• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Asertivitas pada Siswa dengan Kurikulum Nasional Plus di SMAK "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Derajat Asertivitas pada Siswa dengan Kurikulum Nasional Plus di SMAK "X" Bandung."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

Penelitian ini mengambil judul

Studi Deskriptif Mengenai Derajat

Asertivitas pada Siswa dengan Kurikulum Nasional Plus di SMAK “X” Bandung.

maksud diadakannya penelitian ini adalah

untuk memperoleh gambaran tentang

derajat asertivitas pada siswa dengan kurikulum nasional plus di SMAK “X”

Bandung, berdasarkan teori

Rathus (1978)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Populasi yang

menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI di SMAK “X”

Bandung, dengan ukuran sampel sebanyak 72 orang siswa. Alat ukur yang

digunakan untuk menjaring asertivitas adalah RAS (The Rathus Assertiveness

Schedule), dari Rathus dan Nevid yang dimodifikasi oleh peneliti, terdiri atas 40

item. Hasil uji coba alat ukur menunjukkan nilai validitas antara 0,232-0,724 dengan

nilai reliabilitas 0,80. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa lebih banyak

responden yang memiliki derajat asertivitas rendah (55,6%); dan berdasarkan hasil

analisis indikator-indikator yang ada responden yang memiliki derajat asertivitas

tinggi, mayoritas selalu menampilkan cara efektif untuk mengungkapkan

ketidaksepakatan dan menampilkan respon melawan rasa takut.

Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyarankan perlu diadakan penelitian

lebih rinci berdasarkan indikator-indikator yang ada, perlu diadakan penelitian lebih

lanjut untuk membandingkan derajat asertivitas pada siswa dengan kurikulum

nasional plus dengan siswa dengan kurikulum nasional yang biasa, dan

perlu

diadakan penelitian lebih rinci mengenai hubungan self-esteem dengan derajat

asertivitas siswa.

(2)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………..i

Daftar isi ………..iv

Daftar Tabel ……….vi

Daftar Bagan ………...vii

Daftar Lampiran ………viii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah ..………..1

1.2

Identifikasi Masalah ………..……….6

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian ………...…………6

1.4

Kegunaan Penelitian ………...………7

1.5

Kerangka Pemikiran ………...…8

1.6

Asumsi ………..………....14

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Asertivitas ………...………...…...15

2.2 Teori

Adolescence

..……….……….………...30

2.3 Sekilas tentang SMAK “X” Bandung ……….………...37

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ...……….…………39

(3)

Universitas Kristen Maranatha

3.3 Alat Ukur ………..………..………...…..40

3.4 Sampel Penelitian .………..………...46

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden ...48

4.2 Hasil Penelitian ...51

4.3 Pembahasan ...55

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...59

5.2 Saran...59

Daftar Pustaka...61

(4)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator dan Nomor Item Pernyataan Kuesioner Derajat Asertivitas .... 45

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Usia ... 48

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Kelas ... 49

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Derajat Asertivitas dengan Cara Asuh Orang tua ... 49

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Derajat Asertivitas dengan

peer group

... 50

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Derajat Asertivitas dengan kegiatan sekolah ... 50

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Derajat Asertivitas dengan

self-esteem

... 51

Tabel 4.8 Derajat Asertivitas Seluruh Responden ... 51

(5)

vii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran ...13

(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Validitas dan Reliabikitas Alat Ukur Derajat Asertivitas

Lampiran 2. Kisi-kisi Alat Ukur dan Alat Ukur Derajat Asertivitas

Lampiran 3. Pengolahan Data Derajat Asertivitas

Lampiran 4. Distribusi Frekuensi

(7)

Lampiran 1

Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur derajat Asertivitas

Validitas Alat Ukur

No Item

Validitas

Kriteria

1.

0,376

direvisi

2.

0,478

diterima

3.

0,455

diterima

4.

0,299

direvisi

5.

0,330

direvisi

6.

0,467

diterima

7.

0,379

direvisi

8.

0,282

direvisi

9.

0,519

diterima

10.

0,592

diterima

11.

0,263

direvisi

12.

0,328

direvisi

13.

0,654

diterima

14.

0,380

direvisi

15.

0,308

direvisi

16.

0,554

diterima

17.

0,576

diterima

18.

0,494

diterima

19.

0,320

direvisi

20.

0,312

direvisi

21.

0,357

direvisi

22.

0,413

diterima

23.

0,467

diterima

24.

0,415

diterima

(8)

26.

0,530

diterima

27.

0,362

direvisi

28.

0,232

direvisi

29.

0,525

diterima

30.

0,494

diterima

31.

0,498

diterima

32.

0,556

diterima

33.

0,378

direvisi

34.

0,227

direvisi

35.

0,724

diterima

36.

0,377

direvisi

37.

0,333

direvisi

38.

0,275

direvisi

39.

0,242

direvisi

40.

0,468

diterima

(9)

Lampiran 2

Kisi-Kisi Alat Ukur

Indikator

Pernyataan

Item

positif

3.

18.

Jika sedang rapat kelas, saya berani

mengemukakan pendapat di depan

teman-teman.

Bila seseorang terkenal yang mempunyai

kedudukan lebih tinggi dari saya membuat

pernyataan yang tidak benar, saya berani

mengungkapkan pandangan saya yang

berbeda dengannya.

Berani mengemukakan

hak-pendapat untuk

mencapai tujuan tertentu

Item

negatif

1.

12.

Saya tidak berani mengemukakan

pendapat di depan teman sekelas saya.

Saya merasa segan untuk menyampaikan

pendapat saya kepada teman-teman saya,

walaupun saya pikir pendapat saya benar.

Item

positif

21.

29.

Saya berani untuk menceritakan perasaan

yang saya alami kepada orang lain.

Ketika sedang kesal, saya dapat

mengungkapkan perasaan saya dengan

baik.

Pengungkapan perasaan

kepada orang lain dengan

spontan dan tidak

berlebihan

Item

negatif

4.

24.

Bila kesal terhadap teman, saya akan diam

saja, dan memendam perasaan saya.

Saya cenderung untuk menahan perasaan

saya, karena khawatir menimbulkan

persoalan.

Menyapa dan memberi

salam kepada orang lain,

membuka percakapan

dengan orang lain.

Item

positif

10.

31.

Saya berani memulai percakapan dengan

orang yang belum saya kenal.

Saya akan menyapa terlebih dahulu, bila

(10)

Item

negatif

8.

9.

Bila ada teman baru di kelas saya, saya

ragu untuk memulai mengajaknya

berbincang-bincang.

Dalam memasuki lingkungan baru saya

biasanya diam saja dan tidak memulai

untuk membuka percakapan.

Item

positif

22.

27.

Bila seseorang menyebarkan cerita yang

tidak benar mengenai diri saya, saya akan

menemui orang tersebut secepat mungkin

untuk membicarakan hal tersebut

dengannya.

Bila ada teman saya yang bertengkar, saya

akan berusaha mendamaikan mereka.

Menampilkan cara efektif

untuk mengungkapkan

ketidaksepakatan

Item

negatif

14.

15.

Saya merasa segan untuk menukarkan

barang yang sudah saya beli dan ternyata

keliru karena pelayan memberi barang

yang berbeda.

Saya akan diam saja bila ada orang yang

lebih tua menyatakan hal yang tidak benar

tentang diri saya.

Menanyakan alasan bila

dimintai untuk melakukan

sesuatu

Item

positif

6.

37.

Bila saya diminta melakukan sesuatu, saya

akan menanyakan alasannya.

Bila ada teman yang minta tolong untuk

mengerjakan tugas, saya akan

menanyakan kepadanya mengapa ia tidak

(11)

Item

negatif

17.

25.

Saya merasa enggan untuk bertanya

kembali bila saya tidak mengerti tentang

tugas yang diberikan guru kepada saya.

Saya akan langsung mengerjakan apa yang

diminta guru saya kepada saya tanpa

menanyakan alasannya.

Item

positif

20.

33.

Saya menceritakan dengan lancar

pengalaman berlibur saya kepada

teman-teman.

Saya memberitahukan semua hasil

ulangan saya kepada teman-teman saya.

Berbicara mengenai diri

sendiri atau pengalaman

yang menarik

Item

negatif

32.

38.

Bila saya diminta menceritakan

pengalaman yang menarik, saya tidak

berani menceritakan di depan orang lain

karena malu.

Jika ulangan saya mendapatkan hasil yang

buruk, saya tidak memberitahukannya

kepada orang tua saya.

Menghargai pujian atau

kritik dari orang lain

Item

positif

34.

39.

Bila hasil pekerjaan saya mendapat

kritikan, saya akan berterima kasih dan

berusaha memperbaikinya.

Bila ada teman memuji hasil pekerjaan

saya, saya menerima pujian itu secara

(12)

Item

negatif

11.

19.

Saya merasa malu bila guru memuji saya

di depan teman-teman saya.

Saya merasa rendah diri, bila ada

seseorang yang mengkritik hasil pekerjaan

saya.

Item

positif

5.

16.

Saya berani menolak pendapat teman saya

yang menurut saya tidak tepat.

Saya akan mengajukan pertanyaan

terhadap pendapat orang lain yang

menurut saya tidak tepat.

Menolak untuk menerima

begitu saja pendapat orang

lain

Item

negatif

2.

23.

Saya tidak berani menolak permintaan

orang lain karena merasa tidak enak

terhadap orang tersebut.

Saya sulit untuk mengatakan ‘tidak setuju’

sekalipun terhadap pendapat yang menurut

saya keliru.

Item

positif

26.

35.

Saya dapat menjaga kontak mata dengan

baik bila sedang berbicara di depan kelas.

Saya dapat menjaga kontak mata ketika

berbicara dengan guru.

Menatap lawan bicara

ketika berbicara

Item

negatif

13.

40.

Bila berbicara dengan kepala sekolah saya

enggan menatap mata beliau.

Jika sedang membicarakan hasil ulangan

dengan orang tua, saya lebih sering

(13)

Item

positif

28.

36.

Saya akan memaksakan diri untuk terus

berkata-kata, bila saya merasa takut ketika

berbicara di depan kelas.

Saya akan tetap menolak pendapat teman

saya yang menurut saya salah walaupun

saya merasa segan kepadanya.

Menampilkan respon

melawan rasa takut

Item

negatif

7.

30.

Saya tidak akan berbuat apa-apa ketika

teman saya bertengkar di depan saya,

karena merasa takut.

Saya akan diam dan tidak berbuat apa-apa

ketika saya merasa takut untuk

(14)
(15)

KATA PENGANTAR

Kami mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Marantha sedang

melakukan penelitian mengenai derajat asertivitas siswa.

Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengharapakan bantuan saudara untuk

mengisi daftar pernyataan yang telah kami susun. Data yang saudara berikan akan sangat

bermanfaat bagi penelitian yang kami lakukan. Oleh karena itu, kepada saudara

diharapkan agar mengisi daftar pernyataan itu dengan sungguh-sungguh, sejujur-jujurnya,

dan benar-benar menggambarkan keadaan diri saudara yang sesungguhnya. Semua

data bersifat rahasia dan akan dipergunakan hanya untuk keperluan penelitian ini

saja.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan

dan kerjasama saudara.

Bandung, April 2006

(16)

DATA PRIBADI

Usia : ………..tahun

Kelas : ………..

Jenis kelamin : laki-laki / Perempuan*)

Suku Bangsa : ………

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan cara memberi tanda silang (X)

pada pilihan jawaban yang sesuai dengan diri saudara dan mengisi titik-titik dengan

singkat dan jelas.

1.

Apakah orang tua anda memberikan kesempatan kepada anda untuk

mengemukakan pendapat?

a.

Ya

b.

Tidak

Alasan : ………..

2.

Apakah teman-teman kelompok anda membuat anda menjadi berani untuk

mengemukakan pendapat?

a.

Ya

b.

Tidak

Alasan : ………..

3.

Apakah kegiatan yang ada di sekolah mendorong anda untuk berani tampil di

muka umum?

(17)

b.

Tidak

Alasan : ………..

4.

Dengan menyadari kelebihan dan kekurangan diri, secara umum anda menilai diri

anda tergolong dalam kategori :

a.

Tinggi

b.

Sedang

(18)

KUESIONER DERAJAT ASERTIVITAS

Petunjuk pengisian

Pada kuesioner ini terdapat sejumlah kalimat pernyataan tentang hal-hal yang

pernah kalian rasakan atau kalian lakukan. Jawaban-jawaban yang harus kalian pilih

tediri dari empat (4) pilihan jawaban, yaitu :

SLL = Selalu

SRG = Sering

JRG = Jarang

TP = Tidak Pernah

Tugas adik adalah menjawab pernyataan-pernyataan yang diajukan dengan jujur,

jawaban adik tidak ada yang salah atau benar. Oleh karena itu, kalian dapat menjawab

sesuai dengan perasaan dan sesuai dengan diri kalian. Bekerjalah dengan teliti, jangan

sampai ada nomor yang terlewat atau dikosongkan.

(19)

No.

Pernyataan

SLL SRG JRG TP

1.

Saya tidak berani mengemukakan pendapat di

depan teman sekelas saya.

2.

Saya tidak berani menolak permintaan orang lain

karena merasa tidak enak terhadap orang tersebut.

3.

Jika sedang rapat kelas, saya berani

mengemukakan pendapat di depan teman-teman.

4.

Bila kesal terhadap teman, saya akan diam saja,

dan memendam perasaan saya.

5.

Saya berani menolak pendapat teman saya yang

menurut saya tidak tepat.

6.

Bila saya diminta melakukan sesuatu, saya akan

menanyakan alasannya.

7.

Saya tidak akan berbuat apa-apa ketika teman

saya bertengkar di depan saya, karena merasa

takut.

8.

Bila ada teman baru di kelas saya, saya ragu

untuk memulai mengajaknya berbincang-bincang.

9.

Dalam memasuki lingkungan baru saya biasanya

diam saja dan tidak memulai untuk membuka

percakapan.

10.

Saya berani memulai percakapan dengan orang

(20)

11.

Saya merasa malu bila guru memuji saya di

depan teman-teman saya.

12.

Saya merasa segan untuk menyampaikan

pendapat saya kepada teman-teman saya,

walaupun saya pikir pendapat saya benar.

13.

Bila berbicara dengan kepala sekolah saya

enggan menatap mata beliau.

14.

Saya merasa segan untuk menukarkan barang

yang sudah saya beli dan ternyata keliru karena

pelayan memberi barang yang berbeda.

15.

Saya akan diam saja bila ada orang yang lebih tua

menyatakan hal yang tidak benar tentang diri

saya.

16.

Saya akan mengajukan pertanyaan terhadap

pendapat orang lain yang menurut saya tidak

tepat.

17.

Saya merasa enggan untuk bertanya kembali bila

saya tidak mengerti tentang tugas yang diberikan

guru kepada saya.

18.

Bila seseorang terkenal yang mempunyai

kedudukan lebih tinggi dari saya membuat

pernyataan yang tidak benar, saya berani

(21)

dengannya.

19.

Saya merasa rendah diri, bila ada seseorang yang

mengkritik hasil pekerjaan saya.

20.

Saya menceritakan dengan lancar pengalaman

berlibur saya kepada teman-teman.

21.

Saya berani untuk menceritakan perasaan yang

saya alami kepada orang lain.

22.

Bila seseorang menyebarkan cerita yang tidak

benar mengenai diri saya, saya akan menemui

orang tersebut secepat mungkin untuk

membicarakan hal tersebut dengannya.

23.

Saya sulit untuk mengatakan ‘tidak setuju’

sekalipun terhadap pendapat yang menurut saya

keliru.

24.

Saya cenderung untuk menahan perasaan saya,

karena khawatir menimbulkan persoalan.

25.

Saya akan langsung mengerjakan apa yang

diminta guru saya kepada saya tanpa menanyakan

alasannya.

26.

Saya dapat menjaga kontak mata dengan baik bila

sedang berbicara di depan kelas.

27.

Bila ada teman saya yang bertengkar, saya akan

(22)

28.

Saya akan memaksakan diri untuk terus

berkata-kata, bila saya merasa takut ketika berbicara di

depan kelas.

29.

Ketika sedang kesal, saya dapat mengungkapkan

perasaan saya dengan baik.

30.

Saya akan diam dan tidak berbuat apa-apa ketika

saya merasa takut untuk menyatakan pendapat di

depan kelas.

31.

Saya akan menyapa terlebih dahulu, bila saya

berpapasan dengan pegawai sekolah.

32.

Bila saya diminta menceritakan pengalaman yang

menarik, saya tidak berani menceritakan di depan

orang lain karena malu.

33.

Saya memberitahukan semua hasil ulangan saya

kepada teman-teman saya.

34.

Bila hasil pekerjaan saya mendapat kritikan, saya

akan berterima kasih dan berusaha

memperbaikinya.

35. Saya dapat menjaga kontak mata ketika berbicara

dengan guru.

36.

Saya akan tetap menolak pendapat teman saya

yang menurut saya salah walaupun saya merasa

(23)

37.

Bila ada teman yang minta tolong untuk

mengerjakan tugas, saya akan menanyakan

kepadanya mengapa ia tidak mengerjakannya

sendiri.

38.

Jika ulangan saya mendapatkan hasil yang buruk,

saya tidak memberitahukannya kepada orang tua

saya.

39.

Bila ada teman memuji hasil pekerjaan saya, saya

menerima pujian itu secara terbuka dan

mengucapkan terima kasih.

40.

Jika sedang membicarakan hasil ulangan dengan

orang tua, saya lebih sering menunduk daripada

(24)

Lampiran 3

Pengolahan data derajat asertivitas

No data penunjang Item Total Kriteria

(25)
(26)

Lampiran 4 Tabulasi Silang

sex F %

Laki 33 45.833333 Perempuan 39 54.166667

72 100

Orang tua memberikan kesempatan kepada Anda untuk mengemukakan pendapat

F %

Ya 69 95.833333 Tidak 3 4.1666667

72 100

Teman-teman kelompok Anda membuat anda menjadi berani untuk mengemukakan pendapat F %

Ya 66 91.666667 Tidak 6 8.3333333

72 100

Kegaian yang ada disekolah mendorong anda untuk berani tampil di muka umum

F %

Ya 62 86.111111 Tidak 10 13.888889

72 100

0

Dengan menyadari kelebihan dan kekurangan diri secara umum anda menilai diri anda tergolong dalam kategori

F %

Tinggi 10 13.888889 Sedang 58 80.555556

(27)

Lampiran 5 Tabulasi Silang

DERAJAT * SEX Crosstabulation

Jenis kelamin Total

L P

Jumlah 22 18 40

% within Derajat 55 45 100 % within Jenis kelamin 66.67 46.15 55.56 Rendah

% of Total 30.56 25 55.56

Jumlah 11 21 32

% within Derajat 34.375 65.625 100 % within Jenis kelamin 33.33 53.85 44.44 Derajat

asertivitas

Tinggi

% of Total 15.28 29.17 44.44

Jumlah 33 39 72

% within Derajat 45.83 54.17 100 % within Jenis kelamin 100 100 100 Total

% of Total 45.83 54.17 100

DERAJAT * USIA Crosstabulation

USIA

15 thn 16 thn 17 thn

18 thn 19 thn 21 thn Total

Count 6 15 14 4 1 0 40

% within Derajat 15 37.5 35 10 2.5 0 100 % within USIA 60 46.875 60.87 80 100 0 55.56 Rendah

% of Total 8.33 20.83 19.44 5.56 1.39 0 55.56

Count 4 17 9 1 0 1 32

% within Derajat 12.5 53.125 28.125 3.125 0 3.125 100 % within USIA 40 53.125 39.13 20 0 100 44.44 Derajat

asertivitas

Tinggi

% of Total 5.56 23.61 12.5 1.39 0 1.39 44.44

Count 10 32 23 5 1 1 72

% within Derajat 13.89 44.44 31.94 6.94 1.39 1.39 100 % within USIA 100 100 100 100 100 100 100 Total

% of Total 13.89 44.44 31.94 6.94 1.39 1.39 100

DERAJAT * KELAS Crosstabulation

KELAS Total

10 11

Count 20 20 40

% within Derajat 50 50 100 % within KELAS 57.14 54.05 55.56 Rendah

% of Total 27.78 27.78 55.56

Count 15 17 32

% within Derajat 46.87 53.13 100 Derajat

asertivitas

Tinggi

(28)

% of Total 20.83 23.61 44.44

Count 35 37 72

% within Derajat 48.61 51.39 100

% within KELAS 100 100 100

Total

% of Total 48.61 51.39 100

DERAJAT * no1 Crosstabulation

Orang tua memberikan kesempatan mengemukakan

pendapaat Total

Tidak Ya

Jumlah 1 39 40

% within Derajat 2.5 97.5 100 % within orang tua 50 55.71 55.56 Rendah

% of Total 1.39 54.17 55.56

Jumlah 1 31 32

% within Derajat 3.125 96.87 100 % within orang tua 50 44.29 44.44 Derajat

asertivitas

Tinggi

% of Total 1.39 43.06 44.44

Jumlah 2 70 72

% within Derajat 2.78 97.22 100 % within orang tua 100 100 100 Total

% of Total 2.78 97.22 100

DERAJAT * no2 Crosstabulation

Teman Kelompok

membuat anda berani Total

Tidak Ya

Jumlah 3 37 40

% within Derajat 7.5 92.5 100 % within teman-teman 50 56.06060606 55.55555556 Rendah

% of Total 4.1666667 51.38888889 55.55555556

Jumlah 3 29 32

% within Derajat 9.375 90.625 100 % within teman-teman 50 43.93939394 44.44444444 Derajat

asertivitas

Tinggi

% of Total 4.1666667 40.27777778 44.44444444

Jumlah 6 66 72

% within Derajat 8.3333333 91.66666667 100 % within teman-teman 100 100 100 Total

% of Total 8.3333333 91.66666667 100

DERAJAT * no3 Crosstabulation

Kegiatan sekolah

mendorong untuk berani Total

Tidak Ya

Jumlah 6 34 40

% within Derajat 15 85 100 % within kegiatan sekolah 60 54.84 55.56 Derajat

asertivitas

Rendah

(29)

Jumlah 4 28 32 % within Derajat 12.5 87.5 100 % within kegiatan sekolah 40 45.16 44.44 Tinggi

% of Total 5.56 38.89 44.44

Jumlah 10 62 72

% within Derajat 13.89 86.11 100 % within kegiatan sekolah 100 100 100 Total

% of Total 13.89 86.11 100

DERAJAT * no4 Crosstabulation

Kelebihan & kekurangan diri Total

Rendah Sedang Tinggi

Jumlah 4 33 3 40

% within Derajat 10 82.5 7.5 100 % within kelebihan &

kekurangan 100 55.93 33.33 55.56 Rendah

% of Total 5.56 45.83 4.17 55.56

Jumlah 0 26 6 32

% within Derajat 0 81.25 18.75 100 % within kelebihan &

kekurangan 0 44.07 66.67 44.44 Derajat

asertivitas

Tinggi

% of Total 0 36.11 8.33 44.44

Jumlah 4 59 9 72

% within Derajat 5.56 81.94 12.5 100

% within kelebihan &

kekurangan 100 100 100 100

Total

(30)

Lampiran 6

Distribusi frekuensi indikator pada siswa dengan derajat asertivitas rendah dan tinggi

derajat asertivitas rendah derajat asertivitas tinggi

Indikator Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

Jumlah Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

Jumlah

1. Berani mengungkapkan pendapat 0 (0%) 20 (50%) 20 (50%) 0 (0%) 40 (100%) 0 (0%) 2 (6,25%) 29 (90,63%) 1 (3,13%) 32 (100%)

2. Pengungkapan perasaan kepada orang lain dengan spontan dan tidak berlebihan

0 (0%) 4 (10%) 30 (75%) 6 (15%) 40 (100%) 0 (0%) 1 (3,13%) 21 (65,63%) 10 (31,25%) 32 (100%)

3. Menyapa dan memberi salam pada orang lain, membuka percakapan dengan orang lain

0 (0%) 10 (25%) 30 (75%) 0 (0%) 40 (100%) 0 (0%) 2 (6,25%) 26 (81,25%) 4 (12,5%) 32 (100%)

4. Menampilkan cara efektif untuk mengungkapkan ketidaksepakatan 0 (0%) 6 (15%) 27 (67,5%) 7 (17,5%) 40 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 8 (25%) 24 (75%) 32 (100%)

5. Menanyakan alasan bila dimintai untuk melakukan sesuatu 0 (0%) 7 (17,5%) 32 (80%) 1 (2,5%) 40 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 24 (75%) 8 (25%) 32 (100%)

6. Berbicara mengenai diri sendiri atau pengalaman yang menarik 1 (2,5%) 14 (35%) 23 (57,5%) 2 (5%) 40 (100%) 0 (0%) 4 (12,5%) 23 (71,88%) 5 (15,63%) 32 (100%)

7. Menghargai pujian atau kritik dari orang lain

0 (0%) 14 (35%) 25 (62,5%) 1 (2,5%) 40 (100%) 0 (0%) 4 (12,5%) 26 (81,25%) 2 (6,25%) 32 (100%)

8. Menolak untuk menerima begitu saja pendapat orang lain 0 (0%) 12 (30%) 28 (70%) 0 (0%) 40 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 25 (78,13%) 7 (21,88%) 32 (100%)

9 Menatap lawan bicara ketika berbicara 0 (0%) 12 (30%) 27 (67,5%) 1 (2,5%) 40 (100%) 0 (0%) 1 (3,13%) 28 (87,5%) 3 (9,38%) 32 (100%)

10. Menampilkan respon melawan rasa takut

(31)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

pendapatnya, berani tampil di muka umum, memiliki kepedulian sosial, dan

memiliki kemampuan dalam bidang akademis. Semua hal tersebut sangat

diperlukan oleh para siswa baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan

masyarakat. Siswa diharapkan memiliki keberanian untuk secara jujur dan terbuka

menyampaikan saran, seperti ide-ide dan pendapat dan segala hal yang

berhubungan dengan keinginan. Hal itu merupakan ciri-ciri perilaku asertif.

Perilaku asertif dibutuhkan oleh para siswa karena dengan asertivitas, para

siswa dapat meningkatkan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya,

menambah rasa percaya diri dan kemampuan untuk menghargai diri

sendiri.(Rathus, 1978). Siswa yang bertingkah laku asertif lebih siap untuk

menjalani hidup yang penuh tantangan daripada siswa yang tidak asertif, hal itu

dikarenakan siswa yang asertif lebih memiliki kepercayaan diri yang baik dan

bersedia menerima kritik, maupun gagasan dari orang lain (Pelatihan Tingkah

Laku Asertif, 1994). Selain itu siswa yang asertif akan menolong dirinya menjadi

diri yang sehat, dalam hubungannya dengan orang lain.

Asertivitas juga dapat menunjang peningkatan prestasi dan meningkatkan

hubungan interpersonal, sehingga hidup seseorang akan terasa lebih nyaman.

(32)

Universitas Kristen Maranatha 2

Gadis, 28 Januari 2004. Dalam melakukan musyawarah untuk menentukan

tujuan wisata perpisahan kelulusan SMA ‘X’, A dengan berani mengajukan

usulan tempat tujuan yang diinginkan, menguraikan dengan tepat kelebihan dan

kekurangan dari tempat yang ia rekomendasikan. Sementara B tidak memberikan

usulan apa pun, hanya menerima akhir keputusan musyawarah, walaupun

sebenarnya dirinya menginginkan hal yang berbeda dari A. B sebenarnya

keberatan untuk mengikuti saran A pergi ke Puncak karena B alergi terhadap

udara dingin. Akhirnya B menerima dengan berat hati hasil keputusan

musyawarah tersebut, meskipun ia merasa tidak nyaman dengan keputusannya.

Sementara A telah berani mengutarakan pendapatnya, dan dapat mencapai

keinginannya.

Dari kasus di atas dapat terlihat bahwa sikap asertif sangatlah diperlukan

agar seseorang tidak tertekan oleh masalah yang dialaminya. Orang yang tidak

asertif membiarkan orang lain membuat keputusan, meskipun akhirnya orang

tersebut tidak setuju dengan keputusan yang diambil, dan tidak mencapai tujuan

yang diinginkan, sehingga hal ini akan membebani dan membuat perasaan yang

tidak nyaman dalam relasi interpersonalnya. Pada diri orang yang tidak asertif

sering timbul perasaan tidak berdaya, cemas, dan biasanya memiliki kepercayaan

diri yang rendah, takut mengambil inisiatif dalam berbagai informasi, dan merasa

melakukan yang terbaik ketika mengikuti orang lain. Akhirnya orang yang tidak

asertif menjadi tidak efisien dalam pekerjaannya dan waktu yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuannya menjadi lebih lama.(Fermaterheim & Beer, 1980

(33)

Universitas Kristen Maranatha 3

Tingkah laku asertif adalah tingkah laku yang secara jujur dan terbuka

menyatakan kebutuhan, perasaan dan pikiran-pikiran tanpa menyakiti orang lain.

(Rathus & Nevid, 1978). Siswa yang asertif memiliki kecenderungan untuk

secara bebas mengekspresikan apa yang ada dalam dirinya, dan orang yang tidak

asertif memiliki kecenderungan untuk merasa takut, dan tidak berani

mengungkapkan perasaan yang ada pada dirinya tanpa menyakiti orang lain.

Asertivitas tidak dengan sendirinya muncul pada masa remaja, dan juga

bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir. Asertivitas merupakan suatu

tingkah laku yang dipelajari dari lingkungan sosial, dengan kata lain tingkah laku

asertif dapat tumbuh dari latihan yang diperoleh dari lingkungan. Pada siswa

SMA, banyak kegiatan yang disediakan untuk meningkatkan tingkah laku asertif

siswa. Secara umum mata pelajaran yang ada di sekolah ditujukan agar siswa

memiliki kepercayaan diri yang mantap, sehingga dapat secara efektif

menelesaikan masalah yang dihadapi dan memenuhi kebutuhan, serta memiliki

perasaan nyaman atas terpenuhinya kebutuhan tersebut.

Pada tingkat pendidikan SMA, ada sekolah-sekolah yang menerapkan

kurikulum nasional, ada juga sekolah kurikulum nasional plus. Sekolah yang

menerapkan kurikulum nasional plus, memiliki kurikulum yang berbeda dengan

kurikulum nasional, para siswa diharapkan berani tampil di muka umum,

memiliki jiwa kemimpinan, memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, peduli

secara sosial, serta mandiri. Sekolah yang menerapkan kurikulum nasional plus

(34)

Universitas Kristen Maranatha 4

plus yang diterapkan yaitu memadukan pemahaman teori dan praktek, tujuan

penerapan mata pelajaran praktek adalah agar para siswa memiliki kemampuan

pemahaman konsep dan kemampuan praktis yang tinggi. SMAK “X” lebih

banyak menerapkan mata pelajaran praktik pada siswa, sehingga para siswa lebih

diharapkan untuk terlibat aktif dalam kegiatan tersebut. Selain itu, para siswa di

sekolah lebih banyak menggunakan bahasa Inggris dan bahasa China,

dibandingkan dengan sekolah dengan kurikulum nasional. SMAK “X” dengan

kurikulum nasional plus ini dirancang untuk mengantisipasi globalisasi dan

perkembangan IPTEK, dengan memperhatikan kemandirian, keaktifan, ketaatan,

keinovatifan, keuletan, kesopanan anak. (Misi SMAK “X”, dalam buku 30th YPK “X”)

Sesuai dengan program yang ada, SMAK “X” memiliki tujuan untuk

membentuk siswa yang asertif. Di SMAK “X”, disediakan pelajaran bahasa, yaitu

Bahasa Inggris, dan pelajaran Bahasa China. Pada mata pelajaran ini para siswa

diwajibkan untuk terlibat secara aktif dalam percakapan pada pelajaran tersebut,

baik dengan para guru, maupun dengan para siswa lain. Hal ini dimaksudkan

untuk melatih para siswa agar dapat menampilkan keberanian untuk memulai,

melangsungkan, dan menyelesaikan suatu pembicaraan secara baik. Di kelas para

siswa dilibatkan dalam diskusi, dalam setiap mata pelajaran yang diikutinya.

Setiap siswa akan dimintai pendapatnya tentang bahan pelajaran yang sedang

dibahas, setelah itu para siswa yang lain akan dimintai tanggapannya mengenai

pendapat yang telah diutarakan, hal ini ditujukan agar para siswa dapat

(35)

Universitas Kristen Maranatha 5

Selain pelajaran bahasa terdapat pula pelajaran lain seperti pelajaran seni

musik. Pada pelajaran ini para siswa diwajibkan untuk memilih jenis alat musik

yang akan mereka pelajari, di antaranya piano, gitar, biola. Pada waktu-waktu

tertentu, diadakan tes untuk menilai hasil yang dipelajari para siswa, dengan

bermain alat musik di depan para siswa yang lain dan gurunya, sehingga setiap

anak diharapkan dapat tampil berani di muka umum, dengan kata lain agar semua

siswa dapat menampilkan tingkah laku asertif.

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan terhadap 20 siswa SMAK

“X”, didapatkan bahwa 2 orang langsung menyatakan kekesalannya bila sedang

merasa kesal kepada seseorang, karena ingin cepat menghilangkan kekesalannya,

10 orang membicarakan di belakang orang tersebut kepada teman yang lain, dan 8

orang diam saja, karena tidak mau mencari masalah dengan orang tersebut. Selain

itu diperoleh juga data bahwa 15 orang mengajak berbincang-bincang bila

bertemu dengan teman baru karena ingin mengenal lebih jauh orang tersebut, 5

orang diam saja, karena malas dan malu bila bertemu dengan teman baru.

Dari hasil survei juga didapatkan bahwa jika dimintai pendapat 10 orang

mengemukakan pandapatnya dengan percaya diri, 3 orang meminta teman yang

lain untuk menyampaikan pendapatnya di depan umum, alasannya mereka merasa

tidak percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya di depan teman-teman yang

lain, dan 7 orang tidak memberikan pendapat karena malu. Selain itu, jika ada

teman yang berbeda pendapat, didapatkan bahwa ada 8 orang menolak pendapat

(36)

Universitas Kristen Maranatha 6

tersebut begitu saja karena menganggap bahwa hal tersebut sebagai bentuk

menghargai dan menghormati pendapat orang lain.

Berdasarkan hasil survei di atas maka dapat dilihat bahwa tidak semua

siswa SMAK “X” berperilaku asertif seperti berani untuk secara jujur dan terbuka

menyatakan pikiran, ide-ide dan pendapatnya, yang disebut dengan tidak

berperilaku asertif. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk

meneliti derajat asertivitas pada siswa dengan kurikulum nasional plus di SMAK

“X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini ingin mengetahui:

• Bagaimana derajat asertivitas pada siswa dengan kurikulum nasional plus di

SMAK “X” Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah mengetahui derajat asertivitas pada siswa

dengan kurikulum nasional plus di SMAK “X” Bandung

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran rinci tentang

derajat asertivitas serta faktor-faktor yang berpengaruh dalam

perkembangan asertivitas pada siswa dengan kurikulum nasional plus di

(37)

Universitas Kristen Maranatha 7

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

• Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi Psikologi

Pendidikan mengenai asertivitas pada siswa dengan kurikulum

nasional plus di SMAK “X” B andung.

• Memberi informasi bagi penelitian lanjut mengenai asertivitas pada

siswa dengan kurikulum nasional plus di SMAK “X” Bandung.

1.4.2 Kegunaan Praktis

• Memberikan masukan dan saran bagi para orang tua dan pendidik

khususnya para guru SMAK “X” mengenai asert ivitas pada siswa

dengan kurikulum nasional plus di SMAK ‘X’ Bandung, agar dapat

membantu siswa meningkatkan asertivitasnya.

• Memberi informasi bagi konselor atau psikolog pendidikan pada

khususnya mengenai asertivitas pada siswa dengan kurikulum nasional

plus di SMAK ‘X’ Bandung, diharapkan agar informasi ini dapat

(38)

Universitas Kristen Maranatha 8

1.5 Kerangka Pemikiran

Siswa kelas I sampai kelas III SMA berada pada masa perkembangan

remaja madya. Pada masa perkembangan ini terdapat hal-hal penting di antaranya,

yaitu berkembangnya kemampuan berpikir, adanya perubahan tampilan fisik dan

perubahan fungsi reproduksi, selain itu masa remaja merupakan masa transisi

dalam peran baru pada kehidupan masyarakat (Stanley Hall, 1978). Pada masa ini

mereka harus belajar untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan

keyakinan-keyakinannya sesuai dengan yang dituntut lingkungan. Mereka dituntut untuk

menyatakan diri secara jujur, terbuka dan sesuai dalam menegakkan hak pribadi

tanpa mengorbankan hak-hak orang lain atau merugikan orang-orang di

sekitarnya. Hal ini oleh Rathus dan Nevids (1978) dinamakan sebagai perilaku

asertif.

Rathus dan Nevid (1978) mendefinisikan asertivitas sebagai sikap yang

berani secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan

pikiran-pikiran secara apa adanya tanpa menyakiti orang lain. Ciri-ciri siswa yang

berperilaku asertif yaitu berani mengemukakan hak dan pendapat untuk mencapai

tujuan tertentu, mampu mengungkapkan perasaan kepada orang lain dengan

spontan dan tidak berlebihan, berani menyapa dan memberi salam kepada orang

lain, serta membuka percakapan dengan orang lain. Siswa yang berperilaku asertif

juga mampu menampilkan cara efektif untuk mengungkapkan ketidaksepakatan,

berani menanyakan alasan bila diminta untuk melakukan sesuatu, berani berbicara

mengenai diri sendiri atau pengalaman yang menarik, menghargai pujian dari

(39)

Universitas Kristen Maranatha 9

menatap teman bicara ketika berbicara, dan menampilkan respon melawan rasa

takut

Rathus dan Nevid (1978) juga mengatakan bahwa asertivitas tidak terjadi

begitu saja melainkan dipelajari dari lingkungan. Asertivitas dapat dipelajari

melalui kesempatan dalam keluarga untuk mengemukakan pendapat, penerapan

nilai-nilai dalam keluarga yang bersangkutan, dan pengalaman di lingkungan

sosial. Asertivitas merupakan tingkah laku yang dipelajari siswa dari lingkungan

sosialnya. Pendapat yang diungkapkan Rathus dan Nevids (1978) bahwa

asertivitas tidak terjadi begitu saja melainkan dipelajari dari lingkungan sesuai

dengan teori social learning (Albert Bandura, 1977) yang menyatakan bahwa

penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial terjadi melalui proses belajar. Proses

ini berlangsung terus hingga dewasa dan membentuk suatu pola perilaku tertentu.

Demikian pula dengan perilaku asertif, terbentuk melalui proses belajar yang

berlangsung melalui pola asuh orang tua, peer group dan kegiatan-kegiatan yang

ada di sekolah, hal ini termasuk dalam faktor eksternal.

Orang tua merupakan bagian dari keluarga yang penting bagi

perkembangan siswa. Bagaimana orang tua bersikap dan berperilaku akan

dipelajari oleh siswa dan akan mempengaruhi tingkah laku siswa. Komunikasi

merupakan tingkah laku yang dipelajari oleh siswa dan lingkungannya, yang

dimulai dari interaksi anak dan orang tuanya. Orang tua yang memberikan

kesempatan kepada anaknya untuk mengemukakan pendapat, menanamkan sikap

yang terbuka antar anggota keluarga, dapat membantu para siswa untuk

(40)

Universitas Kristen Maranatha 10

kesempatan kepada anaknya untuk mengemukakan pendapat, akan membuat

siswa menjadi pasif, sehingga akan membuat peluang yang lebih kecil bagi anak

untuk mengembangkan asertivitasnya. (Rathus dan Nevid, 1978)

Menurut Rathus dan Nevid (1978), peer group berpengaruh terhadap

perkembangan asertivitas. Siswa akan bertingkah laku cenderung sama dan sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh peer groupnya agar diterima dalam

kelompoknya. Peer group dapat membantu meningkatkan asertivitas, dengan

mendorong siswa untuk berani mengemukakan hak dan pendapatnya, namun

apabila siswa terlalu tergantung kepada peer groupnya, maka perkembangan

asertivitasnya akan mengalami hambatan, yaitu tidak berani mengambil keputusan

sendiri dan tergantung pada teman-temannya, tidak berani menolak pendapat

temannya.

Menurut Rathus dan Nevids (1978), seseorang dapat melatih perilaku

asertif melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lingkungan. Dalam hal ini

kegiatan-kegiatan di sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan

asertivitas siswa misalnya melalui kegiatan diskusi yaitu setiap siswa diminta aktif

sumbang saran, keterlibatan dalam organisasi intra sekolah, dapat membuat siswa

lebih berani untuk mengembangkan asertivitasnya. Sebaliknya bila siswa hanya

mendengarkan diskusi, artinya tidak terlibat secara aktif dalam diskusi tersebut,

maka siswa sulit mengembangkan asertivitasnya.

SMAK “X” merupakan salah satu SMA di Bandung yang menerapkan

kurikulum nasional plus. SMAK “X” dengan kurikulum nasional plus ini, pihak

(41)

Universitas Kristen Maranatha 11

banyak dibandingkan dengan SMAK “X” kurikulum nasional. Pada pelajaran

tersebut, para siswa diwajibkan untuk terlibat secara aktif dalam percakapan yang

dilakukan, sehingga para siswa diharapkan dapat lebih berani untuk memulai

suatu percakapan.

Selain pelajaran bahasa terdapat pula pelajaran lain seperti pelajaran seni

musik. Pada pelajaran ini para siswa diwajibkan untuk memilih jenis alat musik

yang akan mereka pelajari, di antaranya piano, gitar, biola. Pada waktu-waktu

tertentu, diadakan tes untuk menilai hasil yang dipelajari para siswa, dengan

bermain alat musik di depan para siswa yang lain dan gurunya, sehingga setiap

anak diharapkan dapat tampil berani di muka umum, dengan kata lain agar semua

siswa dapat menampilkan tingkah laku asertif.

SMAK “X” Bandung merupakan salah satu institusi pendidikan yang

bertujuan membentuk siswa yang berani tampil di muka umum, memiliki jiwa

kepemimpinan, memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, serta kepedulian

yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka SMAK “X” Bandung

melaksanakan setiap program yang telah disusun, dan setiap program tersebut

mewajibkan setiap siswa untuk ikut terlibat dalam penerapan program yang ada.

Selain faktor eksternal yang berperan dalam perkembangan asertivitas

siswa, berperan pula faktor internal, yang merupakan faktor yang berasal dari

dalam diri siswa. Faktor internal terdiri atas self-esteem, jenis kelamin,

pendidikan. Menurut Rathus dan Nevid (1978) siswa yang memiliki self-esteem

tinggi, mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya tanpa merugikan diri

(42)

Universitas Kristen Maranatha 12

Sebaliknya, siswa yang memiliki self-esteem yang rendah cenderung lebih sulit

untuk mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan baik. Dalam hal jenis

kelamin, wanita lebih banyak diharapkan menurut dan tidak boleh

mengungkapkan pikiran dan perasaannya bila dibandingkan dengan laki-laki,

sehingga dapat menghambat perkembangan asertivitas wanita. (Santrock, 1996)

Semakin tinggi tingkat pendidikan siswa akan semakin luas wawasan

berpikirnya. Dengan demikian kesempatan untuk mengembangkan diri lebih

terbuka, sehingga siswa lebih mengetahui cara berperilaku yang diharapkan oleh

masyarakat, serta persaingan-persaingan yang menuntut siswa untuk

mengungkapkan kualitas dirinya. Tingkat pendidikan yang tinggi mendorong

siswa untuk berperilaku lebih terbuka, langsung, namun tidak melanggar

norma-norma, dengan kata lain dapat berperilaku asertif.

Setiap siswa memiliki tingkat asertivitas yang berbeda, ada siswa yang

memiliki tingkat asertivitas yang tinggi ada pula siswa yang memiliki tingkat

asertivitas yang rendah. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh kedua faktor

tadi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

(43)

Universitas Kristen Maranatha 13

1.1 Bagan Kerangka Pikir

Siswa SMAK ‘X’ Bandung

Asertivitas siswa SMAK ‘X’ Bandung

• Berani mengemukakan hak-pendapat untuk mencapai tujuan tertentu

• Pengungkapan perasaan kepada orang lain dengan spontan dan tidak berlebihan

• Menyapa dan memberi salam pada orang lain, membuka percakapan dengan orang lain

• Menampilkan cara efektif untuk menungkapkan ketidaksepakatan

• Menanyakan alasan bila dimintai untuk melakukan sesuatu • Berbicara mengenai diri sendiri atau pengalaman yang

menarik

• Menghargai pujian dari orang lain

• Menolak untuk menerima begitu saja pendapat dari orang lain

• Menatap lawan bicara ketika berbicara • Menampilkan respon melawan rasa takut Faktor internal :

Self-esteem • Jenis kelamin

• Pendidikan

Faktor eksternal :

• cara asuh orang tua

peer group

• kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah

Tinggi

Rendah

(44)

14 Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

Dari uraian kerangka pemikiran di atas dapat ditarik asumsi, bahwa :

1. Asertivitas merupakan tingkah laku yang dipelajari oleh siswa SMAK

“X” di lingkungan mereka.

2. Siswa SMAK “X” yang berada pada tahap perkembangan remaja

madya, diharapkan dapat mengungkapkan diri sesuai dengan tuntutan

lingkungan.

3. Siswa SMAK “X” memiliki derajat asertivitas yang berbeda.

(45)

59 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasannya, maka dapat

disimpulkan bahwa:

• Secara keseluruhan, siswa SMAK “X” Bandung lebih banyak yang memiliki

derajat asertivitas rendah daripada yang tinggi.

• Terdapat perbedaan frekuensi persentase ranking kedua pada derajat

asertivitas tinggi (ke arah selalu), dan pada derajat asertivitas rendah (ke

arah jarang).

• Frekuensi yang menunjukkan perbedaan cukup jelas terlihat pada indikator

menampilkan cara efektif untuk mengungkapkan ketidaksepakatan dan

menampilkan respon melawan rasa takut.

• Derajat asertivitas pada siswa SMAK “X” Bandung tampaknya

berhubungan dengan faktor self-esteem.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka peneliti

(46)

Universitas Kristen Maranatha

60

5.2.1 Saran Praktis

Saran praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

• Agar dapat membantu siswa meningkatkan asertivitasnya, maka orang tua dan

pendidik khususnya para guru SMAK “X” agar dalam memberikan

kesempatan untuk mengemukakan pendapat menekankan pula perkembangan

self-esteem siswa.

• Pihak sekolah perlu mengadakan kegiatan-kegiatan yang menekankan pada

perkembangan self-esteem siswa, sehingga dapat membantu siswa dalam meningkatkan asertivitasnya

5.2.2 Saran Teoretis

Saran teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

• Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan derajat

asertivitas pada siswa dengan kurikulum nasional plus dengan siswa dengan

kurikulum nasional yang biasa.

• Perlu diadakan penelitian mengenai hubungan self-esteem dengan derajat

(47)

61 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Adelson, M., 1951, The Dimensions of Social Change, New York : P-Technique.

Atkinson, L., Atkinson, Richard C., Hilgard, Ernest R., 1983, Introduction to

Psychology, Edisi ke-8, New York : Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Bandura, A., 1977, Social Learning Through Imitation, Lincoln : Univ. of Nebraska Press.

Brown, J. K., 1990, Studies in Adolescence. New York : Macmillan

Dalyono, M., 1997, Psikologi Pendidikan, edisi ke-1, Jakarta : Rineka Cipta.

Douvan, E & Adelson, J., 1966, The Adolescent Experience. New York: Wiley

Erikson, E. H., 1968, Identity : Youth and Crisis, New York : Norton

Fisher, Ronald J., 1982, Social Psychology & Applied Approach, New York : St. Martin Press.

Guilford, J. P., 1956. Fundamental Statistic in Psychology and Education. Tokyo : McGraw Hill, Kogakusha

Gulo, W., 2002, Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Gunarsa, Y. Singgih D dan Gunarsa, Singgih D., 1999, Psikologi Praktis : Anak,

Remaja dan Keluarga, Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Hadi, Sutrisno., 1989, Metodologi Research jilid 1 dan 2, Yogyakarta : Andi Offset.

Hall, C.S., 1978, Theories of Personality. New York : John Wiley & Sons. Inc.

Hurlock, Elizabeth B., 1996, Psikologi Perkembangan, edisi ke-5, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Lazarus, Richard S., 1966, Patterns of Adjustment. 3rd edition. Japan : International Student Edition.

(48)

Universitas Kristen Maranatha 62

Rathus and Nevid, 1978, Behavior Therapy: Strategies for Solving Problems in

Living. New York : First Signet Printing

Santrock, John, W., 1986, Life-Span Development, 2nd edition. Iowa : Ww. C. Brown

Siegel, Sydney, 1997, Statistik Nonparametrik: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Simandjuntak, S. H. & Pasaribu, I. L., 1984 Pengantar Psikologi Perkembangan.

Bandung : Tarsito

Suryabrata, Sumadi, 1995, Psikologi Pendidikan, edisi ke 7, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

(49)

Universitas Kristen Maranatha 63

DAFTAR RUJUKAN

30th YPK BINA BAKTI, 2003, Bandung

Majalah Gadis, 28 Januari 2004

Referensi

Dokumen terkait

I dan II Kompetensi CPNS Gol.. III Kompetensi

Walau bagaimanapun, analisis ELISA dalam kajian ini didapati tidak sesuai digunakan untuk melihat profil enzim LDH, AST, TRAP dan ALP semasa rawatan ortodontik kerana pergerakan

Dalam mengembangkan kopsis, secara langsung siswa dilatih, diberdayakan melalui kegiatan usaha yang dilandasi sifat kebersamaan, kejujuran, kedisiplinan, demokrasi,

Pertimbangan itu lebih kayak apa ya kalau misalkan menyampaikan pendapat untuk suatu, em itu lebih kayak apa sih yang kita dapat dari misalkna em ini sih biasa

bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja dan efisiensi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi bidang pengelolaan keuangan, pengelolaan aset dan tata usaha di

Berdasarkan sistem klasifikasi tanah USCS jenis sampel tanah yang dipakai digolongkan sebagai inorganic clays of medium plastisity (tanah lempung anorganik dengan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa menurut Al-Maushuly mahar berupa mengajarkan al-Qur’an tidak diperbolehkan, karena mahar tersebut

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penurunan tekanan darah sistole dan diastole secara signifikan mulai terjadi pada minggu ke-4, sedangkan penurunan