• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaus Vannamei Boone) INTENSIF CP PRIMA KABUPATEN PROBLINGGO, JAWA TIMUR TUGAS AKHIR OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaus Vannamei Boone) INTENSIF CP PRIMA KABUPATEN PROBLINGGO, JAWA TIMUR TUGAS AKHIR OLEH"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA PEMBESARAN

UDANG VANAME (Litopenaus Vannamei Boone) INTENSIF CP

PRIMA KABUPATEN PROBLINGGO, JAWA TIMUR

TUGAS AKHIR

OLEH

AMRULLAH

1622010373

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

PANGKEP

(2)
(3)

3

(4)

4 KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang telah di berikan kepada kita sekalian, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) ini tepat pada waktunya.

Dalam menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) ini, tidak terlepas dari adanya bantuan dari beberapa pihak baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Tak lupa pula penulis haturkan sembah sujud kepada ibu dan ayah tercinta, ucapan terima kasih kepada kakak dan adik-adikku serta seluruh keluarga besar serta teman-teman yang telah banyak membantu penulis baik moril maupun motifasi dan iringan doa dengan penuh kasih sayang kepada penulis.

Penulis dalam hal ini menyampaikan bayak terimakasih kepada seluruh elemen yang turut serta membantu secara moril maupun non moril seperti ayahanda ABD. RAHIM serta Ibunda Jubasiah serta kakak adikku serta seluruh keluarga bersar yang banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini, Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada

1. Dr.Ir Darmawan, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

2. Ir. Rimal Hamal, MP selaku Ketua jurusan Budidaya perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

3. Moh. Adnan Baiduri, S,Pi.,M.Si selaku pembimbing I Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

(5)

5 4. Ir. Rimal Hamal, MP selaku Pembimbing II Politeknik Pertanian

Negeri Pangkep

Dan akhirnya penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermamfaat nantinya dalam kelancaran pelaksanaan pembelajaran Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan dimasa mendatang. Mudah–mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, khususnya bagi penulis sendiri.

Pangkep, 2019 Penulis

(6)

6 ABSTRAK

AMRULLAH, 1622010373. Teknik pembesaran udang vanamei (Litopenaeus Vannamei) Di CV.PRIMA Probolinggo Jawa Timur Dibimbing oleh Moh Adnan Baiduri dan Rimal Hamal.

Udang vanamei (Litopenaeus Vannamei) merupakan udang asli perairan Amerika Latin. Udang ini di budidayakan mulai dari pantai barat meksiko ke arah selatan hingga ke Peru. (Haliman dan adijaya 2005)

Adapun tujuan dari pada penulisan tugas akhir ini adalah memperkuat penguasaan teknik pembesaran udang vanamei (Litopenaeus

Vannamei) Tepatnya di CV. PRIMA Probolinggo Jawa Timur.

Tugas akhir ini di susun berdasarkan hasil kegiatan Pengakaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) Yang te;lah di laksanakan pada tanggal 13 Januari 2019 – 24 April 2019 di CV. PRIMA Probolinggo Jawa Timur Dusun Gettem Desa Mojomulyo Kecamatan Puger Kabupaten Jember.

Berdasarkan hasil pengamatan tingkat konsumsi udang vanamei memiliki beberapa aspek yang menunjang dalam keberhasilan budidayanya mulai dari kualitas air, kondisi udang serta kandungan pakan yang di berikan.

(7)

7 DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Kengunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klaasifikasi dan M orfologi ... 4

2.2.1 Taksonomi ... 4

2.1.3 Habitat dan Penyebaran ... 5

2.1.4 Siklus Hidup ... 7

2.1.5 Makan dan Kebiasaan Makan ... 7

(8)

8

2.1.7 Kandungan Gizi Pakan Buatan ... 9

2.7.1 Protein ... 9

2.7.2 Lemak ... 12

2.7.3 Karbohidrat ... 10

2.7.4 Vitamin ... 10

2.7.5 Mineral... 10

2.8 Sifat Fisik Pakan 2.8.1Stabilitas pakan dalam air ... 11

2.8.2 Aroma dan Rasa Pakan ... 11

3.1 Waktu dan Tempat ... 13

3.2 Alat dan bahan ... 13

3.2.1 Bahan ... 13

3.2.2 Alat ... 19

METODE PENGUMPULAN DATA 3.3.1Data Primer... ... 14

3.3.2 Data Sekunder... 15

3.4 METODE PELAKSANAAN 3.4.1 Pemberian Pakan ... 15

(9)

9

3.4.2 Pengontrolan Anco ... 15

3.4.3 Sampling Pertumbuhan ... 15

3.4.4 Panen ... 16

3.4.3 Pasca Panen ... 16

3.5 Parameter Yang Di Amati dan Analisis Data ... 17

3.5.1 Parameter yang di amati ... 17

3.5.2 Analisis Data ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Program Pemberian Pakan ... 20

4.1.1 Cara Pemberian Pakan ... 20

4.1.2 Frekwensi Pemberian Pakan ... 20

4.1.3 Dosis Pemberian Pakan ... 21

4.2 Monitoring Pakan ... 22

4.2.1 Pengecekan Anco ... 23

4.2.2 Sampling Pertumbuhan ... 23

4.3 Panen ... 25

4.4 Pasca Panen ... 26

(10)

10 5.1 Kesimpulan ... 27 5.2 Saran ... 27 DAFTAR PUSTAKA

(11)

11 DAFTAR TABEL

Tabel 1.Bahan dan Kegunaan ... 13

Tabel 2 Alat dan Kegunaan ... 14

Tabel 3 Program Dosis Pemberian Pakan Udang Vaname ... 21

Tabel 4 Program Dosis Pakan Udang Vaname Umur 33-Panen ... 22

Tabel 5 Penambahan Dan Pengurangan Pakan Pada Anco ... 23

Tabel 6 Hasil sampling selama pemeliharaan udang vaname ... 24

(12)

12 DAFTAR GAMBAR

(13)

13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan jenis udang import. Habitat aslinya adalah Amerika Latin, tersebar mulai perairan sekitar Mexico sampai Peru. Jenis udang vaname masuk ke Indonesia sejak tahun 200l, tahun 2002 pemerintah melalui Menteri Kelautan dan Perikanan meresmikan peluncuran jenis udang vaname, sebagai spesies alternatif untuk dibudidayakan di tambak selain udang windu.

Sifat udang vaname yang menempati semua kolom air, toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dengan tingkat penebaran yang tinggi dan hasil produksi berkisar 15--60 ton/ha menyebabkan udang tersebut dengan cepat diterima pelaku bisnis udang dan menjadi pilihan utama budidaya, sehingga mampu membangkitkan kembali usaha pertambakan udang nasional. Meskipun budidaya udang vaname juga kemungkinan terserang penyakit Taura Syndrom

Virus (TSV) akan tetapi dengan menerapkan sistem bertambak yang benar, seperti

menggunakan benur Spesific Pathogen Free (SPF), pengelolaan kualitas air yang baik, menerapkan Biosecurity, recycle system serta peluang pasar dengan permintaan yang tinggi dan nilai jual yang menguntungkan, setidaknya hingga saat ini budidaya udang vaname masih sangat prospektif untuk dikembangkan dan menjadi pilihan untuk dibudidayakan.

Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya udang vaname karena menyerap 60 – 70% dari total biaya operasional. Pemberian pakan yang sesuai kebutuhan akan memacu pertumbuhan dan perkembangan udang vaname secara optimal sehingga produktivitasnya bisa ditingkatkan. Pada prinsipnya

(14)

14 semakin padat penebaran benih udang berarti ketersediaan pakan alami semakin sedikit dan ketergantungan pada pakan buatan pun semakin meningkat. Pemberian pakan buatan didasarkan pada sifat dan tingkah laku makan udang vaname (Nuhman, 2009).

Untuk mengefisiensikan penggunaan pakan maka harus dibuat suatu sistem yang dapat membuat pakan tersebut dapat optimal dimanfaatkan seluruhnya oleh udang. Pemberian pakan buatan berbentuk pelet dapat mulai dilakukan sejak benur ditebar hingga udang siap panen. Namun ukuran dan jumlah pakan yang diberikan harus dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak mengalami kekurangan pakan (underfeeding) atau kelebihan pakan (overfeeding). Pemberian pakan dalam jumlah yang tepat dapat membuat udang tumbuh dan berkembang keukuran yang maksimal. Jumlah pakan harus disesuaikan dengan biomassa udang (Nuhman, 2009).

Berdasarkan kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di tambak binaaan PT. Central Proteina Prima Bulukumba Sulawesi Selatan, dengan judul Tugas Akhir “Manajemen Pemberian Pakan pada Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus

vannamei) di Tambak Intensif.

1.2 Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk menambah pengetahuan dalam menentukan program pakan serta untuk mengetahui efektivitas pemberian pakan pada pembesaran udang vaname di tambak intensif. Sedangkan kegunaan yang dapat diperoleh adalah untuk menambah wawasan tentang teknik

(15)

15 manajemen pakan sehingga nantinya pengetahuan yang diperoleh dapat diterapkan dalam rangka membuka peluang usaha setelah menyelesaikan studi pada Jurusan Budidaya Perikanan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

(16)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi udang vaname 2.1.1 Taksonomi

Pada awal perkembangan di Indonesia udang vaname disebut dengan sebutan udang putih. Taksonomi udang vaname menurut Wyban dan Sweney (1991) dalam Edhy dkk sebagai berikut :

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea Klas : Malacostraca Sub Klas : Eumalacostraca Superordo : Eucarida Ordo : Decapoda Subordo : Dendrobranchiata Famili : Penaeidae Genus : Litopenaeus Spesies : vannamei 2.1.2 Morfologi

Udang vaname adalah termasuk dalam penaeidae, karena itu sifat umum morfologi sama dengan udang windu. Badan beruas-ruas di mana pada setiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan. Anggota badan ini pada umumnya bercabang dua atau biramus. Tubuh udang secara morfologi dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu cephalotorax atau bagian kepala dan dada serta bagian abdomen dan perut. Bagian cephalotorax terlindung oleh kulit chitin yang

(17)

17 dinamakan carapace. Pada bagian perut (abdomen) terdapat lima pasang kaki renang yang terletak dimasing-masing ruas abdomen, sedangkan pada ruas keenam terdapat kaki renang yang telah berubah bentuk menjadi kipas (uropoda) yang ujungnya membentuk ujung ekor yang disebut dengan telson dan di bawahnya terdapat lubang dubur (anus). Alat kelamin jantan disebut petasma, yang terletak diantara kaki renang pertama, sedangkan alat kelamin udang betina disebut thelicum yang terletak antara kaki jalan dan kaki renang ( Suyanto dan Mudjiman, 2002). Morfologi udang vaname serta bagian organ tubuhnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Morfologi udang vaname (Litopenaeus vannamei) 2.1.3 Habitat dan Penyebaran

Habitat udang berbeda-beda tergantung pada jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Udang windu bersifat euryhaline yakni bisa hidup di laut yang berkadar garam tinggi hingga perairan payau yang berkadar garam rendah. Udang windu juga bersifat bentik, hidup pada permukaan dasar laut yang lumer (soft) terdiri atas campuran lumpur dan pasir terutama

(18)

18 perairan berbentuk teluk dengan aliran sungai yang besar dan pada stadium post

larva ditemukan disepanjang pantai di mana pasang terendah dan tertinggi

berfluktuasi sekitar 2 meter dengan aliran sungai kecil, dasarnya berpasir atau pasir lumpur (Amri, 2003).

Toro dan Soegiarto (1979) menyatakan bahwa hutan mangrove merupakan habitat udang. Hal ini ditandai oleh perpaduan antara tekstur dasar perairan hutan mangrove (berlumpur) dengan sistem perakaran vegetasi penyusun hutan mangrove, terlebih-lebih larva dan udang muda yang kondisinya masih lemah, akan berlindung dari serangan arus dan aliran air yang deras serta terhindar dari binatang pemangsa.

Pada siang hari, udang hanya membenamkan diri pada lumpur maupun menempelkan diri pada sesuatu benda yang terbenam dalam air (Soetomo, 2000). Apabila keadaan lingkungan tambak cukup baik, udang jarang sekali menampakkan diri pada siang hari. Apabila pada suatu tambak udang tampak aktif bergerak diwaktu siang hari, hal tersebut merupakan tanda bahwa ada yang tidak sesuai. Ketidakesuaian ini disebabkan oleh jumlah makanan yang kurang, kadar garam meningkat, suhu meningkat, kadar oksigen menurun, ataupun karena timbulnya senyawa-senyawa beracun (Suyanto dan Mujiman, 1994).

Penyebaran udang vaname meliputi wilayah Pasifik Barat, Teluk Meksiko, Panama, Peru, dan Ekuador. Sampai saat ini udang vaname paling banyak dibudidayakan di negara-negara sekitar Teluk Meksiko, Amerika Serikat bagian Selatan seperti Florida, Texas, Georgia, dan Carolina Selatan. Di Asia jenis udang vaname banyak dibudidayakan di Taiwan (Tricahyo 1995).

(19)

19 2.1.4 Siklus Hidup

Udang vaname bersifat nokturnal, yaitu melakukan aktivitas pada malam hari. Proses perkawinan ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Pada saat loncatan tersebut, betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat bersamaan, udang jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses perkawinan berlangsung sekitar satu menit. Sepasang udang vaname dapat menghasilkan 100.000-250.000 butir telur yang menghasilkan telur yang berukuran 0,22 mm. Siklus hidup udang vaname meliputi stadia nauplius, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post larva (Haliman dan Adijaya, 2005).

2.1.5 Makan dan Kebiasaan Makan

Menurut Haliman dan Dian (2005), udang vaname termasuk golongan omnivora atau pemakan segala. Beberapa sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polychaeta, larva kerang dan lumut. Selanjutnya menjelaskan bahwa udang vaname mencari dan mengidentifikasi pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setae). Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antena, dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakan. Untuk mendekati sumber pakan, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit, kemudian dimasukkan ke dalam mulut. Selanjutnya, pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan dan oesophagus. Bila pakan yang dikonsumsi terlalu besar, akan dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulut.

(20)

20 2.1.6 Pakan Buatan

Pakan buatan (artifical feed) adalah pakan yang sengaja dibuat dan disiapkan. Beberapa hal penting perlu diperhatikan selama pemberian pakan pada hewan budidaya, antara lain :

1. Gunakan pakan yang berkualitas dari hasil formulasi dengan menyediakan nutrien sesuai dengan kebutuhan organisme kultur yang akan dipelihara, diproduksi dengan kualitas baik dimana nutrien yang ada dapat tercerna secara maksimal

2. Gunakan pakan yang attraktif, palatabilitas tinggi, serta size/ukuran yang sesuai dengan hewan yang dipelihara

3. Pertahankan kualitas pakan melalui penyimpanan dan penangan yang baik dan benar

4. Berikan pakan pada kultivan dengan jumlah dan frekuensi yang tepat sesuai dengan jumlah dan ukuran populasi

5. Distribusikan pakan secara merata pada media budidaya (tambak, kolam dsb) sehingga semua udang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pakan, dan

6. Lakukan pengaturan pakan berdasarkan kualitas air dan nafsu makan udang (Abidin, 2011).

(21)

21 2.1.7 Kandungan Gizi Pakan Buatan

2.7.1 Protein

Protein penting untuk memfungsikan jaringan secara normal, untuk memelihara dan memperbaiki protein tubuh serta untuk pertumbuhan udang. Kebutuhan protein tersebut sekitar 2 – 3 kali lebih tinggi daripada kandungan nutrisi dari mamalia. Kebutuhan protein udang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu air, tingkat pemberian pakan, keberadaan dan kualitas pakan alami serta kandungan energi yang dapat dicerna pada pakan terutama protein yang lebih rendah (25 – 30%) dari udang yang dibudidayakan di subtropis (30 – 40%). Udang membutuhkan makanan yang mengandung protein dalam kisaran yang berbeda-beda, biasanya antara 20 – 60% sedangkan kebutuhan optimum berkisar antara 30 – 60%. Dimana protein tersebut bersumber dari tumbuhan (protein nabati) dan protein hewani (Mudjiman dan Suyanto, 2004).

2.7.2 Lemak

Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber energi sangat besar meskipun kadarnya dalam makanannya relatif kecil. Fungsi lemak dalam tubuh udang antara lain Sumber energi. Membantu penyerapan kalsium dan vitamin A dari makanan Asam lemak penting bagi udang adalah asam linolenat, asam lemak ini banyak terdapat pada bagian kepala udang, di dalam tubuh udang kelebihan lemak disimpan dalam bentuk trigliserida. Di samping asam lemak essensial udang juga membutuhkan kolesterol dalam makanannya, sebab udang tak mampu mensintesa nutrien tersebut dalam tubuh udang. Kolesterol berperan dalam proses moulting. Penambahan kolesterol di dalam

(22)

22 tubuh udang melalui makanan akan sangat berpengaruh pada kadar kolesterol, kebutuhan kolesterol diperkirakan sebanyak 0,5% (Anonim, 2010).

2.7.3 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan bagian dari bahan organik yang paling banyak terdapat dalam pakan dan dibutuhkan oleh tubuh. Peranan karbohidrat adalah: a) sumber energi; b) pembakar lemak; c) memperkecil penggunaan protein menjadi energi; d) menambah cita rasa; dan e) memelihara kesehatan dan fungsi normal alat pencernaan (Christiyanto dan Sunarso, 2010)

2.7.4 Vitamin

Vitamin secara umum dikenal sebagai senyawa organik yang diperlukan dalam jumlah sedikit, tetapi sangat penting artinya untuk perbaikan, pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan udang. Beberapa jenis vitamin yang dibutuhkan udang antara lain; vitamin A, vitamin D3, vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin B12 dan vitamin C (Khairul dan Iskandar, 2008).

2.7.5 Mineral

Mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan udang dalam jumlah yang sedikit, tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Berbagai proses di dalam tubuh memerlukan zat-zat mineral. Fungsi utama mineral adalah sebagai komponen utama dalam struktur gigi dan tulang eksoskeleton, menjaga keseimbangan asam basa serta menjaga keseimbangan tekanan osmosis dengan lingkungan perairan. Kebutuhan mineral bagi udang dan ikan sangat tergantung pada konsentrasi air tempat budidaya. Udang memerlukan mineral tertentu untuk ganti kulit karena selama ganti kulit, ekseskeleton yang lepas banyak mengandung mineral (Kordi , 2010).

(23)

23 Penambahan mineral dalam pakan yang berlebih justru akan berakibat negatif bagi pertumbuhan udang budidaya karena dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan. Gejala defisiensi mineral pada umumnya tidak disebabkan oleh kadarnya yang rendah tetapi lebih sering terjadi karena ketidakseimbangan antara mineral dan nutrisi lainnya. (Kordi , 2010)

2.8 Sifat Fisik Pakan

2.8.1 Stabilitas Pakan Dalam Air

Stabilitas pakan atau ketahanan pakan dalam air mutlak dimiliki oleh suatu pakan mengingat sifat biologis udang yang mengonsumsi makanan secara lambat dan terus menerus. Stabilitas pakan dalam air merupakan faktor penting dalam menentukan efisiensi pakan secara langsung dapat mempengaruhi tingkat rasio konversi pakan. Pakan yang tidak stabil dan cepat terurai dalam air merupakan pemborosan dan dapat menimbulkan pencemaran air yang akhirnya menurunkan kualitas air dalam tambak (Harris,1985 dalam Naharuddin, 2008).

Sifat pakan udang yang berbeda dari udang menuntut adanya tarik dan kestabilan pakan yang baik agar pakan dapat dimanfaatkan secara baik dan efisien sebelum larut atau terurai dalam air. Larutnya pakan dalam air sebelum dimanfaatkan oleh udang akan berakibat terhadap kualitas air, namun kehilangan sebagian kecil nutrien dalam waktu perendaman tertentu masih belum dapat mempengaruhi pertumbuhan udang (Mokoginta, 1988 dalam Naharuddin, 2008). 2.8.2 Aroma dan Rasa Pakan

Suatu pakan dengan kandungan nutrien yang cukup tinggi dan seimbang akan menjadi tidak berarti apabila tidak dimakan oleh udang, oleh karena pakan tidak mengalami aroma dan rasa yang disukai oleh udang. Attractan sebagai

(24)

24 sumber aroma dapat keluar dari pellet yang kemudian ditangkap melalui

chemoreceptor yang terdapat diseluruh bagian tubuh udang. Pakan yang memiliki

aroma baik akan menarik udang untuk menghampirinya dan rasa yang disukai oleh udang sehingga akan terus memakannya tanpa rasa terganggu (Akiyama

(25)

25

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan selama bulan Januari sampai April 2019 di tambak binaaan PT Central Proteina Prima Probolinggo Jawa Timur. 3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan adalah sesuatu yang digunakan yang habis dipakai. Adapun bahan yang digunakan selama pemeliharaan udang vaname di tambak binaaan PT Central Proteina Prima Probolinggo Jawa Timur, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Bahan dan Kegunaan

No Bahan Spesifikasi Kegunaan

1. (CaMg(CO3)2) - Meningkatkan alkalinitas

2. Kapur kaptan (CaCO3)

- Menetralkan pH air

3. Pakan buatan - Sebagai sumber protein udang

4. Probiotik(Super

NB, Bio solution) -

Menguraikan bahan organik pada tambak dan memperbaiki kualitas air

5. Crustacide - Membunuh hama (ikan) yang ada

dalam tambak

(26)

26 3.2.2 Alat

Alat adalah sesuatu yang digunakan yang tidak habis pakai. Adapun alat yang digunakan selama pemeliharaan udang vaname di tambak binaaan PT Central Proteina Prima Bulukumba Sulawesi Selatan, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Alat dan kegunaan.

No Alat Spesifik Kegunaan

1. Anco - Pengontrol pakan dan kesehatan

udang

2. Do Meter - Pengukur oksigen terlarut dan suhu

3. Ember dan

gayung - Tempat pakan dan pengaporitan

4. Genset 1520 kw Sumber listrik

5. Jala lempar 2 meter Pengambil sampel udang

6. Keranjang /

Basket - Tempat udang

7. Kincir 1 Horse

power Penyuplai oksigen 8. Patok, obeng,

palu, dan kabel - Alat bantu dalam setting kincir

9. pH meter - Pengukur pH air tambak

10. Pipa Paralon 4 Dim Pendistribusi air dari tandon ke petakan

11. Pompa 3 dan 4 Dim Pengisian dan pengeluaran air

12. Seser - Alat pengangkatan lumut

13. Tambak 700 m2 Wadah budidaya

14. Timbangan

digital -

Alat menimbang udang saat sampling

3.3 METODE PENGUMPULAN DATA

Data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah menggunakan data primer dan sekunder.

(27)

27 3.3.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan dari sumber informan pertama yang diperoleh dari hasil observasi ke lapangan secara langsung dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian dan data-data mengenai informasi. 3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dan disusun dari hasil wawancara dengan teknisi atau pembimbing lapangan dan studi pustaka yang relevan dengan kegiatan praktik lapangan khususnya tehnik budidaya udang vaname.

3.4 METODE PELAKSANAAN 3.4.1 Pemberian Pakan

 Alat dan bahan disiapkan.

 Pakan ditimbang sesuai dengan takaran.

 Pakan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam ember yang telah disediakan.

 Tebar pakan secara merata pada petakan. 3.4.2 Pengontrolan Anco

 Anco diangkat secara perlahan-lahan dengan menggunakan pengait (tali) anco.

 Pengamatan dilakukan terhadap sisa pakan, kotoran udang dan pada usus udang.

 Anco dibersihkan lalu ditempatkan di jembatan anco. 3.4.3 Sampling Pertumbuhan

(28)

28  Alat dan bahan disiapkan.

 Jala dilempar pada salah satu titik petakan tambak.  Styrofoam diisi dengan air media pemeliharaan.

 Udang yang tertangkap pada jala dimasukkan ke dalam sterefoam yang telah berisi air.

 Udang dimasukkan ke dalam keranjang kecil.  Udang ditimbang dan hasilnya dicatat.

 Udang dimasukkan kembali ke dalam sterefoam dan dihitung.  Udang dimasukkan kembali ke dalam petakan tambak.

 Berat rata-rata sampling (Average Body Weight) dan pertambahan berat harian (Average daily gain) dihitung.

3.4.4 Panen

 Alat dan bahan disiapkan.

 Jaring kondom panen kemudian dipasang pada pintu pengeluaran.  Pintu pengeluaran dibuka

 Setelah air pada petakan mengyusut maka di lakukan pengambilan dengan menggunakan jala kemudian diangkat untuk dibawa ke tempat proses pasca panen.

3.4.5 Pasca Panen

 Alat dan bahan disiapkan.

 Udang dari hasil panen dimasukkan ke dalam keranjang volume 25 kg dan dicuci bersih.

 Udang yang telah bersih diseleksi (sortir) untuk menentukan udang yang layak dan tidak layak untuk dijual.

(29)

29  Kemudian udang yang dinyatakan layak jual ditimbang.

 Udang yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam bak yang telah berisi es.

 Udang dimuat dengan menggunakan mobil truk untuk pemasaran. 3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data

3.5.1 Parameter yang Diamati Pengukuran Oksigen Terlarut

 Alat dan bahan disiapkan

 DO meter diaktifkan dengan menekan tombol on/off  Bagian sensor dimasukkan dalam air petakan

 Angka yang menunjukkan DO pada layar dicatat. Pengukuran pH Air

 Alat dan bahan disiapkan

 Air diambil dengan menggunakan gelas .  Tekan tombol on/off

 Ujung pH meter dicelupkan pada sampel air selama ± 30 detik  Nilai pH adalah ketika nilai layar pH stabil

 Ujung pH meter dicuci dengan aquades lalu dibersihkan dengan tissu. Pengukuran Suhu

 Alat dan bahan disiapkan

 Menarik tali Thermometer yang telah di sediakan di petakan tambak  Mengamati keadaan suhu di dalam petakan dengan melihat air raksa pada

kaca thermometer

(30)

30 Pengukuran kecerahan

 Menyiapkan alat dan bahan

 Memasukkan secchi disk kadalam wadah budidaya

 Melihat ukuran pada gagang secchi disk saat warna hitam putih dari secchi disk terlihat agak buram

 Menulis hasil pengukuran yang telah di dapat kan 3.5.2 Analisis Data

ABW (Average Body Weight)

ABW adalah Berat rata rata udang/ekor.

Rumus = Berat timbangan udang (Gram) : Jumlah udang (ekor) ADG (Average Daily Gain)

ADG adalah Pertambahan berat harian.

Rumus = ABW II (Gram) - ABW I (Gram) : Periode sampling (Hari). SR (Survival Rate)

SR adalah Tingkat kelangsungan hidup.

Rumus = (Jumlah udang yang hidup : Jumlah tebar) × 100%. Feed/Day (Pakan per hari)

F/D adalah Jumlah pakan yang diberikan dalam 1 hari Rumus = Jumlah tebar (Ekor) x %FR x 100

Size Biomassa

Biomassa adalah Jumlah total berat udang yang ada di tambak (kg) Rumus = Pakan per hari (kg) x 100

(31)

31 FR (Feeding Rate)

FR adalah Persentase pakan udang per Hari Rumus = Pakan perhari (kg) x 100

Biomassa (kg) FCR (Feed Convertion Ratio)

FCR adalah Perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan berat udang yang dihasilkan.

Gambar

Gambar 1. Morfologi udang vaname (Litopenaeus vannamei)
Tabel 2.  Alat dan kegunaan.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah untuk memperkuat penguasaan manajemen pemberian pakan alami (Artemia sp) pada larva udang vaname (Litopenaeus

Pakan buatan (artifical feed) adalah pakan yang sengaja dibuat dan disiapkan.Beberapa hal penting perlu diperhatikan selama pemberian pakan pada hewan budidaya, antara

Plankton mempunyai banyak fungsi, antara lain sebagai pakan alami, penyangga (buffer) terhadap intensitas cahaya matahari dan sebagai indikator biologi dengan

Dari penulisan tugas akhir ini dapat dilihat bahwa sistem kegiatan pengelolaan budidaya pembesaran pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif PT?.

Dari kegiatan budidaya udang vaname di tambak intensif, pemanenan dilakukan pada umur 113 hari dengan hasil panen yang diperoleh adalah 3.634 kg dan hasil ini

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis masih diberi kesehatan, kesempatan dan setitik ilmu

Udang vaname merupakan salah satu jenis udang yang memiliki pertumbuhan cepat dan nafsu makan yang tinggi, namun ukuran yang dicapai pada saat dewasa lebih

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan kualitas air budidaya udang vaname pada tambak intensif yang berlangsung di UD.Sukses Sejahtera Bali, dengan menggunakan tambak plastik