• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM) DALAM PERSPEKTIF PENGGUNA PELAYANAN DI KEPOLISIAN RESORT MOJOKERTO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM) DALAM PERSPEKTIF PENGGUNA PELAYANAN DI KEPOLISIAN RESORT MOJOKERTO."

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

NUR MEGA HIDAYATI NPM. 0941010047

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

Disusun Oleh:

NUR MEGA HIDAYATI NPM. 0941010047

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

PEMBIMBING UTAMA

DR. Lukman Arif, M.Si NIP. 196411021994031001

Mengetahui DEKAN

(3)

atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBUATAN

SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM) DALAM PERSPEKTIF PENGGUNA

PELAYANAN DI KEPOLISIAN RESORT MOJ OKERTO”.

Dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat beberapa

kekurangan-kekurangan. Selesainya kegiatan hingga penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

adanya arahan dan bimbingan dari Bapak, DR. Lukman Arif, M.Si yang dengan segala perhatian, bimbingan, arahan yang bermanfaat, dan rela meluangkan

waktunya untuk penulis. Terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan banyak terimakasih yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaika penulisan skripsi ini, diantaranya :

1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto MP, Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “veteran “ JawaTimur.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “veteran” JawaTimur.

3. Bapak DR. Lukman Arif M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UPN “veteran” JawaTimur

4. Ibu Dra. Susi Hardjati. MAP selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

(4)

Mojokerto

7. Bapak AKP. Samirin, SH selaku Kepala Satuan Lalulitas di Kepolisian

Resort Mojokerto

8. Ayah & Ibunda tercinta dan terkasih, terima kasih atas semuanya. Yang telah

memberikan segalanya sehingga terselesaikan skripsi yang akhirnya penulis

dapat menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana.

9. Saudaraku yang telah meluangkan waktunya untuk membantu menyelesaikan

Skripsi ini

Dalam Penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih ada

kekurangan-kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis senantiasa bersedia

dan terbuka dalam menerima saran kritik dari semua pihak yang dapat menambah

kesempurnaan skripsi.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih serta besar harapan penulis

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 17 Desember 2013

(5)

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN REVISI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Landasan Teori ... 13

1. Pelayanan Publik ... 13

2. Kepuasan Pelanggan / Masyarakat ... 23

3. Indeks Kepuasan Masyarakat ... 27

4. Konsep Efektivitas ... 30

5. Konsep Pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) ... 41

C. Kerangka Berpikir ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Lokasi Penelitian ... 46

C. Fokus Penelitian ... 47

D. Sumber dan Jenis Data ... 49

(6)

1. Sejarah Keberadaan Kepolisian Resort Mojokerto ... 58

2. Visi dan Misi Kepolisian Resort Mojokerto ... 59

3. Struktur Organisasi Kepolisian Resort Mojokerto ... 60

4. Karakteristik Pegawai Kepolisian Resort (Polres) Mojokerto ... 68

5. Gambaran Umum Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resort Mojokerto ... 70

6. Prosedur Pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) Kepolisian Resort Mojokerto ... 71

7. Jumlah Pemohon Surat Izin Mengemudi (SIM) di Kepolisian Resort Mojokerto ... 75

B. Hasil Penelitian ... 76

1. Sumber Daya, Dana, Sarana dan Prasarana Dalam Pembuatan SIM di Kepolisian Mojokerto ... 76

2. Jumlah dan mutu barang atau jasa yang harus dihasilkan dalam pembuatan SIM di Kepolisian ... 95

3. Batas Waktu dalam Pembuatan SIM di Kepolisian Mojokerto ... 96

4. Tata cara yang harus ditempuh Dalam Pembuatan SIM Di Kepolisian Mojokerto ... 101

C. Pembahasan ... 107

BAB V PENUTUP ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 123

(7)

Tabel 4.2 Karakteristik Pegawai Polres Mojokerto Berdasarkan

Kepangkatan ... 69 Tabel 4.3 Karakteristik Pegawai Polres Mojokerto Berdasarkan Pendidikan 69 Tabel 4.4 Jumlah Pemohon Pembuatan SIM Selama Tiga Tahun Terakhir di

Kantor Urusan SIM Satlantas Polres Mojokerto ... 76 Tabel 4.5 Petugas Pelayanan Pembuatan SIM di Kepolisian Resort

Mojokerto ... 77 Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana Ruang Tunggu Pembuatan SIM di Kepolisian

Resort Mojokerto ... 84 Tabel 4.7 Sarana dan Prasarana Ruang Ujian Teori di Kepolisian Resort

Mojokerto ... 87 Tabel 4.8 Sarana dan Prasarana Ruang Ujian Praktek di Kepolisian Resort

(8)

Gambar 3.1 Analisis Model Interaktif Menurut Miles dan Uberman ... 55 Gambar Struktur Organisasi Kepolisian Resort Mojokerto ... 61 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resort

Mojokerto ... 70 Gambar 4.2 Prosedur Pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) KEpolisian

Resort Mojokerto ... 72 Gambar 4.3 Ruang Tunggu Pembuatan SIM di Kepolisian Resort

Mojokerto ... 86 Gambar 4.3 Ruang Ujian teori di Kepolisian Resort Mojokerto ... 88 Gambar 4.5 Fasilitas Ujian Praktek SIM di Kepolisian Resort Mojokerto . 93 Gambar 4.6 Batas waktu dari pelayanan pembuatan SIM di Kepolisian Resort

(9)

xi

Mojoker to

Penelitian ini didasarkan oleh pada masalah terhadap keefektifan dalam pelayanan pembuatan SIM yakni adanya keluhan yang sering terdengar dari masyarakat yang biasanya menjadi sasaran adalah waktu dalam pelayanan pembuatan SIM, selain itu juga tentang sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif diskriptif. Dalam penelitian ini teknik penentuan informan dilakukan secara purposive sampling, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini seperti pengamatan, wawancara Mendalam, serta Dokumen. analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara kualitatif ini dapat memperoleh keteraturan dan sistematis yang ketiganya saling berkaitan yaitu meliputi: Reduksi Data,Penyajian Data Penarikan Kesimpulan.

Hasil penelitian dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif menujukkan bahwa Terlihat efektif dari pelayanan sumber daya dilihat dari kemampuan petugas dalam berinteraksi dan memberikan informasi tentang pembuatan SIM, dan tarif pelayanan dapat dikatakan efektif karena tarif pelayanan dalam pembuatan SIM terjangkau oleh masyarakat, dalam sarana penunjang tidak efekif,karena sarana di ruang tunggu tidak ada pengeras suara dan juga tidak memiliki ruang tunggu untuk ujian praktek, sedangkan di ruang ujian teori jarak tempat duduk terlalu sempit dan layar pertanyaan tidak jelas.dalam batas waktu pelayanan pembuatan SIM tidak efektif karena terdapat beberapa keluhan dari masyarakat.jumlah dan mutu barang /jasa belum efektif karena efektif karena jumlah pendaftaran dalam 1 hari ada 100 tetapi yang keluar rata – rata 40 – 50 setiap harinya,. Karena pemohon SIM sering gagal dalam ujian praktek dan ujian teori, batas waktu sudah efektif krena dalam melayani masyarakat dalam pembuatan SIM batas waktu sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku,Tata cara belum efektif karena dari petugas pelayanan yang menunjukkan tahap-tahap tata cara pelayanan tidak dijalankan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam pembuatan SIM.

Kata kunci : efektivitas pelayanan dan prespektif pengguna layanan

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan dan peluang,

aparatur negara sebagai pelayan masyarakat yang memberikan pelayanan

sebaik-baiknya menuju good governence. Pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas

dari birokrat yang dilakukan secara transparan dan akuntabilitas.

Dalam konteks negara modern, pelayanan publik telah menjadi lembaga

dan profesi yang semakin penting. Ia tidak lagi merupakan aktivitas sambilan,

tanpa payung hukum, gaji dan jaminan sosial yang memadai, sebagaimana

terjadi di banyak negara berkembang pada masa lalu.

Sebagai sebuah lembaga, pelayanan publik menjamin keberlangsungan

administrasi negara yang melibatkan pengembangan kebijakan pelayanan dan

pengelolaan sumberdaya yang berasal dari dan untuk kepentingan publik.

Sebagai profesi, pelayanan publik berpijak pada prinsip-prinsip

profesionalisme dan etika seperti akuntabilitas, efektifitas, efisiensi,

integritas, netralitas, dan keadilan bagi semua penerima pelayanan.

Pelayanan merupakan tugas utama bagi aparatur negara sebagai abdi

negara dan abdi masyarakat. Tugas ini secara jelas telah digariskan dalam

pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 alinea Ke empat, yang meliputi

(11)

Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat

diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi

stagnasi maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan

oleh sebab itu perlu ada perencanaan yang baik dan bahkan perlu

diformulasikan standar pelayanan pada masyarakat sesuai dengan

kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat pada pemerintah daerah.

Menurut Ratmino dan Winarsih (2012:5) Pelayanan publik didefinisikan

sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dala bentuk barang maupun dalam

bentuk jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan

dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di Daerah, dan dilingkungan

badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah, dalam rangka upaya

pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan

Pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan masyarakat. keberadaan

pemerintah tidak hanya untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani

masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota

masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya. karena itu

birokkrasi publik atau aparat pemerintahan berkewajiban untuk memberikan

pelayanan publik yang sebaik-baiknya. pemerintahan menyelenggarakan

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam

(12)

dengan fungsinya masing-masing, pemerintah berusaha meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang merupakan tanggung jawabnya.

Pelayanan masyarakat dapat dikategorikan efektif apabila masyarakat

mendapatkan kemudahan pelayanan dengan prosedur yang singkat, cepat,

tepat dan memuaskan. Keberhasilan meningkatkan efektifitas pelayanan

umum ditentukan oleh faktor kemampuan pemerintah dalam meningkatkan

disiplin kerja aparat pelayanan. (Ismaniar Ismail. 2008)

Kepolisian merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang

memberikan pelayanan kepada masyarakat. fungsi pemerintahan yang

dijalankan oleh polri terutama yang bersangkutan dengan penegakan hukum,

pengayoman, perlindungan, pelayanan pembimbingan kepada masyarakat,

tugas-tugas ini berkaitan erat dengan tugas-tugas sosial yang sehari-harinya

berhadapan dengan masyarakat. di dalam menjalankan tugasnya kepolisian

menjalankan kegiatan pencegahan (preventif) dan penegakan hukum

(reprensif).

Pelayanan SIM (Surat Izin Mengemudi) merupakan salah satu pelayanan

dasar administratif yang penting. Dengan SIM, seseorang dianggap sudah

memiliki hak dan kewajiban dalam mengendarai kendaran bermotor. dengan

adanya SIM, seseorang telah dianggap menjadi suatu wajib hukum yang taat

hukum, sehingga dalam berkendara haruslah selalu mentaati peraturan yang

berlaku, SIM merupakan bukti administratif bahwa seseorang tersebut sudah

(13)

Dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomer 9

Tahun 2012 Pasal 52 Ayat 2 Tentang Surat Izin Mengemudi. Menyebutkan

bahwa yang berwenang dalam melakukan penerbitan SIM (Surat Izin

Mengemudi) kepada masyarakat adalah Kepala Kepolisian di setiap wilayah

masing-masing dan didelegasikan kepada Kepala Satuan Lalu Lintas.

Sondang P Siagan (2013 : 20-21) Efektivitas adalah pemanfaatan sumber

daya, dana, sarana dan prasarana dalam tertentu yang secara sadar ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa dengan mutu

tertentu tepat pada waktunya. Berarti efektivitas sebagai orientasi kerja

menyoroti empat hal, yaitu :

a Sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang dapat digunakan sudah

ditentukan dan dibatasi.

b Jumlah dan mutu barang atau jasa yang harus dihasilkan telah ditentukan.

c Batas waktu untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut sudah

ditetapkan.

d Tata cara yang harus ditempuh untuk menyelesaikan tugas sudah

dirumuskan.

Keefektivan pelayanan dalam suatu administrasi, administrator harus

banyak mendengar dari pada memberitahu, melayani daripada

mengendalikan.Berarti mewujudkan efektivitas organisasi, dalam mencapai

tujuan diperlukan adanya pelayanan publik. Ini menunjukkan bahwa

pelayanan menjadi penting dan utama di dalam melayani publik. Pemerintah

(14)

efektivitas pelayanan menjadi penting untuk diterapkan sesuai dengan

dimensi pelayanan yang sederhana, jelas dan pasti, terbuka, efisien, ekonomis

dan adil, sebagai perwujudan pelayanan yang diterapkan oleh instansi

pemerintah seperti kepolisian.

Kepolisian Republik Indonesia merupakan bagian dari fungsi

pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan dan keamanan, ketertiban

masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayom, dan pelayanan pada

masyarakat. Keberadaan Satlantas Polres Mojokerto sangatlah dibutuhkan

masyarakat untuk menunjang kelancaran dalam pembuatan SIM, tuntutan

masyarakat terhadap Satlantas Polres Mojokerto agar dapat meningkatkan

pelayanan terhadap masyarakat merupakan keharusan bagi Satlantas Polres

Mojokerto guna mewujudkan kualitas pelayanan yang baik, sehingga apa

yang menjadi keinginan dan harapan pengguna jasa akan dapat tercapai.

Pelayanan yang bermutu merupakan salah satu tolak ukur kepuasan yang

berdampak terhadap persepsi masyarakat kepada institusi kepolisian yang

memberikan pelayanan yang efektif. Bentuk pelayanan yang efektif antara

masyarakat dan pemberi layanan sering terjadi perbedaan persepsi.

Masyarakat mengartikan pelayanan yang efektif jika pelayanannya nyaman,

menyenangkan dan petugas yang ramah (Ridha, 2008)

Adapun kondisi pelayanan pembuatan SIM (Surat izin mengemudi) di

Polres Mojokerto menunjukkan masalah terhadap keefektivan yakni adanya

(15)

adalah waktu dalam pelayanan pembuatan SIM (Surat izin Mengemudi),

selain itu juga tentang sarana yang kurang memadai.

Berdasarkan fakta Dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia Nomer 9 Tahun 2012 dalam pasal 62 tentang surat izin

mengemudi, yang mengatur ujian praktik dalam pembuatan SIM (Surat Izin

Mengemudi) terjadi kesenjangan antara kenyataan yang berada pada Polres

Mojokerto dan peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Dimana dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

dalam ujian praktik dalam pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) terdiri

dari garis lurus, zig-zag, angka delapan, putar balik (huruf U), dan reaksi rem

menghindar. Sedangkan dalam kenyataan di Polres Mojokerto dalam

pelaksanaan ujian praktik dalam pembuatan SIM hanya terdiri dari garis

lurus, angka delapan, dan putar balik (huruf U). Hal ini pelaksanaan

pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) yang dilakukan oleh Polres

Mojokerto tidak sesuai dengan peraturan kepala kepolisian indonesia.

Gambar berikut menerangkan keadaan ujian praktik dalam pembuatan

(16)

Gambar 1.1

ujian praktik dalam pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) di Polres Mojokerto.

dari gambar diatas dapat dilihat di Polres Mojokerto dalam pelaksanaan

ujian praktik dalam pembuatan SIM hanya terdiri dari garis lurus, angka

delapan, dan putar balik (huruf U). Hal ini membuktikan bahwa pelaksanaan

ujian praktik dalam pembuatan SIM di Polres Mojokerto tidak sesuai dengan

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomer 9 Tahun

2012 dalam pasal 62 tentang surat izin mengemudi, yang mengatur ujian

praktik dalam pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi)

Pelayanan SIM Polres Mojokerto Kota Mojokerto yang terletak di kantor

Satlantas Mojokerto di Jalan Gajah Mada, Pelayanan pembuatan SIM (Surat

Izin mengemudi) yang diselenggarakan Polres Mojokerto hanya melayani

pelanggan yang berdomisili di Wilayah Mojokerto, dalam hal ini wilayah

kekuasaan Polres Mojokerto meliputi Polsek-polsek yang termasuk dalam

kekuasaan wilayah Polres Mojokerto itu sendiri.

Bertitik tolak dari fakta dan kenyataan di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian di Polres Mojokerto adalah untuk menyingkap

(17)

pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) secara mendalam dengan

penekanan yang diarahkan kepada peningkatan pelayanan publik terhadap

masyarakat Mojokerto

Berdsarkan dari kondisi objektif dari latar belakang tersebut maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian : Efektivitas Pelayanan

Pembuatan Sim (Surat Izin Mengemudi) Dalam Prospektif Penggunaan SIM

Di Mojokerto.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok pikiran diatas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Efektivitas Pelayanan Pembuatan

Sim (Surat Izin Mengemudi) Dalam Perspektif Pengguna Layanan Di Polres

mojokerto Mojokerto?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan

masalah, maka dapat ditentukan tujuan penelitian yaitu :

1. Untuk mengetahui SDM, dana, sarana dan prasarana dalam pembuatan

SIM (Surat Izin Mengemudi) Dalam Perspektif pengguna pelayanan Di

Polres Mojokerto.

2. Untuk mengetahui Efektivitas jumlah dan mutu dalam pembuatan SIM

(Surat Izin Mengemudi) Dalam Perspektif pengguna pelayanan Di

(18)

3. Untuk mengetahui Efektivitas batas waktu dalam pembuatan SIM (Surat

Izin Mengemudi) Dalam Perspektif pengguna pelayanan Di Polres

Mojokerto.

4. Untuk mengetahui Efektivitas tata cara dalam pembuatan SIM (Surat Izin

Mengemudi) Dalam Perspektif pengguna pelayanan Di Polres Mojokerto

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

a. untuk memperoleh tambahan wawasan dan pengetahuan tentang

pelaksanaan pelayanan perpanjangan SIM (surat izin mengemudi) di

polres mojokerto.

b. berkesempatan untuk belajar mempelajari dan mengkaji teoritis yang

diterima dengan keadaan sebenarnya di lapangan.

2. Bagi Instansi

sebagai tambahan masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan

perpanjangan SIM (surat izin mengemudi) di polres mojokerto kepada

masyarakat.

3. Bagi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” jawa timur

a. menungkatkan perbendaharaan bacaan bagi rekan –rekan mahasiswa

Universitas pembangunan Nasional “Veteran”jawa Timur.

(19)

c. Untuk menambah koleksi pembendaharaan pada perpustakaan

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”jawa timur khususnya

(20)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Jayanto P (2009), Program

Manjemen Universitas Sunan Giri Surabaya. Dengan Judul “Efektivitas

Pelayanan Perpanjangan Surat Izim Mengemudi”. Dalam penelitian ini

yang menjadi masalah adalah bagaimana upaya polri untuk

meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat?. Bagaimana efektivitas

pelayanan yang dilakukan oleh polri dalam pelayanan perpanjangan surat

izin mengemudi guna meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Moment of Truth dan

pengukuran tingkat kepuasan yang dikaitkan dengan pendekatan Moment

of Truth dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas pelayanan SIM

keliling oleh Poltabes palembang tahun 2008. pengukuran tingkat

kepuasan pada penelitian ini menggunakan teori Parasuraman. Hasil

penelitian menunjukkan sudah cukup baik namun masih terdapat

kekurangan dalam pelayanan. 1) kecepatan pelayanan baik pada titik

pelayanan tahap awal hingga akhir sudah cukup baik. 2) penyediaan

perlengkapan penunjang pelayanan, seperti tidak tersedianya tempat

berteduh serta kurangnya jumlah meja dan kursi, tidak terdapat papan

informasi bagi masyarakat yang ingin memperpanjang SIM, sehingga

(21)

2. Yuliana Yulita Baghi. (2011). Studi Administasi Negara Universitas

Negeri Malang, dengan judul “Efektivitas Kinerja Pelayanan Surat Ijin

Mengemudi Pada Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Manado”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kinerja pelayanan yang

berhubungan dengan Surat Ijin Mengemudi (SIM) pada Kantor Satuan

Lalulintas Resor Kepolisian Kota Manado (Satlantas Polresta Manado)

dengan fokus penelitian bagaimana profesionalisme petugas kepolisian,

etos kerja dan kepemimpinan yang dijalankan pada organisasi ini.

Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kinerja pelayanan SIM sudah baik sehingga secara

umum para informan pemohon SIM merasakan kepuasannya. Hasil

penelitian juga menunjukkan adanya keluhan dari para informan

pemohon SIM mengenai masalah waktu dan antrian yang panjang

sehingga pengurusan SIM membutuhkan waktu berjam – jam sampai

SIM bisa diterima.

3. Riezky D. B. Wijaya (2012) Skripsi Administrasi Negara Program Studi

Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas

Airlangga. Dengan judul “Keefektifan SIM Corner dalam Pelayanan

Perpanjangan SIM di Surabaya”. Penelitian ini bertujuan menggali dan

mengumpulkan informasi mengenai keefektifan pelayanan di SIM

Corner Surabaya dalam pelayanan perpanjangan SIM di Surabaya. Untuk

mengetahui bagaimana efektvitas pelayanan SIM Corner. Penelitian ini

(22)

penelitian berada di Kantor Pelayanan SIM Corner Satlantas Polwiltabes

Surabaya. Informan yang diambil dalam penelitian ini para pemohon

SIM yang menggunakan SIM Corner, dan Petugas Pemberi Pelayanan

atau operator SIM Corner. Untuk teknik penentuan informan bagi

pemberi layanan menggunakan Purposive Sampling. Sedangkan

pengguna layanan atau pemohon SIM menggunakan accidental sampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara

mendalam serta dokumentasi. Kemudian menganalisis data

menggunakan reduksi data, penyajian data kemudian penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa

keefektifan SIM Corner Surabaya sudah cukup baik dalam pelayanan

perpanjangan SIM di Surabaya, namun terdapat beberapa saran untuk

perbaikan SIM Corner di masa depan.

B. Landasan Teori

1. Pelayanan Publik

a. Definisi Pelayanan

Menurut Sampara dalam Lijan (2011:4) Pelayanan adalah ssuatu

kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung

antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan

menyediakan kepuasan pelanggan.

Menurut Kasmir (2011:26) pelayanan diartikan sebagai tindakan

atau perbuatan seseorang auat organisasi untuk memberikan

(23)

Menurut Gronroos dalam Ratmino dan Winarsih (2012:2)

pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang

bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai

akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karryawan atau

hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang

dimaksudkan untuk mencegah permasalah konsumen/pelanggan

Dari beberapa pengertian para ahli maka pelayaan diatas dapat

diartikan sebagai serangkaian aktivitas atau kegiatan dengan

memberikan layanan terbaik dalam membantu memenuhi kebutuhan

yang diperluakan oleh seserang atau organisasi, agar mereka

merasakan kepuasan dan selalu loyal kepada organisasi atau

perusahaan tersebut.

b. Definisi Pelayanan Publik

Menurut Kurniawan (2005:4) pelayanan publik dapat diartikan

sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau

masyarakat yang mempuanyai kepentiangan pada organisasi itu

sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditetapkan.

Menurut Ratmino dan Winarsih (2012:5) Pelayanan publik

didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dala bentuk

barang maupun dalam bnetuk jasa publik yang pada prinsipnya

menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah

di pusat, di Daerah, dan dilingkunagn badan usaha milik negara atau

(24)

kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Menurut Moenir (2006:26) peleyanan umum atau pelayanan

publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan landasan faktor material melaui sistem,

prosedur, dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi

kepentingan oranglai sesuai dengan haknya.

Sesuai dengan keputusan MENPAN No.

63/Kep/Men.Pan/2/2003. Pelayanan publik adalah segala kegiatan

peleyanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara peleyanan publik

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pelayanan publik adalah suatu kegiatan pemenuhan kebutuhan

masyarakat baik barang atau jasa oleh pemerintah sebagai

penyelenggara pelayanan publik baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

c. Asas Pelayanan Publik

Menurut Ratminto dan Winarsih (2012:19) untuk memberikan

pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggaraan

pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut

(25)

1) Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak

yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah

dimengerti.

2) Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

3) Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima

pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan

efektifitas

4) Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan

dan harapan masyarakat

5) Kesamaan hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras,

agama, golongan, gender dan status ekonomi

6) Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberian hak dan kewajiban pelayanan publik harus

(26)

d. Pr insip-Pr insip Pelayanan

Berdasarkan Keputusan MENPAN No.63/Kep/Men.Pan/2/2003.

terdapat prinsip-prinsip tentang pedoman umum penyelenggaraan

pelayanan, sebagai berikut:

1) Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami,

dan mudah dilaksanakan

2) Kejelasan dan kepastian

a) Persayatan teknis dan administrstif pelayanan publik

b) Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab

dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan,

persoalan dan sengketa dalam pelaksanaan pelayanan

publik

c) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran

3) Ketepatan waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun

waktu yang telah ditentukan

4) Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah

5) Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

(27)

6) Tanggung Jawab

Pimpinan pelayanan publik/pejabat yang ditunjuk bertanggung

jawab atas penyelanggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan / persoalan dalam pelaksanan pelayanan publik

7) Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan

pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana

teknologi telekomunikasi dan informatika

8) Kemudahan akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah

dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi

telekomunikasi dan informatika

9) Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan

Memberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun,

ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas

10)Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teraturm disediakan ruang

tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan

sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan,

e. Standar Pelayanan Publik

Menurut Ratminto dan Winarsih (2012:24), setiap

penyelanggaraan pelayanan publik harus memeliki standar

(28)

penyelenggaraan pelyanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi

atau penerima pelayanan. Terdapat beberapa standar pelayanan

antara lain yaitu:

1) Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan dibakukan bagi pemberi dan penerima

pelayanan termasuk pengaduan

2) Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapakan sejak saat pengajuan

permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk

pengaduan

3) Biaya pelayanan

Biaya pelayanan biaya / tarif pelayanan termasuk rincian yang

ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan

4) Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan

yang lebih ditetapkan

5) Sarana dan prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

penyelenggara pelayanan

6) Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan

tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap

(29)

f. Fungsi Pelayanan

Menurut Moenir (2006:119) terdapat beberapa fungsi pelayanan,

antara lain:

1) Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat

menghemat waktu

2) Meningkatkan produktivitas, baik barang atau jasa

3) Kualitas produk yang lebih baik/terjamin

4) Ketetapan susunan dan stabilitas ukuran terjamin

5) Lebih mudah/sederhana dalam gerak para pelaku

6) Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang berkepentingan

7) Menimbulkan perasaan puas pada orang-orang yang

berkepentingan sehingga dapat mengurangi mengurangi sifat

emosional mereka

g. Bentuk-bentuk Pelayanan

Menurut Moenir (2006 : 190) layanan umum yang dilakukan oleh

siapapun, bentuknya tidak terlepas dari 3 macam yaitu : 1) layanan

dengan lisan, 2) layanan melalui tulisan dan 3) layanan dengan

perbuatan. Ke-3 layanan tersebut tidak selamanya berdiri sendiri secara

murni, malinkan sering berkombinasi.

1) Layanan dengan lisan

Layanan dengan lisan dilakukan oelh petugas-petugas di

bidang Hubungan Masyarakat (HUMAS), bidang layanan

(30)

penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan.

Supaya layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada

syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku layanan, yaitu:

a) Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam

bidang tugasnya

b) Mampu memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar,

singkat tapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka

yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu

c) Bertingkah laku sopan dan ramah-tamah

d) Meski dalam keadaan “sepi” tidak “ngobrol” dan bercanda

dengan teman, karena menimbulkan kesan yang tidak disiplin

dan melalaikan tugas

e) Tidak melayani oarang-oarang yang ingin sekedar “ngobrol”

dengan cara yang sopan

2) Layanan melalui tulisan

Layanan melelui tulisan merupakan bentuk layanan yang

paling menonjol dalam pelaksanaan tugas, tidak hanya dari segi

jumlah tetapi juga dari segi peranannya. Pada dasarnya layanan

melalui tulisan cukup efisein terutama bagi layanan jarak jauh

karena faktor biaya. Agar layanan dalam bentuk tulisan dapat

memuaskan pihak yang dilayani, satu hal yang perlu diperhatikan

ialah faktor kecepatan, baik dalam pengolahan masalah maupun

(31)

Layanan tulisan terdiri atas dua golongan, pertama layanan

berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan pada

orang-orang yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam

berurusan dengan instansi atau lembaga. Kedua layanan berupa

reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan,

pemberian/penyerahan, pemberitahuan dan lain sebagainya.

3) Layanan dengan perbuatan

Dalam kenyataan sehari-hari layanan ini memang tidak

terhindar dari layanan lisan, jadi antara layanan perbuatan dan

layanan lisan sering bergabung. Hal ini disebabkan karena

hubungan lisan sering banyak dilakukan dengan hubungan

pelayanan secara umum(kecuali yang khusus dilakukan melalui

hubungan tulis, karena fator jarak). Hanya titik berat terletak pada

perbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh yang berkepentingan ialah

mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau hasil

perbuatan, bukan hanya sekedar penjelasan atau kesanggupan

secara lisan. Disinipun faktor dalam pelayanan (pengerjaan)

menjadi dambaan setiap orang, disertai dengan kualitas hasil yang

(32)

2. Kepuasan Pelanggan/Masyarakat

a. Pengertian Kepuasan Masyarakat

Menurut Kotler yang dikutip Tjiptono (2006:146) bahwa

kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja yang dirasakan dengan harapannya.

Day menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan

pelanggan/masyarakat adalah respon pelanggan terhadap evaluasi

ketidaksesuaian/dikonfirmasikan yang dirasakan antara harapan

sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

pemakaiannya. Engel, et al. (1990) mengungkapkan bahwa kepuasan

pelanggan merupakan evaluasi punarbeli diaman alternatif yang

dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil sama atau melampaui

harapan pelanggan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan kepuasan pelanggan/masyarakat adalah tingkat

perasaan seseorang yang dirasakan setelah mengevaluasi kinerja atau

produk yang diberikan oleh penyelanggara pelayanan.

b. Konsep Pengukuran Kepuasan Masyarakat / Pelanggan

Menurut Kotler yang dikutip Tjiptono (2006:148) terdapat 4

(empat) metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu sebagai

(33)

1) Sistem keluhan dan saran.

Artinya setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan

perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para

pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat, dan

keluhan mereka. Media yang bisa digunakan meliputi kotak

saran yang diletakkan di tempat-tempat strategis, menyediakan

kartu komentar, menyediakan saluran telepon.

2) Survei kepuasan pelanggan.

Artinya kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan

metode survei, baik melalui pos, telepon maupun wawancara

pribadi. Dengan melalui survei, perusahaan akan memperoleh

tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan

sekaligus juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan

menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. Pengukuran

kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan

berbagai cara, di antaranya sebagai berikut:

a) Directly reported satisfaction,

pengukuran dilakukan secara langsung melalui pertanyaan, sepert i sangat t idak puas, tidak puas, netral, puas, dan sangat puas.

b) Derived dissatisfacatin,

pertanyaan yang menyangkut besarnya harapan pelanggan

(34)

c) Problem analysis,

pelanggan yang dijadikan responden untuk mengungkapkan

dua hal pokok, yaitu (pertama) masalah-masalah yang

mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan

dan (kedua) saran-saran untuk melakukan perbaikan.

d) Importance-performance analysis,

dalam teknik ini responden dimintai untuk meranking

berbagai elemen dari penawaran berdasarkan pentingnya

elemen.

3) Ghost shopping.

Artinya metode ini dilaksanakan dengan cara memperkerjakan

beberapa orang (Ghost sopper) untuk berperan atau bersikap

sebagai pelanggan / pembeli potensial produk perusahaan dan

pesaing. Kemudian Ghost sopper menyampaikan

temuan-temuan mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan

dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian

produk-produk tersebut.

4) Lost customer analysis.

Artinya perusahaan menghubungi para pelanggannya yang telah

berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok dan

diharapkan diperoleh informasi penyebab terjadinya hal

(35)

c. Faktor-Faktor yang Mempengar uhi Kepuasan Pelanggan

Dalam kaitannya dengan beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap kepuasan pelanggan, Tjiptono (2006:159) mengatakan

bahwa ketidakpuasan pelanggan disebabkan oleh faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal yang relatif dapat dikendalikan

perusahaan, misalnya karyawan yang kasar, jam karet, kesalahan

pencatatan transaksi. Sebaliknya, faktor eksternal yang di luar

kendali perusahaan, seperti cuaca, gangguan pada infrastruktur

umum, aktivitas kriminal, dan masalah pribadi pelanggan.

Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam hal terjadi ketidakpuasan,

ada beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan pelanggan, yaitu :

1) Tidak melakukan apa-apa, pelanggan yang tidak puas tidak

melakukan komplain, tetapi mereka praktis tidak akan membeli

atau menggunakan jasa perusahaan yang bersangkutan lagi.

2) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi apakah pelanggan

yang tidak puas akan melakukan komplain atau tidak, yaitu :

a) Derajat kepentingan konsumsi yang dilakukan.

b) Tingkat ketidakpuasan pelanggan.

c) Manfaat yang diperoleh.

d) Pengetahuan dan pengalaman.

e) Sikap pelanggan terhadap keluhan.

f) Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi.

(36)

3. Indeks Kepuasan Masyarakat

Pengertian umum tentang Indeks Kepuasan Masyarakat yang

tertuang dalam Kep. Men. PAN No : KEP/25/M.PAN/2/2004, Indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang tingkat

kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara

kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh

pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan

membandingkan antara harapan dan kebutuhannya.

berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam

kepuasan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

KEP/25M.PAN/2/2004 untuk mengukur tingkat kepuasan

pelanggan perlu adanya Indeks kepuasan pelanggan. Indeks kepuasan

adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan pelanggan yang

diperoleh dari hasil pengukuran kuantitatif dan kualitatif atas pendapat

pelanggan dalam memperolah pelayanan publik dengan membandingkan

antara harapan dan kebutuhan. Kemudian indeks kepuasan masyarakat

tersebut dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, Valid dan

reliabel sebagai unsur minimal yang harus ada. Adapun pengukuran

indeks kepuasan masyarakat adalahsebagai berikut:

a. Prosedur pelayanan yaitu kemudahan tahapan-tahapan atau

alur pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari

(37)

b. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administrasi

yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan

jenis pelayanannya.

c. Kejelasan petugas pelayanan yaitu kepastian seorang petugas

yangmemberikan pelayanan pada perusahaan tersebut seperti

nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawab.

d. Kedisiplinan petugas pelayanan yaitu petugas dalam

memberikan pelayanan bersungguh-sungguh terutama terhadap

konsistensiwaktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku.

e. Tanggung jawab petugas pelayanan yaitu petugas dituntut

untuk bertanggung jawab dalam penyelenggaraan dan

penyelesaian pelayanan.

f. Kemampuan petugas pelayanan yaitu tingkat keahlian dan

keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan atau

menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat

g. Kecepatan pelayanan yaitu pelayanan yang diberikan perusahaan

terselesaikan sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan oleh

unit penyelenggara pelayanan

h. Keadilan mendapatkan pelayanan yaitu dalam

melaksanakan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan tidak

(38)

i. Kesopanan dan keramahan pertugas yaitu sikap dan perilaku petugas

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secarasopan dan

ramah serta saling menghargai dan menghormati.

j. Kewajaran biaya pelayanan yaitu menilai dari seberapa besar

biayayang dikeluarkan oleh unit pelayanan sehingga bisa terjangkau

masyarakat.

k. Kepastian biaya pelayanan yaitu terdapat kesesuaian dengan adanya

kepastian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah

ditetapkan.

l. Kepastian jadwal pelayanan yaitu kepastian pelaksanaan

waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

m. Kenyamanan lingkungan yaitu kondisi sarana dan

prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat

memberikanrasa nyaman kepada penerima pelayanan.

n. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan

lingkungan unit penyelenggaraan pelayanan atau pun sarana

yangdigunakan, sehingga masyarakat merasa tenang

untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang

diakibatkandari pelaksanan pelayanan.

Kesimpulan dari indeks kepuasan masyarakat terdapat 14 unsur yaitu

prosedur pelayanan; persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan,

kedisiplinan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan,

(39)

pelayanan, kesopanan dan keramahan pelayanan, kewajaran biaya

pelayanan, kepastian biaya pelayanan,kepastian jadwal pelayanan,

kenyamanan lingkungan dan keamanan lingkungan

4. Konsep Efektivitas

a. Definisi Efektivitas

Dalam suatu organisasi dapat diukur tingkat keberhasilannya

dengan mengamati efektif tidaknya organisasi tersebut dalam

menjalankan tugasnya. Kata efektivitas pada dasarnya berasal dari

kata “efek” dan digunakan dalam hubungan sebab akibat. Efektifitas

dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas

berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat

tercapai.

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, efektif didefinisikan

sebagai berikut berhasil guna (tentang usaha tindakan), dapat

membawa hasil, manjur atau mujarab (tentang obat), ada efeknya

(akibatnya, pengaruhnya, kesan).

Sedarmayanti (2001 : 59) mendefinisikan efektivitas sebagai

suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target

dapat tercapai.”

Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran

sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian

utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun

(40)

Sedangkan Stoner dalam Tjatjuk Siswandoko (2011 :196) juga

menjelaskan bahwa “Efektivitas adalah konsep yang luas mencakup

berbagai faktor didalam maupun diluar organisasi, yang

berhubungan dengan tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha

untuk mencapai tujuan atau sasaran organisasi.”

Sondang P Siagian (2013 : 20-21) Efektivitas adalah

pemanfaatan sumber daya, dana, sarana dan prasarana dalam

tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah barang atau jasa dengan mutu tertentu tepat

pada waktunya. Berarti efektivitas sebagai orientasi kerja menyoroti

empat hal, yaitu :

a Sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang dapat digunakan

sudah ditentukan dan dibatasi.

b Jumlah dan mutu barang atau jasa yang harus dihasilkan telah

ditentukan.

c Batas waktu untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut sudah

ditetapkan.

d Tata cara yang harus ditempuh untuk menyelesaikan tugas sudah

dirumuskan

James L. Gibson dkk (Pasolong 2007 : 3) mengatakan bahwa :

“Efektifitas adalah pencapaian sasaran dari upaya bersama. Derajat

(41)

Sedangkan Keban (2004 :140), mengatakan bahwa suatu

oranganisasi dapat dikatakan efektif kalau tujuan organisasi atau

nilainilaisebagaimana ditetapkan dalam visi tercapai. Nilai-nilai yang

disepakati bersama antara para stakeholders dari oraganisasi yang

bersangkutan.

Dari pengertian-pengertian efektivitas yang dikemukakan diatas

dapat disimpulkan bahwa efektivitas berarti tercapainya sasaran,

target, tujuan dengan menggunakan waktu sesuai dengan apa yang

direncanakan sebelumnya tanpa mengabaikan mutu. Efektivitas

menjadi sebuah konsep yang penting dalam suatu organisasi karena

efektivitas memberikan gambaran mengenai keberhasilan organisasi

untuk mencapai sasarannya. Jika hasil kegiatan semakin mendekati

sasaran berarti makin tinggi efektivitasnya.

b. Pendekatan Efektivitas

Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara

rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai,

maka usaha atau hasil pekerjaan tersebut itulah yang dikatakan efektif.

Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai

sesuai dengan apa yang direncanakan maka hal itu dikatakan tidak

efektif.

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk

(42)

Martani Huseini menyebutkan ada tiga pendekatan utama dalam

pengukuran efektivitas, yaitu :

1) Pendekatan sumber (resource approach) yaitu mengukur

efektivitas dari input. Pendekatan ini mengutamakan adanya

keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya baik fisik

maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Pendekatan ini didasarkan paa teori mengenai keterbukaan sistem

suatu lembaga terhadap lingkungannya karena lembaga

mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya

dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang

merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan

juga dilemparkan pada lingkungannya. Sementara itu,

sumber-sumber yang terdapat pada linkungan seringkali bersifat langka

dan bernilai tinggi.

2) Pendekatan proses (proses approach) adalah untuk melihat sejauh

mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses

internal atau mekanisme organisasi. Pendekatan proses mengukur

efektivitas dengan efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu

lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal

berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada

berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak

memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian

(43)

dimiliki oleh lembaga yang menggambarkan tingkat efisiensi

serta kesehatan lembaga.

3) Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatain

pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai

hasil (output) yang sesuai dengan rencana. Pendekatan ini

mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran hendak dicapai. Sasaran yang penting

diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini

adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal

berdasarkan sasaran resmi official goal.

S.P Siagian mengemukakan bahwa efektivitas suatu organisasi

dapat diukur dari berbagai hal, yaitu kejelasan tujuan, kejelasan

strategi pencapaian tujuan, proses analisa dan perumusan kebijakan

yang mantap, tersedianya sarana dan prasarana yang efektif dan

efisien, sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik.

Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur

efektivitas kerja dari organisasi yang memberikan pelayanan, antara

lain :

1) Faktor waktu

Ketepatan waktu dan kecepatan waktu dari pelayanan yang

diberikan oleh pemberi layanan. Hanya saja pengunaan ukuran

tentang epat tidaknya atau cepat tidaknya pelayanan yang diberikan

(44)

2) Faktor kecermatan

Faktor kecermatan disini adalah faktor ketelitian dari pemberi

pelayanan kepada pelanggan. Pelanggan akan cenderung

memberikan nilai yang tidak terlalu tinggi kepada pemberi layanan

apabila terjadi banyak kesalahan dalam proses pelayanan meskipun

diberikan dalam waktu singkat

3) Faktor gaya pemberian layanan

Faktor ini melihat cara dan kebiasaan pemberi layanan dalam

memberikan jasa kepada pelanggan.

c. Kriter ia Efektivitas

Menurut Bernard (1982:117) bahwa : “Efektivitas adalah suatu

tindakan dimana tindakan itu akan efektif apabila telah mencapai

tujuan yang telah ditentukan “.

Sedangkan Anoraga (2000:178) menyatakan bahwa:

“Efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lebih

dikaitkan dengan hasil kerja”.

Kata kunci efektivitas adalah efektif , karena pada akhirnya

keberhasilan suatu program diukur dengan konsep efektivitas.

Pengertian efektivitas mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang,

tergantung kepada kerangka acuan yang dipakainya.

Bagi instansi pemerintah, efektivitas organisasi semakna dengan

program yang mempunyai pengaruh besar dengan kepentingan

(45)

Dari pengertian sebelumnya , maka pada umumnya efektifitas

tersebut memberikan batasan dari segi hasil yang dicapai dari suatu

kegiatan tertentu tanpa memperhaikan segi sumber yang digunakan.

Dengan perkataan lain bahwa efektivitas merupakan kemampuan

untuk memilih tujuan yang tepat atau arah yang tepat dalam

pencapaian tujuan.

Pada saat sekarang , pengertian efektivitas sering diidentikkan

dengan tepat guna. Suatu program dapat dikatakan efektif, apabila

tujuan dari program tersebut dapat tercapai atau terlaksana.

Handoko (1998:103) menyatakan bahwa ada berapa kriteria

dalam menilai efektivitas , yaitu:

1) Kegunaan

2) Ketepatan dan objektivitas

3) Ruang lingkup

4) Efektivitas biaya

5) Akuntabilitas, dan

6) Ketepatan waktu.

Roulette (1999:1) mendefinisikan efektivitas adalah dengan

melakukan hal yang benar pada saat yang tepat untuk jangka waktu

yang panjang, baik pada organisasi tersebut dan pelanggan.

selanjutnya Hodge (1984:299) menguraikan bahwa efektivitas

sebagai ukuran suksesnya organisasi didefinisikan sebagai

(46)

Ini berarti bahwa organisasi mampu menyusun dan

mengorganisasikan sumber daya untuk mencapai tujuan.

Menurut Gibson (1997:50), kriteria efektivitas terdiri dari

kriteria jangka pendek , jangka menengah, jangka panjang.

1) Kriteria efektivitas jangka pendek. Ada lima kriteria efektivitas

jangka pendek yaitu:

a) Produksi.

Produksi merupakan kemampuan organisasi dalam

menghasilkan sejumlah jasa seperti yang dituntut oleh

lingkungan. Konsep tidak termasuk pertimbangan efesiensi

yang akan didefinisikan dengan singkat. Ukuran produksi

termasuk laba, penjualan, bagian pasar, siswa yang lulus,

pasien yang disembuhkan , dokumen yang selesai di proses

dan klien yang dilayani. Ukuran ini berkaitan langsung

dengan keluaran yang dikomsumsikan oleh pelanggan dan

klien organisasi.

b) Mutu

Mutu telah muncul sebagai bagian penting ekonomi global ,

mutu menjadi kriteria individu, kelpmpok dan organisasi

yang penting. Mutu menjadi kondisi yang penting untuk

bertahan hidup, meskipun mutu mempunyai banyak arti, kita

akan menjadi aman dalam penerimaan kalau kita

(47)

klien untuk kinerja produk dan jasa dengan ukuran dan

penilaian mutu berasal dari pelanggan dan klien.

c) Efesiensi

Efesiensi diartikan sebagai rasio keluaran dibandingkan

masukan kriteria jangka pendek ini memfokuskan pada siklus

masukan – proses – keluaran – dan bahkan menekankan pada

elemen masukan dan proses. Ukuran efesiensi termasuk

tingkat pendapat dari kapital dan aset, unit biaya, bahan

bangunan, pemborosan, waktu berhenti tingkat hunian , dan

biaya per pasien, per siswa, atauper klien. Ukuran efisiensi

tidak bisa tidak harus dalam bentuk rasio, rasio manfaat

versus biaya, keluaran, atau waktu adalah bentuk umum

ukuran ini.

d) Fleksibilitas

Fleksibilitas respon tumbuh sebagai penentu kritis efektivitas

jangka pendek dengan istilah khusus menangkut kemampuan

organisasi untuk mengalihkan sumber daya dari aktivitas

yang satu ke aktivitas yang lain guna menghasilkan produk

dan pelayanan yang baru dan berbeda ,menanggapi

permintaan pelanggan fleksibilitas teknologi manufaktur,

telah menjadi isu penting yang paling berkembang.

Tiga aspek fleksibilitas mempengaruhi efektivitas organisasi,

(48)

lingkungan eksternal (pelanggan , persaingan , peraturan

pemerintah0. Fleksibilitas telah menjadi sangat penting

karena organisasi menghadapi beragam klien dan pelanggan ,

beberapa organisasi menyeleksi dan mendidik karyawan

untuk melayani pelanggan perusahaan yang berbed. Teori

sistem menekankan kepentingan , adaptasi terhadap

rangsangan eksternal. Kedua , individu kelompok dan

organisasi harus menjawab perybahan individu dan kelompok

lain didalam organisasi yang sama. Ketiga, organisasi harus

dapat mengdaptasikan praktek perencanaan ,

pengorganisasian , pengarahan , pengendalian, dan kebijakan

untuk menjawab perubahan yang ada.

e) Kepuasan

Kepuasan ditunjukan kepad perasaan karyawan terhadap

pekerjaan mereka dan peran di organisasi pemikiran

organisasi sebagai sistem sosial membutuhkan pertimbangan

manfaat, juga perlu diterima oleh partisipan demikian pula

pelanggan maupun klien. Kepuasan dan moral marupakan

istilah yang serupa yang ditunjukan seberapa besar organisasi

memuaskan kebutuhan masyarakat.

2) Kriteria efektivitas jangka menengah. Terdapat dua kriteria

(49)

a) Persaingan

Persaingan akan menggambarkan posisi organisasi di dalam

industri. Apakah pesaing melihat secara serius kondisi saling

bersaing memperoleh pelanggan dan klien bisnis. Pesaing

telah tumbuh bersamaan dengan mutu dn fleksibilitas dalam

menghapi kompetesi global. Alasan terbaru ketika

mengobservasi turunnya dya saing adalah terjaadi bila

produksi, mutu dan fleksibilitas menurun dan mereka tidak

bisa memproduksi seperti yang diminta pelanggan.

Organisasi di pasar global dapat memenuhi permintaan ini

dan mereka dapat bersaing, mereka kompetisi.

b) Pengembangan.

Pengembangan menjamin efektivitas organisasi melalui

investasi sumber daya guna memenuhi permintaan

lingkungan mendatang. Meskipun secara umum

menggunakan sumber daya dengan cara ini mengurangi hasil

efektivitas jangka pendek, usaha-usaha pengembangan yang

dimanajemeni dengan baik setiap kali menjadi kunci

kelangsungan hidup.

c) Kriteria efektivitas jangka panjang

Untuk jangka panjang, tentu organisasi ingin terus bertahan

dlam hal ini dapat dicapai kalau manager (pemerintah)

(50)

Organisasi dapat meningkatkan efektivitas jangka panjang

dengan mengembangkan alternatif rencana dan dengan

menyeleksi rencana yang tepat sesuai perubahan lingkungan .

dengan kata lain, organisasi akan teru menjaga kelangsungan

hidupnya sampai pada satu titik mereka menerima

kemungkinan tidak bisa bertahan lagi dan mengambil

tindakan menghadpi kemungkinan tersebut.

5. Konsep Pembuatan Surat izin Mengemudi (SIM)

Surat ijin mengemudi (SIM) adalah bukti registrasi dan identifikasi

yang diberikan oleh polri kepada seseorang yang telah memenuhi

persyaratan administrasi , sehat jasmani dan rohani , memahami peraturan

lalu lintas dan terampil mengemudikan kendaraan bermotor.

a. Penggolongan Sur at Izin Mengemudi

Berdasarkan peraturan kepolisian no. 9 tahun 2012 tentang surat

izin menegemudi pasal 7 penggolongan surat izin mengemudi adalah:

1) Golongan A, untuk mengemudikan mobil penumpang, mobil bis

dan mobil barang yang mempunyai jumlah berat yang

diperbolehkan tidak lebih dari 3.500 kg.

2) Golongan B I, untuk mengemudikan mobil bis dan mobil barang

yang mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 3.500

kg.

3) Golongan B II, untuk mengemudikan tractor atau kendaraan

(51)

berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau kereta

gandengan lebih dari 1.000 kg.

4) Golongan C, untuk mengemudikan sepeda motor yang dirancang

mampu mencapai kecepatan lebih dari 40 kilometer per jam.

5) Golongan D, untuk Berlaku untuk mengemudi ranmor khusus bagi

penyandang cacat.

Bunyi pasal 8:

1) Untuk mengemudikan kendaraan umum, harus memiliki surat izin

mengemudi umum yang sesuai untuk golongannya, yaitu :

a) A Umum untuk golongan A;

b) B I Umum untuk golongan B I;

c) B II Umum untuk golongan B II.

2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku

untuk pengemudi yang mengemudikan sendiri kendaraan umum

yang disewanya.

b. Persyar atan pembuatan SIM

Dalam pasal 24 terdapat Persyaratan pendaftaran SIM bagi

peserta uji meliputi:

1) Usia dalam pasal 25

2) Administrasi dalam pasal 27; dan

3) Kesehatan dalam pasal 34.

Persyaratan Usia dalam Pasal 25, yaitu

(52)

paling rendah:

a) berusia 17 (tujuh belas) tahun untuk SIM A, SIM C, dan SIM D;

b) berusia 20 (dua puluh) tahun untuk SIM B I; dan

c) berusia 21 (dua puluh satu) tahun untuk SIM B II.

d) berusia 20 (dua puluh) tahun untuk SIM A Umum;

e) berusia 22 (dua puluh dua) tahun untuk SIM B I Umum; dan

f) berusia 23 (dua puluh tiga) tahun untuk SIM B II Umum.

2) Persyaratan usia, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku bagi

Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing.

Persyaratan Administrasi dalam Pasal 27 Persyaratan administrasi,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b, terdiri atas

persyaratan pengajuan baru yaitu:

1) Persyaratan administrasi pengajuan SIM baru, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 26 huruf a, untuk mengemudikan Ranmor

perseorangan meliputi:

a) mengisi formulir pengajuan SIM; dan

b) Kartu Tanda Penduduk asli setempat yang masih berlaku bagi

Warga Negara Indonesia atau dokumen keimigrasian bagi

Warga Negara Asing.

2) Dokumen keimigrasian, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

b, berupa:

a) paspor dan kartu izin tinggal tetap (KITAP) bagi yang

(53)

b) paspor, visa diplomatik, kartu anggota diplomatik, dan

identitas diri lain bagi yang merupakan staf atau keluarga

kedutaan;

c) paspor dan visa dinas atau kartu izin tinggal sementara

(KITAS) bagi yang bekerja sebagai tenaga ahli atau pelajar

yang bersekolah di Indonesia; atau

d) paspor dan kartu izin kunjungan atau singgah bagi yang tidak

berdomisili di Indonesia.

3) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengajuan

golongan SIM umum baru harus juga dilampiri dengan:

a) sertifikat lulus pendidikan dan pelatihan mengemudi; dan/atau

b) Surat Izin Kerja dari Kementerian yang membidangi

Ketenagakerjaan bagi Warga Negara Asing yang bekerja di

Indonesia.

Kesehatan dalam pasal 34

Persayaratan kesehatan dalam pengajuan SIM baru yaitu:

1) Kesehatan jasmani, dan

2) Kesehatan rohani

C. Kerangka Ber fikir

Kerangka berfikir merupakan penjelasan spesifik mengenai alur pikir

teoritik terhadap pemecahan masalah yang diteliti, penjelasan tentang teori

dasar yang digunakan untuk menggambarkan alur teori atau jalinan teori yang

(54)

Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan landasan teori,

maka dapat dapat dibuat kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Sumber : Sondang P (2013 : 20-21)

UU No.22 / 2009 Tentang Lalulintas

Efektifitas pelayanan dalam prespektif pengguna layanan

Efektivitas Pelayanan Masyarakat

Peraturan Kapolri No 9 Tahun 2012 Tentang SIM

SDM, Dana, Sarana dan

Prasaran

Tata cara yang ditempuh Batas waktu

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. J enis penelitian

Penelitian kualitatif adalah suatu strategi yang dipilih oleh penulis

untuk mengamati suatu fenomena, mengumpulkan informasi dan menyajikan

hasil penelitian pada penelitian ini. Menurut Moeleong (2006:6) menjelaskan

bahwa “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara

holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu

konteks, khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah”. Sedangkan menurut David Williams (dalam Moleong, 2006:5)

menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu

latar ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah dan dilakukan oleh orang

atau peneliti yang tertarik secara ilmiah”.

Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif deskriptif.

Penelitian deskripstif ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual

secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengindetifikasikan masalah

atau memeriksa kondisi dan praktik-praktik yang berlaku.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah Efektivitas Pelayanan Pembuatan Sim

(56)

Resort Mojokerto. Lokasi Penelitian Berada Di Polres Mojokerto Jl.Gajah

Mada No. 99 Kabupaten Mojokerto.

C. Fokus Penelitian

Penentuan fokus penelitian diperlukan dalam membantu pelaksanaan

penelitian, jika fokus penelitian ditentukan secara tepat sesuai dengan tujuan

dan masalah penelitian, maka penelitian yang dilakukan akan terarah dan

berhasil dengan baik.

Menurut Moleong dalam Syahrul (2006 : 12) menyatakan bahwa

penelitian kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batas dalam penelitian

dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Dengan penetapan

fokus sebagai pokok masalah peneliltian penting artinya dalam usaha

menemukan batas penelitian. Dengan fokus penelitian, peneliti akan dapat

tahu secara persis data yang perlu dikumpulkan dan yang tidak perlu

dikumpulkan. Selain itu fokus penelitian juga dapat berkembang atau berubah

sesuai dengan perkembangan masalah penelitian di lapangan.

Penelitian kualitatif menggunakan variabel mandiri tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah Efektivitas Pelayanan

Pembuatan Sim (Surat Izin Mengemudi) Dalam Perspektif Penggunaan

Pelayanan Di Kepolisian Resort Mojokerto. Secara teori menurut Sondang P

Siagan (2013 : 20-21) Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, dana,

sarana dan prasarana dalam tertentu yang secara sadar ditetapkan

(57)

tertentu tepat pada waktunya. Berarti efektivitas sebagai orientasi kerja

menyoroti empat hal, yaitu :

a Sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang dapat digunakan sudah

ditentukan dan dibatasi.

b Jumlah dan mutu barang atau jasa yang harus dihasilkan telah ditentukan.

c Batas waktu untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut sudah

ditetapkan.

d Tata cara yang harus ditempuh untuk menyelesaikan tugas sudah

dirumuskan

Berdasarkan konsep teori dan Peraturan undang- undang No. 22/ 2009

Tentang Surat Izin Mengemudi maka dalam penelitian ini di tetapkan fokus

penelitian, yaitu:SDM,dana,sarana dan prasarana, jumlah dan mutu, batas

waktu,dan tata cara.Sehingga penelitian ini mempunyai 4 fokus yaitu :

1. SDM, Dana, Sarana dan prasarana

Sumber daya manusia untuk mengetahui Kemampuan petugas dalam

memberikan pelayanan untuk masyarakat dalam proses pembuatan SIM

(Surat Izin Mengemudi), dana atau biaya yang dikeluarkan oleh

masyarakat untuk mendapatkan pelayanan pembuatan SIM, serta Sarana

dan prasarana untuk menunjang kelancaran dalam pembuatan SIM (Surat

Izin Mengemudi) yang mencakup tentang keamanan, kenyamanan dan

keteraturan dalam pelaksanaan pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi),

serta sarana dan prasarana dalam pelaksanaan ujian S

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Pegawai Polres Mojokerto Berdasarkan jenis
Gambar 1.1 ujian praktik dalam pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) di Polres
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Analisis Model Interakif Menurut Miles dan Huberman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut masyarakat sikap dan prilaku petugas polisi/pegawai sudah bagus dalam memberikan pelayanan khususnya pembuatan SIM C dimana para petugas dengan ramah dan sopan

Dilihat dari dimensi ini, hasil hasil secara keseluruhan nilai (skor) rata – rata dari unsur kedisiplinan petugas pelayanan adalah sebesar 3,26 yang berada dalam nilai

Optimalisasi Pelayanan Dalam Pembuatan SIM C di Satlantas Kepolisian Resort Kota Malang .... Pelayanan Petugas Dalam Pembuatan SIM C

Keseimbangan adalah keadan yang terjadi apabila semua gaya dan kecenderungan yang ada tepat, berimbang atau netral, oleh gaya dan kecenderungan yang sama dan tidak

Sumber daya manusia adalah merupakan salah satu faktor utama yang terpenting dalam mendukung terselenggaranya pelaksanaan pelayanan yang tepat, cepat dan murah

Judul : “ Persepsi Masyarakat Dalam Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi C (SIM C) Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi, Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara ”..

Salah satu contoh kerabat petugas berbeda pelayanan yang diberikan dengan masyarakat lain. Hal tersebut jelas mencederai keadilan khususnya dalam pelayanan. Berdasarkan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling, Metode pengambilan sampelnya dilakukan peneliti dengan menyebarkan kuesioner kepada masyarakat