iv
ABSTRAK
Penelitian ini mengambil judul
Studi Deskriptif Mengenai Derajat
Asertivitas pada Siswa dengan Kurikulum Nasional Plus di SMAK “X” Bandung.
maksud diadakannya penelitian ini adalah
untuk memperoleh gambaran tentang
derajat asertivitas pada siswa dengan kurikulum nasional plus di SMAK “X”
Bandung, berdasarkan teori
Rathus (1978)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Populasi yang
menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI di SMAK “X”
Bandung, dengan ukuran sampel sebanyak 72 orang siswa. Alat ukur yang
digunakan untuk menjaring asertivitas adalah RAS (The Rathus Assertiveness
Schedule), dari Rathus dan Nevid yang dimodifikasi oleh peneliti, terdiri atas 40
item. Hasil uji coba alat ukur menunjukkan nilai validitas antara 0,232-0,724 dengan
nilai reliabilitas 0,80. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa lebih banyak
responden yang memiliki derajat asertivitas rendah (55,6%); dan berdasarkan hasil
analisis indikator-indikator yang ada responden yang memiliki derajat asertivitas
tinggi, mayoritas selalu menampilkan cara efektif untuk mengungkapkan
ketidaksepakatan dan menampilkan respon melawan rasa takut.
Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyarankan perlu diadakan penelitian
lebih rinci berdasarkan indikator-indikator yang ada, perlu diadakan penelitian lebih
lanjut untuk membandingkan derajat asertivitas pada siswa dengan kurikulum
nasional plus dengan siswa dengan kurikulum nasional yang biasa, dan
perlu
diadakan penelitian lebih rinci mengenai hubungan self-esteem dengan derajat
asertivitas siswa.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………..i
Daftar isi ………..iv
Daftar Tabel ……….vi
Daftar Bagan ………...vii
Daftar Lampiran ………viii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ..………..1
1.2
Identifikasi Masalah ………..……….6
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian ………...…………6
1.4
Kegunaan Penelitian ………...………7
1.5
Kerangka Pemikiran ………...…8
1.6
Asumsi ………..………....14
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Asertivitas ………...………...…...15
2.2 Teori
Adolescence
..……….……….………...30
2.3 Sekilas tentang SMAK “X” Bandung ……….………...37
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ...……….…………39
Universitas Kristen Maranatha
3.3 Alat Ukur ………..………..………...…..40
3.4 Sampel Penelitian .………..………...46
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Responden ...48
4.2 Hasil Penelitian ...51
4.3 Pembahasan ...55
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...59
5.2 Saran...59
Daftar Pustaka...61
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Indikator dan Nomor Item Pernyataan Kuesioner Derajat Asertivitas .... 45
Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Usia ... 48
Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Kelas ... 49
Tabel 4.4 Tabulasi Silang Derajat Asertivitas dengan Cara Asuh Orang tua ... 49
Tabel 4.5 Tabulasi Silang Derajat Asertivitas dengan
peer group
... 50
Tabel 4.6 Tabulasi Silang Derajat Asertivitas dengan kegiatan sekolah ... 50
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Derajat Asertivitas dengan
self-esteem
... 51
Tabel 4.8 Derajat Asertivitas Seluruh Responden ... 51
vii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran ...13
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Validitas dan Reliabikitas Alat Ukur Derajat Asertivitas
Lampiran 2. Kisi-kisi Alat Ukur dan Alat Ukur Derajat Asertivitas
Lampiran 3. Pengolahan Data Derajat Asertivitas
Lampiran 4. Distribusi Frekuensi
Lampiran 1
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur derajat Asertivitas
•
Validitas Alat Ukur
No Item
Validitas
Kriteria
1.
0,376
direvisi
2.
0,478
diterima
3.
0,455
diterima
4.
0,299
direvisi
5.
0,330
direvisi
6.
0,467
diterima
7.
0,379
direvisi
8.
0,282
direvisi
9.
0,519
diterima
10.
0,592
diterima
11.
0,263
direvisi
12.
0,328
direvisi
13.
0,654
diterima
14.
0,380
direvisi
15.
0,308
direvisi
16.
0,554
diterima
17.
0,576
diterima
18.
0,494
diterima
19.
0,320
direvisi
20.
0,312
direvisi
21.
0,357
direvisi
22.
0,413
diterima
23.
0,467
diterima
24.
0,415
diterima
26.
0,530
diterima
27.
0,362
direvisi
28.
0,232
direvisi
29.
0,525
diterima
30.
0,494
diterima
31.
0,498
diterima
32.
0,556
diterima
33.
0,378
direvisi
34.
0,227
direvisi
35.
0,724
diterima
36.
0,377
direvisi
37.
0,333
direvisi
38.
0,275
direvisi
39.
0,242
direvisi
40.
0,468
diterima
Lampiran 2
Kisi-Kisi Alat Ukur
Indikator
Pernyataan
Item
positif
3.
18.
Jika sedang rapat kelas, saya berani
mengemukakan pendapat di depan
teman-teman.
Bila seseorang terkenal yang mempunyai
kedudukan lebih tinggi dari saya membuat
pernyataan yang tidak benar, saya berani
mengungkapkan pandangan saya yang
berbeda dengannya.
Berani mengemukakan
hak-pendapat untuk
mencapai tujuan tertentu
Item
negatif
1.
12.
Saya tidak berani mengemukakan
pendapat di depan teman sekelas saya.
Saya merasa segan untuk menyampaikan
pendapat saya kepada teman-teman saya,
walaupun saya pikir pendapat saya benar.
Item
positif
21.
29.
Saya berani untuk menceritakan perasaan
yang saya alami kepada orang lain.
Ketika sedang kesal, saya dapat
mengungkapkan perasaan saya dengan
baik.
Pengungkapan perasaan
kepada orang lain dengan
spontan dan tidak
berlebihan
Item
negatif
4.
24.
Bila kesal terhadap teman, saya akan diam
saja, dan memendam perasaan saya.
Saya cenderung untuk menahan perasaan
saya, karena khawatir menimbulkan
persoalan.
Menyapa dan memberi
salam kepada orang lain,
membuka percakapan
dengan orang lain.
Item
positif
10.
31.
Saya berani memulai percakapan dengan
orang yang belum saya kenal.
Saya akan menyapa terlebih dahulu, bila
Item
negatif
8.
9.
Bila ada teman baru di kelas saya, saya
ragu untuk memulai mengajaknya
berbincang-bincang.
Dalam memasuki lingkungan baru saya
biasanya diam saja dan tidak memulai
untuk membuka percakapan.
Item
positif
22.
27.
Bila seseorang menyebarkan cerita yang
tidak benar mengenai diri saya, saya akan
menemui orang tersebut secepat mungkin
untuk membicarakan hal tersebut
dengannya.
Bila ada teman saya yang bertengkar, saya
akan berusaha mendamaikan mereka.
Menampilkan cara efektif
untuk mengungkapkan
ketidaksepakatan
Item
negatif
14.
15.
Saya merasa segan untuk menukarkan
barang yang sudah saya beli dan ternyata
keliru karena pelayan memberi barang
yang berbeda.
Saya akan diam saja bila ada orang yang
lebih tua menyatakan hal yang tidak benar
tentang diri saya.
Menanyakan alasan bila
dimintai untuk melakukan
sesuatu
Item
positif
6.
37.
Bila saya diminta melakukan sesuatu, saya
akan menanyakan alasannya.
Bila ada teman yang minta tolong untuk
mengerjakan tugas, saya akan
menanyakan kepadanya mengapa ia tidak
Item
negatif
17.
25.
Saya merasa enggan untuk bertanya
kembali bila saya tidak mengerti tentang
tugas yang diberikan guru kepada saya.
Saya akan langsung mengerjakan apa yang
diminta guru saya kepada saya tanpa
menanyakan alasannya.
Item
positif
20.
33.
Saya menceritakan dengan lancar
pengalaman berlibur saya kepada
teman-teman.
Saya memberitahukan semua hasil
ulangan saya kepada teman-teman saya.
Berbicara mengenai diri
sendiri atau pengalaman
yang menarik
Item
negatif
32.
38.
Bila saya diminta menceritakan
pengalaman yang menarik, saya tidak
berani menceritakan di depan orang lain
karena malu.
Jika ulangan saya mendapatkan hasil yang
buruk, saya tidak memberitahukannya
kepada orang tua saya.
Menghargai pujian atau
kritik dari orang lain
Item
positif
34.
39.
Bila hasil pekerjaan saya mendapat
kritikan, saya akan berterima kasih dan
berusaha memperbaikinya.
Bila ada teman memuji hasil pekerjaan
saya, saya menerima pujian itu secara
Item
negatif
11.
19.
Saya merasa malu bila guru memuji saya
di depan teman-teman saya.
Saya merasa rendah diri, bila ada
seseorang yang mengkritik hasil pekerjaan
saya.
Item
positif
5.
16.
Saya berani menolak pendapat teman saya
yang menurut saya tidak tepat.
Saya akan mengajukan pertanyaan
terhadap pendapat orang lain yang
menurut saya tidak tepat.
Menolak untuk menerima
begitu saja pendapat orang
lain
Item
negatif
2.
23.
Saya tidak berani menolak permintaan
orang lain karena merasa tidak enak
terhadap orang tersebut.
Saya sulit untuk mengatakan ‘tidak setuju’
sekalipun terhadap pendapat yang menurut
saya keliru.
Item
positif
26.
35.
Saya dapat menjaga kontak mata dengan
baik bila sedang berbicara di depan kelas.
Saya dapat menjaga kontak mata ketika
berbicara dengan guru.
Menatap lawan bicara
ketika berbicara
Item
negatif
13.
40.
Bila berbicara dengan kepala sekolah saya
enggan menatap mata beliau.
Jika sedang membicarakan hasil ulangan
dengan orang tua, saya lebih sering
Item
positif
28.
36.
Saya akan memaksakan diri untuk terus
berkata-kata, bila saya merasa takut ketika
berbicara di depan kelas.
Saya akan tetap menolak pendapat teman
saya yang menurut saya salah walaupun
saya merasa segan kepadanya.
Menampilkan respon
melawan rasa takut
Item
negatif
7.
30.
Saya tidak akan berbuat apa-apa ketika
teman saya bertengkar di depan saya,
karena merasa takut.
Saya akan diam dan tidak berbuat apa-apa
ketika saya merasa takut untuk
KATA PENGANTAR
Kami mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Marantha sedang
melakukan penelitian mengenai derajat asertivitas siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengharapakan bantuan saudara untuk
mengisi daftar pernyataan yang telah kami susun. Data yang saudara berikan akan sangat
bermanfaat bagi penelitian yang kami lakukan. Oleh karena itu, kepada saudara
diharapkan agar mengisi daftar pernyataan itu dengan sungguh-sungguh, sejujur-jujurnya,
dan benar-benar menggambarkan keadaan diri saudara yang sesungguhnya. Semua
data bersifat rahasia dan akan dipergunakan hanya untuk keperluan penelitian ini
saja.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan
dan kerjasama saudara.
Bandung, April 2006
DATA PRIBADI
Usia : ………..tahun
Kelas : ………..
Jenis kelamin : laki-laki / Perempuan*)
Suku Bangsa : ………
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan cara memberi tanda silang (X)
pada pilihan jawaban yang sesuai dengan diri saudara dan mengisi titik-titik dengan
singkat dan jelas.
1.
Apakah orang tua anda memberikan kesempatan kepada anda untuk
mengemukakan pendapat?
a.
Ya
b.
Tidak
Alasan : ………..
2.
Apakah teman-teman kelompok anda membuat anda menjadi berani untuk
mengemukakan pendapat?
a.
Ya
b.
Tidak
Alasan : ………..
3.
Apakah kegiatan yang ada di sekolah mendorong anda untuk berani tampil di
muka umum?
b.
Tidak
Alasan : ………..
4.
Dengan menyadari kelebihan dan kekurangan diri, secara umum anda menilai diri
anda tergolong dalam kategori :
a.
Tinggi
b.
Sedang
KUESIONER DERAJAT ASERTIVITAS
Petunjuk pengisian
Pada kuesioner ini terdapat sejumlah kalimat pernyataan tentang hal-hal yang
pernah kalian rasakan atau kalian lakukan. Jawaban-jawaban yang harus kalian pilih
tediri dari empat (4) pilihan jawaban, yaitu :
SLL = Selalu
SRG = Sering
JRG = Jarang
TP = Tidak Pernah
Tugas adik adalah menjawab pernyataan-pernyataan yang diajukan dengan jujur,
jawaban adik tidak ada yang salah atau benar. Oleh karena itu, kalian dapat menjawab
sesuai dengan perasaan dan sesuai dengan diri kalian. Bekerjalah dengan teliti, jangan
sampai ada nomor yang terlewat atau dikosongkan.
No.
Pernyataan
SLL SRG JRG TP
1.
Saya tidak berani mengemukakan pendapat di
depan teman sekelas saya.
2.
Saya tidak berani menolak permintaan orang lain
karena merasa tidak enak terhadap orang tersebut.
3.
Jika sedang rapat kelas, saya berani
mengemukakan pendapat di depan teman-teman.
4.
Bila kesal terhadap teman, saya akan diam saja,
dan memendam perasaan saya.
5.
Saya berani menolak pendapat teman saya yang
menurut saya tidak tepat.
6.
Bila saya diminta melakukan sesuatu, saya akan
menanyakan alasannya.
7.
Saya tidak akan berbuat apa-apa ketika teman
saya bertengkar di depan saya, karena merasa
takut.
8.
Bila ada teman baru di kelas saya, saya ragu
untuk memulai mengajaknya berbincang-bincang.
9.
Dalam memasuki lingkungan baru saya biasanya
diam saja dan tidak memulai untuk membuka
percakapan.
10.
Saya berani memulai percakapan dengan orang
11.
Saya merasa malu bila guru memuji saya di
depan teman-teman saya.
12.
Saya merasa segan untuk menyampaikan
pendapat saya kepada teman-teman saya,
walaupun saya pikir pendapat saya benar.
13.
Bila berbicara dengan kepala sekolah saya
enggan menatap mata beliau.
14.
Saya merasa segan untuk menukarkan barang
yang sudah saya beli dan ternyata keliru karena
pelayan memberi barang yang berbeda.
15.
Saya akan diam saja bila ada orang yang lebih tua
menyatakan hal yang tidak benar tentang diri
saya.
16.
Saya akan mengajukan pertanyaan terhadap
pendapat orang lain yang menurut saya tidak
tepat.
17.
Saya merasa enggan untuk bertanya kembali bila
saya tidak mengerti tentang tugas yang diberikan
guru kepada saya.
18.
Bila seseorang terkenal yang mempunyai
kedudukan lebih tinggi dari saya membuat
pernyataan yang tidak benar, saya berani
dengannya.
19.
Saya merasa rendah diri, bila ada seseorang yang
mengkritik hasil pekerjaan saya.
20.
Saya menceritakan dengan lancar pengalaman
berlibur saya kepada teman-teman.
21.
Saya berani untuk menceritakan perasaan yang
saya alami kepada orang lain.
22.
Bila seseorang menyebarkan cerita yang tidak
benar mengenai diri saya, saya akan menemui
orang tersebut secepat mungkin untuk
membicarakan hal tersebut dengannya.
23.
Saya sulit untuk mengatakan ‘tidak setuju’
sekalipun terhadap pendapat yang menurut saya
keliru.
24.
Saya cenderung untuk menahan perasaan saya,
karena khawatir menimbulkan persoalan.
25.
Saya akan langsung mengerjakan apa yang
diminta guru saya kepada saya tanpa menanyakan
alasannya.
26.
Saya dapat menjaga kontak mata dengan baik bila
sedang berbicara di depan kelas.
27.
Bila ada teman saya yang bertengkar, saya akan
28.
Saya akan memaksakan diri untuk terus
berkata-kata, bila saya merasa takut ketika berbicara di
depan kelas.
29.
Ketika sedang kesal, saya dapat mengungkapkan
perasaan saya dengan baik.
30.
Saya akan diam dan tidak berbuat apa-apa ketika
saya merasa takut untuk menyatakan pendapat di
depan kelas.
31.
Saya akan menyapa terlebih dahulu, bila saya
berpapasan dengan pegawai sekolah.
32.
Bila saya diminta menceritakan pengalaman yang
menarik, saya tidak berani menceritakan di depan
orang lain karena malu.
33.
Saya memberitahukan semua hasil ulangan saya
kepada teman-teman saya.
34.
Bila hasil pekerjaan saya mendapat kritikan, saya
akan berterima kasih dan berusaha
memperbaikinya.
35. Saya dapat menjaga kontak mata ketika berbicara
dengan guru.
36.
Saya akan tetap menolak pendapat teman saya
yang menurut saya salah walaupun saya merasa
37.
Bila ada teman yang minta tolong untuk
mengerjakan tugas, saya akan menanyakan
kepadanya mengapa ia tidak mengerjakannya
sendiri.
38.
Jika ulangan saya mendapatkan hasil yang buruk,
saya tidak memberitahukannya kepada orang tua
saya.
39.
Bila ada teman memuji hasil pekerjaan saya, saya
menerima pujian itu secara terbuka dan
mengucapkan terima kasih.
40.
Jika sedang membicarakan hasil ulangan dengan
orang tua, saya lebih sering menunduk daripada
Lampiran 3
Pengolahan data derajat asertivitas
No data penunjang Item Total Kriteria
Lampiran 4 Tabulasi Silang
sex F %
Laki 33 45.833333 Perempuan 39 54.166667
72 100
Orang tua memberikan kesempatan kepada Anda untuk mengemukakan pendapat
F %
Ya 69 95.833333 Tidak 3 4.1666667
72 100
Teman-teman kelompok Anda membuat anda menjadi berani untuk mengemukakan pendapat F %
Ya 66 91.666667 Tidak 6 8.3333333
72 100
Kegaian yang ada disekolah mendorong anda untuk berani tampil di muka umum
F %
Ya 62 86.111111 Tidak 10 13.888889
72 100
0
Dengan menyadari kelebihan dan kekurangan diri secara umum anda menilai diri anda tergolong dalam kategori
F %
Tinggi 10 13.888889 Sedang 58 80.555556
Lampiran 5 Tabulasi Silang
DERAJAT * SEX Crosstabulation
Jenis kelamin Total
L P
Jumlah 22 18 40
% within Derajat 55 45 100 % within Jenis kelamin 66.67 46.15 55.56 Rendah
% of Total 30.56 25 55.56
Jumlah 11 21 32
% within Derajat 34.375 65.625 100 % within Jenis kelamin 33.33 53.85 44.44 Derajat
asertivitas
Tinggi
% of Total 15.28 29.17 44.44
Jumlah 33 39 72
% within Derajat 45.83 54.17 100 % within Jenis kelamin 100 100 100 Total
% of Total 45.83 54.17 100
DERAJAT * USIA Crosstabulation
USIA
15 thn 16 thn 17 thn
18 thn 19 thn 21 thn Total
Count 6 15 14 4 1 0 40
% within Derajat 15 37.5 35 10 2.5 0 100 % within USIA 60 46.875 60.87 80 100 0 55.56 Rendah
% of Total 8.33 20.83 19.44 5.56 1.39 0 55.56
Count 4 17 9 1 0 1 32
% within Derajat 12.5 53.125 28.125 3.125 0 3.125 100 % within USIA 40 53.125 39.13 20 0 100 44.44 Derajat
asertivitas
Tinggi
% of Total 5.56 23.61 12.5 1.39 0 1.39 44.44
Count 10 32 23 5 1 1 72
% within Derajat 13.89 44.44 31.94 6.94 1.39 1.39 100 % within USIA 100 100 100 100 100 100 100 Total
% of Total 13.89 44.44 31.94 6.94 1.39 1.39 100
DERAJAT * KELAS Crosstabulation
KELAS Total
10 11
Count 20 20 40
% within Derajat 50 50 100 % within KELAS 57.14 54.05 55.56 Rendah
% of Total 27.78 27.78 55.56
Count 15 17 32
% within Derajat 46.87 53.13 100 Derajat
asertivitas
Tinggi
% of Total 20.83 23.61 44.44
Count 35 37 72
% within Derajat 48.61 51.39 100
% within KELAS 100 100 100
Total
% of Total 48.61 51.39 100
DERAJAT * no1 Crosstabulation
Orang tua memberikan kesempatan mengemukakan
pendapaat Total
Tidak Ya
Jumlah 1 39 40
% within Derajat 2.5 97.5 100 % within orang tua 50 55.71 55.56 Rendah
% of Total 1.39 54.17 55.56
Jumlah 1 31 32
% within Derajat 3.125 96.87 100 % within orang tua 50 44.29 44.44 Derajat
asertivitas
Tinggi
% of Total 1.39 43.06 44.44
Jumlah 2 70 72
% within Derajat 2.78 97.22 100 % within orang tua 100 100 100 Total
% of Total 2.78 97.22 100
DERAJAT * no2 Crosstabulation
Teman Kelompok
membuat anda berani Total
Tidak Ya
Jumlah 3 37 40
% within Derajat 7.5 92.5 100 % within teman-teman 50 56.06060606 55.55555556 Rendah
% of Total 4.1666667 51.38888889 55.55555556
Jumlah 3 29 32
% within Derajat 9.375 90.625 100 % within teman-teman 50 43.93939394 44.44444444 Derajat
asertivitas
Tinggi
% of Total 4.1666667 40.27777778 44.44444444
Jumlah 6 66 72
% within Derajat 8.3333333 91.66666667 100 % within teman-teman 100 100 100 Total
% of Total 8.3333333 91.66666667 100
DERAJAT * no3 Crosstabulation
Kegiatan sekolah
mendorong untuk berani Total
Tidak Ya
Jumlah 6 34 40
% within Derajat 15 85 100 % within kegiatan sekolah 60 54.84 55.56 Derajat
asertivitas
Rendah
Jumlah 4 28 32 % within Derajat 12.5 87.5 100 % within kegiatan sekolah 40 45.16 44.44 Tinggi
% of Total 5.56 38.89 44.44
Jumlah 10 62 72
% within Derajat 13.89 86.11 100 % within kegiatan sekolah 100 100 100 Total
% of Total 13.89 86.11 100
DERAJAT * no4 Crosstabulation
Kelebihan & kekurangan diri Total
Rendah Sedang Tinggi
Jumlah 4 33 3 40
% within Derajat 10 82.5 7.5 100 % within kelebihan &
kekurangan 100 55.93 33.33 55.56 Rendah
% of Total 5.56 45.83 4.17 55.56
Jumlah 0 26 6 32
% within Derajat 0 81.25 18.75 100 % within kelebihan &
kekurangan 0 44.07 66.67 44.44 Derajat
asertivitas
Tinggi
% of Total 0 36.11 8.33 44.44
Jumlah 4 59 9 72
% within Derajat 5.56 81.94 12.5 100
% within kelebihan &
kekurangan 100 100 100 100
Total
Lampiran 6
Distribusi frekuensi indikator pada siswa dengan derajat asertivitas rendah dan tinggi
derajat asertivitas rendah derajat asertivitas tinggi
Indikator Tidak
pernah Jarang Sering Selalu
Jumlah Tidak
pernah Jarang Sering Selalu
Jumlah
1. Berani mengungkapkan pendapat 0 (0%) 20 (50%) 20 (50%) 0 (0%) 40 (100%) 0 (0%) 2 (6,25%) 29 (90,63%) 1 (3,13%) 32 (100%)
2. Pengungkapan perasaan kepada orang lain dengan spontan dan tidak berlebihan
0 (0%) 4 (10%) 30 (75%) 6 (15%) 40 (100%) 0 (0%) 1 (3,13%) 21 (65,63%) 10 (31,25%) 32 (100%)
3. Menyapa dan memberi salam pada orang lain, membuka percakapan dengan orang lain
0 (0%) 10 (25%) 30 (75%) 0 (0%) 40 (100%) 0 (0%) 2 (6,25%) 26 (81,25%) 4 (12,5%) 32 (100%)
4. Menampilkan cara efektif untuk mengungkapkan ketidaksepakatan 0 (0%) 6 (15%) 27 (67,5%) 7 (17,5%) 40 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 8 (25%) 24 (75%) 32 (100%)
5. Menanyakan alasan bila dimintai untuk melakukan sesuatu 0 (0%) 7 (17,5%) 32 (80%) 1 (2,5%) 40 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 24 (75%) 8 (25%) 32 (100%)
6. Berbicara mengenai diri sendiri atau pengalaman yang menarik 1 (2,5%) 14 (35%) 23 (57,5%) 2 (5%) 40 (100%) 0 (0%) 4 (12,5%) 23 (71,88%) 5 (15,63%) 32 (100%)
7. Menghargai pujian atau kritik dari orang lain
0 (0%) 14 (35%) 25 (62,5%) 1 (2,5%) 40 (100%) 0 (0%) 4 (12,5%) 26 (81,25%) 2 (6,25%) 32 (100%)
8. Menolak untuk menerima begitu saja pendapat orang lain 0 (0%) 12 (30%) 28 (70%) 0 (0%) 40 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 25 (78,13%) 7 (21,88%) 32 (100%)
9 Menatap lawan bicara ketika berbicara 0 (0%) 12 (30%) 27 (67,5%) 1 (2,5%) 40 (100%) 0 (0%) 1 (3,13%) 28 (87,5%) 3 (9,38%) 32 (100%)
10. Menampilkan respon melawan rasa takut
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan
pendapatnya, berani tampil di muka umum, memiliki kepedulian sosial, dan
memiliki kemampuan dalam bidang akademis. Semua hal tersebut sangat
diperlukan oleh para siswa baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
masyarakat. Siswa diharapkan memiliki keberanian untuk secara jujur dan terbuka
menyampaikan saran, seperti ide-ide dan pendapat dan segala hal yang
berhubungan dengan keinginan. Hal itu merupakan ciri-ciri perilaku asertif.
Perilaku asertif dibutuhkan oleh para siswa karena dengan asertivitas, para
siswa dapat meningkatkan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya,
menambah rasa percaya diri dan kemampuan untuk menghargai diri
sendiri.(Rathus, 1978). Siswa yang bertingkah laku asertif lebih siap untuk
menjalani hidup yang penuh tantangan daripada siswa yang tidak asertif, hal itu
dikarenakan siswa yang asertif lebih memiliki kepercayaan diri yang baik dan
bersedia menerima kritik, maupun gagasan dari orang lain (Pelatihan Tingkah
Laku Asertif, 1994). Selain itu siswa yang asertif akan menolong dirinya menjadi
diri yang sehat, dalam hubungannya dengan orang lain.
Asertivitas juga dapat menunjang peningkatan prestasi dan meningkatkan
hubungan interpersonal, sehingga hidup seseorang akan terasa lebih nyaman.
Universitas Kristen Maranatha 2
Gadis, 28 Januari 2004. Dalam melakukan musyawarah untuk menentukan
tujuan wisata perpisahan kelulusan SMA ‘X’, A dengan berani mengajukan
usulan tempat tujuan yang diinginkan, menguraikan dengan tepat kelebihan dan
kekurangan dari tempat yang ia rekomendasikan. Sementara B tidak memberikan
usulan apa pun, hanya menerima akhir keputusan musyawarah, walaupun
sebenarnya dirinya menginginkan hal yang berbeda dari A. B sebenarnya
keberatan untuk mengikuti saran A pergi ke Puncak karena B alergi terhadap
udara dingin. Akhirnya B menerima dengan berat hati hasil keputusan
musyawarah tersebut, meskipun ia merasa tidak nyaman dengan keputusannya.
Sementara A telah berani mengutarakan pendapatnya, dan dapat mencapai
keinginannya.
Dari kasus di atas dapat terlihat bahwa sikap asertif sangatlah diperlukan
agar seseorang tidak tertekan oleh masalah yang dialaminya. Orang yang tidak
asertif membiarkan orang lain membuat keputusan, meskipun akhirnya orang
tersebut tidak setuju dengan keputusan yang diambil, dan tidak mencapai tujuan
yang diinginkan, sehingga hal ini akan membebani dan membuat perasaan yang
tidak nyaman dalam relasi interpersonalnya. Pada diri orang yang tidak asertif
sering timbul perasaan tidak berdaya, cemas, dan biasanya memiliki kepercayaan
diri yang rendah, takut mengambil inisiatif dalam berbagai informasi, dan merasa
melakukan yang terbaik ketika mengikuti orang lain. Akhirnya orang yang tidak
asertif menjadi tidak efisien dalam pekerjaannya dan waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuannya menjadi lebih lama.(Fermaterheim & Beer, 1980
Universitas Kristen Maranatha 3
Tingkah laku asertif adalah tingkah laku yang secara jujur dan terbuka
menyatakan kebutuhan, perasaan dan pikiran-pikiran tanpa menyakiti orang lain.
(Rathus & Nevid, 1978). Siswa yang asertif memiliki kecenderungan untuk
secara bebas mengekspresikan apa yang ada dalam dirinya, dan orang yang tidak
asertif memiliki kecenderungan untuk merasa takut, dan tidak berani
mengungkapkan perasaan yang ada pada dirinya tanpa menyakiti orang lain.
Asertivitas tidak dengan sendirinya muncul pada masa remaja, dan juga
bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir. Asertivitas merupakan suatu
tingkah laku yang dipelajari dari lingkungan sosial, dengan kata lain tingkah laku
asertif dapat tumbuh dari latihan yang diperoleh dari lingkungan. Pada siswa
SMA, banyak kegiatan yang disediakan untuk meningkatkan tingkah laku asertif
siswa. Secara umum mata pelajaran yang ada di sekolah ditujukan agar siswa
memiliki kepercayaan diri yang mantap, sehingga dapat secara efektif
menelesaikan masalah yang dihadapi dan memenuhi kebutuhan, serta memiliki
perasaan nyaman atas terpenuhinya kebutuhan tersebut.
Pada tingkat pendidikan SMA, ada sekolah-sekolah yang menerapkan
kurikulum nasional, ada juga sekolah kurikulum nasional plus. Sekolah yang
menerapkan kurikulum nasional plus, memiliki kurikulum yang berbeda dengan
kurikulum nasional, para siswa diharapkan berani tampil di muka umum,
memiliki jiwa kemimpinan, memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, peduli
secara sosial, serta mandiri. Sekolah yang menerapkan kurikulum nasional plus
Universitas Kristen Maranatha 4
plus yang diterapkan yaitu memadukan pemahaman teori dan praktek, tujuan
penerapan mata pelajaran praktek adalah agar para siswa memiliki kemampuan
pemahaman konsep dan kemampuan praktis yang tinggi. SMAK “X” lebih
banyak menerapkan mata pelajaran praktik pada siswa, sehingga para siswa lebih
diharapkan untuk terlibat aktif dalam kegiatan tersebut. Selain itu, para siswa di
sekolah lebih banyak menggunakan bahasa Inggris dan bahasa China,
dibandingkan dengan sekolah dengan kurikulum nasional. SMAK “X” dengan
kurikulum nasional plus ini dirancang untuk mengantisipasi globalisasi dan
perkembangan IPTEK, dengan memperhatikan kemandirian, keaktifan, ketaatan,
keinovatifan, keuletan, kesopanan anak. (Misi SMAK “X”, dalam buku 30th YPK “X”)
Sesuai dengan program yang ada, SMAK “X” memiliki tujuan untuk
membentuk siswa yang asertif. Di SMAK “X”, disediakan pelajaran bahasa, yaitu
Bahasa Inggris, dan pelajaran Bahasa China. Pada mata pelajaran ini para siswa
diwajibkan untuk terlibat secara aktif dalam percakapan pada pelajaran tersebut,
baik dengan para guru, maupun dengan para siswa lain. Hal ini dimaksudkan
untuk melatih para siswa agar dapat menampilkan keberanian untuk memulai,
melangsungkan, dan menyelesaikan suatu pembicaraan secara baik. Di kelas para
siswa dilibatkan dalam diskusi, dalam setiap mata pelajaran yang diikutinya.
Setiap siswa akan dimintai pendapatnya tentang bahan pelajaran yang sedang
dibahas, setelah itu para siswa yang lain akan dimintai tanggapannya mengenai
pendapat yang telah diutarakan, hal ini ditujukan agar para siswa dapat
Universitas Kristen Maranatha 5
Selain pelajaran bahasa terdapat pula pelajaran lain seperti pelajaran seni
musik. Pada pelajaran ini para siswa diwajibkan untuk memilih jenis alat musik
yang akan mereka pelajari, di antaranya piano, gitar, biola. Pada waktu-waktu
tertentu, diadakan tes untuk menilai hasil yang dipelajari para siswa, dengan
bermain alat musik di depan para siswa yang lain dan gurunya, sehingga setiap
anak diharapkan dapat tampil berani di muka umum, dengan kata lain agar semua
siswa dapat menampilkan tingkah laku asertif.
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan terhadap 20 siswa SMAK
“X”, didapatkan bahwa 2 orang langsung menyatakan kekesalannya bila sedang
merasa kesal kepada seseorang, karena ingin cepat menghilangkan kekesalannya,
10 orang membicarakan di belakang orang tersebut kepada teman yang lain, dan 8
orang diam saja, karena tidak mau mencari masalah dengan orang tersebut. Selain
itu diperoleh juga data bahwa 15 orang mengajak berbincang-bincang bila
bertemu dengan teman baru karena ingin mengenal lebih jauh orang tersebut, 5
orang diam saja, karena malas dan malu bila bertemu dengan teman baru.
Dari hasil survei juga didapatkan bahwa jika dimintai pendapat 10 orang
mengemukakan pandapatnya dengan percaya diri, 3 orang meminta teman yang
lain untuk menyampaikan pendapatnya di depan umum, alasannya mereka merasa
tidak percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya di depan teman-teman yang
lain, dan 7 orang tidak memberikan pendapat karena malu. Selain itu, jika ada
teman yang berbeda pendapat, didapatkan bahwa ada 8 orang menolak pendapat
Universitas Kristen Maranatha 6
tersebut begitu saja karena menganggap bahwa hal tersebut sebagai bentuk
menghargai dan menghormati pendapat orang lain.
Berdasarkan hasil survei di atas maka dapat dilihat bahwa tidak semua
siswa SMAK “X” berperilaku asertif seperti berani untuk secara jujur dan terbuka
menyatakan pikiran, ide-ide dan pendapatnya, yang disebut dengan tidak
berperilaku asertif. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti derajat asertivitas pada siswa dengan kurikulum nasional plus di SMAK
“X” Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Penelitian ini ingin mengetahui:
• Bagaimana derajat asertivitas pada siswa dengan kurikulum nasional plus di
SMAK “X” Bandung?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah mengetahui derajat asertivitas pada siswa
dengan kurikulum nasional plus di SMAK “X” Bandung
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran rinci tentang
derajat asertivitas serta faktor-faktor yang berpengaruh dalam
perkembangan asertivitas pada siswa dengan kurikulum nasional plus di
Universitas Kristen Maranatha 7
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
• Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi Psikologi
Pendidikan mengenai asertivitas pada siswa dengan kurikulum
nasional plus di SMAK “X” B andung.
• Memberi informasi bagi penelitian lanjut mengenai asertivitas pada
siswa dengan kurikulum nasional plus di SMAK “X” Bandung.
1.4.2 Kegunaan Praktis
• Memberikan masukan dan saran bagi para orang tua dan pendidik
khususnya para guru SMAK “X” mengenai asert ivitas pada siswa
dengan kurikulum nasional plus di SMAK ‘X’ Bandung, agar dapat
membantu siswa meningkatkan asertivitasnya.
• Memberi informasi bagi konselor atau psikolog pendidikan pada
khususnya mengenai asertivitas pada siswa dengan kurikulum nasional
plus di SMAK ‘X’ Bandung, diharapkan agar informasi ini dapat
Universitas Kristen Maranatha 8
1.5 Kerangka Pemikiran
Siswa kelas I sampai kelas III SMA berada pada masa perkembangan
remaja madya. Pada masa perkembangan ini terdapat hal-hal penting di antaranya,
yaitu berkembangnya kemampuan berpikir, adanya perubahan tampilan fisik dan
perubahan fungsi reproduksi, selain itu masa remaja merupakan masa transisi
dalam peran baru pada kehidupan masyarakat (Stanley Hall, 1978). Pada masa ini
mereka harus belajar untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan
keyakinan-keyakinannya sesuai dengan yang dituntut lingkungan. Mereka dituntut untuk
menyatakan diri secara jujur, terbuka dan sesuai dalam menegakkan hak pribadi
tanpa mengorbankan hak-hak orang lain atau merugikan orang-orang di
sekitarnya. Hal ini oleh Rathus dan Nevids (1978) dinamakan sebagai perilaku
asertif.
Rathus dan Nevid (1978) mendefinisikan asertivitas sebagai sikap yang
berani secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan
pikiran-pikiran secara apa adanya tanpa menyakiti orang lain. Ciri-ciri siswa yang
berperilaku asertif yaitu berani mengemukakan hak dan pendapat untuk mencapai
tujuan tertentu, mampu mengungkapkan perasaan kepada orang lain dengan
spontan dan tidak berlebihan, berani menyapa dan memberi salam kepada orang
lain, serta membuka percakapan dengan orang lain. Siswa yang berperilaku asertif
juga mampu menampilkan cara efektif untuk mengungkapkan ketidaksepakatan,
berani menanyakan alasan bila diminta untuk melakukan sesuatu, berani berbicara
mengenai diri sendiri atau pengalaman yang menarik, menghargai pujian dari
Universitas Kristen Maranatha 9
menatap teman bicara ketika berbicara, dan menampilkan respon melawan rasa
takut
Rathus dan Nevid (1978) juga mengatakan bahwa asertivitas tidak terjadi
begitu saja melainkan dipelajari dari lingkungan. Asertivitas dapat dipelajari
melalui kesempatan dalam keluarga untuk mengemukakan pendapat, penerapan
nilai-nilai dalam keluarga yang bersangkutan, dan pengalaman di lingkungan
sosial. Asertivitas merupakan tingkah laku yang dipelajari siswa dari lingkungan
sosialnya. Pendapat yang diungkapkan Rathus dan Nevids (1978) bahwa
asertivitas tidak terjadi begitu saja melainkan dipelajari dari lingkungan sesuai
dengan teori social learning (Albert Bandura, 1977) yang menyatakan bahwa
penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial terjadi melalui proses belajar. Proses
ini berlangsung terus hingga dewasa dan membentuk suatu pola perilaku tertentu.
Demikian pula dengan perilaku asertif, terbentuk melalui proses belajar yang
berlangsung melalui pola asuh orang tua, peer group dan kegiatan-kegiatan yang
ada di sekolah, hal ini termasuk dalam faktor eksternal.
Orang tua merupakan bagian dari keluarga yang penting bagi
perkembangan siswa. Bagaimana orang tua bersikap dan berperilaku akan
dipelajari oleh siswa dan akan mempengaruhi tingkah laku siswa. Komunikasi
merupakan tingkah laku yang dipelajari oleh siswa dan lingkungannya, yang
dimulai dari interaksi anak dan orang tuanya. Orang tua yang memberikan
kesempatan kepada anaknya untuk mengemukakan pendapat, menanamkan sikap
yang terbuka antar anggota keluarga, dapat membantu para siswa untuk
Universitas Kristen Maranatha 10
kesempatan kepada anaknya untuk mengemukakan pendapat, akan membuat
siswa menjadi pasif, sehingga akan membuat peluang yang lebih kecil bagi anak
untuk mengembangkan asertivitasnya. (Rathus dan Nevid, 1978)
Menurut Rathus dan Nevid (1978), peer group berpengaruh terhadap
perkembangan asertivitas. Siswa akan bertingkah laku cenderung sama dan sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh peer groupnya agar diterima dalam
kelompoknya. Peer group dapat membantu meningkatkan asertivitas, dengan
mendorong siswa untuk berani mengemukakan hak dan pendapatnya, namun
apabila siswa terlalu tergantung kepada peer groupnya, maka perkembangan
asertivitasnya akan mengalami hambatan, yaitu tidak berani mengambil keputusan
sendiri dan tergantung pada teman-temannya, tidak berani menolak pendapat
temannya.
Menurut Rathus dan Nevids (1978), seseorang dapat melatih perilaku
asertif melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lingkungan. Dalam hal ini
kegiatan-kegiatan di sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan
asertivitas siswa misalnya melalui kegiatan diskusi yaitu setiap siswa diminta aktif
sumbang saran, keterlibatan dalam organisasi intra sekolah, dapat membuat siswa
lebih berani untuk mengembangkan asertivitasnya. Sebaliknya bila siswa hanya
mendengarkan diskusi, artinya tidak terlibat secara aktif dalam diskusi tersebut,
maka siswa sulit mengembangkan asertivitasnya.
SMAK “X” merupakan salah satu SMA di Bandung yang menerapkan
kurikulum nasional plus. SMAK “X” dengan kurikulum nasional plus ini, pihak
Universitas Kristen Maranatha 11
banyak dibandingkan dengan SMAK “X” kurikulum nasional. Pada pelajaran
tersebut, para siswa diwajibkan untuk terlibat secara aktif dalam percakapan yang
dilakukan, sehingga para siswa diharapkan dapat lebih berani untuk memulai
suatu percakapan.
Selain pelajaran bahasa terdapat pula pelajaran lain seperti pelajaran seni
musik. Pada pelajaran ini para siswa diwajibkan untuk memilih jenis alat musik
yang akan mereka pelajari, di antaranya piano, gitar, biola. Pada waktu-waktu
tertentu, diadakan tes untuk menilai hasil yang dipelajari para siswa, dengan
bermain alat musik di depan para siswa yang lain dan gurunya, sehingga setiap
anak diharapkan dapat tampil berani di muka umum, dengan kata lain agar semua
siswa dapat menampilkan tingkah laku asertif.
SMAK “X” Bandung merupakan salah satu institusi pendidikan yang
bertujuan membentuk siswa yang berani tampil di muka umum, memiliki jiwa
kepemimpinan, memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, serta kepedulian
yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka SMAK “X” Bandung
melaksanakan setiap program yang telah disusun, dan setiap program tersebut
mewajibkan setiap siswa untuk ikut terlibat dalam penerapan program yang ada.
Selain faktor eksternal yang berperan dalam perkembangan asertivitas
siswa, berperan pula faktor internal, yang merupakan faktor yang berasal dari
dalam diri siswa. Faktor internal terdiri atas self-esteem, jenis kelamin,
pendidikan. Menurut Rathus dan Nevid (1978) siswa yang memiliki self-esteem
tinggi, mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya tanpa merugikan diri
Universitas Kristen Maranatha 12
Sebaliknya, siswa yang memiliki self-esteem yang rendah cenderung lebih sulit
untuk mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan baik. Dalam hal jenis
kelamin, wanita lebih banyak diharapkan menurut dan tidak boleh
mengungkapkan pikiran dan perasaannya bila dibandingkan dengan laki-laki,
sehingga dapat menghambat perkembangan asertivitas wanita. (Santrock, 1996)
Semakin tinggi tingkat pendidikan siswa akan semakin luas wawasan
berpikirnya. Dengan demikian kesempatan untuk mengembangkan diri lebih
terbuka, sehingga siswa lebih mengetahui cara berperilaku yang diharapkan oleh
masyarakat, serta persaingan-persaingan yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kualitas dirinya. Tingkat pendidikan yang tinggi mendorong
siswa untuk berperilaku lebih terbuka, langsung, namun tidak melanggar
norma-norma, dengan kata lain dapat berperilaku asertif.
Setiap siswa memiliki tingkat asertivitas yang berbeda, ada siswa yang
memiliki tingkat asertivitas yang tinggi ada pula siswa yang memiliki tingkat
asertivitas yang rendah. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh kedua faktor
tadi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Universitas Kristen Maranatha 13
1.1 Bagan Kerangka Pikir
Siswa SMAK ‘X’ Bandung
Asertivitas siswa SMAK ‘X’ Bandung
• Berani mengemukakan hak-pendapat untuk mencapai tujuan tertentu
• Pengungkapan perasaan kepada orang lain dengan spontan dan tidak berlebihan
• Menyapa dan memberi salam pada orang lain, membuka percakapan dengan orang lain
• Menampilkan cara efektif untuk menungkapkan ketidaksepakatan
• Menanyakan alasan bila dimintai untuk melakukan sesuatu • Berbicara mengenai diri sendiri atau pengalaman yang
menarik
• Menghargai pujian dari orang lain
• Menolak untuk menerima begitu saja pendapat dari orang lain
• Menatap lawan bicara ketika berbicara • Menampilkan respon melawan rasa takut Faktor internal :
• Self-esteem • Jenis kelamin
• Pendidikan
Faktor eksternal :
• cara asuh orang tua
• peer group
• kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah
Tinggi
Rendah
14 Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian
Dari uraian kerangka pemikiran di atas dapat ditarik asumsi, bahwa :
1. Asertivitas merupakan tingkah laku yang dipelajari oleh siswa SMAK
“X” di lingkungan mereka.
2. Siswa SMAK “X” yang berada pada tahap perkembangan remaja
madya, diharapkan dapat mengungkapkan diri sesuai dengan tuntutan
lingkungan.
3. Siswa SMAK “X” memiliki derajat asertivitas yang berbeda.
59 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasannya, maka dapat
disimpulkan bahwa:
• Secara keseluruhan, siswa SMAK “X” Bandung lebih banyak yang memiliki
derajat asertivitas rendah daripada yang tinggi.
• Terdapat perbedaan frekuensi persentase ranking kedua pada derajat
asertivitas tinggi (ke arah selalu), dan pada derajat asertivitas rendah (ke
arah jarang).
• Frekuensi yang menunjukkan perbedaan cukup jelas terlihat pada indikator
menampilkan cara efektif untuk mengungkapkan ketidaksepakatan dan
menampilkan respon melawan rasa takut.
• Derajat asertivitas pada siswa SMAK “X” Bandung tampaknya
berhubungan dengan faktor self-esteem.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka peneliti
Universitas Kristen Maranatha
60
5.2.1 Saran Praktis
Saran praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
• Agar dapat membantu siswa meningkatkan asertivitasnya, maka orang tua dan
pendidik khususnya para guru SMAK “X” agar dalam memberikan
kesempatan untuk mengemukakan pendapat menekankan pula perkembangan
self-esteem siswa.
• Pihak sekolah perlu mengadakan kegiatan-kegiatan yang menekankan pada
perkembangan self-esteem siswa, sehingga dapat membantu siswa dalam meningkatkan asertivitasnya
5.2.2 Saran Teoretis
Saran teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
• Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan derajat
asertivitas pada siswa dengan kurikulum nasional plus dengan siswa dengan
kurikulum nasional yang biasa.
• Perlu diadakan penelitian mengenai hubungan self-esteem dengan derajat
61 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Adelson, M., 1951, The Dimensions of Social Change, New York : P-Technique.
Atkinson, L., Atkinson, Richard C., Hilgard, Ernest R., 1983, Introduction to
Psychology, Edisi ke-8, New York : Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Bandura, A., 1977, Social Learning Through Imitation, Lincoln : Univ. of Nebraska Press.
Brown, J. K., 1990, Studies in Adolescence. New York : Macmillan
Dalyono, M., 1997, Psikologi Pendidikan, edisi ke-1, Jakarta : Rineka Cipta.
Douvan, E & Adelson, J., 1966, The Adolescent Experience. New York: Wiley
Erikson, E. H., 1968, Identity : Youth and Crisis, New York : Norton
Fisher, Ronald J., 1982, Social Psychology & Applied Approach, New York : St. Martin Press.
Guilford, J. P., 1956. Fundamental Statistic in Psychology and Education. Tokyo : McGraw Hill, Kogakusha
Gulo, W., 2002, Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Gunarsa, Y. Singgih D dan Gunarsa, Singgih D., 1999, Psikologi Praktis : Anak,
Remaja dan Keluarga, Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Hadi, Sutrisno., 1989, Metodologi Research jilid 1 dan 2, Yogyakarta : Andi Offset.
Hall, C.S., 1978, Theories of Personality. New York : John Wiley & Sons. Inc.
Hurlock, Elizabeth B., 1996, Psikologi Perkembangan, edisi ke-5, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Lazarus, Richard S., 1966, Patterns of Adjustment. 3rd edition. Japan : International Student Edition.
Universitas Kristen Maranatha 62
Rathus and Nevid, 1978, Behavior Therapy: Strategies for Solving Problems in
Living. New York : First Signet Printing
Santrock, John, W., 1986, Life-Span Development, 2nd edition. Iowa : Ww. C. Brown
Siegel, Sydney, 1997, Statistik Nonparametrik: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Simandjuntak, S. H. & Pasaribu, I. L., 1984 Pengantar Psikologi Perkembangan.
Bandung : Tarsito
Suryabrata, Sumadi, 1995, Psikologi Pendidikan, edisi ke 7, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Universitas Kristen Maranatha 63
DAFTAR RUJUKAN
30th YPK BINA BAKTI, 2003, Bandung
Majalah Gadis, 28 Januari 2004