BAB II
PENGELOLAHAN KASUS A. Konsep dasar
1. Pengertian halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klein mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Gangguan penyerapan/presepsi panca indara tanpa adanya rangsangan dari luar. Gangguan ini dapat terjadi pada sistem pengindraan saat kesadaran induvidu tersebut penuh dan baik, maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien menerima rangsangan dari luar dan induvidu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Wilson, 1983).
Halusinasi pendengaran adalah bentuk yang paling sering terjadi pada gangguan presepsi dengan klien gangguan jiwa (skizofrenia) bentuk halusinasi ini berupa sura-sura ribut dan dengung, tapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam kalimat yang memepengaruhi tingkah laku klien, sehingga klein menghasilkan respon tertentu: bicara-bicara sendiri atau respon lain yang membahayakan membuat klien bertengkar dan mencederai orang lain dan diri sendiri (Erlinafsiah, 2010).
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi meliputi :
1) Faktor Perkembangan
2) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Beberapa komunikasi yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi diantaranya adalah komunikasi peran ganda, tidak ada komunikasi, tidak ada kehangatan, komunikasi dengan emosi berlebihan, komunikasi tertutup dan orang tua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang otoritas dan konflik orang tua (Fitria, 2010). 3) Faktor Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan atau kerusuhan) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress (Purba dkk, 2011).
4) Faktor Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologis klien sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien (Purba dkk, 2011).
5) Faktor Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak susunan syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realitas. Gejala yang mungkin muncul adalah hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri (Purba dkk, 2011).
6) Faktor Genetik
Adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga terdahulu yang mengalami skizofrenia dan kembar monozigot (Purba dkk, 2011).
b. Faktor Presipitasi
stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik (Fitria, 2010).
3. Tanda dan Gejala
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Bicara sendiri, senyum sendiri dan tertawa sendiri.
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakkan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat.
c. Menarik diri dari orang lain, berusaha untuk menghindari orang lain dan tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata.
d. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. e. Perhatian dengan lingkungan kurang atau hanya beberapa detik.
f. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori, sulit berhubungan dengan orang lain dan ekspresi wajah tegang.
g. Mudah tersinggung, marah dan tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
h. Tremor, berkeringat, panik, curiga dan bermusuhan.
i. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan, ketakutan dan tidak dapat mengurus diri.
j. Disorientasi waktu, tempat dan orang. 4. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007), halusinasi terdiri dari tujuh jenis, yaitu : a. Pendengaran
b. Penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas/samar terhadap adanya stimulus yang nyata dari lingkungan dan orang lain tidak melihatnya. Seperti melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, kartun, melihat hantu, atau monster. c. Penghidu
Klien mencium suatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata. Seperti membaui bau darah, urine, feses, dan terkadang bau-bau tersebut menyenangkan klien.
d. Pengecapan
Klien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa makanan yang tidak enak. Seperti merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses.
e. Perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata. Seperti mengatakan ada serangga di permukaan kulit dan merasa seperti tersengat listrik.
f. Cenestetik
Klien merasakan badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota badannya bergerak.
g. Viseral
Perasaan tertentu timbul dalam tubuhnya. 5. Tahapan-tahapan halusinasi
Halusinasi ini mengahasilkan tindakan / prilaku pada klein seperti yang telah di uraikan tersebut. Ada empat tahapan halusinasi, kerakreristik dan prilaku yang ditampilkan.
Tahap Karekteristik Prilaku klien
Tahap 1 memberi rasa nyaman tingakat ansietas sedang secara umum halusinasi suatu ketenangan.
a. Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
b. Mencoba berfokus pada fikiran yang dapt
menghilangkan ansietas c. Fikiran dan pengalaman
sensori masih ada dalam kontrol kesadaran jika kecemasan di kontrol.
a. Tersenyum, tertawa sendri.
b. Menggerakan bibir tanpa suara.
c. Menggerakan mata dengan cepat.
e. Diam dan berkonsentrasi. Tahap 2
Menyalahkan ,tingkat kecemasan berat secara umum halusinsi
menyebabkan rasa antipati.
a. Pengalaman sensori menakutkan.
b. Mulai merasa kehilanagan kontrol. c. Merasa dilecehkan oleh
pengalaman sensori tersebut.
d. Menarik diri dari orang lain.
e. Non psikotik.
a. Terjadipeningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. b. Rentang perhatian
menyempit.
c. Konsentrasi dengan pengalaman sensori. d. Kehilangan
kemampuan membedakan
halusinasi dan realita. Tahap 3
Mengontrol tingkat kecemasan berat pengalaman sensori tidak dapat ditolak lagi.
a. Klien menyerah dan menerima pengtalaman sensorinya.
b. Isi halusinasi menjadi antraktif.
c. Psikotik.
a. Perintah halusinasi di taati.
b. Sulit berhubungan dengan orang lain.
c. Rentang perhatian hanya beberapa detik. d. Gejala sisa ansietas
berat, tidak mampu mengikuti perintah. Tahap 4
Menguasai tngkat kecemasan berat pengalaman panik secra umum diatur dan dipengaruhi oleh halusinasi.
a. Pengalaman sensori menjadi ancaman. b. Halusinasi dapat
berlangsung selama beberapa jam atau hari jika tidak di intervensi) c. Psikotik.
a. Prilaku panik.
b. Potensial tinggi untuk bunuh diri atau membunuh.
c. Tindakan kekerasan, agitasi menarik diri atau ketakutan. d. Tidak mampu
berespons terhadap perintah yang kompleks. e. Tidak mampu
berespons terhadap lebih dari 1 orang.
6. Penatalaksanaan Medis Pada Halusinasi
a. Psikofarmokologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat-obatan anti-psikosis. Adapun kelompok umum yang digunakan adalah:
KELAS KIMIA NAMA GENERIK
(DAGANG)
DOSIS HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) Klopromazin (Thorazine) Flupenazine (Prolixine, Permiti) Mesoridazine (Serentil)
Perfenazine (Trilafon)
Proklorperazine (Compazine) Promazin (Sparine)
Tiodazin (Mellaril) Trifluperazin (Stelazine) Triflupromazine (Vesprin)
60-120 mg Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan)
Tiotiksen (Navane)
75-600 mg 8-30 mg Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg Dibenzondiazepin Klozapin (Klorazil) 300-900 mg Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg
b. Terapi kejang listrik ECT c. Terapi Aktivitas.
7. Proses Asuhan Keperawatan denganMasalah Halusinasi Pendengaran. a. Pengkajian
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan klien, pengamatan langsung dan pemeriksaan. Hal-hal yang perlu di kaji meliputi:
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress yang diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. 2. Perilaku
perawat mengidentifikasi adanya tanda-tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi: isi halusinasi yang dialami oleh pasien, waktu dan frekuensi halusinasi, situasi pencetus halusinasi, dan respon pasien.
3. Fisik
Hal-hal yang perlu di kaji dalam pemeriksaan fisik meliputi: ADL, kebiasaan, riwayat kesehatan, riwayat skizofrenia dalam keluarga, dan fungsi sistem tubuh.
4. Status emosi
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan, kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.
5. Status intelektual
Gangguan persepsi, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan kecap, isi pikir tidak realitas, tidak logis dan sukar diikuti atau kaku, kurang motivasi, koping regresi dan denial serta sedikit bicara.
6. Status sosial
Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan, ketidakmampuan mengatasi stress dan kecemasan (Purba, dkk, 2011).
b. Analisa Data
1) Halusinasi Pendengaran. Data Subjek:
1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3. Mendengar suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu yang berbahaya.
Data Objek:
1. Berbicara sendiri atau tertawa sendiri. 2. Marah-marah tanpa sebab.
2) Prilaku Kekerasan Data subjek
1. Klien mengancam. 2. Klien berkata-kata kotor. 3. Klien suka marah-marah. Data Objek
1. Pandangan tajam. 2. Wajah merah. 3. Suara keras. c. Rumusan masalah
Dari data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan sensori halusinasi pendengaran adalah
1. Halusinasi pendenggaran. 2. Prilaku kekerasan.
d. Perencanaan
1. Membantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat melakukan dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.
2. Melatih pasien mengontrol halusinasi
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat dapat melatih pasien dengan empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut adalah:
a. Menghardik halusinasi
Strategi Pertemuan Pada Pasien Halusinasi
No. Kemampuan Pasien dan Keluarga
A Pasien
Strategi pertemuan 1
1 Mengidentifikasi jenis halusinasi 2 Mengidentifikasi isi halusinasi 3 Mengidentifikasi waktu halusinasi 4 Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5 Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi 6 Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi 7 Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8 Menganjurkan pasien memasukkan cara menhgardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien.
Strategi pertemuan 2
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Strategi pertemuan 3
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah sakit
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Strategi pertemuan 4
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
B. Asuhan Keperawatan Kasus I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.I
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : -
Alamat : P.batu
Tanggal Masuk RS : 14 juni 2013 No. Register : 16.01.56 Ruangan/Kamar : Kamboja Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 18 juni 2013 Tanggal Operas : -
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
II. KELUHAN UTAMA
Klien mendengar suara-suara yang mengajaknya bercakap-cakap dan menuruhnya merusak barang-barang.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A.Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Mendengar suara-suara yang mengajaknya bercakap-cakap dan menyuruhnya untuk merusak barang-barang.
B.Quantity/quality 1. Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan sudah lebih tenang selama dirawat tetapi masih sering mendengar suara-suara
2. Bagaimana dilihat
Pandangan klien tajam, muka merah, suara keras dan klien tampak berbicara dan senyum-senyum sendiri
C.Region
1. Dimana lokasinya 2. Apakah menyebar D.Severity
Klien mengatakan hal ini sangat mengganggu aktivitasnya. E.Time
Dimalam hari
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A.Penyakit yang pernah dialami
Klien mempunyai riwayat penyakit yang sama dan pernah di RS.jiwa PROVSU beberpa tahun yang lalu, tapi tidak berhasil pengobatanya.
B.Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Tidak berhasil, karna klien tidak meminum obatnya dengan teratur. C.Pernah dirawat/dioperasi
Di tempat yang sama D.Lama dirawat
Kurang lebih 1tahun E. Alergi
Tidak ada F. Imunisasi
V.RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A.Orang tua
Tidak ada penyakit keturunan dari orang tuanya. B.Saudara kandung
Tidak ada
C.Penyakit keturunan yang ada Tidak ada penyakit keturunan.
D.Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Tidak ada
E.Anggota keluarga yang meninggal Tidak ada
F. Penyebab meninggal Tadak ada
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A.Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien ingin cepat sembuh, dan pulang kerumah. B.Konsep diri
− Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya. − Ideal diri : Klien ingin cepat pulang
− Harga diri : Klien merasa dirinya jelek
− Peran diri : Klien berperan sebagai anak dirumahnya
− Idientitas : Klien menyatakan sebelum masuk ke RS.jiwa sebagai anak dirumahnya.
C.Keadaan emosional
Emosi klien tidak stabil namun kooperatif. D.Hubungan sosial
− Orang yang berarti
− Hubungan klien ngan keluarga
Klien menyatakan hubungan klien dengan keluarga baik dan harmonis.
− Hubungan dengan orang lain
Klien menyatakan hubungan dengan orang lain kurang baik − Hubungan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien menyatakan tidak ada hambatan berhubungan dengan orang lain.
E.Spiritual
− Nilai dan keyakinan
Keyakinan yang dianut oleh klien saat ini adalah agama islam − Kegiatan ibadah
Selama berada di RS.jiwa klien mengaku tidak penah melakukan ibadah.
VII. STATUS MENTAL a. Tingkat Kesadaran
Klien sadar penuh (compos mentis), tidak mengalami disorientasi maupun bingung.
b. Penampilan
Klien berpakain rapi dan sesuai, kuku tidak terlalu panjang. c. Pembicaraan
Selama wawancara klien mudah diajak berbicara, namun klien berbicara agak lambat, menjawab pertanyaan dengan singkat.
d. Alam Perasaan
Klien tampak lesu dan tidak bersemangat. e. Afek
Afek klien datar, klien sulit untuk merespon stimulus yang diberikan. f. Interaksi Selama Wawancara
g. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang wujudnya tidak bisa dilihat oleh orang lain. Klien mengatakan sering di ajak berbicara oleh seorang wanita. Klien mengatakan suara tersebut cukup mengganggu dan muncul jika klien akan tidur. Klien biasanya tidak melakukan apapun jika suara tersebut di dengarnya.
h. Proses Pikir
Klien mampu nmenjawab pertanyaan yang di ajukan perawat. i. Isi Pikir
Saat dilakukan wawancara klien tidak mengalami gangguan isi pikir.
VIII.PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum
Putus obat
B. Tanda-tanda vital
− Suhu tubuh : 370
− Tekanan darah : 120/100 mmhg c
− Nadi : 80 x/i
− Pernafasan : 20x/i
C. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan kulit kepala bersih. Penyebaran rambut merata dan tidak berbau.
2. Wajah
Struktur wajah klien oval dan tidak ada kelainan, dengan warna kulit terlihat putih pucat.
3. Mata
Klien memiliki dua mata dengan posisi simetris dan tidak ada kelainan dengan konjungtiva dan sclera normal.
4. Hidung
5. Telinga
Bentuk telinga klien lengkap dan tidak ada kelainan, tetapi klien sering mendengar suara-suara yang orang lain tidak mendengarnya. 6. Mulut dan Faring
Keadaan bibir klien simetris, dan tidak ada kelainan, klien mampu membedakan rasa asin dan manis.
Kulit klien terlihat bersih, akral klien hangat dan turgor kembali normal.
7. Leher
Posisi trachea klien simetris dan normal, suara klien normal dan tidak ada pembengkakan pada kelenjar limfa.
8. Integument
Kulit klien terlihat bersih, akral klien hangat dan turgor kembali normal.
1. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum
− Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari
− Nafsu/selera makan : nafsu makan klien baik − Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri pada ulu hati − Alergi : tidak memiliki riwayat alergi − Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah
− Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa): Klien
makan tampak memisahkan diri
− Waktu pemberian makan : pagi, siang, sore
− Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jenis nasi + lauk pauk − Waktu pemberian cairan : tidak ditentukan
− Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah): Klien
II. Pola Eliminasi 1. BAB
- Pola BAB : 1 x sehari
- Karakter feses : kadang keras dan kadang lembek - Riwayat perdarahan : tidak memiliki riwayat perdarahan - BAB terakhir : siang hari
- Diare : tidak mengalami diare
- Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laksatif 2. BAK
- Pola BAK : 1-3 x sehari
- Kateter urine : tidak memakai kateter urine
- Nyeri/rasa terbakar/ : tidak ada nyeri atau kesulitan BAK kesulitan BAK
- Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan diuretik
III. Mekanisme koping
Saat ada masalah klien hanya memendam masalahnya sendiri tanpa menceritakannya kepada siapa pun.
ANALISA DATA
No. Data Masalah keperawatan
Data subjek
1. Klien menyatakan mendengar suara-suara kegaduhan. 2. Klien mendengar suara-suara
yang mengajaknya bercakap-cakap.
3. Klien menyatakan mendengar suar-suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu yang memebahayakan dirinya dan orang sekitarnya.
Data objek
1. Klien tampak bicara dan senyum-senyum sendiri tanpa sebab.
2. Klien tamapak takut. 3. Klien tamapak menutup
telinganya.
Halisinasi pendengaran
Data subjek
1. Klien mengancam. 2. Klien berkata-kata kotor. 3. Klien suka marah-marah. Data Objek
1. Pandangan tajam. 2. Wajah merah. 3. Suara keras.
MASALAH KEPERAWATAN 1. Halusinasi pendengaran 2. Prilaku kekerasan
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tanggal/
hari No.Dx Rencana Keperawatan
Tujuan dan hasil kriteria 1. Halusinasi pendengaran . Tujuan
1. Klien dapat mengontrol atau mengendalikan halusinasi yang dialaminya. Kriteria hasil
1. Klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat. 2. Eksprisi wajah bersahabat.
3. Menunjukan rasa senang. 4. Ada kontak mata.
Tujuan dan kriteria hasil 2. Prilaku kekerasan. Tujuan
1. Klien dapat mengontrol PK. 2. Klien dapat mengendalikan PK. Kriteria
1. Klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat. 2. Ekspresi wajah bersahabat.
3. Menunjukan rasa senang. 4. Menunjukan kontak mata.
Rencana Keperawatan Rasional
18 juni 2013 1. Halusinasi Pendengaran
Sp 1.
1. Idientifikasi jenis halusinasi. 2. Idientifikasi isi halusinasi. 3. Idientifikasi waktu halusinasi
5. Idientifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi. 6. Idientifikasi respons terhadap halusinasi.
7. Ajarkan klien menghardik halusinasi yang dialaminya.
8. Anjurkan klien memasukan cara mengghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian klien.
Sp 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
3. Anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian klien.
halusinasi.
Memantau kemajuan serta efektifitas pilihan yang dipilih dan dilatih bersama dengan klien.
Membantu klien dalam memnantu sosial. Sp 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang bisa dilakukan dirumah sakit.
3. Anjurkan klien memasukan kedalam jadwal harian klien.
Membantu klien dalam melakukan kegiatan.
Sp 4.
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat teratut. 3. Anjurkan memasukan dalam jadwal kegiatan harian klien.
Memudahkan pemahaman dalam menyukseskan program pengobatan yang optimal bagi klien.
19 juni 2013 2. Prilaku kekerasan
Sp 1
1. Mengidientifikasi penyebab PK.
2. Mengidientifikasi tanda dan gejala PK yang dilakukan. 3. Mengidientifikasi PK yang dilakukan.
4. Mengidientifikasi akibat PK. 5. Menyebutkan cara mengontrol PK.
6. Membantu klien memperaktekkan latiahan cara mengontrol fisik 1.
7. Menganjurkan klien memasukan dalam kegiatan harian klien. Sp 2.
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. 2. Melatih klien mengontrol PK dengan cara fisik 2.
3. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian klien.
Membantu klien mengetahui cara mengontrol PK dengan cara fisik 2.
Sp 3.
1. Mengevalusi jadwal kegiatan harian klien.
2. Melatih klien mengontrol PK dengan cara verbal
3. Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian klien.
Membantu klien mengetahui cara mengontrol PK dengan cara verbal.
Sp 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Melatih klien mengontrol PK dengan cara spiritual. 3. Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan
harian klien.
Membantu klien mengetahui cara mengontrol Pk dengan cara spiritual.
Sp 5.
1. Mengevaluasi jadawal kegiatan harian klien .
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan cara menum obat. 3. Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal harian klien.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
1. Mengidientifikasi jenis halusinasi.
2. Mengidientifikasi isi halusinasi. 3. Mengidientifikasi waktu
halusinasi.
4. Mengidientifikasi frekuensi halusinasi.
5. Mengidientifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi. 6. Mengidientifikasi respon klien
terhadap halusinasi.
7. Mengajarkan klien menghardik halusinasi.
8. Mengjarkan klien memasukan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian. Sp2
1. Mengevaluasi jadwal harian klien
2. Melatih klien untuk mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
3. Menganjurkan klien melakukan jadwal kegiatan harian.
S:Klien sering mendengar suara-suara yang mengajaknya bicara.
O: Klien tampak senyum-senyum dan bicara-bicarasendiri. A:Masalah teratasi
sebagian. P: Intervensi di
lanjutkan.
S: Klien menyatakan sudah melakukan cara mengontrol halusinasi dengaan cara menghardik halusinasi.
O:Klien sudah sudah mengerti cara mengontrol
bercakap-Sp 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klin .
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegitan yang bisa dilakukan di RS.jiwa
3. Menganjurkan klien
memasukakan jadwal latihan.
Sp 4.
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur.
cakap dengan orang lain.
A:Msalah teratasi sebagian. P: Intervensi
dilanjutkan.
S:Klien mengatakan mengerti cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap denggan orang lain. O:Klien sudah
mengerjakan cara mengontrol halusinasi
melakukan kegiatan yang bisa dilakukan di RS.jiwa.
A: Maslah teratasi sebagian. P: Intervensi
dilanjutkan.
3. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian klien.
O:Klien sudah melakukan cara yang sudah di ajarakan dengan baik.
20 juni 2013
Sp 1
1. Bina hubungan saling percaya. 2. Mengidientifikasi penyebab PK. 3. Mengidientifikasi PK yang
dilakukan .
4. Menidientifikasi akibat PK. 5. Menyebutkan cara mengontrol
PKnya.
6. Memebantu klien memeperaktekkan cara mengontrol fisik 1.
7. Menganjurkan klien memasukan dalam kegiatan harian.
Sp2
1. Mengevalusi jadwal kegitan harian klien.
2. Meltih klien mengontrol PK dngan cara fisik 2.
3. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal harian .
S:
O:Klien berbicara kasar.
A:Masalah teratasi seagian.
P: Intervensi dilanjutkan.
S: Klien menyatakan sudah melakukan cara mengontrol PK dengan cara fisik 1. O: Klien melatih cara
fisik 2.
A: Masalah teratasi sebagian.
Sp 3
1. Mengevaluasi jadwal kegitan harian klien.
2. Melatih klien mengontrol PK dengan cara verbal danspritual. 3. Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal harian .
Sp 4
1. Mengevalusai jadwal kegiatan harian klien.
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat.
3. Menganjurkan klien memasukan jadwal kegiatan harian.
S: Klien mengatakan sudah melakuakn cara mengontrol kemarahan dengan cara verbal dan spiritual. A:Maslah teratasi
sebagian. P: Intervensi
dilanjutkan.
S: Klien mengatakan sudah bisa
mengontrol kemarahanya. O: klien tamapak lebih
sopan saat berbicara. A: Maslah teratasi
sebagian. P:intervensi