ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SANATA DHARMA MENGENAI MATERI
KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Fransiska Dian Retnosari
NIM: 131414065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SANATA DHARMA MENGENAI MATERI
KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Fransiska Dian Retnosari
NIM: 131414065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii SKRIPSI
ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SANATA DHARMA MENGENAI MATERI
KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN
Oleh
Fransiska Dian Retnosari NIM: 131414065
Telah disetujui oleh
Pembimbing
iii SKRIPSI
ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SANATA DHARMA MENGENAI MATERI
KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Fransiska Dian Retnosari
NIM: 131414065
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 10 Mei 2017
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. ...
Sekretaris : Dr. Hongki Julie, M.Si. ...
Anggota : Dr. Hongki Julie, M.Si. ...
Anggota : Beni Utomo, M.Sc. ...
Anggota : Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. ...
Yogyakarta, 10 Mei 2017
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk :
• Tuhan Allah Yang Mahakuasa sebagai rasa syukur atas penyertaan-Nya • Kedua orang tua yang sudah berusaha semaksimal mungkin demi
kelancaran studiku.
• Kakak-kakakku dan adikku yang telah mensupportku dengan caranya masing-masing.
• Sahabat-sahabatku (Carina, Widya, Lia, Reska, Widi, Valent) yang selalu menemaniku dalam suka-duka perjalanan studiku.
• Para respondenku yang sudah amat sangat membantuku. • Teman-teman P.Mat angkatan 2013 yang sudah menemani
proses pembelajaranku selama ini.
• Para dosen yang sudah membimbing dan mendampingiku. • Sanata Dharma sebagai tempat yang sudah menempaku
menjadi seorang sarjana pendidikan.
vii ABSTRAK
Fransiska Dian Retnosari (131414065). Analisis Kemampuan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Mengenai Materi
Kesebangunan dan Kekongruenan. Skripsi, Program Studi Matematika, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran yang dilakukan dosen, kompetensi profesional dan pedagogik calon guru matematika pada materi kesebangunan dan kekongruenan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 42 mahasiswa program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang sedang menempuh mata kuliah Pembelajaran Matematika SMP untuk materi Kesebangunan dan Kekongruenan kelas A pada tahun akademik 2016/2017.
Tahap-tahap dalam menganalisis data yaitu tahap reduksi, tahap penyajian data, dan tahap penarikan kesimpulan. Instrumen yang digunakan berupa lembar tes esai dan lembar wawancara. Dari data tersebut peneliti melakukan analisis sehingga peneliti dapat menyimpulkan:
1. Proses pembelajaran yang dilakukan dosen antara lain: dosen membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok diberikan 1 materi SMP, kelompok diberikan tugas untuk mendalami materinya masing-masing, kelompok melakukan observasi ke suatu sekolah, kelompok melakukan presentasi, dosen melakukan evaluasi atau tes.
2. Kompetensi profesional mengenai materi kesebangunan dan kekongruenan a. mahasiswa kurang mampu dalam menjelaskan pengertian kesebangunan, b. mahasiswa sudah sangat mampu dalam memberikan contoh
kesebangunan,
c. mahasiswa mampu dalam menyebutkan cara untuk menunjukkan bangun datar yang sebangun untuk bangun datar segi-n dimana � > 3,
d. mahasiswa tidak mampu dalam menyebutkan cara untuk menunjukkan bangun datar yang sebangun untuk bangun datar segitiga.
e. mahasiswa mampu dalam menjelaskan pengertian kekongruenan. f. mahasiswa sangat mampu dalam memberikan contoh kekongruenan, g. mahasiswa tidak mampu dalam menyebutkan cara untuk menunjukkan
bangun datar kongruen baik untuk bangun datar segitiga maupun bangun datar segi-n dimana � > 3,
h. mahasiswa tidak mampu dalam menyelesaikan soal yang terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan.
3. Kompetensi profesional mengenai materi kesebangunan dan kekongruenan adalah mahasiswa mampu dalam membuat contoh soal yang terkait dengan kesebangunan dan mahasiswa kurang mampu dalam membuat soal yang terkait dengan kekongruenan.
viii ABSTRACT
Fransiska Dian Retnosari (131414065). The Analysis of the Sanata Dharma
Mathematics Education Students’ ability were on Similarity and Congruence Materials. Thesis. Mathematics Study Program, Mathematics and Science Education Major,
Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta,
2017
This research aimed to describe the learning process which was applied by lecturer, professionalism and pedagogy competence of Mathematics teacher candidates toward similarity and congruence materials. The type of research using in this research was descriptive qualitative research. The research subjects were 42 students from Mathematics Education Department of Sanata Dharma University who was studying the Pembelajaran Matematika SMP course for Similarity and Congruence material, class A, at the academic year of 2016/2017.
The data analyze steps were reducing step, presenting step, and concluding step. The instruments using in this research were essay test sheet and interview sheet. From the data, the researcher did analysis and the conclusion were as follow:
1. The learning process that was applied by the lecturer: the lecturer divided the students into several groups and each group was given one junior high school materials, each group was given a task to study the material, each group did observation in a school, each group did presentation, lecturer did an evaluation or test.
2. The profile of student’s professional competence about similarity and congruency materials were as follow:
a. students were not fairly able to explain the definition of similarity, b. students were strongly able to give examples about similarity,
c. students were able to mention the methods for showing plain geometry that similarity for n-angled plain geometry where � > 3,
d. students were not able to mention the method to show plain geometry that similarity for triangle plain geometry.
e. students were able to explain the definition of congruence. f. students were strongly able to give examples of congruence.
g. students were not able to mention the method to show plain geometry that congruence whether it was for triangle plain geometry or n-angled plain geometry where � > 3,
h. students were not able to solve test item which was related to the similarity and congruence.
3. Professional competence related to similarity and congruence materials was that students were able to create the example of test item which is related to similarity and students were not fairly able to create the example of test item which is related to congruence.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan berkat
dan karunia-Nya atas segala proses dalam Tugas Akhir ini sehingga tugas akhir ini
bisa selesai tepat pada waktunya.
Penulisan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Kemampuan Mahasiswa Sanata
Dharma Program Studi Pendidikan Matematika Mengenai Materi Kesebangunan
dan Kekongruenan” ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
derajat kesarjanaan pada program studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis mendapat berbagai bimbingan dari banyak pihak dalam proses
penyusunan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Kuasa yang sudah memberikan anugerah dan
rahmat-Nya sehingga proses Tugas Akhir ini dapat berjalan lancar.
2. Bapak Rohandi, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang sudah
meluangkan waktu dan pikiran serta memberikan semangat bagi peneliti.
4. Ibu Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pembelajaran Matematika SMP kelas A tahun akademik 2016/2017 yang
telah bersedia memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan
penelitian di kelas yang beliau ampu, serta bersedia membimbing peneliti
dalam menyelesaikan instrumen-intrumen yang digunakan.
5. Kedua orang tua, serta saudara-saudari peneliti yang sudah banyak
berkorban demi kelancaran studi khususnya penyusunan Tugas Akhir ini.
6. Sahabat dan teman-teman angkatan P.Mat 2013 yang sudah berproses
bersama dengan penulis.
7. Para responden yang sudah berkenan membantu kelancaran Tugas Akhir
x
8. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung sudah membantu
kelancaran proses pembuatan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada Tugas Akhir ini.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman peneliti, maka peneliti
mengharapkan kritik dan saran atas Tugas Akhir ini.
Akhir kata, peneliti mengharapkan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak dan bagi para pembacanya.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR BAGAN ... xx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Batasan Masalah... 8
F. Penjelasan Istilah ... 8
G. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... 11
B. Kompetensi Guru Profesional ... 13
C. Kekongruenan ... 18
D. Kesebangunan ... 26
xii
F. Kerangka Berpikir ... 39
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40
B. Subyek Penelitian ... 40
C. Objek Penelitian ... 40
D. Bentuk Data ... 41
E. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 41
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 41
G. Teknik Analisis Data ... 45
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 49
B. Deskripsi Proses Belajar dan Pembahasan ... 51
C. Deskripsi Hasil-Hasil Tes Akhir dan Pembahasan ... 71
D. Data Hasil Wawancara ... 90
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 132
B. Saran ... 134
DAFTAR PUSTAKA ... 135 LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Surat permohonan ijin observasi dan penelitian ... L-1
Lampiran 1.2 Kisi-kisi soal untuk latar belakang ... L-2
Lampiran 1.3 Lembar soal untuk latar belakang... L-4
Lampiran 3.1 Kisi-kisi soal tes esai ... L-6
Lampiran 3.2 Kunci jawaban dan instrumen penilaian tes esai ... L-8
Lampiran 3.3 Lembar soal tes esai... L-18
Lampiran 4.1 Lembar jawaban M1 ... L-19
xiii
Lampiran 4.3 Lembar jawaban M3 ... L-27
Lampiran 4.4 Lembar jawaban M4 ... L-32
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kekongruenan berdasarkan sisi-sisi-sisi ... 19
Gambar 2.2 Kekongruenan berdasarkan sisi-sudut-sisi ... 19
Gambar 2.3 Kekongruenan berdasarkan sudut-sisi-sudut ... 20
Gambar 2.4 Kekongruenan berdasarkan sisi-sudut-sudut ... 21
Gambar 2.5 Kekongruenan berdasarkan sisi-sisi-sudut-sudut sejenis ... 23
Gambar 2.6 Kekongruenan berdasarkan sisi-sisi-sudut-sudut sejenis ... 23
Gambar 2.7 Kesebangunan berdasarkan sudut-sudut ... 27
Gambar 2.8 Kesebangunan berdasarkan sisi-sudut-sisi ... 28
Gambar 2.9 Kesebangunan berdasarkan sisi-sisi-sisi ... 30
Gambar 2.10 Kesebangunan berdasarkan sisi-sisi-sudut-sudut sejenis ... 32
Gambar 2.11 Bangun datar segitiga ... 33
Gambar 2.12 Bangun datar segiempat ... 34
Gambar 2.13 Bangun datar sebangun ... 35
Gambar 4.1 Contoh dari kelompok mengenai kesebangunan ... 53
Gambar 4.2 Contoh dari kelompok mengenai kekongruenan ... 54
Gambar 4.3 Contoh kekongruenan ... 55
Gambar 4.4 Contoh kesebangunan ... 56
Gambar 4.5 Contoh kesebangunan ... 57
xvi
Gambar 4.7 Kekongruenan berdasarkan sudut-sisi-sudut ... 58
Gambar 4.8 Kekongruenan berdasarkan sisi-sisi-sisi ... 58
Gambar 4.9 Kekongruenan berdasarkan sudut-sudut-sisi ... 58
Gambar 4.10 Kekongruenan berdasarkan sisi-sudut-sisi ... 59
Gambar 4.11 Kekongruenan berdasarkan sudut-sisi-sudut ... 59
Gambar 4.12 Kekongruenan berdasarkan sisi-sisi-sisi ... 60
Gambar 4.13 Kekongruenan berdasarkan sudut-sudut-sisi ... 60
Gambar 4.14 Gambar soal no 1 dari kelompok ... 61
Gambar 4.15 Gambar soal no 2 dari kelompok ... 63
Gambar 4.16 Gambar soal no 3 dari kelompok ... 64
Gambar 4.17 Jawaban kelompok ... 68
Gambar 4.18 Jawaban kelompok mengenai kekongruenan berdasarkan sudut-sudut-sisi ... 69
Gambar 4.19 Jawaban 1 mahasiswa tentang contoh kesebangunan ... 72
Gambar 4.20 Jawaban 23 mahasiswa tentang contoh kesebangunan ... 73
Gambar 4.21 Jawaban 2 mahasiswa tentang contoh kesebangunan ... 73
Gambar 4.22 Jawaban 10 mahasiswa tentang contoh kesebangunan ... 74
Gambar 4.23 Jawaban 4 mahasiswa tentang contoh kesebangunan ... 74
Gambar 4.24 Jawaban 30 mahasiswa tentang contoh kekongruenan ... 78
Gambar 4.25 Jawaban 3 mahasiswa tentang contoh kekongruenan ... 79
Gambar 4.26 Jawaban 2 mahasiswa tentang contoh kekongruenan ... 79
xvii
Gambar 4.28 Jawaban 1 mahasiswa tentang contoh kesebangunan ... 80
Gambar 4.29 Jawaban M1 tentang pengertian kesebangunan ... 91
Gambar 4.30 Jawaban M2 tentang pengertian kesebangunan ... 91
Gambar 4.31 Jawaban M3 tentang pengertian kesebangunan ... 92
Gambar 4.32 Jawaban M4 tentang pengertian kesebangunan ... 93
Gambar 4.33 Jawaban M5 tentang pengertian kesebangunan ... 94
Gambar 4.34 Jawaban M1 tentang contoh kesebangunan ... 94
Gambar 4.35 Jawaban M2 tentang contoh kesebangunan ... 95
Gambar 4.36 Jawaban M3 tentang contoh kesebangunan ... 95
Gambar 4.37 Jawaban M4 tentang contoh kesebangunan ... 96
Gambar 4.38 Jawaban M5 tentang contoh kesebangunan ... 96
Gambar 4.39 Jawaban M1 tentang cara menunjukkan kesebangunan ... 97
Gambar 4.40 Jawaban M2 tentang cara menunjukkan kesebangunan ... 98
Gambar 4.41 Jawaban M3 tentang cara menunjukkan kesebangunan ... 98
Gambar 4.42 Jawaban M1 tentang pengertian kekongruenan ... 100
Gambar 4.43 Jawaban M2 tentang pengertian kekongruenan ... 101
Gambar 4.44 Jawaban M3 tentang pengertian kekongruenan ... 101
Gambar 4.45 Jawaban M4 tentang pengertian kekongruenan ... 102
Gambar 4.46 Jawaban M5 tentang pengertian kekongruenan ... 102
Gambar 4.47 Jawaban M1 tentang contoh kekongruenan ... 103
Gambar 4.48 Jawaban M3 tentang contoh kekongruenan ... 104
xviii
Gambar 4.50 Jawaban M5 tentang contoh kekongruenan ... 105
Gambar 4.51 Jawaban M1 tentang cara menunjukkan kekongruenan ... 106
Gambar 4.52 Jawaban M2 tentang cara menunjukkan kekongruenan ... 106
Gambar 4.53 Jawaban M3 tentang cara menunjukkan kekongruenan ... 107
Gambar 4.54 Jawaban M4 tentang cara menunjukkan kekongruenan ... 108
Gambar 4.55 Jawaban M5 tentang cara menunjukkan kekongruenan ... 109
Gambar 4.56 Jawaban M1 tentang menyelesaikan soal terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan ... 111
Gambar 4.57 Jawaban M3 tentang menyelesaikan soal terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan ... 112
Gambar 4.58 Jawaban M4 tentang menyelesaikan soal terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan ... 114
Gambar 4.59 Jawaban M4 tentang menyelesaikan soal terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan ... 114
Gambar 4.60 Jawaban M5 tentang menyelesaikan soal terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan ... 115
Gambar 4.61 Jawaban M1 tentang menyelesaikan soal menyelesaikan soal terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan ... 117
Gambar 4.62 Jawaban M2 tentang menyelesaikan soal menyelesaikan soal terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan ... 118
xix
Gambar 4.64 Jawaban M3 tentang menyelesaikan soal menyelesaikan soal
terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan ... 119
Gambar 4.65 Jawaban M3 tentang menyelesaikan soal menyelesaikan soal terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan ... 120
Gambar 4.66 Jawaban M4 tentang menyelesaikan soal menyelesaikan soal terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan ... 121
Gambar 4.67 Jawaban M5 tentang menyelesaikan soal menyelesaikan soal terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan ... 122
Gambar 4.68 Jawaban M1 tentang membuat soal kesebangunan ... 123
Gambar 4.69 Jawaban M1 tentang membuat soal kesebangunan ... 123
Gambar 4.70 Jawaban M2 tentang membuat soal kesebangunan ... 124
Gambar 4.71 Jawaban M3 tentang membuat soal kesebangunan ... 125
Gambar 4.72 Jawaban M4 tentang membuat soal kesebangunan ... 126
Gambar 4.73 Jawaban M5 tentang membuat soal kesebangunan ... 127
Gambar 4.74 Jawaban M1 tentang membuat soal kekongruenan ... 127
Gambar 4.75 Jawaban M1 tentang membuat soal kekongruenan ... 128
Gambar 4.76 Jawaban M2 tentang membuat soal kekongruenan ... 128
Gambar 4.77 Jawaban M3 tentang membuat soal kekongruenan ... 129
Gambar 4.78 Jawaban M4 tentang membuat soal kekongruenan ... 130
xx
DAFTAR BAGAN
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Surat permohonan ijin observasi dan penelitian ... L-1
Lampiran 1.2 Kisi-kisi soal untuk latar belakang ... L-2
Lampiran 1.3 Lembar soal untuk latar belakang... L-4
Lampiran 3.1 Kisi-kisi soal tes esai ... L-6
Lampiran 3.2 Kunci jawaban dan instrumen penilaian tes esai ... L-8
Lampiran 3.3 Lembar soal tes esai... L-18
Lampiran 4.1 Lembar jawaban M1 ... L-19
Lampiran 4.2 Lembar jawaban M2 ... L-25
Lampiran 4.3 Lembar jawaban M3 ... L-27
Lampiran 4.4 Lembar jawaban M4 ... L-32
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pengertian Pendidikan dalam Undang-Undang SISDIKNAS No 20
tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Salah
satu komponen penting dalam dunia pendidikan adalah guru. Saat ini, peran
guru di sekolah lebih ditekankan sebagai fasilitator pembelajaran. Guru
bukan lagi sebagai satu-satunya sumber informasi bagi peserta didik,
sehingga dengan perannya sebagai fasilitator, guru berusaha mengajak dan
membawa seluruh peserta didik untuk berpartisipasi dalam proses belajar.
Peranan guru dalam pendidikan sangat besar karena guru merupakan
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik melalui jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Dengan adanya guru yang profesional dan berkualitas, maka
akan mampu menghadirkan anak bangsa yang juga berkualitas. Oleh karena
itu, kunci utama yang harus dimiliki oleh setiap guru ialah kompetensi.
di dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai seorang guru sehingga
tujuan dari pendidikan bisa tercapai dengan baik.
Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pedidikan profesi. Keempat kompetensi
tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran
2. Kompetensi kepribadian merupakan sejumlah kompetensi yang
berhubungan dengan kemampuan pribadi dengan segala karakteristik
yang mendukung pelaksanaan tugas.
3. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat
4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai
pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan/atau seni
Profesionalitas guru dalam mengajar akan terwujud jika seorang guru
memiliki kemampuan intelektual yang memadai. Menurut Christiana
Ismaniati (2011:8), kompetensi profesional juga ditunjukkan oleh
kemampuan guru untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni serta guru yang kompeten secara
profesional menunjukkan penguasaan materi pembelajaran bukan hanya
membimbing peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan oleh Standar Nasional Pendidikan Indonesia.
Tema atau materi yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah
mengenai kesebangunan dan kekongruenan. Adapun yang menjadi latar
belakang peneliti memilih tema tersebut adalah berdasarkan pengalaman
peneliti di dalam mendampingi belajar siswa SMP. Terdapat banyak
kesulitan yang dialami siswa SMP dalam menyelesaikan soal yang terkait
dengan materi kesebangunan dan kekongruenan. Selain itu, materi
kesebangunan dan kekongruenan merupakan salah satu materi yang
penting dalam matematika secara umum. Matematika yang diajarkan di
tingkat SMP dan SMA meliputi bilangan, aljabar, geometri, statistika dan
kalkulus. Dalam materi geometri, salah satu konsep yang mendasar yaitu
mengenai kesebangunan dan kekongruenan karena di dalam materi
tersebut dibahas mengenai sifat-sifat kesebangunan dan kekongruenan dari
bangun datar dan penyelesaian suatu masalah dengan menggunakan
sifat-sifat tersebut.
Pada suatu kesempatan, peneliti meminta enam mahasiswa angkatan
2013/2014 untuk mengerjakan enam soal mengenai kesebangunan dan
kekongruenan. Enam mahasiswa dipilih secara acak tetapi juga
memperhatikan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dari mahasiswa tersebut.
Dua mahasiswa dipilih dari mahasiswa yang memiliki IPK lebih dari atau
sama dengan 3,5. Dua mahasiswa dipilih dari mahasiswa yang memiliki
lagi dipilih dari mahasiswa yang memiliki IPK kurang dari 3. Soal-soal
yang diberikan kepada enam mahasiswa tersebut antara lain mengenai
pengertian kesebangunan dan kekongruenan, cara menunjukkan bangun
datar yang sebangun dan kongruen, menyelesaikan permasalahan yang
terkait penerapan kesebangunan dan kekongruenan.
Dari enam mahasiswa, diperoleh berbagai macam pengertian
kesebangunan dan kekongruenan. Satu mahasiswa mengartikan
kesebangunan itu jika kedua bangun datar mempunyai besar sudut sama
tetapi berbeda ukuran. Tiga mahasiswa mengatakan bahwa dua bangun
datar dikatakan sebangun apabila kedua bangun datar tersebut memiliki
bentuk yang sama, namun ukurannya berbeda. Dua mahasiswa lainnya
juga pendapat bahwa kesebangunan adalah dua bangun datar atau lebih
yang mempunyai perbandingan panjang sisi dan besar sudut yang
bersesuaian senilai. Untuk pengertian kekongruenan, semua mahasiswa
mengatakan bahwa dua bangun datar dikatakan kongruen jika bangun
datar tersebut mempunyai besar sudut sama dan mempunyai panjang sisi
yang sama.
Keenam mahasiswa juga mempunyai jawaban yang berbeda mengenai
cara untuk menunjukkan bangun datar yang sebangun dan kongruen. Dari
enam mahasiswa, dua diantaranya menjawab cara untuk menunjukkan
bangun datar yang sebangun adalah dengan membandingkan sisi-sisi-sisi,
sisi-sudut-sisi, sudut-sudut-sudut. Satu mahasiswa mengatakan bahwa
membandingkan ukuran dan membandingkan besar sudut. Namun ada 3
mahasiswa mengatakan bahwa untuk menunjukkan bangun datar yang
sebangun ialah dengan menunjukkan sisi-sisi yang bersesuaian
mempunyai perbandingan yang sama dan menunjukkan sudut-sudut yang
bersesuaian sama besar.
Untuk menunjukkan bangun datar yang kongruen, satu mahasiswa
menjawab yaitu dengan cara membandingkan ukuran dan besar sudut.
Satu mahasiswa lagi menjawab dengan membandingkan sisi dan sudutnya,
jika perbandingan sisi dan sudutnya sama maka kedua bangun datar
tersebut kongruen. Empat mahasiswa lainnya menjawab, cara
menunjukkan bangun datar kongruen ialah dengan menunjukkan sisi-sisi
yang bersesuaian sama panjang. Pada bangun datar segitiga dapat
ditunjukkan kekongruenannya dengan menunjukkan ketiga sisi yang
bersesuaian sama panjang (sisi, sisi, sisi), dua sisi yang bersesuaian sama
panjang dan sudut apit dua sisi tersebut sama besar (sisi, sudut, sisi), dua
sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi diantara dua sudut tersebut
sama panjang (sudut, sisi, sudut)
Terdapat masing-masing dua soal yang berhubungan dengan
penerapan kesebangunan dan kekongruenan. Untuk dua soal yang terkait
dengan kesebangunan, terdapat tiga mahasiswa bisa menjawab dengan
baik dan benar kedua soal, ada dua mahasiswa yang dapat menyelesaikan
salah satu soal dan satu mahasiswa salah dalam menyelesaikan kedua soal.
menjawab, hanya satu mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar
kedua soal sedangkan lima mahasiswa lainnya tidak dapat menjawab
pertanyaaan yang berhubungan dengan pembuktian bangun datar yang
kongruen.
Dari jawaban-jawaban tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa materi
kesebangunan dan kekongruenan belum sepenuhnya dipahami oleh
mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari mahasiswa yang belum bisa
mendeskripsikan pengertian kesebangunan dan kekongruenan dengan jelas
dan benar. Mahasiswa juga belum bisa menjelaskan dengan baik cara
membuktikan bangun datar yang sebangun dan kongruen. Untuk
menyelesaikan soal yang berhubungan dengan kesebangunan dan
kekongruenan, masih terdapat mahasiswa yang belum bisa menunjukkan
bangun datar yang sebangun dan kongruen sehingga soal tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Selain itu, terdapat mahasiswa yang salah dalam
melihat dan menentukan bangun datar yang kongruen.
Melihat jawaban dari beberapa mahasiswa tersebut serta pelunya
kompetensi yang harus dikuasai oleh calon guru dan fakta bahwa calon guru
harus menguasai materi dengan sangat baik, maka peneliti merasa perlu
untuk menganalisis kemampuan mahasiswa mengenai kesebangunan dan
kekongruenan. Mahasiswa yang merupakan calon guru diharapkan dapat
sungguh memahami secara mendalam materi yang akan diajarkan kepada
peserta didik sehingga peserta didik pun dapat menerimanya dengan baik
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan
yang dapat diidentifikasi, diantaranya ialah:
1. mahasiswa calon guru belum dapat menjawab dengan baik dan benar
mengenai pengertian kesebangunan dan kekongruenan,
2. mahasiswa calon guru belum dapat membuktikan dengan baik bangun
datar yang sebangun dan kongruen,
3. mahasiswa calon guru juga belum dapat menyelesaikan soal
matematika yang menggunakan sifat kesebangunan dan kekongruenan.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas ialah:
1. Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan oleh dosen pengampu
mata kuliah Pembelajaran Matematika SMP untuk materi
kesebangunan dan kekongruenan?
2. Bagaimana kemampuan mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan
tahun 2015/2016 mengenai kesebangunan dan kekongruenan setelah
mendapatkan materi kesebangunan dan kekongruenan di dalam kuliah
Pembelajaran Matematika SMP?
3. Bagaimana kemampuan mahasiswa yang mengikuti mata kuliah
Pembelajaran Matematika SMP dalam membuat soal yang terkait
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian tersebut ialah:
1. mendeskripsikan proses pembelajaran yang dilakukan oleh dosen
pengampu mata kuliah untuk materi kesebangunan dan kekongruenan.
2. mendeskripsikan kemampuan mahasiswa Sanata Dharma Program
Studi Pendidikan Matematika mengenai materi kesebangunan dan
kekongruenan.
3. mendeskripsikan kemampuan mahasiswa dalam membuat soal yang
terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan.
E. Batasan Masalah
1. Mahasiswa yang menjadi subyek data penelitian ialah mahasiswa
Sanata Dharma Program Studi Pendidikan Matematika yang mengikuti
kuliah Pembelajaran Matematika SMP di tahun akademik 2016/2017 di
salah satu kelas.
2. Materi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
kesebangunan dan kekongruenan.
3. Kemampuan mahasiswa yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
kemampuan untuk materi kesebangunan dan kekongruenan.
F. Penjelasan Istilah
Terdapat beberapa istilah yang akan diuraikan di bawah ini, dengan harapan
dapat mengurangi kesalahan dalam penafsiran terhadap judul serta isi dari
1. Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya,
serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.
2. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
3. Kesebangunan
Dua bangun datar dikatakan sebangun apabila sudut-sudut yang
bersesuaian sama besar dan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian
sama
4. Kekongruenan
Dua bangun datar dikatakan kongruen apabila sudut-sudut yang
bersesuaian sama besar dan sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang
G. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap agar penelitian ini bermanfaat bagi banyak orang, secara
khusus bagi para dosen Pendidikan Matematika, bagi mahasiswa calon guru
Pendidikan Matematika dan juga bagi peneliti sendiri.
1. Bagi dosen Pendidikan Matematika
a) memberikan informasi kepada Universitas Sanata Dharma
kemampuan mahasiswa dalam memahami kesebangunan dan
kekongruenan, terkait di dalamnya ialah mengenai pengertian
kesebangunan dan kekongruenan, cara menunjukkan bangun
datar yang sebangun dan kongruen, serta menyelesaikan
masalah yang terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan.
b) Informasi yang didapat dari penelitian ini dapat membantu dosen
untuk mengevaluasi sistem pembelajaran yang dilakukan dalam
perkuliahan secara khusus yang berhubungan dengan materi
kesebangunan dan kekongruenan.
2. Bagi mahasiswa Pendidikan Matematika
Dapat mengetahui kemampuan diri dalam memahami materi
kesebangunan dan kekongruenan, terkait di dalamnya ialah mengenai
pengertian kesebangunan dan kekongruenan, cara menunjukkan bangun
datar yang sebangun dan kongruen, serta menyelesaikan masalah yang
terkait dengan kesebangunan dan kekongruenan.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini semakin menambah pengetahuan dan mengasah
11 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
Menurut Natawijaya (1997:1), belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian
terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan yang
terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek
kehidupan atau pengalaman terorganisir.
Menurut Winkel (1996:53), belajar adalah semua aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai, sikap yang bersifat konstan dan tetap.
Menurut Ahmad Mudzakar dan Joko Sutrisno (1997:34), belajar merupakan
suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri
seseorang, mencakup penambahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Menurut Thursan Hakim (2005:1), mendefinisikan belajar sebagai suatu
proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam kualitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan
Dari berbagai definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah sebuah proses perubahan kepribadian seseorang secara menyeluruh
(pengetahuan, perasaan, perilaku) menjadi semakin lebih baik (meningkat).
Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung
pada proses belajar yang dijalani siswa baik pada saat dia berada di sekolah
atau berada di lingkungan rumah atau di lingkungan keluarganya sendiri. Pada
intinya, sebuah proses pasti memiliki hasil dan hasil dari proses belajar ialah hasil
belajar. Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.
Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hamalik (2006:30) menfefinisikan bahwa hasil belajar adalah sebagai
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di
ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di
artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.
Definisi hasil belajar menurut Mulyasa (2008) merupakan prestasi belajar
siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan
perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu
dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa
Dari berbagai definisi hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah implementasi dari proses belajar yang berisi perubahan tingkah laku
pada seseorang, dan perubahan tersebut dapat diamati dan diukur dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
B. Kompetensi Guru Profesional
Kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang
harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan
tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, terdapat empat kompetensi yang
harus dimiliki oleh tenaga guru, antara lain:
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Secara rinci setiap sub kompetensi dijabarkan menjadi beberapa
indikator esensial sebagai berikut:
a) Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial:
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta
b) Merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami
landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran;
menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik,
kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c) Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar
(setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator
esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan
hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery
learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk
perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
e) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk
pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta
didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut
a) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma
b) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja
sebagai guru
c) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan
yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat
serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak
d) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki
perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki
perilaku yang disegani
e) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial:
bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas,
suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi
ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik
memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta
b) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan
c) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap sub
kompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
a) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki
indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi
atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari
b) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
Dalam Standar Nasional Pendidikan penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
Standar Nasional Pendidikan. Menurut Surya (2003:138) mengemukakan
kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat
mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi
kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus
diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa
kebersamaan dengan sejawat guru lainnya. Dari berbagai pengertian di atas, maka
kompetensi profesional adalah kemampuan guru terhadap penguasaan materi
secara luas dan mendalam sehingga standar kompetensi yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
Dalam Standar Nasional Pendidikan penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Menurut Wina Sanjaya (2007:17), kompetensi pedagogik
adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,
pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus,
perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
pemanfaatan teknologi pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Dari berbagai
pengertian di atas, maka kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta
didik berdasarkan potensi yang dimiliki.
Salah satu komponen dalam penilaian kinerja guru adalah mengamati apakah
guru menguasai, terampil, dan lancar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,
atau apakah guru sering menggunakan catatan atau buku untuk menyampaikan
pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus benar-benar memahami mata pelajaran dan
bagaimana mata pelajaran tersebut disajikan. Dengan demikian, kompetensi yang
dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar.
Kompetensi tersebut akan terwujud dalam penguasaan pengetahuan dan profesional
dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar
tapi juga pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik.
C. Kekongruenan
Dua bangun datar disebut kongruen (sama dan sebangun) jika dan hanya jika
ada pasangan satu-satu antara titik-titik sudut kedua poligon sedemikian hingga
semua sisi bersesuaiannya sama panjang dan semua sudut bersesuaiannya sama
besar. Untuk menyatakan dua bangun kongruen digunakan lambang “≅”. Notasi
“=” untuk menyatakan kesamaan dari unsur-unsur bersesuaiannya, sementara
notasi “~” digunakan untuk menyatakan kesebangunan.
Terdapat dua postulat tentang kekongruenan dua segitiga, yaitu:
1. Kekongruenan Berdasarkan Sisi-Sisi-Sisi (s-s-s)
Jika pada dua segitiga berlaku ketiga sisi yang bersesuaian sama panjang,
Jika:
̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅ (s)
̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅ (s)
̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅ (s)
Maka ∆ ≅ ∆
2. Kekongruenan Berdasarkan Sisi-Sudut-Sisi (s-sd-s)
Jika pada dua segitiga berlaku dua buah sisinya sama panjang dan sudut yang
dibentuk kedua sisi tersebut sama besar, kedua segitiga itu kongruen.
Jika:
̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅ (s)
�∠ = �∠ (sd)
̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅ (s)
A
B
D
Gambar 2.2
C A
C
B D
F
E
Gambar 2.1
Maka ∆ ≅ ∆
Dari postulat di atas dapat diturunkan beberapa teorema seperti berikut. Ada tiga
teorema yang dapat digunakan untuk menunjukkan dua segitiga seperti diuraikan
berikut ini.
1. Kekongruenan dua segitiga berdasarkan sudut-sisi-sudut (sd-s-sd)
Jika pada dua segitiga berlaku salah satu sisinya sama panjang dan dua sudut
yang terletak pada sisi tersebut masing-masing sama besar, kedua segitiga itu
kongruen.
Diketahui : �∠ = �∠
̅̅̅̅ = ̅̅̅̅
�∠ = �∠
Akan dibuktikan bahwa ∆ ≅ ∆
Bukti:
1. �∠ = �∠ (diketahui)
2. ̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅ (diketahui)
3. �∠ = �∠ (diketahui)
A
C B
D
F E
4. Andaikan ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅ tidak kongruen, misalkan >
Ambil sebarang titik ′ pada sedemikian hingga ̅̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅′
5. ∆ ′ ≅ ∆ (s, sd, s; 2, 1, 4)
6. �∠ ′ = �∠ (5)
7. �∠ ′ = �∠ (3, 6)
Hal ini bertentangan dengan postulat pembentukan sudut, oleh karenanya
haruslah berlaku ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅
8. ∆ ≅ ∆ (postulat s, sd, s; 7, 1, 2)
Jadi terbukti bahwa ∆ ≅ ∆ .
2. Kekongruenan dua segitiga berdasarkan sisi-sudut-sudut (s-sd-sd)
Jika pada dua segitiga berlaku salah satu sisinya sama panjang, salah satu sudut
yang terletak pada sisi tersebut sama besar serta sudut di hadapan sisi tersebut
sama besar, kedua segitiga itu kongruen.
Diketahui : ̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅
�∠ = �∠
�∠ = �∠
Akan dibuktikan ∆ ≅ ∆
A
C B
D
F E
Bukti:
1. �∠ = �∠ (diketahui)
2. �∠ = �∠ (diketahui)
3. �∠ = �∠ (1, 2 dan Teorema “jika pada dua buah
segitiga ada dua pasang sudut yang sama besar, pasangan sudut yang
satunya lagi pastilah sama besar”)
4. ̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅ (diketahui)
5. Andaikan ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅ tidak kongruen, misalkan >
Ambil sebarang titik ′ pada sedemikian hingga ̅̅̅̅̅ = ̅̅̅̅′
6. ∆ ′ ≅ ∆ (s, sd, s; 4, 1, 5)
7. �∠ ′ = �∠ (6)
8. �∠ ′ = �∠ (3, 7)
Hal ini bertentangan dengan postulat pembentukan sudut, oleh karenanya
haruslah berlaku ̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅
9. ∆ ≅ ∆ (postulat s, sd, s; 4, 1, 8)
Jadi terbukti bahwa ∆ ≅ ∆ .
3. Kekongruenan dua segitiga berdasarkan sisi-sisi-sudut-sudut sejenis (s-s-sd-sd
sejenis)
Jika pada dua segitiga berlaku dua buah sisi yang bersesuaian sama panjang,
salah satu sudut dihadapan sisi tersebut sama besar serta satu sudut lain
Diketahui : ̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅ (s)
̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅ (s)
�∠ = �∠ (sd)
�∠ , �∠ (sd sejenis)
Akan dibuktikan ∆ ≅ ∆
Bukti:
a. Misalkan �∠ dan �∠ adalah sudut siku-siku
Bukti:
1) ̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅ (diketahui)
2) ̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅ (diketahui)
3) �∠ = �∠ (diketahui)
4) �∠ = �∠ (sudut siku-siku)
5) �∠ = �∠ (3, 4)
A
C B
D
F E
Gambar 2.5
A C
B
D F
E
6) ∆ ≅ ∆ (s-sd-s; 1, 5, 2)
Jadi terbukti bahwa ∆ ≅ ∆
b. Misalkan �∠ dan �∠ adalah sudut lancip
Bukti akan diarahkan agar dapat ditunjukkan �∠ = �∠ . Dengan
menggunakan kontradiksi �∠ ≠ �∠ (�∠ > �∠ ).
Bukti:
1) = (diketahui)
2) = (diketahui)
3) �∠ = �∠ (diketahui)
4) �∠ dan �∠ adalah sudut lancip
5) Andaikan �∠ > �∠
6) > (5, Teorema Hinge)
7) Terdapat titik pada dikondisikan sedemikian hingga �∠ =
�∠
8) ∆ ≅ ∆ (s-sd-sd; 2, 7, 3)
9) = (8)
10) = (1, 9)
11) ∆ adalah segitiga sama kaki (10)
12) ∠ dan ∠ adalah sudut lancip (11)
13) ∠ adalah sudut tumpul (12)
Jadi pengandaian bahwa �∠ > �∠ adalah salah karena
sudut tumpul, padahal diketahui bahwa ∠ adalah sudut lancip.
Terbukti bahwa �∠ = �∠
14) �∠ = �∠
15) ∆ ≅ ∆ (s-sd-s; 2, 14, 1)
c. Misalkan �∠ dan �∠ adalah sudut tumpul
Bukti akan diarahkan agar dapat ditunjukkan �∠ = �∠ . Dengan
menggunakan kontradiksi �∠ ≠ �∠ (�∠ > �∠ ).
Bukti:
1) = (diketahui)
2) = (diketahui)
3) �∠ = �∠ (diketahui)
4) �∠ dan �∠ adalah sudut tumpul
5) Andaikan �∠ > �∠
6) > (5, Teorema Hinge)
7) Terdapat titik pada dikondisikan sedemikian hingga �∠ =
�∠
8) ∆ ≅ ∆ (s-sd-sd; 2, 7, 3)
9) = (8)
10) = (1, 9)
11) ∆ adalah segitiga sama kaki (10)
Jadi pengandaian bahwa �∠ > �∠ adalah salah karena ∠
adalah sudut lancip, padahal diketahui bahwa ∠ adalah sudut
tumpul. Terbukti bahwa �∠ = �∠ .
13) ∆ ≅ ∆ (s-sd-s; 2, 12, 1)
D. Kesebangunan
Dua bangun datar dikatakan sebangun jika memenuhi dua syarat antara lain:
1. Panjang sisi-sisi yang bersesuaian dari kedua bangun itu memiliki
perbandingan senilai
2. Sudut-sudut yang bersesuaian dari kedua bangun itu sama besar.
Untuk mengetahui dua buah bangun datar sebangun dapat diselidiki
perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dan besar sudut-sudut yang bersesuaian
pada bangun-bangun datar tersebut. Jika perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian
sama dan besar sudut-sudut yang bersesuaian sama maka bangun-bangun tersebut
dapat dikatakan sebagai sebangun.
1. Kesebangunan Berdasarkan Sudut-Sudut (sd-sd)
Dua segitiga sebangun jika ukuran dua pasang sudut yang bersesuaian sama
besar.
A
B C
P Q
(a)
E F
D
B R C
A
S
(b) (c)
Diketahui:∆ dan ∆
�∠ = �∠
�∠ = �∠
Akan dibuktikan bahwa ∆ ~∆
Bukti:
1. �∠ = �∠ (diketahui)
2. �∠ = �∠ (diketahui)
3. �∠ = �∠ (1, 2 dan jumlah besar sudut dalam ∆= 0)
4. Ambil sebarang titik pada ̅̅̅̅ sedemikian hingga ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅. [Lihat
gambar 3.1 (a)]. Melalui dibuat garis yang sejajar dengan
̅̅̅̅ sedemikian hingga ̅̅̅̅ ⫽ ̅̅̅̅.
5. �∠ = �∠ (4)
6. �∠ = �∠ (2, 5)
7. ∆ ≅ ∆ (sd, s, sd; 1, 4, 6)
8. ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ (7)
9. Karena ̅̅̅̅ ⫽ ̅̅̅̅, maka = dan = (*)
10. Ambil sebarang titik R pada ̅̅̅̅ sedemikian hingga ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅. [Lihat
gambar 3.1 (c)]. Melalui dibuat garis yang sejajar dengan
̅̅̅̅ sedemikian hingga ̅̅̅̅ ⫽ ̅̅̅̅.
11. �∠ = �∠ (10)
13. �∠ = �∠ (3, 10)
14. ∆ ≅ ∆ (sd, s, sd; 2, 10, 13)
15. ̅̅̅̅ ≅ ̅̅̅̅ (14)
16. Karena ̅̅̅̅ ⫽ ̅̅̅̅, maka = dan = (**)
17. = dan = atau = =
, (9, 16)
18. ∆ ~∆ (17)
Jadi terbukti bahwa ∆ ~∆ .
2. Kesebangunan Berdasarkan Sisi-Sudut-Sisi (s-sd-s)
Jika pada dua segitiga diketahui satu pasangan sudutnya kongruen dan sisi-sisi
pengapit sudut tersebut membentuk proporsi, kedua segitiga tersebut sebangun.
Diketahui :∆ dan ∆
=
�∠ = �∠
Akan dibuktikan bahwa ∆ ~∆ A
B C
P Q
(a)
E F
D
(b)
Bukti:
1. �∠ = �∠ (diketahui)
2. = (diketahui)
3. Ambil sebarang titik pada ̅̅̅̅ sedemikian hingga ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅.
4. Ambil sebarang titik pada ̅̅̅̅ sedemikian hingga ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅.
5. ∆ ≅ ∆ (s, sd, s; 3, 1, 4)
6. �∠ = �∠ (5)
7. = (2, 3, 4)
8. ̅̅̅̅ ⫽ ̅̅̅̅ (7 dan Teorema “Jika suatu garis memotong dua sisi
segitiga sehingga panjang sisi-sisi yang terpotong membentuk proporsi,
garis tersebut sejajar dengan salah satu sisi segitiga”)
9. �∠ = �∠ (8)
10. �∠ = �∠ (6, 9)
11. ∆ ~∆ (1, 10 dan Teorema kesebangunan
berdasarkan Sd-Sd)
Jadi terbukti bahwa ∆ ~∆ .
3. Kesebangunan Berdasarkan Sisi-Sisi-Sisi (s-s-s)
Jika ketiga sisi pada suatu segitiga membentuk proporsi terhadap ketiga sisi
Diketahui : ∆ dan ∆
= =
Akan dibuktikan bahwa ∆ ~∆
Bukti:
1) = = (diketahui)
2) Buat sebarang titik pada ̅̅̅̅ sedemikian hingga ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅
3) Buat sebarang titik pada ̅̅̅̅ sedemikian hingga ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅.
4) = (1, 2, 3)
5) ̅̅̅̅ ⫽ ̅̅̅̅ (4 dan Teorema “Jika suatu garis memotong dua sisi
segitiga sehingga panjang sisi-sisi yang terpotong membentuk proporsi,
garis tersebut sejajar dengan salah satu sisi segitiga”)
6) �∠ = �∠ (5)
7) �∠ = �∠ (5)
8) ∆ ~ ∆ (6, 7 dan Teorema kesebangunan berdasarkan Sd-Sd) A
B C
P Q
(a)
E F
D E
(b)
9) = (8)
= ×
10) = × (2, 9)
11) =
= × (1)
12) = (10, 11)
13) ∆ ≅ ∆ (s, s, s; 2, 12, 3)
14) �∠ = �∠ (13)
15) �∠ = �∠ (13)
16) �∠ = �∠ (6, 13)
17) ∆ ~∆ (14, 16 dan Teorema Kesebangunan berdasarkan
Sd-Sd)
Jadi terbukti bahwa ∆ ~∆ .
4. Kesebangunan Berdasarkan Sisi-Sisi-Sudut-Sudut Sejenis (s-s-sd-sd sejenis)
Jika pada dua segitiga ada dua pasang sisi yang membentuk proporsi dan salah
satu pasangan sudut yang berhadapan dengan sisi tersebut sama dan satu
Bukti:
1) = (diketahui)
2) �∠ = �∠ (diketahui)
3) �∠ dan �∠ sejenis (diketahui)
4) Buat sebarang titik pada sedemikian hingga =
5) Buat sebarang titik pada sedemikian hingga =
6) = (1, 4, 5)
7) ⫽ (6 dan teorema “Jika suatu garis memotong
dua sisi segitiga sehingga panjang sisi-sisi yang terpotong membentuk
proporsi, garis tersebut sejajar dengan salah satu sisi segitiga)
8) �∠ = �∠ (7)
9) �∠ = �∠ (7)
10) �∠ = �∠ (2, 8)
11) ∆ ≅ ∆ (s-s-sd-sd sejenis; 5, 4, 10, 3, 9)
12) �∠ = �∠ (11)
13) �∠ = �∠ (12)
14) ∆ ~∆ (2, 13, Kesebangunan berdasarkan sd-sd)
D A B
C
E F
P
Q
Dari teorema-teorema kesebangunan di atas, dapat diturunkan sifat bahwa:
1. Dua segitiga sama sisi pasti sebangun
2. Dua segitiga sama kaki akan sebangun jika pasangan sudut puncak atau
pasangan sudut alasnya sama besar
3. Dua segitiga siki-siku akan sebangun jika ada satu pasang sudut (yang bukan
sudut siku-siku) sama besar
Sebagai contoh:
Gambar 2.11. Bangun datar segitiga
Penjelasan dari gambar II. 1. ialah sebagai berikut :
1. Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian: Sisi AB bersesuaian dengan sisi
EF dengan
=3,5=
Sisi BC bersesuaian dengan sisi FG dengan
Sisi AC bersesuaian dengan sisi EG dengan
= =
2. Besar sudut-sudut yang bersesuaian:
• ∠A bersesuaian dengan ∠E dengan ∠A = ∠E =90°;
• ∠B bersesuaian dengan ∠F dengan ∠B = ∠F = 60°; dan
• ∠C bersesuaian dengan ∠G dengan ∠C = ∠G = 30°.
• Oleh karena perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian sama dan
sudut-sudut yang bersesuaian sama besar maka segitiga P dan Q sebangun.
Gambar 2.12. Bangun datar segiempat
Apabila terdapat dua bangun datar sebangun maka salah satu bangun datar
merupakan pembesaran atau pengecilan dari bangun yang lainnya. Berikut ini ialah
ilustrasi penjelasan gambar di atas. Misalnya bangun I dan II ialah sebangun. Maka
bangun I merupakan pembesaran atau pengecilan dari bangun II. Begitu juga
sebaliknya, bangun II merupakan pembesaran atau pengecilan dari bangun I. Jika
besar pembesaran bangun I setengah bangun II maka perbandingan sisi-sisi yang
bersesuaian antara bangun I dan II adalah 2:1.
�� ��
Persegi panjang mempunyai dua pasang sisi yang sejajar. Dua sisi yang
sejajar tersebut sama panjang. Oleh karena itu, sisi yang dibandingkan hanya dua.
Dua sisi tersebut adalah sisi-sisi yang panjangnya berbeda. AD : EH dan AB : EF.
Perhatikan contoh bangun di bawah ini :
Dari informasi yang kita ketahui sebelumnya, kita bisa menentukan
bangun-bangun yang sebangun-bangun pada gambar di atas. Bangun-bangun-bangun di atas yang sebangun-bangun
adalah : A dan J; B dan G, C dan M, D dan I; E dan L.
E. Penelitian Lain yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Puji Lestari (2016). Dalam penelitian ini,
group pretest-posttest design dan perlakuan yang diberikan adalah model
Aktivitas Investigasi Autentik. Materi penelitian adalah kekongruenan dan
kesebangunan. Subyek penelitian adalah mahasiswa STKIP Garut semester II.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa secara komprehensif
kemampuan representasi gambar mahasiswa calon guru pada materi
kesebangunan dan kekongruenan. Fokus penelitian ini pada kelas
eksperimentasi dengan kemampuan representasi matematis. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen soal representasi yang telah
diuji baik validitas maupun realibilitasnya. Instrumen diberikan kepada
mahasiswa calon guru sebelum dan sesudah para calon guru mendapatkan
perlakuan model pembelajaran. Instrumen terdiri dari 10 pertanyaan dengan
materi kekongruenan dan kesebangunan. Pembelajaran dengan menggunakan
model AIA juga melibatkan Pertanyaan Pendahuluan, Lembar Kerja
Mahasiswa (LKM), Lembar Tugas (LT), Jurnal/Artikel Penelitian yang terkait
dengan materi kesebangunan dan kekongruenan yang keseluruhannya
masing-masing berjumlah 2 buah, serta 1 buah jurnal penelitian yang merupakan
bagian dari tugas mahasiswa yang harus dianalisa oleh para mahasiswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan representasi gambar mahasiswa
masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan, meskipun mahasiswa
sudah mampu menyelesaikan soal-soal kesebangunan dan kekongruenan
tingkat SMP dalam Lembar Kerja Mahasiswa dan Lembar Tugas dengan cukup
baik, dan juga tahapan dalam model Aktivitas Investigasi Autentik yang
cukup baik. Namun hasil tes menunjukkan bahwa merepresentasikan objek
dalam bentuk gambar masih merupakan sesuatu yang dianggap sulit oleh
mahasiswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ali Mutohar (2016). Peneliti melakukan
peneliltian mengenai kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas
IX SMP Negeri 1 Pandanarum pada materi kesebangunan dan kekongruenan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan
teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX E yang diperoleh dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini siswa
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu siswa kemampuan pemahaman
konsep matematis tinggi, sedang dan rendah. Masing-masing kelompok dipilih
tiga siswa untuk keperluan wawancara. Metode pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan tes, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa siswa berkemampuan tinggi dapat
memahami soal serta menguasai kemampuan pemahaman konsep matematis
dengan baik, ditunjukkan dengan siswa menguasai empat indikator
kemampuan pemahaman konsep matematis. Siswa berkemampuan sedang,
cukup baik dalam memahami soal tetapi kurang menguasai beberapa indikator
kemampuan pemahaman konsep matematis. Siswa berkemampuan rendah
kurang memahami soal dengan baik serta kurang menguasai kemampuan
3. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Muhhammad Irshad (2013). Peneliti
melakukan penelitian mengenai pengaruh kompetensi profesional guru dan
fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di SMK
N 2 Temanggung, dan yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X Program Studi Administrasi Perkantoran. Metode pengumpulan data
menggunakan kuisioner dan dokumentasi. Teknik dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data hasil belajar kompetensi dasar menggunakan
peralatan kantor di SMK Negeri 2 Temanggung. Metode angket atau kuesioner
digunakan untuk mendapatkan data mengenai pengaruh kompetensi
profesional guru dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa kelas X
Program Studi Administrasi Perkantoran SMK Negeri 2 Temanggung pada
kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor. Angket yang digunakan
dalam penelitian ini berupa sejumlah pernyataan tertulis yang disediakan
dengan alternatif jawaban. Bentuk angket yang digunakan adalah bentuk
tertutup dengan 4 alternatif jawaban, dimana responden tinggal memilih salah
satu jawaban yang menurut responden jawaban tersebut sesuai dengan kondisi
keadaan yang dihadapi atau dialami responden. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar
berpengaruh terhadap ghasil belajar siswa baik secara simultan maupun parsial.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Yayah Pujasari Nurdin (2007). Peneliti
melakukan penelitian mengenai pengaruh kompetensi profesional guru
terhadap keberhasilan belajar siswa. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh
data yang digunakan yaitu teknik penyebaran angket dengan jenis angket
tertutup, yaitu responden diberi sejumlah pertanyaan yang menggambarkan
hal-hal yang ingin diungkap dari variabel-variabel yang ada disertai dengan
alternatif jawaban. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
a) gambaran umum variabel kompetensi profesional guru dalam mengajar
berkriteria sangat baik
b) Tingkat keberhasilan belajar siswa memiliki kriteria baik. Berdasarkan uji
korelasi dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.
F. Kerangka Berpikir
40 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif berarti penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan
atau menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat yang terjadi sekarang
(Wina Sanjaya, 2013:59). Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset
yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Terdapat tiga
data yang akan dideskripsikan secara kualitatif, data tersebut antara lain:
1. proses pembelajaran pada materi kesebangunan dan kekongruenan,
2. kemampuan mahasiswa calon guru Matematika tentang materi
kesebangunan dan kekongruenan,
3. kemampuan mahasiswa calon guru Matematika dalam membuat soal.
B. Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah mahasiswa atau calon guru pada program
studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang sedang
mengikuti perkuliahan Pembelajaran Matematika SMP tahun akademik
2016/2017.
C. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah proses pembelajaran dan kemampuan
mahasiswa program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma
D. Bentuk Data
Bentuk data dalam penelitian ini adalah bentuk data kualitatif. Pada
penelitian ini yang termasuk data kualitatif adalah hasil tes semua sampel dan
wawancara beberapa sampel dari masing-masing kategori.
E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di mata kuliah Pembelajaran Matematika SMP
kelas A pada semester genap Tahun Ajaran 2016/2017 dan pengambilan data
berlangsung dari bulan Februari 2017 sampai April 2017.
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui:
a. Pengamatan
Pengamatan dilakukan ketika berlangsungnya proses pembelajaran
mengenai materi kesebangunan dan kekongruenan.
b. Tes esai
Tes esai diberikan kepada mahasiswa lalu menganalisis hasil tes
tersebut.
c. Wawancara
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap beberapa mahasiswa
dari masing-masing kategori. Kategori yang dimaksud peneliti
adalah mahasiswa yang mendapatkan hasil tes baik (nilai yang
diperoleh lebih dari atau sama dengan nilai rata-rata ya