• Tidak ada hasil yang ditemukan

Katalog BPS: BADAN PUSAT STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Katalog BPS: BADAN PUSAT STATISTIK"

Copied!
216
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PEREK ONOMIAN INDONESIA 2015

Katalog BPS: 9199007

BADAN PUSAT STATISTIK

D A T A

M E N C E R D A S K A N B A N G S A

Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710

Telp : (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax : (021) 3857046, E-mail : [email protected] Homepage : http://www.bps.go.id

BADAN PUSAT STATISTIK

9 771 858 096354 ISSN 1858-0963

cmyk

http://www.bps.go.id

(2)

http://www.bps.go.id

(3)

LAPORAN

PEREKONOMIAN INDONESIA

2015

ISSN : 1858-0963

No. Publikasi : 07330.1510

Katalog BPS : 9199007

Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 195

Naskah :

Subdirektorat Indikator Statistik

Gambar Kulit :

Subdirektorat Indikator Statistik Diterbitkan oleh:

Badan Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia

Dicetak oleh:

CV. NARIO SARI

http://www.bps.go.id

(4)

iii

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

KATA PENGANTAR

L

APORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2015 merupakan publikasi rutin tahunan Badan Pusat Statistik (BPS). Publikasi ini memberikan gambaran perkembangan kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2014 dan yang sedang berjalan di tahun 2015, yang dicerminkan melalui indikator makro terpilih.

Angka-angka yang disajikan dalam publikasi ini diperoleh dari data yang dihimpun oleh BPS dan institusi lain seperti Bank Indonesia (BI), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan instansi lainnya yang dapat memberikan gambaran perekonomian Indonesia secara menyeluruh. Publikasi ini menyajikan informasi mengenai pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, perdagangan luar negeri, perkembangan ekonomi maritim, bidang moneter, investasi, ketenagakerjaan dan pariwisata.

Akhirnya, penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna penyempurnaan publikasi ini di masa mendatang, dan semoga publikasi ini bermanfaat.

Jakarta, Agustus 2015 Kepala Badan Pusat Statistik

Dr. Suryamin, M.Sc.

http://www.bps.go.id

(5)

http://www.bps.go.id

(6)

v

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... xi

Penjelasan Umum ... xiii

Penjelasan Teknis ... xiv

Singkatan ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. TINJAUAN PEREKONOMIAN DUNIA DAN INDONESIA... 9

Pertumbuhan Ekonomi Global Relatif Stabil... 11

Meningkatnya Laju Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Maju ... 13

Laju Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Mengalami Perlambatan ... 15

Prospek dan Tantangan Perekonomian Dunia ... 19

Gambaran Umum Perekonomian Indonesia ... 24

Indeks Daya Saing Indonesia ... 27

Prospek dan Tantangan Perekonomian Indonesia ... 30

BAB III. PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN REGIONAL ... 33

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Mengalami Perlambatan .... 35

PDB Menurut Lapangan Usaha ... 36

PDB Menurut Penggunaan ... 41

Pertumbuhan Ekonomi Spasial ... 44

PDB Per Kapita ... 47

Sekilas Capaian Kinerja Perekonomian Indonesia Hingga Triwulan I 2015 ... 48

BAB IV. PERKEMBANGAN POROS EKONOMI MARITIM INDONESIA ... 53

Profil Kemaritiman Indonesia ... 55

Perkembangan Produk Domestik Bruto Subsektor Kelautan.... 57

Sarana dan Prasarana Kemaritiman Indonesia ... 58

Potensi Perikanan Laut Indonesia ... 62

SDM Kelautan ... 64

Wilayah Laut Indonesia Belum Aman ... 66

BAB V. INFLASI DAN DAYA BELI MASYARAKAT ... 71

Inflasi Inti dan Non Inti ... 73

Perkembangan Inflasi Nasional ... 75

Inflasi Daerah ... 78

http://www.bps.go.id

(7)

vi Laporan Perekonomian Indonesia 2015

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi dan Daya Beli

Masyarakat ... 81

Perbandingan Inflasi dengan Negara ASEAN ... 83

BAB VI. EKSPOR, IMPOR DAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA .. 85

Perkembangan Ekspor ... 88

Perkembangan Impor ... 95

Neraca Perdagangan Indonesia ... 101

BAB VII. KINERJA SEKTOR MONETER ... 103

Arah Kebijakan yang Dilakukan Pemerintah dan BI di Tahun 2014 ... 105

Kinerja Stabilitas Keuangan ... 106

Pengaruh Inflasi dan Faktor Musiman Terhadap Peredaran Uang Kartal ... 109

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ... 113

Pergerakan Suku Bunga ... 116

BAB VIII. PERKEMBANGAN INVESTASI DAN PERDAGANGAN SAHAM ... 121

Penanaman Modal Asing (PMA) ... 126

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ... 131

Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 136

Kontribusi Investor Asing di Indonesia ... 138

BAB IX. PARIWISATA ... 141

Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Melalui Pintu Masuk/Bandara ... 144

Profil Wisatawan Mancanegara ... 147

Penerimaan Devisa dari Wisatawan Mancanegara ... 149

Pengeluaran Wisatawan Mancanegara ... 153

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Lama Menginap ... 155

BAB X. KONDISI KETENAGAKERJAAN ... 159

Angkatan Kerja... 161

Potret Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan dan Sektor Ekonomi... 169

Upah Pekerja ... 172

Elastisitas Tenaga Kerja ... 176

Produktivitas Tenaga Kerja ... 177

Pekerja Sektor Formal dan Informal ... 180

BAB XI. PENUTUP ... 183 Daftar Pustaka

http://www.bps.go.id

(8)

vii

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Penerimaan dan Pengeluaran APBN (miliar rupiah),

Tahun 2012–2015) ... 5 Tabel 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Negara Maju, Negara

Berkembang, dan ASEAN (persen), Tahun 2010–2014 ... 14 Tabel 2.2. Laju Inflasi Dunia, Negara Maju, Negara Berkembang,

dan ASEAN (persen), Tahun 2010–2014 ... 16 Tabel 2.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi Dunia,

Negara Maju, Negara Berkembang, dan ASEAN (persen), Tahun 2014–2015 ... 19 Tabel 2.4. Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi Indonesia,

Tahun 2010–2014 ... 24 Tabel 2.5. Perbandingan Peringkat Indeks Daya Saing Indonesia

Dengan Beberapa Negara Lainnya1, Tahun 2012/2013–

2014/2015 ... 28 Tabel 2.6. Nilai dan Peringkat Indeks Daya Saing Indonesia Menurut

Pilar Daya Saing, Tahun 2012/2013–2014/2015 ... 29 Tabel 2.7. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi

Indonesia (persen), Tahun 2015 dan 2016 ... 30 Tabel 3.1. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha,

Tahun 2011–2014 ... 38 Tabel 3.2. Produk Domestik Bruto Menurut Penggunaan,

Tahun 2011–2014 ... 43 Tabel 3.3. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Wilayah (persen),

Tahun 2012–2014 ... 45 Tabel 3.4. Peranan Wilayah Dalam Pembentukan PDB Nasional

(persen), Tahun 2012–2014 ... 46 Tabel 3.5. Produk Domestik Bruto per Kapita (ribu rupiah),

Tahun 2010–2014 ... 47 Tabel 3.6. Nilai, Struktur, Laju dan Sumber Pertumbuhan Produk

Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha,

Triwulan I–2015 ... 48 Tabel 3.7. Nilai, Struktur, Laju dan Sumber Pertumbuhan Produk

Domestik Bruto Menurut Pengeluaran, Triwulan I–2015 ... 49 Tabel 4.1. Profil Kemaritiman Indonesia... 56 Tabel 4.2. Nilai dan Distribusi Produk Domestik Bruto Atas Dasar

Harga Berlaku Sektor Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan (miliar rupiah), Tahun 2011–2014 ... 57 Tabel 4.3. Jumlah Pelabuhan Perikanan di Indonesia,

Tahun 2014 ... 59

http://www.bps.go.id

(9)

viii Laporan Perekonomian Indonesia 2015

Tabel 4.4. Jumlah Perahu/Kapal Perikanan Laut Menurut Jenis Kapal,

Tahun 2011–2014 ... 59 Tabel 4.5. Jumlah Perahu/Kapal Perikanan Laut Menurut Ukuran

Kapal Motor, Tahun 2011–2014 ... 60 Tabel 4.6. Jumlah Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan UPI yang

Bersertifikat Kelayakan Pengolahan Berdasarkan Pulau

Utama di Indonesia, Tahun 2014 ... 61 Tabel 4.7. Produksi dan Nilai Perikanan Tangkap, Tahun 2011-2014 ... 63 Tabel 4.8. Produksi Perikanan Tangkap di Laut Menurut Komoditi

Utama (000 ton), Tahun 2011–2014 ... 63 Tabel 4.9. Volume dan Nilai Ekspor Komoditi Perikanan Utama

Indonesia, Tahun 2011–2014 ... 64 Tabel 4.10. Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap, Tahun 2011-2014 ... 65 Tabel 4.11. Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap,

Tahun 2011–2014 ... 65 Tabel 4.12. Jumlah Tenaga Kerja Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perikanan Tangkap, Tahun 2011–2013 ... 66 Tabel 4.13. Jumlah Kapal Pengawas yang Dimiliki Indonesia,

Tahun 2012–2014 ... 67 Tabel 4.14. Tindak Pidana Perikanan Menurut Jenis Tindakan Pidana,

Tahun 2012–2014 ... 67 Tabel 4.15. Jumlah Tindak Pidana Perikanan Menurut Jenis Pulau,

Tahun 2012–2014 ... 68 Tabel 4.16. Jumlah Kapal yang Ditangkap Menurut Negara Asal,

Tahun 2012–2014 ... 68 Tabel 5.1. Inflasi dan Sumbangan Inflasi Inti dan Non Inti,

Tahun 2012–2014 ... 74 Tabel 5.2. Laju Inflasi Indonesia Gabungan 82 Kota Menurut

Kelompok Barang Kebutuhan (2012=100) (persen),

Tahun 2012–2015 ... 76 Tabel 5.3. Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi

Nasional (persen), Tahun 2013 dan 2014... 78 Tabel 5.4. Laju Inflasi 82 Kota di Indonesia1 (2012=100),

Tahun 2011–2014 ... 79 Tabel 5.5. Laju Inflasi Negara ASEAN (persen), Tahun 2011-2013 ... 84 Tabel 6.1. Nilai Ekspor Indonesia Menurut Migas dan Non-Migas

(juta US$), Tahun 2010–2015 ... 88 Tabel 6.2. Ekspor Komoditi Penting Indonesia (juta US$),

Tahun 2010–2015 ... 91 Tabel 6.3. Nilai Ekspor Indonesia Menurut Golongan Barang SITC

(juta US$), Tahun 2010–2015 ... 92 Tabel 6.4. Ekspor Indonesia Menurut Negara Tujuan (juta US$),

Tahun 2010–2015 ... 94 Tabel 6.5. Nilai Impor Indonesia Menurut Migas dan Non-Migas

(juta US$), Tahun 2010–2015 ... 96

http://www.bps.go.id

(10)

ix

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

Tabel 6.6. Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Barang Ekonomi (juta US$), Tahun 2010–2015 ... 97 Tabel 6.7. Nilai Impor Indonesia (CIF) Menurut Golongan Barang SITC

(juta US$), Tahun 2010–2015 ... 98 Tabel 6.8. Impor Indonesia Menurut Negara Asal (juta US$),

Tahun 2010–2015 ... 100 Tabel 6.9. Neraca Perdagangan Indonesia (juta US$),

Tahun 2010–2015 ... 102 Tabel 7.1. Perkembangan Uang Beredar (miliar rupiah),

Tahun 2013 – Triwulan I 2015 ... 107 Tabel 7.2. Perkembangan Uang Primer (miliar rupiah),

Tahun 2013 – Triwulan I 2015 ... 112 Tabel 7.3. Perkembangan Nilai Tukar Mata Uang Asing terhadap

Rupiah di Pasaran Jakarta, Tahun 2013 – Triwulan I 2015 .. 114 Tabel 7.4. Suku Bunga Domestik, Tahun 2013 – Triwulan I 2015 ... 117 Tabel 8.1. Target dan Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA)

dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di

Indonesia (juta US$), Tahun 2012–2015 ... 123 Tabel 8.2. Perkembangan Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing

(PMA) Menurut Sektor (juta rupiah),

Tahun 2012–Triwulan I 2015 ... 127 Tabel 8.3. Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) yang Disetujui

Pemerintah Menurut Pulau (juta US$),

Tahun 2012–Triwulan I 2015 ... 129 Tabel 8.4. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) Menurut Sektor (miliar rupiah),

Tahun 2012–Triwulan I 2015 ... 132 Tabel 8.5. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) Menurut Pulau (miliar rupiah),

Tahun 2012–Triwulan I 2015 ... 134 Tabel 8.6. Transaksi dan Indeks Saham di Bursa Efek Indonesia,

Tahun 2010–2015 ... 136 Tabel 8.7. Jumlah dan Nilai Perdagangan Saham yang Dilakukan oleh

Investor Asing di Bursa Efek Indonesia, Tahun 2010–2015 139 Tabel 9.1. Wisatawan Mancanegara yang Datang ke Indonesia

(orang), Tahun 2009–2015 ... 145 Tabel 9.2. Profil Wisatawan Mancanegara (orang), Tahun 2009–2014 148 Tabel 9.3. Penerimaan Devisa dari Wisatawan Menurut Negara

Tempat Tinggal, Tahun 2010–2014 ... 150 Tabel 9.4. Wisatawan yang Datang ke Indonesia Menurut Negara

Tempat Tinggal, Tahun 2010–2014 ... 153 Tabel 9.5. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Menurut

Negara Asal (US$), Tahun 2011–2014 ... 154

http://www.bps.go.id

(11)

x Laporan Perekonomian Indonesia 2015

Tabel 9.6. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Menurut

Provinsi (persen), Tahun 2010–2014 ... 157 Tabel 9.7. Rata-Rata Lama Menginap Tamu Pada Hotel Bintang

Menurut Provinsi (hari), Tahun 2010–2014 ... 158 Tabel 10.1. Jumlah Angkatan Kerja Penduduk Berumur 15 Tahun ke

Atas Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2011–2015 ... 162 Tabel 10.2. Indikator Ketenagakerjaan Menurut Daerah Tempat

Tinggal, 2011–2015 ... 164 Tabel 10.3. Indikator Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin,

Tahun 2011–2015 ... 166 Tabel 10.4. Indikator Ketenagakerjaan Menurut Propinsi,

Tahun 2012–2015 ... 168 Tabel 10.5. Persentase Penduduk yang Berumur 15 Tahun ke Atas

yang Bekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan,

Tahun 2011–2015 ... 170 Tabel 10.6. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan

Pekerjaan, Tahun 2011–2015 ... 171 Tabel 10.7. Rata-Rata UMP, KHL dan Pertumbuhan UMP (ribu rupiah),

Tahun 2006–2015 ... 172 Tabel 10.8. Distribusi Pekerja Menurut Upah dan Daerah (persen),

Tahun 2012–2015 ... 174 Tabel 10.9. Distribusi Pekerja Menurut Upah dan Jenis Kelamin

(persen), Tahun 2012–2015 ... 175 Tabel 10.10. Elastisitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan,

Tahun 2012–2014 ... 176 Tabel 10.11. Produktivitas Menurut Provinsi dan Komoditas (juta

rupiah per pekerja), Tahun 2011–2013 ... 178 Tabel 10.12. Produktivitas Menurut Lapangan Pekerjaan (juta rupiah

per pekerja), 2011–2014 ... 179 Tabel 10.13. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang

Bekerja Berdasarkan Status Pekerjaan, Tahun 2011–2015 . 181

http://www.bps.go.id

(12)

xi

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Negara Maju, dan

Negara Berkembang, serta ASEAN (persen), 2010–2014 .. 11 Gambar 2.2. Perkembangan Laju Inflasi Dunia, Negara Maju, dan

Negara Berkembang, serta ASEAN (persen), 2010–2014 .. 12 Gambar 2.3 Pertumbuhan Ekonomi di Beberapa Negara ASEAN

(persen), 2010–2014 ... 17 Gambar 2.4 Perkembangan Laju Inflasi di Beberapa Negara ASEAN

(persen), 2010–2014 ... 18 Gambar 2.5 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Negara Maju dan

Negara Berkembang, serta ASEAN (persen),

Tahun 2015 dan 2016 ... 20 Gambar 2.6 Proyeksi Inflasi Dunia, Negara Maju dan Negara

Berkembang, serta ASEAN (persen), 2015 dan 2016 ... 22 Gambar 2.7. Perbandingan Peringkat Indeks Daya Saing Indonesia

dengan Beberapa Negara di kawasan ASEAN,

Tahun 2012/2013–2014/2015 ... 27 Gambar 2.8. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Indonesia

Menurut IMF (persen), Tahun 2015 dan 2016 ... 31 Gambar 3.1. Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha,

Tahun 2011–2014 ... 37 Gambar 3.2. Kontribusi PDB Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2014 .... 40 Gambar 3.3. Pertumbuhan PDB Menurut Penggunaan,

Tahun 2011–2014 ... 41 Gambar 3.4. Kontribusi PDB Menurut Penggunaan (persen),

Tahun 2014 ... 42 Gambar 4.1. Distribusi PDB Sektor Pertanian, Peternakan, dan

Perikanan, Tahun 2014 ... 58 Gambar 4.2. Jumlah Perahu/Kapal Perikanan Laut Menurut Jenis

Perahu/Kapal, Tahun 2011–2014 ... 60 Gambar 4.3. Distribusi UPI Berdasarkan Pulau Utama di Indonesia,

Tahun 2014 ... 62 Gambar 5.1. Laju Inflasi Indonesia, Tahun 2014–2015 ... 75

Gambar 5.2. Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi

Nasional (persen), 2013 dan 2014 ... 77 Gambar 5.3. Laju Inflasi Negara ASEAN (persen), Tahun 2012-2014 ... 84 Gambar 6.1. Nilai Ekspor Indonesia, Tahun 2010–2014 ... 89 Gambar 6.2. Pertumbuhan, Distribusi dan Nilai Ekspor Indonesia

Menurut Sektor Komoditas, Tahun 2014 ... 92 Gambar 6.3. Pertumbuhan, Distribusi dan Nilai Ekspor Indonesia

Menurut Golongan Barang, Tahun 2014 ... 93

http://www.bps.go.id

(13)

xii Laporan Perekonomian Indonesia 2015

Gambar 6.4. Pertumbuhan, Distribusi dan Nilai Ekspor Indonesia

Menurut Negara Tujuan, Tahun 2014 ... 95 Gambar 6.5. Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Barang

Ekonomi, Tahun 2010–2014 ... 98 Gambar 6.6. Pertumbuhan, Distribusi dan Nilai Impor Indonesia

Menurut Golongan Barang, Tahun 2014 ... 99 Gambar 6.7. Pertumbuhan, Distribusi dan Nilai Impor Indonesia

Menurut Negara Asal, Tahun 2014 ... 101 Gambar 7.1. Jumlah Uang Beredar (miliar rupiah), Tahun 2010–2014 .. 108 Gambar 7.2. Perkembangan Nilai Tukar Mata Uang Asing, Tahun

2014 – Triwulan I 2015 ... 113 Gambar 7.3. Pasar Uang Antar Bank, Tahun 2013 – Triwulan I 2015 ... 116 Gambar 7.4. Sertifikat Bank Indonesia, Tahun 2013 – Triwulan I 2015 .. 118 Gambar 8.1. Nilai Investasi PMA yang Terealisasi Menurut Sektor

(juta US$), Tahun 2012–2014 ... 128 Gambar 8.2. Nilai Investasi PMA yang Terealisasi Menurut Pulau

(juta US$), Tahun 2012–2014 ... 130 Gambar 8.3. Nilai Investasi PMDN yang Terealisasi Menurut Sektor

(miliar rupiah), 2012–2014 ... 133 Gambar 8.4. Nilai Investasi PMDN yang Terealisasi Menurut Pulau,

(miliar rupiah), Tahun 2012–2014 ... 135 Gambar 8.5. Jumlah dan Nilai Transaksi Saham di Bursa Efek

Indonesia, Tahun 2010–2014 ... 137 Gambar 9.1. Jumlah Wisatawan Mancanegara yang Datang ke

Indonesia Melalui Bandara (orang), Tahun 2010–2014 .... 146 Gambar 9.2. Persentase Wisatawan Mancanegara yang Datang

ke Indonesia Menurut Tujuan Kunjungan,

Tahun 2014 ... 149 Gambar 9.3. Penerimaan Devisa dari Wisatawan Mancanegara yang

Datang ke Indonesia (juta US$), Tahun 2010–2014 ... 150 Gambar 9.4. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) pada Hotel Berbintang

di 17 Provinsi (persen), Tahun 2014 ... 156 Gambar 9.5. Rata-rata Lama Menginap Tamu Asing dan Indonesia

Pada Hotel Berbintang di 17 Provinsi (hari), Tahun 2014 .. 158 Gambar 10.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Tempat

Tinggal (persen), Tahun 2011–2015 ... 165 Gambar 10.2. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin

(persen), Tahun 2011–2015 ... 167 Gambar 10.3. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Tingkat

Pendidikan, Tahun 2011–2015 ... 170 Gambar 10.4. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status

Pekerjaan, Tahun 2011–2015 ... 181

http://www.bps.go.id

(14)

xiii

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

PENJELASAN UMUM

Tanda-tanda yang digunakan dalam publikasi ini, adalah sebagai berikut : Data belum tersedia : ...

Data tidak tersedia : - Data dapat diabaikan : 0 Tanda desimal : ,

http://www.bps.go.id

(15)

xiv Laporan Perekonomian Indonesia 2015

PENJELASAN TEKNIS

1. Daya saing menurut World Economic Forum (WEF) adalah daya saing suatu negara/ekonomi dengan pendekatan makro. Indeks daya saing diukur dari 12 pilar dan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok faktor, yaitu persyaratan dasar, penopang efisiensi, dan inovasi dan kecanggihan bisnis.

2. Penghitungan PDB atas dasar harga konstan yang sebelumnya menggunakan tahun dasar 2000, sejak tahun 2015 menggunakan tahun dasar 2010. Penghitungan PDB dengan tahun dasar baru tersebut telah dihitung mundur sampai dengan tahun 2010.

3. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.

4. Mulai bulan Januari 2014, Indeks Harga Konsumen (IHK) dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil Survei Biaya Hidup (SBH) di 82 kota tahun 2012 yang mencakup sekitar 225-462 komoditas. Sedangkan sebelum Januari 2014 masih menggunakan pola konsumsi hasil SBH di 66 ibukota provinsi tahun 2007 yang mencakup sekitar 284-441 komoditas.

5. Uang Kartal: adalah uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan oleh bank Indonesia sebagai alat pembayaran yang sah.

6. Uang Giral: Simpanan rupiah milik penduduk pada sistem moneter yang terdiri atas rekening giro, kiriman uang (transfer) dan kewajiban segera lainnya antara lain simpanan berjangka yang telah jatuh waktu.

7. Uang Kuasi: Simpanan rupiah milik penduduk pada sistem moneter yang untuk sementara waktu kehilangan fungsinya sebagai alat tukar. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan dalam rupiah dan valuta asing, dan giro dalam valuta asing.

8. M1 : adalah uang beredar dalam arti sempit yaitu meliputi uang kartal dan uang giral.

M2 : adalah uang beredar dalam arti luas yaitu meliputi uang kartal, uang giral ditambah dengan uang kuasi.

9. Pencatatan Statistik Ekspor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan Pemberitahuan Ekspor Barang tertentu (PEBT), dan pencatatan Statistik Impor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB), yang diterima BPS dari kantor-kantor Bea dan Cukai.

http://www.bps.go.id

(16)

xv

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

10. Sistem pengolahan adalah Carry over yaitu dokumen dari satu bulan tertentu penerimaannya ditutup setelah satu bulan pada bulan berikutnya, dokumen yang datang sesudah tanggal penutupan dianggap sebagai transaksi bulan berikutnya.

11. Beberapa Klasifikasi jenis/kelompok barang yang digunakan dalam statistik Ekspor dan Impor adalah:

a. Harmonized System (HS), untuk keperluan pengenaan tariff.

b. Standard International Trade Clasification (SITC), penyusunannya ditekankan untuk keperluan Statistik Ekonomi.

c. International Standard Industrial Classification (ISIC), untuk mengelompokkan lapangan usaha yang ada dalam kegiatan ekonomi atau asal lapangan usaha suatu komoditi dihasilkan.

d. Broad Economic Category (BEC), untuk mengetahui penggunaan akhir dari suatu barang yaitu barang konsumsi, bahan baku dan penolong, dan barang modal.

e. General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), untuk mengetahui barang primer yaitu SITC kepala 1, 2, 3, 4 dan 68, dan barang bukan primer yaitu SITC kepala 5, 6 kecuali 68, 7 dan 8.

12. Sejak September 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) digabung (merger) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

13. Tamu Asing adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh suatu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi.

14. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel adalah banyaknya malam kamar yang dihuni dibagi dengan banyaknya malam yang tersedia dikalikan 100 persen.

15. Rata-rata lamanya tamu menginap adalah banyaknya malam tempat tidur yang dipakai dibagi dengan banyaknya tamu yang datang menginap ke akomodasi.

16. Pengeluaran wisatawan mancanegara adalah rata-rata uang yang dikeluarkan/dibelanjakan oleh wisatawan mancanegara selama berkunjung di Indonesia, baik sepanjang masa kunjungan per orangnya maupun per harinya.

17. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun lebih.

18. Pekerja adalah seseorang yang melakukan kegiatan ekonomi dengan maksud untuk memperoleh pendapatan atau membantu memperoleh pendapatan/keuntungan, paling sedikit 1 jam tidak terputus dalam seminggu yang lalu, kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tidak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.

http://www.bps.go.id

(17)

xvi Laporan Perekonomian Indonesia 2015

19. Pengangguran terbuka adalah mereka yang mencari pekerjaan atau mempersiapkan usaha, atau mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa sudah tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

20. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. TPAK diukur sebagai persentase angkatan kerja (pekerja dan pengangguran) terhadap jumlah penduduk usia kerja.

21. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengindikasikan tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran. TPT diukur sebagai persentase pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.

22. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang bekerja atau sementara tidak bekerja di suatu negara atau wilayah. TKK diukur sebagai persentase orang yang bekerja terhadap jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja.

23. Produktivitas pekerja menurut propinsi diukur dengan membagi PDRB dengan jumlah penduduk yang bekerja di setiap propinsi.

24. Produktivitas pekerja menurut lapangan pekerjaan diukur dengan membagi PDB pada masing-masing lapangan pekerjaan dengan jumlah penduduk yang bekerja di setiap lapangan pekerjaan.

http://www.bps.go.id

(18)

xvii

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

SINGKATAN

ADB : Asian Development Bank ADO : Asian Development Outlook ACFTA : ASEAN China Free Trade Agreement

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ASEAN : Association South East Asia Nation

BBM : Bahan Bakar Minyak BEI : Bursa Efek Indonesia

BI : Bank Indonesia

BKPM : Badan Koordinasi Penanaman Modal bps : basis points

BUMN : Badan Usaha Milik Negara CIF : Cost Insurance and Freight

DTW : Daerah Tujuan Wisata GKG : Gabah Kering Giling IHK : Indek Harga Konsumen IHSG : Indek Harga Saham Gabungan IMF : International Monetary Fund

I - O : Input - Output

KHM : Kebutuhan Hidup Minimum KHL : Kebutuhan Hidup Layak NTP : Nilai Tukar Petani PDB : Produk Domestik Bruto

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto PMA : Penanaman Modal Asing PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri PUAB : Pasar Uang Antar Bank

SBI : Sertifikat Bank Indonesia SBH : Survei Biaya Hidup

SITC : Standard International Trade Classification TKK : Tingkat Kesempatan Kerja

TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPK : Tingkat Penghunian Kamar TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka UMP : Upah Minimum Propinsi Valas : Valuta Asing (Foreign Currency) WEO : World Economic Outlook Wisman : Wisatawan Mancanegara

http://www.bps.go.id

(19)

http://www.bps.go.id

(20)

Pendahuluan

http://www.bps.go.id

(21)

http://www.bps.go.id

(22)

Pendahuluan

3

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

P

elaksanaan Pembangunan Jangka Menengah tahap dua (RPJMN 2010-2014) telah berakhir pada tahun 2014. Sehubungan dengan itu berbagai program pemerintah untuk pembangunan perekonomian sudah digulirkan dan dilaksanakan, walaupun belum semuanya memberikan hasil yang maksimal bagi kondisi perekonomian Indonesia. Karena tahun 2014 boleh dibilang tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia belum beranjak membaik, sementara berbagai isu dari faktor eksternal terus menekan perekonomian domestik. Pemerintah harus bersikap hati-hati dan waspada terhadap faktor eksternal dan internal yang sewaktu-waktu dapat memberikan pengaruh negatif bagi perekonomian Indonesia.

Perekonomian global yang bergerak melambat dan penuh dengan ketidak pastian memberikan dampak negatif bagi perdagangan, investasi maupun pasar keuangan yang berimbas pada perekonomian Indonesia yang mengalami tekanan sehingga pertumbuhan ekonomi bergerak melambat.

Walaupun demikian perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh dan tidak jauh dari tren yang terjadi menjelang akhir tahun 2013. Salah satu agenda politik di dalam negeri pada tahun 2014 adalah PEMILU legislatif dan pemilihan presiden. Kondisi tersebut juga turut memberikan tekanan bagi perekonomian di dalam negeri.

Kondisi di atas juga sangat memengaruhi rencana anggaran keuangan pemerintah dalam satu tahun yang tertuang dalam APBN. Selama ini APBN Indonesia yang telah ditetapkan setelah dilaksanakan realisasinya selalu mengalami defisit, dimana pengeluaran yang dianggarkan selalu lebih besar dari penerimaan Negara, karena pendapatan yang diperoleh pemerintah selama ini belum dapat mencukupi seluruh pengeluaran Negara. Tekanan yang terjadi pada perekonomian Indonesia berdampak pula pada kondisi APBN, dan pengeluaran yang sudah dianggarkan tiba-tiba membengkak menjadi lebih besar. Selain itu beberapa indikator makro ekonomi domestik cenderung bergerak menjauh dari asumsi yang telah ditetapkan dalan Undang-Undang APBN. Sejalan dengan kondisi tersebut, untuk menyesuaikan dengan kondisi saat itu dalam rangka menjaga ketahanan fiskal dan kestabilan perekonomian di dalam negeri, pemerintah melakukan tindakan dengan mengajukan perubahan pengeluaran dan penerimaan APBN di setiap tahun berjalan.

Perencanaan keuangan yang sudah dianggarkan dalan APBN tahun 2014, juga mengalami perubahan di tengah perjalanan. Karena perekonomian Indonesia yang terus mengalami tekanan melalui faktor internal dan eksternal.

Pendapatan Negara dalam APBN 2014 ditargetkan sebesar Rp 1.667,1 triliun, namun dalam APBNP 2014 target yang ditetapkan lebih rendah yaitu sebesar Rp 1.635,4 triliun. Sebaliknya pada Belanja Negara target dalam APBNP 2014 mengalami peningkatan dibanding APBN 2014 yaitu dari Rp 1.842,5 menjadi sebesar Rp 1.876,9 triliun. Berarti dalam APBNP 2014 anggaran negara masih mengalami defisit seperti tahun-tahun sebelumnya, yaitu mencapai Rp 241,5 triliun dan nilai defisit anggaran ini terus meningkat setiap tahunnya.

http://www.bps.go.id

(23)

Pendahuluan

1

4 Laporan Perekonomian Indonesia 2015

Pendapatan Negara bersumber dari Pendapatan dalam negeri dan penerimaan hibah. Pendapatan dalam negeri sebagian besar diperoleh dari pemasukan pajak. Selama ini kontribusi pajak pada APBN sebesar antara 70-80 persen. Pemerintah mentargetkan penerimaan dari pajak dalam APBNP 2014 sebesar Rp 1.246,11 triliun. Namun menurut Peneliti Kebijakan Ekonomi Perkumpulan Prakarsa, Wiko Saputra mengungkapkan bahwa sampai akhir tahun 2014 realisasi penerimaan pajak yang diterima pemerintah hanya mencapai Rp 1.143,3 triliun atau 91,75 persen dari target APBNP 2014 (www.

tribunnews.com/bisnis/2015/1/14).

Postur dari Pengeluaran Belanja Negara sebagian besar digunakan untuk Pengeluaran Pemerintah Pusat, dimana setiap tahun ditargetkan dalam APBN sekitar 68 persen dan sisanya adalah pengeluaran untuk daerah.

Pengeluaran untuk Belanja Pemerintah Pusat dalam APBN 2014 mengalami pertumbuhan sekitar 12,59 persen, dimana sebagian besar digunakan untuk membiayai kementerian/lembaga. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk melakukan pengetatan dan penghematan dari sisi pengeluaran/belanja, salah satunya pemerintah melakukan pengendalian dengan melakukan pemotongan terhadap belanja Kementerian/Lembaga penghematan tersebut dilakukan sengaja dibentuk agar belanja barang lebih efisien dan efektif, namun tetap mengutamakan pelayanan kepada masyarakat. Pengeluaran untuk membiayai Kementerian/Lembaga pada tahun 2014 ditargetkan mencapai Rp 602,92 triliun, terjadi penurunan sekitar 12,74 persen dibanding tahun 2013.

Pengeluaran pemerintah lainnya yang cukup besar adalah pengeluaran untuk subsidi dimana, dalam beberapa tahun terakhir pengeluaran pemerintah untuk subsidi terus meningkat. Pada APBN 2014 pengeluaran untuk subsidi ditargetkan mencapai Rp 403,04 triliun atau meningkat sekitar 16,34 persen dari APBN 2013. Jika nilai subsidi terus meningkat akan membebani APBN, agar subsidi tidak membebani pengeluaran Negara yang sudah cukup besar dan dapat terkendali maka pemerintah perlu membuat kebijakan yang dapat mengendalikan subsidi terutama subsidi energi (BBM dan listrik), agar anggaran negara tetap berada dalam batas aman. Pada APBN 2015 subsidi ditargetkan sebesar Rp 414,68 triliun, namun di dalam RAPBNP 2015 pemerintah baru merubahnya menjadi lebih rendah dan hanya menargetkan sebesar Rp 232,72 triliun.

Sejalan dengan program pemerintahan Jokowi-JK memfokuskan pada pembangunan daerah dan desa, pemerintah menyediakan anggaran dalam RAPBNP 2015 sebesar Rp 643,36 triliun. Selain itu, sejak tahun 2015 di dalam APBN disediakan pos anggaran baru untuk dana desa, dimana pada APBN 2015 ditargetkan sebesar Rp 9,07 triliun, oleh pemerintahan ditingkatkan menjadi Rp 20,77 triliun.

APBN tahun 2015 disusun disaat masa pemerintahan transisi, tetapi penyusunan APBN masih dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya sehingga penyusunan dilakukan sesuai dengan program keberlanjutan dari zaman Susilo Bambang Yudoyono. Harapannya pemerintahan yang baru (Jokowi-JK)

http://www.bps.go.id

(24)

Pendahuluan

5

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

dapat memberikan perubahan yang lebih baik, program-program yang akan dilaksanakan nanti harapannya saling berkesinambungan dengan program pemerintahan sebelumnya.

Presiden terpilih pada awal tahun 2015 tepatnya tanggal 8 Januari telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, yang merupakan visi, misi dan program-program kerja yang akan dilaksanakan sepanjang 5 tahun ke depan. Tahun 2015 pelaksanaan Pembangunan Jangka Menengah untuk tahun 2015-2019 baru saja dimulai, program-program kerja pemerintah baru sudah digulirkan yaitu mengusung sembilan agenda kerja yang disebut nawacita. Sembilan agenda prioritas itu merupakan penjabaran dari konsep “Trisakti” Bung Karno yakni berdaulat dalam politik serta mandiri dalam ekonomi dan berkepribadian dalam budaya. Prioritas program pembangunan fokus pada tiga hal yaitu porsi perhatian besar pada pembangunan maritim, pangan, dan energi. Target selanjutnya adalah peningkatan pembangunan infrastruktur yaitu dimulai dengan pembangunan sejumlah pelabuhan di beberapa wilayah dan tersedianya listrik sebesar 25 ribu mega watt.

Sejalan dengan dimulainya pemerintahan baru, Indonesia juga menghadapi persaingan perekonomian yang semakin ketat, utamanya dalam menghadapi pasar bebas diantaranya mulai diberlakukan pasar bebas Asia Tenggara (MEA) pada akhir tahun 2015 ini. Permasalahan baru yang akan dihadapi Indonesia ke depan adalah masuknya barang/komoditas impor yang

Tabel 1.1. Penerimaan dan Pengeluaran APBN (miliar rupiah), Tahun 2012–2015

Keterangan 2012 2013 2014 2015

APBN RAPBNP

A. Penerimaan Negara dan Hibah 1 338 109,6 1 438 891,1 1 635 378,5 1 793 588,9 1 768 970,7 1. Penerimaan Dalam Negeri 1 332 322,9 1 432 058,6 1 633 053,4 1 790 332,6 1 765 662,2 1. Penerimaan Pajak 980 518,1 1 077 306,7 1 246 107,0 1 379 991,6 1 484 589,3 2. Penerimaan bukan pajak 351 804,7 354 751,9 386 946,4 410 341,0 281 072,9

2. Hibah 5 786,7 6 832,5 2 325,1 3 256,3 3 308,4

B. Belanja Negara 1 491 410,2 1 650 563,7 1 876 872,8 2 039 483,6 1 994 888,7 1. Pengeluaran Pemerintah Pusat 1 010 558,2 1 137 162,9 1 280 368,6 1 392 442,3 1 330 766,8 1. Belanja K/L 621 938,1 690 226,5 602 292,0 647 309,9 779 536,9 2. Belanja Non K/L 388 620,1 446 936,4 678 076,6 745 132,4 551 229,9 a. Pembayaran Bunga Utang 93 261,9 100 516,0 135 453,2 151 968,3 155 388,2 b. Subsidi 295 358,2 346 420,4 403 035,6 414 680,6 232 716,1 2. Pengeluaran untuk daerah 480 645,1 513 260,4 596 504,2 647 041,3 664 121,9 1. Transfer ke daerah 480 645,1 513 260,4 596 504,2 637 975,1 643 355,7

2. Dana Desa - - - 9 066,2 20 766,2

3. Suspen 206,9 140,4 - - -

C. Surplus/defisit Anggaran (A-B) - 153 300,6 - 211 672,7 - 241 494,3 - 245 894,7 - 225 918,0

% terhadap PDB (1,86) (2,33) (2,4) (2,21) (1,9)

Sumber : Nota Keuangan dan RAPBNP 2015

http://www.bps.go.id

(25)

Pendahuluan

1

6 Laporan Perekonomian Indonesia 2015

sejenis dengan produk lokal yang akan mengancam industri dalam negeri.

Harapannya industri di dalam negeri mampu menghasilkan barang yang berkualitas dan bisa memenuhi kebutuhan di dalam negeri serta menjadi produk unggulan yang dapat bersaing dengan produk luar dan dapat diekspor ke luar negeri. Pemerintah dan para pelaku usaha harus mampu mengantisipasi dengan diberlakukannya MEA karena nantinya akan tercipta kesatuan pasar dan basis produksi yang akan membuat arus barang, investasi, dan tenaga kerja secara bebas dari satu Negara ke Negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Semoga Indonesia tidak hanya menjadi tujuan pasar dari Negara lain tetapi juga mampu memasarkan produknya ke Negara lain dikawasan ASEAN

Prospek Perekonomian Tahun 2015

Langkah awal yang dilakukan pemerintahan baru di tahun 2015 adalah mempercepat perubahan RAPBN 2015 guna mendukung pelaksanaan sasaran dan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan dalam Nawacita dan Trisakti.

Kebijakan fiskal dalam RAPBNP semakin dipertajam seperti kebijakan di bidang pendapatan Negara melalui upaya optimalisasi pendapatan tanpa mengganggu perkembangan investasi dunia usaha, belanja Negara dan pembiayaan anggaran. Beberapa kata kunci akan mewarnai pembangunan ekonomi di bawah pemerintahan baru seperti: revolusi mental, pengembangan sektor maritim, pembangunan infrastruktur, industri kreatif/UKM, efisiensi distribusi/

logistik nasional, kemandirian pangan dan energi, dan lain-lain. Semuanya tertuang dalam rencana kerja dan masuk dalam penyusunan APBNP 2015.

Di bidang belanja negara, beberapa agenda prioritas yang akan dilaksanakan antara lain: (1) pembangunan sektor unggulan yang diarahkan untuk meningkatkan dan memelihara kedaulatan pangan, pengembangan energi dan ketenagalistrikan, pembangunan kemaritiman dan pariwisata, serta pengembangan industri; (2) pemenuhan kewajiban dasar yang harus disediakan Pemerintah yaitu pendidikan termasuk Kartu Indonesia Pintar, kesehatan termasuk Kartu Indonesia Sehat, dan penyediaan perumahan yang layak; (3) pengurangan kesenjangan baik kesenjangan antar kelas pendapatan termasuk Kartu Keluarga Sejahtera maupun antar wilayah; (4) pembangunan infrastruktur konektivitas; dan (5) program dan kegiatan unggulan lainnya.

Selanjutnya, di bidang pembiayaan anggaran, prioritas utama yaitu:

(1) mewujudkan kedaulatan pangan dalam mendukung program swasembada pangan, pengadaan benih, serta peningkatan produksi ikan nasional;

(2) membangun infrastruktur (bandara dan penyelesaian pembangunan jalan tol Trans Sumatera); (3) mendukung industri kedirgantaraan yang bertujuan sebagai modal kerja, dan (4) membangun industri pertahanan nasional

Dalam APBNP 2015 pemerintah mengusulkan perubahan atas asumsi dasar ekonomi makro tahun 2015, sebagai berikut:

1. Pemerintahan Jokowi menetapkan pertumbuhan ekonomi sama dengan yang tertuang dalam APBN 2015 yaitu sebesar 5,8 persen.

http://www.bps.go.id

(26)

Pendahuluan

7

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

2. Pemerintah bersama BI melakukan pengendalian di tingkat pusat, dimana Inflasi pada APBN 2015 ditetapkan sebesar 4,4 persen pada APBNP 2015 diperkirakan mencapai 5,0 persen atau tetap berada pada rentang 4,0 ± 1,0 persen.

3. Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS diperkirakan berada pada kisaran Rp 12.200 per US $ yang semula asumsinya dalam APBN tahun 2015 sebesar Rp 11.900 per US $.

4. Suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan akan turut mengalami tekanan dan sedikit lebih tinggi di atas asumsi APBN tahun 2015 yaitu dari 6,0 persen menjadi 6,2 persen.

5. Harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan akan berada pada kisaran rata-rata US $ 70 per barel atau lebih rendah dari asumsi ICP dalam APBN tahun 2015 sebesar US $ 105 per barel.

6. Lifting minyak diperkirakan akan terealisasi sebesar 849 ribu barel per hari, lebih rendah dibandingkan dengan asumsi dalam APBN tahun 2015 yang ditetapkan sebesar 900 ribu barel per hari.

7. Lifting gas bumi diperkirakan mencapai 1.177 ribu barel setara minyak per hari, lebih rendah bila dibandingkan dengan asumsi lifting gas bumi pada APBN tahun 2015 yang ditetapkan sebesar 1.248 ribu barel setara minyak per hari.

Berbagai tantangan perekonomian Indonesia di tahun 2015 adalah belum stabilnya perekonomian global serta negara-negara mitra dagang utama Indonesia diikuti dengan penurunan harga komoditas global terutama harga minyak mentah dunia. Tantangan lain adalah sektor pertanian yang akan semakin tertekan sebagai dampak perubahan iklim, ketimpangan pendapatan, persaingan perdagangan internasional dan liberalisasi yang makin terbuka, dan defisit neraca perdagangan akibat impor khususnya pangan pokok.

Ketergantungan Indonesia akan pangan impor harus mulai dikurangi, dan pemerintah harus mampu mewujudkan kedaulatan pangan sebagai bentuk kemandirian ekonomi.

Dengan berbagai tantangan tersebut, diperkirakan perekonomian domestik kembali akan mengalami tekanan yang berakibat pada perlambatan pertumbuhan. Dalam merespon kondisi eksternal tersebut, Berbagai tantangan dan peluang pembangunan ekonomi yang dihadapi pada tahun 2015 diharapkan dapat memacu untuk lebih memanfaatkan momentum dan mengoptimalkan upaya dalam menjamin percepatan pembangunan infrastruktur agar dapat memacu berkembangnya sektor ekonomi produktif, guna mengatasi masalah kesenjangan serta mempercepat terwujudnya kemandirian ekonomi. Pemerintah Indonesia semoga mampu menghadapi segala tantangan di tahun 2015, selain itu juga dapat memanfaatkan peluang dan momentum yang ada. Dengan mengoptimalkan anggaran, sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada pemerintah diharapkan mampu menghadapi segala tantangan dan memanfaatkan peluang guna mewujudkan kemandirian ekonomi produktif.

http://www.bps.go.id

(27)

http://www.bps.go.id

(28)

Tinjauan Perekonomian Dunia & Indonesia

http://www.bps.go.id

(29)

http://www.bps.go.id

(30)

Tinjauan Perekonomian Dunia dan Indonesia

11

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

Pertumbuhan Ekonomi Global Relatif Stabil

P

ada April 2014, IMF dalam World Economic Outlook (WEO) memperkirakan bahwa perekonomian dunia optimis akan dapat tumbuh sebesar 3,6 persen. Namun, pada realisasinya pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2014 hanya mencapai 3,4 persen atau relatif sama dengan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2012 dan 2013. Hal ini menandakan bahwa kinerja perekonomian dunia tidak sesuai dengan optimisme yang dikeluarkan pada awal tahun. Pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai target ini disebabkan karena ketidakmerataannya pertumbuhan ekonomi di antara negara-negara berkembang dan negara maju.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negara-negara maju tidak diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.

Perekonomian negara maju menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi walaupun dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang.

Pertumbuhan ekonomi negara maju pada tahun 2014 sebesar 1,8 persen atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 yang sebesar 1,2 persen dan pada tahun 2013 yang sebesar 1,4 persen.

Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh semakin membaiknya sebagian besar perekonomian negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat dan Kawasan Eropa. Di antara negara-negara maju lainnya, hanya Jepang yang mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi.

Kondisi yang sebaliknya terjadi pada perekonomian di negara-negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang justru mengalami perlambatan. Laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang melambat dari 5,0 persen pada tahun 2013 menjadi 4,6 persen pada tahun 2014. Perlambatan ekonomi negara berkembang disebabkan oleh melambatnya

Gambar 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Negara Maju, dan Negara Berkembang, serta ASEAN (persen), Tahun 20102014

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011 2012 2013 2014

Dunia Negara Maju Negara Berkembang ASEAN

http://www.bps.go.id

(31)

Tinjauan Perekonomian Dunia dan Indonesia

2

12 Laporan Perekonomian Indonesia 2015

pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Padahal selama ini kita tahu bahwa Tiongkok menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi dengan kekuatan ekonominya. Selain Tiongkok, melemahnya ekonomi di kawasan Afrika, Amerika Latin, Eropa Timur dan Tengah, serta Negara Persemakmuran juga memberikan andil dalam melambatnya pertumbuhan ekonomi negara berkembang.

Beberapa hal yang mempengaruhi perekonomian di sebagian besar negara berkembang antara lain dinamika ekonomi global dan permasalahan struktural domestik. Kedua hal tersebut memberikan andil dalam melemahnya perekonomian. Dari sisi ekonomi global, menurunnya harga komoditas telah memberikan tekanan yang besar pada kinerja ekspor khususnya ekspor dari negara-negara yang berbasis komoditas. Sementara dari sisi dalam negerinya, permasalahan struktur domestik yang dihadapinya telah menyebabkan tertahannya kapasitas perekonomian dalam upaya memenuhi permintaan domestik dan eksternal. Hal ini juga memberikan dampak pada peningkatan impor untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Dengan meningkatnya impor tetapi kinerja ekspor masih mengalami tekanan menyebabkan semakin defisitnya neraca pembayaran.

Dari sisi harga komoditas dunia, selama kurun waktu empat tahun terakhir inflasi dunia terus mengalami penurunan. Hingga tahun 2014 inflasi dunia tercatat sebesar 3,5 persen atau lebih rendah dari inflasi pada tahun 2012 and 2013 yang masing-masing sebesar 4,2 persen dan 3,9 persen. Hal ini disebabkan adanya penurunan harga komoditas dunia yang sejalan dengan perbaikan ekonomi global yang belum kuat. Penurunan harga komoditas dunia terjadi terutama pada komoditas manufaktur, minyak, dan komoditas utama non-fuel seperti makanan dan metal. Meskipun demikian, masih terdapat komoditas utama non-fuel yang masih menunjukkan kenaikan harga yaitu minuman dan bahan baku pertanian.

Penurunan harga komoditas dunia telah memberikan dampak pada inflasi baik di negara maju maupun berkembang. Di negara-negara maju tercatat inflasi sebesar 1,4 persen pada tahun 2014 atau relatif stabil dari

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0

2010 2011 2012 2013 2014

Dunia Negara Maju Negara Berkembang ASEAN

Gambar 2.2 Perkembangan Laju Inflasi Dunia, Negara Maju, dan Negara Berkembang, serta ASEAN (persen), Tahun 20102014

http://www.bps.go.id

(32)

Tinjauan Perekonomian Dunia dan Indonesia

13

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

inflasi tahun 2013 tetapi menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 2,0 persen. Sementara itu, perkembangan laju inflasi di negara-negara berkembang mengalami penurunan dari 5,9 persen pada tahun 2013 menjadi 5,1 persen pada tahun 2014.

Meningkatnya Laju Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Maju

Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi negara maju tidak terlepas dari Amerika Serikat sebagai motor penggerak perekonomian negara maju.

Amerika Serikat mampu menunjukkan perekonomian yang membaik. Terbukti selama tahun 2014 perekonomian negara ini mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 2,4 persen atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang sebesar 2,2 persen. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat didukung oleh berbagai hal diantaranya meningkatnya permintaan domestik terkait konsumsi dan investasi serta penurunan tingkat pengangguran. Dalam laporan WEO bulan April 2015, pertumbuhan permintaan domestik AS mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena meningkatnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi swasta (Private Consumer Expenditure), meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat (Public Consumption), dan meningkatnya investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto (Gross Fixed Capital Formation). Dari sisi kenaikan harga, berbanding terbalik dengan inflasi dunia, pada tahun 2014 laju inflasi di Amerika Serikat mengalami sedikit peningkatan dari 1,5 persen (2013) menjadi 1,6 persen.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi AS juga memberikan dampak pada perekonomian negara-negara di Kawasan Eropa. Pada tahun 2014, perekonomian di kawasan Eropa mengalami pertumbuhan sebesar 0,9 persen atau lebih tinggi dari pencapaiannya di tahun 2013 yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,5 persen. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa ini diikuti oleh sebagian besar negara-negara di dalamnya.

Tercatat bahwa pertumbuhan ekonomi tertinggi di kawasan ini dicapai oleh Irlandia dan Malta masing-masing dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8 persen dan 3,5 persen. Sementara itu, negara Italia, Cyprus, dan Finlandia walaupun menunjukkan adanya kontraksi pertumbuhan ekonomi, namun pencapaian yang telah diperoleh pada tahun 2014 menunjukkan adanya perbaikan daripada tahun sebelumnya dengan kontraksi yang cukup dalam.

Dari sisi inflasi, laju inflasi di negara-negara maju Kawasan Eropa mengalami penurunan dari 1,3 persen pada tahun 2013 menjadi 0,4 persen pada tahun 2014.

Jerman sebagai salah satu negara maju di Kawasan Eropa menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Ekonomi Jerman tumbuh paling cepat dalam tiga tahun terakhir sepanjang tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi Jerman sepanjang tahun 2014 telah tumbuh 1,6 persen. Hal ini didukung oleh meningkatnya permintaan domestik, konsumsi swasta dan investasi. Selain itu pemerintah juga berhasil mencatat surplus fiskal untuk tahun ketiga berturut- turut. Kinerja yang baik juga terlihat dari sektor manufaktur dimana jumlah

http://www.bps.go.id

(33)

Tinjauan Perekonomian Dunia dan Indonesia

2

14 Laporan Perekonomian Indonesia 2015

modal dalam produksi mesin dan peralatan tumbuh setelah jatuh dalam dua tahun sebelumnya. Investasi di sektor konstruksi juga mengalami kenaikan setelah terjadi penurunan pada tahun 2013. Untuk perdagangan luar negeri, kinerja ekspor menunjukkan peningkatan dan diiringi dengan meningkatnya impor. Sementara dari sisi produksi, sektor konstruksi mencatat kenaikan tajam diikuti oleh kenaikan output industri dan meningkatnya kinerja sektor.

Seperti halnya dengan perekonomian di Jerman dan negara lainnya, Inggris mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Sepanjang

Tabel 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Negara Maju, Negara Berkembang, dan ASEAN (persen), Tahun 20102014

Kelompok Negara 2010 2011 2012 2013 2014

A. Dunia 1) 5,4 r 4,2 r 3,4 r 3,4 r 3,4

B. Negara-negara maju 1) 3,1 r 1,7 1,2 r 1,4 r 1,8

Amerika Serikat 2,5 1,6 r 2,3 r 2,2 r 2,4

Jepang 4,7 -0,5 1,8 r 1,6 r -0,1

Kanada 3,4 3,0 r 1,9 r 2,0 2,5

Kawasan Eropa 2,0 1,6 -0,8 r -0,5 0,9

Inggris 1,9 r 1,6 r 0,7 r 1,7 r 2,6

Jerman 3,9 3,7 r 0,6 r 0,2 r 1,6

Perancis 2,0 r 2,1 r 0,3 r 0,3 0,4

Italia 1,7 0,6 r -2,8 r -1,7 r -0,4

Spanyol 0,0 r -0.6 r -2,1 r -1,2 1,4

C. Negara-negara berkembang 1) 7,4 r 6,2 r 5,2 r 5,0 r 4,6 Afrika/Sub-Saharan Africa 6,7 r 5,0 r 4,2 r 5,2 r 5,0

Asia 9,6 r 7,7 r 6,8 r 7,0 r 6,8

Tiongkok 10,4 9,3 7,8 r 7.8 r 7,4

India 10,3 6,6 5,1 r 6,9 r 7,2

Amerika Latin 6,1 r 4,9 r 3,1 2,9 r 1,3

Timur Tengah dan Afrika Utara 4,8 r 4,4 r 4,8 r 2,4 2,6

Eropa Timur dan Tengah 4,8 r 5,4 1,3 r 2,9 r 2,8

Negara-negara Persemakmuran 4,6 r 4,8 3,4 2,2 r 1,0

D. Negara-negara ASEAN 2) 8,1 r 4,7 r 5,8 r 5,1 r 4,4

Malaysia 7,4 5,2 r 5,6 4,7 6,0

Philipina 7,6 3,7 r 6,8 7,2 6,1

Singapura 15,2 r 6,2 r 3,4 r 4,4 r 2,9

Thailand 7,8 0,1 6,5 2,9 0,7

Indonesia 3) 6,2 6,5 6,3 5,7 5,1

Vietnam 6,4 6,2 r 5,2 5,4 6,0

Catatan : r Angka diperbaiki

1 World Economic Outlook (WEO) April 2015

2 Asian Development Outlook (ADO) 2015

3 Indikator Ekonomi Sumber : IMF, ADB, dan BPS

http://www.bps.go.id

(34)

Tinjauan Perekonomian Dunia dan Indonesia

15

Laporan Perekonomian Indonesia 2015

tahun 2014, laju pertumbuhan ekonomi Inggris sebesar 2,6 persen. Hal ini merupakan pertumbuhan terkencang dalam 7 tahun terakhir, menurut ONS.

Selain itu, pertumbuhan ini juga dapat dikatakan lebih cepat daripada negara maju lainnya di dunia. Perekonomian yang tumbuh tersebut didorong oleh permintaan domestik dan didukung dari sisi sektor jasa-jasa yang salah satu komponennya adalah retail .

Lain halnya dengan yang terjadi dengan perekonomian di Jepang. Selama tahun 2014 kinerja ekonomi Jepang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,1 persen. Kelesuan ekonomi Jepang terjadi ketika konsumen menghentikan aktivitas belanja, lantaran kenaikan pajak konsumsi nasional. Seperti telah diberitakan bahwa Pemerintah Jepang pada April tahun lalu menaikkan pajak konsumsi hingga delapan persen dari sebelumnya yang sebesar lima persen.

Kebijakan pemerintah ini menyebabkan menurunnya konsumsi. Selain itu, melemahnya nilai tukar yen mendorong meningkatnya harga barang-barang impor dan berdampak pada pertumbuhan konsumsi masyarakat yang menurun.

Dampak lain dari menurunnya konsumsi masyarakat yaitu menurunnya tingkat investasi swasta dan tingkat persediaan/produksi barang-barang konsumsi.

Tentunya akumulasi dari dampak tersebut membuat perekonomian Jepang mengalami perlambatan. Dari sisi inflasi, pada tahun 2014 Jepang mengalami inflasi sebesar 2,7 persen lebih tinggi dari inflasi tahun sebelumnya yang sebesar 0,4 persen.

Laju Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Mengalami Perlambatan Selama tahun 2014 pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang mengalami perlambatan ekonomi, namun demikian masih dapat dikatakan berada di level yang cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang tercatat sebesar 4,6 persen pada tahun 2014. Kondisi seperti itu juga terjadi di beberapa kawasan seperti Asia dan Afrika/Sub-Sahara Afrika, Amerika Latin, Eropa Timur dan Tengah, serta Negara Persemakmuran yang tumbuh antara 1,0-2,8 persen. Hanya di kasawan Timur Tengah dan Afrika Utara yang masih menunjukkan adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yaitu dari 2,4 persen pada tahun 2013 menjadi 2,6 persen pada tahun 2014.

Sebagai salah satu raksasa di Asia, Tiongkok selalu menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun, perekonomian Tiongkok selama tahun 2014 hanya dapat tumbuh 7,4 persen. Angka ini merupakan pertumbuhan terendah sejak tahun 1990. Ekonomi Tiongkok mulai melambat dalam beberapa tahun terakhir dari pertumbuhan lebih dari 10 persen karena kebijakan dari pihak berwenang berusaha mengalihkan fokus ekonomi Tiongkok dari ketergantungan yang berlebihan terhadap ekspor ke model ekonomi yang lebih didorong oleh konsumsi domestik. Hal ini menyebabkan menurunnya pertumbuhan investasi, khususnya pada sektor perumahan dan infrastruktur.

Penurunan investasi ini yang menyebabkan perlambatan ekonomi.

http://www.bps.go.id

(35)

Tinjauan Perekonomian Dunia dan Indonesia

2

16 Laporan Perekonomian Indonesia 2015

Menurut Kepala Biro Statistik Nasional Tiongkok, Ma Jiantang, salah satu hasil baik dari kinerja ekonomi Tiongkok yaitu pertumbuhan sektor jasa.

Menurutnya, hampir separuh perekonomian Tiongkok kini adalah sektor jasa.

Perekonomian Tiongkok tumbuh stabil tahun 2014 dan tetap stabil dibawah pertumbuhan yang lebih lambat. Selain itu, Ma juga mengatakan bahwa situasi ekonomi domestik dan internasional tetap kompleks dan prospek pertumbuhan ekonomi masih sulit (dari laman www.voaindonesia.com).

Tidak seperti yang terjadi di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi di India justru mengalami peningkatan. Perekonomian India pada tahun 2014 tumbuh sebesar 7,2 persen atau mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai sebesar 6,9 persen pada tahun 2013. Meningkatnya

Tabel 2.2. Laju Inflasi Dunia, Negara Maju, Negara Berkembang, dan ASEAN (persen), Tahun 20102014

Kelompok Negara 2010 2011 2012 2013 2014

A. Dunia 1) 3,8 r 5,2 r 4,2 3,9 r 3,5

B. Negara-negara maju 1) 1,5 2,7 2,0 1,4 1,4

Amerika Serikat 1,6 3,1 2,1 1,5 1,6

Jepang -0,7 -0,3 0,0 0,4 2,7

Kanada 1,8 2,9 1,5 1,0 1,9

Kawasan Eropa 1,6 2,7 2,5 1,3 0,4

Inggris 3,3 4,5 2,8 2,6 1,5

Jerman 1,2 2,5 2,1 1,6 0,8

Perancis 1,7 2,3 2,2 1,0 0,6

Italia 1,6 2,9 3,3 1,3 0,2

Spanyol 2,0 3,1 2,4 1,5 -0,2

C. Negara-negara berkembang 1) 5,9 7,3 6,1 r 5,9 r 5,1

Afrika/Sub-Saharan Africa 8,2 r 9,5 r 9,4 r 6,5 r 6,3

Asia 5,2 r 6,5 4,7 r 4,8 r 3,5

Tiongkok -0.7 3.3 5.4 2.6 2.6

India 13.0 r 10.5 r 9.6 10.2 r 9.5

Amerika Latin 6,2 r 6,8 r 6,1 r 7,1 r

Timur Tengah dan Afrika Utara 6,5 r 9,2 r 9.8 r 9,1 r 6,7

Eropa Timur dan Tengah 5,6 r 5.4 6,0 r 4,3 r 3,8

Negara-negara Persemakmuran 7,1 r 9,8 r 6,2 r 6,4 8,1

D. Negara-negara ASEAN 2) 4,1 5,5 3,8 4,2 4,1

Malaysia 1,7 3,2 1,7 2,1 3,1

Philipina 3,8 4,6 3,2 3,0 4,1

Singapura 2,8 5,2 4,6 2,4 1,0

Thailand 3,2 3,8 3,0 2,2 1,9

Indonesia 3) 7,0 3,8 4,3 8,4 8.4

Vietnam 9,2 18,7 9,1 6,6 4,1

Catatan : r Angka diperbaiki

1 World Economic Outlook (WEO) April 2015

2 Asian Development Outlook (ADO) 2015

3 Indikator Ekonomi Sumber : IMF, ADB, dan BPS

http://www.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil Survei Industri menunjukkan bahwa jumlah perusahaan industri besar/sedang di Kecamatan Mandonga tahun 2013, sebagaimana yang disajikan pada Tabel 7.1.4,

Bahkan, tingkat volatilitas harga di Banten selama tahun 2014 juga masih lebih tinggi dibandingkan Nasional, karena pada periode yang sama laju inflasi

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian Kabupaten Belitung sebanyak 14.160 rumah tangga,

pada Bulan Desember 2019 mencapai 276,914 kunjungan, mengalami penurunan -13,32 persen dibanding jumlah wisman pada Bulan Desember 2018, dimana jumlah wisman pada Desember

K ecamatan Nglegok berada di Blitar Bagian Utara mempunyai struktur tanah yang subur, tidak kurang dari 68 ribu jiwa atau 6 persen penduduk Kabupaten Blitar

Kenaikan It yang cukup besar terjadi pada Januari 2011, yaitu sebesar 1,08 persen, disebabkan empat subsektor mengalami kenaikan, yaitu Subsektor Tanaman Pangan 1,29 persen,

Sementara bila melihat perbandingan persentase penduduk miskin tahun 2010 terlihat bahwa di Kabupaten Ponorogo persentase penduduk miskinnya dengan angka sebesar

Tanjungpinang mengalami kenaikan indeks, yaitu : kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,42 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan