidang Binamarga Tahun 2012 39 4.21. Persentase Sebaran Wilayah Bidang Binamarga Tahun 2012 40 4.22. Persentase Jenis Penggunaan Tanah Bidang Binamarga Tahun
2012 40
4.23. Rekapitulasi Perizinan Bidang Penanaman Modal Tahun 2012 41 4.24. Perbandingan Nilai Investasi Tahun 2011 dan 2012 43 4.25. Rekapitulasi Perizinan Bidang Penanaman Modal Tahun 2012 43 4.26. Rekapitulasi Perizinan Bidang Peternakan Tahun 2012 44 4.27. Persentase Produk Pangan dan Non Pangan Bidang Peternakan
yang di Impor Selama Tahun 2012 45
4.28. Persentase Produk Pangan Bidang Peternakan yang di Impor
Selama Tahun 2012 45
4.29. Persentase Negara Pengimpor Produk Bidang Peternakan
Selama Tahun 2012 46
4.30. Persentase Daerah/Provinsi Tujuan Pengiriman Produk Peternakan Dari Jawa Barat Selama Tahun 2012 46 4.31. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perikanan Tahun 2012 47 4.32. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perikanan Tahun 2012 48 4.33. Persentase Jenis Alat Tangkap Yang Digunakan Pada Usaha
Penangkapan Ikan 49
4.35. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang PSDA Tahun 2012 50 4.36. Persentase Jenis Penggunaan Tanah Pada Izin Serah Pakai
Tanah Bidang PSDA Tahun 2012 51
4.37. Rekapitulasi Perizinan Bidang Komunikasi & Informasi Tahun
2012 52
4.38. Persentase Sebaran Wilayah Bidang Komunikasi & Informasi
Tahun 2012 52
4.39. Rekapitulasi Perizinan Bidang Kehutanan Tahun 2012 53 4.40. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perindustrian & Perdagangan
Tahun 2012 54
4.41. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Perindustrian &
Perdagangan Tahun 2012 54
4.42. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perkebunan Tahun 2012 55 4.43. Rekapitulasi Perizinan Bidang Pendidikan Tahun 2012 55 4.44. Rekapitulasi Perizinan Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2012 56 4.45. Rekapitulasi Perizinan Bidang Sosial Tahun 2012 56 4.46. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun 2012 60 4.47. Nilai IKM Tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 61 4.48. Persentase Jenis Pengaduan Tahun 2012 62
DAFTAR GAMBAR
2.1. Struktur Organisasi BPPT Provinsi Jawa Barat 7 4.1. Persentase Jenis Izin dan Non Izin Tahun 2012 20
4.2. Jumlah Perizinan Tahun 2012 21
4.3. Perkembangan Pelayanan Perizinan Selama Tahun 2012 24 4.4. Perkembangan Nilai Investasi Selama Tahun 2012 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rekapitulasi Jumlah Berkas Permohonan dan Penyelesaian Perizinan Strategis Selama Tahun 2012 69 Lampiran 2. Rekapitulasi Jumlah Berkas Permohonan dan
Penyelesaian Ijin Selama Tahun 2012 72 Lampiran 3. Rekapitulasi Jumlah Berkas Permohonan dan
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perizinan merupakan pelayanan publik yang sangat menonjol dalam tata pemerintahan. Kenyataan yang terjadi saat ini hubungan antara pemerintahan dan masyarakat dalam hal perizinan masih kurang baik, karena pelayanan perizinan yang dilakukan pemerintah oleh masyarakat seringkali dinilai berbelit-belit, tidak memiliki prosedur yang jelas, tidak transparan, waktu penyelesaian tidak jelas dan ketidakjelasan biaya yang harus dikeluarkan.
Laporan Tahunan ini disusun agar dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur penyempurnaan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Provinsi Jawa Barat dalam rangka meningkatkan kinerja sebagai sebuah Badan yang khusus menangani pelayanan administratif perizinan. Sehingga pada akhirnya dapat mengubah pola pandang masyarakat tentang pelayanan perizinan yang dilakukan oleh pemerintah.
B. MAKSUD
Penyusunan buku laporan tahunan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi penyelenggaraan perizinan selama kurun waktu satu tahun, yaitu sejak Januari – Desember 2012.
C. TUJUAN
Penyusunan buku laporan tahunan ini bertujuan untuk :
a. Merumuskan kebijakan perizinan guna meningkatkan kualitas pelayanan perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat;
b. Mengevaluasi sejauhmana peningkatan kinerja dari penyelenggaraan pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012;
c. Mengevaluasi kekurangan dan kelemahan dari penyelenggaraan pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012;
d. Mengetahui hambatan dan kendala dari penyelenggaraan pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012;
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup di dalam laporan tahunan ini meliputi sekilas BPPT Provinsi Jawa Barat disertai landasan peraturan kelembagaan dan operasional, dengan menunjukkan jenis dan jumlah produk perizinan yang dihasilkan serta kinerja perizinan yang meliputi durasi waktu, ratio pengaduan serta hasil survey kepuasan masyarakat.
Dalam penyusunan laporan tahunan ini sumber data diperoleh dari jumlah berkas permohonan Ijin/Non Ijin yang masuk ke BPPT sejak Januari sampai Desember 2012.
BAB 1
PENDAHULUAN
E. LATAR BELAKANG
Perizinan merupakan pelayanan publik yang sangat menonjol dalam tata pemerintahan. Kenyataan yang terjadi saat ini hubungan antara pemerintahan dan masyarakat dalam hal perizinan masih kurang baik, karena pelayanan perizinan yang dilakukan pemerintah oleh masyarakat seringkali dinilai berbelit-belit, tidak memiliki prosedur yang jelas, tidak transparan, waktu penyelesaian tidak jelas dan ketidakjelasan biaya yang harus dikeluarkan.
Laporan Tahunan ini disusun agar dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur penyempurnaan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Provinsi Jawa Barat dalam rangka meningkatkan kinerja sebagai sebuah Badan yang khusus menangani pelayanan administratif perizinan. Sehingga pada akhirnya dapat mengubah pola pandang masyarakat tentang pelayanan perizinan yang dilakukan oleh pemerintah.
F. MAKSUD
Penyusunan buku laporan tahunan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi penyelenggaraan perizinan selama kurun waktu satu tahun, yaitu sejak Januari – Desember 2012.
G. TUJUAN
Penyusunan buku laporan tahunan ini bertujuan untuk :
e. Merumuskan kebijakan perizinan guna meningkatkan kualitas pelayanan perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat;
f. Mengevaluasi sejauhmana peningkatan kinerja dari penyelenggaraan pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012;
g. Mengevaluasi kekurangan dan kelemahan dari penyelenggaraan pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012;
h. Mengetahui hambatan dan kendala dari penyelenggaraan pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012;
H. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup di dalam laporan tahunan ini meliputi sekilas BPPT Provinsi Jawa Barat disertai landasan peraturan kelembagaan dan operasional, dengan menunjukkan jenis dan jumlah produk perizinan yang dihasilkan serta kinerja perizinan yang meliputi durasi waktu, ratio pengaduan serta hasil survey kepuasan masyarakat.
Dalam penyusunan laporan tahunan ini sumber data diperoleh dari jumlah berkas permohonan Ijin/Non Ijin yang masuk ke BPPT sejak Januari sampai Desember 2012.
BAB 3
PENYELENGGARAAN PERIZINAN
A. KEWENANGAN
Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 dan Peraturan Gubernur Nomor 49 Tahun 2011, semua jenis perizinan yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dintegrasikan pelayanannya ke BPPT Provinsi Jawa Barat yang meliputi : Izin dan Non Izin. Setiap perizinan yang meliputi Izin dan non Izin tersebut kewenangan penandatanganannya dilaksanakan oleh Kepala Badan kecuali untuk beberapa perizinan yang bersifat strategis penandatanganannya dilaksanakan oleh Gubernur. Meskipun demikian perizinan yang bersifat strategis rangkaian proses administrasinya tetap dilakukan melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.
Menurut Perda No. 7 Tahun 2010, ruang lingkup perizinan yang diselenggarakan oleh Badan berdasarkan urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah, meliputi sektor :
1. Perkebunan; 12.Pengairan;
2. Perikanan; 13.Energi dan sumber daya mineral; 3. Kehutanan; 14.Komunikasi dan informasi; 4. Kesehatan; 15.Penanaman modal;
5. Perhubungan; 16.Penataan ruang; 6. Ketenagakerjaan; 17.Lingkungan hidup; 7. Perindustrian; 18.Pertanahan; 8. Perdagangan; 19.Sosial; 9. Pendidikan; 20.Koperasi; 10.Peternakan; 21.Pertanian; dan 11.Kebinamargaan; 22.Ketahanan pangan.
Dari 22 sektor perizinan yang dintegrasikan di BPPT Provinsi Jawa Barat tersebut, terdiri atas 205 jenis perizinan meliputi 118 Izin dan 87 Non Izin (Rekomendasi) (Tabel 3.1).
B. PELAKSANAAN
Jenis perizinan yang telah dilakukan di BPPT selama tahun 2012 meliputi 17 sektor, yang terdiri dari :
1. Perkebunan; 2. Perikanan; 3. Kehutanan; 4. Kesehatan; 5. Perhubungan; 6. Ketenagakerjaan;
7. Perindustrian & Perdagangan; 8. Pendidikan;
9. Peternakan; 10.Kebinamargaan;
11.Energi Sumber Daya Mineral; 12.Komunikasi dan Informasi; 13.Penanaman Modal;
14.Penataan Ruang; 15.Lingkungan Hidup; 16.Sosial;
17.Pengairan (PSDA).
Dari 17 sektor tersebut, terbagi menjadi 46 jenis Izin dan 24 jenis Non Izin (Rekomendasi). Jumlah Izin dan non Izin pada masing-masing sektor adalah sebagaimana Tabel 3.1.
Tabel 3.1 : Jenis Izin/Non Izin yang dikelola oleh BPPT Tahun 2012 dan Jumlah Perizinan Sesuai Pergub No. 49 Tahun 2011
NO SEKTOR JUMLAH JENIS PERIZINAN YANG DIKELOLAH BPPT TAHUN 2012 JUMLAH PERIZINAN SESUAI PERGUB No.
49 TAHUN 2011 JUMLAH IZIN JUMLAH NON IZIN JUMLAH IZIN JUMLAH NON IZIN 1 KEBINAMARGAAN 1 - 1 - 2 ESDM 1 1 6 3 3 KEHUTANAN 1 1 11 6 4 KESEHATAN* 7 5 6 10 5 PENATAAN RUANG - 1 2 3 6 KOMINFO 1 - 3 2 7 KETENAGAKERJAAN 5 1 9 9 8 PENANAMAN MODAL 6 - 12 - 9 PENDIDIKAN 1 - 1 1 10 PERHUBUNGAN 12 4 33 24 11 PERIKANAN 3 1 8 7 12 PERINDUSTRIAN & PERDAGANGAN 1 2 3 8 13 PERKEBUNAN 1 1 2 1 14 PETERNAKAN* 2 7 2 10 15 PENGAIRAN 2 - 6 1 16 SOSIAL 1 - 2 1 17 KOPERASI - - 1 - 18 LINGKUNGAN HIDUP 1 - 2 1 19 PERTANAHAN - - - - 20 TANAMAN PANGAN - - 1 0 21 KETAHANAN PANGAN - - - - 22 KEPARIWISATAAN & KEBUDAYAAN - - 5 2 TOTAL 46 24 116 89
Terdapat jenis perizinan yang dilayani di BPPT tahun 2012, namun masih belum tercantum di Pergub No. 49 tahun 2011.Dari 46 jenis Izin yang secara riil terintegrasi, jumlah Izin terbanyak adalah sektor perhubungan yaitu 12 jenis Izin kemudian disusul oleh sektor kesehatan sebanyak 7 jenis Izin. Nama masing-masing Izin yang secara riil terintegrasi dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 : Jenis Izin yang Dikelola BPPT Tahun 2011
NO JENIS IZIN
1. a. Pendaftaran Penanaman Modal dan Pendaftaran Perluasan Penanaman Modal
2. b. Izin Prinsip Penanaman Modal ( IP2M ) [baru&perluasan] 3. c. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal ( IPRPM ), meliputi :
c.1. Perubahan Investasi;
c.2. Perubahan Kapasitas Produksi; c.3. Perubahan Perpanjangan Waktu dan 4. e. Izin Usaha ( IU )
5. f. Izin Usaha Perluasan ( IUL )
6. i. Pencatatan Perubahan Penanaman Modal ( P3M ) 7. Penilaian Amdal Bagi Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang
Mempunyai Dampak Penting Terhadap Lingkungan Hidup di Provinsi, sesuai dengan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah, 60 hari kerja;
8. Izin Serah Pakai Tanah (ISPT) ,
9. Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum (IUKU) yang Sarana Maupun Energi Listriknya Lintas Kabupaten/Kota,
10. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) dengan Kapasitas Produksi 2.000 s.d 6.000 m3 per tahun,
11. Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional (PP IKOT), 12. Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional (IU IKOT), 14 hari kerja; 13. Pemberian Izin Rumah Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan, 14 hari
kerja, meliputi :
a. Penetapan Izin Mendirikan; dan b. Penetapan Izin Penyelenggaraan;
14. Izin Pendirian Rumah Sakit Khusus Kelas B,
15. Izin Pelayanan Medis sub Spesialis Khusus Unit Hemodialisa, 16. Cabang Penyalur Alat Kesehatan
17. Cabang Pedagang Besar Farmasi
18. Izin Usaha Jasa Titipan untuk Kantor Cabang,
19. Izin Serah Pakai Tanah Pemerintah Provinsi (ISPTPP) Bantaran Sungai, 20. Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air (SIPPA) Permukaan, 2 21. Izin Penyelenggaraan Operasional Sekolah Luar Biasa (SLB),
NO JENIS IZIN a. Perpanjangan AKDP
b. Perubahan AKDP c. Baru AKDP
23. Surat (Keputusan) Izin Operasi Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), 14 hari kerja;
a. Perpanjangan TAXI b. Perubahan Taxi c. Baru Taxi 24. Izin Insidentil,
25. Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (SIUJPT), 26. Surat Izin Usaha Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut
(SIUPEMKL) dan Herregistrasi,
27. Surat Izin Usaha Perusahaan Bongkar Muat (SIUPBM) dan Herregistrasi,
28. Surat Izin Usaha Perusahaan Pelayaran Rakyat (SIUPPER) dan Herregistrasi,
29. Izin Usaha Tally di Pelabuhan dan Herregistrasi,
30. Izin Usaha Penyewaan Alat Angkutan Laut/Penunjang Angkutan Laut (PPAL),
31. Surat Izin Usaha Ekspedisi Muatan Pesawat Udara (SIUEMPU) dan Herregistrasi,
32. Surat Izin Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara dan Herregistrasi, 33. Surat Izin Pembukaan Kantor Cabang Perusahaan Jasa Pengurusan
Transportasi dan Herregistrasi, 34. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), 35. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI),
36. Surat Pembudidayaan Ikan (SPbI) di Laut,
37. Surat Izin Usaha Perdagangan B2 (Bahan Berbahaya) Pengecer Terdaftar,
38. Izin Penebangan Pohon pada Perkebunan Besar di Jawa Barat, 4 hari 39. Izin Membawa Hewan Kesayangan dan Bibit Ternak Antar
Provinsi/Pulau, 2 hari kerja;
40. Izin Usaha Distributor Obat Hewan,
41. Pemberian Izin Pengumpulan Uang atau Barang Skala Provinsi; 42. Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
Perpanjangan,
43. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA), 3 hari kerja, meliputi :
a. Perpanjangan IMTA; b. Pencabutan IMTA c. Alih/Mutasi jabatan
NO JENIS IZIN
44. Izin Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta Antar Kerja Lokal (LPTKS-AKL), 12 hari kerja;
45. Izin Pembentukan Kantor Cabang Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS),
46. Izin Tempat Penampungan TKI ke Luar Negeri Skala Provinsi,
Untuk non Izin, dari 24 jenis non Izin yang secara riil dilaksanakan, jumlah non Izin pada sektor peternakan adalah yang terbanyak yaitu 7 non Izin kemudian disusul oleh sektor kesehatan sebanyak 5 non Izin. Nama masing-masing non Izin yang secara riil terintegrasi dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 : Jenis Non Izin yang Dikelola di BPPT Tahun 2011
NO. JENIS NON IZIN
1. Rekomendasi Teknis atas Penyediaan, Peruntukan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah pada Cekungan Air Tanah Lintas
Kabupaten/Kota,
2. Rekomendasi Perubahan Status dan Fungsi Hutan, Perubahan Status dari Lahan Milik Menjadi Kawasan Hutan, dan Penggunaan Serta Tukar Menukar Kawasan Hutan,
3. Rekomendasi Penyalur Alat Kesehatan (Alkes), 4. Rekomendasi Pedagang Besar Farmasi (PBF),
5. Rekomendasi Izin Mendirikan dan Penyelenggaraan Sarana Kesehatan Tertentu, meliputi :
a. Rumah Sakit Kelas A/Utama atau yang Setara, b. Rumah Sakit Kelas B Pendidikan,
c. Rumah Sakit Khusus Kelas A,
d. Laboratorium Kesehatan Kelas Utama/Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit Kelas A dan Rumah Sakit Kelas B Pendidikan, e. Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan Kelas A,
f. Rumah Sakit Lapangan, g. Rumah Sakit PMA/PMDN, h. Pelayanan Radioterapi, i. Kedokteran Nuklir,
j. Klinik Kedokteran Spesialis/Kedokteran Gigi Spesialis (PAM), dan k. Pelayanan Medis Sub Spesialis Khusus,
6. Rekomendasi Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Kelas II,
NO. JENIS NON IZIN
7. Rekomendasi Izin Industri Komoditi Kesehatan Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Pedagang Besar Alat Kesehatan (PBAK), meliputi : a. Rekomendasi Izin Prinsip Industri Farmasi,
b. Rekomendasi Izin Usaha Industri Farmasi,
c. Rekomendasi Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, d. Rekomendasi Izin Industri Obat Tradisional,
e. Rekomendasi Izin Produksi Kosmetika,
f. Rekomendasi Sertifikasi Produksi Alat Kesehatan dan PKRT Kelas B dan C,
g. Rekomendasi Izin Industri Bahan Baku Farmasi,
h. Rekomendasi Izin Pedagang Besar Farmasi dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi,
i. Rekomendasi Izin Penyalur Alat Kesehatan,
j. Rekomendasi dalam rangka Pemberian Izin Importir Produsen, k. Rekomendasi dalam rangka Pemberian Izin Importir Terdaftar, dan
l. Rekomendasi dalam rangka Pemberian Izin Importir/Eksportir Obat Narkotika dan Psikotropika serta Prekursor Farmasi, 8. Rekomendasi Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara, 9. Kartu Pengawasan,
10. Rekomendasi Ketinggian Bangunan di Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan ( RKB )
11. Rekomendasi Pendirian Kantor Cabang Usaha Penunjang Angkutan Udara (Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara dan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara) (RPKC - UPAU)
12. Rekomendasi Penetapan Lokasi Pelabuhan Khusus, 13. Surat Keterangan Andon, 10 hari kerja;
14. Rekomendasi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) B2 (Bahan Berbahaya) Distributor Terdaftar,
15. Rekomendasi Sub-Distributor Minuman Beralkohol,
16. Rekomendasi Perpanjangan/Pembaharuan Hak Guna Usaha (HGU) Perkebunan,
17. Rekomendasi Pemasukan/Pengeluaran Hewan/Ternak/Produk Hewan antar Provinsi/Pulau,
18. Rekomendasi Importasi/Ekportasi Obat Hewan,
19. Rekomendasi Pemasukan/Pengeluaran Hewan/Ternak dari dan ke Luar Negeri,
20. Rekomendasi Importasi/Eksportasi Produk Hewan, 21. Sertifikasi Mutu Pakan Ternak 72 hari kerja;
22. Rekomendasi Labelisasi Mutu Pakan Ternak 72 hari kerja; 23. Rekomendasi Izin Karantina Hewan Sementara ( IKHS )
NO. JENIS NON IZIN
24. Rekomendasi Pendirian Lembaga Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Swasta Antar Kerja Antar Daerah (LPTKS-AKAD),
C. TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN
Secara keseluruhan proses pelaksanaan pelayanan perizinan yang dilakukan oleh BPPT Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :
1. Pemohon Mengambil Formulir dan Mendapatkan Informasi Persyaratan,
2. Pemohon Mengisi Formulir dan Melengkapi Persyaratan,
3. Formulir dan perlengkapan Persyaratan disampaikan ke Loket pendaftaran,
4. Petugas Pendaftaran memeriksa kelengkapan persyaratan dengan ketentuan apabila sesuai dengan persyaratan, petugas memberikan resi penerimaan berkas dan melakukan registrasi permohonan,
5. Petugas Pendaftaran mengembalikan berkas permohonan dan persyaratan dengan ketentuan apabila tidak lengkap/tidak sesuai dengan persyaratan maka segera diperbaiki oleh pemohon,
6. Berkas yang telah diregistrasi oleh petugas pendaftaran kemudian diteruskan kepada petugas verifikasi dan validasi,
7. Apabila hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas tidak memenuhi persyaratan untuk dilakukan pemprosesan, berkas dikembalikan kepada pemohon,
8. Apabila hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas memenuhi persyaratan tanpa pemerikasaan lapangan dan/pengkajian oleh tim teknis, naskah Izin dan / non Izin proses untuk ditandatangani oleh kepada badan,
9. Apabila hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas memenuhi persyaratan administrasi tetapi memerlukan pemerikasaan lapangan dan/pengkajian oleh tim teknis melakukan pemerikasaan
lapangan dan/atau pengkajian yang di koordinasikan oleh bidang pelayanan,
10. Tim Teknis membuat laporan hasil pemeriksaan lapangan dan/atau pengkajian dilengkapi dengan berita acara kepada kepala badan dengan tembusan kepada kepala OPD yang bersangkutan,
11. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan dan/atau pengkajian dinyatakan bahwa berkas tidak memenuhi pernyaratan, Kepala Badan membuat surat penolakan atas permohonan tersebut,
12. Apabila berdasarkan pemeriksaan lapangan dan/atau pengkajian dinyatakan bahwa berkas memenuhi pernyaratan, Kepala Badan menandatangani Izin dan/atau non Izin,
13. Perizinan yang sudah ditandatangani oleh kepala badan disampaikan kepada bidang administrasi, selanjutnya diterbitkan surat ketetapan retribusi daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan dan di informasikan kepada pemohon bahwa proses perizinan telah selesai, 14. Pemohon mengambil surat ketetapan retribusi daerah (SKRD) atau
dokumen lain yang dipersamakan dan membayar retribusi di loket pembayaran yang telah disediakan,
15. Berdasarkan bukti pembayaran dan/atau resi penerimaan berkas yang telah diregistrasi, pemohon mengambil perizinan ke loket pengambilan pada bidang administrasi,
16. Naskah/Penolakan Izin dan/atau Non Izin yang sudah ditandatangani diserahkan oleh bidang administrasi kepada pemohon.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM PENYELENGGARAAN
Sepanjang tahun 2012 terdapat 37.221 permohonan perizinan yang masuk ke Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat. 43.52 % diantaranya merupakan permohonan Izin dan 55.94 % merupakan permohonan Non Izin/Rekomendasi (Gambar 4.1). Izin yang dimaksud disini adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Daerah atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorangan, badan hukum dan/atau bukan badan hukum, Pemerintah, Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Sedangkan pengertian dari Non Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Daerah atau ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai syarat/bukti untuk mendukung dikeluarkannya izin kepada seseorang, badan hukum dan/atau bukan badan hukum, Pemerintah, Pemerintah Kabupaten/Kota dalam bentuk tanda daftar rekomendasi, atau dalam bentuk lain.
Gambar 4.1. Persentase Jenis Izin dan Non Izin Tahun 2012
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% Izin Non Izin 43.52% 55.94% Persentase
Dari jumlah permohonan perizinan yang masuk, 96.78 % dapat diselesaikan pada tahun 2012 dan sisanya sebanyak 3.22 % masih dalam proses penyelesaian (Gambar 4.2). Selama tahun 2012 juga terdapat permohonan izin yang dikembalikan atau ditolak. Banyak hal yang mendasari penolakan berkas tersebut, diantaranya adalah : (1) berkas permohonan tidak lengkap sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, (2) setelah dilakukan telaahan permohonan perizinan yang diajukan bukan kewenangan provinsi melainkan kewenangan Pusat Ataupun kewenangan Kabupaten/Kota sesuai dengan PP 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, (3) terdapat ketidaksesuaian antara persyaratan yang dilampirkan dengan kondisi sebenarnya di lapangan, dan (4) berdasarkan hasil kajian teknis/lapangan, lokasi yang diajukan sudah tidak dapat dimanfaatkan sehubungan dengan kondisi lingkungan.
Gambar 4.2. Jumlah Perizinan Tahun 2012
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Pada Gambar 4.2 di atas dapat dilihat jumlah perizinan yang dapat diselesaikan selama tahun 2012 sejumlah 35.488. Dari jumlah tersebut 208 merupakan perizinan Strategis, 15.391 diterbitkan dalam bentuk Izin dan 19.888
- 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000
Permohonan Diterbitkan Ditolak
37,221
35,488
531
Data Perizinan Tahun 2012
merupakan Rekomendasi yang diterbitkan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat.
Jumah permohonan perizinan dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, seperti yang terlihat pada Tabel 4.1 berikut. Begitu pula halnya dengan jumlah perizinan yang diterbitkan terjadi peningkatan di setiap tahunnya. Pada Tabel 4.1 terdapat jumlah jenis perizinan, yaitu jumlah jenis perizinan yang aktif dilakukan di setiap tahunnya. Terjadi peningkatan jumlah jenis perizinan yang aktif dilaksanakan sejak tahun 2009 sampai tahun 2012. Peningkatan ini berkorelasi terhadap peningkatan jumlah permohonan yang masuk ditiap tahunnya. Hal demikian harus diiringi dengan peningkatan sarana dan prasarana serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni.
Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah dan Jenis Perizinan Tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012
No. Tahun Jumlah Permohonan Masuk Jumlah Permohonan Selesai Perizinan Aktif Jumlah Jenis
1. 2009 4.403 3.987 30
2. 2010 7.037 6.484 60
3. 2011 10.894 9.013 63
4. 2012 37.221 35.488 70
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Durasi rata-rata tertimbang penyelesaian proses perizinan selama tahun 2012 adalah 11 hari kerja. Durasi ini lebih lama jika dibandingkan dengan durasi rata-rata tertimbang pada tahun 2011 yang hanya 10 hari kerja (Tabel 4.2). Durasi rata-rata tertimbang ini merupakan rata-rata durasi penyelesaian proses perizinan dari setiap jenis perizinan yang ditangani oleh BPPT Provinsi Jawa Barat.
Durasi rata-rata penyelesaian proses perizinan di tahun 2012 melebihi target durasi yang telah direncanakan yaitu 10 hari kerja. Beberapa hal yang menjadi kendala tidak tercapainya target durasi tersebut adalah keterbatasan sarana dan prasarana di lingkungan BPPT Provinsi Jawa Barat. Dengan jumlah permohonan yang meningkat, seharusnya didukung oleh penggunaan teknologi yang memadai. Selain itu jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di BPPT Provinsi
Jawa Barat masih sangat kurang mencukupi. Sehingga beban kerja tiap pegawai di BPPT cukup berat, hal ini sangat berkorelasi dengan lamanya proses penyelesaian perizinan yang ditangani oleh BPPT Provinsi Jawa Barat.
Tabel 4.2. Durasi Rata-Rata Tertimbang Tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012
No. Tahun Durasi Rata-Rata Tertimbang (hari kerja) Target Durasi (hari kerja)
1. 2009 9 14
2. 2010 13 14
3. 2011 10 12
4. 2012 11 10
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Berdasarkan Perda 7 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu terdapat 22 sektor perizinan yang ditangani oleh BPPT. Sampai tahun 2012 terdapat 17 sektor pelayanan perizinan yang aktif dilayani oleh BPPT Provinsi Jawa Barat. Dari ke 17 sektor perizinan tersebut, jumlah permohonan terbesar adalah sektor Perhubungan yaitu sebesar 82.40 % kemudian diikuti oleh sektor Ketenagakerjaan. Untuk lebih lengkap mengenai persentase permohonan yang masuk ke BPPT dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3. Jumlah Permohonan Perizinan Tahun 2012
NO. SEKTOR PERMOHONAN JUMLAH PERSENTASE
1. Perhubungan 30,668 82.397 % 2. Ketenagakerjaan 3,547 9.530 % 3. ESDM 691 1.857 % 4. Kesehatan 480 1.290 % 5. Kimrum 332 0.892 % 6. Binamarga 318 0.854 % 7. Penanaman Modal 308 0.819 % 8. Peternakan 300 0.811 % 9. Perikanan 234 0.629 % 10. PSDA 163 0.438 % 11. Kominfo 116 0.312 % 12. Kehutanan 18 0.048 %
NO. SEKTOR PERMOHONAN JUMLAH PERSENTASE
14. Perkebunan 14 0.038 %
15. Pendidikan 7 0.019 %
16. Lingkungan Hidup 7 0.019 %
17. Sosial 1 0.003 %
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Perkembangan pelayanan perizinan selama tahun 2012 di BPPT Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 4.3. pada Gambar tersebut dapat diketahui jumlah permohonan perizinan tertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 3.578 permohonan dan terendah terjadi pada bulan September yaitu sebesar 2.766 permohonan.
Gambar 4.3. Perkembangan Pelayanan Perizinan Selama Tahun 2012
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Secara umum, Kabupaten Bandung (16.90 %), Kabupaten Bogor (13.40 %), Kota Depok (9.97 %), Kabupaten Bekasi (7.32 %) dan Kota Bandung (7.10 %) merupakan lokasi usaha terbesar para pemohon perizinan. Hal ini menunjukkan bahwa potensi kegiatan usaha di Provinsi Jawa Barat terpusat di ke lima wilayah tersebut. - 1,000 2,000 3,000 4,000
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT OKT NOV DES
Perkembangan Layanan Perizinan Tahun 2012
Tabel. 4.4. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Pemohon Perizinan
NO. KABUPATEN/KOTA PERSENTASE
1. Kab. Bandung 16.90% 2. Kab. Bogor 13.40% 3. Kota Depok 9.97% 4. Kab. Bekasi 7.32% 5. Kota Bandung 7.10% 6. Kota Bekasi 7.10% 7. Kota Bogor 6.05% 8. Kab. Cirebon 4.92% 9. Kota Cimahi 3.84%
10. Kab. Bandung Barat 3.13%
11. Kab. Sumedang 2.27% 12. Kab. Majalengka 2.13% 13. Kota Cirebon 2.00% 14. Kab. Indramayu 1.87% 15. Kab. Ciamis 1.85% 16. Kab. Karawang 1.82% 17. Kab. Subang 1.59% 18. Kab. Purwakarta 1.52% 19. Kab. Sukabumi 1.27% 20. Kab. Garut 1.17% 21. Kota Sukabumi 0.76% 22. Kab. Kuningan 0.67% 23. Kab. Cianjur 0.55% 24. Kab. Tasikmalaya 0.41% 25. Kota Tasikmalaya 0.37% 26. Kota Banjar 0.05%
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
B. PENYELENGGARAAN PERIZINAN MENURUT BIDANG
1. Perhubungan
Selama tahun 2012 terdapat 30.944 permohonan perizinan bidang Perhubungan yang masuk ke BPPT Provinsi Jawa Barat dan 29.707 diantaranya dapat diterbitkan Izin maupun Rekomendasinya. Perizinan
Pengawasan (KP) sebanyak 19.409 kemudian diikuti pengurusan Izin Surat (Keputusan) Izin Trayek Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) sebanyak 9.941. Durasi rata-rata tertimbang bidang Perhubungan adalah 9 hari kerja.
Kartu Pengawasan ini digunakan sebagai alat kontrol untuk setiap kendaraan Angkutan Kota Dalam Provinsi yang beroperasi di Jawa Barat, apakah kendaraan tersebut beroperasi sesuai dengan izin lintasan trayek yang telah ditetapkan oleh Dinas yang berwenang, dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan.
Jumlah retribusi yang diperoleh dari pengurusan perizinan bidang Perhubungan selama tahun 2012 sebesar Rp. 935.332.680,00. Retribusi ini dibayarkan oleh pemohon untuk pengurusan izin Trayek AKDP dan Kartu Pengawasan.
Tabel 4.5. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perhubungan Tahun 2012
No Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target Durasi 1 Surat (Keputusan) Izin Trayek
Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP)
9,941 9,250 - a. Perpanjangan AKDP 8,132 7,588 16 14 b. Perubahan AKDP 1,804 1,662 18 14 c. Baru AKDP 5 - - 14 2 Surat (Keputusan) Izin Operasi
Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) 1,100 1,099 - a. Perpanjangan Taxi 431 431 13 14 b. Perubahan Taxi 669 668 12 14 c. Baru Taxi - - - 14 3 Izin Insidentil 321 320 1 1 4 Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan
Transportasi (SIUJPT)
50 44 10 14 5 Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan
Ekspedisi Muatan Kapal Laut (SIUPEMKL) dan Heregristasi
5 4 5 14 6 Surat Izin Usaha Perusahaan
Bongkar Muat (SIUPBM)
16 13 8 14 7 Surat Izin Usaha Perusahaan
Pelayaran Rakyat (SIUPPER)
No Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target Durasi 8 Izin Usaha Tally di Pelabuhan dan
Herregistrasi
1 - - 14 9 Izin Usaha Penyewaan Alat
Engkutan Laut/Penunjang Angkutan Laut (PPAL)
22 22 3 14 10 Surat Izin Usaha Ekspedisi Muatan
Pesawat Udara (SIUEMPU) dan Herregistrasi
2 2 - 14 11 Surat Izin Usaha Kegiatan
Penunjang Bandar Udara dan Herregistrasi
2 2 5 14 12 Surat Izin Pembukaan Kantor
Cabang Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi dan Herregistrasi
1 1 20 14
13 Kartu Pengawasan ( KP ) 19,409 18,899 6 14 14 Rekomendasi Ketinggian Bangunan
di Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan ( RKB )
66 46 31 14 15 Rekomendasi Pendirian Kantor
Cabang Usaha Penunjang Angkutan Udara (Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara dan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara) (RPKC - UPAU)
1 1 3 14
16 Rekomendasi penetapan lokasi pelabuhan khusus
4 1 - 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Berdasarkan jumlah permohonan perizinan untuk bidang Perhubungan yang masuk ke BPPT Provinsi Jawa Barat dapat diketahui bahwa aktivitas usaha di bidang Perhubungan tertinggi berada di 4 wilayah, yaitu Kabupaten Bandung (18.6 %), Kabupaten Bogor (14.9 %), Kota Depok (11.9 %), Kota Bekasi (7.8 %), dan sisanya tersebar di 22 Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat (Tabel 4.5). Sejak Tahun 2011 bulan November sampai Desember Tahun 2012 diketahui bahwa jumlah kendaraan umum yang aktif beroperasi di Jawa Barat adalah 37.181 unit (sumber : Data Base Bidang Perhubungan).
Tabel 4.6. Persentase Sebaran Wilayah Aktivitas Usaha Bidang Perhubungan Tahun 2012
No. Wilayah Persentase
1. Kab. Bandung 18.6 %
2. Kab. Bogor 14.9 %
3. Kota Depok 11.9 %
4. Kota Bekasi 7.8 %
5. Wilayah Lainnya 46.8 5
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
2. Ketenagakerjaan
Sampai saat ini BPPT Provinsi Jawa Barat masih menangani perizinan bidang Ketenagakerjaan yang merupakan kewenangan Kabupaten/Kota, hal ini dilakukan karena masih terdapat Kabupaten yang belum menangani proses perizinan untuk bidang Ketenagakerjaan.
Selama tahun 2012 terdapat 6 jenis perizinan yang aktif dilayani oleh BPPT untuk Bidang Ketenagakerjaan (Tabel 4.7). permohonan terbesar adalah Izin Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) Perpanjangan yaitu sebanyak 1.958 permohonan dan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing sebanyak 1.557 permohonan. Secara keseluruhan permohonan tersebut dapat diselesaikan di tahun yang sama. Durasi rata-rata tertimbang penyelesaian perizinan bidang Ketenagakerjaan adalah 4 hari kerja. Total pendapatan daerah yang diperoleh dari Dana Pengembangan Keterampilan dan Keahlian (DPKK) Tenaga Kerja Asing selama tahun 2012 adalah sebesar $ 1.103.200,00 atau setara dengan Rp. 10.609.474.400,00.
Tabel 4.7. Rekapitulasi Perizinan Bidang Nakertrans Tahun 2012
No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target Durasi 1. Pengesahan Rencana Penggunaan
Tenaga Kerja Asing ( RPTKA ) Perpanjangan
1,958 1,953 4 7
2. Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing ( IMTA ), meliputi :
No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target Durasi
a. Perpanjangan IMTA 1,445 1,432 4 3
b. Pencabutan IMTA 106 97 4 3
c. Mutasi/Alih Jabatan 6 2 3 3
3. Izin Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta Antar Kerja Lokal (LPTKS - AKL)
14 13 5 12
4. Izin Pembentukan Kantor Cabang Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta ( PPTKIS )
38 28 11 7
5. Izin Tempat Penampungan TKI ke Luar Negeri Skala Provinsi ( TPTKI - LN )
1 - - 14
6. Rekomendasi Pendirian Lembaga Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Swasta Antar Kerja Antar Daerah (LPTKS-AKAD),
1 1 38 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Dari hasil rekapitulasi data bidang Ketenagakerjaan dapat diketahui jumlah Tenaga Kerja terbanyak berasal dari Negara Korea Selatan yaitu sebesar 33.30 %, kemudian Jepang (13.70 %) dan Taiwan (10.92 %). Tenaga Kerja Asing ini sebagian besar berprofesi sebagai Manajer yaitu sebesar 28.1 % (Tabel 4.9).
Tabel 4.8. Persentase Negara Asal Tenaga Kerja Asing Kewenangan Provinsi Jawa Barat
No Negara Persentase (%)
1 Korea Selatan 33.30
2 Jepang 13.70
3 Taiwan 10.92
4 Republik Rakyat China 9.31
5 India 6.32 6 Philipina 4.60 7 Amerika Serikat 3.53 8 Malaysia 2.36 9 Inggris 2.25 10 Lainnya 13.70
Tenaga Kerja Asing (TKA) yang beraktivitas di wilayah kewenangan Provinsi Jawa Barat dapat dikelompokkan dalam 15 kelompok Jabatan seperti yang terlihat pada Tabel 4.9 di bawah.
Tabel. 4.9. Persentase Jabatan Tenaga Kerja Asing Kewenangan Provinsi Jawa Barat
No Jabatan Persentase (%) 1 Manager 28.1 2 Direktur 16.1 3 Pengajar 14.4 4 Direktur Utama 8.8 5 Tenaga Ahli 6.7 6 Supervisor 6.4 7 Quality Control 6.1 8 Marketing 4.6 9 Chief 2.3 10 Komisaris 2.3 11 Desainer 1.5 12 Wakil Presdir .9 13 Pekerja Sosial .8 14 Pembina Rohani .6 15 Teknisi .4
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Penyerapan jumlah Tenaga Kerja Asing (TKA) yang kewenangan perijinannya berada di dalam kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah 4.843 orang, sedangkan penyerapan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebanyak 847.491 orang selama tahun 2012.
Sebaran wilayah usaha untuk bidang Ketenagakerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.10. Lokasi usaha yang menyerap Tenaga Asing terbesar adalah Kabupaten Bandung kemudian Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bekasi. Besarnya persentase ini berkorelasi positif dengan aktivitas usaha di wilayah tersebut. Umumnya perindustrian tersebut bergerak di bidang Tekstil dan pabrik pembuatan onderdil kendaraan bermotor.
Tabel 4.10. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Ketenagakerjaan
No. Wilayah Persentase (%)
1. Kab. Bandung 28.5
2. Kab. Bandung Barat 16.2
3. Kab. Bekasi 14.7 4. Kab. Bogor 8.1 5. Kab. Ciamis 7.6 6. Kab. Cianjur 5.2 7. Kab. Cirebon 3.9 8. Kab. Garut 3.0 9. Kab. Indramayu 2.6 10. Wilayah Lainnya 10.2
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
3. ESDM
Bidang ESDM terdiri dari 6 jenis izin dan 3 jenis rekomendasi. Selama tahun 2012 hanya ada 2 jenis perizinan yang aktif yaitu Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum (IUKU) yang sarana maupun engergi listriknya Lintas Kabupaten/Kota dan Rekomendasi Teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah Lintas Kabupaten/Kota (ABT). Terdapat 691 permohonan bidang Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang masuk ke BPPT Provinsi Jawa Barat selama tahun 2012, dengan durasi rata-rata tertimbang 67 hari kerja.
Tabel 4.11. Rekapitulasi Perizinan Bidang ESDM Tahun 2012
No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target Durasi
1 Izin Usaha Pertambangan Umum Lintas
Kabupaten/Kota
- - - 30
2 Izin Badan Usaha Jasa Pertambangan
Mineral, Batubara dan Panas Bumi Lintas Kabupaten/Kota
- - - 30
3 Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk
Kepentingan Umum (IUKU) yang
No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target Durasi
Kabupaten/Kota
4 Pemberian Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri ( IUK ) yang Sarana Instalasinya Mencakup Lintas Kabupaten/Kota
- - - 30
5 Izin Usaha Pertambangan Mineral,
Batubara dan Panas Bumi pada Wilayah Lintas Kabupaten/Kota dan Paling Jauh 12 (duabelas) Mil Laut Diukur dari Garis Pantai ke Arah Laut Lepas dan/atau ke Arah Perairan Kepulauan
- - - 30
6 Izin Usaha Pertambangan Moneral dan
Batubara untuk Operasi Produksi yang Berdampak Lingkungan Langsung Lintas Kabupaten/Kota dan Paling Jauh 12 (duabelas) Mil Laut Diukur dari Garis Pantai ke Arah Laut Lepas dan/atau ke Arah Perairan Kepulauan
- - - 30
7 Rekomendasi Teknis atas penyediaan,
peruntukan, penggunaan dan
pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah Lintas Kabupaten/Kota (ABT)
803 400 67 30
8 Rekomendasi penggunaan wilayah
kerja kontrak kerja sama untuk kegiatan lain di luar kegiatan migas pada lintas kabupaten/kota
- - - 30
9 Rekomendasi pendirian gudang bahan
peledak dalam rangka kegiatan usaha migas di daerah operasi daratan dan di daerah operasi paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan
- - - 30
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Sesuai dengan Perda Jabar no. 8 tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Air Tanah, pemberian Rekomendasi Teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah Lintas Kabupaten/Kota (ABT) ini diberikan dalam rangka kegiatan :
a) pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia;
c) kegiatan lain sesuai kesepakatan, dengan prinsip saling menguntungkan.
Dalam prakteknya, pengambilan air tanah dalam pengusahaan bidang ESDM kurang lebih 88 % telah menggunakan alat bor, meskipun pada beberapa perusahaan masih ada yang menggunakan tenaga manusia. Adapun jenis sumur yang dibuat sekitar 75 % berupa sumur bor dan selebihnya berupa sumur gali, dimana sumur gali ini terdiri dari sumur gali, pantek, dan turap mata air. Sumur bor ini memiliki kedalaman lebih dari 40-42 meter sedangkan untuk sumur gali memiliki kedalaman kurang dari 40-40-42 meter.
Tabel 4.12. Persentase Jenis Sumur Untuk Usaha Pada Bidang ESDM
No. Jenis Sumur Persentase (%)
1. Bor 75.0
2. Pantek 21.7
3. Gali 2.2
4. Turap 1.1
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Kurang lebih 77 % dari pengambilan air tanah ini digunakan untuk penunjang produksi di Perusahaan yang bersangkutan, selain itu umumnya digunakan untuk bahan baku produksi, mandi cuci kakus (MCK) dan untuk pemeliharaan fasilitas tempat usaha sebagaimana terlihat pada Tabel 4.13 di bawah.
Tabel 4.13. Persentase Jenis Pemanfaatan Sumur Untuk Usaha Pada Bidang ESDM
No Jenis Pemanfaatan Persentase (%)
1. Penunjang Produksi 77.2
2. Bahan Baku Produksi 18.3
3. MCK 3.9
4. Pemeliharaan Fasilitas .6
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah Lintas Kabupaten/Kota (ABT) terbagi dalam 5 zona seperti yang tampak pada Tabel 4.14 di bawah.
Sesuai dengan Perda Jabar no. 8 tahun 2012, zona pemanfaatan air tanah meliputi zona aman, rawan, kritis dan rusak berdasarkan kriteria penurunan muka air tanah dan/atau penurunan kualitas air tanah dan/atau terjadinya amblesan tanah. Berdasarkan pertimbangan penurunan muka air tanahnya, tingkat kerusakan kondisi air tanah dapat dibagi menjadi 4 (empat) tingkatan, yaitu :
1) Aman : penurunan muka air tanah < 40%, 2) Rawan : penurunan muka air tanah 40% - 60%, 3) Kritis : penurunan muka air tanah 60% - 80% dan 4) Rusak : penurunan muka air tanah > 80%.
Tabel 4.14. Persentase Zona Konservasi Untuk Usaha Pada Bidang ESDM
No. Zona Konservasi Persentase (%)
1. Rawan 41.7
2. Aman 36.7
3. Kritis 10.6
4. Resapan 5.6
5. Rusak 5.6
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
4. Kesehatan
Dari 18 jenis perizinan bidang Kesehatan yang telah dilimpahkan ke BPPT Provinsi Jawa Barat, hanya ada 11 perizinan yang aktif di tahun 2012 (Tabel 4.15). jumlah total permohonan yang masuk sebanyak 480 dan 370 diantaranya telah diterbitkan di tahun 2012 sedangkan sisanya masih dalam proses penyelesaian. Durasi rata-rata tertimbang penyelesaian perizinan bidang Kesehatan adalah 50 hari kerja. Durasi ini melebihi durasi waktu yang telah ditetapkan dalam Pergub No. 49 Tahun 2011 yaitu 14 hari kerja.
Dibutuhkan koordinasi lebih lanjut dengan OPD terkait untuk mengatasi masalah durasi pada bidang Kesehatan ini.
Tabel 4.15. Rekapitulasi Perizinan Bidang Kesehatan Tahun 2012
No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target Durasi 1 Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat
Tradisional (PP - IKOT)
5 4 24 14
2 Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional (IU-IKOT)
11 10 63 14
3 Pemberian Izin Rumah Sakit Umum
Kelas B Non Pendidikan 23 23 - 14
b. Penetapan Izin Penyelenggaraan (IPRSU-B)
23 23 38 14
4 Izin Pendirian Rumah Sakit Khusus Kelas B
1 - - 14
5 Izin Pelayanan Medis Sub Spesialis Khusus Unit Hemodialisa
1 1 84 14
6 Cabang Penyalur Alat Kesehatan 22 17 47 14
7 Cabang Pedagang Besar Farmasi 58 43 41 14
8 Rekomendasi Pedagang Besar Farmasi (R-PBF)
60 45 47 14
9 Rekomendasi Izin Mendirikan dan Penyelenggaraan Sarana Kesehatan tertentu, meliputi :
9 7 - 14
b. Rumah Sakit Kelas B Pendidikan (IMRS-B)
1 - - 14
c. Rumah Sakit Khusus Kelas A (IMRSK-A)
2 2 65 14
d. Laboratorium Kesehatan Kelas Utama/Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit Kelas A dan Rumah Sakit Kelas B Pendidikan (LRS)
6 5 47 14
10 Rekomendasi Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Perbekalan Kesehatan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Kelas II
17 1 55 14
11 Rekomendasi Rekomendasi Izin Industri Komoditi Kesehatan Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Pedagang Besar Alat Kesehatan (PBAK), meliputi :
273 219 -
a. Rekomendasi Izin Prinsip Industri
Farmasi (RIPIF) 1 - - 14
b. Rekomendasi Izin Usaha Industri Farmasi (RIUIF)
No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target Durasi Obat Tradisional (RIP-IOT)
d. Rekomendasi Izin Industri Obat Tradisional (RI - IOT)
9 7 81 14
e. Rekomendasi Izin Produksi Kosmetik (RIPK)
44 37 43 14
f. Rekomendasi Sertifikasi Produksi Alat Kesehatan dan PKRT Kelas B dan C (RSPAK)
36 43 62 14
h. Rekomendasi Izin Pedagang Besar Farmasi dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PB3F)
16 9 78 14
i. Rekomendasi Izin Penyalur Alat Kesehatan (R - PAK)
121 92 50 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Permohonan terbesar selama tahun 2012 adalah Rekomendasi Izin Penyalur Alat Keseharan (R-PAK) yaitu sebanyak 121 permohonan dan 92 permohonan dapat diterbitkan di tahun 2012 dan sisanya masih dalam proses penyelesaian. Umumnya alat kesehatan yang banyak didistribusikan adalah Alat Kesehatan Elektromedik Non Radiasi seperti yang tampak pada Tabel 4.16 berikut.
Tabel 4.16. Persentase Jenis Alat kesehatan yang Didistribusikan di Jawa Barat Tahun 2012
NO JENIS ALAT KESEHATAN PERSENTASE (%) 1. Elektromedik Non Radiasi 28.6 2. Non Elektromedik Non Steril 23.8 3. Non Elektromedik Steril 19.0 4. Diagnostik In Vitro 14.3 5. Diagnostik Reagensia 4.8 6. Elektromedik Non Steril 4.8
7. Elektromedik Steril 4.8
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Persentase wilayah terbesar untuk permohonan perizinan bidang Kesehatan terletak pada Kota Bandung yaitu sebesar 30.24 %, untuk lebih lengkap mengenai sebaran wilayah bidang Kesehatan dapat dilihat pada
Tabel 4.17. Tabel tersebut menunjukkan sebaran wilayah permohonan bidang Kesehatan dalam 9 wilayah terbesar.
Tabel 4.17. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Kesehatan Tahun 2012
NO. WILAYAH PERSENTASE
1. Kota Bandung 30.24% 2. Kab. Bekasi 15.66% 3. Kota Bekasi 11.48% 4. Kab. Bogor 8.38% 5. Kota Bogor 5.65% 6. Kota Depok 5.28% 7. Kota Cirebon 4.19%
8. Kab. Bandung Barat 3.46%
9. Kab. Bandung 3.10%
10. Willayah Lainnya 12.57%
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
5. Penataan Ruang (Kimrum)
Perizinan bidang Penataan Ruang ini termasuk dalam kelompok Perizinan Strategis yang pengesahannya sebagian dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat. Perizinan Strategis ini merupakan perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Daerah atau ketentuan peraturan perundang-undangan, yang memiliki karakteristik tertentu, dengan kriteria meliputi perizinan yang membutuhkan kajian komprehensif dari pihak terkait, jangka waktu tertentu, berdampak luas terhadap lingkungan hidup, konservasi, pemanfaatan penataan ruang Provinsi dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Tidak semua permohonan perizinan bidang Penataan Ruang yang ditandatangani oleh Gubernur, hanya permohonan yang memiliki luas di atas 5.000 m2 yang ditandatangai oleh Gubernur, sedangkan luas di bawah 5.000
m2 disahkan oleh Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa
Terdapat 3 jenis perizinan bidang Penataan Ruang yang telah diintegrasikan ke Badan Pelayanan Prijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat. Namun pada tahun 2012 hanya terdapat 1 jenis perizinan yang aktif diselenggarakan. Selama tahun 2012 terdapat 332 permohonan perizinan bidang Penataan Ruang (Tabel 4.18) dengan durasi penyelesaian rata-rata 64 hari kerja, sedangkan durasi penyelesaian bidang Penataan Ruang berdasarkan Peraturan Gubernur No. 49 tahun 2011 adalah 30 hari kerja.
Tabel 4.18. Rekapitulasi Perizinan Bidang Penataan Ruang Tahun 2012
No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Tolak Durasi Target Durasi 1 Rekomendasi Pemanfaatan
Ruang Kawasan Bandung Utara
332 198 103 64 30
2 Izin Penyelenggara Pengelolaan Persampahan Lintas
Kabupaten/Kota
- - - - 30
3 Izin Lokasi Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan
Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) Lintas Kabupaten/Kota
- - - - 30
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Untuk permohonan perizinan bidang Penataan Ruang terdapat
sejumlah permohonan yang dikembalikan, beberapa hal yang menjadi dasar pengembalian permohonan tersebut adalah :
1. Telah terdapat bangunan di lokasi yang dimohon,
2. Berada pada zona IA yaitu lokasi dimohon tidak memenuhi daya dukung dan daya tampung lingkungan,
3. Terdapat perubahan site plan untuk Koefisien Daerah Hijau (KDH). Tabel 4.19. Persentase Sebaran Wilayah Bidang Penataan Ruang
Tahun 2012
NO. WILAYAH PERSENTASE (%)
1. Kota Bandung 81.5
2. Kab. Bandung 9.0
3. Kab. Bandung Barat 6.6
4. Kota Cimahi 3.0
Permohonan terbanyak untuk bidang Penataan Ruang berasal dari Kota Bandung, yaitu sebesar 81.5 %. Hal tersebut didukung oleh tingginya jumlah penduduk di Kota Bandung sedangkan lahan kosong yang tersedia semakin sempit, sehingga dibutuhkan area pemukiman baru dimana area tersebut berada di Kawasan Bandung Utara yang merupakan Zona Resapan Air untuk wilayah Bandung Raya. Karena itulah permohonan Rekomendasi pemanfaatan Bandung Utara masuk dalam kelompok Perizinan Strategis. 6. Binamarga
Selama tahun 2012 terdapat 318 permohonan yang masuk dan 199 berkas yang diterbitkan selama tahun 2012. Sejumlah perizinan yang diterbitkan tersebut ada sebagian permohonan yang masuk di tahun 2011, yaitu sejumlah 48 berkas permohonan. Dibutuhkan 33 hari kerja untuk menyelesaikan proses Izin Serah Pakai Tanah, durasi waktu ini melebihi durasi waktu yang telah ditetapkan dalam Pergub no. 49 tahun 2011 yaitu 14 hari kerja.
Tabel 4.20. Rekapitulasi Perizinan Bidang Binamarga Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Tolak Durasi Target Durasi
1 Izin Serah Pakai Tanah 318 199 - 33 14
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Berdasarkan data hasil rekapitulasi diketahui bahwa pemohon terbanyak untuk pengurusan Izin Serah Pakai Tanah berasal dari Kota Bandung. Untuk lebih detai mengenai sebaran potensi wilayah pengurusan Izin Serah Pakai Tanah dapat dilihat pada Tabel 4.21. Sebaran wilayah untuk pengurusan izin bidang Binamarga pada Tabel 4.21 dikelompokkan dalam 5 wilayah terbesar.
Tabel 4.21. Persentase Sebaran Wilayah Bidang Binamarga Tahun 2012
No. Wilayah Persentase (%)
1. Kota Bandung 25.1 2. Kab. Garut 12.6 3. Kab. Bandung 9.5 4. Kab. Tasikmalaya 6.0 5. Kab. Bogor 5.5 6. Wilayah Lainnya 41.2
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Penggunaan tanah pada pengurusan Izin Serah Pakai Tanah secara umum dapat dikelompokkan dalam 6 jenis penggunaan (Tabel 4.22). Hampir dari setengah permohonan Izin Serah Pakai Tanah digunakan sebagai fasilitas jalan keluar masuk yaitu sebanyak 45.2 %, sedangkan tanah yang digunakan sebagai tempat tinggal hanya sebanyak 2.0 % dari sejumlah izin yang diterbitkan untuk bidang Binamarga.
Tabel 4.22. Persentase Jenis Penggunaan Tanah Bidang Binamarga Tahun 2012
No. Jenis Penggunaan Persentase (%)
1. Fasilitas Jalan Keluar Masuk 45.2
2. Penempatan Utilitas Kabel 19.1
3. Bangunan Darurat 18.1
4. Penempatan Utilitas Pipa 12.6
5. Tanaman 3.0
6. Rumah Tinggal 2.0
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
7. Penanaman Modal
Selama tahun 2012 hanya ada 7 jenis izin yang aktif dilayani dari 12 jenis izin yang telah diintegrasikan untuk bidang Penanaman Modal. Terdapat 315 permohonan yang masuk ke Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat selama tahun 2012 dan 270 perizinan yang diterbitkan untuk bidang Penanaman Modal selama 2012. Durasi rata-rata penyelesaian perizinan bidang Penanaman Modal secara keseluruhan adalah
10 hari kerja. Durasi penyelesain ini masih di atas durasi waktu yang telah ditetapkan di dalam Pergub no. 49 tahun 2011; yaitu 3 hari kerja untuk Izin Prinsip, 5 hari kerja untuk Izin Prinsip Perubahan dan 7 hari kerja untuk Izin Usaha. Jumlah izin yang paling banyak dimohon adalah permohonan Izin Prinsip yaitu sebanyak 134 permohonan.
Tabel 4.23. Rekapitulasi Perizinan Bidang Penanaman Modal Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Tolak Durasi Target Durasi
1 Pendaftaran Penanaman Modal dan Pendaftaran Perluasan Penanaman Modal
14 8 6 7 1
2 Izin Prinsip Penanaman Modal (IP2M)
134 123 9 8 3
3 Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal (IPRPM), meliputi : 70 59 9 - 1. Perubahan Investasi; - - - - 5 2. Perubahan Kapasitas Produksi; 70 59 9 5 5 3. Perubahan Perpanjangan Waktu. - - - - 5 4 Perubahan Lokasi - - - - 5
5 Izin Usaha (IU) 55 43 10 17 7
6 Izin Usaha Perluasan (IUL) 38 33 2 18 7
7 Izin Usaha Perubahan (IUR) 2 2 - - 5
8 Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (IUP3M)
- - - - 5
9 Pencatatan Perubahan Penanaman Modal (P3M)
2 2 - 5 1
10 Pengantar Perubahan Status dan PMDN ke PMA (P2S)
- - - - 1
11 Usulan Persetujuan Fasilitas Fiskal Nasional bagi
Penanaman Modal yang menjadi Kewenangan Provinsi (UPF2N)
- - - - 5
12 Surat Pengaktifan Kembali Angka Pengenal Importir Produsen yang sudah dibekukan (SP-APIP)
Nilai investasi dari permohonan Izin Prinsip yang masuk ke Badan Pelayanan Terpadu Provinsi Jawa Barat sejak Januari sampai Desember tahun 2012 adalah Rp 38,753,868,056,145, sedangkan nilai investasi dari Izin Usaha adalah Rp 8,700,166,653,897. Pada gambar berikut dapat dilihat perkembangan nilai investasi untuk setiap bulannya selama tahun 2012.
Gambar 4.4. Perkembangan Nilai Investasi Selama Tahun 2012
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Nilai investasi Izin Prinsip tertinggi terjadi di bulan Juli yaitu sebesar Rp 10,969,358,298,122 dan nilai investasi izin Usaha terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar Rp 2,096,423,657,103. Izin Prinsip merupakan permohonan yang disampaikan oleh perusahaan untuk mendapatkan izin dari pemerintah dalam memulai kegiatan usaha. Permohonan izin bidang Penanaman Modal yang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah Jenis usaha dengan nilai investasi di atas 10 miliar.
Berdasarkan data perizinan yang dimiliki oleh Badan Pelayanan Perijinan Provinsi Jawa Barat nilai investasi telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2011 seperti yang tampak pada Tabel berikut. Nilai investasi Izin Prinsip meningkat 81.4 % dan Izin Usaha meningkat sebesar 66 %. Rp- Rp2 Rp4 Rp6 Rp8 Rp10 Rp12 I N V E S T A S I (T ril lio ns )
NILAI INVESTASI 2012
Tabel 4.24. Perbandingan Nilai Investasi Tahun 2011 dan 2012 No. Tahun Izin Prinsip (Rp) (triliun) % Peningkatan Izin Usaha (Rp) (triliun) % Peningkatan 1. 2011 7.2 81.4 % 2.9 66 % 2. 2012 38.7 8.7
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Penyerapan jumlah tenaga kerja selama 2012 adalah 18.863 orang laki-laki dan 21.789 orang wanita. Jumlah wanita lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja pria.
Tabel 4.25. Rekapitulasi Perizinan Bidang Penanaman Modal Tahun 2012
No. Wilayah Persentase (%)
1. Kab. Bekasi 36.3
2. Kab. Bandung 20.9
3. Kab. Bogor 15.4
4. Kota Bekasi 5.5
5. Kab. Bandung Barat 4.4
6. Wilayah Lainnya 17.6
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Lokasi usaha bidang Penanaman Modal secara umum dibagi dalam 5 besar, dan usaha ini terpusat di wilayah Kabupaten Bekasi yaitu sebesar 63.3 %. Kabupaten Bekasi selama ini dikenal memiliki beberapa kawasan industri, sehingga hal tersebut berbanding lurus dengan jumlah investasi atau penanaman modal.
8. Peternakan
Terdapat 9 perizinan yang aktif selama tahun 2012, terdiri dari 2 jenis Izin dan 7 jenis Non Izin. Total permohonan masuk sebanyak 303 permohonan dan 287 permohonan yang diterbitkan selama tahun 2012. Durasi rata-rata penyelesaian perizinana bidang Peternakan adalah 10 hari kerja. Permohonan perizinan terbesar adalah permohonan Rekomendasi
Tabel 4.26. Rekapitulasi Perizinan Bidang Peternakan Tahun 2012
No. Jenis Perizinan Masuk Selesai Tolak Durasi Target Durasi
1 Izin Membawa Hewan Kesayangan dan Bibit Ternak Antar Provinsi/Pulau
33 33 - 3.3 2
2 Izin Usaha Distributor Obat Hewan ( IU - DOH ) 5 3 2 19.3 14 3 Rekomendasi Pemasukan/Pengeluaran Hewan/Ternak/Produk Hewan antar Provinsi/Pulau 16 15 - 13.6 14
4 Rekomendasi Ijin Produsen Obat Hewan - - - - 14 5 Rekomendasi Importasi/Ekportasi Obat Hewan 1 1 - 27.0 14 6 Rekomendasi Pemasukan/Pengeluaran Hewan/Ternak dari dan ke Luar Negeri
102 101 1 9.0 14
7 Rekomendasi Ijin Prinsip Produsen Obat Hewan
- - - - 14
8 Rekomendasi
Importasi/Eksportasi Produk Hewan
118 113 1 10.7 14
9 Rekomendasi Pemasukan dan Pengeluaran Benih, Bibit Ternak dan Ternak Potong :
- - - - a. Rekomendasi Pemasukan/Pengeluaran DOC - - - - 1 b. Rekomendasi Surat Pengeluaran Hewan antar pulau di dalam wilayah Indonesia
- - - - 14
c. Rekomendasi Import Sapi Bibit Bakalan dan Kerbau, 14 hari kerja;
- - - - 14
d. Rekomendasi Ekspor Hewan - - - - 14
10 Sertifikasi Mutu Pakan Ternak 9 8 1 15.3 72 11 Pemberian NKV untuk unit
usaha produk pangan asal hewan wilayah Provinsi
- - - - 72
12 Rekomendasi Labelisasi Mutu Pakan Ternak
1 - - - 72
13 Rekomendasi Izin Karantina
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Produk peternakan yang di impor ke Indonesia terbagi dalam 2 kelompok besar, yaitu Pangan dan Non Pangan. Produk pangan ini umumnya berupa daging, produk olahan dan susu. Sedangkan produk non pangan yang di impor ke Indonesia berupa produk kulit hewan (sapi dan biri-biri) baik itu masih dalam bentuk mentah ataupun yang sudah diawetkan.
Tabel 4.27. Persentase Produk Pangan dan Non Pangan Bidang Peternakan yang di Impor Selama Tahun 2012
No. Jenis Produk Persentase (%)
1. Pangan 98.5
2. Non Pangan 1.5
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Hampir setengah dari jumlah produk yang di Impor ke Indonesia merupakan Produk Olahan Susu yaitu sebesar 714.932 ton atau sekitar 47 %. Produk olahan susu ini berupa mentega, keju, whey, yoghurt, dls. Produk tersebut umumnya digunakan sebagai bahan dasar ataupun bahan tambahan dalam industri makanan.
Tabel 4.28. Persentase Produk Pangan Bidang Peternakan yang di Impor Selama Tahun 2012
No. Produk Peternakan Persentase (%) Jumlah (Ton)
1. Produk Olahan Susu 46.9 714.932
2. Daging Mentah 36.1 190.715
3. Produk Susu 13.5 115.336
4. Produk Olahan 2.2 71.038
5. Daging Olahan 1.2 1.386
6. Pakan Hewan .2 990
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Negara-negara pengimpor produk peternakan dikelompokkan dalam 5 negara terbanyak pengimpor (Tabel 4.29). Kurang lebih 32 % produk peternakan ini di impor dari Negara Australia, kemudian New Zealand, USA,
Tabel 4.29. Persentase Negara Pengimpor Produk Bidang Peternakan Selama Tahun 2012
No. Negara Persentase (%)
1 Australia 32.2 2 New Zealand 20.4 3 USA 11.2 4 Perancis 7.7 5 Philipina 3.8 6 Negara Lainnya 24.7
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Dari hasil analisis data perizinan yang dimiliki Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat selama tahun 2012 dapat diketahui bahwa dari 16 permohonan Rekomendasi Pemasukan/Pengeluaran Hewan/Ternak/Produk Hewan antar Provinsi/Pulau (P2HAP), 19 % daerah tujuan pengirimannya adalah provinsi Jawa Timur (Tabel 4.30). Produk hewan ini umumnya berupa daging olahan seperti nugget, bakso, sosis dan keju.
Tabel 4.30. Persentase Daerah/Provinsi Tujuan Pengiriman Produk Peternakan Dari Jawa Barat Selama Tahun 2012
No. Provinsi Tujuan Persentase (%)
1. Jawa Timur 19.6 2. Sumatera Utara 8.9 3. Riau 8.0 4. Sulawesi Selatan 6.3 5. Sumatera Selatan 6.3 6. Provinsi Lainnya 50.9
Sumber : Diolah Bidang Monev & Pengaduan, BPPT Jawa Barat, 2012
Serupa dengan produk hewan yang diimpor, produk hewan yang dikirimkan ke luar provinsi Jawa Barat ini dikelompokkan dalam 3 jenis, yaitu :
1. Daging Olahan sebanyak 63.39 %, 2. Daging Mentah sebanyak 35 %, dan 3. Produk Susu Olahan sebanyak 2 %.