• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUKSES TERBESAR DALAM HIDUPKU (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SUKSES TERBESAR DALAM HIDUPKU (2)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

SUKSES TERBESAR DALAM HIDUPKU

Posted on September 5, 2014 by heruagungsaputra46

Sukses adalah tercapainya impian yang didapatkan dengan kerja keras serta diiringi dengan doa. Suatu hal disebut sukses apabila bermanfaat bagi kita maupun bagi orang lain disekitar kita. Kesuksesan itu tidak hanya berupa materi, tetapi juga bisa berupa nonmateri. Berbicara mengenai sukses, semua orang tentunya menginginkan kesuksesan, namun hanya segelintir yang tahu bahwa suatu rencana yang matang, ditambah hasrat besar untuk mencapai, merupakan arti mencapai kesuksesan yang sesungguhnya. Sukses yang diinginkan setiap orang mungkin berbeda-beda sesuai dengan apa yang mereka impikan. Bagi saya, sukses adalah sebuah pencapaian, lalu bagiamana kita menghargai pencapaian itu. Sebelum kita mencapai suatu hal, pasti kita mengimpikan hal tersebut dan kita berusaha untuk mencapainya. Seperti saya yang mengimpikan menjadi terbaik (prestasi) di kelas dan saya berusaha untuk mencapainya. Mungkin saat itu orang lain mengaggap bahwa impian saya terlalu sepele karena dibawah standar impian mereka. Tetapi menurut saya menjadi yang terbaik di kelas adalah impian yang sangat besar, bagaimana tidak? Menjadi nomor satu di kelas yang sampai dengan saat itu belum saya capai.

Saat akhir tahun pelajaran, semua siswa kelas tujuh diurutkan berdasarkan tingkat prestasi. Entah mendapat urutan berapa (pastinya dalam jajaran atas) waktu itu saya masuk di kelas unggulan. Saya sangat senang karena mendapat kesempatan belajar bersama dengan orang-orang terbaik sampai-sampai saya melupakan kewajiban, yaitu belajar. Sebagai konsekuensinya, pada akhir semester ganjil saya masuk dalam lima besar siswa dengan prestasi terburuk dikelas. Saya mendapat urutan 38 dari 42 siswa dan itu adalah hal yang sangat memalukan bagi saya. Sejak saat itu saya berubah menjadi giat belajar dan bertekat untuk memperbaiki prestasi belajar. Masuk di kelas IX saya mendapat urutan 32 dari 156 siswa, prestasi yang cukup mengejutkan. Tak berhenti sampai disitu, porsi belajar terus saya tingkatkan hingga saya selalu mendapatkan urutan 15 besar dari 156 siswa saat latihan ujian nasional. Saat itu saya berpikir dan berkata dalam hati “saya belum sukses meskipun saya membuat sebuah kejutan prestasi”.

(2)

kabupaten/kota dua kali berturut-turut di tahun 2009 dan menjadi perwakilan kabupaten di ajang olimpiade kimia di tingkat provinsi. Tak pernah terbayangkan oleh saya mencapai hal yang sebelumnya saya rasa sangat sulit dan hampir mustahil. Pada akhir semester ganjil di kelas XI, saya mendapat urutan satu untuk pertama kalinya dan itu saya pertahankan hingga saya masuk perguruan tinggi negeri, yaitu Universitas Lampung. Itulah sukses terbesar dalam hidupku.

No 2

Sukses merupakan sesuatu yang relatif, karena setiap orang mempunyai arti tersendiri mengenai kesuksesan. Begitu pula aku, yang mempunyai definisi tersendiri mengenai sukses. Bagiku, kesuksesan dilihat dari sudut pandang lingkungannya. Misalkan, aku pernah ikut di UPKFEB (Unit Pengembangan Komputer Fakultas Ekonomika dan Bisnis) di Undip, kesuksesan terbesar yang pernah aku raih yaitu ketika aku mampu memimpin kelompoku untuk membuat jaringan internet di FEB. Atau ketika aku ikut di ZIS (Zakat Infaq Shadaqah), kesuksesan terbesar bagiku yaitu mampu menggalang dana untuk Tabung Qurban.

Bagaimana dengan sukses dalam hidupku? Dulu aku berpikir bahwa kesukesan terbesarku yaitu apabila dapat menjadi “Triliuner”, dimana aku akan membangun sebuah wisma di Undip untuk anak-anak tidak mampu dari seluruh pelosok Indonesia, menyediakan beasiswa full untuk mereka (Sehingga mereka bisa fokus kuliah), memberikan ilmu rohani yang terbaik (Mendatangkan Ustadz-ustadz terbaik, mis : dari Gontor, pendeta-pendeta terbaik, dan juga para biksu), serta mampu menerbangkan mereka ke luar negeri di pertengahan tahun kuliah (Sebagai motivasi diri mereka), dsb. Namun, setelah aku berpikir ulang mengenai makna kesuksesan, barulah aku tersadar bahwa kesuksesan terbesar hidup ku bukanlah hal-hal tersebut diatas.

Kesuksesan terbesar merupakan suatu prestasi terbaik menurut penilaian kita dari prestasi-prestasi yang kita lakukan. Seperti yang sudah aku utarakan diatas bahwa sukses itu dilihat dari lingkunganya, maka penilaian prestasi dapat terjadi apabila kita sudah keluar atau selesai dari lingkungan. Aku bisa menilai kesuksesan terbesarku di UPKFE setelah aku selesai dari tugasku disana. Begitu pula dengan penilaianku di ZIS.

Sekarang, mengenai kehidupan ini, sukses hanya dapat dilihat apabila aku keluar dari kehidupan ini, atau dapat dikatakan ketika aku sudah meninggal. Aku sadar bahwa hidupku di dunia ini hanya sebuah persinggahan menuju dunia abadi kelak, akhirat. Hanya ada 2 pilihan yang menentukan kesuksesan ku hidup di dunia, surga atau neraka. Kesuksesan ini pun tidak bisa aku tentukan seperti ceritaku diatas, mengenai UPKFE dan ZIS. Hanya Allah SWT lah yang bisa menentukan.

(3)

Hal-hal yang tertulis diatas memberikan arti penting bagiku bahwa “Kesuksesan Terbesar dalam Hidup” tidak usah terlalu dipikirkan, lakukan saja hal-hal yang mampu membawa kebaikan bagi sesama.

Walaupun begitu, aku tetap harus mempunyai cita dan berharap agar kelak realisasi dari cita-citaku ini bisa membawa ku masuk Surga. Selain impian menjadi Triliuner, aku juga ingin menjadi Dosen Ekonomi Islam di Undip. Bagiku menjadi dosen bukanlah perkara yang mudah, pengalaman dan teori harus aku pahami betul hingga kemudian siap menyalurkan ilmuku kepada calon mahasisma ku nanti. Untuk itu, apa yang terdapat dalam tulisanku di “Peranku Bagi Indonesia”, merupakan langkah awalku.

-No 3

Menurut saya, sukses adalah sebuah pencapaian. Ketika saya menginginkan sesuatu dan memperjuangkan hal tersebut dengan sungguh-sungguh, maka ketika saya mencapainya, itu adalah kesuksesan. Sesuatu yang tidak datang begitu saja.

Suatu pagi pada tahun 2010, saya diundang oleh seorang senior yang sekaligus teman se-organisasi untuk menghadiri upacara kelulusannya. Hari itu sangat terik, namun saya dan teman saya tetap berhadir. Saya pikir, ini adalah hari kebahagiaan untuknya, yang sudah hampir 7 tahun menyelesaikan S1.

Saya dan teman saya duduk di barisan paling belakang diantara keluarga wisudawan/wisudawati yang berwisuda pada hari itu. Saya menyimak dengan baik semua agenda pesta kelulusan itu. Hingga akhirnya, tibalah waktu pemberian cendera mata dari pihak fakultas kepada peserta wisuda yang lulus dengan predikat terpuji (cumlaude).

Betapa bahagianya orang tua mereka. Berdiri di depan semua hadirin untuk predikat kelulusan putra-putri mereka. Bulu-bulu di lengan saya berdiri. Seandainya saya mampu membuat Mak dan Ayah berdiri disana, Mak pasti sangat bahagia. Dan Ayah akan lebih menghargai saya.

Mengapa Mak? Mak adalah panggilan yang biasa orang Aceh tujukan untuk ibunya. Kemiskinan membuat wanita paruh baya yang saya panggil Mak itu menikah muda, setamat SMP. Saya sangat ingin membuatnya berdiri disana. Berbahagia dan bersyukur memiliki saya. Saya ingin beliau yakin bahwa keputusannya memiliki saya adalah benar.

Ayah bukanlah lelaki jahat. Namun, beliau mugkin mempunyai pemahaman tersendiri tentang makna sukses yang belum bisa saya pahami hingga saat ini. Sejak saya kecil, Mak selalu menjadi penyemangat dan sosok suci bagi saya. Berjuang agar saya bisa mencicipi pendidikan terbaik semampunya.

Maka sepulang dari acara wisuda itu, saya membongkar berkas kuliah saya. Saya mencari KHS-KHS saya pada empat semester sebelumnya. Saya menghitung jumlah sks yang harus saya ambil agar bisa menyelesaikan kuliah dalam rentang waktu kurang dari 4 tahun. Selama ini saya terlalu sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler kampus dan beberapa organisasi. Saya harus menyeimbangkan hidup saya dan mendahulukan hal-hal yang penting.

(4)

mendapatkan nilai sempurna semester-semester mendatang. Semangat saya seolah meledak. Namun, usaha yang lakukan tidak menunjukkan hasil seperti yang saya harapkan. Ada beberapa nilai B+ untuk mata kuliah yang saya targetkan mendapatkan nilai A.

Semester salanjutnya, saya mengubah strategi. Saya mengambil mata kuliah ekstra. Berbekal nilai bagus, saya diizinkan mengambil 4 sks ekstra pada semester mendatang. Saya mengambil satu mata kuliah berat yang seharusnya dikerjakan pada semester 7. Maka menggantikan waktu yang biasa saya gunakan untuk tidur dengan membuat tugas kuliah. Menatap Autocad*) dan Microsoft Excel adalah pekerjaan wajib setiap malam.

Akan manis nantinya, pikir saya. Ini adalah salah satu cara membahagiakan ibu, lulus dengan IPK diatas 3,50. Saya akan membuat beliau menangis haru karena saya. Saya akan membuat beliau berdiri di depan dengan prestasi saya. Saya menempelkan kata-kata motivasi dan sebuah study plan di depan meja belajar saya. Namun, ketertarikan terhadap kegiatan kampus tak bisa saya musnahkan seketika. Angkatan saya mendapat tanggung jawab mengadakan Lomba Berhitung Fakultas Teknik (LBFT) Se-Aceh dari Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS). Saya ikut menjadi panitia acara dan salah satu penanggung jawab acara di Kota Lhokseumawe, 6 jam perjalanan dari kota Banda Aceh.

Banyak waktu yang aku habiskan di luar kota, maka saya gagal 3 sks. Perencanaan Gedung 1. Nilai X menempel di KHS saya. Saya menangis dan menyesali diri yang tergoda dengan kegiatan ekstrakurikuler kampus. Memang hanya beberapa orang dari angkatan saya yang berhasil menyelesaikan mata kuliah tersebut dalam satu semester, namun saya telah melanggar janji terhadap diri sendiri.

Saya kembali bangkit dan menata diri. Saya membuat perencanaan yang lebih baik, mengutamakan yang menjadi prioritas dan menepati janji pada diri sendiri. Semester selanjutnya tidak banyak kegiatan kampus. Saya memfokuskan diri mengerjakan tugas yang semakin menumpuk dengan beban berat diatas kepala. Belum lagi kerja praktek dan memikirkan judul tugas akhir. Saya juga mengambil mata kuliah tambahan untuk menambal IPK. Akhirnya saya berhasil lulus 3 tahun 11 bulan, dengan IPK 3,51. Saya memenuhi janji pada diri sendiri. Perjuangan yang terasa begitu panjang. Mengurangi waktu bermain dan tidur nyenyak di malam hari. Untuk Ibu, orang yang paling saya cintai.

Itulah kesuksesan terbesar dalam hidup saya hingga saat ini. Saya berjanji membuat Ibu bangga atas prestasi saya yang berikutnya. Memperoleh beasiswa melanjutkan master degree dan menjadi seorang pengajar adalah impian saya.

No 4

ukses Terbesar dalam Hidupku

March 10, 2014 by feriaone

1

(5)

mengenai kesuksesan dalam hidup saya masih perlu berfikir panjang, memutar otak, memporakporandakan memori ingatan untuk hal yang satu itu, padahal saya tahu pekerjaan itu akan sia-sia dikarenakan belum ada yang dapat saya eluh-eluhkan dalam hidup saya. Ini menurut saya. Tidak berhanti disitu, saya masih penasaran dengan apa penyebab kesia-siaan itu. Saya terus bertanya-tanya sendiri dengan satu pertanyaan “mengapa tidak ada”. Saya mulai berfikir secara sistematis. Saya kaji kata demi kata pada tema itu. Dimulai dari kata SUKSES.

Sukses adalah kata yang terlihat sederhana namun keramat di telinga. Bagaimana tidak, pendengar kata sukses akan secara otomatis melayangkan imajinasinya pada hal-hal besar yang selama ini menjadi tujuan hidupnya. Sangat diinginkannya. Mungkin tentang kekayaan, kedudukan social, percintaan, prestasi dan berbagai hal lainnya. Sama halnya saya ketika mendengar seseorang yang mendokan saya “semoga hidupmu sukses” saya akan melambung tinggi pada dimensi dimana saya serba hidup minimal cukup, ibadah tenang, berbahagia dan dapat membahagiakan, sehat, dapat mengamalkan ilmu. Bagi saya seperti itulah saya disebut sukses. Itu artinya sukses adalah tentang berhasil meraih sesuatu yang dianggap besar oleh subyek. Ditilik dari kata berhasil meraih, sudah barang tentu ada usaha-usaha sebelumnya. Berat tidaknya usaha tersebut tergantung pada seberapa besar hal yang diharapkan. Sampai disini, saya mulai merasakan sesuatu. menemukan berhasil meraih saya. Akan tetapi saya belum mempunyai kepercayaan diri untuk mengemukakannya. Karena menurut saya perkara yang saya temukan tidak pantas disodorkan.

Kemudian saya teruskan pengkajian tema diatas. Di sana tertulis KESUKSESAN. Kesuksesan adalah kata sukses yang mendapatkan imbuhan Ke-an menunjukkan kata banda. Dengan kata lain kesuksesan adalah bentuk nyata sukses yang telah dimilki. Jika dituliskan maka akan menjadi “saya berhasil meraih kesuksesan”. Kesuksesan dan besarnya itu relatif. Mempunyai makna sebanyak pemikiran masing-masing orang. Menurut si A kesuksesan itu mempunyai uang banyak. Menurut si B kesuksesan itu menjadi seorang pejabat dan seterusnya. Dalam masalah besarnya, misalnya bagi si A memiliki uang sebanyak satu juta sudah termasuk kesuksesan. Sedangkan bagi si B kesuksesan itu jika dia memiliki uang 1 milyar. Kesimpulannya, setiap orang memiliki kesuksesan. Termasuk saya. Akan tetapi, berbicara mengenai kesuksesan menurut saya tidak boleh lepas dari kebahagiaan. Karena logika saya mengatakan, akan sia-sia memiliki sesuatu yang besar namun tidak membuat bahagia pemiliknya dan orang di sekitarnya. Berarti peristiwa yang saya temukan adalah kesuksesan. Akan tetapi saya masih maju mundur menulisnya disini.

Kajian saya sudah sampai pada kata TERBESAR pada tema di atas. Terbesar itu sesuatu yang besar namun mempunyai sifat paling. Karena imbuhannya berupa ter. Dari sederet perkara besar harus ditunjuk satu yang paling besar. Soal ukurannya relatif seperti yang telah saya paparkan pada kajian sebelumnya.

(6)

menyembunyikan peristiwa terbesar dan peristiwa paling bermakna dalam 20 tahun ini dalam hidup saya. Sekarang saya kumpulkan keberanian untuk menulis perkara yang saya temukan dalam memori saya.

Dimulai dari saya dan pengurus keamanan harus mencari uang 25 juta untuk membeli leptop yang hilang di kantor pengurus tempo hari. Kami harus mendapatkan uang itu dalam waktu satu bulan. Perasaan bingung dan takut tidak sempat kami rasakan. Meskipun perasaan itu juga tidak pernah hilang. Usaha kami mencari pencurinya juga sia-sia. Yang kami fikirkan hanya bagaimana jika pemilik leptop menagih. Kami kerahkan semua tenaga dan fikiran kami. Selaku ketua pengurus saya merasa beban berat berada pada diri saya seorang. Akhirnya semua tabungan yang saya kumpulkan sejak 2 tahun harus saya korbankan. Hanya 3 juta. Bagaimana dengan 22 juta lainnya. Saya lah paling tua diantara anggota-anggota saya. saya sudah mahasiswa. Mereka masih siswa. Harusnya mereka konsentrasi pada sekolah dan PRnya.

Saya bertekat untuk bekerja. Apapun pekerjaan itu asalkan mendapat uang saya mau. Saya umumkan kegundahan saya pada teman-teman baik teman kampus. Teman alumni dan teman rumah sekalipun. Tetapi saya hanya mengatakan saya butuh uang. Karena jika saya katakana yang sesungguhya akan panjang maslahnya. Sehari dua hari belum ada respon baik, hanya pertnyaan-pertanyaan tidak penting seperti “buat apa uang segitu”. Tapi ada seorang teman alumni, kakak angkatan. Dia bekerja di salah satu stasiun tv swasta didaerahnya sebagai pembawa acara talk syow. Katanya, stasiun tv ini membutuhkan seseorang yang bisa mengaji dengan tartil sementara selama bulan romadlon bulan depan. Harus direkam secepatnya agar hasil ketika launching memuaskan. Pas sekali. Saya lulus dari TPQ dengan predikat memuaskan, tajwid saya bagus. Saya jug anggota jam’iyah qori’ di pondok. Saya bisa melkukan pekerjaan itu. Namun, demi profesionalitas saya harus berlatih segiat mungkin untuk mendapatkan hasil terbaik. Hari rekaman tiba. Saya harus membaca surat al kahfi dengan bacaan yang bagus dan tartil. Alhamdulillah, mereka puas dengan pekerjaan saya. jelas saya mendapat bayaran. Banyak menurut saya. 10 juta. Bisa untuk menutup 22 juta. Atas pengasilan saya ini anggota pengurus terharu dan berterimakasih. Namun mereka harus mencari uang untuk sisanya. 12 juta bagi mereka sangat besar. Jika 12 juata itu dibagi jumlah pengurus keamanan 10 orang. Maka masing-masing harus member uang 1,2 juta. Itu masih berat bagi mereka. Karena uang sakunya saja hanya 500 ribu tiap bulan. Tetapi kami tidak putus asa.

Alloh memang sayang pada kami. Meskipun kami dirundung masalah besar sepilu itu. Dia masih memberi muara solusi yang indah. Kami mendapatkan undangan partisipasi lomba di Universitas Airlangga Surabaya. Berjumlah lima jenis lomba. Tiga kategori mudah bagi kami, karena masih tentang kepesantrenan. Yaitu pidato bahasa arab, inggris, dan Karya Tulis Ilmiyah. Dua diantaranya harus menguras tenaga dan pikiran karena kemungkinan menang sangat minim. Yaitu madding 3D dan tata busana. Jika kami menang di semua perlombaan kami tidak akan susah payah lagi. Karena kami sudah mendapatkan genap 25 juta.

(7)

santri-santri yang baik, selalu semangat, tidak pantang menyerah. Membuat saya semakin tertegun dan terkagum-kagum. Ternyata seminggu sebelum hari perlombaan, mereka sengaja berpuasa. Mereka ingin tirakat agar hajatnya terkabul.

Hari itu tiba, perlombaan dimulai. Kami berangkat bersama-sama menuju Surabaya. Seperti akan berperang. Selama perjalanan tidak ada canda tawa lepas seperti santri biasanya yang ramai-ramai rihlah. Kami diam, sedikit bicara, dalam hati hanya berdoa agara diberi kelancaran. Saya seperti pembimbing sekarang. Saya hanya akan member semangat. Memperhatikan kondisi mereka. Mengatakan KAMU PASTI BISA pada saat-saat akan maju menghadapi juri.

Saya hanya bisa bermunajat kapada Alloh. Satu doa yang pasti “Kali ini saya mohon dengan sangat, menangkanlah kami”. Saya berfikir hanya dengan ini saja kami bisa mendapatkan genap 25 juta. Harus lari kemana lagi untuk mendapat uang itu. Tidak ada yang tahu atas masalah besar yang kami hadapi ini. hanya kami bersepuluh ini.

Perlombaan demi perlombaan telah kami ikuti dengan baik. Semua berjalan lancar. Hanya saja, yang kami tampilkan tidak begitu heboh seperti delegasi-delegasi lain. mereka tampil dengan penuh pesona. Mulai kostum yang rapi, sporter yang ramai bergemuruh, latihan yang matang. Sedangkan mereka, adik-adikku sederhana sekali. Lega rasanya hanya dengan “selesai maju” satu hari perjuangan telah selesai. Tinggal menuggu hasil dari Alloh.

Pengumuman hasil lomba telah tiba. Atas seizin Alloh yang tiada daya dan upaya melainkan karenaNya. Kami berhasil menjuarai semua jenis lomba. Juara 1 Pidatpo bahasa Arab. Juara 3 Pidato bahasa Inggris. Juara satu Karya Tulis Ilmiyah. Juara terfavorit Mading 3D. dan Juara 1 tata busana. Subhanalloh. Banjir tangis di dekapan saya. semua merangkul saya dengan erat karena bahagianya. Namun tidak ada kata sedikitpun. Kami tidak mampu lagi berucap. Semua terasa ajaib. Kami dipanggil untuk maju ke atas panggung mengambil hadiah. Semua peserta heran dengan kami. Mungkin karena kami peserta baru tetapi mendominasi juara. Alhamdulillah. Selesai sudah, perjuangan sudah mencapai puncaknya. 25 juta berada di tangan. Keyakinan berbicara terus terang pada pemilik leptop sudah terkumpul. Malam itu juga, sepulang lomba kami panggil semua pemilik leptop. Kami ceritakan semua yang terjadi. Mereka kaget dan kecewa. Namun kami coba ajak mereka untuk memposisikan mereka pada posisi kami. Dan mereka pun mengerti. Bahkan berterimaksih pada kami. Sangat bahagia hari itu.

Sampai detik ini. secuplik cerita inilah yang saya sebut kesuksesan terbesar dalam hidup. Mengapa ada keraguan dalam awal menulis cerita, karena saya berfikir apa yang saya capai bukan suatu yang sangat bisa dibanggakan. Bukan prestasi dan bukan materi namun tetap paling besar dalam hidup. Saya hanya mendapatkan kebahagiaan dan memberi kebahagiaan.

No 5

Sukses Terbesar Dalam Hidup

(8)

jadi gambaran kalo bingung mau nulis apa walaupun yang saya tulis ini isinya sangat normatif dan agak ngambang rasanya. hahaha.

Pembahasan mengenai kesuksesan ini kembali mengingatkan momen yang terjadi dalam proses perkuliahan pada jenjang sarjana, dimana terdapat staf pengajar yang menanyakan apa cita-cita kalian dan tentu saja hal yang terbersit dalam pikiran secara spontan saat itu adalah ingin menjadi seseorang yang sukses. Saya mengetahui bahwa jawaban ini sangat normatif dan kesuksesan itu pun memiliki definisi yang berbeda dari setiap individu. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa kesuksesan seseorang di dunia ini paling mudah dilihat dengan sesuatu yang lebih bersifat terukur, seperti prestasi-prestasi yang telah dicapainya selama hidup. Namun, yang tidak kalah penting dari beragamnya prestasi yang dimiliki ialah bagaimana sebagai seorang individu dapat mengoptimalkan pengembangan diri dan secara terus-menerus belajar dari hal yang dapat dilihat maupun dialaminya serta dapat mengambil nilai positif dari setiap peristiwa yang terjadi dalam rentetan kehidupannya. Mengoptimalkan pengembangan diri untuk mencapai kesuksesan dapat terwujud apabila kita mampu untuk memupuk semangat secara terus menerus dan disertai dengan kerja keras yang ikhlas serta tuntas sehingga dapat mendapatkan hasil terbaik dari usaha tersebut.

Saya sebagai seorang individu dengan usia yang sangat produktif, tentunya dari waktu ke waktu memiliki target-target baru yang ingin dicapai. Walaupun sangat disadari bahwa pengalaman hidup maupun dalam sisi profesional bidang pekerjaan masih sangat minim. Pada dasarnya, kehidupan yang dijalani mungkin hampir serupa dengan kehidupan individu lainnya, dimana saya merupakan seorang anak tunggal dari keluarga kecil yang berisikan 3 anggota saja. Jenjang pendidikan yang ditempuh juga cukup serupa dengan sebagian besar individu lainnya yang dimulai dari TK, SD, SMP, SMA, dan S-1. Saya tumbuh dan berkembang hingga dapat menuntaskan SMA di Kota Banjarbaru, yang merupakan kota kelahiran dan masa kuliah 1 yang dilanjutkan pada Universitas Brawijaya di Kota Malang. Saat kuliah S-1 merupakan saat yang sangat berharga bagi diri saya karena saya dapat mempelajari banyak hal yang tidak pernah didapatkan, seperti ilmu pengetahuan baru pada berbagai bidang dimana tidak hanya dalam keilmuan yang digeluti tetapi juga pengalaman organisasi dan pengalaman pekerjaan serta mendapatkan teman-teman baru dari lokasi dan budaya yang berbeda. Jenjang sarjana berhasil selesai sesuai dengan target yang telah ditentukan dan sejak sebelum lulus, saya mendapat kesempatan untuk bekerja pada beberapa proyek bidang perencanaan serta pengalaman menjadi salah satu fasilitator/asisten di jurusan. Selanjutnya, ketika saya telah lulus dan kembali ke kota asal, saya memulai usaha fasilitas perjalanan yang masih dalam lingkup kecil sembari menunggu kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada tahun 2013 ini.

(9)

merupakan kesukesan terbesar saya karena dari seluruh perjalanan hidup hingga saat ini, saya berhasil mempertahankan hidup secara lurus, baik dalam ketentuan norma dan hukum serta tidak pernah berhenti untuk mencapai dan membuat target-target baru setiap tahunnya. Kegagalan atau kerikil yang saya alami bukan menjadi alasan untuk menyurutkan harapan dan impian terhadap cita-cita yang dimiliki dan dapat tetap bertahan dalam segala kondisi yang ada. Oleh karena itu, saya meyakini bahwa hal ini merupakan kesuksesan terbesar dalam kehidupan saya.

Di atas dari semua pendapat saya mengenai kesuksesan, faktor yang terpenting adalah ketika melangkahkan kaki pada setiap tahapan dalam kehidupan, saya selalu mendapatkan restu dari orang tua sebagai pendukung utama dan sebagai rekan dalam berdiskusi yang sangat baik serta membangun. Rasa syukur kepada Tuhan yang tidak pernah berhenti atas setiap karunia dan telah diberikan orang tua, saudara, dan rekan yang sangat mendukung dalam setiap tahapan dalam kehidupan. Karunia yang tidak pernah putus dalam kehidupan ini merupakan cambuk bagi diri untuk dapat tetap berusaha dengan optimal agar mendapat hasil sebaik-baiknya.

Tapi ya, tetap saya manusia, punya banyak salah, bahkan ada beberapa yang bisa dikatakan unfinished things and business.

N0 6

(10)

Sejak kecil saya merupakan anak yang sulit diatur dan suka berulah hanya sekedar untuk mencari perhatian kedua orang tua. Tetapi dibalik kenakalan saya, saya selalu termotivasi untuk

menunjukkan kesuksesan saya kepada mereka dan ingin membuat mereka bangga. Contohnya sewaktu saya duduk di bangku SMP, hampir semua orang yang saya kenal meragukan perilaku saya tetapi saya berhasil menjawab mereka dengan masuk ke deretan siswa peraih NEM tertinggi, dan berhasil masuk ke SMA favorit di kota asal saya, Bandung. Saat menduduki bangku SMU, semua siswa berambisi untuk dapat masuk ke perguruan tinggi favorit seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran dan Universitas Indonesia. Jalan menuju universitas favorit bukanlah proses yang mudah bagi saya. Setiap hari selama di dalam kelas saya belajar dan berlatih. Selain di sekolah, di bimbingan belajar sepulang sekolah hingga malam hari sebelum tidur saya selalu belajar dengan giat. Saya merasa kehilangan pergaulan dengan teman bermain saya selama itu, dan termotivasi untuk bisa sukses masuk perguruan tinggi favorit dan membuat kedua orang tua saya bangga. Saya mengikuti ujian saringan masuk Fakultas Kedokteran di Universitas Padjadjaran dan berhasil lulus. Ketika SPMB Nasional dilakukan, saya mendaftar ke Fakultas Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung. Saat hari pengumuman penerimaan, saya sangat puas melihat nama saya tercantum di harian umum. Saya juga sangat senang melihat betapa bangganya kedua orang tua saya pada sat itu. Akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah di ITB, dikarenakan biaya kuliah yang diperlukan lebih sedikit dan saya tidak ingin terlalu memberatkan kedua orang tua saya.

Masa-masa belajar di ITB merupakan masa yang sangat berharga bagi saya. Saya banyak bertemu orang baru yang mayoritas berasal dari luar kota Bandung. Saya juga banyak bertemu dengan orang-orang yang memiliki pandangan hebat dan berwawasan luas. Walaupun banyak mengalami kesulitan, saya selalu mencoba untuk menjadi lebih baik dalam mengembangkan pribadi saya. Saya mulai menyadari pentingnya sebuah komitmen dalam hidup. Saya

mendapatkan banyak pengalaman baik maupun buruk yang pada akhirnya membuat saya menjadi lebih dewasa. Saya sangat bersyukur karena adanya dukungan keluarga dan teman-teman saya yang mendorong saya untuk tetap fokus pada tujuan dan giat belajar.

Ujian paling berat yang pernah saya hadapi yaitu ketika mengerjakan tugas akhir. Kebetulan pada waktu itu saya mendapatkan dosen pembimbing yang sangat idealis, sehingga saya banyak mengalami kesulitan dalam proses pengerjaan tugas akhir saya. Saya sering sekali sakit karena kurang istirahat dan tertekan. Saya merasakan betapa sulitnya untuk kembali termotivasi setelah dimarahi dosen pembimbing setiap kali saya menghadap. Untungnya saya tidak pernah merasa sendirian dalam menjalani ujian ini, teman-teman seperjuangan saya juga merasakan hal yang sama sehingga kami saling membantu dan saling memberikan dukungan. Lama kelamaan saya sadar bahwa yang terpenting adalah prosesnya pencapaiannya, bukan hasil itu sendiri. Kita harus belajar menerima kesalahan kita dan cepat bangkit dari kegagalan tanpa berlarut-larut dalam penyesalan. Akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas akhir tepat pada waktunya. Pada saat presentasi tugas akhir saya bisa menjawab seluruh pertanyaan dari penguji dan Alhamdulillah lulus dengan nilai “A”.

(11)

saya bertekad untuk terus berusaha membuat mereka bangga selama saya masih diberikan kesempatan.

Pada akhirnya, saya berhasil mendapatkan gelar Sarjana Teknik di salah satu universitas terbaik bangsa. Saya merasa bangga karena cita-cita saya menjadi insinyur telah tercapai. Itulah

kesuksesan terbesar dalam hidup saya, menjadi insinyur yang bias membahagiakan kedua orang tua. Seiring berjalannya waktu, cara pandang saya terhadap kesuksesan mulai berubah. Hidup ini merupakan sebuah proses pembelajaran yang tidak ada hentinya demi meraih kesuksesan. Dan kesuksesan itu akan menjadi lebih berarti ketika lingkungan sekitar kita bisa ikut merasakan manfaat dari perjuangan kita. Sukses itu bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang disekitar kita, terutama kedua orang tua kita yang kita cintai.

Sebagai penutup, dengan mengambil program master di luar negeri saya ingin meraih kesuksesan yang lebih besar lagi dan berharap bisa menjadi tenaga ahli yang berguna bagi keluarga, Bangsa dan Negara Indonesia di kemudian hari.

N0 7

MENUMPANG KERETA KEGAGALAN, MENUJU KESUKSESAN”

Kesuksesan merupakan hal yang selalu diinginkan manusia. Tidak ada manusia yang ingin gagal dalam kehidupannya. Begitu pula saya yang tidak sedikitpun mengharapkan kegagalan dalam kehidupan. Saya merupakan anak bungsu yang dianugerahkan Allah SWT kepada H. Mustajillah dan Hj. Helmatun Fauza. Sejak kecil saya bercita-cita menjadi orang sukses. Mulai cita-cita menjadi seorang dokter hingga pemain sepakbola dunia yang hebat pernah saya gantungkan dilangit mimpi. Tapi pada masa itu saya tidak menyadari bahwa cita-cita yang digantungkan dilangit mimpi tidak akan pernah bisa dihampiri hanya dengan keluh kesah dalam kemalasan.

Dilahirkan dan dibesarkan di tengah keluarga yang sederhana, berlatarbelakang tenaga pendidik tidak lantas membuat saya menjadi pribadi yang bersahaja dan mencintai proses belajar pada masa itu. Sebelum duduk di kelas tiga Madrasah Aliyah, sekolah tidak menjadikan saya pribadi yang bijaksana terhadap ilmu pengetahuan. Di sekolah dasar hingga sekolah menegah pertama, saya menjadikan sekolah sekedar rutinitas yang harus saya jalani, formalitas untuk menutup celah labeling sebagai orang bodoh.

(12)

menuntut ilmu. Di sekolah yang berbasis agama itulah saya justru menemukan kebenaran yang pernah disampaikan oleh seorang jenius, Einsten bahwa “Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu pengetauan adalah pincang”. Sejak saat itu, saya belajar bahwa Allah SWT selalu menyediakan tujuan yang baik meski di luar jalan yang kita siapkan. Mensyukuri belajar di sebuah Madrasah Aliyah inilah titik tolak kesuksesan saya dalam hidup.

Lulus dari Madrasah Aliyah, saya memutuskan untuk mencoba masuk IPDN, akan tetapi saya gagal. Sebagai manusia yang dititipi Allah SWT rasa sedih, kegagalan itu tentu membuat saya sedih. Namun, saya beruntung kesedihan itu tidak lantas membuat saya bersusah dalam keputusasaan. Ketika dahulu menuntut ilmu di Madrasah Aliyah, saya diajarkan tentang rahman dan rahimNya lewat salah satu firmannya,“Janganlah kamu berputus asa atas rahmat Tuhan”. Melalui firman Allah itulah akhirnya saya bisa tetap memandang kegagalan sebagai langkah awal kesuksesan.

Setelah melalui masa-masa sulit itu, saya memutuskan untuk melanjutkan studi ke fakultas hukum, mempelajari ilmu hukum. Fakultas hukum menjadi pilihan saya waktu itu karena hal yang sederhana. Di rumah, orang tua saya selalu melihat program berita di televisi, yang tidak jarang merupakan berita hukum. Dari sanalah ketertarikan saya untuk belajar ilmu hukum. Meskipun pada dasarnya itu sebuah pilihan yang saya buat di tengah kebimbangan, karena di satu sisi saya tertarik untuk merasakan atmosfer sebagai tenaga pendidik karena latar belakang saya yang berasal dari keluarga guru. Namun, di sisi lain saya ingin keluar dari “tradisi” keluarga itu.

Awalnya saya merasa tidak percaya diri masuk fakultas hukum, karena saya menyadari bahwa pilihan ini saya buat di tengah kebimbangan. Sampai pada satu ketika saya diilhami oleh apa yang dikatakan oleh T. A. Edison bahwa “Jenius= 1% Bakat+99% usaha”. Oleh karena itu, saya kemudian bertekad untuk mengikhtiarkan diri saya dalam kerja keras untuk memahami setiap substansi ilmu hukum. Saya kemudian juga mengembangkan diri dalam dunia organisasi, untuk menunjang kemampuan non akademik.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Riza : "Saya berencana menggunakan ilmu saya untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan saya juga ingin membagi ilmu saya dengan mengajar adik-adik kelas saya."

Saya cenderung meragukan kemampuan diri saat mempelajari sesuatu yang tergolong baru bagi saya.. Sifat pengambilan risiko yang diperhitungkan, yaitu tidak khawatir akan menghadapi

28 Saya cenderung meragukan kemampuan diri saat mempelajari sesuatu yang tergolong baru bagi saya. 29 Saya berusaha mencari alternatif untuk meminimalisir

Dengan pikiran terbuka guru juga jadi mudah untuk menyerap ilmu dari siapa saja tanpa mesti katakan “aah saya sudah tahu” atau “ah saya sudah pernah menerapkan”

7 Mengerjakan tugas bersama kelompok baru memberikan pengalaman berharga bagi saya 8 Saya merasa takut saat presentasi berlangsung 9 Saya tidak bisa tidur ketika akan presentasi

Paradigma baru belajar filsafat saat ini tidak hanya sekedar mempelajari berbagai pemikiran para filsuf, seperti Plato, Aristoteles, Rene Descartes, dan Alghazali,

Dan seperti yang pernah saya ceritakan di materi sebelumnya di mindset Fokus Pada Model Bisnis yang Anda Pilih, banyak orang yang baru mulai biasa mencoba dari satu model bisnis

Saya menyimpulkan bahwa kegiatan magang ini memberikan saya pengalaman baru, mendapatkan pelajaran berharga yang tidak dapat didapatkan pada bangku perkuliahan, serta saya dapat belajar