ABSTRAK
PENGEMBANGAN MODUL PELAJARAN IPA KELAS III
BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
DI SD KANISIUS KALASAN
Asteria Ciptaningtyas Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang didasari dengan analisis kebutuhan. Peneliti melakukan observasi dan wawancara untuk mengetahui analisis kebutuhan guru dan siswa. Dari hasil analisis kebutuhan di SD Kanisius Kalasan, peneliti mendapatkan data bahwa siswa kurang menyadari peran dari lingkungan yang ada disekitarnya dengan meletakkan sampah tidak pada tempatnya dan ditambah pula dengan lingkungan sekolah yang berada di pinggir jalan raya yang banyak asap kendaraan. Guru juga membutuhkan modul pembelajaran yang dapat mengajarkan kesadaran siswa terhadap lingkungan. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mengembangkan produk berupa modul pembelajaran IPA dengan berbasis pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian ini menggunakan 5 langkah menurut Tomlinson. Langkah-langkah tersebut meliputi: (1) analisis kebutuhan, (2) desain produk, (3) revisi, (4) implementasi, dan (5) evaluasi. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan cara mengembangkan modul pembelajaran IPA kelas III dan mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran IPA kelas III. Bahan ajar yang dibuat sesuai dengan 10 prinsip dari 16 prinsip menurut Tomlinson.
Hasil penelitian berdasarkan penilaian siswa terhadap modul pembelajaran IPA mendapatkan skor rata-rata 4,20 dengan kategori baik. Berdasarkan observasi 10 prinsip bahan menurut Tomlinson dan kunci dari pendidikan emansipatoris yang dikembangkan peneliti dapat terlihat dari kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran dengan partisipasi aktif, nyaman, bahagia, dan dapat merumuskan niat aksi merawat lingkungan.
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF MODULE LEARNING SCIENCE FOR
CLASS III BASED ON PARADIGM REFLECTIVE PEDAGOGY
IN SD KANISIUS KALASAN
Asteria Ciptaningtyas Sanata Dharma University
2017
This study was a research and development based on the needs analysis. Researchers conducted observations and interviews to determine the analysis of the needs of teachers and students. From the analysis of the needs in SD Kanisius Kalasan, researchers have shown that students are less aware of the role of the environment around it by putting the garbage out of place and coupled with the school environment on the edge of the highway that many fumes. Teachers also need a learning module that can teach students about environmental awareness. Therefore, researchers are encouraged to develop products in the form of module-based approach to learning science with Reflective Pedagogical Paradigm (PPR).
This type of research was a research and development (Research and Development). This study uses a five-step according to Tomlinson. Such measures include: (1) needs analysis, (2) design product, (3) revision, (4) implementations, and (5) evaluation. The purposes of research are to described how to develop science teaching module of class III and described the quality of science teaching module class III. Teaching materials are made in accordance with the 10 principles of the 16 principles according to Tomlinson.
The results based on assessments of students towards science learning modules to get an average score of 4.20 in both categories. Based on the observation of 10 principles by Tomlinson and a key ingredient of emancipatory education researchers developed can be seen from the activities carried out during the learning of students with active participation, comfortable, happy, and able to formulate the intention of the action to care for the environment.
PENGEMBANGAN MODUL PELAJARAN IPA KELAS III
BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
DI SD KANISIUS KALASAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Asteria Ciptaningtyas
NIM: 131134148
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENGEMBANGAN MODUL PELAJARAN IPA KELAS III
BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
DI SD KANISIUS KALASAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Asteria Ciptaningtyas
NIM: 131134148
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru
selamat dan sumber kekuatan dalam hidupku. Kedua orang tuaku tercinta
Stephanus Sutjipto (Alm) dan Agnes Supriyani yang selalu memberikan
semangat, perhatian, nasehat dan kasih sayang. Sahabat dan penyemangatku. SD
Kanisius Kalasan yang telah memberikan dukungan dan sebagai tepat penelitian.
Seluruh pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu
dan mempercayai peneliti selama studi di PGSD Universitas Sanata Dharma.
MOTTO
Apapun juga yang kamu perbuat. Perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk
Tuhan dan bukan untuk manusia.
»»» Kolose 3: 23 «««
Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.
vi
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MODUL PELAJARAN IPA KELAS III
BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
DI SD KANISIUS KALASAN
Asteria Ciptaningtyas Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang didasari dengan analisis kebutuhan. Peneliti melakukan observasi dan wawancara untuk mengetahui analisis kebutuhan guru dan siswa. Dari hasil analisis kebutuhan di SD Kanisius Kalasan, peneliti mendapatkan data bahwa siswa kurang menyadari peran dari lingkungan yang ada disekitarnya dengan meletakkan sampah tidak pada tempatnya dan ditambah pula dengan lingkungan sekolah yang berada di pinggir jalan raya yang banyak asap kendaraan. Guru juga membutuhkan modul pembelajaran yang dapat mengajarkan kesadaran siswa terhadap lingkungan. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mengembangkan produk berupa modul pembelajaran IPA dengan berbasis pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian ini menggunakan 5 langkah menurut Tomlinson. Langkah-langkah tersebut meliputi: (1) analisis kebutuhan, (2) desain produk, (3) revisi, (4) implementasi, dan (5) evaluasi. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan cara mengembangkan modul pembelajaran IPA kelas III dan mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran IPA kelas III. Bahan ajar yang dibuat sesuai dengan 10 prinsip dari 16 prinsip menurut Tomlinson.
Hasil penelitian berdasarkan penilaian siswa terhadap modul pembelajaran IPA mendapatkan skor rata-rata 4,20 dengan kategori baik. Berdasarkan observasi 10 prinsip bahan menurut Tomlinson dan kunci dari pendidikan emansipatoris yang dikembangkan peneliti dapat terlihat dari kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran dengan partisipasi aktif, nyaman, bahagia, dan dapat merumuskan niat aksi merawat lingkungan.
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF MODULE LEARNING SCIENCE FOR
CLASS III BASED ON PARADIGM REFLECTIVE PEDAGOGY
IN SD KANISIUS KALASAN
Asteria Ciptaningtyas Sanata Dharma University
2017
This study was a research and development based on the needs analysis. Researchers conducted observations and interviews to determine the analysis of the needs of teachers and students. From the analysis of the needs in SD Kanisius Kalasan, researchers have shown that students are less aware of the role of the environment around it by putting the garbage out of place and coupled with the school environment on the edge of the highway that many fumes. Teachers also need a learning module that can teach students about environmental awareness. Therefore, researchers are encouraged to develop products in the form of module-based approach to learning science with Reflective Pedagogical Paradigm (PPR).
This type of research was a research and development (Research and Development). This study uses a five-step according to Tomlinson. Such measures include: (1) needs analysis, (2) design product, (3) revision, (4) implementations, and (5) evaluation. The purposes of research are to described how to develop science teaching module of class III and described the quality of science teaching module class III. Teaching materials are made in accordance with the 10 principles of the 16 principles according to Tomlinson.
The results based on assessments of students towards science learning modules to get an average score of 4.20 in both categories. Based on the observation of 10 principles by Tomlinson and a key ingredient of emancipatory education researchers developed can be seen from the activities carried out during the learning of students with active participation, comfortable, happy, and able to formulate the intention of the action to care for the environment.
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Definisi Operasional ... 6
1.6. Spesifikasi Produk ... 7
2.1. Kajian Teori ... 8
2.1.1. Paradigma Pedagogi Reflektif... 8
2.1.2. Emansipatoris ... 11
2.1.3. Siswa Kelas III ... 14
2.1.4. Modul ... 15
2.2. Penelitian Relevan ... 19
2.3. Kerangka Berpikir ... 22
2.4. Pertanyaan Penelitian ... 23
BAB II METODE PENELITIAN ... 24
3.1. Jenis Penelitian ... 24
3.2. Setting Penelitian ... 25
3.2.1. Objek penelitian ... 25
3.2.2. Subjek penelitian ... 25
3.2.3. Lokasi penelitian ... 26
3.2.4. Jadwal Penelitian ... 26
3.3. Prosedur Pengembangan ... 26
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 29
3.5. Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
4.1. Analisis Kebutuhan ... 38
4.2. Desain Modul ... 39
4.3. Validasi Modul dan RPP ... 40
4.4. Revisi Modul ... 42
4.5. Implementasi ... 43
xiv
5.1. Kesimpulan ... 50
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 51
5.3 Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
LAMPIRAN ... 55
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Penelitian relevan dan penelitian yang akan dikembangkan ... 22
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Ahli ... 31
Tabel 3.2 Kuesioner Validasi Ahli ... 32
Tabel 3.3 Kuesioner Penilaian Kualitas Modul oleh Siswa ... 34
Tabel 3.4 Konversi data kuantitatif ke data kualitatif ... 35
Tabel 3.5 Kategori Skala Lima ... 37
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Validator ... 40
Tabel 4.2 Komentar validator dan tanggapan peneliti ... 42
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Eksperimen dan menampilkan poster ... 47
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ... 56
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 59
Lampiran 3. Surat ijin sebelum penelitian ... 70
Lampiran 4. Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 71
Lampiran 5. Hasil validitas ahli ... 72
Lampiran 6. Hasil penilaian siswa ... 78
BAB I PENDAHULUAN
Pembahasan pada bab ini berisi mengenai latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan
definisi operasional.
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran Inovatif IPA 1 memberikan pengalaman menyajikan
pembelajaran lingkungan yang dapat diterima anak dari usia dini. Pembelajaran
dengan metode Conservation Scout. Conservation Scout (CS) adalah program pengenalan konservasi dan karakter cinta lingkungan pada siswa sekolah dasar di
Pusat Studi Lingkungan, Universitas Sanata Dharma (Sari, 2014: 35).
Conservation scout diharapkan dapat membentuk anak menjadi generasi yang aktif, kreatif dalam mewujudkan kesadaran, kepedulian, dan pemanfaatan
lingkungan dengan baik. Melalui proses pembelajaran ini sesuai dengan kondisi
anak-anak yang sangat aktif, kreatif, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan
menyukai serta mencintai dunianya. Anak dengan rasa ingin tahu dan
keaktifannya dapat mendapatkan pengetahuan dengan lingkungan sekitar melalui
aktivitas-aktivitas yang dia lakukan dan belajar dari pengalamannya sendiri.
Proses mendapatkan pengalaman tersebut anak akan lebih memaknai dan dapat
beradaptasi dengan lingkungan. Pemahaman anak inilah yang menjadi pondasi
2
Penanaman dan pemahaman anak dapat pula ia dapatkan dari sekolah.
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat menanamkan nilai
kepedulian terhadap lingkungan kepada anak-anak. Pembelajaran berbasis
lingkungan dapat diterapkan dengan berbagai cara sesuai usia dan tahap
perkembangan anak. Semisal anak diajak ke kebun binantang, melakukan aksi
peduli lingkungan dengan kerja bakti, dan bisa juga anak menanam dan merawat
tanaman di sekolah.
Hasil wawancara dengan penggiat lingkungan di PSL pula menguatkan
pemikiran peneliti mengenai lingkungan. Lingkungan yang ada sekarang ini
sebenarnya tidak berubah tetapi yang berubah itu manusianya. Seandainya tidak
ada manusia alam atau lingkungan akan tetap ada. Semua memiliki sebuah
kompetisi untuk bisa saling hidup. Peradaban manusia yang bergerak tidak selaras
relasinya dengan alam yang membuat banyaknya perubahan pada lingkungan
seperti banyaknya lahan gundul, pembangunan bangunan besar mall atau hotel,
dan pembuangan limbah yang tidak dipikirkan pengolahannya. Selain itu,
teknologi yang digunakan secara negatif akan menambah kerusakan pada
lingkungan. Dari kemajuan teknologi itupula akan menjadi senjata makan tuan
untuk manusia itu sendiri.
Dalam bidang pertanian, penggunaan pestisida yang awalnya memang
menjadikan tanah subur tetapi setelah beberapa tahun tanahnya menjadi tandus
dan untuk mengembalikan kesuburan tanahnya butuh puluhan tahun bahkan
ratusan tahun lagi. Dalam hal ini manusia memang diharapkan semakin kreatif,
berpikir alternatif dan inovatif yang menjadikan manusia dapat memilih yang
menjadi sukses. Contohnya seorang petani bisa juga menjadi petani kaya dengan
menggunakan inovasi-inovasi baru dalam bercocok tanam yang menghasilkan
panen banyak tetapi tidak merusak tanah. Anak diberikan bekal untuk
menentukan pilihan yang baik bukan hanya karena balas dendam orang tua yang
tidak bisa matematika contohnya lalu anak diharuskan belajar matematika. Anak
ditanamkan rasa memiliki sehingga merasakan bahwa yang ada harus dirawat dan
dijaga.
Manusia memang dipandang sebagai makhluk yang konsumtif tetapi dapat
diimbangi dengan cara mengusahakan yang lebih menjadi prioritas utama agar
tidak lebih besar pengeluaran daripada penghasilan. Keluarga menjadi salah satu
tempat yang pertama untuk menamankan rasa cinta anak terhadap lingkungan.
Kebiasaan meletakkan sampah pada tempatnya akan mengembangkan kebiasaan
baik dan kecintaan anak terhadap lingkungan di sekitar mereka. Ngundhuh wohing pakarti, kita memanen apa yang kita tabur, akibat dari seluruh perbuatan dan sikap kita terhadap bumi pertiwi ini bisa diprediksi (Haryono, 2016: 1).
Segala sesuatu yang dilakukan akan memberikan dampak bagi kehidupan kelak.
Menanamkan hal baik dari dini akan menghasilkan buah yang baik pula saat anak
sudah beranjak dewasa.
Dari hasil pengamatan selama PPL di SD Kanisius Kalasan dari bulan Juli
sampai Oktober dapat dilihat kurangnya kesadaran siswa akan lingkungan mereka
khususnya tentang budaya membuang sampah. Budaya membuang sampah
menjadi sangat buruk ketika laci meja menjadi tempat menyimpan sampah di
4
tanaman namun kondisinya buruk, beberapa tanaman layu, dan mati karena
kekurangan air bahkan dapat ditemukan tanaman dalam pot menjadi tempat
sampah plastik bungkus makanan. Kesadaran ini perlu dipupuk dan diajarkan
melalui pembelajaran di kelas.
Pada proses pembelajaran siswa mengalami kesulitan dalam melaksanakan
dan menerapkan pembelajaran yang telah didapat. Siswa cenderung menerima dan
menyimpan tanpa ada aksi atau tindakan nyata yang dapat dilakssanakan.
Kesulitan yang dialami siswa juga ada pada saat mengidentifikasi penyebab apa
saja yang dapat mencemari lingkungan. Pengalaman secara langsung sesuai
dengan keadaan di sekitar siswa akan membantu siswa memahami materi dan
penerapan pelestarian lingkungan. Peneliti merangkai pembelajaran dengan
berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).
Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pandangan pola berpikir yang
menumbuh kembangkan potensi diri dengan menggunakan hati nurani yang
memiliki nilai kemanusiaan. Pengembangan seorang pribadi dapat terwujud
dengan proses pembelajaran yang berarah kepada Competence, Conscience dan Compassion. Competence merupakan kemampuan secara intelektual, conscience merupakan kemampuan afektif dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassion merupakan kemampuan dalam ranah psikomotorik yang berupa tindakan nyata maupun batin
yang disertai sikap belarasa bagi sesama (Subagya, 2012: 23). Dalam rangka
menumbuhkan belarasa dan peduli siswa terhadap lingkungan sekitar dengan
menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif yang dimodifikasi
langkah-langkah PPR yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi serta
memunculkan 3 nilai khas emansipaoris humanis, kesadaran kritis, dan
mempertanyakan sistem.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
1.2.1. Bagaimana proses mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
berbasis paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III?
1.2.2. Bagaimana kualitas modul pembelajaran berbasis paradigma pedagogi
reflektif untuk siswa kelas III?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Mendeskripsikan proses pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran berbasis paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III.
1.3.2. Mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran berbasis paradigma
pedagogi reflektif untuk siswa kelas III.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Siswa
1.4.1.1. Siswa dapat mendapatkan pengalaman langsung belajar dengan alam.
1.4.1.2. Siswa dapat memahami pentingnya lingkungan di sekitar.
1.4.2. Bagi Guru
1.4.2.1. Guru mendapat wawasan cara mengajar menggunakan
pembelajaran/pendidikan berbasis paradigma pedagogi reflektif.
1.4.2.2. Guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar untuk membantu
meningkatkan kesadaran dan kepedulian siswa terhadap lingkungan.
6
1.4.3.1. Sekolah dapat membuat lingkungan menjadi hijau dengan penanaman
tanaman dan merawatnya.
1.4.4. Bagi Peneliti
1.4.4.1. Peneliti dapat menambah wawasan dan pemikiran baru dalam
mengembangkan pembelajaran/pendidikan berbasis paradigma pedagogi
reflektif.
1.4.4.2. Peneliti menambah pengalaman dalam melakukan
pembelajaran/pendidikan berbasis paradigma pedagogi reflektif.
1.5. Definisi Operasional
1.5.1. Modul adalah buku pedoman atau acuan yang dapat digunakan untuk
memahami suatu materi yang lebih ringkas dan jelas.
1.5.2. Peduli adalah sikap seseorang dalam menanggapi suatu permasalahan.
1.5.3. Pendidikan emansipatoris adalah pendidikan pembebasan yang demokratis
dalam memberdayakan pemahaman siswa dan guru melalui pengalaman
sehari-hari dengan unsur humanis, kesadaran kritis, dan mempertanyakan
sistem.
1.5.4. Paradigma pedagogi refektif adalah pola pikir yang membentuk seseorang
menjadi pribadi utuh melalui kegiatan sehari-hari serta memaknai
kehidupan sebagai langkah untuk melakukan aksi/tindakan selanjutnya.
1.5.5. Conservation Scout adalah proses pembelajaran berbasis lingkungan yang mendampingi siswa dalam memahami lingkungan di sekitar dan
1.6. Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang dikembangkan berupa modul pembelajaran IPA
kelas III SD yang menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
yaitu konteks, pengalaman, evaluasi, refleksi, dan aksi. Materi pembelajaran
mengenai pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan dengan mengetahui
kondisi lingkungan sekitar dengan mengacu pada Standar Kompetensi 2.
Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan upaya
menjaga kesehatan lingkungan, Kompetensi Dasar 2.2 Mendeskripsikan kondisi
lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan. Modul dilengkapi dengan
langkah-langkah kerja dalam eksperimen serta warna cerah untuk menarik
perhatian siswa. Modul dikembangkan dengan menggunakan 10 dari 16 prinsip
pengembangan menurut Tomlinson serta memadukan pembelajaran dengan 3
khas pendidikan emansipatoris yaitu humanis, kesadaran kritis, dan
mempertanyakan sistem. Indikator pembelajaran mengacu pada nila-nilai
8 BAB II
LANDASAN TEORI
Pembahasan pada bab ini berisi mengenai kajian teori, penelitian relevan,
kernagka berpikir, dan pertanyaan penelitian.
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Paradigma Pedagogi Reflektif 2.1.1.1. Pengertian
Paradigma Pedagogi Refektif (PPR) merupakan pola pikir manusia dalam
menumbuhkembangkan individu menjadi individu yang lebih baik dengan
membentuk seseorang melalui pengalaman sehari-hari dengan melakukan refleksi
dan aksi setelah melakukan pengalaman tersebut (Tim PPR SD Kanisius, 2010:
7). Melalui pengalaman seseorang dapat menemukan nilai dari kehidupan yang
dapat dimaknai sehingga seseorang dapat menentukan aksi yang dapat dilakukan.
Nilai kehidupan yang peneliti kembangkan adalah kecintaan siswa pada
lingkungan di sekitar mereka. Siswa dapat mencintai dan menyadari akan
pentingnya mencintai lingkungan dengan merawat dan melestarikan lingkungan di
sekitar mereka. Mereka peduli akan kebersihan dan terawatnya tanaman di sekitar
mereka.
2.1.1.2. Tujuan
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) mempunyai tujuan untuk
meningkatkan kemampuan individu dalam menyikapi dan menanggapi hal yang
pembelajaran yang telah diterima baik dari sekolah maupun dari lingkungan
sekitar (Subagya, 2012: 22). Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) akan
menghasilkan pribadi yang kritis dan tanggap dalam mengatasi masalah yang ada
di sekitar.
Tujuan dari pembelajaran menggunakan pendekatan PPR terwujud dalam
3 nilai pokok, yaitu competence, conscience, dan compassion. Competence merupakan kemampuan secara intelektual atau kognitif. Conscience merupakan kemampuan sikap atau kesadaran dalam menentukan pilihan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara moral. Compassion merupakan kemampuan psikomotorik yang berupa tindakan nyata atau batin yang disertai sikap belarasa
kepada sesama menanggapi hal yang terjadi di sekitar (Subagya, 2012: 23-24).
Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan pedoman
indikator sesuai 3 nilai pokok yang tercantum dalam PPR, yaitu competence, conscience, dan compassion.
2.1.1.3. Langkah-langkah
Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam proses
pembelajaran terbagi dalam 5 langkah. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1. Konteks
Konteks merupakan proses pertama yang dilakukan guru untuk menggali
pemahaman siswa dengan mencari tahu dan mengamati kehidupan sehari-hari
siswa dan sekitarnya melalui keterbukaan dari siswa menyampai kehidupannya
10
yang akan disampaikan sehingga ada keterkaitan materi dengan kehidupan
sehari-hari siswa.
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan proses siswa memahami pembelajaran yang
melibatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Pengalaman siswa
dapat terjadi melalui pengalaman secara langsung maupun tidak langsung.
Pengalaman langsung terjadi pada saat siswa mengalami sendiri kejadian maupun
peristiwa yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang dipelajari sedangkan
pengalaman tidak langsung siswa mempelajari dan memahami suatu peristiwa
atau kejadian melalui media, misalnya buku, internet, radio, televisi, maupun
media yang lain (Subagya, 2012: 47).
3. Refleksi
Refleksi merupakan langkah pokok dalam PPR. Refleksi dapat diartikan
sebagai mencermati kembali bahan pembelajaran, pengalaman, ide-ide atau
tanggapan secara langsung yang dapat menangkap makna peristiwa lebih
mendalam (Subagya, 2012: 53). Proses refleksi dapat dengan cara memahami
kebenaran, mengerti sumber perasaan dan tanggapan yang dialami, memperdalam
pemahaman tentang dampak dari peristiwa, berusaha menemukan makna bagi
diri, memahami siapa dirinya dan bagaimana seharusnya bersikap terhadap orang
lain.
Refleksi menjadi sarana untuk mengaitkan pengalaman yang diperoleh
siswa sesuai konteks yang ada dengan aksi atau tindakan nyata yang akan
Siswa diharapkan menemukan makna dan nilai positif yang ada dalam
pengalaman sehingga dapat merumuskan aksi yang terbaik.
4. Aksi
Aksi merupakan pertumbuhan batin seseorang berdasarkan pengalaman
yang direfleksikan dan tindakan nyata yang dilakukan secara lahiriah (Subagya,
2012: 59). Tindakan nyata dilakukan seseorang berdasarkan hasil dari refleksi
memaknai nilai dari kehidupan yang ada dengan mempertimbangan baik
buruknya pilihan yang diambil. Dalam merefleksikan terkadang pula
mendapatkan makna negatif maka dari itu dalam menentukan aksi dapat juga
memperbaiki, merubah, mengurangi atau menghindari hal-hal yang mengarah
pada pengalaman negatif.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang dilakukan untuk membentuk seseorang
menjadi pribadi yang utuh dengan memiliki kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang berguna bagi sesama dalam pelayanan (Subagya, 2012: 61).
Dalam pembelajaran evaluasi dapat berupa tes, ulangan secara berkala untuk
mengetahui kemampuan guru dalam menyampaikan materi dapat diterima dan
dilaksanakan siswanya secara baik atau tidak. Hasil yang diperoleh harus
seimbang antara kemapuan kognitif, afektif , dan psikomotoriknya.
2.1.2. Emansipatoris
2.1.2.1. Pengertian Pendidikan Emansipatoris
Pendidikan emansipatoris menurut Giroux (dalam Winarti dan
12
yang adil merupakan suatu keadaan dimana masyarakat memiliki kesimbangan
dan tidak berat sebelah antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Adil
bukan berarti harus sama pembagiannya namun melihat kondisi dan kebutuhan
masing-masing. Masyarakat demokratis merupakan masyarakat yang
melaksanakan kewajiban dan haknya dalam tugas maupun tanggungjawab sebagai
warga masyarakat. Dalam hal ini kaitannya dengan sekolah adanya interaksi yang
baik antara guru dan siswa serta lingkungan di sekitarnya. Pendidikan
emansipatoris melibatkan dialog aktif antara siswa dan guru guna mencapai tujuan
belajar (Suprijono, 2016: 40). Pendidikan emansipatoris merupakan pendidikan
yang mampu memperdayakan dan memberi pencerahan pada siswa sesuai dengan
kurikulum yang dapat menanggapi kebutuhan perkembangan siswa dan tujuan
pemberdayaan siswa dapat tercapai (Mangunsong, 2005: 15).
Dari pengertian pendidikan emansipatoris di atas, menurut peneliti
pendidikan emansipatoris merupakan model pendidikan yang mampu melibatkan
siswa dan guru dalam pembelajaran sesuai dengan bagiannya, serta adanya suatu
pencerahan atau pemahaman yang diberikan guru kepada siswa untuk berpikir
kritis dan demokratis. Pendidikan emansipatoris juga dapat dikatakan sebagai
suatu pendidikan yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mampu
menemukan diri secara utuh.
2.1.2.2. Prinsip pendidikan emansipatoris
Menurut Nouri dan Sajjadi, pendidikan emansipatoris mempunyai prinsip
bahwa pendidikan emansipatoris bersifat mengembangkan: pemahaman dan
pengalaman siswa tentang realitas, kesadaran emansipatoris, kesadaran politis,
2015: 55). Guru dan siswa merupakan pembelajar. Dialog antara guru dan siswa
akan memunculkan pemahaman dan pengalaman yang nyata mengenai kehidupan
sehari-hari dan berkembang sesuai dengan pemaknaan masing-masing individu
yang didialogkan.
2.1.2.3. Tiga kata kunci dalam model pendidikan emansipatoris
1. Humanisasi
Humanisasi merupakan salah satu kata yang menjadi khas dari Universitas
Sanata Dharma. Proses pendidikan yang ada di Universitas Sanata Dharma
dituntut untuk cerdas secara intelektual dan ada penekanan pada sisi humanis.
Sekarang banyak orang yang pandai secara intelektual tetapi belum tentu orang
mampu menjadi orang yang humanis bagi yang lain. Humanis ditekankan pada
cara orang berelasi dengan orang lain yang berbeda asal-usul, karakter, suku,
budaya, ras dan bahasa. Keterbukaan untuk menerima perbedaan sangat
ditekankan agar terjalin relasi yang baik.
Menurut Nouri dan Sajjadi serta Fereire (dalam Winarti dan Anggadewi,
2015: 53) menjelaskan humanisasi sebagai memberdayakan pemahaman kritis
antara kedua belah pihak yaitu guru dan siswa, dan mengembangkan kesadaran
kritis (critical awareness) relasi antara pribadi dengan dunia. Winarti dan Anggadewi (2015) menjelaskan bahwa untuk membentuk manusia yang humanis
diperlukan rasa cinta, kerendahan hati, iman, kepercayaan, harapan dan pemikiran
kritis. Artinya manusia yang memiliki rasa cinta terhadap dirinya sendiri serta
yang ada di sekitarnya dengan kerendahan hati menyadari kenyataan yang ada
14
2. Kesadaran Kritis
Kesadaran kritis mempunyai makna bahwa orang akan belajar menerima
keadaan sosial, ekonomi dan politik yang bertolak belakang, dan kemudian
melawan arus penindasan realistis dengan menemukan realitas yang ada (Winarti
dan Anggadewi, 2015: 53). Smith (2001:31) kesadaran kritis merupakan keadaan
di mana seseorang mampu menerima dan menolak realitas dalam kehidupan serta
mampu mempertahankan pendapatnya sesuai kebenaran. Seseorang yang
memiliki kesadaran kritis akan lebih memahami kehidupan dan merubah
kenyataan dalam kehidupannya sesuai keputusan rasional yang diyakini
kebenarannya.
3. Mempertanyakan Sistem
Dialog merupakan salah satu cara untuk menanyakan sistem. Dialog yang
dilakukan guru dan siswa sebagai pembelajar pemahaman dan pengalaman akan
realitas kehidupan guru dan siswa akan berkembang. Ada timbal balik antara guru
dan siswa yang hasilnya menjadi evaluasi sistem pembelajaran selanjutnya
(Winarti dan Anggadewi, 2015: 53-54). Selain itu dalam mempertanyakan sistem
adapula sikap demokratis dalam pembelajaran. Demokratis dengan memberikan
kebebasan kepada pembelajar untuk berkembang dan menemukan makna dari
kehidupan sehari-hari dirinya dan sekitarnya.
2.1.3. Siswa Kelas III
2.1.3.1. Tahap-tahap Perkembangan Anak
Perkembangan adalah proses perubahan baik fisik maupun psikis yang
anak, masa remaja, sampai masa dewasa. Perkembangan anak adalah proses
perubahan baik fisik maupun psikis yang terjadi selama hidupnya.
Salah satu tokoh yang memaparkan mengenai tahap-tahap perkembangan
anak yaitu Jean Piaget yaitu bahwa perkembangan kognitif anak berkembang
melalui beberapa tahapan. Menurut Piaget ada empat tahapan yaitu tahap
sensorimotor (0-2 tahun). Pada tahap ini anak melakukan tindakan-tindakan
menggunakan panca indera seperti meraba, melihat, mendengar, membau. Anak
dalam tahap ini belum dapat berbicara dan belum mempunyai simbol untuk
mengatakan sebuah benda. Tahap selanjutnya tahap pra-operasional (2-7 tahun).
Tahap ini anak sudah mampu menggunakan bahasa dengan simbol-simbol yang
membuat anak bisa berkomunikasi dengan orang dewasa. Dalam tahap ini anak
belum mampu berpikir sistematis dan logis.
Tahap yang berikutnya tahap operasional konkret (7-11 tahun). Pemikiran
anak pada tahap ini sudah terarah berdasarkan logika. Konsep bilangan, waktu,
dan ruang semakin berkembang, akan tetapi pemikiran logis dan konsep masih
berkembang terbatas pada benda-benda konkret sebagai bantuannya. Anak belum
bisa memecahkan masalah yang bersifat abstrak. Oleh sebab itu matematika
secara abstrak masih sulit diajarkan di sekolah dasar. Tahap yang terakhir yaitu
operasional formal (11tahun-dewasa). Tahap ini anak sudah tidak berfokus pada
objek-objek yang dapat dilihat. Anak telah mampu berpikir secara abstrak untuk
memahami suatu konsep (Gunarso, 1981: 151-160).
2.1.4. Modul
16
mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau
bimbingan yang minimal dari pendidik (Prastowo, 2013: 106). Modul merupakan
salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya
memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan di desain untuk
membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik (Daryanto, 2013:
9). Modul pembelajaran adalah bahan ajar yang ditulis secara terstruktur dan
sistematis yang digunakan untuk membantu peserta didik dalam memahami
materi pelajaran secara mandiri.
Dalam pembuatan modul menurut Tomlinson ada 16 prinsip yaitu 1)
left brain activities, 15) Materials should not rely to much on controlled practice, dan 16) Materials should provide opportunities for outcome feedback.
Berdasarkan 16 prinsip tersebut, peneliti mengembangkan modul
menggunakan 10 prinsip menurut Tomlinson yaitu: Penelitian ini mengusahakan
tercapainya ke sepuluh prinsip pengembangan menurut Tomlinson. Prinsip
pertama, Materials should achieve impact. Bahan yang disampaikan diharapkan memberi dampak kepada siswa. Dampak tersebut dapat berupa perhatian,
ketertarikan, keingintahuan, dan minat belajar. Dampak akan dirasakan dan
tercipta saat siswa dapat memegang dan membaca materi tersebut. Siswapun
dapat menerima informasi dalam suatu materi tersebut dengan harapan dapat
membentuk proses berpikir yang kritis.
Prinsip kedua, Materials should help learners to feel at ease. Bahan yang
disampaikan diharapkan membantu siswa untuk merasa nyaman. Nyaman dalam
arti munculnya rasa senang, bahagia, dalam diri siswa dan tidak merasa terbeban.
Bahan yang disampaikan dapat berupa gambar, bahasa yang mudah dipahami
siswa, dan adanya contoh serta petunjuk yang jelas. Prinsip ketiga, Materials should hel leaners to develop confidence. Bahan diharapkan membantu siswa untuk mengembangkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri siswa dapat
berkembang dengan menggunakan materi yang mudah diterima, tidak terlalu
rumit, dan dapat mengembangkan potensi kemampuan siswa.
Prinsip keempat, What is being taught should be perceived by learners as
18
lingkungan yang ada di sekitar mereka sehingga mereka dapat merumuskan niat
untuk menjaga dan merawat lingkungan. Materi sesuai pula dengan latar belakang
kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, sosial, dan ekonomi siswa.
Pinsip kelima, Materials should require and facilitate learners self-investment. Materi diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk investasi diri. Siswa dapat belajar dan mengetahui materi secara mandiri dan sesuai dengan
lingkungan di sekitar mereka. Rasa ingin tahu dan ketertarikan siswa untuk belajar
diharapkan dapat terjawab dan mendapat kejelasan dari materi yang disampaikan.
Prinsip keenam, Materials should expose the learners to language in authentic. Bahan yang disampaikan diharapkan membantu siswa untuk menggunakan bahasa yang asli. Bahasa asli yang dibuat oleh siswa dengan
pengamatan yang dilakukan. Prinsip ketujuh, Materials should take into account that learners differ in learning styles. Bahan diharapkan memperhatikan perbedaan gaya belajar siswa. Gaya belajar tiap siswa berbeda-beda sehingga
materi yang disampaikan mengusahakan untuk menyediakan bentuk kegiatan
yang dapat membantu perkembangan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik
melalui panca indera dan memanfaatkan sarana prasarana yang ada.
Prinsip kedelapan, Materials should take into account that learners differ
in affective attitudes. Bahan diharapkan memperhatikan perbedaan sikap siswa. Perbedaan sikap atau afektif siswa dapat dikondisikan dengan menyediakan
pembelajaran secara kelompok maupun individual. Melalui pembelajaran dengan
memperhatikan perbedaan sikap itu pula dapat meningkatkan prinsip yang
selanjutnya. Prinsip kesembilan, Materials should maximaze learning potential by
both right and legt brain activities. Bahan diharapkan memaksimalkan potensi belajar dengan pengetahuan, sikap dan emosional yang dapat menstimulasi otak
kanan dan otak kiri. Materi diharapkan dapat membantu siswa dalam mengolah
kemampuan berpikir, emosi, perasaan yang dapat menyeimbangkan kemampuan
otak kanan dn otak kirinya.
Prinsip kesepuluh, Materials should provide opportunities for outcome feedback. Bahan diharapkan memberikan kesempatan untuk umpan balik hasil. Melalui umpan balik inilah siswa terdorong untuk memberikan tanggapan positif
atas materi yang telah didapatkan. Kesepuluh prinsip menurut Tomlinson
diharapkan dapat membantu siswa dalam mewujudkan pembelajaran yang
menyenangkan, relevan , dan bermanfaat.
2.2. Penelitian Relevan
Penelitian pertama, penelitian dari Penata (2015) tentang pengembangan
modul. Penelitian dengan judul “Pengembangan modul IPA sebagai suplemen
Kurikulum 2013 mendorong berpikir kritis pada siswa kelas IV”. Latar belakang
penelitian berdasarkan analisis kebutuhan melalui observasi, wawancara, dan
kuesioner menunjukkan bahwa guru dan siswa membutuhkan modul sebagai
pendukung kurikulum 2013. Tujuan dari penelitian untuk mnghasilkan produk
berupa modul praktikum IPA sebagai suplemen kurikulum 2013. Dalam hal ini
peneliti menggunakan prosedur pengembangan Borg and Gall sampai tahap ke
tujuh yaitu revisis produk setelah uji terbatas. Penelitian dilakukan dua kali di SD
Negeri 1 Bareng Lor Klaten sebanyak 5 siswa dan SD Kanisius Sengkan
20
dengan skor 2,40 yang termasuk kategori layak digunakan dari validasi guru kelas
IV SD Kanisius Sengkan, 5 siswa kelas IV SD Negeri Bareng Lor, 30 siswa SD
Kanisius Sengkan.
Penelitian kedua, Aris (2016) tentang buku panduan praktikum konservasi
air. Peneliti membahas mengenai krisis air bersih saat musim kemarau di daerah
Sikabaluan karena faktor alam dan didukung letak geografis dekat pantai serta
tekstur tanah berupa rawa yang menyebabkan air keruh. Dari hasil angket yang
dibagikan kepada 23 siswa kelas IV dan V SD Fransiskus Sikabaluan, 95% siswa
memerlukan buku panduan mengenai penjernihan air sebab mereka mengetahui
manfaat air bersih bagi kesehatan tubuh.
Penelitian ketiga, penelitian Mangunsong (2005) tentang “Mencapai perkembangan manusia yang utuh melalui pendidikan emansipatoris”. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya kesenjangan antara hasil kelulusan siswa ujian
nasional tahun 2014. Melalui pendidikan emansipatoris mampu memberdayakan
san memberi pencerahan pada siswa bagaimana bentuk kurikulum sehingga dapat
memenuhi kebutuhan perkembangan siswa dan tujuan pemberdayaan siswa
tercapai.
Penelitian keempat, penelitian Lahagu, Sari, dan Rohandi (2016) tentang
“Pengembangan buku mewarnai untuk pendidikan konservasi tanaman obat di
Kabupaten Nias Barat”. Penelitian ini dilakukan atas dasar potensi tanaman obat yang ada di sekitar namun dalam minim pengetahuan perawatan, pemeliharaan,
dan pelestarian tanaman tersebut. Melalui analisis kebutuhan didapatkan
informasi bahwa mereka membutuhkan sarana berupa buku mewarnai untuk
tanaman obat. Tujuan penelitian mengetahui cara mengembangkan buku
mewarnai yang berjudul “25 TON” dan mengetahui kualitas buku mewarnai. Validasi yang dilakukan oleh ahli bahasa menunjukkan skor 4,5 (layak) dan ahli
farmasi skor 4,25 (layak), sehingga layak diujicobakan. Setelah diujicobakan pada
25 siswa DF No.078457 Fulolo Kabupaten Nias Barat hasil perseps siswa (1)
70,6% siswa ikut terlibat untuk memelihara, merawat, dan melestarikan tanman
obat, (2) hingga 80,2% memberikan informasi yang jelas kepada siswa mengenai
manfaat tanaman obat, (3) 80,13% siswa mengenal jenis-jenis tanaman obat, dan
(4) 80,13% siswa bangga sebagai masyarakat di Kabupaten Nias Barat yang
memiliki kekayaan alam berupa tanaman obat seperti pada buku mewarnai “25 TON”.
Berdasarkan penelitian relevan diatas peneliti mengembangkan modul
pembelajaran IPA kelas III dengan pendekatan emansipatoris dan paradigma
pedagogi reflektif di SD Kanisius Kalasan yang diperjelas dengan bagan
22
Bagan 2.1 Penelitian relevan dan penelitian yang akan dikembangkan
2.3.Kerangka Berpikir
Polusi udara dan kerusakan lingkungan terjadi diberbagai daerah terutama
di daerah perkotaan. Sikap peduli dan cinta lingkungan ditanamkan kepada anak
sejak dini. Sekolah menjadi salah satu lembaga yang dapat menuntun dan
membimbing anak melakukan dan melaksanakan tindakan cinta lingkungan.
Siswa diharapkan mampu berpikir dan merasakan kondisi yang ada di sekitarnya
sehingga dapat melakukan aksi nyata yang berdampak baik bagi diri sendiri dan
lingkungan di sekitarnya.
Model pendidikan emansipatoris merupakan pendidikan yang dapat
mengembangkan dan memberdayakan siswa dalam pemenuhan kebutuhan
perkembangan dan tujuan yang akan dicapai agar kelak menjadi manusia yang
Pedagogi Reflektif dengan 5 langkah yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi,
dan evaluasi menjadikan siswa semakin terarah dan memiliki belarasa terhadap
sesama. Maka dari itu, peneliti mengembangkan modul pembelajaran IPA Kelas
III berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif dengan memadukan pendidikan
emansipatoris dan menurut 10 prinsip dari 16 prinsip menurut Tomlinson di SD
Kanisius Kalasan.
2.4. Pertanyaan Penelitian
2.2.1. Bagaimana prosedur penyusunan modul pembelajaran dan RPP dengan
pendekatan PPR?
2.2.2. Bagaimana kualitas modul pembelajaran dan RPP dengan pendekatan PPR
berdasarkan penilaian validator?
2.2.3. Bagaimana kualitas modul pembelajaran dengan pendekatan PPR
24 BAB III
METODE PENELITIAN
Pembahasan pada bab ini berisi mengenai jenis penelitian, setting
penelitian, prosedur pengembangan, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, dan teknik analisis data.
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian dan
pengembangan atau Research and Development (R&D). Tomlisnon (1998) berpendapat bahwa research and development adalah pengembangan yang menghasilkan produk atau bahan yang berkualitas untuk menarik minat belajar
siswa seperti buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, video,
handout, dan dari internet. Research and Development (R&D) adalah cara ilmiah
untuk meneliti, merancang, memproduksi, dan menguji validitas produk yang
telah dihasilkan (Sugiyono, 2016: 30). Berdasarkan dari pengertian di atas
disimpulkan bahwa penelitaian research and development adalah jenis penelitian
yang menghasilkan produk tertentu dengan kualitas yang dapat menarik minat
belajar siswa.
Tujuan dari penelitian adalah merancang, menghasilkan, serta menguji
kualitas secara sistematis dengan standar yang ada. Untuk dapat menghasilkan
sebuah produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan
tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian
untuk menguji keefektifan produk tersebut (digunakan metode eksperimen).
Peneliti dalam penelitian ini mengembangkan Buku Modul Pembelajaran
IPA untuk siswa kelas III. Pelaksanaan pengembangan disesuaikan dengan lima
langkah pengembangan menurut Tomlinson. Lima langkah pengembangan
tersebut menurut Tomlinson (1998), yaitu (1) analisis kebutuhan siswa (Student’s
need analysis), (2) desain (design), (3) implementasi (implementation), (4) evaluasi (evaluation), dan (5) revisi (revision). Pengembangan itu pula
menggunakan 10 prinsip dari 16 prinsip menurut Tomlinson yang diyakini relevan
dengan penelitian ini.
3.2. Setting Penelitian
Setting penelitian membahas mengenai objek penelitian, subjek penelitian,
dan lokasi penelitian.
3.2.1. Objek penelitian
Objek penelitian adalah buku modul pembelajaran dan RPP IPA kelas III
menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif. Buku ini dirancang
untuk membantu siswa belajar mencintai lingkungan dengan kegiatan kelompok
dan eksperimen.
3.2.2. Subjek penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian R&D ini dilakukan pada siswa kelas III
A SD Kanisius Kalasan. Siswa berjumlah 30 anak dengan 13 laki-laki dan 17
26
3.2.3. Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Kalasan beralamat di Kringinan,
Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, 55571.
3.2.4. Jadwal Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan Oktober 2016 – Maret 2017.
3.3. Prosedur Pengembangan
Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan yang menghasilkan
RPP dan modul pembelajaran IPA Kelas III mengenai kondisi lingkungan yang
berpengaruh terhadap kesehatan. Peneliti mengembangkan dengan menggunakan
langkah-langkah menurut Tomlinson (dalam Harsono, 2015). Prosedur
pengembangan melalui 5 langkah yaitu (1) analisis kebutuhan siswa, (2) desain,
(3) revisi, (4) implementasi, dan (5) evaluasi. Langkah-langkah tersebut dapat
Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan
Penjelasan setiap langkah penelitian dan pengembangan (Research and
Development) menurut Tomlinson sebagai berikut: 1. Analisis Kebutuhan Siswa
Peneliti melakukan analisis kebutuhan siswa sebagai pedoman dalam
pembuatan modul. Peneliti mengumpulkan data berupa latar belakang siswa kelas
III A di SD Kanisius Kalasan, Visi dan Misi, Kurikulum serta nilai-nilai yang ada
di SD Kanisius Kalasan. Peneliti melalukan observasi dan wawancara untuk
28
Data yang telah diperoleh digunakan peneliti untuk merancang
pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) yang sesuai dengan kurikulum yang digunkan di SD Kanisius Kalasan.
Standar Kompetensi 2. Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan dan upaya menjaga kesehatan lingkungan. Kompetensi Dasar 2.2
Mendeskripsikan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan yang
disesuaikan dengan pedoman Paradigma Pedagogi Reflektif yang diterapkan di
sekolah.
2. Desain
Peneliti mendesain pembelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR). Dalam prosesnya RPP digunakan sebagai dasar pembuatan
modul pembelajaran IPA dengan mengadaptasi pembelajaran melalui
langkah-langkah PPR konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi serta 3 khas
pendidikan emansipatoris humanis, berpikir kritis, dan mempertanyakan sistem.
3. Revisi
Modul divalidasi oleh validator untuk mendapatkan penilaian dan kritik
serta saran yang dapat membangun peneliti untuk memperbaiki modul. Revisi
dilakukan peneliti setelah mendapat kritik dan saran dari validator yang membuat
modul lebih baik dan dapat dimengerti siswa.
4. Implementasi
Modul digunakan di kelas IIIA SD Kanisius Kalasan dengan melakukan
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat selama 2 kali pertemuan. Pada
yang diberikan peneliti. Observasi dilakukan untuk mengetahui kualitas menurut
sepuluh prinsip Tomlinson.
5. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan dengan menuliskan refleksi pada buku modul
dan refleksi bersama dan menghasilkan produk materi yang berkualitas.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian Research and Development ada dua yaitu pengumpulan data kualitatif dan pengumpulan data kuantitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah wawancara, observasi,
dan kuesioner.
3.4.1. Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan secara lisan untuk dijawab lisan juga (Margono, 2010: 165).
Wawancara digunakan peneliti untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti
dan mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam dan jumlah responden
sedikit. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur
dengan bertatap muka maupun melalui media misal telepon (Sugiyono, 2012:
137-138). Wawancara yang dilakukan peneliti merupakan wawancara tidak
terstuktur. Pedoman wawancara yang dibuat merupakan garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.
3.4.2. Observasi
Observasi merupakan pengumpulan data melalui proses pengamatan
30
merupakan teknik evaluasi program pendidikan luar sekolah yang dilakukan guna
mengkaji suatu gejala atau peristiwa sesuai observasi langsung di dalam kelas
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi bertujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai masalah-masalah yang ada pada proses
pembelajaran. Observasi dilakukan peneliti dengan mengamati proses
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas pada siswa kelas III A SD Kanisius
Kalasan. Peneliti mencatat data dan menganalisa untuk mendapatkan hasil.
3.4.3. Kuesioner
Kuesioner merupakan pengumpulan data secara tidak langsung bertanya
kepada responden. Instrumen yang digunakan berupa angket yang berisi
pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab responden (Sukmadinata, 2008:
219). Kuesioner digunakan untuk memvalidasi modul pembelajaran dan RPP
yang dirancang. Validasi dilakukan oleh ahli yang berguna untuk mengetahui
kualitas dari desain produk yang dirancang. Kuesioner digunakan pula untuk
penilaian kualitas dari siswa yang menjadi subyek penelitian.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu pedoman
wawancara dan kuisioner.
3.5.1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara peneliti tidak terstruktur, peneliti tidak menyiapkan
daftar pertanyaan. Peneliti menyiapkan garis besar yang akan ditanyakan.
Informasi yang didapat digunakan peneliti untuk menuliskan analisis kebutuhan
3.5.2. Kuesioner
Kuesioner berisi pernyataan-pernyataan berdasarkan aspek modul
pembelajaran dan RPP dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).
Kuesioner disusun untuk memvalidasi modul pembelajaran dan RPP. Instrumen
penelitian kuesioner validasi modul pembelajaran dan RPP yang digunakan
peneliti sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Ahli
No Aspek Indikator No
3. Materi - Pemilihan dan pengorganisasian materi pembelajaran.
6. Penilaian hasil belajar
- Rancangan penilaian autentik 21, 22, 23
7. Bahasa - Penulisan bahasa tulis 24, 25, 26
8. Cover - Desain cover 27, 28, 29, 30
32
Tabel 3.2 Kuesioner Validasi Ahli
No. KOMPONEN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN SKOR
SARAN
I Perumusan indikator
1 Kesesuaian dengan latar belakang sekolah 1 2 3 4 5
2 Kesesuaian dengan standar kompetensi 1 2 3 4 5
3 Kesesuaian dengan kompetensi dasar 1 2 3 4 5
4 Kesesuaian dengan nilai competence 1 2 3 4 5
5 Kesesuaian dengan nilai consience 1 2 3 4 5
6 Kesesuaian dengan nilai compassion 1 2 3 4 5
II Perumusan tujuan keberhasilan belajar
7 Kesesuaian dengan indikator 1 2 3 4 5
8 Kelengkapan cangkupan rumusan tujuan meliputi Audience, Behavior, Condition, Degree.
1 2 3 4 5
III Pemilihan dan pengoranisasian materi pembelajaran 9 Kesesuaian dengan komponen yang akan
dicapai
1 2 3 4 5
10 Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik 1 2 3 4 5
11 Keruntutan dan sistematika materi 1 2 3 4 5
12 Kesesuaian materi dengan alokasi waktu 1 2 3 4 5
IV Pemilihan sumber belajar/media pembelajaran 13 Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran
dengan komponen (tujuan) yang ingin dicapai
1 2 3 4 5
14 Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan materi pembelajaran
1 2 3 4 5
15 Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan karakteristik peserta didik
1 2 3 4 5
V Skenario/kegiatan pembelajaran 16 Kesesuaian pendekatan dan metode
pembelajaran dengan prinsip emansipatoris (melibatkan siswa, demokratis, adil, dan humanis) dan pedagodi paradigma reflektif
No. KOMPONEN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN SKOR
SARAN
(PPR)
17 Kesesuaian pendekatan dan metode pembelajaran dengan materi pembelajaran
1 2 3 4 5
18 Kesesuaian pendekatan dan metode
pembelajaran dengan karakteristik peserta didik
1 2 3 4 5
19 Kelengkapan langkah-langkah dalam setiap tahapan pembelajaran dan kesesuaian dengan alokasi waktu
1 2 3 4 5
20 Kesesuaian langkah-langkah pembelajaran dengan prinsip emansipatoris dan paradigma pedagogi reflektif (PPR)
1 2 3 4 5
VI Penilaian hasil belajar
21 Kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi yang ingin dicapai
1 2 3 4 5
22 Kejelasan prosedur penilaian (awal, proses, akhir, tindak lanjut)
1 2 3 4 5
23 Kelengkapan instrumen (soal, rubrik, kunci jawaban)
1 2 3 4 5
VII Penggunaan bahasa tulis
24 Ketepatan pilihan kata 1 2 3 4 5 25 Kebakuan struktur kalimat 1 2 3 4 5 26 Kebakuan bentuk huruf dan angka 1 2 3 4 5 VIII Cover modul
27 Gambar sesuai dengan tema pembelajaran 1 2 3 4 5 28 Tata letak gambar, judul, dan nama pengarang
sesuai dengan tata letak isi
1 2 3 4 5
29 Keserasian pewarnaan 1 2 3 4 5 30 Judul dapat memberikan informasi mengenai
34
Tabel 3.3 Kuesioner Penilaian Kualitas Modul oleh Siswa
No. KOMPONEN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN SKOR SARAN
I Cover modul
1 Gambar sesuai dengan tema pembelajaran 1 2 3 4 5 2 Tata letak gambar, judul, dan nama pengarang
sesuai dengan tata letak isi.
1 2 3 4 5
3 Keserasian pewarnaan 1 2 3 4 5 4 Judul dapat memberikan informasi mengenai
materi isi buku
1 2 3 4 5
II Isi Modul
5 Isi modul yang diberikan membuat saya mengerti materi dan mandiri.
1 2 3 4 5
6 Isi modul membuat saya aktif dan semangat belajar.
1 2 3 4 5
7 Isi modul membuat rasa ingin tahu saya meningkat.
1 2 3 4 5
III Penggunaan bahasa tulis
8 Saya mengerti maksud dari pilihan kata dalam modul.
1 2 3 4 5
9 Saya membaca jelas dengan bentuk huruf dan angka dalam modul.
1 2 3 4 5
IV Manfaat modul
10 Saya memahami bahwa modul membantu saya memecahkan masalah dalam kegiatan.
1 2 3 4 5
11 Saya memahami bahwa modul membantu saya untuk membangun niat mencintai lingkungan
1 2 3 4 5
Skor total
3.5. Teknik Analisis Data
3.5.1. Teknik analisis data kualitatif
Observasi, wawancara merupakan hasil pengumpulan data kualitatif yang
dianalisa untuk memperoleh hasil analisis kebutuhan siswa. Hasil validasi dari
validator yang berupa kritik dan saran untuk memperoleh kualitas modul.
3.5.2.1. Kuesioner
Kuesioner digunakan peneliti untuk melakukan validasi modul
pembelajaran IPA Kelas III beserta RPP yang telah dibuat. Data yang dianalisa
merupakan hasil penilaian yang diperoleh dari validator mengenai produk yang
dirancang.
Data yang diperoleh dari validator berupa data kuantitatif. Data tersebut
berbetuk nilai/skor pada setiap pernyataan dalam kuesioner. Data kuantitatif
dikonversikan ke data kualitatif untuk mengetahui secara deskriptif hasil
penghitungan yang dilakukan.
Tabel 3.4 konversi data kuantitatif ke data kualitatif (Masidjo, 1995: 153)
Interval skor Kategori X > Xi + 1,80 SBi Sangat baik
Xi + 0,60 SBi < X ≤ Xi + 1,80 Sbi Baik Xi –0,60 Sbi < X ≤ Xi + 0,60 Sbi Cukup Xi –1,80 Sbi < X ≤ Xi – 0,60 Sbi Kurang
X≤Xi – 1,80 Sbi Sangat kurang Keterangan :
Rerata ideal (Xi) : ½ (skor maksimal deal + skor minimal ideal)
Simpangan baku ideal (Sbi) : 1/6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal)
X : skor aktual
Rumus konversi di atas digunakan untuk menghitung dari data kuantitatif
menjadi data kualitatif. Rumus konversi yang digunakan sebagai berikut.
Diketahui:
Skor maksimal ideal : 5
Skor minimal ideal : 1
36
Ditanya:
Interval skor kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang?
Jawab:
Kategori sangat baik = X > Xi +1,80 SBi
= X > 3 + (1,80 . 0,67)
= X > 3 + 1,21
= X > 4,21
Kategori baik = Xi + 0,60 SBi < X ≤ Xi + 1,80 Sbi = 3 +(0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (1,80 . 0,67) = 3 + 0,40 < X ≤ 3 + 1,21
= 3,40 < X ≤ 4,21
Kategori cukup = Xi –0,60 Sbi < X ≤ Xi + 0,60 Sbi = 3 –(0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (0,60 . 0,67) = 3 –0,40 < X ≤ 3 + 0,40
= 2,60 < X ≤ 3,40
Kategori kurang = Xi –1,80 Sbi < X ≤ Xi – 0,60 Sbi = 3 –(1,80 . 0,67) < X ≤ 3 – (0,60 . 0,67) = 3 – 1,21 < X ≤ 3 – 0,40
= 1,79 < X ≤ 2,60 Kategori sangat kurang = X ≤ Xi – 1,80 Sbi
= X ≤ 3 – (1,80 . 0,67) = X ≤ 3 – 1,21
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh konversi dari data kuantitatif
menjadi data kualitatif skala lima sebagai berikut:
Tabel 3.5 Tabel Kategori Skala Lima (Sukardjo, 28: 11)
Interval Skor Kategori X > 4,21 Sangat baik
3,40 < X ≤ 4,21 Baik
2,60 < X ≤ 3,40 Cukup
1,79 < X ≤ 2,60 Kurang
38 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan pada bab ini berisi mengenai analisis kebutuhan siswa, desain
modul, validasi modul, revisi, implementasi, evaluasi dan pembahasan.
4.1. Analisis Kebutuhan
Pada tahap analisis kebutuhan, peneliti melakukan observasi dan
wawancara kepada siswa dan guru. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan, peneliti bahwa SD Kanisisus Kalasan merupakan sekolah swasta
yang berada di bawah naungan yayasan Kanisius dengan jumlah siswa 320 terdiri
dari 12 kelas paralel dari kelas 1 sampai kelas 6. Sekolah menghidupi nilai-nilai
Kanisius yaitu kasih, disiplin, berani, cerdas, dan jujur. Nilai-nilai Kanisius
sendiri diajarkan kepada siswa secara bertahap. Kelas 1 dan 2 mendalami nilai
kasih, kelas 3 nilai disiplin, kelas 4 berani, kelas 5 cerdas, dan kelas 6 jujur.
Peneliti mengambil penelitian di kelas III A yang mendalami nilai disiplin.
Disiplin dalam arti luas yang memberikan tanggungjawab dan kebebasan pada
siswa untuk bertindak.
Peneliti melakukan observasi selama menjalani Program Pengalaman
Lapangan (PPL). Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa siswa kelas III
A di SD Kanisius Kalasan merupakan siswa dari keluarga kalangan ekonomi
menengah ke atas dengan indikasi siswa berangkat dan pulang sekolah diantar
oleh orang tua dengan menggunakan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor
proses pembelajaran di kelas dan saat istirahat siswa terlihat masih meletakkan
sampah tidak pada tempatnya dan melaksanakan piket apabila ditunggu guru. Dari
sikap inilah peneliti menganggap bahwa perlu adanya kesadaran siswa menjaga
dan merawat lingkungan di sekitar mereka. Banyak polusi dan sampah akan
menyebabkan gangguan dalam kesehatan apabila tidak ditanggani dari sekarang.
Dari hasil wawancara dengan siswa, siswa merasakan perubahan dari
kondisi alam yang sekarang terjadi dan banyaknya kendaraan yang membuat
polusi udara semakin meningkat. Siswa mengharapkan adanya proses
pembelajaran secara langsung sesuai dengan kondisi yang ada dan adanya buku
petunjuk dalam melaksanakan pembelajaran.
4.2. Desain Modul
Peneliti mengembangkan modul pembelajaran IPA dan RPP dengan
berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Pada proses awal pengembangan
modul pembelajaran IPA dan RPP disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang sudah diperoleh dari analisis data. Standar Kompetensi 2.
Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan upaya
menjaga kesehatan lingkungan. Kompentesi Dasar 2.2 Mendeskripsikan kondisi
lingkungan yang berpengaruh terhdap kesehatan. Dalam menyusun RPP, peneliti
menyusun dan menentukan indikator berdasarkan nilai 3C (competence,
conscience, dan compassion). Competence yang dicapai dengan siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri lingkungan sehat dan tidak sehat, menjelaskan kondisi
lingkungan di sekitar siswa, melaporkan hasil pengamatan, dan
40
disiplin dan bertanggungjawab dengan apa yang siswa kerjakan. Saling
menghargai pendapat dan melakukan interaksi yang baik antara siswa dan guru
maupun siswa dan siswa. Compassion ditunjukkan dengan menuliskan refleksi serta membuat poster untuk mengajak dan melakukan perawatan tanaman dan
meletakkan sampah pada tempatnya. Selanjutnya peneliti menyusun tujuan,
materi, langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan 5 langkah Paradigma
Pedagogi Refleksif yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi, serta
dilampiri dengan lembar penilaian. Modul disusun sesuai 10 prinsip dari 16
prinsip pengembangan menurut Tomlinson.
4.3.Validasi Modul dan RPP
Validator modul pembelajaran IPA dan RPP dilakukan oeh dua validator.
Penilaian dilakukan pada tanggal 23 Januari 2017 dan tanggal 24 Januari 2017.
Berikut tabel hasil penilaian validator modul pembelajaran IPA dan RPP.
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Validator
Kriteria Penilaian Validator 1
Penilaian Validator 2 Kesesuaian dengan latar belakang sekolah 4 4 Kesesuaian dengan standar kompetensi 3 4 Kesesuaian dengan kompetensi dasar 3 4 Kesesuaian dengan nilai competence 3 2 Kesesuaian dengan nilai consience 3 2 Kesesuaian dengan nilai compassion 3 2 Kesesuaian dengan indikator 3 4 Kelengkapan cangkupan rumusan tujuan
meliputi Audience, Behavior, Condition,
Degree. 4 3
Kesesuaian dengan komponen yang akan
dicapai 4 5
Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik 3 5